Anda di halaman 1dari 10

Apakah Gereja Katolik Selalu Bertentangan dengan Kosmologi?

Antonius Septian Marhenanto1


Pengantar
Sudah ribuan tahun lamanya, banyak bangsa telah meneliti dan mengamati benda-
benda langit beserta pergerakannya. Ribuan tahun lamanya juga banyak orang terkagum-
kagum dengan keajaiban alam semesta yang penuh misteri dan teka-teki. Setiap malam ribuan
bintang bertaburan di atas kepala mereka. Begitu banyak usaha dilakukan oleh manusia untuk
mencoba memahami dan mengetahui alam semesta dan benda-benda yang bergantungan di
atas langit. Sebagai contoh, bangsa Yunani pernah mengamati bahwa di langit terdapat benda-
benda yang kelihatan bergerak relatif terhadap bintang-bintang. Mereka pun menamai benda-
benda langit tersebut sebagai planeten yang dapat diartikan sebagai pengelana. Di kemudian
hari, ‘pengelana’ itu kita kenal sebagai planet-planet mulai dari Merkurius hingga Jupiter.2
Usaha manusia untuk memahami alam semesta pun dipengaruhi oleh berbagai macam
latar belakang budaya, kemajuan teknologi, pengaruh pemikir-pemikir pada zamannya, serta
ajaran dan dogma-dogma dari kepercayaan yang mereka anut. Maka, tidak heran pula jika ada
masa-masa dimana usaha manusia untuk memahami alam semesta tersebut berbenturan dengan
ajaran agama ataupun dogma-dogma yang telah ditetapkan oleh pihak otoritas pada zaman itu.
Dalam tulisan kali ini, penulis mencoba menjawab pertanyaan pokok yang berkaitan dengan
topik tersebut, yaitu “Apakah Gereja Katolik selalu bertentangan dengan Kosmologi?”
Ruang lingkup pembasahan dalam tulisan kali ini pun penulis batasi hanya pada dinamika dan
perkembangan pasang surut kisah Galileo Galileo beserta tulisannya dengan otoritas Gereja
Katolik.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut pertama-tama penulis akan memaparkan secara
singkat latar belakang bagaimana usaha manusia untuk mencoba memahami alam semesta dari
zaman bangsa Yunani beserta teori-teori yang menyertainya. Kemudian, penulis akan masuk
ke dalam topik permasalahan yaitu perkembangan revolusi sains yang menimbulkan konflik
dengan Gereja Katolik. Reformasi Protestan sedikit banyak berpengaruh juga pada konflik
yang terjadi. Selanjutnya, penulis akan menunjukkan bagaimana sanggahan-sanggahan yang
dipaparkan oleh Galileo tentang teori baru alam semesta yang merupakan kelanjutan dari teori

1
Penulis adalah mahasiswa pendengar Filsafat Ssemester III Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta –
Desember 2018.
2
A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009), 2.

Page 1 of 10
Copernicus. Pada bagian akhir, penulis akan mencoba memberikan kesimpulan dan refleksi
singkat atas perkembangan teori alam semesta dan konflik yang telah dipaparkan sebelumnya.
Latar Belakang
Secara umum, Kosmologi merujuk pada sebuah ilmu tentang alam semesta sebagai
sistem yang rasional dan teratur. Kosmologi dibahas untuk pertama kalinya sebagai cabang
metafisika yang memfokuskan perhatian tentang asal usul dan susunan alam raya, penciptaan,
kekekalan, vitalisme, mekanisme, kodrat hukum, ruang waktu, dan kausalitas. Dalam
pembahasan yang lebih bercorak metafisik, kosmologi menghadirkan diri sebagai upaya
manusia dalam memahami alam semesta dan menentukan posisi didalamnya. Hal ini tentu
didasari oleh adanya keyakinan bahwa di balik pergerakan planet yang kelihatannya kacau,
pasti ada suatu pola keteraturan nyata yang sesuai dengan hukum yang mengatur mekanisme
gerakan tersebut.3 Atas dasar inilah manusia menghasilkan pandangan kosmologis tertentu
yang berusaha untuk terus dipahami sejak dari pemahaman geosentrisme, heliosentrisme,
hingga relativisme.
Pada zaman bangsa Yunani berkembang berbagai macam konsep kosmologi yang
bersifat rasional dan tidak dibumbui oleh hal-hal berbau mitologis. Satu tokoh terkenal pada
zaman tersebut adalah Thales dari Miletus. Thales berhasil mengembahkan metode
trigonometri dan survei yang kemudian dapat diterapkan untuk mempelajari benda-benda
langit. Dikatakan juga bahwa ia adalah orang pertama yang berupaya memberikan gambaran
akan alam semesta tanpa sama sekali memasukkan hal-hal yang berbau supernatural. Tokoh
besar dalam kosmologi lainnya yang hidup pada zaman Yunani kuno adalah Aristoteles (hidup
sekitar tahun 350 SM). Aristoteles telah mengembangkan gagasan Exodus lebih jauh lagi. Ia
menyatakan bahwa bumi merupakan pusat alam semesta dan menjadi titik pusat peredaran
benda-benda langit (matahari, bulan, dan planet-planet lainnya). Ia mengatakan bahwa alam
semesta terdiri dari 55 buah bola sepusat dan setiap bola menjadi tempat kedudukan satu benda
langit. Lalu, bola-bola ini berputar secara masing-masing dengan kecepatan yang berbeda-beda
hingga seperti kelihatan bergerak maju-mundur.4
Pada abad sekitar 140 SM mulai muncul teori lain tentang susunan dan struktur alam
semesta. Teori ini juga menyatakan bahwa bumi berada di pusat alam semesta. Teori yang
diusulkan oleh Claudius Ptolomeus ini pertama-tama dibuat untuk menjelaskan keberadaan
gerak retrograde planet. Ia menyatakan bahwa semua benda langit bergerak melingkari sebuah

3
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 2000), 499-500.
4
Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, 4.

Page 2 of 10
titik dan lintasan dari benda ini disebut episikel. Episikel sendiri bergerak dalam lingkaran yang
lebih besar yang disebut deferent. Bumi sendiri bukanlah pusat dari deferent serta terletak tidak
terlalu jauh dari pusat deferent, yaitu pada titik yang disebut equant. 5 Teori dari Ptolomeus
tersebut bertahan berabad-abad lamanya dan menjadi model standar alam semesta hingga
sekitar abad ke-15. Tidak mengerankan jika teori tersebut menjadi populer dan bertahan ratusan
tahun lamanya. Dengan menjadikan Bumi sebagai pusat alam semesta, secara tidak langsung
ingin menyatakan bahwa manusia yang menjadi pusat alam semesta itu sendiri.
Ratusan tahun kemudian, tepatnya pada abad ke-15 muncul kembali teori tentang alam
semesta yang diusulkan oleh Nicolaus Copernicus. Secara singkat, Copernicus mengusulkan
semua benda langit (yang didalamnya juga Bumi) bergerak mengitari Matahari dalam orbitnya
yang berbentuk lingkaran. Teori ini disebut teori heliosentris yang ia utarakan dalam bukunya
yang berjudul De Revolutionobus Orbium Colestium pada tahun 1543. Dalam bukunya
tersebut, ia juga mengatakan bahwa teori Ptolomeus terlalu dipaksakan dan rumit. Copernicus
pun tidak percaya jika Tuhan menciptakan alam semesta dan sengaja menjadikan teorinya
serumit itu.6
Polemik yang muncul
Lalu, apa yang sebenarnya menjadi polemik dari teori-teori yang muncul seperti pada
penjelasan diatas? Hal tersebut dapat dijawab jika kita mengetahui lebih jauh latar belakang
kehidupan di zaman akhir abad pertengahan. Teori tata surya menjadi cukup menghebohkan
dunia ilmiah Eropa pada tahun-tahun tersebut karena beriringan dengan arus reformasi
Protestan. Pada abad 17 dan 18 mulai muncul pemahaman Enlightenment di Eropa sebagai
suatu sikap penentangan kepada segala bentuk tradisi dan dogma. Kesadaran ini pula
menjadikan manusia sebagai individu yang memiliki akal budi. Zaman pencerahan ini
membawa manusia menjadi semakin maju ke arah rasionalitas dan kesempurnaan moral, tidak
terkecuali pandangannya terhadap alam semesta.
Tahun 1616, Gereja Katolik bereaksi dengan cukup keras atas teori Copernicus
tersebut sampai memasukkan buku De Revolutionobus Orbium Colestium ke dalam Index.
Index adalah urutan buku-buku terlarang karena isinya dianggap menghujat ajaran Gereja
Katolik. Ratusan tahun kemudian, tepatnya tahun 1835, buku tersebut akhirnya dicabut dari
daftar Index. Meskipun demikian, teori Copernicus dipelajari oleh banyak ilmuwan dan
berusaha untuk menggunakannya sebagai landasar berpikir secara ilmiah tentang alam

5
Deded Chandra dan M. Nasir, Dasar-dasar Astronomi: Edisi 1 (Jakarta: Penerbit Kencana, 2016), 38.
6
Chandra dan Nasir, Dasar-dasar Astronomi: Edisi 1, 39.

Page 3 of 10
semesta. Beberapa diantara mereka adalah Tycho Brahe, Johannes Kepler, Galileo Galilei, dan
Giordano Bruno. Mereka justru memandang teori Copernicus tersebut jauh lebih rasional dan
cocok untuk pengamatan daripada teori geometris yang telah dipercaya berabad-abad
lamanya.7
Teori Copernicus tentang alam semesta kemudian dibuktikan kembali oleh Galileo
Galilei yang juga memberikan sumbangan sangat besar dalam dunia pengetahuan. Galileo
dapat memberikan bukti yang dibutuhkan untuk membenarkan teori Copernicus. Galileo
memperoleh izin dari Paus Urbanus VIII, bersama seorang Barberini dan seorang temannya
untuk melanjutkan penelitian ke dalam pandangan Ptolemaic dan Copernicus dunia asalkan
temuannya tidak menarik kesimpulan yang pasti dan mengakui kemahakuasaan ilahi.8
Melalui teleskop yang ia buat, Galileo dapat menemukan berbagai gejala alam yang
menunjukkan bumi beserta planet lainnya mengelilingi matahari. Teori Galileo lainnya yang
memberikan bukti bahwa Bumi sungguh berputar di luar angkasa adalah dengan teori gerak
pasat surut air laut. Ia menyatakan bahwa pasang surut air laut disebabkkan oleh konsekuensi
alam dari gerak bumi. Secara logis ia berpikir bahwa jika bumi tetap diam ditempat, tidak
mungkin terjadi air dapat mengalir terus, naik turun dengan waktu interval yang teratur di
sepanjang garis pantai. Teori tentang alam semesta inilah yang juga membuat Galileo terkenal
dan juga menimbulkan polemik dalam lingkungan Gereja Katolik.
Pada tahun 1632, Galileo menerbitkan temuannya dalam tulisan berjudul "Dialog
Mengenai Dua Sistem Dunia Utama" (Dialogue Concerning the Two Chief World Systems).
Tulisan tersebut merupakan hasil pekerjaannya yang memberikan dukungan kuat akan teori
Copernicus. Satu tahun kemudian, Galileo diadili oleh Inkuisisi. Dalam sidangnya, ia membela
diri dengan mengatakan bahwa penelitian ilmiah dan iman Kristen tidak saling eksklusif dan
justru dengan studi tentang alam akan mendorong pemahaman dan penafsiran akan Kitab Suci.
Tetapi, pandangannya justru dinilai salah dan keliru oleh pihak Gereja Katolik. Akibat
ancaman dan siksaan yang dilakukan oleh Inkuisisi Gereja Katolik hingga ia mengalami sakit-
sakitan, Galileo akhirnya menarik kembali pandangannya tersebut pada tanggal 30 April 1633.
Pada tahun-tahun selanjutnya, ia diizinkan melakukan aktivitas sebagai tahanan rumah di
Siena.9

7
Chandra dan Nasir, Dasar-dasar Astronomi: Edisi 1, 39.
8
“After 350 Years Vatican Says Galileo Was Right It Moves,” terakhir diakses 19 Desember 2018,
https://www.nytimes.com/1992/10/31/world/after-350-years-vatican-says-galileo-was-right-it-moves.html.
Artikel resmi berasal dari koran The New York Times, Sabtu, 31 Oktober 1992.
9
“After 350 Years Vatican Says Galileo Was Right It Moves.”

Page 4 of 10
Pada tahun-tahun yang sama, terdapat modifikasi teori yang diperkenalkan oleh
Johannes Kepler yang memberikan astronomi Copernicus terdengar lebih teknis. Modifikasi
Kepler ini memastikan bahwa teori heliosentris Kepler dapat diterima diantara para ilmuwan
pada saat itu. Kosmologi modern pun dimulai setengah abad kemudian dengan sintesis hukum
fisika newton beserta hukum dasar gerakan planet dari Kepler.10
Tanggapan Gereja atas teori baru Alam Semesta
Pada zaman itu, para pemimpin Gereja Katolik tidak menyukai pandangan kosmologis
heliosentris dimana teori tersebut menempatkan matahari sebagai pusat alam semesta seperti
yang diperkenalkan oleh Copernicus. Pihak Gereja pun lebih meyakini pandangan geosentris
dimana bumi sebagai pusat alam semesta seperti yang diwariskan oleh Aristoteles. Gereja pun
memandang teori Copernicus sebagai hal yang aneh. Pandangan Copernicus tersebut tidak
hanya bertentangan dengan pemikiran filsuf besar sekelas Airistoteles, tetapi juga menentang
akal sehat saat itu dimana dalam pandangan mata telanjang matahari sendiri yang memutari
bumi dengan terbit dari timur dan tenggelam menuju arah barat.11
Pandangan geosentris yang masih dipegang teguh oleh Gereja Katolik tersebut pun
teguhkan juga dalam Injil. Pada Mazmur 104 : 1-5 disebutkan, “Oh Tuhanku, Kaulah yang
Mahabesar. Kau pancangkan bumi pada dasarnya, tidak bergerak untuk selamanya.” Pihak
Gereja tetap berpegang teguh pada pendiriannya lewat Alkitab dan ditambah dengan kutipan
yang didapat dari nabi Sulaiman yang menyatakan bahwa, “Matahari terbit dan matahari
tenggelam dan bebergas kembali ke tempatnya terbit.” Perkataan Sulaiman tersebut dianggap
sebagai kebenaran karena Gereja pun emmandang bahwa ia adalah orang yang bijak serta
terpelajar dalam ilmu pengetahuan tetnang benda cipatan Tuhan. Kearifannya pun dianggap
berasal dari Tuhan. Maka, mereka memandang bahwa tidak mungkin Sulaiman memberikan
pernyataan yang bertentangan dengan kebenaran.12
Situasi gelombang reformasi Protestan pada masa itu telah membuat posisi Gereja
Katolik menjadi semakin tidak stabil. Maka, menjadi sangat wajar jika para pemuka agama
Katolik menjadi sensitif terhadap gerakan apapun yang akan membuat lemah iman dan
kepercayaan umat akan Gereja. Bahkan, pada pertengahan abad ke 16 Gereja mengeluarkan

10
Stillman Drake, Comology: Historical, Literary, Philosophical, Religious, and Scientific Perspectives, disunting
oleh Norriss S. Hetherington (United States of America: Garland Publishing, Inc., 1993), 235.
11
Diringkas dari artikel “Dilarang Berpikir bahkan Dibunuh Atas Nama Iman”, terakhir diakses tanggal 17
Desember 2018, https://tirto.id/dilarang-berpikir-bahkan-dibunuh-atas-nama-iman-cJmj.
12
“Agama Tidak Pernah Bertentangan dengan Ilmu Pengetahuan,” terakhir diakses tanggal 20 Desember 2018,
https://adearmando.wordpress.com/2009/06/24/pelajaran-dari-galileo-agama-tidak-pernah-bertentangan-dengan-
ilmu-pengetahuan.

Page 5 of 10
beberapa dekrit yang menetapkan batasan akan penafsiran ajaran agama. Tampak disini bahwa
Gereja Katolik berusaha untuk menolak desakan Martin Luther untuk membaca sendiri Kitab
Suci secara pribadi. Maka, pada tahun 1546 Gereja akhirnya membuat pernyataan bahwa tidak
ada satu orang pun diperbolehkan menafsirkan Kitab Suci berdasarkan pendapatnya sendiri
dan melencengkan arti di dalam Kitab Suci berdasarkan keinginan pribadinya.
Dua puluh delapan tahun pasca pelarangan penafsiran atas Kitab Suci secara pribadi,
otoritas Gereja Katolik kembali menetapkan bahwa tafsiran-tafsiran atas Kitab Suci tidak akan
diterima kecuali disetujui terlebih dahulu oleh para Bapa Gereja. Maka, tidak heran jika pada
saat Galileo mulai mengeluarkan teori alam semesta yang sungguh berbeda dengan keyakinan
umum dari Gereja, ia mendapat tuduhan telah memberikan tafsiran yang keliru dan dianggap
telah membantuk merusak iman umat pada zaman itu. Bahkan, pejabat Gereja pun menuduh
teorinya telah membuat umat kehilangan kepercayaan akan isi Kitab Suci dan dapat meragukan
kebenaran ajaran Tuhan serta otoritas Gereja. Atas tuduhan tersebut, Galileo pun diperintahkan
oleh Paus Paulus V untuk tidak lagi menyebarkan padangannya tentang teori alam semesta
yang mendukung hipotesis Copernicus. Paus Paulus V memandang bahwa teori Copernicus
tersebut telah berlawanan dengan dogma Gereja Katolik.
Surat Galileo Galilei kepada Grand Duchess Christina de Lorena13
Pada tahun 1615, Galileo menulis sebuah esai berbentuk surat untuk Grand Duchess
Christina de Lorena. Maksud dari surat ini adalah untuk mengakomodasi pandangan
Copernicus berhadapan dengan doktrin-doktrin Gereja Katolik. Galileo mencoba
menggunakan gagasan-gagasan dari para Bapa Gereja untuk menunjukkan bahwa kecaman
yang diberikan untuk teori Copernicus tidak pantas dilancarkan Gereja. Christina sendiri adalah
seorang putri Charles III. Pada akhir tahun 1613, seorang mantan murid Galileo bernama
Benedetto Castelli yang juga adalah seorang Benediktin, menulis surat kepada Galileo tentang
peristiwa pada saat makan malam dengan Grand Duke Cosimo II de 'Medici. Dalam
percakapan di makan malam tersebut, Cosimo Boscaglia, seorang profesor filsafat berpendapat
bahwa gerakan Bumi tidak mungkin benar dan bertentangan dengan Alkitab. Setelah makan
malam berakhir, Castelli dipanggil kembali untuk menjawab argumen alkitabiah melawan
gerakan Bumi dari Christina. Biarawan tersebut menggunakan sudut pandang teologi sebagai
tanggapan dan telah meyakinkan semua orang yang ada di sana kecuali Duchess dan Boscaglia.

13
Galileo Galilei, The Essential Galileo, disunting dan diterjemahkan oleh Maurice A. Finocchiaro
(Indianapolis: Hackett Publishing Company, Inc., 2008), 109-126.

Page 6 of 10
Berdasarkan informasi dari muridnya tersebut Galileo akhirnya memutuskan untuk
menuliskan surat kepada Christina karena besarnya keinginan putri tersebut untuk belajar lebih
banyak tentang astronomi. Lebih penting lagi, posisi kekuasaan Christina juga akan
memberikan efek yang lebih besar diantara para bangsawan dan para pemimpin Gereja pada
masa itu jika membaca surat yang ia tuliskan kepada putri tersebut.
Karena kontroversi atas gerak Bumi yang meluas dan dianggap semakin berbahaya,
pada tahun 1615 Galileo merevisi surat ini dan menyebarluaskannya. Isi surat Galileo sendiri
kurang lebih ingin memaparkan pandangan dan posisinya pada hubungan antara sains dan
Kitab Suci. Galileo memulai suratnya dengan sedikit pujian dari Grand Duchess dan mencoba
membangun sosok Christina sebagai figur otoritas. Christina adalah orang yang memiliki
otoritas tinggi tetapi tidak memiliki banyak pengetahuan di bidang astronomi namun ia mampu
menulis surat dengan cara yang orang biasa dapat mengerti. Maka, Galileo berusaha untuk
memanipulasi Christina dengan mencoba untuk mencapai simpatinya dengan menyebutkan
serangan tidak adil yang dilakukan terhadap kehormatannya.
Galileo menyatakan bahwa ia termotivasi untuk menulis surat itu untuk membenarkan
dirinya sendiri kepada orang-orang beragama yang sangat ia hargai. Ia memberikan pemikiran
yang cukup logis dan masuk akal untuk Christina. Dalam salah satu penggalan suratnya, ia
menuliskan demikian:
“It is most pious to say and most prudent to take for granted that Holy Scripture can
never lie, as long as its true meaning has been grasped; but I do not think one can deny
that this is frequently recondite and very different from what appears to be the literal
meaning of the words.”14
Bagi Galileo, memang menjadi sesuatu yang saleh dan bijaksana bagi orang yang menerima
begitu saja bahwa isi Kitab Suci tidak ada yang berisi kebohongan selama arti sesungguhnya
telah dipahami dengan baik. Namun, ia juga tidak berpandangan bahwa seseorang dapat
menyangkal bahwa isi kitab suci selama ini sering kali direkondisikan dan sangat berbeda dari
apa yang tampaknya menjadi makna harfiah dari kata-kata yang tekandung di dalamnya.
Masih dalam surat yang sama, ia juga menegaskan bahwa apa yang diilhamkan oleh Roh
Kudus telah diekspresikan oleh para penulis Kitab Suci sedemikian rupa untuk
mengakomodasi kebutuhan orang banyak yang sangat tidak murni dan tidak ketat. Maka,
memang pada akhirnya dirasa perlu bahwa para penafsir yang bijaksana dapat merumuskan
arti Kitab Suci yang sebenarnya dan menunjukkan alasan yang cukup spesifik mengapa ilham

14
Galileo Galilei, The Essential Galileo, 115.

Page 7 of 10
dari Roh Kudus tersebut diungkapkan dengan kata-kata seperti yang sudah tertulis dalam Kitab
Suci.
Galileo juga melihat dengan jelas bahwa untuk tujuan mengakomodir pemahaman umum,
Kitab Suci tidak memilih untuk menyembunyikan kebenaran yang paling penting. Ia pun
mempertanyakan apakah Kitab Suci telah mengesampingkan makna tentang bumi, air,
matahari, atau hal-hal yang diciptakan Tuhan dan telah memilih untuk membatasi diri secara
ketat pada makna harfiah dan sempit dari kata-kata tersebut. Untuk mengakomodasi
pemahaman orang-orang, Galileo menyatakan tepat bagi Alkitab untuk mengatakan hal yang
berbeda dengan kebenaran absolut. Namun, di sisi lain alam semesta tidak dapat ditawar-tawar
dan tidak pernah melanggar ketentuan-ketentuan hukum yang melekat padanya.
Di surat tersebut Galileo menyimpulkan bahwa sesuatu yang fisik yang telah benar-benar
ditunjukkan seharusnya tidak diberi harga yang lebih rendah dari tulisan suci seperti Kitab
Suci, melainkan harus menjelaskan bagaimana bentuk fisik tersebut tidak bertentangan dengan
kesimpulan itu. Oleh karena itu sebelum mengutuk proposisi fisik, seseorang harus
menunjukkan bahwa ia tidak dibuktikan secara konklusif.
Harapan Baru dari Gereja untuk Galileo
350 tahun setelah Gereja Katolik Roma mengutuk tulisan Galileo, Paus Yohanes Paulus
II akhirnya memberikan tanggapan terhadap teori yang membuktikan Bumi bergerak
mengelilingi Matahari tersebut. Berdasarkan info dari The New York Times, Paus secara resmi
menutup penyelidikan selama 13 tahun mengenai kutukan Gereja terhadap Galileo yang pernah
diberikan pada tahun 1633.15 Perselisihan antara Gereja dan Galileo telah lama berdiri sebagai
salah satu lambang besar sejarah konflik antara akal dan dogma, sains, dan iman tersebut
akhirnya berakhir. Pengakuan resmi Vatikan tentang kesalahan yang pernah dilakukan Gereja
menjadi sebuah hal yang langka apalagi sebagai sebuah institusi yang dibangun selama
berabad-abad dengan keyakinan bahwa Gereja adalah ‘wasit’ terakhir dalam masalah iman.
Pada saat Gereka memberikan kutukan, Galileo sebenarnya telah mendapat
perlindungan dari beberapa orang terkemuka di Italia seperti Medicis dan Barberinis untuk
mempertahankan penemuan-penemuan yang ia buat. Namun ketika pengamatannya tersebut
membawa dirinya ke bukti teori Copernican tentang tata surya, di mana matahari dan bukan
bumi adalah pusatnya, dan yang oleh Gereja dianggap sebagai kesesatan, Galileo dipanggil ke
Roma oleh pihak Inkuisisi.

15
“After 350 Years Vatican Says Galileo Was Right It Moves.”

Page 8 of 10
Sejak itu, Gereja telah mengambil berbagai langkah untuk membalikkan
penentangannya terhadap kesimpulan Galileo. Pada tahun 1757, tulisan Galileo Dialogue
Concerning the Two Chief World Systems pun akhirnya dihapus dari Index. Pada tahun 1984,
penyelidikan terakhir dilakukan oleh para ilmuwan, teolog dan sejarawan dan membuat laporan
bahwa Galileo telah dihukum secara salah. Hingga akhirnya pada tahun 1991, Paus Yohanes
Paulus II sendiri mengatakan bahwa ilmuwan itu telah "ditentang dengan ceroboh."16 Paul
Cardinal Poupard sebagai kepala penyelidikan pada saat itu menyatakan bahwa mereka
akhirnya tahu bahwa Galileo benar dalam mengadopsi teori astronomi Copernican.
Kesimpulan
Penulis menemukan beberapa poin penting yang dapat dijadikan kesimpulan dan
refleksi. Pertama, perkembangan teori Kosmologi setidaknya sejak zaman Yunani Kuno
hingga pada abad ke-15 memiliki dinamika dan ciri khasnya sendiri. Kelahiran kosmologi
Copernican pada sekitar abad 15 yang bertolak belakang dengan kosmologi ala Aristoteles dan
Ptolemaios memberi goncangan yang besar termasuk bagi Gereja Katolik yang masih menjaga
warisan dan tradisinya sendiri. Kedua, narasi dan sejarah yang terungkap didalam tulisan ini
memberikan gambaran yang jelas bagaimana Gereja Katolik sempat keliru dalam mengambil
langkah untuk menanggapi tulisan Galileo tersebut. Ketiga, meskipun Gereja Katolik pernah
mengalami konflik dan pertentangan amat pelik dengan teori Kosmologi yang lahir ditengah
situasi Protestanisme dan revolusi sains, Gereja tetap rendah hati untuk terus menyelidiki dan
mengikuti penemuan-penemuan baru tersebut. Hingga pada akhirnya, Gereja Katolik dan
Kosmologi pun tetap dapat berjalan beriringan.
Sebagai refleksi, penulis terkesan dengan tulisan Galileo kepada Grand Duchess Christina
dimana ia membedakan antara tulisan dalam Kitab Suci dengan kebenaran absolut yang
dimiliki oleh alam semesta. Ia mengatakan tepat bagi Alkitab untuk mengatakan hal yang
berbeda dengan kebenaran absolut. Pada sisi lain alam semesta tidak dapat ditawar-tawar dan
tidak pernah melanggar ketentuan-ketentuan hukum yang melekat padanya. Sikap Galileo ini
dapat dijadikan pelajaran bagi siapa saja untuk dapat memahami bahwa Kitab Suci sebagai
sebuah narasi karya keselamatan Allah dapat saja berbeda dengan kebenaran absolut yang
dimiliki alam semesta. Perbedaan tersebut tidak dapat kita pungkiri dan justru menjadi jalan
refleksi iman yang baru untuk dapat kita jadikan pegangan dalam memahami alam semesta dan
karya keselamatan Allah.

16
“After 350 Years Vatican Says Galileo Was Right It Moves.”

Page 9 of 10
Daftar Pustaka
Sumber Buku
Admiranto, A. Gunawan. Menjelajahi Tata Surya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia, 2000.
Chandra, Deded dan M. Nasir. Dasar-dasar Astronomi: Edisi 1. Jakarta: Penerbit Kencana,
2016.
Drake, Stillman. Comology: Historical, Literary, Philosophical, Religious, and Scientific
Perspectives. Disunting oleh Norriss S. Hetherington. United States of America: Garland
Publishing, Inc., 1993.
Galilei, Galileo. The Essential Galileo. Disunting dan diterjemahkan oleh Maurice A.
Finocchiaro. Indianapolis: Hackett Publishing Company, Inc., 2008.

Sumber Internet
Ade Armando. “Agama Tidak Pernah Bertentangan dengan Ilmu Pengetahuan,” terakhir
diakses tanggal 20 Desember 2018,
https://adearmando.wordpress.com/2009/06/24/pelajaran-dari-galileo-agama-tidak-
pernah-bertentangan-dengan-ilmu-pengetahuan.
The New York Times. “After 350 Years Vatican Says Galileo Was Right It Moves.” Terakhir
diakses 19 Desember 2018. https://www.nytimes.com/1992/10/31/world/after-350-years-
vatican-says-galileo-was-right-it-moves.html. Artikel resmi berasal dari koran The New
York Times, Sabtu, 31 Oktober 1992.
Tirto.id. “Dilarang Berpikir bahkan Dibunuh Atas Nama Iman.” Terakhir diakses tanggal 17
Desember 2018. https://tirto.id/dilarang-berpikir-bahkan-dibunuh-atas-nama-iman-cJmj.

Page 10 of 10

Anda mungkin juga menyukai