Kelompok 1 - MAKALAH AHDB TM 3
Kelompok 1 - MAKALAH AHDB TM 3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian manusia dan dalilnya dalam subjek hukum?
2. Bagaimana pengertian badan hukum, unsur-unsur badan hukum?
3. Bagaimana perbedaan objek perjanjian (Benda Bergerak dan Tidak Bergerak)?
4. Bagaimana manfaat dari pembeda antara benda bergerak dan tidak bergerak?
5. Bagaimana contoh kasus yang melibatkan subjek dan objek perjanjian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manusia dan dalilnya dalam subjek hukum
2. Untuk mengetahui pengertian badan hukum, unsur-unsur badan hukum
3. Untuk mengetahui perbedaan objek perjanjian (Benda Bergerak dan Tidak
Bergerak.
4. Untuk mengetahui manfaat dari pembeda antara benda bergerak dan tidak
bergerak.
5. Untuk mengetahui kasus yang melibatkna objek dan subjek perjanjian.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Badan Hukum
Selain manusa yang secara kodrat merupakan subjek hukum, hukum juga
mengakui eksistensi badan hukum atau rechtspersoon sebagai badan hukum, yang
berkedudukan sebagai pendukung hak dan kewajiban badan-badan dan
perkumpulan-perkumpulan itu dapat memiliki kekayaan sendiri, ikut serta dalam
lalu lintas hukum dengan perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan menggugat
dimuka pengadilan. Badan-badan atau perkumpulan tersebut dinamakan badan
hukum (rechtpersoon) yang berarti orang (persoon) yang diciptakana oleh hukum.
Rechtspersoon biasa disebit sebagai badan hukum yang merupakan persona ficta
atau orang yang diciptakan oleh hukum sebagai persona.
Burge;ijk wetboek menggunakan istilah rechtpersoon yaitu pada saat
diadakannya pengaturan tentang kanak-kanak (kinderwetten). Menurut pasal 292
ayat (2) dan pasal 302 buku I BW serta sejak diadakannya buku Titel 10 buku III
BW (lama) pada tahun 1838 terdapat banyak ketentuan tentang apa yang
dimaksud dengan rechtpersonen tetapi istilah yang digunakan adalah zedelijk
lichaam (badan susila). Mengenai istilah ini, purnadi purbacaraka dan soerjono
soekanto berpendapat yaitu dalam menerjemahkan zadelijk lichaam menjadi
badan hukum, lichaam itu benar terjemahannya badan, tetapi hukum sebagai
terjemahan zadelijk itu salah, karena arti sebenarnya susila. Oleh karena itu istilah
zadelijk lichaam dewasa ini sinonim dengan rechtpersoon, maka lebih baik kita
gunakan pengertian itu dengan terjemahan pribadi hukum.
Dalam peraturan di indoensia, istilah yang resmi digunakan adalah badan
hukum, istilah ini dapat ditemukan dalam peraturan perundang-undangan beribut:
- Undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan pokok agrarta
- Peraturan pemerintah pengganti undang-undan nomor 19 tahun 1960 tentang
bentuk-bentuk usaha negara
- Undang-undang nomor 19 taun 2003 tentang badan usaha milik negara
- Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatad, dan
sebagainya
Terjadi banyak perdebatan mengenai bagaimana badan hukum dapat menjadi
subjek hukum dan memiliki sifat-sifat subjek hukum seperti manusia. Banyak
sekali teori yang ada dan digunakan dunia akademis untuk menjelaskan hal
tersebut, namun demikian menurut salim, teori yang paling berpengaruh dalam
hukum positif adalah teori konsistensi yang pada intinya mengajarkan bahwa
badan hukum dalam negara tidak memiliki kepribadian hukum yaitu hak dan
kewajiban dan harta kekayaan kecuali di perkenankan oleh hukum dalam hal ini
berarti negara sendiri.
Berdasarkan pasal 1654 KUH perdata, badan hukum didefinisikan sebagai
semua perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orang-orang preman,
berkuasa melakukan tindakan-tindakan perdaa, dengan tidak mengurangi
peraturan-peraturan umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau
ditundukkan pada acara-acara tertentu. Sebelumnya dalam pasal 1653 KUH
perdata diatur berkaitan dengan perkumpulan adalah selainnya perseroan yang
sejati oleh undang-undang diakui pula perhimpunan orang sebagai perkumpulan,
baik yang diadakan atau diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum, maupun
diterima sebagai diperbolehkan, atau tela didirikan untuk suatu maksud tertentu
yang tidak bertantangan dengan undang-undang atau kesusilaan. Dengan
demikian berdasarkan pasal 1653 bab kesembilan dari buku ketiga KUH perdata,
ada 3 macam perkumpulan, yaitu :
- Perkumpulan yang diadakan oleh kekuasaan umum
- Perkumpulan yang diakui oleh kekuasaan umum
- Perkumpulan yang diperkenankan atau untuk suatu maksud tertentu tidak
berlawanan dengan undang-undang atau kesusilaan.
Pasal 1653 KUH perdata tersebut merupakan landasan yuridis keberadaan
badan hukum baik badan hukum publik maupun privat, meskipun tidak secara
tegas mengaturnya.
Menurut Apeldoorn, yang dimaksud dengan pusura hukum (badan hukum)
adalah
- Tiap-tiap persekutuan manusia, yang bertindak dalam pergaulan hukum
seolah-olah ia suatu pusura yang tunggal
- Tiap-tiap harta dengan tujuan yang tertentu, tetapi dengan tiada yang
empunya, dalam pergaulan hukum diperlakukan seolah-olah ia sesuatu pusura
(yayasan).
Sri soedewi maschun sofwan mengartikan badan hukum sebagai kumpulan
dari orang-orang yang bersama-sama mendirikan suatu badan (pehimpunan) dan
kumpulan harta kekayaan yang ditersendirikan untuk tujuan teretntu. Kedua-
duanya merupakan badan hukum.
Unsur-unsur badan hukum adalah
- Adanya pemisahan harta kekayaan anatra pendiri dengan badan hukum
- Mempunyai harta kekayaan teretntu
- Memiliki kepentingan tertentu
- Memiliki organ yang menjalankan badan hukum
- Adanya manajemen yang teratur
Unsur-unsur inilah yang dapat ditemukan dalam suatu badan hukum, serta
dapat digunakan untuk membedakan badan hukum dengan bukan badan hukum.
Menurut scholten badan hukum harsulah memenuhi unsur-unsur berikut:
- Mempunyai harta kekayaan sendiri, yang berasal dari suatu perbuatan hukum
pemisahan
- Mempunyai tujuan tertentu sendiri
- Mempunyai alat perlengkapan atau organisasi
Setiap badan hukum yang dapat dikatakan mampu bertanggung jawab (recht-
bevoeheid) secara hukum, harus memiliki empat unsur pokok, yaitu
- Harta kekayaan yang terpisah dari kekayaan subjek hukum yang lain
- Mempunyai tujuan ideal teretntu yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan
- Mempunyai kepentingan sendiri dalam lalu lintas hukum
- Ada organisasi kepengurusannya yang bersifat teratur menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan peraturan internalnya sendiri.
Sebagaimana layaknya subjek hukum, badan hukum mempunyai kewenngan
melakukan perbuatan hukum seperti halnya orang, akan tetapi perbuatan hukum
itu hanya terbatas pada bidang hukum harta kekayaan. Mengingat wujudnya
adalah badan atau lembaga, maka dalam mekanisme pelaksanaannya badan
hukum bertindak dengan perantara pengurus-pengurusnya.
Sebagai subjek hukum yang berkedudukan mendukung hak dan kewajiban,
badan hukum diakui eksistensinya. Berdasarkan pasal 1653 KUH perdata,
terdapat 4 jenis badan hukum, yaitu :
1. Badan hukum yang didirikan oleh pemerintah. Termasuk dalam kategori
badan hukum ini adalah badan hukum piblik seperti provinsi, kabupaten, kota
dan lain sebagainya.
2. Badan hukum yang diakui oleh pemerintah, misalnya gereja atau badan
keagamaan lainnya.
3. Badan hukum yang diijinkan oleh pemerintah.
4. Badan hukum yang didirikan oleh pihak swasta atau partikelir.
Adapun macam badan hukum publik ini dapat dilihat dari badan hkum publik
yang memiliki teritorial dan badan hukum publik yang tidak memiliki teritorial.
Badan hukum yang mmepunyai teritorial, suatu badan hukum itu pada umumnya
harus memperhatikan atau menyelanggarakan kepentingan mereka yang tinggal di
dalam daerah atau wilayahnya. Badan hukum yang tidak mempunyai teritorial,
suatu badan hukum yang dibentuk oleh yang berwajib hanya untuk tujuan tertentu.
Sedangkan, badan hukum perdata merupakan badan hukum yang didirikan
atas pernyataan kehenda dari orang-perorangan. Badan hukum publik
dimungkinkan mendirikan badan hukum perdata seperti yayasan, perseroan
terbatas dan lain sebagainya.
Selanjutnya untuk membedakan antara badan hukum publik dengan badan
hukum privat atau perdata dapat memperhatikan hal-hal berikut :
1. Pembedaan badan hukum publik dan privat tersebut dapat dilihat melalui
prosedur pendiriannya, artinya badan hukum publik itu diadakan dengan
konstruksi hukum publik yaitu didirikan oleh penguasa dengan undang-
undang atau peraturan-peraturan lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada
bagaimana cara pendiriannya badan hukum tersebut, seperti yang diatur dalam
pasal 1653 UH perdata yaitu ada 3 macam, yaitu
Badan hukum yang diadakan oleh kekuasaan umum (pemerintah atau
negara)
Badan hukum yang diakui oleh kekuasaan umum.
Badan hukum yang diperkenankan dan yang didirikan dengan tujuan
yang tidak bertentangan dengan undang-undnag atau kesulilaan (badan
hukum dengan konstruksi keperdataan)
2. Perbedaan badan hukum privat dengan badan hukum publik dapat dilihat dari
siapa pendiri dari badan hukum tersebut. Badan hukum perdata adalah badan
hukum yang didirikan oleh perseorangan, sedangkan badan hukum publik
adalah badan hukum yang diadakan oleh kekuasaan umum.
3. Perbedaan dengan melihat lingkunagn kerjanya, yaitu apakah dalam hukum itu
pada umumnya dengan publik atau melakukan perbuatan-perbuatan hukum
perdata.
4. Mengenai wewenangnya, yaitu apakah badan hukum yang didirikan oleh
penguasa itu diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan atau
peraturan yang mengikat umum. Jika ada wewenang publik, maka ia adalah
badan hukum publik.
KESIMPULAN
Manusia merupakan pendukung hak dan kewajiban, oleh karena itu masusia disebut
sebagai subjek hukum. Hukum indonesia mengakui setiap manusia sebagai subjek
hukum. Hal ini tampak dalam pasal 1 ayat (1) KUH perdata yang menyatakan bahwa
menikmati hak-hak kewargaan tidak tergantung pada hak-hak kenegaraan. Pengaturan ini
mengandung makna bahwa status sebagai warga (yang memiliki makna sebagai subjek
hukum) tidak digantungkan pada syarat tertentu yang ditetapkan oleh negara. Pengakuan
manusia sebagai subjek hukum tersebut dimulai sejak manusia didalam kandungan (bila
kepentingannya menghendaki demikian).
Selain manusia yang secara kodrat merupakan subjek hukum, hukum juga mengakui
eksistensi badan hukum atau rechtspersoon sebagai badan hukum, yang berkedudukan
sebagai pendukung hak dan kewajiban badan-badan dan perkumpulan-perkumpulan itu
dapat memiliki kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantaraan
pengurusnya, dapat digugat dan menggugat dimuka pengadilan.
Menurut Prof. Subekti, S.H. dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Hukum
Perdata (hal. 61-62), suatu benda dapat tergolong dalam golongan benda yang tidak
bergerak (“onroerend”) pertama karena sifatnya, kedua karena tujuan pemakaiannya,
dan ketiga karena memang demikian ditentukan oleh undang-undang. . Suatu benda
yang bergerak karena sifatnya ialah benda yang tidak tergabung dengan tanah atau
dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan, jadi misalnya barang perabot rumah
tangga. Tergolong benda yang bergerak karena penetapan undang-undang ialah
misalnya vruchtgebruik dari suatu benda yang bergerak, lijfrenten, surat-surat sero dari
suatu perseroan perdagangan, surat-surat obligasi negara, dan sebagainya.
Manfaat pembedaan benda bergerak dan benda bergerak akan terlihat dalam hal cara
penyerahan benda tersebut, cara meletakkan jaminan di atas benda tersebut, dan
beberapa hal lainnya. Menurut Frieda Husni Hasbullah (Ibid, hal. 45-48), sebagaimana
kami sarikan, pentingnya pembedaan tersebut berkaitan dengan empat hal yaitu
penguasaan, penyerahan, daluwarsa, dan pembebanan.
KASUS
CASE 1
PT IBU Langgar Kontrak Dengan Retail Mutu Beras
Menurut Haris, UU Dana Pensiun (Dapen) memberikan perlakuan tidak adil kepada para
pensiunan PT Dirgantara Indonesia, termasuk dirinya. Pasalnya, menurut Haris dalam beleid
ini tak ada sanksi berupa denda maupun hukum pidana bagi perusahaan yang tidak
melaksanakan empat pasal dalam UU ini.
Keempat pasal yang dimaksud adalah pertama pasal 9 yang mengatur bahwa perubahan atas
aturan dana pensiun tidak boleh mengurangi manfaat dana pensiun yang menjadi hak peserta
yang diperoleh selama kepesertaannya sampai pada saat pengesahan menteri.
Kedua, pasal 21 ayat 1 yang menyatakan peserta yang memenuhi syarat berhak atas manfaat
pensiun normal atau manfaat pensiun cacat atau manfaat pensiun dipercepat atau pensiun
ditunda yang besarannya dihitung dari rumus yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun.
Ketiga, pasal 31 ayat 1 yang mengatur dana pensiun tidak diperkenankan melakukan
pembayaran apapun kecuali pembayaran yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun.
Keempat, pasal 51 ayat 1 dan 2 yang mengatur ketentuan bahwa dana pensiun wajib
diselenggarakan sesuai dengan peraturan dana pensiun dan wajib memenuhi ketentuan yang
sesuai dengan UU Dana Pensiun. Lantaran tak ada sanksi, kata Haris, PT Dirgantara
Indonesia hanya membayarkan pensiun kepada pekerjanya berdasarkan surat keputusan
direksi yang perhitungannya tidak sesuai dengan peraturan dana pensiun yang ditetapkan
berdasarkan UU. Lewat gugatan ini Haris meminta MK untuk menyatakan segala perbuatan
yang bertentangan dengan Pasal 9, 21 ayat 1, 31 ayat 1, dan 51 ayat 1 dan 2 UU Dana
Pensiun merupakan perbuatan melawan hukum dan menyatakan pelanggarnya bisa diancam
dengan hukuman penjara paling lama lima tahun dan denda sebesar Rp 5 miliar.
Atas permohonan ini, Hakim Konstitusi Patrialis Akbar meminta Haris untuk merumuskan
kembali uji materi yang diajukannya. Salah satunya terkait dengan petitum Haris yang
meminta agar MK menyatakan perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan dalam pasal
diatas diancam dengan hukuman penjara paling lama lima tahun dan denda Rp 5 miliar. "MK
tidak boleh merumuskan ini, ini rumusan harus dilakukan oleh pembentuk UU, MK tidak
boleh bentuk UU, paling tinggi kami hanya bisa memaknai UU," kata Patrialis. (Agus
Triyono)
DAFTAR PUSTAKA
Dasar Hukum:
Referensi
Hasbullah, Frieda Husni. 2005. Hukum Kebendaan Perdata: Hak-Hak Yang Memberi
Kenikmatan. Ind-Hil-Co. Subekti. 2003. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Intermasa.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl4712/mengenai-benda-bergerak-
dan-benda-tidak-bergerak
Case 1
https://nasional.kompas.com/read/2017/08/25/12425681/pt-ibu-diduga-langgar-kontrak-
kerja-dengan-retail-terkait-mutu-beras?page=all
Case 2
https://news.okezone.com/read/2016/01/05/512/1281142/kasus-pelanggaran-hukum-
membuat-dua-pns-dipecat
Case 3
https://money.kompas.com/read/2015/06/24/151600426/Pensiunan.PT.DI.Gugat.UU.Dan
a.Pensiun