Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi pada anak yang serius dan
merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Pneumonia di
tandai dengan batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat. Penyakit pneumonia
sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa, dan pada
orang usia lanjut. Pneumonia adalah proses infeksi saluran pernapasan akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang disebabkan oleh virus.
Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang banyak menyerang
anak-anak. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian
pneumonia, salah satunya adalah faktor lingkungan (polusi udara) Anwar & Dharmayanti
(2014). Saat ini diharapkan lingkungan anak di Indonesia bebas dari polusi udara seperti
paparan asap rokok, namun kenyataannya anak-anak di Indonesia masih ada yang terkena
dampak dari polusi udara seperti paparan asap rokok.
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) menyebutkan bahwa salah satu manifestasi
klinis dari pneumonia berat adalah, adanya bunyi napas tambahan seperti wheezing,
ronchi, stridor, cyanosis, dan di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat
napas cepat saja pada anak umur 2-11 bulan: ≥ 50x/menit sedangkan pada anak usia 1-5
tahun: ≥40x/menit. Adanya suara napas tambahan, cyanosis dan perubahan frekuensi
napas merupakan salah satu batasan karakteristik untuk menegakkan suatu diagnose
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas ( NANDA NIC-NOC, 2015).
Penyakit pneumonia jika tidak ditanggulangi secara tepat akan menyebabkan
komplikasi seperti efusi pleura dan emfiema, komplikasi sistemik, hipoksemia,
pneumonia kronik, bronkietasis. Kejadian ini tentu saja akan merugikan kesehatan anak di
dunia.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas adapun tujuan penulisan yang dapat dirumuskan
yaitu sebagai berikut:
1. Tinjauan teoritis konsep dasar pneumonia yang terdiri dari:
a. Agar mengetahui definisi dari pneumonia
b. Klasifikasi
c. Patofisiologi
1) Etiologi
2) Proses terjadi
3) Manifestasi klinis
4) Komplikasi
d. Pemeriksaan diagnostic
e. Penstalsksanaan medis
2. Tinjauan teori asuhan keperawatan yang terdiri dari:
a. Pengkajian keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
c. Perencanaan keperawatan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis Konsep Dasar Pneumonia


1. Definisi
Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang mempengaruhi paru-
paru. Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru-paru pada bagian
alveoli. Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernapasan bawah akut (ISNBA). Dengan gejala
batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi) dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru
yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis.
(NANDA NIC-NOC Jilid 2, 2015).

2. Klasifikasi
Terdapat dua klasifikasi pneumonia yaitu berdasarkan anatomi dan berdasarkan
inang dan lingkungan.
a. Klasifikasi Berdasarkan Anatomi
1) Pneumonia Lobaris
Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau ganda.
2) Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia)
Pneumonia lobularis terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi
dalam lobus yang berada di dekatnya.
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis)
Proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium)
dan jaringan peribronkial serta interlobular.
b. Klasifikasi Berdsarkan Inang dan Lingkungan
1) Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, panthogen, atipikal
pada lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya
PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal atau jamak, atau paska terapi
antibiotika spectrum luas.
2) Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor, yaitu tingkat berat sakit, adanya resiko
untuk jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset
pneumonia.
3) Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi
bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan, makanan atau
lambung, edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
4) Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi
dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang
biasanya nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasite, virus, jamur, dan
cacing.

3. Patofisiologi
Pada bagian ini akan dijelaskan patofisiologi pneumonia meliputi etiologi, proses
terjadi, manifestasi klinis, dan komplikasi.
a. Etiologi
Etiologi pneumonia berdasarkan pada umur seperti pada bayi sering terjadi
karena aspirasi, infeksi virus Varicellazoster, infeksi berbagai bakteri gram
negative, bakteri Escherichia coli, TORCH, Streptococcus pneumonia dan
Streptococcus aureus. Penyebab pneumonia pada anak dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1) Pneumonia pada bayi biasanya disebabkan oleh virus seperti Adenovirus,
Cokalisackie, Parainfluenza, Influenza A atau B, Respiratory Syncytial
Virus (RSV) dan yang disebabkan oleh bakteri seperti Eschericia coli,
Klebsiella, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Chlamydia
pneumonia.
2) Pneumonia pada balita dan anak pra-sekolah yang disebabkan oleh virus
seperti Adenovirus, Parainfluenza, Influensa A atau B, dan berbagai bakteri
seperti Streptococcus pneumonia/pneumococcus, Hemophilus influenzae,
Staphylococcus aureus, Chlamydia pneumonia.
3) Pada anak usia sekolah dan anak usia remaja, pneumonia yang disebabkan
oleh virus seperti Adenovirus, Parainfluenza, Influenza A atau B dan
berbagai bakteri seperti Streptococcus pneumonia, Streptococcus aureus
dan Mycoplasma pneumonia.

Penyebab pneumonia bisa didapat dari masyarakat dan rumah sakit


(nosokomial). Pneumonia yang didapat dari masyarakat seperti Streptococcus
pneumonia, Chlamydia pneumonia, anaerob oral/aspirasi, influenza tipe A dan
tipe B, Adenovirus. Sedangkan dari rumah sakit seperti Streptococcus aureus,
Pneudomonas aerugimoniae dan hasil usus gram negative seperti Ecchericia coli
dan Klebsiella pneumonia.

Kesimpulan etiologi di atas adalah penyebab dari penyakit pneumonia pada


anak 2 yaitu bacterial dan non bacterial yang bisa diperoleh dari fasilitas
kesehatan (nosokomial) atau dari masyarakat.

b. Proses Terjadi
Pneumonia dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikrobacterium yang ada
di udara lalu masuk melalui saluran pernapasan. Saluran pernapasan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu saluran pernapasan atas yang terdiri dari hidung,
faring, dan laring sedangkan pernapasan bawah terdiri dari trachea, bronkus,
bronkiolus, dan alveoli. Agen pathogen yang masuk ke saluran pernapasan akan
di lawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia dimulai dari rongga
hidung yang ada bulu-bulu hidung dan secret, lalu jaringan limfoid di naso-
orofaring, bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan
secret yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut, reflek batuk, reflek epiglotis
yang mencegah terjadinya aspirasi scret yang terinfeksi, drainase sistem limfatik
dan fungsi meyaring kelenjar limfe regional dan fagositas yang merupakan aksi
enzimatik dan respon immunohumoral terutama dari iga hingga akhirnya agen
pathogen yang dapat lolos sampai di alveoli.
Jika terjadi satu atau lebih lobus disebut dengan pneumonia lobaris,
sedangkan pneumonia lobularis atau broncho pneumonia menunjukkan
penyebaran daerah infeksi yang memiliki bercak dengan diameter sekitar 3-4 cm
mengelilingi dan mengenai bronchus. Penting diketahui perbedaan antara
pneumonia yang di dapat dari masyarakat dengan pneumonia yang di dapat dari
rumah sakit frekuen relative dari agen-agen penyebab pneumonia berbeda pada
kedua sumber ini. Infeksi nosocomial lebih sering disebabkan oleh bakteri gram-
negatif atau staphylococcus. Stadium dari pneumonia karena pneumococcus
adalah sebagai berikut:
1) Kongesti (4-12 jam pertama): eksudat serusa masuk ke alveoli melalui
pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
2) Hepatisasi (48 jam berikutnya): paru-paru merah dan bergranula karena
sel darah merah, fibrin dan leukosit polimorfonuklear mengsi alveoli.
3) Hepatisasi kelabu (3-8 hari): paru-paru kelabu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4) Resolusi (7-11 hari): eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.
c. Manifestasi Klinis
Berdasarkan uraian proses terjadi di atas, selanjutnya akan dijelaskan tanda
dan gejala yang ditemukan pada pasien dengan pneumonia. Tanda dan gejala
yang terjadi bila adanya pneumonia tersebut bergantung pada status imunologis
pasien dan beratnya penyakit. Tanda dan gejala pada pasien pneumonia yaitu
sebagai berikut:
1) Saluran pernapasan
2) Peningkatan suhu tubuh hingga 39,5-40o C
3) Batuk produktif dan efektif
4) Peningkatan respirasi hingga 40-80 kali/menit
5) Terdapat suara ronchi dan crakles
6) Respiratory dangkal dan pendek
7) Terdapat retraksi dan sternum
8) Penggunaan otot aksesoris pernapasan
9) Pucat dan terdapat cyanosis
10) Terdapat pernapasan cuping hidung
11) Peningkatan produksi secret
12) Pasien mengeluh sakit kepala
13) Demam
14) Menggigil
15) Gelisah
16) Mengalami gangguan gastrointestinal seperti muntah, perut kembung,
dan diare
d. Komplikasi
Jika tanda dan gejala di atas tidak tertangani akan menyebabkan beberapa
komplikasi seperti:
1) Efusi pleura dan empisema
Efusi pleura merupakan keadaan tertimbunnya cairan pada area.
pleura yang terjadi karena infeksi bacterial akut pneumonik gram
negative, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, kuman
anaerob, dan Mycoplasma pneumonia Efusi pleura yang mengandung
nanah disebut empyema.

2) Komplikasi sistemik
Komplikasi sistematik yang dapat terjadi akibat imvasi atau
bakteriemia berupa meningitis, dan juga terjadi dehidrasi dan
hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peningkatan ureum dan enzim
hati. Peningkata postfata sealkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis
intrahepatik.
3) Pneumonia kronik
Pneumonia kronik dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih
dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob Staphylococcus aureus, dan
kuman gram negative seperti Pseudomonas aerubinosa.
4) Bronkiektasis
Bronkiektasis biasanya terjadi karena pneumonia pada masa anak-
anak, tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronchus distal
pada tuberculosis.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab


pneumonia terdapat 2 yaitu bacterial dan non bacterial. Kuman yang
masuk ke dalam jaringan paru-paru melalui saluran pernapasan atas
hingga akhirnya mencapai bronchioles dan kemudian alveolus sekitarnya
menimbulkan tanda dan gejala seperti infeksi saluran pernapasan,
peningkatan suhu tubuh hingga 39,5oC-40oC, batuk kering dan produktif,
peningkatan respirasi hingga 40-80 kali/menit, terdapat suara ronchi,
respiratory dangkal dan pendek, terdapat retraksi dalam sternum,
penggunaan aksesori pernapasan, pucat dan terdapat cyanosis, terdapat
pernapasan cuping hidung, dan peningkatan produksi secret. Sedangkan
gejala yang muncul yaitu pasien akan mengeluh sakit kepala, demam,
menggigil, gelisah, dan napas mengalami gangguan gastrointestinal
seperti muntah, perut kembung, dan diare.

4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic adalah prosedur pemeriksaan yang membantu untuk
menegakkan diagnosa dalam pengobatan, yang terdiri dari:
a. Sinar-X untuk mengidentifikasikan distribusi structural dapat juga
menyebabkan abses luas/infiltrate, empyema (Staphylococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat
nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mycoplasma, sinar-x dada
mungkin bersih. Foto pada posisi PA (posterior-anterior) biasa dilakukan
dengan posisi berdiri. Foto dada AP (anterior-posterior) lateral dapat juga
dilakukan.
b. GDA (Gas Darah Arteri) biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan
keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh ganggun respiratorik dan
gangguan metabolic atau keduanya. pH normal pada anak adalah 7,36-7,44.
Untuk menunjukkan terjadinya ketidakseimbangan asam-basa akibat
respiratorik (pernapasan), maka dilakukan pemeriksaan terhadap PCO 2.
Penurunan pH (<7,35) dan peningkatan PACO2 (>45 mmHg) menunjukkan
di luar asidosis respiratorik.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah dapat diambil dengan biopsy
jarum, aspirasi trakeal, broncoscopy fiber optic atau biopsy pembukaan paru
untuk mengetahui dan mengatasi organisme penyebab. Lebih dari satu
organisme ada; bakteri yang umum meliputi Diplococcus pneumonia,
Staphylococcus aureus, A-hemolitik streptococcus, Laju Endap Darah (LED)
akan meningkat, kandungan elektrolit seperti natrium dan klorida mungkin
akan rendah, bilirubin mungkin meningkat.
d. Pemeriksaan fungsi paru mungkin akan mendapatkan hasil volume menurun
(kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan napas mungkin meningkat dan
complain menurun. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia).
e. Aspirasi perkutan/biopsy jaringan parut terbuka dapat menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik, karakteristik sel raksasa
(rubeolla).

5. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang umum diberikan pada pasien pneumonia yaitu:
a. Penisilin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg
BB/hari atau diberikan antibiotic yang mempunyai spectrum luas ampicillin.
Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena; biasanya diperlukan campuran
glukosa 5% dan NaCl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL
10 mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolic akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisis dan darah arteri.
d. Pasien bronchopneumonia ringan tidak usah di rawat di rumah sakit.

B. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan data melalui wawancara, pengumpulan riwayat
kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostic, serta riviu
catatan sebelumnya yang meliputi data objektif dan subjektif.
a. Pengumpulan data
1) Aktivitas atau istirahat
Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
Gejala: Kelemahan, kelelahan, dan tidak bisa tidur
2) Sirkulasi
Tanda: Takikardi, penampilan kemerahan atau pucat
Gejala: Riwayat adanya gagal jantung kronik
3) Makanan atau cairan
Tanda: Distensi abdomen, bunyi usus hiferaktif, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan kaheksia (malnutrisi)
Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual atau muntah
4) Neurosensori
Tanda: Perubahan mental (bingung somnolen)
Gejala: Sakit kepala daerah frontal
5) Nyeri atau kenyamanan
Tanda: Melindungan area yang nyaman
Gejala: Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk, myalgia dan atralgia
6) Pernapasan
Tanda: Sputum (merah muda, purulent), perkusi (pekak di atas area yang
konsolidasi), fremitus (traktil dan vocal bertahap meningkat dengan
konsolidasi), bunyi nafas (menurun atau tidak ada), warna (pucat atau
cyanosis bibir atau kuku)
7) Keamanan
Tanda: Berkeringat, mengigil, gemetar dan kemerahan
Gejala: Riwayat gangguan sistem imun dan demam
8) Penyuluhan atau pembelajaran
Tanda: Gelisah, bertanya-tanya
Gejala: Riwayat penyakit ISPA

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatn adalah setepat data yang ada karena ditunjang oleh data
terbaru yang dikumpulkan. Diagnose keperawatan ini mencatat bagaimana situasi
pasien pada saat itu dan harus mencerminkan perubahan yang terjadi pada kondisi
pasien. Identivikasi masalah dan penentuan diagnostic yang akurat yang memberikan
dasar untuk memilih intervensi keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan pneumonia:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum, implamasi paru-paru.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar
kapiler
c. Hipertermi berhungan dengan proses imflamsi.
d. Penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan skunder
(adanya infeksi, penekanan imun, penyakit kronis, malnutrisi)
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan suplay dan kebutuhan O2
f. Nyeri (akut ) berhubungan dengan inflamasi paremkim paru, batuk menetap
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, peningkatan metabolisme
h. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan,
penurunan masukan oral
i. Ansietas orang tua berhubungan dengan dampak hospitalisasi
3. Perencanaan
Perencanaan adalah strategi dalam mencegah, mengurangi dan mengatasi
masalah-masalah yang telah didapat dalam diagnose keperawatan. Perencanaan
diawali dengan memprioritaskan masalah keperawatan berdasarkan pada masalah
yang paling mengancam kehidupan pasien. adapun rencana keperawatan yang dapat
disusun untuk pasien pneumonia yaitu:
a. Ketidakefektipan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum, imflamasi paru-paru.
Tujuan: Bersihan jalan nafas efektif
Rencana tindakan:
1) Observasi vital signs terutama pernafasan
Rasional: Membantu mengetahui perkembangan pasien
2) Kaji frekuensi atau kedalaman nafas dan gerakan dada.
Rasional: Takipnea, pernafasan dangkal dan gerkan dada tidak
simetris sering tejadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding
dada dan atau cairan paru
3) Auskultasi area paru setiap hari
Rasional: Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan.
4) Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional: Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru
atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan
jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan
nafas pasien
5) Anjurkan banyak minum air hangat
Rasional: Air hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan secret
6) Beri posisi yang nyaman (semi fowler)
Rasional: Memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat
serta menurunkan ketidaknyamanan dada
7) Penghisapan lendir sesuai indikasi
Rasional: Merangsang batuk dan pembersihan jalan nafas secara
mekanik
8) Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, ekspetoran,
brokodilator dan nebulezer
Rasional: Memudahkan pengenceran dan pembuangan secret
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler.
Tujuan: ventilasi dan pertukaran gas efektif
Rencana tindakan:
1) Observasi keadaan umum dan vital signs
Rasional: Penurunan keadaan umum dan perubahan vital signs
merupakan indikasi derajat keparahan dan status kesehatan umum
2) Observasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku
Rasional: Cyanosis menunjukan vasokonstriksi dan hipoksemia
sistematik.
3) Pertahankan istirahat tidur
Rasional: Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan atau
konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi
4) Tinggikan kepala dan sering mengubah posisi
Rasional: Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluarkan sekret untuk memperbaiki ventilasi
5) Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
Rasional: Mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg
c. Hipertermi berhubungan dengan proses implamasi
Tujuan: Suhu tubuh normal (36,5-37,5oC)
Rencana tindakan:
1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu
Rasional: Pemamtauan tanda vital yang teratur dapat mementukan
perkembangan pasien
2) Beri kompres hangat
Rasional: Perpindahan panas secara konduktif
3) Longarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang menyerap keringat
Rasional: Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian ketat dan
menyerap keringat
4) Pantau suhu lingkungan, batasi tambahan linen tempat tidur,
sesuai indikasi
Rasional: Suhu ruangan atau jumblah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
5) Beri ekstra cairan (air,susu,sari buah dan lain-lain)
Rasional: Saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat
6) Batasi aktivitas fisik
Rasional: Aktifitas meningkat metabolisme sehinga meningkatkan
panas
7) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic, antipiretik
Rasional: Menurunkan panas pada saat pusat hipotalamus dan
sebagai propilaksis
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
Tujuan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Rencana tindakan:
1) Identifikasi penyebab mual, muntah dan anoreksia
Rasional: Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
2) Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang di sukai
Rasional: Mengindetifikasi definisi, menduga kemungkinan
intervensi
3) Observasi keadaan umum pasien
Rasional: Keadaan umum merupakan gambaran keseluruhan dari
kondisi pasien, apakah mengalami perubahan selama perawatan
4) Observasi dan catat masukan makan pasien
Rasional: Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan
5) Bersihkan mulut setelah muntah
Rasional: Menurunkan rasa mual
6) Auskultasi bunyi usus
Rasional: Bunyi usus mungkin menurunkan atau tidak ada bila
proses infeksi berat atau memanjang
7) Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering, beri dalam keadaan
hangat
Rasional: Meningkatkan masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali
8) Timbang BB tiap hari
Rasional: Mengetahui ada atau tidaknya respon terhadap terapi
9) Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet
Rasional: Menjaga kebutuhan gizi pasien adekuat
e. Penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder
Tujuan: Penyebaran infeksi tidak terjadi
Rencana tindakan:
1) Observasi vital signs, khususnya selama awal terapi
Rasional: Selama periode waktu ini, potensi komplikasi fatal
(hipotensi atau syok) dapat terjadi
2) Lakukan teknik cuci tangan yang baik (septik dan aseptik)
Rasional: Menurunkan penyebaran atau tambahan infeksi
3) Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang
Rasional: Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan
pertahanan alamiah
4) Lakukan isolasi pencegahan
Rasional: Teknik isolasi dilakukan untuk mencegah penyebaran
atau melindungi pasien dari proses infeksi lain
5) Kolaborasi pemberian antibiotika
Rasional: Antibiotika dapat membunuh mikroorganisme penyebab
pneumonia
f. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih, penurunan masukan oral
Tujuan: Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Rencana tindakan:
1) Observasi keadaan umum dan vital signs
Rasional: Tekanan darah ortotastik berubah dan peningkatan
tarkikardia menunjukan kekurangan cairan sistematik
2) Kaji status dehidrasi seperti turgo kulit
Rasional: Indikator langsung keadekuatan volume cairan
3) Kaji intake dan output cairan
Rasional: Memberikan informasi tentang keadekuatan volume
cairan dan kebutuhan penganti
4) Tingkatkan intike cairan sesuai kebutuhan anak
Rasional: Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko
dehidrasi
5) Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral
Rasional: Memperbaiki atau mencegah kekurangan volume cairan
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2
Tujuan: Aktivitas dapat ditingkatkan
Rencana tindakan:
1) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas
Rasional: Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan
Intervensi:
2) Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan
istirahat
Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energi
untuk penyembuhan
3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhanya
Rasionalnya: Meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan supay dan kebutuhan oksigen
4) Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman
Rasional: Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di
kursi atau menunduk kedepan meja atau bantal
5) Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pasien
Rasional: Keluarga mampu melakukan perawatan secara mandiri
h. Nyeri (akut) berhubungan dengan imflamasi parenkim paru, batuk
menetap
Tujuan: Nyeri dapat berkurang atau terkontrol atau hilang
Rencana tindakan:
1) Kaji karakteristik nyeri
Rasional: Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada
penemunia, juga dapat timbul, komplikasi pnemunia seperti
pericarditis dan endocarditis
2) Observasi vital signs
Rasional: Perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah
menunjukan bahwa mengalami nyeri, kususnya bila alasan lain
untuk perubahan tanda vital telah terlihat
3) Berikan tindakan yang nyaman seperti relaksasi, distraksi
Rasional: Menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar
efek terapi analgetik
4) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: Meningkatkan kenyamanan atau istirahat umum
i. Ansietas orang tua berhubungan dengan dampak hospitalisasi
Tujuan: Kecemasan anak atau orang tua berkurang atau hilang,
pengetahuan keluarga bertambah, dan keluarga memahami kondisi pasien
Rencana tindakan:
1) Kaji tingkat kecemasan dan pengetahuan keluarga
Rasional: Mempengaruhi kemampuan untuk mengunakan
pengetahuan
2) Beri HE atau informasi tentang keadaan kesehatan pasien
Rasional: Informasi dapat meningkatkan koping dan membantu
menurunkan asietas dan masalah berlebihan
3) Libatkan keluarga atau pasien dalam perawatan pasien
Rasional: Keluarga atau pasien mampu melakukan perawatan
mandiri
4) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
Rasional: Informasi dapat meningkatkan koping, membantu
menurunkan asietas dan masalah berlebihan
5) Beri motivasi atau dorongan pada keluarga atau pasien
Rasional: Meningkatkan proses belajar, meningkatkan
pengambilan keputusan dan mencegah asietas sehubungan dengan
ketidaktahuan
6) Anjurkan keluarga atau pasien untuk berdoa
Rasional: Membantu keluarga atau pasien lebih tenang
7) Evaluasi penjelasan yang sudah dilakukan
Rasional: Mengetahui sejauh mana penjelasan dapat diterima.

9) Pelaksanaan
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan
yang diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat
pelaksanaan rencana perawatn, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan
keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif. Implementasi
disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun (Doenges, 2012)

10) Evaluasi
Evaluasi yang diharpakan sesuai dengan rencana tujuan yaitu:
1) Bersihan jalan nafas efektf
2) Ventilasi dan pertukaran gas adekuat
3) Suhu tubuh normal (36,5-37,5oC)
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
5) Penyebaran infeksi tidak terjadi
6) Kekurangan volume cairan tidak terjadi
7) Aktivitas dapat ditingkatkan
8) Nyeri dapat berkurang atau terkontrol atau hilang
9) Asietas orang tua berkurang atau hilang, pengetahuan keluarga
bertambah dan keluarga memahami kondisi pasien

Anda mungkin juga menyukai