Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN HIV/AIDS

OLEH:

SADRIAH

14420211015

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……………….) (……………….)

PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
DAFTAR ISI

A. Konsep Medis
1. Definisi Hiv/Aids................................................................................................. 1
2. Etiologi ................................................................................................................ 2
3. Patofisiologi ........................................................................................................ 4
4. Pathway/Penyimpanan KDM .............................................................................. 6
5. Manifestasi Klinik ............................................................................................... 7
6. Komplikasi .......................................................................................................... 9
7. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................... 11
8. Penatalaksanaan .................................................................................................. 12
9. Prognosis ............................................................................................................. 14
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian ........................................................................................................... 14
2. Diagnosis Keperawatan ...................................................................................... 15
3. Intervensi Keperawatan ...................................................................................... 16
4. Evaluasi ............................................................................................................... 19

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 20


A. Konsep Medis
1. Pengertian

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang


menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda
CD 4+ dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T. AIDS (acquired
Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu kondisi immunosupresif yang
berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, serta
manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi HIV (Kapita Selekta, 2014).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus yang berarti
terdiri atas untai tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel pejamu dan
ditranskripkan kedalam DNA pejamu ketika menginfeksi pejamu. AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit virus yang
menyebabkan kolapsnya sistem imun disebabkan oleh infeksi immunodefisiensi
manusia (HIV), dan bagi kebanyakan penderita kematian dalam 10 tahun
setelah diagnosis (Corwin, 2009).
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai
gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIv
(Hasdianah dkk, 2014).
2. Etiologi

AIDS disebabkan oleh HIV yaitu suatu retrovirus pada manusia yang
termasuk dalam keluarga lentivirus. secara genetik HIV dibedakan menjadi
dua, tetapi berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Keduanya
merupakan virus yang menginfeksi sel T-CD4 yang memiliki reseptor
dengan afinitas tinggi untuk HIV. (Widyanto & Triwibowo, 2013). AIDS
disebabkan oleh HIV yang dikenal dengan retrovirus yang di tularkan oleh
darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T. (Rendy &
Margareth, 2012).
3. Patofiologi

Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan. Seiring
pertambahan replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel limfosit CD 4+
akan terus menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV dan timbulnya gejala
klinis pada AIDS berkisar antara 5 – 10 tahun. Infeksi primer HIV dapat
memicu gejala infeksi akut yang spesifik, seperti demam, nyeri kepala, faringitis
dan nyeri tenggorokan, limfadenopati, dan ruam kulit. Fase akut tersebut
dilanjutkan dengan periode laten yang asimtomatis, tetapi pada fase inilah
terjadi penurunan jumlah sel limfosit CD 4+ selama bertahun – tahun hingga
terjadi manifestasi klinis AIDS akibat defisiensi imun (berupa infeksi
oportunistik). Berbagai manifestasi klinis lain dapat timbul akibat reaksi
autoimun, reaksi hipersensitivitas, dan potensi keganasan (Kapita Selekta,
2014).
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel– sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Dengan menurunnya jumlah sel T4,
maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti
berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong
(Susanto & Made Ari, 2013).
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun – tahun. Selama
waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per ml darah
sebelum infeksi mencapai sekitar 200 – 300 per ml darah, 2 – 3 tahun setelah
infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala – gejala infeksi (herpes zoster
dan jamur oportunistik) (Susanto & Made Ari, 2013).
4. Pathway
5. Manifestasi Klinik

Penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan,


yaitu:
a. Penderita asimtomatik tanpa gejala yang terjadi pada masa inkubasi yang
berlangsung antara 7 bulan sampai 7 tahun lamanya
b. Persistent generalized lymphadenophaty (PGL) dengan gejala
limfadenopati umum
c. AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala lelah, demam, dan gangguan
sistem imun atau kekebalan
d. Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis yang
berat berupa diare kronis, pneumonitis interstisial, hepatomegali,
splenomegali, dan kandidiasis oral yang disebabkan oleh infeksi
oportunistik dan neoplasia misalnya sarcoma kaposi. Penderita akhirnya
meninggal dunia akibat komplikasi penyakit infeksi sekunder (Soedarto,
2009).
Stadium klinis HIV/AIDS untuk remaja dan dewasa dengan infeksi HIV
terkonfirmasi menurut WHO:
a. Stadium 1 (asimtomatis)

1) Asimtomatis

2) Limfadenopati generalisata

b. Stadium 2 (ringan)

1) Penurunan berat badan < 10%

2) Manifestasi mukokutaneus minor: dermatitis seboroik, prurigo,


onikomikosis, ulkus oral rekurens, keilitis angularis, erupsi popular
pruritik
3) Infeksi herpers zoster dalam 5 tahun terakhir

4) Infeksi saluran napas atas berulang: sinusitis, tonsillitis, faringitis, otitis


media
c. Stadium 3 (lanjut)

1) Penurunan berat badan >10% tanpa sebab jelas

2) Diare tanpa sebab jelas > 1 bulan

3) Demam berkepanjangan (suhu >36,7°C, intermiten/konstan) > 1 bulan

4) Kandidiasis oral persisten

5) Oral hairy leukoplakia

6) Tuberculosis paru

7) Infeksi bakteri berat: pneumonia, piomiositis, empiema, infeksi


tulang/sendi, meningitis, bakteremia
8) Stomatitis/gingivitis/periodonitis ulseratif nekrotik akut

9) Anemia (Hb < 8 g/dL) tanpa sebab jelas, neutropenia (< 0,5×10 9/L)
tanpa sebab jelas, atau trombositopenia kronis (< 50×109/L) tanpa
sebab yang jelas
d. Stadium 4 (berat)

1) HIV wasting syndrome

2) Pneumonia akibat pneumocystis carinii

3) Pneumonia bakterial berat rekuren

4) Toksoplasmosis serebral

5) Kriptosporodiosis dengan diare > 1 bulan

6) Sitomegalovirus pada orang selain hati, limpa atau kelenjar getah


bening
7) Infeksi herpes simpleks mukokutan (> 1 bulan) atau visceral

8) Leukoensefalopati multifocal progresif

9) Mikosis endemic diseminata

10) Kandidiasis esofagus, trakea, atau bronkus

11) Mikobakteriosis atripik, diseminata atau paru


12) Septicemia Salmonella non-tifoid yang bersifat rekuren

13) Tuberculosis ekstrapulmonal

14) Limfoma atau tumor padat terkait HIV: Sarkoma Kaposi, ensefalopati
HIV, kriptokokosis ekstrapulmoner termasuk meningitis, isosporiasis
kronik, karsinoma serviks invasive, leismaniasis atipik diseminata
15) Nefropati terkait HIV simtomatis atau kardiomiopati terkait HIV
simtomatis (Kapita Selekta, 2014).

6. Komplikasi
a. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi sosial.
2. Ensefalophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensefalitis. Dengan efek:
sakit kepala, malaise, demam, paralise total/parsial.

3. Infark serebral kornea sifilis menin govaskuler, hipotensi sistemik, dan


maranik endokarditis.
4. Neuropati karena inflamasi diemilinasi oleh serangan HIV.

c. Gastrointertinal

1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,


limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik, demam atritis.
3. Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus dan strongyloides dengan efek sesak nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekubitus dengan efek
nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
f. Sensorik
1. Pandangan: sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2. Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri (Susanto & Made Ari, 2013).

7. Pemeriksaan Penunjang
A. Tes Laboratorium

Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat

penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk

mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau

perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human

Immunodeficiency Virus (HIV)

1. Serologis
1) Tes antibody serum

Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA.

Hasiltes positif, tapi bukan merupakan diagnosa

2) Tes blot western

Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)

3) Sel T limfosit

Penurunan jumlah total

4) Sel T4 helper Indikator system imun (jumlah <200>

5) T8 ( sel supresor sitopatik )

Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada

sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.

6) P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus

(HIV ) Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi

progresi infeksi

7) Kadar Ig

Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau

mendekati normal

8) Reaksi rantai polimerase

Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel

perifer monoseluler.
9) Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin
positif
2. . Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
3. Tes Lainnya
a) Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau
adanya komplikasi lain
b) Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
c) Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
d) Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
e) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
f) USG Abdomen
g) Rontgen thoraks

8. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan keperawatan
1. Aspek Psikologis, meliputi :
a. Perawatan personal dan dihargai
b. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-masalahnya
c. Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya
d. Tindak lanjut medis
e. Mengurangi penghalang untuk pengobatan
f.Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka
2. Aspek Sosial.
Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk
dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial
meliputi 3 hal:
a.Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai,
dan diperhatikan
b. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
c. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu
barang dalam mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007).
B. Penatalaksanaan Medis
1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi
pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase.
AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT
tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
- Didanosin
- Ribavirin
- Diedoxycytidine
- Recombinant CD 4 dapat larut
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

C. Konsep Keperawatan

1.Pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan mencangkup pengumpulan informasi subjektif dan

objektif (misalnya, tanda tanda vital, wawancara pasien/ keluarga,

pemeriksaan fisik dan peninjauan informasi riwayat pasien yang diberikan

oleh pasien/keluarga, atau di temukan dalam rekam medik. Perawat juga

mengumpulkan informasi tentang kekuatan pasien/ keluarga (untuk

mengidentifikasi peluang promosi kesehatan) dan risiko ( untuk mencegah

atau menunda potensi masalah). Pengkajian dapat didasarkan pada teori-teori

keperawatan yang ada yang telah dikembangkan menjadi kerangka.

Kerangka ini yang menyediakan cara untuk mengkategorikan data dalam

jumlah yang besar ke dalam kategori data terkait.

Pengkajian dilakuakan untuk memahami masalah yang dialami oleh pasien

sehingga dapat ditentukan diagnosis yang sesuai untuk melaksanakan

tindakan keperawatan.Selama langkah pengkajian dan diagnosis dari proses

keperawatan, perawat mengumpulkan data mengolahnya menjadi informasi,

dan kemudian mengatur informasi yang bermakna dalam kategori

pengetahuan, yang dikenal sebagai diagnosis keperawatan.


Pengkajian memberikan kesempatan terbaik bagi perawat untuk

membangun hubungan terapeutik yang efektif dengan pasien. Dengan kata

lain, pengkajian adalah aktivitas intelektual dan interpersonal. (NANDA,

2018).

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016) dalam melaksanakan


pengkajian perawat harus mengkaji tanda dan gejala yang dibagi menjadi
dua kategori yaitu tanda mayor dan minor. Tanda dan gejala defisit nutrisi
pada HIV/AIDS sebagai berikut :

Tabel 1
Gejala dan Tanda Mayor Minor Defisit Nutrisi pada pasien HIV/AIDS

Gejala dan Subjektif Objektif


Tanda
1. Mayor - 1. Berat badan menurun
minimal 10 % di bawah
rentang ideal

2. Minor 1. Cepat kenyang 1. Bising usus hiperaktif


setelah makan 2. Otot pengunyah lemah
2. Kram/nyeri 3. Otot menelan lemah
abdomen 4. Membran mukosa pucat
3. Nafsu makan 5. Sariawan
menurun 6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau

respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko

masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan

merupakan bagian penting dalam menetukan asuhan keperawatan yang sesuai

untuk membantu pasien mencapai kesehatan yang optimal. Diagnosis


keperawatan ini bertujuan untuk mengetahui pendapat pasien dan keluarga

mengenai situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (Tim Pokja SDKI DPP

PPNI, 2016).

Proses penegakan diagnosis keperawatan terdiri dari tiga tahap yaitu

analisis data, identifikasi masalah, dan perumusan diagnosis. Analisis data

dilakukan dengan membandingkan data dengan nilai normal serta melakukan

pengelompokkan data. Identifikasi masalah yaitu melakukan identifikasi data-

data

kedalam kelompok masalah aktual, risiko, dan promosi kesehatan.

Perumusan diagnosis dilakukan sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasi

dengan menggunakan pola PES, yaitu problem sebagai masalah inti dari respon

klien terhadap kondisi kesehatannya, etiologi sebagai penyebab atau faktor yang

mempengaruhi perubahan status kesehatan, dan sign/symptom berupa tanda yang

berupa data objektif dan gejala yang berupa data subjektif. (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2016)

Masalah (problem) dalam diagnosis pada pasien HIV/AIDS yaitu defisit

nutrisi. Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) defisit nutrisi

masuk ke dalam kategori fisiologi dengan subkategori nutrisi dan cairan. Defisit

nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme. Adapun penyebab (etiologi) yang menimbulkan terjadinya

masalah defisit nutrisi yaitu ketidakmampuan menelan makanan,

ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien.

Sedangkan tanda dan gejala (sign/symptom) yang muncul berupa tanda gejala

mayor dan minor. Tanda dan gejala mayor diantaranya berat badan menurun

minimal 10 % di bawah rentang ideal (objektif). Sedangkan tanda gejala minor


diantaranya cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan

menurun (subjektif) serta bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot

menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut

rontok berlebihan, diare (objektif).

Diagnosa keperawatan dalam penelitian ini adalah defisit nutrisi


berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan/ Ketidakmampuan
mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrient ditandai dengan berat badan

menurun minimal 10 % di bawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan,

nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah

lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin

turun, rambut rontok berlebihan, dan diare.

3. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah segala perawatan yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai

luaran (outcome) yang di harapkan. Luaran keperawatan ini mengarahkan status

diagnosis keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan. (Tim Pokja SIKI

DPP PPNI, 2018). Setiap rencana keperawatan terdiri atas tiga komponen yaitu

label, definisi dan tindakan. Tindakan ini terdiri atas observasi, terapeutik,

edukasi, dan kolaborasi. Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018),

Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Dalam perencanaan

keperawatan pada pasien HIV/AIDS dengan defisit nutrisi mengacu kepada

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang merupakan aspek-aspek

yang dapat diobservasi dan diukur yang meliputi kondisi, perilaku, dan persepsi

dari pasien, keluarga, dan komunitas sebagai respon terhadap perencanaan

keperawatan. Dalam hal ini mengunakan standar luaran yaitu status nutrisi yang
diharapkan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme membaik

(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019).

Sedangkan perencanaan keperawatan dirumuskan sesuai dengan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang merupakan segala rencana

tindakan yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahun dan

penilaian klinis untuk mencapai standar luaran yang diharapkan. Dalam hal ini

perencanaan keperawatan terdiri dari : manajemen nutrisi dan promosi berat

badan. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

Adapun intervensi yang dapat dirumuskan pada pasien HIV/AIDS dengan defisit

nurisi adalah sebagai berikut :


Diagnosis Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan
keperawatan hasil
1 2 3
a. Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan a. Manajemen nutrisi
ketidakmampuan tindakan 1. Identifikasi alergi dan
menelan makanan/ keperawatan selama intoleransi makanan
Ketidakmampuan 3x 24 diharapkan 2. Identifikasi makanan yang
mencerna asupan nutrisi untuk disukai
makanan dan memenuhi 3. Monitor asupan makanan
mengabsorbsi kebutuhan 4. Monitor hasil pemeriksaan
nutrient d.d berat metabolisme laboratorium
badan menurun membaik 5. Lakukan oral hygiene
minimal 10 % di SLKI label : Status sebelum makan, jika perlu
bawah rentang Nutrisi 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
ideal, cepat 1. Porsi makanan untuk menentukan jumlah
kenyang setelah yang di habiskan kalori dan jenis nutrien
makan, nyeri meningkat (5) yang dibutuhkan, jika perlu
abdomen, nafsu 2. Kekuatan otot b. Promosi berat badan
makan menurun, pengunyah 1. Monitor adanya mual dan
bising usus meningkat (5) muntah
hiperaktif, otot 3. Kekuatan otot 2. Monitor berat badan
pengunyah lemah, menelan 3. Sediakan makanan yang
otot menelan meningkat (5) tepat sesuai kondisi pasien
lemah, membran 4. Serum albumin
mukosa pucat, dalam batas
sariawan, serum normal ( 3,5-4,5
albumin turun, mg/dL)
rambut rontok 5. Perasaan cepat
kenyang menurun
berlebih dan
diare
4. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan.

Kegiatan evaluasi ini merupakan membandingkan hasil yang telah dicapai setelah

proses implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam

perencanaan dan kriteria hasil evaluasi yang telah diharapkan dapat terapai. Proses

evaluasi dalam asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam SOAP (subjektif,

objektif, assesment, planing ). (Bararah & Jauhar, 2013).

a. Subjektif yaitu respon evaluasi tertutup yang tampak hanya pada pasien yang

mengalami dan hanya dapat dijelaskan serta diverifikasi oleh pasien tersebut.

Pada pasien HIV/AIDS dengan defisit nutrisi diharapkan pasien mengatakan

tidak cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen menurun, nafsu

makan meningkat.

b. Objektif yaitu respon evaluasi yang dapat dideteksi, diukur, dan diperiksa

menurut standar yang diterima melalui pengamatan, pemeriksaan fisik, serta

pemeriksaan medis lainnya. Pada pasien HIV/AIDS dengan defisit nutrisi

diharapkan berat badan tidak menurun, bising usus normal, otot pengunyah

normal, otot menelan normal, membran mukosa tidak pucat lagi, sariawan

menurun, serum albumin normal (3,5-4,5 mg/dl), diare menurun.

c. Assessment adalah proses evaluasi untuk menentukan telah tercapainya hasil

yang diharapkan. Ketika menentukan apakah hasil telah tercapai, perawat

dapat menarik satu dari tiga kemungkinan yaitu tujuan tercapai, tujuan

tercapai sebagian, tujuan tidak tercapai.

d. Planning adalah penilaian tentang pencapaian tujuan untuk menentukan

rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan assessment.


DAFTAR PUSTAKA

Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya. (n.d.).

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. (n.d.).

Hasdianah., Prima, Dewi., Peristiowati., & Sentot Imam S. (2014). Imunologi Diagnosis dan
Teknik Biologi Molekuler. Yogyakarta: Nuha Medika. (n.d.).

Kapita Selekta Kedokteran. (2014). Edisi 4. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. (n.d.).

NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi (T. H. Herdman &
S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.). Jakarta: EGC. (n.d.).

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Jakarta:


Salemba Medika. (n.d.).

Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika. (n.d.).

Soedarto. (2009). Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto. (n.d.).

Susanto, Clevere R & GA Made Ari M. (2013). Penyakit Kulit dan Kelamin.Yogyakarta: Nuha
Medika. (n.d.).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia. (n.d.).

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Jakarta.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id. (n.d.).

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia. (n.d.).

Anda mungkin juga menyukai