OLEH:
SADRIAH
14420211015
CI LAHAN CI INSTITUSI
(……………….) (……………….)
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI
A. Konsep Medis
1. Definisi Hiv/Aids................................................................................................. 1
2. Etiologi ................................................................................................................ 2
3. Patofisiologi ........................................................................................................ 4
4. Pathway/Penyimpanan KDM .............................................................................. 6
5. Manifestasi Klinik ............................................................................................... 7
6. Komplikasi .......................................................................................................... 9
7. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................... 11
8. Penatalaksanaan .................................................................................................. 12
9. Prognosis ............................................................................................................. 14
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian ........................................................................................................... 14
2. Diagnosis Keperawatan ...................................................................................... 15
3. Intervensi Keperawatan ...................................................................................... 16
4. Evaluasi ............................................................................................................... 19
AIDS disebabkan oleh HIV yaitu suatu retrovirus pada manusia yang
termasuk dalam keluarga lentivirus. secara genetik HIV dibedakan menjadi
dua, tetapi berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Keduanya
merupakan virus yang menginfeksi sel T-CD4 yang memiliki reseptor
dengan afinitas tinggi untuk HIV. (Widyanto & Triwibowo, 2013). AIDS
disebabkan oleh HIV yang dikenal dengan retrovirus yang di tularkan oleh
darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T. (Rendy &
Margareth, 2012).
3. Patofiologi
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan. Seiring
pertambahan replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel limfosit CD 4+
akan terus menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV dan timbulnya gejala
klinis pada AIDS berkisar antara 5 – 10 tahun. Infeksi primer HIV dapat
memicu gejala infeksi akut yang spesifik, seperti demam, nyeri kepala, faringitis
dan nyeri tenggorokan, limfadenopati, dan ruam kulit. Fase akut tersebut
dilanjutkan dengan periode laten yang asimtomatis, tetapi pada fase inilah
terjadi penurunan jumlah sel limfosit CD 4+ selama bertahun – tahun hingga
terjadi manifestasi klinis AIDS akibat defisiensi imun (berupa infeksi
oportunistik). Berbagai manifestasi klinis lain dapat timbul akibat reaksi
autoimun, reaksi hipersensitivitas, dan potensi keganasan (Kapita Selekta,
2014).
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel– sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Dengan menurunnya jumlah sel T4,
maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti
berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong
(Susanto & Made Ari, 2013).
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun – tahun. Selama
waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per ml darah
sebelum infeksi mencapai sekitar 200 – 300 per ml darah, 2 – 3 tahun setelah
infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala – gejala infeksi (herpes zoster
dan jamur oportunistik) (Susanto & Made Ari, 2013).
4. Pathway
5. Manifestasi Klinik
1) Asimtomatis
2) Limfadenopati generalisata
b. Stadium 2 (ringan)
6) Tuberculosis paru
9) Anemia (Hb < 8 g/dL) tanpa sebab jelas, neutropenia (< 0,5×10 9/L)
tanpa sebab jelas, atau trombositopenia kronis (< 50×109/L) tanpa
sebab yang jelas
d. Stadium 4 (berat)
4) Toksoplasmosis serebral
14) Limfoma atau tumor padat terkait HIV: Sarkoma Kaposi, ensefalopati
HIV, kriptokokosis ekstrapulmoner termasuk meningitis, isosporiasis
kronik, karsinoma serviks invasive, leismaniasis atipik diseminata
15) Nefropati terkait HIV simtomatis atau kardiomiopati terkait HIV
simtomatis (Kapita Selekta, 2014).
6. Komplikasi
a. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi sosial.
2. Ensefalophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensefalitis. Dengan efek:
sakit kepala, malaise, demam, paralise total/parsial.
c. Gastrointertinal
7. Pemeriksaan Penunjang
A. Tes Laboratorium
1. Serologis
1) Tes antibody serum
3) Sel T limfosit
progresi infeksi
7) Kadar Ig
mendekati normal
perifer monoseluler.
9) Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin
positif
2. . Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
3. Tes Lainnya
a) Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau
adanya komplikasi lain
b) Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
c) Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
d) Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
e) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
f) USG Abdomen
g) Rontgen thoraks
8. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan keperawatan
1. Aspek Psikologis, meliputi :
a. Perawatan personal dan dihargai
b. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-masalahnya
c. Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya
d. Tindak lanjut medis
e. Mengurangi penghalang untuk pengobatan
f.Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka
2. Aspek Sosial.
Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk
dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial
meliputi 3 hal:
a.Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai,
dan diperhatikan
b. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
c. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu
barang dalam mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007).
B. Penatalaksanaan Medis
1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi
pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase.
AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT
tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
- Didanosin
- Ribavirin
- Diedoxycytidine
- Recombinant CD 4 dapat larut
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
C. Konsep Keperawatan
1.Pengkajian keperawatan
2018).
Tabel 1
Gejala dan Tanda Mayor Minor Defisit Nutrisi pada pasien HIV/AIDS
2. Diagnosa keperawatan
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko
mengenai situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016).
data
dengan menggunakan pola PES, yaitu problem sebagai masalah inti dari respon
klien terhadap kondisi kesehatannya, etiologi sebagai penyebab atau faktor yang
berupa data objektif dan gejala yang berupa data subjektif. (Tim Pokja SDKI
masuk ke dalam kategori fisiologi dengan subkategori nutrisi dan cairan. Defisit
Sedangkan tanda dan gejala (sign/symptom) yang muncul berupa tanda gejala
mayor dan minor. Tanda dan gejala mayor diantaranya berat badan menurun
menurun (subjektif) serta bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot
menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut
nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah
lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin
3. Perencanaan keperawatan
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
DPP PPNI, 2018). Setiap rencana keperawatan terdiri atas tiga komponen yaitu
label, definisi dan tindakan. Tindakan ini terdiri atas observasi, terapeutik,
edukasi, dan kolaborasi. Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018),
kebutuhan metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Dalam perencanaan
yang dapat diobservasi dan diukur yang meliputi kondisi, perilaku, dan persepsi
keperawatan. Dalam hal ini mengunakan standar luaran yaitu status nutrisi yang
diharapkan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme membaik
tindakan yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahun dan
penilaian klinis untuk mencapai standar luaran yang diharapkan. Dalam hal ini
Adapun intervensi yang dapat dirumuskan pada pasien HIV/AIDS dengan defisit
Kegiatan evaluasi ini merupakan membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
perencanaan dan kriteria hasil evaluasi yang telah diharapkan dapat terapai. Proses
a. Subjektif yaitu respon evaluasi tertutup yang tampak hanya pada pasien yang
mengalami dan hanya dapat dijelaskan serta diverifikasi oleh pasien tersebut.
makan meningkat.
b. Objektif yaitu respon evaluasi yang dapat dideteksi, diukur, dan diperiksa
diharapkan berat badan tidak menurun, bising usus normal, otot pengunyah
normal, otot menelan normal, membran mukosa tidak pucat lagi, sariawan
dapat menarik satu dari tiga kemungkinan yaitu tujuan tercapai, tujuan
Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya. (n.d.).
Hasdianah., Prima, Dewi., Peristiowati., & Sentot Imam S. (2014). Imunologi Diagnosis dan
Teknik Biologi Molekuler. Yogyakarta: Nuha Medika. (n.d.).
Kapita Selekta Kedokteran. (2014). Edisi 4. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. (n.d.).
NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi (T. H. Herdman &
S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.). Jakarta: EGC. (n.d.).
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika. (n.d.).
Susanto, Clevere R & GA Made Ari M. (2013). Penyakit Kulit dan Kelamin.Yogyakarta: Nuha
Medika. (n.d.).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia. (n.d.).
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Jakarta.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id. (n.d.).
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia. (n.d.).