Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN WAHAM

OLEH :

KADEK TRISNA ASTUTI

210890142024

PROGRAM STUDI FROFESI NERS

STASE KEPERAWATAN JIWA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PROSES PIKIR WAHAM

A. Kasus (MasalahUtama)
Gangguan Proses Pikir: Waham
B. Proses TerjadinyaMasalah
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon
stimulus internal dan eksternal melalui proses iteraksi atau informasi secara
akurat (Yosep,2009).
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara
kukuh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 2010).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon
stimulus internal dan ekternal melalui proses interaksi atau informasi secara
akurat (Keliat,2009).
2. FaktorPredisposisi
Menurut Direja (2011), faktor predisposisi dari gangguan isi pikir,
yaitu:
a. Faktorperkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosialbudaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktorpsikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktorbiologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel
di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
e. Faktorgenetic
3. FaktorPresipitasi
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir:
waham, yaitu :
a. Faktor sosialbudaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktorbiokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
c. Faktorpsikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.
4. MekanismeKoping
1. Klien : identifikasi koping kekuatan dan kemampuan yang masih
dimilikiklien.
2. Sumber daya dan duungan sosial : pengetahuan keluarga, finansial
keluarga, waktu dan tenaga keluarga yang tersedia, kemampuan
keluarga memberikan asuhan.
5. Prosesterjadinya
Menurut Yosep (2009), adapun proses terjadinya waham, yaitu:
a. Fase lack of humanneed
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis.Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas.Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakuakn
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi.
Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai
seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga
oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life spanhistory).
b. Fase lack of selfesteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.Misalnya, saat lingkungan sudah
banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih,
berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap
memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut.Padahal self
reality-nya sangat jauh.Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman,
pengaruh, support system semuanya sangatrendah.
c. Fase control internalexternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Tetapi mengahadapi kenyataan bagi klien adalah
sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan
untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya,karenakebutuhantersebutbelumterpenuhisejakkecilsecara
optimal.Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adequate karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga
perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak
merugikan oranglain.
d. Fase environmentsupport
Ada beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma (Super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
e. Fasecomforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering diserati halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya.Selanjutnya klien lebih sering menyendiri
dan menghindari interkasi sosial (isolasi sosial).
f. Faseimproving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk menggung kayakinan
klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya kayakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta konsekuensi
sosial.
6. Klasifikasi, Jenis dan SifatMasalah
Proses berpikir meliputi 3 aspek yaitu bentuk pikiran, isi pikiran dan arus
pikiran. Menurut Kaplan, berfikir merupakan aliran gagasan, symbol dan
asosiasi yang diarahkan oleh tujuan, dimulai oleh suatu masalah atau tugas
dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi pada kenyataan.
a. Gangguan BentukPikir
Dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran
rasional, logic dan terarah pada tujuan.
1) Dereisme/ pikirandereistik
Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses
mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses
mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan,
logika atau pengalaman.
2) Pikiranotistik
Menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi adalah dari
dalam pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham,
atau halusinasi. Cara berfikir seperti ini hanya akan memuaskan
keinginannya yang tidak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan
seitarnya yang tidak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan
sekitarnya. Hidup dalam alam pikirannyasendiri.
3) Bentuk pikiran nonrealistic
Bentu pikiran yang sama sekali tidak berdasaran pada kenyataan,
mengambil sesuatu kesimpulan yang aneh dan tidak masuk akal.
b. Gangguan ArusPikir
Yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran yang
timbul dalam berbagai jenis :
1) Perseverasi : berulang-ulang menceritakan suatu ide, pikiran
atau tema secaraberlebihan.
2) Asosiasi longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada
hubungannya satu sama lain, misalnya “saya mau makan semua
orang dapat berjalan-jalan”. Bila ekstrim, maka akan terjadi
inkoherensi.
3) Inkoherensi : gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu
kalimat pun sudah sulit ditangap atau diikutimaksudnya.
4) Kecepatan bicara : untuk mengutarakan pikiran mungkin
lambat sekali atau sangatcepat.
5) Benturan : piiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah
sebuah kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan mengapa ia
berhenti.
6) Logorea : banyak bicara, kata-kata dikeluaran bertubi-tubi
tanpa kontrol, mungkin koherent atauincoherent.
7) Pikiran melayang (flight of ideas) :perubahan yang mendadak
lagi cepat dalam pembicaraan, sehingga satu ide yang belum
selesai diceritakan sudah disusul oleh ide yang lain.
8) Asosiasi bunyi : mengucapkan perkataan yang mempunyai
persamaan bunyi, misalnya pernah disengar “saya mau makan”
diutarakan seakanberontak.
9) Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tida dipahami
oleh umum, misalnya : saya radiitu, semuapartinum.
10) Irelevansi : isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya
dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedangdibicarakan.
11) Pikiran berputar-putar (circumstantiality) : menuju secara tidak
langsung kepada ide pkok dengan menambahan banyak hal yang
remeh-remeh yang majemuk dan tidakrelevan.
12) Main-main dengan kata-kata : membuat sejak secara
tidakwajar.
13) Afasi : mungkin sensori (tidak atau sukar mengerti biacara
orang lain) atau motorik (tidak dapat atau sukar bicara), sering
kedua-duanya sekaligus dan terjadi kerusakanotak.
c. Gangguan IsiPikir
Dapat terjadi baik pada isi pikiran nonverbal maupun pada isi pikiran
yang diceritakan misalnya :
1) Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy) : dapat timbul secara
mengambang pada orang yang normal selama fase permulaan
narkosa (anastesiumum)
2) Fantasi : isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang
diharapkan/ diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidaknyata.
3) Fobia : rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau
keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien,
biarpun diketahui bahwa hal itu irasionaladanya.
4) Obsesi : Isi pikiran yang kukuh (persisten) timbul, biarpun
tidak dikendalikannya dan diketahui bahwa hal itu tidak wajar atau
tidakmungkin.
5) Preokupasi : Pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja yang
biasanya berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional
yangkuat.
6) Pikiran yang tak memadai (Inadequate) : pikiran yang
ekstrinsik, tidak cocok dengan banyak hal, terutama dalam
pergaulan dan pekerjaanseseorang.
7) Pikiran bunuh diri (Suicide thoughts / ideation) : mulai dari
kadang-kadang memikirkan hal bunuh dari sampai terus menerus
memikirkan cara bagaimana ia dapat membunuhdirinya
8) Pikiran hubungan : pembicaraan orang lain, benda-benda, atau
sesuatu kejadian dihubungkan dengandirinya.
9) Rasa terasing (aleanasi) : perasaan bahwa dirinya sudah
menjadi lain, berbeda asing, umpamanya heran, siapakah dia itu
sebenarnya, rasanya ia berbeda sekali dengan oranglain.
10) Pikiran isolasi sosial (social isolation) : rasa terisolasi, tersekat,
terkunci, terpencil dari masyarakat, rasa ditolak, tidak disukai
orang lain, rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain, lebih
sukamenyendiri.
11) Pikiran rendah diri : Merendahkan, menghinakan dirinya
sendiri, menyalahkan dirinya tentang suatu hal yang pernah
atautidak pernahdilakukannya.
12) Merasa dirugikan oleh orang lain : menghina atau menyangka
ada orang lain yang telah merugikannya, sedang mengambil
keuntungan dari dirinya, atau sedang mencelakakannya.
13) Merasa dirinya dalam bidang seksual : acuh tak acuh tentang
hal seksual, kegairahan seksual berkurang secara umum
(hiposeksualitas).
14) Rasa salah : sering mengatakan ia telah bersalah; ini bukanlah
wahamdosa.
15) Pesimisme : mempunyai pandangan yang suram mengenai
banyak hal padabidangnya.
16) Sering curiga : mengutarakan ketidakpercayaannya kepada
orang lain; buan wahamcuriga.
17) Waham : keyakinan tentang sesuatu isi pikiran yang tidak
sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensi
dan latar belakang kebudayaannya, biarpun dibutikan kemustahilan
halitu.
Menurut Direja (2011) dan Azizah (2011), adapun jenis-jenis
waham, yaitu :
a) WahamKebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan
khusus atau berlebihan yang berbeda dengan orang lain,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b) WahamAgama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
c) WahamCuriga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
d) WahamSomatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
e) WahamNihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
f) WahamDosa
Keyakinan klien terhadap dirinya telah atau selalu salah atau
berbuat dosa atau perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
g) Waham yang bizar terdiridari:
1) Sisp pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran
orang lain disisipkan ke dalam pikirandirinya.
2) Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide
dirinya dipakai oleh/disampaikan kepada orang lain
mengetahui apa yang ia pikirkan meskipun ia tidak pernah
secara nyata mengatakan pada orangtersebut.
3) Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa
pikiran, emosi dan perbuatannya selalu
dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan di luar dirinya yang
aneh.
7. PenatalaksanaanMedis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan
medis pada gangguan proses pikir yang mengarah pada diagnosa medis
skizofrenia, khususnya dengan gangguan proses pikir: waham, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2009), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2
golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama(typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya:
Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil),
Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan
Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone
(Risperdal, Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine
(Seroquel), dan Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat
diberikan apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai
tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan
pemahaman diri sudah baik.Psikotherapi pada klien dengan gangguan
jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok(TAK).
c. Terapisomatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik
(Riyadi dan Purwanto, 2009).Beberapa jenis terapi somatik,yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan
Purwanto,2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalamruangan
khusus (Riyadi dan Purwanto,2009).
3) Foto therapy atau therapicahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini
diberikan dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih
terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro ConvulsifTherapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran
listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun
klonik (Riyadi dan Purwanto,2009).
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana
terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih
(sosialisasi).

8. Rentang ResponSosial
Menurut Stuart and Sundeen (2010) waham merupakan salah satu
respon persepsi paling maladaptif dalam rentang respon neurobiologi.
Rentang respon tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

ResponAdaptif Responmaladaptif

Pikiranlogis Distorsi pikiran Gangguanproses


pikir / delusi /waham

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi


Emosi konsisten Reaksi emosi Sulit berespon emosi
dengan pengalaman berlebihan atau kurang
Perilaku sesuai Perilaku aneh atau Perilaku disorganisasi
tidak biasa
Berhubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial

Dari rentang respon neurobiologik diatas digambarkan bahwa bila


klien/individu mendapat suatu stressor maka individu akan berespon
menuju respon adaptif maupun respon maladaptif.Bila individu berespon
adaptif, cenderung dapat berpikir logis, persepsi akurat, emosi konsisten
dengan pengalaman, perilaku sesuai dan dapat berhubungan sosial. Bila
individu berespon antara respon adaptif dan maladaptif maka akan
menimbulkan pemikiran kadang – kadang menyimpang, ilusi, reaksi
emosional berlebihan atau berkurang, perilaku ganjil dan menarikdiri.
Namun bila individu berespon maladaptif maka cenderung mengalami
kelainan pemikiran/delusi/waham, halusinasi, ketidakmampuan untuk
mengalami emosi, ketidakteraturan dan isolasi sosial.

C. Pohon Masalah
Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien
dengan waham adalah sebagai berikut:
Risiko Perilaku Kekerasan Effect

Gangguan proses Pikir: Waham Core Problem

Isolasi Sosial
Causa

Harga Diri Rendah Kronik


D. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
gangguan isi pikir: waham (Fitria, 2009), adalah:
a. Gangguan proses pikir:waham
b. Risiko perilakukekerasan
c. Isolasisosial
d. Harga diri rendahkronik
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan isi
pikir: waham (Fitria, 2009 dan Yosep, 2009), adalah:
a. Datasubyektif
1) Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang palinghebat
2) Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus.
b. Dataobyektif
1) Klien terus berbicara tentang kemampuan yangdimilikinya.
2) Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang
3) Isi pembicaraan tidak sesuai dengankenyataan.

E. DiagnosaKeperawatan
a. Gangguan Proses Pikir:Waham
b. Risiko perilakukekerasan
c. Isolasisosial
d. Harga diri rendahkronik
F. IntervensiKeperawatan

Tgl No. Dx. Perencanaan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Isi TUM :
1 Pikir :Waham. Klien dapat mengontrol 1. Setelah 2x interaksi klien: 1. Bina hubungan saling percaya dengan
wahamnya.  Mau menerima menggunakan prinsip komunikasi
kehadiran perawat di terapeutik:
sampingnya.  Berisalam.
TUK 1 :  Mengatakan mau  Perkenalkan diri, tanyakan nama
Klien dapat membina menerima bantuan serta nama panggilan yangdisukai.
hubungan saling percaya perawat.  Jelaskan tujuaninteraksi.
dengan perawat.  Tidak menunjukkan  Yakinkan klien dalam keadaan aman
tanda-tandacuriga. dan perawat siap menolong dan
 Mengijinkan duduk di mendampinginya.
samping.  Yakinkan bahwa kerahasiaan klien
akan tetapterjaga.
 Tunjukkan sikap terbuka danjujur.
 Perhatikan kebutuhan dasar dan beri
bantuan untukmemenuhinya.

TUK 2 : 2. Setelah 2x interaksi klien: 2. Bantu klien untuk mengungkapkan


Klien dapat  Klien menceritakan perasaan danpikirannya.
mengidentifikasi perasaan ide-ide dan perasaan  Diskusikan dengan klien
yang muncul secara yang muncul secara pengalaman yang dialami selama ini
berulang dalam pikiran berulang dalam termasuk hubungan dengan
klien. pikirannya. orangyang berarti, lingkungannya
kerja, sekolah,dsb.
 Dengarkan pernyataan klien dengan
empati tanpa dukungan atau
menentang pernyataanwahamnya.
 Katakan perawat dapat memahami
apa yang diceritakanklien.

TUK 3: 3. Setelah 2x interaksi klien : 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi


Klien dapat  Dapat menyebutkan kebutuhan yang tidak terpenuhi serta
mengidentifikasi stressor kejadian-kejadian kejadian yang menjadi faktor pencetus
atau pencetus wahamnya sesuai dengan urutan wahamnya.
( triggers factor ). waktu serta harapan / 3.1 Diskusikan dengan klien tentang
kebutuhan dasar yang kejadian-kejadian traumatik yang
tidak terpenuhiseperti menimbulkan rasa takut, ansietas,
: harga diri, rasa maupun perasaan tidakdihargai.
aman,dsb. 3.2 Diskusikan kebutuhan / harapan yang
 Dapat menyebutkan belumterpenuhi.
hubungan antara 3.3 Diskusikan dengan klien cara-cara
kejadian traumatis / mengatasi kebutuhan yang tidak
kebutuhan tidak terpenuhi dan kejadian yangtraumatik.
terpenuhi dengan 3.4 Diskusikan dengan klien apakah ada
wahamnya. halusinasi yang meningkatkan pikiran /
perasaan yang terkaitwahamnya.
3.5 Diskusikandenganklienantara
kejadian-kejadian tersebut dengan
wahamnya.
TUK 4: 4. Setelah 2x interaksi klien : 4. Bantu klien mengidentifikasi
Klien dapat menyebutkan perbedaan keyakinanya yang salah tentang situasi
mengidentifikasi pengalaman nyata dengan yang nyata ( bila klien sudah siap ).
wahamnya. pengalaman wahamnya.  Diskusikan dengan klien
pengalaman wahamnya tanpa
berargumentasi.
 Katakan kepada klien akan
keraguan perawat terhadap
pernyataanklien.
 Diskusikan dengan klien respon
perasaan terhadapwahamnya.
 Diskusikan frekuensi, intensitas,
dan durasi terjadinyawaham.
 Bantu klien membedakan situasi
nyata dengan situasiyang
dipersepsikan salah oleh klien.

TUK 5 : 5. Setelah 2x interaksi :klien 5.1Diskusikandenganklienpengalaman-


Klien dapat menjelaskan gangguan pengalaman yang tidak
mengidentifikasi fungsi hidup sehari-hari menguntungkan sebagai akibat dari
konsekuensi dari yang diakibatkan ide-ide / wahamnya seperti :
wahamnya. pikirannya yang tidak  Hambatan dalam berinteraksi dengan
sesuai dengan kenyataan keluarga.
seperti :  Hambatan dalam berinteraksi dengan
 Hubungan dengan oranglain.
keluarga.  Hambatan dalam melakukan
 Hubungan dengan orang aktivitas sehari-hari.
lain.  Perubahan dalam prestasi kerja /
 Aktivitassehari-hari. sekolah.
 Pekerjaan. 5.2 Ajak klien melihat bahwa
 Sekolah. wahamtersebut adalah masalah yang
 Prestasi,dsb. membutuhkan bantuan dari oranglain.
5.3 Diskusikandenganklienorang/
tempat ia minta bantuan apabila
wahamnya timbul / sulit dikendalikan.
TUK 6 : 6. Setelah 2x interaksi klien: 6.1 Diskusikan hobi / aktivitas yang
Klien dapat melakukan klien melakukan aktivitas disukainya.
teknik distraksi sebagai yang konstruktif sesuai 6.2 Anjurkan klien memilih dan
cara menghentikan pikiran dengan minatnya yang melakukan aktivitas yang
yang terpusat pada dapat mengalihkan fokus membutuhkan perhatian dan
wahamnya. klien dari wahamnya. keterampilanfisik.
6.3 Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik
yang membutuhkan perhatian sebagai
pengisi waktuluang.
6.4 Libatkan klien dalam TAK orientasi
realita.
6.5 Bicara dengan klien topik-topik
yangnyata.
6.6 Anjurkan klien untuk bertanggung
jawab secara personal dalam
mempertahankan / meningkatkan
kesehatan danpemulihannya.
6.7 Beri penghargaan bagi setiapupaya
klien yang positif.
TUK 7 : 7.1 Setelah 2x interaksi 7.1 Diskusikan pentingnya peran serta
Klien mendapat dukungan keluarga dapat keluarga sebagai pendukunguntuk
keluarga. menjelaskan tentang : mengatasi waham.
 Pengertianwaham. 7.2 Diskusikan potensi keluarga untuk
 Tanda dan gejala membantu klien mengatsiwaham.
waham. 7.3 Jelaskan pada keluarga tentang:
 Penyebab dan akibat  Pengertianwaham.
waham.  Tanda dan gejalawaham.
 Cara merawat klien  Penyebab dan akibat waham.
waham.  Cara merawat klienwaham.
7.2 Setelah ….x interaksi 7.4 Latih keluarga cara merawat klien
keluarga dapat waham.
mempraktekan cara 7.5 Tanyakan perasaan keluarga setelah
merawat klienwaham. mencoba cara yang telahdilatihkan.
7.6 Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien di
rumah sakit.
TUK 8 : 8.1 Setelah 2 x interaksi klien 8.1 Diskusikan dengan klien tentang
Klien dapat memanfaatkan menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minum
obat dengan baik.  Manfaat minumobat. obat, nama, warna, dosis, cara, efek
 Kerugian tidakminum terapi dan efek samping penggunaan
obat. obat.
 Nama, warna, dosis, 8.2 Pantau klien saat penggunaanobat.
efek terapi dan efek  Beri pujian jika klien menggunakan
sampingobat. obat denganbenar.
8.2 Setelah 1x interaksi klien 8.3 Diskusikan akibat berhenti minum obat
mendemonstrasikan tanpa konsultasi dengandokter.
penggunaan obat dengan  Anjurkan klien untuk konsultasi
benar. kepada dokter / perawat jika terjadi
8.3 Setelah 1x interaksi klien hal-hal yang tidakdiinginkan.
menyebutkan akibat
berhenti minumobat
tanpa konsultasi dokter.
G. Implementasi TindakanKeperawatan
Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
H. EvalusasiKeperawatan
1. Klien akan mampu membina hubungan salingpercaya
2. Klien akan mampu memenuhi kebutuhan yang tidaktepenuhi
3. Klien mampu berdiskusi tentang kemampuan yangdimiliki
4. Klien akan mengungkapkan tidak adanyawaham
I. Intervensi Berdasarkan SP Pasien danKeluarga
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Mengorientasikanrealita 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak dirasakankeluarga
terpenuhi 2. Menjelaskanwaham
3. Membantu memenuhi kebutuhan 3. Menjelaskan cara merawat keluarga
yang tidakterpenuhi denganwaham
4. Membuat ke dalam jadwalkegiatan
SP2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan (SP1) 1. Melatih keluarga cara merawat pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang denganwaham
dimiliki 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Melatih tentang kemampuan yang merawat pasien dengan waham
dimiliki
4. Membuat ke dalam jadwalkegiatan
SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan (SP 1 1. Membantu keluarga membuat jadwal
dan SP2) kegiatan harian termasuk minumobat
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang 2. Menjelaskan follow up setelah pasien
dimiliki pulang
3. Melatih tentang kemampuan yang
dimiliki
4. Membuat ke dalam jadwalkegiatan
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2016). Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Direja, A.H.S. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medikal Book.
Fitria, N. (2014). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B.A. (2014). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Stuart & Sundden. (2015). Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed. Ke-5. St Louis:
Mosby Year Book.
Townsed, M. C. (2014). Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai