Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS


STT (SOFT TISSUE TUMOR) DIGITI IV MANUS SINISTRA

OLEH :

DESY CINTYA PUTRI

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN


1. KONSEP MEDIS
 Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma (Smeltzer, 2002). STT adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti
kanker (Mansjoer, 2001). Jadi, kesimpulannya STT adalah suatu benjolan atau
pembengkakan yang abnormal di dalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang
terletak antara kulit dan tulang.

 Etiologi
(1) Genetik
Ada bukti tertentupembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak. Dalam daftar laporan gen
yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam menentukan
diagnosis.
(2) Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi –
induksi yang mendorong transormasi neoplastik.
(3) Infeksi
Infeksi virus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang
lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
(4) Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja.
Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

 Klasifikasi
Tabel klasifikasi soft tissue tumor berdasarkan jenis jaringan :

NO. SOFT TISSUE TUMOR


1. Tumor Jaringan Lemak Lipoma
Liposarkoma
2. Tumor dan Lesi Mirip Tumor pada Jaringan Fibrosa Fasilitis Nodularis
Fibromatosis
Superfisialis
Fibromatosis Profunda
Fibrosarkoma
3. Tumor Fibriohistiostik Histiostima Fibrosa
Dermatofibrosa
Protuberans
Histiositoma Fibrosa
Maligna
4. Tumor Otot Rangka Rabdomioma
Rabdomiosarkoma
5. Tumor otot Polos Leiomioma
Leiomiosarkoma
Tumor otot polos
dengan potensi
keganasan tidak jelas

6. Tumor vaskular Hemangioma


Limfangioma
Hemangioendotelioma
Hemangioperisitoma
Angiosarkoma
7. Tumor saraf perifer Neurofibroma
Schwannoma
Tumor ganas selubung
saraf perifer
8. Tumor yang histogenesisnya tidak jelas Tumor sel granular
Sarkoma sinovium
Sarkoma bagian lunak
Sarkoma epiteliod

Tabel klasifikasi tumor jaringan lunak berdasarkan pertumbuhan jinak dan ganas

Bentuk Jaringan Tumor jinak Tumor Ganas


Fat Lipoma Liposarkoma
Fibrous tissue Fibroma Fibrosarkoma
Skeletal muscle Rabdomioma Rabdomiosarkoma
Smooth muscle Leiomioma Leiomyosarkoma
Synovium Synovioma Sarkoma sinovial
Blood vessel Hemangioma Angiosarkoma
Hemangiopericytoma
Lymphatics Lymphangioma Lymphangiosarkoma
Nerve Neurofibroma Neurofibrosarkoma
Mesothelium Mesothelioma jinak Mesothelioma ganas
Tissue histiocyte Fibrous histiocytoma jinak Fibrous histiocytoma
ganas
Pluripotent None recognized Malignant
mesenchymoma
Uncertain None recognized Ewing’s sarkoma;
sarkoma;epitheliod sarkoma alveolar soft parts

 Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh
mutasi ganetik dari DNA seluler. Kerusakan DNA yang menimbulkan peningkatan
aktivitas, onkogen, perubahan gen yang mengatur apoptosis, dan inaktivasi gen
supresor tumor sehingga sel terpacu untuk terus berpoliferasi, kehilangan kendali
terhadap poliferasi sel, kehilangan kemampuan menghentikan siklus sel, dan
kemampuan apoptosis. (Sjamsuhidajat, R dkk. 2013).
Sel-sel yang tadinya normal kemudian tidak berfungsi dan terus berkembang
atau membelah diri (bereplikasi) membentuk jutaan sel baru, sehingga
menimbulkan benjolan yang membentuk jaringan baru (tumor/neoplasma). Sel-sel
neoplasma mendapat energi terutama dari anaerob karena kemampuan sel
untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk
oksidasi. Sel-sel yang abnormal kemudian menjadi parasit dalam tubuh, yang terjadi
adalah fagosit nutrisi oleh sel abnormal tersebut. Hal ini menyebabkan sel normal
mengalami kekurangan nutrisi. Asupan nutrisi ke organ berkurang dan menyebabkan
proses metabolisme dalam tubuh meningkat dan asupan nutrisi menurun. Yang terjadi
adalah lemah, lesu dan kelelahan. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan
struktur yang di
bungkusnya tetapi tidak menginvasinya dan menyebabkan pembengkakan yang
menekan saraf nyeri pada jaringan dan menyebabkan nyeri. Tumor yang semakin
membesar menyebabkan penekanan pada organ sekitar abdomen
(Sjamsuhidajat, R dkk. 2013). Fungsi fisiologis dapat mengalami gangguan akibat
obstruksi atau penekanan. Tumor yang semakin membesar dapat
menghentikan motilitas usus sehingga mengakibatkan obstruksi usus. Tumor
ini kemudian dapat menekan uretra dan menyebabkan obstruksi uretra yang
menyebabkan retensi urin. Gejala lain yang dapat ditemukan antara lain:
hematuria, dysuria, polakisuria, oliguria, dan anuria. Ketika tumor tumbuh di
permukaan tubuh, tumor dapat mengikis melalui permukaan, memecah
pertahanan alami kulit yang utuh dan membrane mukosa serta memberikan bagian
untuk pintu masuk mikroorganisme. Sel neoplastik mengalihkan nutrisi untuk
digunakan sendiri sehingga menyebabkan perubahan yang mengurangi napsu makan
pasien. Pada tahap awal penyakit ini, perubahan metabolisme glukosa menyebabkan
peningkatan kadar glukosa serum, yang menghasilkan umpan balik negative dan
mengakibatkan anoreksia (kehilangan nafsu makan). Selain itu, tumor
menyekresikan zat yang menurunkan nafsu makan dengan mengubah rasa dan bau
sehingga
menimbulkan rasa penuh lebih dini. Pada banyak kasus, penurunan berat badan
yang cepat dan tidak dijelaskan merupakan menifestasi pertama. (LeMone, Pdkk. 2015).
Ketika masa jaringan fibrosis menginvasi jaringan lain, sel yang abnormal juga
menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-
pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain
dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh
yang lain. Metastasis yang ditularkan melalui darah atau limfe
memungkinkan tumor baru untuk terbentuk dalam organ yang jauh. Kemampuan
tumor untuk bermetastasis dengan cara intravasasi sel maligna melalui dinding
di dalam darah atau limfe dan masuk kedalam sirkulasi darah. Salah satunya adalah
bermetastase ke sumsum tulang belakang yang
menyebabkan gangguan hematopoiesis, (LeMone, P dkk. 2015).

 Manifestasi Klinis
Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa
sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat
perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf –saraf tepi.Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah
digerakan dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar ketempat jauh.Pada
tahap awal, Soft Tissue Tumor Regio Femur biasanya tidak menimbulkan gejala karena
jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar,
mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau
bengkak yang terjadi pada bagian paha.

 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan
lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya
jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi melihat
kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di
sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.

2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau
ganas.tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti
sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat histiocytoma seperti.
USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur.

3. CT-Scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan
lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam
beberapa tahun terakhir.

4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-
ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor
dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas
ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor
tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana
pengobatan yang lebih baik.

5. Pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)


Merupakan pemeriksaan penunjang terhadap spesimen/sampel jaringan yang
diperoleh melalui bedah sederhana.Biasanya sampel jaringan diperoleh dari benjolan
yang belum diketahui penyebabnya atau yang diyakini dari kelenjar getah
bening.Pemeriksaan ini menggunakan metode tertentu untuk mendapatkan diagnosis
penyakit.

 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik 
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah men!apai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan
untuk  mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawtan penyakit dengan menggunakan zat kimia
untuk  membunuh sel sel tumor tersebut. keperawatan ini berfungsi
untuk menghambat  pertumbuhan kerja sel tumor. pada saat sekarang,
sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan kanker
dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif.kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi
terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Perhatikan kebersi kebersihan luka pada pasien  
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. amati ada atau tidak atau tidaknya komplikasi atau kasi atau potensial yang akan
terjadi setelah dilakukan operasi.

 Prognosis
Hasil akhir dan prognosis tumor jaringan lunak bergantung pada beberapa
seringnya faktor – faktor yang saling terkait, adapun diantaranya : ukuran tumor,
kedalaman letak tumor, tipe histologist, tingkatan klinis, ploidi (genom) DNA, proliferasi
sel, mutasi gen kanker.
Letak tumor sangat berpengaruh dalam menentukan strategi pengobatan dan
prognosis. Ketika letaknya berada di ekstremitas yang lebih proksimal, prognosisnya
akan makin buruk. Biasanya lesi tumor pada ekstremitas bagian distal bisa lebih mudah
diobat dari lesi pada bagian proksimal. Pengobatan tersebut dapat dilakukan pada stage
awal karena lesi distal cenderung berukuran lebih kecil dari tumor yang berada di
ekstremitas proksimal.
Dalam penentuan prognosis, tumor jaringan lunak dapat dikatakan bahwa usia
tidak menjadi faktor besar. Beberapa studi menuliskan bahwa pasien penderita
fibrosarkoma yang berusia sangat muda memiliki prognosis yang lebih baik dari yang
lebih tua. Bila ditinjau dalam kelompok usia pediatri sendiri, hal ini tidak sepenuhnya
benar. Akan tetapi bila sarkoma pada anak – anak dibandingkan dengan pasien yang
berusia diatas 20 tahun, dapat dilihat jelas perbedaan, yaitu prognosis pada usia pediatri
lebih baik dari usia dewasa (Lawrence et al, 1983)

 Komplikasi
Pada kasus Soft Tissue Tumor (STT) yang ditangani dengan prosedur pembedahan
komplikasi yang dapat muncul adalah:
1. Prosedur pembedahan tersebut merupakan trauma jaringan lunak.
2. Efek anestesi bisa menyebabkan komplikasi sampai kematian.
3. Perdarahan akibat efek samping dari pembedah.
4. Infeksi jaringan akibat perawatan yang tidak steril.

2. PENYIMPANGAN KDM
3. KONSEP KEPERAWATAN
 Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
- Keluhan utama
- Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)
- Riwayat Kesehatan Dahulu
- Riwayat Kesehatan Keluarga
- Pola Aktivitas Sehari – hari
b. Pemeriksaan Fisik
- Data Fokus
Pemeriksaan pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan
teknik yang digunakan head to toe yang diawali dengan observasi tingkat
kesadaran, keadaan umum, vital sign.

c. Data Penunjang
Berisi tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium yang dijalani
pasien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal. Pemeriksaan meliputi
pemeriksaan rontgen, biopsi, dan pemeriksaan terkait lainnya.
 Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
Gejala dan Tanda mayor

Subjektif. Objektif.

1. Merasa bingung. 1. Tampak gelisah.


2. Merasa khawatir dengan akibat. 2. Tampak tegang.
3. Sulit berkonsenstrasi 3. Sulit tidur

Gejala dan Tanda minor

Subjektif. Objektif.

1. Mengeluh pusing. 1. Frekuensi napas


2. Anoreksia. meningkat.
3. Palpitasi. 2. Frekuensi nadi
4. Merasa tidak berdaya. meningkat.
3. Tekanan darah
meningkat.
4. Diaforesis.
5. Tremos.
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.

b. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik

Gejala dan Tanda mayor

Subjektif Objektif

(tidak tersedia) 1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif (mis.


waspada, posisi
menghindari nyeri)

3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur

Gejala dan Tanda minor

Subjektif Objektif

(tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat


2. pola napas berubah
3. nafsu makan berubah
4. proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

c. Kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanis

Gejala dan Tanda mayor

Subjektif                                        Objektif

(tidak tersedia)                                  1.Kerusakan jaringan dan/atau


lapisan kulit.   

Gejala dan Tanda minor

Subjektif                                              Objektif

(tidak tersedia)                                    1.Nyeri

2.Perdarahan

3.Kemerahan

4.Hermatoma

 Perencanaan
a. ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan

OBSERVASI
1. Identifikasi penurunan tingkat energy
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
TERAPEUTIK
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
EDUKASI
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang dipilih
2. Anjurkan mengambil psosisi nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
4. Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
5. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis.napas dalam, pereganganm atau
imajinasi terbimbing )
b. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
OBSERVASI

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
TERAPEUTIK
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)Control
lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
4. EdukasiJelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
6. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
7. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
8. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
KOLABORASI
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

c. Kerusakan integritas kulit b.d faktor ekstris


OBSERVASI
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
TERAPEUTIK
1. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
4. Gunakan produk berbahan petrolium  atau minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitifHindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
EDUKASI
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)Anjurkan minum air yang
cukup
2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisiAnjurkan meningkat asupan buah dan
saur
3. Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrimeAnjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada diluar rumah
 Implementasi
a. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
OBSERVASI
1. Identifikasi penurunan tingkat energy
2. ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang menganggu kemampuan
kognitifIdentifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi

TERAPEUTIK
1. Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Memberikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3. Menggunakan pakaian longgar
4. Menggunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
5. Menggunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
EDUKASI
1. Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis.
music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang dipilih
2. Menganjurkan mengambil psosisi nyaman
3. Menganjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
4. Menganjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
5. Mendemonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam, pereganganm
atau imajinasi terbimbing )
b. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
OBSERVASI

1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Memonitor efek samping penggunaan analgetik

TERAPEUTIK

- Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
- MengedukasiJelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menganjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Meganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Mengajurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

KOLABORASI

1. Kolaborasi memberian analgetik, jika perlu

c. Kerusakan integritas kulit b.d faktor ekstris


OBSERVASI
- Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas)
TERAPEUTIK
- Mengubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
- Melakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
- Membersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
- Menggunakan produk berbahan petrolium  atau minyak pada kulit kering
- Menggunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitifHindari
produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
EDUKASI
1. Menganjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)Anjurkan minum air yang
cukup
2. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisiAnjurkan meningkat asupan buah dan saur
3. Menganjurkan menghindari terpapar suhu ektrimeAnjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada diluar rumah
 Evaluasi
a. ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan setelah dilakukan asuhan keperawatan 1×24
jam tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil (menurun)
- Verbalisasi kebingungan 5

-Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi 5

-Perilaku gelisah 5

-Keluhan pusing 5

-Anoreksia 5

- Palpitasi 5

- Frekuensi pernapasan 5

-Frekuensi nadi 5

-Tekanan darah diaforesis 5

-Tremor 5

-Pucat 5

- Konsentrasi 5

- Pola tidur 5

- Perasaan keberdayaan 5

- Kontak mata 5

- Pola berkemih 5

- Orientasi 5
b. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam tingkat nyeri menurun dengan kriteria
hasil :

- kemampuan menuntaskan aktivitas 5 Meningkat

-keluhan nyeri 5 Menurun

-meringis sikap protektif 5 Menurun

-gelisa 5 Menurun

-kesulitan tidur 5 Menurun

-menarik diri 5 Menurun

-berfokus pada diri sendiri 5 -diaforesis 5 Menurun

-perasaan depresi (tertekan) 5 -perasaan takut mengalami Menurun


cedera berulang 5

-anoreksia 5
Menurun
-perineum terasa tertekan 5 -uterus teraba membulat 5
-ketegangan otot 5 Menurun

-pupil dilatasi 5 Menurun

-muntah 5 Menurun

-mual 5 Menurun

-frekuensi nadi 5 Membaik

-pola napas 5 Membaik

-tekanan darah 5 Membaik

-proses berpikir 5 Membaik

-fokus 5 Membaik

-fungsi berkemih 5 Membaik

-perilaku 5 Membaik
-nafsu makan 5 Membaik

-pola tidur 5 Membaik

 Kerusakan integritas kulit b.d faktor ekstris

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam integritas kulit meningkat dengan
kriteria hasil :

- elastisitas 5 Meningkat

-hidrasi 5 Meningkat

-perfusi jaringan 5 Meningkat

-kerusakan jaringan 5 Menurun

-kerusakan lapisan kulit 5 Menurun

-nyeri 5 Menurun

-perdarahan 5 Menurun

-kemerahan 5 Menurun

-hematoma 5 Menurun

-pigmentasi abnormal 5 Menurun

-jaringan parut 5 Menurun

-nekrosis 5 Menurun

-abrasi kornea 5 Menurun

-suhu kulit 5 Membaik

-sensasi 5 Membaik

-tekstur 5 Membaik

-pertumbuhan rambut 5 Membaik


DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. (2016). Cancer facts and figures. Atlanta.

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume
2. Jakarta : EGC.

Diyono, Sri Mulyanti. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Pencernaan.


Jakarta : KENCANA

Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Lemone, P., & Burke, K. (2015). Medical-surgical nursing : critical thinking in client
care. (3rd ed). Upper Saddle River, NJ : Prentice Hall.

Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2014. Anatomi berorientasi klinis.
Edisi ke−5. Jakarta: Erlangga

Sjamsuhidajat, R. dkk. (2010), Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC
Singh, Y.K. (2014). Fundamental of Research Methodology and Statistics. New Delhi:
New Age International (P) Limited Publishers

Anda mungkin juga menyukai