OLEH :
JURUSAN KEPERAWATAN
Etiologi
(1) Genetik
Ada bukti tertentupembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak. Dalam daftar laporan gen
yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam menentukan
diagnosis.
(2) Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi –
induksi yang mendorong transormasi neoplastik.
(3) Infeksi
Infeksi virus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang
lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
(4) Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja.
Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
Klasifikasi
Tabel klasifikasi soft tissue tumor berdasarkan jenis jaringan :
Tabel klasifikasi tumor jaringan lunak berdasarkan pertumbuhan jinak dan ganas
Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh
mutasi ganetik dari DNA seluler. Kerusakan DNA yang menimbulkan peningkatan
aktivitas, onkogen, perubahan gen yang mengatur apoptosis, dan inaktivasi gen
supresor tumor sehingga sel terpacu untuk terus berpoliferasi, kehilangan kendali
terhadap poliferasi sel, kehilangan kemampuan menghentikan siklus sel, dan
kemampuan apoptosis. (Sjamsuhidajat, R dkk. 2013).
Sel-sel yang tadinya normal kemudian tidak berfungsi dan terus berkembang
atau membelah diri (bereplikasi) membentuk jutaan sel baru, sehingga
menimbulkan benjolan yang membentuk jaringan baru (tumor/neoplasma). Sel-sel
neoplasma mendapat energi terutama dari anaerob karena kemampuan sel
untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk
oksidasi. Sel-sel yang abnormal kemudian menjadi parasit dalam tubuh, yang terjadi
adalah fagosit nutrisi oleh sel abnormal tersebut. Hal ini menyebabkan sel normal
mengalami kekurangan nutrisi. Asupan nutrisi ke organ berkurang dan menyebabkan
proses metabolisme dalam tubuh meningkat dan asupan nutrisi menurun. Yang terjadi
adalah lemah, lesu dan kelelahan. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan
struktur yang di
bungkusnya tetapi tidak menginvasinya dan menyebabkan pembengkakan yang
menekan saraf nyeri pada jaringan dan menyebabkan nyeri. Tumor yang semakin
membesar menyebabkan penekanan pada organ sekitar abdomen
(Sjamsuhidajat, R dkk. 2013). Fungsi fisiologis dapat mengalami gangguan akibat
obstruksi atau penekanan. Tumor yang semakin membesar dapat
menghentikan motilitas usus sehingga mengakibatkan obstruksi usus. Tumor
ini kemudian dapat menekan uretra dan menyebabkan obstruksi uretra yang
menyebabkan retensi urin. Gejala lain yang dapat ditemukan antara lain:
hematuria, dysuria, polakisuria, oliguria, dan anuria. Ketika tumor tumbuh di
permukaan tubuh, tumor dapat mengikis melalui permukaan, memecah
pertahanan alami kulit yang utuh dan membrane mukosa serta memberikan bagian
untuk pintu masuk mikroorganisme. Sel neoplastik mengalihkan nutrisi untuk
digunakan sendiri sehingga menyebabkan perubahan yang mengurangi napsu makan
pasien. Pada tahap awal penyakit ini, perubahan metabolisme glukosa menyebabkan
peningkatan kadar glukosa serum, yang menghasilkan umpan balik negative dan
mengakibatkan anoreksia (kehilangan nafsu makan). Selain itu, tumor
menyekresikan zat yang menurunkan nafsu makan dengan mengubah rasa dan bau
sehingga
menimbulkan rasa penuh lebih dini. Pada banyak kasus, penurunan berat badan
yang cepat dan tidak dijelaskan merupakan menifestasi pertama. (LeMone, Pdkk. 2015).
Ketika masa jaringan fibrosis menginvasi jaringan lain, sel yang abnormal juga
menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-
pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain
dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh
yang lain. Metastasis yang ditularkan melalui darah atau limfe
memungkinkan tumor baru untuk terbentuk dalam organ yang jauh. Kemampuan
tumor untuk bermetastasis dengan cara intravasasi sel maligna melalui dinding
di dalam darah atau limfe dan masuk kedalam sirkulasi darah. Salah satunya adalah
bermetastase ke sumsum tulang belakang yang
menyebabkan gangguan hematopoiesis, (LeMone, P dkk. 2015).
Manifestasi Klinis
Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa
sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat
perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf –saraf tepi.Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah
digerakan dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar ketempat jauh.Pada
tahap awal, Soft Tissue Tumor Regio Femur biasanya tidak menimbulkan gejala karena
jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar,
mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau
bengkak yang terjadi pada bagian paha.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan
lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya
jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi melihat
kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di
sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau
ganas.tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti
sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat histiocytoma seperti.
USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur.
3. CT-Scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan
lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam
beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-
ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor
dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas
ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor
tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana
pengobatan yang lebih baik.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah men!apai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan
untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawtan penyakit dengan menggunakan zat kimia
untuk membunuh sel sel tumor tersebut. keperawatan ini berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. pada saat sekarang,
sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan kanker
dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif.kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi
terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Perhatikan kebersi kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. amati ada atau tidak atau tidaknya komplikasi atau kasi atau potensial yang akan
terjadi setelah dilakukan operasi.
Prognosis
Hasil akhir dan prognosis tumor jaringan lunak bergantung pada beberapa
seringnya faktor – faktor yang saling terkait, adapun diantaranya : ukuran tumor,
kedalaman letak tumor, tipe histologist, tingkatan klinis, ploidi (genom) DNA, proliferasi
sel, mutasi gen kanker.
Letak tumor sangat berpengaruh dalam menentukan strategi pengobatan dan
prognosis. Ketika letaknya berada di ekstremitas yang lebih proksimal, prognosisnya
akan makin buruk. Biasanya lesi tumor pada ekstremitas bagian distal bisa lebih mudah
diobat dari lesi pada bagian proksimal. Pengobatan tersebut dapat dilakukan pada stage
awal karena lesi distal cenderung berukuran lebih kecil dari tumor yang berada di
ekstremitas proksimal.
Dalam penentuan prognosis, tumor jaringan lunak dapat dikatakan bahwa usia
tidak menjadi faktor besar. Beberapa studi menuliskan bahwa pasien penderita
fibrosarkoma yang berusia sangat muda memiliki prognosis yang lebih baik dari yang
lebih tua. Bila ditinjau dalam kelompok usia pediatri sendiri, hal ini tidak sepenuhnya
benar. Akan tetapi bila sarkoma pada anak – anak dibandingkan dengan pasien yang
berusia diatas 20 tahun, dapat dilihat jelas perbedaan, yaitu prognosis pada usia pediatri
lebih baik dari usia dewasa (Lawrence et al, 1983)
Komplikasi
Pada kasus Soft Tissue Tumor (STT) yang ditangani dengan prosedur pembedahan
komplikasi yang dapat muncul adalah:
1. Prosedur pembedahan tersebut merupakan trauma jaringan lunak.
2. Efek anestesi bisa menyebabkan komplikasi sampai kematian.
3. Perdarahan akibat efek samping dari pembedah.
4. Infeksi jaringan akibat perawatan yang tidak steril.
2. PENYIMPANGAN KDM
3. KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
- Keluhan utama
- Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)
- Riwayat Kesehatan Dahulu
- Riwayat Kesehatan Keluarga
- Pola Aktivitas Sehari – hari
b. Pemeriksaan Fisik
- Data Fokus
Pemeriksaan pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan
teknik yang digunakan head to toe yang diawali dengan observasi tingkat
kesadaran, keadaan umum, vital sign.
c. Data Penunjang
Berisi tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium yang dijalani
pasien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal. Pemeriksaan meliputi
pemeriksaan rontgen, biopsi, dan pemeriksaan terkait lainnya.
Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
Gejala dan Tanda mayor
Subjektif. Objektif.
Subjektif. Objektif.
Subjektif Objektif
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
2.Perdarahan
3.Kemerahan
4.Hermatoma
Perencanaan
a. ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
OBSERVASI
1. Identifikasi penurunan tingkat energy
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
TERAPEUTIK
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
EDUKASI
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang dipilih
2. Anjurkan mengambil psosisi nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
4. Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
5. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis.napas dalam, pereganganm atau
imajinasi terbimbing )
b. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
OBSERVASI
TERAPEUTIK
1. Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Memberikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3. Menggunakan pakaian longgar
4. Menggunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
5. Menggunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
EDUKASI
1. Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis.
music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang dipilih
2. Menganjurkan mengambil psosisi nyaman
3. Menganjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
4. Menganjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
5. Mendemonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam, pereganganm
atau imajinasi terbimbing )
b. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
OBSERVASI
TERAPEUTIK
- Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
- MengedukasiJelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menganjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Meganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Mengajurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
KOLABORASI
-Perilaku gelisah 5
-Keluhan pusing 5
-Anoreksia 5
- Palpitasi 5
- Frekuensi pernapasan 5
-Frekuensi nadi 5
-Tremor 5
-Pucat 5
- Konsentrasi 5
- Pola tidur 5
- Perasaan keberdayaan 5
- Kontak mata 5
- Pola berkemih 5
- Orientasi 5
b. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam tingkat nyeri menurun dengan kriteria
hasil :
-gelisa 5 Menurun
-anoreksia 5
Menurun
-perineum terasa tertekan 5 -uterus teraba membulat 5
-ketegangan otot 5 Menurun
-muntah 5 Menurun
-mual 5 Menurun
-fokus 5 Membaik
-perilaku 5 Membaik
-nafsu makan 5 Membaik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam integritas kulit meningkat dengan
kriteria hasil :
- elastisitas 5 Meningkat
-hidrasi 5 Meningkat
-nyeri 5 Menurun
-perdarahan 5 Menurun
-kemerahan 5 Menurun
-hematoma 5 Menurun
-nekrosis 5 Menurun
-sensasi 5 Membaik
-tekstur 5 Membaik
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume
2. Jakarta : EGC.
Lemone, P., & Burke, K. (2015). Medical-surgical nursing : critical thinking in client
care. (3rd ed). Upper Saddle River, NJ : Prentice Hall.
Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2014. Anatomi berorientasi klinis.
Edisi ke−5. Jakarta: Erlangga
Sjamsuhidajat, R. dkk. (2010), Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC
Singh, Y.K. (2014). Fundamental of Research Methodology and Statistics. New Delhi:
New Age International (P) Limited Publishers