Disusun oleh
Ines yesica prisilia 218 503 028
Milda sri aljuni 218 503
Wulansari 219
Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT atas berkat rahmat dan karunia-
Nya sehinnga dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “KENDALA DAN
TANTANGAN GLOBAL DALAM SEKTOR PERTANIAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI
4.0” ini dengan tepat pada waktunya.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Perumusan masalah
C. Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dunia pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya, sedang memasuki era industri baru
yang ditandai dengan era digitilasisasi di berbagai sektor kehidupan. Para pakar
menyebut ini sebagai era revolusi industri 4.0. Perubahan dinamika laju pergerakan yang
semula tersentralisasi bahwa manusia sebagai subyek elan vital dalam tumbuh dan
berkembangnya denyut nadi perekonomian mengalami pergeseran secara perlahan tapi
pasti tergantikan oleh otomatisasi mekanis dan digitalisasi teknologi dalam menggerakan
roda perekonomian Meminjam hasil penelitian dari McKinsey pada 2016 bahwa dampak
dari digital tecnology menuju revolusi industri 4.0 dalam lima (5) tahun kedepan akan
ada 52,6 juta jenis pekerjaan akan mengalami pergeseran atau hilang dari muka bumi .
Hasil penelitian ini memberikan pesan bahwa setiap diri yang masih ingin mempunyai
eksistensi diri dalam kompetisi global harus mempersiapkan mental dan skill yang
mempunyai keunggulan persaingan (competitive advantage) dari lainnya. Jalan utama
mempersiapkan skill yang paling mudah ditempuh adalah mempunyai perilaku yang baik
(behavioral attitude), menaikan kompetensi diri dan memiliki semangat literasi. Bekal
persiapan diri tersebut dapat dilalui dengan jalur pendidikan (long life education) dan
konsep diri melalui pengalaman bekerjasama lintas generasi/ lintas disiplin ilmu
(experience is the best teacher).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
C. TUJUAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
A. Revolusi industry 4.
Kontribusi sektor pertanian yang besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional,
sebagaimana dilansir dari LINE Jobs, kini menurun secara signifikan. Sektor pertanian tidak lagi
menjadi salah satu sumber perekonomian terbesar di Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan
penduduk yang terus bertambah, dunia pertanian kemudian mengadopsi istilah revolusi pertanian
4.0, dimana pertanian diharapkan melibatkan teknologi digital dalam proses pengembangannya.
Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini adalah konsep
pertanian cerdas, yang biasa juga disebut smart farming atau precision agriculture. Konsep ini
merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian. Tujuan utama penerapan terknologi tersebut
adalah untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil (kualitas dan kuantitas) dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang ada.
Revolusi industri 4.0 dalam sektor agrikultur ternyata lebih dominan terjadi di Eropa. Hal
ini disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk yang
berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia non-produktif sehingga tenaga
penduduk harus digantikan dengan teknologi. Sedangkan di Indonesia sendiri, revolusi industri
4.0, terutama di sektor pertanian belum begitu berhasil berkembang. Berikut adalah beberapa hal
yang menjadi penyebab revolusi industri 4.0 belum berhasil diterapkan di Indonesia menurut
LINE Jobs.
Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70 persen petani di
Indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di bawahnya. Pendidikan formal yang rendah
tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta
monoton. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-inovasi
terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah.
2. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia
Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di Indonesia belum
sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan Tidur” atau lahan
yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di suatu
wilayah strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal.
Mengingat harga tanah yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para
petani di Indonesia pun rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap
lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak akibat
konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang mencapai 150-200 ribu per tahun juga
menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam.
Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam pengelolaan pertanian belum
mampu diterima secara luas oleh para petani yang masih banyak memilih menggunakan
peralatan tradisional dibanding peralatan teknologi canggih. Selain karena keterbatasan biaya,
keterbatasan pengetahuan juga menjadi faktor yang menghambat laju teknologi untuk merambah
sektor pertanian secara luas.
Di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang cukup bagi para
petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri 4.0 ini. Beberapa hal yang
dapat dilakukan mungkin berupa memberikan penyuluhan besar-besaran dan melakukan demo
penggunaan alat pertanian yang dilengkapi dengan teknologi modern.
Teknologi masa kini memang telah merambah ke berbagai sektor hingga ke berbagai akses
kehidupan. Namun, teknologi juga harus digunakan secara bijak dengan tetap melihat
dampaknya dari berbagai sisi. Dalam pertanian misalnya, jangan sampai teknologi hanya
dikuasai oleh segelintir orang atau merusak ekosistem yang ada tanpa mempedulikan
keseimbangan lingkungan.
Di bidang pertanian, revolusi industri 4.0 belum terlalu dominan karena beberapa faktor di
antaranya sumber daya manusia, kondisi lahan pertanian Indonesia, serta teknologi yang belum
sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Permasalahan yang terjadi di Indonesia menurut Praktiko
adalah akses menuju teknologi dan bahan yang berkualitas, dikatakan teknologi sudah ada di
Indonesia tetapi petani di daerah tidak memiliki akses kesana, di Indonesia petani local perlu
didorong agar lebih mandiri untuk memenuhi kebutuhannya.
Tidur” atau lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman Manfaat
Revolusi Industri 4.0 memiliki dampak yang baik bagi petani, pun bagi masyarakat umum yang
dapat mengonsumsi hasil pertanian yang berkualitas. Walaupun sudah ada beberapa capaian
pemerintah dalam Penerapan Revolusi Industri 4.0 di bidang pertanian.
Disamping itu pula, beberapa hal yang menjadi penyebab Revolusi Industri 4.0 belum
berhasil diterapkan di Indonesia menurut Line Jobs adalah :
A. Sumber Daya Manusia Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari 40
tahun dan lebih dari 70 persen petani di Indonesia hanya berpendidikan setara SD
bahkan dibawahnya. Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan
pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta monoton.
Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-
inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah.
B. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran
penduduk dan pembangunan di Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal tersebut
dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan, sementara, lahan di suatu wilayah
strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal. Mengingat harga tanah
yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para petani di
Indonesia pun rata-rata kecil.
Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap lahan milik orang lain sehingga
hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak akibat konversi lahan pertanian menjadi non
pertanian yang mencapai 150-200 ribu per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan
untuk bercocok tanam.
Selain itu banyak pula petani indonesia yang milenial namun mereka juga tidak melek
teknologi disebabkan mereka menjadi petani karena putus sekolah baik itu putus sekolah SD,
SMP, maupun SMA. Namun, terlepas dari banyaknya tantangan yang dihadapi.
Pertanian Indonesia haruslah mengikuti perkembangan zaman yaitu pertanian yang berbasis
teknologi agar dapat menyokong kemajuan pertanian sehingga terciptalah petani Indonesia yang
sejahtera serta masyarakat yang dapat mengonsumsi hasil pertanian yang berkualitas. untuk
mewujudkan hal tersebut perlu adanya dukungan dari pemerintah, kerjasama di berbagai
lembaga dan juga peran aktif masyarakat.
Generasi muda atau yang saat ini bisa disebut pemuda milenial menjadi penentu kemajuan
pertanian di masa depan. Estafet petani selanjutnya adalah pada pundak generasi muda, mereka
mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pertanian.
Karena itu, ke depan akan lebih ditingkatkan lagi untuk menciptakan SDM profesional melalui
pendidikan dan pelatihan di sektor pertanian. Selain itu kemajuan teknologi dan era pertanian 4.0
untuk fokus pada penyiapan SDM yang siap bersaing dan menciptakan SDM profesional di
sektor pertanian. Membangun pertanian memang amat penting.
Terlebih di era revolusi industri yang ke-empat ini atau biasa disebut juga Revolusi Industri
4.0. Revolusi industri ini ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomatis yang terintegrasi
dengan jaringan internet. Sektor pertanian juga perlu beradaptasi dengan teknologi 4.0 untuk
menjawab tantangan ke depan. Pasalnya, pertanian tak mungkin bisa mencukupi kebutuhan
penduduk yang terus bertambah tanpa teknologi.
Di era keterbukaan informasi pada Pertanian 4.0, sistem informasi pertanian dan Prosiding
Seminar Nasional Kesiapan Sumber Daya Pertanian dan Inovasi Spesifik Lokasi Memasuki Era
Industri 4.0 mekanisasi pertanian menjadi tools yang sangat strategis bagi institusi pendidikan di
bawah Kementrian Pertanian yaitu Polbangtan dan PEPI dalam upaya menghasilkan lulusan
yang adaptif terhadap teknologi, yang siap terjun ke dunia kerja dan wirausaha agribisnis,
berorientasi ekspor serta menjadi agents of changes dalam pembangunan pertanian, utamanya
penyebaran informasi pertanian bagi stakeholders dan modernisasi pertanian. Pengembangan
sistem informasi pertanian (ICT, IoT, artificial intelligent) diperuntukkan bagi kepentingan
penyebaran informasi baik secara internal maupun secara eksternal dengan maksud memberikan
layanan terhadap informasi secara cepat, tepat, akurat dan kekinian yang dapat mendukung
institusi dalam pengambilan keputusan. Pertanian 4.0, dibutuhkan keterhubungan dan
keterpaduan bekerja sama yang terintegrasi sehingga nantinya pertanian 4.0 mampu menjadikan
teknologi sebagai sarana yang memudahkan petani, bukan sekedar hiburan saja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi siber dan
teknologi otomatisasi. Revolusi Industri 4.0 dikenal juga dengan istilah “cyber physical system”.
Manfaat industry 4.0 yaitu,meningkatkan efisien, menciptakan kesempatan berinovasi,
meningkatkan pengalaman customer, dan mengurangi biaya operasional
Di bidang pertanian, revolusi industri 4.0 belum terlalu dominan karena beberapa faktor
di antaranya sumber daya manusia, kondisi lahan pertanian Indonesia, serta teknologi yang
belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat
B. Saran