Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KENDALA DAN TANTANGAN GLOBAL DALAM SEKTOR PERTANIAN DI ERA


REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Tugas kelompok 10 mata kuliah digital farming

Disusun oleh
Ines yesica prisilia 218 503 028
Milda sri aljuni 218 503
Wulansari 219

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAKIDENDE
UNAAHA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT atas berkat rahmat dan karunia-
Nya sehinnga dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “KENDALA DAN
TANTANGAN GLOBAL DALAM SEKTOR PERTANIAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI
4.0” ini dengan tepat pada waktunya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..

DAFTAR ISI ……………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Perumusan masalah
C. Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian revolusi industry dalam sector pertanian di era 4.0


B. Kendala dan tantangan revolusi industry dalam sector pertanian di era 4.0

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dunia pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya, sedang memasuki era industri baru
yang ditandai dengan era digitilasisasi di berbagai sektor kehidupan. Para pakar
menyebut ini sebagai era revolusi industri 4.0. Perubahan dinamika laju pergerakan yang
semula tersentralisasi bahwa manusia sebagai subyek elan vital dalam tumbuh dan
berkembangnya denyut nadi perekonomian mengalami pergeseran secara perlahan tapi
pasti tergantikan oleh otomatisasi mekanis dan digitalisasi teknologi dalam menggerakan
roda perekonomian Meminjam hasil penelitian dari McKinsey pada 2016 bahwa dampak
dari digital tecnology menuju revolusi industri 4.0 dalam lima (5) tahun kedepan akan
ada 52,6 juta jenis pekerjaan akan mengalami pergeseran atau hilang dari muka bumi .
Hasil penelitian ini memberikan pesan bahwa setiap diri yang masih ingin mempunyai
eksistensi diri dalam kompetisi global harus mempersiapkan mental dan skill yang
mempunyai keunggulan persaingan (competitive advantage) dari lainnya. Jalan utama
mempersiapkan skill yang paling mudah ditempuh adalah mempunyai perilaku yang baik
(behavioral attitude), menaikan kompetensi diri dan memiliki semangat literasi. Bekal
persiapan diri tersebut dapat dilalui dengan jalur pendidikan (long life education) dan
konsep diri melalui pengalaman bekerjasama lintas generasi/ lintas disiplin ilmu
(experience is the best teacher).

Perkembangan inovasi otomasi dengan terciptanya super-computer, robotic artificial


intelegency dan modifikasi genetik menciptakan dunia yang sangat berbeda dari dunia
sebelumnya. Konsekuensi logisnya dan harus ditanggung bersama-sama adalah
perubahan dan pergeseran jenis tenaga kerja di era sekarang (zaman now) dan mendatang
serta mumculnya isu – isu terkini. Pemandangan pergantian dan pergeseran banyaknya
tenaga kerja disektor padat karya mulai digantikan oleh otomatisasi dan digitilasi mesin
sudah ada disekitar kita dan masuk ke pelosok-pelosok desa dimana sebagai tempat
komunal ketersediaan tenaga kerja. Semisal sektor agraris, pada saat petani menanam
sampai memanen padi yang selama ini dilakukan secara gotong royong bercorak
demonstratif karena banyak tenaga kerja yang dibutuhkan tapi hari ini dapat dilihat secara
seksama proses produktifitas tersebut cukup dilakukan satu (1) sampai dua (2) orang saja
untuk menggerakan mesin yang tersedia. Implikasi revolusi industri tersebut ibarat dua
mata sisi uang. Satu sisi, mempunyai nilai positif bagi produktivitas hasil kerja dan
efesiensi proses produksi. Sisi lain, kompetitifnya dunia kerja yang berujung banyaknya
tenaga kerja tidak terpakai akan menjadi masalah sosial serius bagi pilar stabilitas politik
atau ekonomi sebuah negara. Menerima perubahaan sebagai keniscayaan hidup harus
diikuti mempersiapkan diri menghadapi perubahan tersebut dengan cara mengembangkan
diri dan meningkatan kompetensi diri melalui sinergisitas revolusi industri 4.0

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apa itu Revolusi industry 4.0


2. Kendala dan tantangan Revolusi Industri 4.0 Sektor Pertanian

C. TUJUAN MASALAH

1. Mengetahui pengertian revolusi industry 4.0


2. Mengetahui kendala dan tantangan revolusi industri

BAB II

PEMBAHASAN

A. Revolusi industry 4.

1. Pengertian revolusi industri 4.0


Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi siber dan
teknologi otomatisasi. Revolusi Industri 4.0 dikenal juga dengan istilah “cyber physical system”.
Konsep penerapannya berpusat pada otomatisasi. Dibantu teknologi informasi dalam proses
pengaplikasiannya, keterlibatan tenaga manusia dalam prosesnya dapat berkurang. Dengan
demikian, efektivitas dan efisiensi pada suatu lingkungan kerja dengan sendirinya bertambah.
Dalam dunia industri, hal ini berdampak signifikan pada kualitas kerja dan biaya produksi.
Namun sesungguhnya, tidak hanya industri, seluruh lapisan masyarakat juga bisa mendapatkan
manfaat umum dari sistem ini.

 menurut para ahli


Menurut Kanselir Jerman, Angela Merkel (2014) revolusi industri 4.0 adalah transformasi
komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi
digital dan internet dengan industri konvensional.
Menurut Schlechtendahl dkk (2015) pengertian revolusi industri menekankan kepada unsur
kecepatan dari ketersediaan informasi, yakni lingkungan industri di mana seluruh entitasnya
selalu terhubung dan mampu berbagi informasi satu dengan yang lain.
Menurut Zimmerman, Era RI 4.0 dan selanjutnya akan melibatkan pekerjaan pada kemampuan
sains, teknologi, tehnik dan matematika, internet of things, pembelajaran sepanjang hayat
sebanyak 75%.
Menurut Prof. Dwikorita Karnawati, Revolusi Industri 4.0 dalam 5 tahun mendatang akan
menyebabkan dampak dimana 35% jenis pekerjaan terhapus. Sedangkan 10 tahun akan datang
ada 75% yang terhapus.
Menurut Prof. Klaus Schwab yang merupakan Ekonom asal Jerman dan juga Ketua Eksekutif
World Economic Forum (WEF) memeperkenalkan konsep Revolusi Industri 4.0 bahwa revolusi
industri 4.0 mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental.
Menurut Ir. H. Joko Widodo, Revolusi Industri 4.0 telah mendorong inovasi-inovasi teknologi
yang memberikan dampak disrupsi atau perubahan fundamental terhadap kehidupan masyarakat.
Dari beberapa pendapat parah ahli di atas dapat disimpulkan revolusi industri 4.0 adalah era
trasformasi industri di seluruh aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital
dan internet dengan industri konvensional guna mencapai tujuan tercapainya kreasi nilai baru.
Kemajuan teknologi telah mengubah peradaban manusia dan meningkatkan kemampuan
produksi baik secara kualitas maupun kuantitas. Setiap temuan teknologi menjadi batu pijakan
terhadap teknologi terdahulu.
Dalam kemunculan teknologi baru pada revolusi industri, tentu akan secara fundamental
mengubah cara kerja dan gaya hidup masyarakat. Penerapan dan pemanfaatan yang maksimal
ialah yang sedang dilakukan oleh dunia industri saat ini. Namun, sudah tahukah Anda apa itu
industri 4.0 dan manfaatnya?
Jika menilik revolusi industri dari masa ke masa, revolusi industri 1.0 terjadi melalui penemuan
mesin uap untuk mekanisasi produksi. Memasuki abad ke-19, revolusi industri 2.0 ditandai
dengan penemuan listrik dan produksi jalur perakitan. Pada tahun 1970-an, revolusi industri 3.0
dimulai melalui otomatisasi seluruh proses produksi tanpa pendampingan manusia. Memasuki
abad ke-21, kita sedang menerapkan revolusi industri 4.0, yang merupakan pengembangan lebih
jauh teknologi internet dan koneksi jaringan.
Dalam era industri 4.0, teknologi internet memudahkan komunikasi antarmanusia dan manusia
dengan mesin yang tidak lagi dibatasi ruang dan waktu. Dalam era ini, komunikasi bukan lagi
antar manusia atau antar manusia dan mesin, tetapi antara mesin dan mesin.
Indonesia perlu menguasai dengan baik teknologi yang menjadi aspek kunci daya saing di era
industri 4.0, yaitu financial technology (fintech), teknologi cetak 3D, teknologi robotic dan
sensor, internet of things, dan artificial intelligence.
Financial Technology perlu diperhitungkan perusahaan karena sudah menjadi bagian dari
kebutuhan konsumen. Fintech telah berkembang ke berbagai sektor, yaitu gerbang pembayaran
online (payment gateway), peminjaman (lending), perencanaan keuangan (personal finance),
investasi ritel, pembiayaan (crowdfunding), uang elektronik, dan lain-lain.
2. Manfaat industry 4.0
Revolusi industri 4.0 berdampak pada cara industri beroperasi dan cara industri melayani
konsumen. Lincah dan cepat beradaptasi adalah kunci keberhasilan industri meraih keberhasilan.
Berikut ini adalah alasan mengapa bisnis Anda harus mengadopsi industri 4.0 :
 Meningkatkan efisiensi
Dengan pemanfaatan mesin dan proses industri yang mengadopsi otomatisasi, perusahaan dapat
mengambil keputusan lebih cepat dan seluruh proses bisnis menjadi efisien. Otomatisasi akan
menghasilkan efisiensi serta kualitas produk atau layanan yang tinggi.
 Menciptakan kesempatan berinovasi
Industri 4.0 memberi pengetahuan lebih tentang proses pembuatan produk, rantai distribusi,
kinerja bisnis, dan bahkan produk yang Anda buat. Ini menciptakan peluang untuk berinovasi,
baik itu mengubah proses bisnis, mengembangkan produk baru, mengoptimalkan rantai pasokan,
dan peluang lainnya.
 Meningkatkan pengalaman customer
Industri 4.0 menghadirkan peluang untuk meningkatkan efisiensi dan pengalaman pelanggan.
Salah satu kemudahan yang dilahirkan oleh industri 4.0 adalah menghadirkan pengalaman
berbelanja online yang membuat customer tidak perlu keluar rumah untuk mendapatkan barang
yang diinginkan. Selain itu, customer juga dapat langsung melakukan transaksi pembayaran
secara online di berbagai situs belanja berkat bantuan layanan Payment Gateway.
 Mengurangi biaya operasional
Keuntungan lainnya yang ditawarkan oleh industry 4.0 adalah dengan berkurangnya biaya
operasional perusahaan dikarenakan berkurangnya kebutuhan akan tenaga manusia dan juga
meningkatkan efektivitas penggunaan bahan dalam proses produksi. Hal ini tentunya akan
membantu proses optimalisasi biaya operasional perusahaan secara keseluruhan.
Satu hal yang perlu diingat adalah manusia tidak perlu takut akan perubahan yang terjadi
melalui hadirnya industri 4.0. Justru, kecanggihan teknologi melalui interkoneksi mesin-mesin
dan sistem diharapkan dapat menghadirkan performa optimal bagi pelaku industri dan juga dapat
memberikan pengalaman yang seamless bagi konsumen. Tentunya sebagai generasi yang hidup
di era digitalisasi, kita harus terus mengikuti perkembangan industri sehinnga kita dapat terus
meningkatkan kualitas diri maupun bisnis yang kita miliki.
Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai aktivitas sosial, pendidikan, ekonomi dan
sebagainya selalu dikaitkan dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan
jaringan internet. Kecanggihan teknologi era ini membuat banyak kondisi berubah. Semua sektor
bisnis, pendidikan, dan politik telah berevolusi. Lalu bagaiaman dengan sektor pertanian di era
revolusi 4.0?

Kontribusi sektor pertanian yang besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional,
sebagaimana dilansir dari LINE Jobs, kini menurun secara signifikan. Sektor pertanian tidak lagi
menjadi salah satu sumber perekonomian terbesar di Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan
penduduk yang terus bertambah, dunia pertanian kemudian mengadopsi istilah revolusi pertanian
4.0, dimana pertanian diharapkan melibatkan teknologi digital dalam proses pengembangannya.

Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini adalah konsep
pertanian cerdas, yang biasa juga disebut smart farming atau precision agriculture. Konsep ini
merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian. Tujuan utama penerapan terknologi tersebut
adalah untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil (kualitas dan kuantitas) dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang ada.

Revolusi industri 4.0 dalam sektor agrikultur ternyata lebih dominan terjadi di Eropa. Hal
ini disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk yang
berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia non-produktif sehingga tenaga
penduduk harus digantikan dengan teknologi. Sedangkan di Indonesia sendiri, revolusi industri
4.0, terutama di sektor pertanian belum begitu berhasil berkembang. Berikut adalah beberapa hal
yang menjadi penyebab revolusi industri 4.0 belum berhasil diterapkan di Indonesia menurut
LINE Jobs.

1. Sumber Daya Manusia 

Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70 persen petani di
Indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di bawahnya. Pendidikan formal yang rendah
tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta
monoton. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-inovasi
terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah.
2. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia 

Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di Indonesia belum
sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan Tidur” atau lahan
yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di suatu
wilayah strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal. 

Mengingat harga tanah yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para
petani di Indonesia pun rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap
lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak akibat
konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang mencapai 150-200 ribu per tahun juga
menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam.

3. Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima Masyarakat 

Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam pengelolaan pertanian belum
mampu diterima secara luas oleh para petani yang masih banyak memilih menggunakan
peralatan tradisional dibanding peralatan teknologi canggih. Selain karena keterbatasan biaya,
keterbatasan pengetahuan juga menjadi faktor yang menghambat laju teknologi untuk merambah
sektor pertanian secara luas. 

Di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang cukup bagi para
petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri 4.0 ini. Beberapa hal yang
dapat dilakukan mungkin berupa memberikan penyuluhan besar-besaran dan melakukan demo
penggunaan alat pertanian yang dilengkapi dengan teknologi modern.

Teknologi masa kini memang telah merambah ke berbagai sektor hingga ke berbagai akses
kehidupan. Namun, teknologi juga harus digunakan secara bijak dengan tetap melihat
dampaknya dari berbagai sisi. Dalam pertanian misalnya, jangan sampai teknologi hanya
dikuasai oleh segelintir orang atau merusak ekosistem yang ada tanpa mempedulikan
keseimbangan lingkungan. 

Peranan Revolusi Industri 4.0 di Bidang Pertanian 


Revolusi Industri 4.0 memiliki peranan penting dalam mencapai target swasembada pangan
berkelanjutan melalui mekanisasi pertanian. Mekanisasi ini dapat berupa mesin otomatis yang
terintegrasi dengan internet sehingga diharapkan bisa mencapai target swasembada tersebut.
3. Manfaat Revolusi Industri 4.0 di bidang pertanian
Manfaat revolusi industri 4.0 memiliki dampak yang baik bagi petani dan bagi masyarakat umum
yang dapat mengonsumsi hasil pertanian yang berkualitas. Walaupun sudah ada beberapa
capaian pemerintah dalam Penerapan Revolusi Industri 4.0 di bidang pertanian.
B. Kendala dan tantangan Revolusi Industri 4.0 Sektor Pertanian

Di bidang pertanian, revolusi industri 4.0 belum terlalu dominan karena beberapa faktor di
antaranya sumber daya manusia, kondisi lahan pertanian Indonesia, serta teknologi yang belum
sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Permasalahan yang terjadi di Indonesia menurut Praktiko
adalah akses menuju teknologi dan bahan yang berkualitas, dikatakan teknologi sudah ada di
Indonesia tetapi petani di daerah tidak memiliki akses kesana, di Indonesia petani local perlu
didorong agar lebih mandiri untuk memenuhi kebutuhannya.

Tidur” atau lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman Manfaat
Revolusi Industri 4.0 memiliki dampak yang baik bagi petani, pun bagi masyarakat umum yang
dapat mengonsumsi hasil pertanian yang berkualitas. Walaupun sudah ada beberapa capaian
pemerintah dalam Penerapan Revolusi Industri 4.0 di bidang pertanian.

Upaya yang dilakukan Pemerintah ?

Kementrian telah menyiapkan rencana pengembangan pertanian dengan menyediakan berbagai


macam alat mekanisasi dan sosialisasi kepada masyarakat, sehingga diharapkan Indonesia
mampu menjawab tantangan untuk menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045.

di sisi lain ada pula tantangan yang harus dihadapi, diantaranya :

 Perlunya perbaikan infrastruktur Untuk menerapkan Internet of Thing (IoT) memerlukan


akses internet yang baik, sementara itu di seluruh indonesia tidaklah semua akses
internetnya berjalan dengan baik. Prosiding Seminar Nasional Kesiapan Sumber Daya
Pertanian dan Inovasi Spesifik Lokasi Memasuki Era Industri 4.0
 Perlunya biaya Alat teknologi yang canggih bukan murah harganya, apalagi luasnya
wilayah perkebunan dan pertanian Indonesia membutuhkan alat yang banyak.
 Petani yang belum melek teknologi Walaupun Revolusi Industri 4.0 difokuskan terhadap
petani milenial namun pentingnya teknologi juga berpengaruh terhadap petani yang
bukan milenial, sebab petani indonesia saat ini masih banyak tamatan SD dan SMP yang
masih berusia Produktif, mereka juga masih berperan dalam dunia pertanian dan dalam
hal kemajuan teknologi pertanian di 35 tahun yang akan datang.

Disamping itu pula, beberapa hal yang menjadi penyebab Revolusi Industri 4.0 belum
berhasil diterapkan di Indonesia menurut Line Jobs adalah :

A. Sumber Daya Manusia Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari 40
tahun dan lebih dari 70 persen petani di Indonesia hanya berpendidikan setara SD
bahkan dibawahnya. Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan
pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta monoton.
Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-
inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah.
B. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran
penduduk dan pembangunan di Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal tersebut
dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan, sementara, lahan di suatu wilayah
strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal. Mengingat harga tanah
yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para petani di
Indonesia pun rata-rata kecil.

Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap lahan milik orang lain sehingga
hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak akibat konversi lahan pertanian menjadi non
pertanian yang mencapai 150-200 ribu per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan
untuk bercocok tanam.

Selain itu banyak pula petani indonesia yang milenial namun mereka juga tidak melek
teknologi disebabkan mereka menjadi petani karena putus sekolah baik itu putus sekolah SD,
SMP, maupun SMA. Namun, terlepas dari banyaknya tantangan yang dihadapi.

Pertanian Indonesia haruslah mengikuti perkembangan zaman yaitu pertanian yang berbasis
teknologi agar dapat menyokong kemajuan pertanian sehingga terciptalah petani Indonesia yang
sejahtera serta masyarakat yang dapat mengonsumsi hasil pertanian yang berkualitas. untuk
mewujudkan hal tersebut perlu adanya dukungan dari pemerintah, kerjasama di berbagai
lembaga dan juga peran aktif masyarakat.

Generasi muda atau yang saat ini bisa disebut pemuda milenial menjadi penentu kemajuan
pertanian di masa depan. Estafet petani selanjutnya adalah pada pundak generasi muda, mereka
mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pertanian.
Karena itu, ke depan akan lebih ditingkatkan lagi untuk menciptakan SDM profesional melalui
pendidikan dan pelatihan di sektor pertanian. Selain itu kemajuan teknologi dan era pertanian 4.0
untuk fokus pada penyiapan SDM yang siap bersaing dan menciptakan SDM profesional di
sektor pertanian. Membangun pertanian memang amat penting.

Terlebih di era revolusi industri yang ke-empat ini atau biasa disebut juga Revolusi Industri
4.0. Revolusi industri ini ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomatis yang terintegrasi
dengan jaringan internet. Sektor pertanian juga perlu beradaptasi dengan teknologi 4.0 untuk
menjawab tantangan ke depan. Pasalnya, pertanian tak mungkin bisa mencukupi kebutuhan
penduduk yang terus bertambah tanpa teknologi.

Di era keterbukaan informasi pada Pertanian 4.0, sistem informasi pertanian dan Prosiding
Seminar Nasional Kesiapan Sumber Daya Pertanian dan Inovasi Spesifik Lokasi Memasuki Era
Industri 4.0 mekanisasi pertanian menjadi tools yang sangat strategis bagi institusi pendidikan di
bawah Kementrian Pertanian yaitu Polbangtan dan PEPI dalam upaya menghasilkan lulusan
yang adaptif terhadap teknologi, yang siap terjun ke dunia kerja dan wirausaha agribisnis,
berorientasi ekspor serta menjadi agents of changes dalam pembangunan pertanian, utamanya
penyebaran informasi pertanian bagi stakeholders dan modernisasi pertanian. Pengembangan
sistem informasi pertanian (ICT, IoT, artificial intelligent) diperuntukkan bagi kepentingan
penyebaran informasi baik secara internal maupun secara eksternal dengan maksud memberikan
layanan terhadap informasi secara cepat, tepat, akurat dan kekinian yang dapat mendukung
institusi dalam pengambilan keputusan. Pertanian 4.0, dibutuhkan keterhubungan dan
keterpaduan bekerja sama yang terintegrasi sehingga nantinya pertanian 4.0 mampu menjadikan
teknologi sebagai sarana yang memudahkan petani, bukan sekedar hiburan saja.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi siber dan
teknologi otomatisasi. Revolusi Industri 4.0 dikenal juga dengan istilah “cyber physical system”.
Manfaat industry 4.0 yaitu,meningkatkan efisien, menciptakan kesempatan berinovasi,
meningkatkan pengalaman customer, dan mengurangi biaya operasional
Di bidang pertanian, revolusi industri 4.0 belum terlalu dominan karena beberapa faktor
di antaranya sumber daya manusia, kondisi lahan pertanian Indonesia, serta teknologi yang
belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai