Anda di halaman 1dari 15

Manusia dan agama Allah

Dan
Penciptaan alam semesta

Iksan Maulana : 20210310100005


Citra Elmira : 2019317010

1
`
Kata Pengantar

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk lain di muka bumi ini.
Dengan sedikit banyaknya perbedaan pendapat mengenai penciptaan manusia. Menurut ilmuwan dari
Barat, manusia berasal dari seekor kera kemudian melalui seleksi alam. Hal tersebut menyebabkan
pro dan kontra disebagian peneliti. Namun, pada hakikatnya yang lebih masuk akal yaitu yang tertera
dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur’an. Manusia tercipta dari setetes mani yang tersimpan
didalam rahim wanita kemudian menjadi segumpal darah dan segumpal daging kemudian tumbuhlah
tulang-tulang yang dibalut oleh daging tersebut lalu ditiupkanlah ruh. Manusia adalah makhluk hidup
satu-satunya yang memiliki akal dan sangat berperan besar di muka bumi ini, baik sebagai subjek
yang sangat berpengaruh dalam roda kehidupan sehari-hari.

29, Tangerang Selatan september 2021

ii
DAFTAR ISI

1. Penciptaan manusia .........................................................................................1


2. Tujuan manusia diciptakan .............................................................................3
3. Kebutuhan manusia terhadap agama .............................................................4
4. Mengenal diri dan mengenal allah ...................................................................7
a). Berdoa

b).Cara mengenal Allah

c).Mengenal diri batin

d). Ingat tujuan penciptaan

e). Yakin keberadaan Allah

5. Allah maha pencipta ..........................................................................................8


6. Tujuan maha pencipta alam dan semesta .......................................................9
7. Proses penciptaan alam menurut al-Qur'an………………………………..11
a).Prinsip tanggung jawab

b). Prinsip solidaritas

c).Prinsip kasih sayang

`
1. Penciptaan Manusia

Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua jenis yang berbeda, yaitu: Pertama,
dari benda padat. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min
shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah Swt dengan
seindah-indahnya, kemudian Allah Swt, meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri (manusia) tersebut.
Kedua, dari benda cair. Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologis yang dapat
dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan
air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan
segumpal darah (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Segumpal darah tersebut kemudian dijadikan-
Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan
ruh
Al Qur'an Surat Al-Qashashayat 30
Dalil naqli iman kepada Allah SWT juga disebutkan dalam Al Qur'an Surat Al-Qashash ayat 30. Ini
adalah firman Allah SWT ketika menyeru kepada Nabi Musa AS dari sebatang pohon, di tepi kanan
sebuah lembah, di suatu tempat yang diberkahi.

ْ ِ‫فَلَ َّمٓاأَت َٰىهَانُو ِدىَ ِمن ٰ َش ِطئِ ْٱل َوا ِدٱأْل َ ْي َمنِف‬
َ‫ىٱلبُ ْق َع ِة ْٱل ُم ٰبَ َر َك ِة ِمنَٱل َّش َج َر ِةأَن ٰيَ ُمو َس ٰىٓإِنِّ ٓىأَنَاٱللَّه َُرب ُّْٱل ٰ َعلَ ِمين‬

Artinya: "Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang
sebelah kanan (nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguh
nya aku adalah Allah, Rabb semesta alam. (Al Qur'an Surat Al-Qashashayat 30)

Pembahasan (Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains)

Dalam Perspektif Al-Qur’an

Pada penciptaan manusia, ada orientalitas yang bingung mengenai dengan sejumlah rumusan yang
berbeda-beda menyangkut penciptaan manusia didalam Al-Qur’an. Ada ayat yang menyatakan
bahwa manusia diciptakan dari tanah liat, tembikar, saripati tanah, saripati air yang hina, air yang
tertumpah dan mani yang terpancar.

Bila diamati lebih dalam dapat disimpulkan bahwa manusia berasal dari dua jenis yaitu dari benda
padat dan benda cair. Benda padat berbentuk tanah (turab), tanah yang sudah mengandung air (thin),
tanah liat (hama’), dan tembikar (shalshal). Benda cair berbentuk air mani.

Penciptaan manusia dari tanah

1
`
surat Ali Imran: 59

ٍ ‫اِ َّن َمثَ َل ِعي ْٰسى ِع ْن َد هّٰللا ِ َك َمثَ ِل ٰا َد َم ۗ َخلَقَهٗ ِم ْن تُ َرا‬


ُ‫ب ثُ َّم قَا َل لَهٗ ُك ْن فَيَ ُكوْ ن‬

“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia
menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu”.

Pada ayat tersebut, Allah SWT menyatakan kepada nabi Muhammad Saw bahwa penciptaan nabi Isa
a.s. sama dengan penciptaan nabi Adam a.s yaitu sama-sama dari tanah. Penciptaan nabi Isa a.s
memang dari unsur sel telur yang berasal dari ibunya. Tetapi perlu diingat bahwa sel telur itu berasal
dari darah, sedangkan darah dari makanan, dan makanan tumbuh dari tanah.

2
2. Tujuan manusia terhadap agama

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah swt. Oleh sebab itu
manusia selalu membutuhkan panutan untuk menjalankan kehidupan masing-masing. Manusia
tidak akan pernah merasa puas atas apa yang telah mereka miliki, oleh karena itu manusia harus
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan kebutuhan pokok seperti kebutuhan primer, skunder dan
tersier. Semua kebutuhan tersebut harus diiringi dengan keyakinan, manusia dapat mengatur
hidupnya dengan adanya keyakinan atau Agama yang mereka anut, oleh karena itu agama
merupakan salah satu kebutuhan manusia yang juga tidak kalah penting dibandingkan dengan
kebutuhan pokok tersebut. Dengan memiliki Agama, manusia dapat mengendalikan segala
sesuatu yang dihadapi dalam kehidupannya, manusia dapat mengendalikan hawa mereka dengan
aturan keyakinan mereka masing-masing,

Manusia memiliki berbagai potensi yang hebat dan unik, baik lahir maupun batin, bahkan pada setiap
anggota tubuhnya. Sebagian ahli menyatakan bahwa manusia memiliki potensi-potensi: IQ (Intelligent
Quotient), EQ (Emotional Quotient), CQ (Creativity Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient). Gardner
menemukan multiple-intelligence, yaitu: Kecerdasan visual dan Spasial; Kecerdasan Musik; Kecerdasan
Linguistik; Kecerdasan Logik/Matematik; Kecerdasan Kinestetik; Kecerdasan Interpersonal; Kecerdasan
Intrapersonal; dan Naturalis. Bahkan ditambah dengan kecerdasan emosional dan spiritual. Sebagai
potensi, maka ia masih merupakan kemampuan dasar atau daya yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan melalui aktivitas belajar secara berkelanjutan. Karena itu, potensi tersebut perlu
diaktualkan, dikembangkan dan diberdayakan secara optimal untuk mencapai kemajuan peradaban
manusia. Pentingnya pengembangan dan pembedayaan potensi-potensi tersebut dijelaskan dalam Q.S.
An-Nahl: 78 , yang maksudnya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan-penglihatan dan
aneka hati, agar kamu bersyukur”.

Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa pada mulanya manusia tidak memiliki pengetahuan atau tidak
mengetahui sesuatu pun yang ada di sekelilingnya. Namun demikian, Allah menjadikan baginya
pendengaran, penglihatan-penglihatan dan aneka hati sebagai bekal dan alat-alat potensial untuk meraih
pengetahuan agar ia bersyukur, yakni dengan menggunakan dan memberdayakan alat-alat tersebut sesuai
dengan tujuan Allah menganugerahkannya kepada manusia.

`
3. Kebutuhan manusia terhadap agama

Menurut A. Mukti Ali, mengatakan bahwa agama Islam adalah agama kepercayaan adanya Allah dan
hukum yang diwahyukan kepada utusan- utusan-Nya untuk kebahagiaan hidup manusia. Sedangkan
Endang Saefuddin Anshari, berpendapat bahwa agama Islam adalah agama yang berupa wahyu yang
diturunkan oleh Allah kepada rasul-Nya untuk disampailkan kepada umat manusia sepanjang masa. Dapat
disimpulkan bahwa pengertian agama Islam adalah suatu sistem keyakinan, penyembahan dan aturan-
aturan Allah yang mengatur segala kehidupan manusia dalam berbagai hubungan; baik hubungan
manusia dengan Allah, dengan sesama manusia dan dengan alam. Agama-agama Samawi dan Islam.
Islam adalah satu-satunya agama Samawi.(Anshari : 1986 : 67-69) Sedangkan agama Nasrani dan agama
Yahudi dalam bentuknya yang sekarang tidak dapat lagi disebut sebagai agama murni Samawi; paling-
paling dapat disebut sebagai agama semi- Samawi atau agama semu- Samawi, karena kedua kitab suci
kedua agama tersebut dalam bentuknya yang sekarang ini sudah sangat banyak diinterpolasi dengan
pikiran- pikiran manusia. Bagaimana halnya dengan agama Nasrani dan agama Yahudi dalam bentuknya
yang asli tentu saja adalah agama murniSamawi. Dan oleh karena itu, kedua agama tersebut dalam
bentuknya yang murni menurut pandangan al-Qur’an adalah Islam. Bahkan menurut al- Qur’an, agama
yang dianut oleh semua nabi- nabi Allah SWT itu seluruhnya adalah agama Islam. Dalam al-Qur’an
antara lain dijelaskan oleh Allah SWT yang tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 136: “ Katakanlah (hai
orangorang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang
diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada
Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. kami tidak membeda-bedakan
seorangpun diantara mereka dan kami Hanya tunduk patuh kepada-Nya". Terdapat juga dalam surat
Yunus ayat 72: Nabi Nuh a,s, berkata” Aku disuruh supaya Aku termasuk golongan Muslimin yaitu
orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)". Di dalam surat al-Baqarah ayat 130- 131 tercatat
mengenai Nabi Ibrahim a.s. sebagai beirkut;“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan
orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan
sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman
kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
Dikisahkan juga dalam surat Yusuf ayat 101 bahwa: “ Nabi Yusuf berkata kepada Rabb-nya (Ya Tuhan)
Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam
keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. Dalam surat Yunus ayat 84,
Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja,
jika kamu benar-benar orang yang berserah diri." Al-Qur’an mencatat dalam surat Ali- Imran ayat 52,
tentang nabi Isa a.s. “Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia:
"Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" para hawariyyin
(sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada
Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri (muslimun).”
Selanjutnya Allah SWT mengutus seorang rasul-Nya, penutup para rasul Allah yang terdahulu itu. Firman
Allah dalam surat an- Nisa’ ayat 163-165, bahwa: “ Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu
kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya,
dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa,
Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan kami berikan Zabur kepada Daud. Dan (Kami telah mengutus)
rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang
tidak Kami kisahkan tentang

4
4. Mengenaldiri dan mengenal Allah
Diri kita adalah prioritas. Untuk itu, mengenal diri sendiri sebelum memahami cara mengenal Allah SWT.
itu nggak ada salahnya. Nah, gimana mengenal diri sendiri sebelum mencari cara mengenal Allah?
Beberapa tips di bawah ini bisa membantumu cara mengenal diri sendiri.
Maka dari itu, kamu perlu menghargai diri sendiri sebelum menerapkan cara mengenal Allah. Kalau
kamu belum bisa menghargai diri sendiri, bagaimana kamu bisa menghargai hal-hal yang diciptakan
Allah?

Buang Jauh-Jauh Kenangan Buruk

Membuang di sini bukan berarti kamu benar-benar melupakannya. Nampaknya, itu nggak mungkin.
Maksudnya adalah kenangan buruk yang ada di masa lalu nggak seharusnya terlalu kamu pikirkan.
Jadikan kenangan buruk itu sebagai pelajaran untuk masa sekarang dan masa mendatang .

Jangan Berusaha Mengubah Diri

Memang, kita sebagai manusia ingin menjadi lebih baik dan lebih dalam segala aspek. Namun, hal itu
bukan berarti kamu harus mengubah diri, mulai dari kepribadian bahkan hal fisik. Cintailah dirimu sendiri
dengan menerima dirimu apa adanya.

Cara Mengenal Allah dan Diri Sendiri

Setelah mengenal diri sendiri, sudah seharusnya kita mempraktikan cara mengenal Allah.
Namun, gimana bila cara mengenal Allah dilakukan sembari mengenal diri sendiri? Untuk lebih
jelasnya, simak tulisan cara mengenal Allah dan diri sendiri di bawah ini!

a. Berdoa

Cara mengenal Allah sembari mengenal diri sendiri adalah dengan berdoa. Dengan berdoa itu
berarti kita menjalankan cara mengenal Allah tanpa kita sadari. Sedangkan doa yang dipanjatkan
adalah memohon agar dikenalkan siapa diri kita menurut-Nya.
`
Mengenal Diri Zahir

Zahir merupakan diri kita yang berupa fisik. Dengan memahami diri kita secara zahir, hal ini juga secara
nggak langsung menaplikasikan cara mengenal Allah. Sebab, kita menjadi bersyukur atas apa yang
diberikan-Nya pada diri kita, sesuai dengan apa yang dikatakan Allah dalam surah at-Tin ayat 4 yang
artinya:

" Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."

3 dari 4 halaman

b. Cara Mengenal Allah

Nggak kenal maka nggak sayang. Makanya, jangan mengaku mencintai Allah kalau belum tahu cara
mengenal Allah SWT. Nah, bagaimana cara mengenal Allah tersebut? Berikut 3 cara mengenal Allah
lainnya.

c. Mengenal Diri Batin

Selain diri zahir, terdapat juga diri batin. Jika sudah mengenal diri zahir, ada baiknya kamu mengenal diri
batin. Dengan mengenal diri sendiri secara batin, kita akan mampu melakukan cara mengenal Allah
dengan Baik. Kita akan lebih banyak bersyukur kepada Allah dan semakin dekat dengan-Nya.

Salah satu yang bisa kamu lakukan untuk menerapkan cara mengenal Allah ini adalah dengan memahami
surah Al-Hijr ayat 29 yang artinya::

" Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh
(ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud."

d. Ingat Tujuan Penciptaan

Cara mengenal Allah selanjutnya bisa dengan memahami kembali apa tujuan Allah menciptakan diri kita
dan segala sesuatunya. Dengan memahami ciptaannya, itu berarti kita memahami diri Allah SWT,
sehingga cara mengenal Allah yang satu ini sangatlah penting.

6
e. Yakin akan Keberadaan Allah

Sebagai umat muslim yang taat, sudah seharusnya kita yakin bahwa Allah SWT itu memang benar-benar
ada. Keyakinan itu juga bisa meliputi kepercayaan tentang akhirat, surga dan akhirat, malaikat-
malaikatnya, dan juga hal lainnya. Dengan melakukan cara mengenal Allah ini, kamu akan semakin dekat
dengan keberadaan Allah SWT

`
.

5. Allah Maha Pencipta

Allah adalah Maha Pencipta makhluk (al-Khaliq). Allah menciptakan makhluk dengan sempurna
dengan kelebihan masing-masing. Namun perlu kita ketahui bahwa makhluk Allah yang paling
sempurna adalah manusia yaitu yang memiliki akal dan nafsu. Seperti firman Allah dalam surat
at-Tin ayat 4:  ‫ لَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ فِ ْٓي اَحْ َس ِن تَ ْق ِوي ۖ ٍْم‬- Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya,

surah al-Isra’ ayat 70 juga dijelaskan oleh Allah subhanahu wa Ta’alaa ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِ ٓى َءا َد َم َو َح َم ْل ٰنَهُ ْم‬
ٰ ِ َ‫فِى ْٱلبَرِّ َو ْٱلبَحْ ِر َو َر َز ْق ٰنَهُم ِّمنَ ٱلطَّيِّ ٰب‬
‫ضياًل‬ ٍ ِ‫ت َوفَض َّْلنَهُ ْم َعلَ ٰى َكث‬
ِ ‫ير ِّم َّم ْن خَ لَ ْقنَا تَ ْف‬
Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.2 Firman
Allah yang lain juga menjelaskan proses kejadian manusia yang begitu sempurna, yaitu dalam
ۡ ُّ‫ب ثُ َّم ِم ۡن ن‬ ۤ
surat al-Hajj: 5 ‫ض َغ ٍة‬ ۡ ‫ـطفَ ٍة ثُ َّم ِم ۡن َعلَقَ ٍة ثُ َّم ِم ۡن ُّم‬ ِ ‫ب ِّمنَ ۡالبَ ۡـع‬
ٍ ‫ث فَاِنَّـا َخلَ ۡق ٰن ُكمۡ ِّم ۡن تُ َرا‬ ٍ ‫ٰيـاَيُّهَا النَّاسُ اِ ۡن ُك ۡنـتُمۡ فِ ۡى َر ۡي‬
‫ُّمخَلَّقَ ٍة َّوغ َۡي ِر ُم َخلَّقَ ٍة لِّـنُبَيِّنَ لَـ ُكمۡ‌ ؕ َونُقِرُّ فِى ااۡل َ ۡر َح ِام َما نَ َشٓا ُء اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى ثُ َّم نُ ۡخ ِر ُج ُكمۡ ِط ۡفاًل ثُ َّم لِت َۡبلُ ُغ ۡۤوا اَ ُش َّد ُكمۡ ‌ۚ َو ِم ۡن ُكمۡ َّم ۡن يُّت ََو ٰفّى‬
‫اهتَ َّز ۡت َو َربَ ۡت َواَ ۡۢنبَـت َۡت‬ ٓ
ۡ ‫ض هَا ِم َدةً فَا ِ َذ ۤا اَ ۡن َز ۡلنَا َعلَ ۡيهَا ۡال َمٓا َء‬ َ ‫َو ِم ۡن ُكمۡ َّم ۡن ي َُّر ُّد اِ ٰلى اَ ۡر َذ ِل ۡال ُع ُم ِر لِ َك ۡياَل يَ ۡعلَ َم ِم ۡۢن بَ ۡع ِد ِع ۡل ٍم َش ۡيـٔـًٔ—ــا‌ ؕ َوتَ َرى ااۡل َ ۡر‬
ٍ ۢ ‫ِم ۡن ُكلِّ َز ۡو‬
ٍ ‫ج بَ ِه ۡي‬
‫ج‬
Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah)
Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna,
agar Kami jelaskan kepada 3333 o kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
(adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah
Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah.

8
6. Tujuan maha pencipta alam dan semesta
Allah menegaskan bahwa Dia tidak menciptakan langit, bumi dan apa yang ada diantara
keduanya secara main-main, kecuali dengan al-haq.[1] Itu berarti bahwa tidak ada ciptaan Allah,
sekecil apapun ciptaan itu, yang tidak memiliki arti dan makna, apa lagi alam semesta yang
terbentang luas ini.
Dalam persfektif islam, tujuan penciptaan alam semesta ini pada dasarnya adalah sarana untuk
menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan dan
kemahakuasaan Allah.[2] Secara ontologis, adanya alam semesta ini mewajibkan adanya zat
yang mewujudkanya. Keberadaan langit dan bumi mewajibkan adanya sang pencipta yang
menciptakan keduanya. Keberadaan alam semesta merupakan petunjuk yang sangat jelas,
tentang adanya keberadaan Allah sebagai Tuhan maha pencipta. Karenanya, dengan mempelajari
alam semesta, manusia akan sampai pada pengetahuan bahwa Allah adalah zat yang
menciptakan Alam semesta.
Alquran secara tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan Alam semesta adalah untuk
memperlihatkan kepada manusia tanda-tanda keberadaan kekuasaan Allah. Disampig sebagai
sarana untuk menghantarkan manusia akan keberadaan dan keMaha kekuasaan Allah, dalam
presfektif islam, alam semesta beserta segala sesuatu yang berada didalamnya diciptakan untuk
manusia.[3] Dan fungsi konkret alam semesta adalah fungsi rubbubiyah yang diciptakan Allah
kepada manusia, sehingga alam ini akan marah manakala manusia bertindak serakah dan tidak
bertanggung jawab.[4]
A. Kedudukan Alam Semesta
Allah sebagai pencipta, pemilik kasih dan sayang untuk segenap makhluk-Nya alam ini sebagai
bukti dari kasih sayang Allah untuk manusia. Karna alam semesta diciptakan untuk manusia,
maka Allah telah menundukkan bagi mereka untuk kepentingan manusia. Allah menundukan apa
yang ada dilangit dan bumi. Dialah yang memudahkan alam ini bagi manusia dan menjadikannya
sebagai tempat tinggal yang enak untuk didiami.[5] Agar manusia mudah memahami alam
semesta, maka Allah menciptakan ukuran atau ketentuan yang pasti ( sunnah Allah). Pada alam
semesta, sehingga ia bersifat fredichtable. Kemudian, agar manusia mudah memahami dan
berinteraksi dengan alam semesta ini, maka Allah menciptakan dengan derajat yang lebih rendah
dibanding manusia. Untuk itu, manusia tidak boleh tunduk kepada alam semesta, tetapi harus
tunduk kepada Allah, Tuhan yang telah menciptakan dan menundukan alam ini buat mereka.
Meskipun alam semesta ini diciptakan untuk manusia, namun bukan berarti manusia dapat
berbuat sekendak hati didalamnya. Hal ini bermakna bahwa kekuasaan manusia pada alam

`
semesta ini bersifat terbatas. Manusia hanya boleh mengolah dan memanfaatkan alam semesta
ini sesuai dengan iradah atau keinginan Tuhan yang telah mengamanahkan alam semesta ini
kepada manusia. Memang, sebagai khalifah Allah telah memberikan mandat kepada manusia
untuk mengatur bumi dan segala isinya. Demikianpun, kekuasaan seorang khalifah tidaklah
bersifat mutlak, sebab kekuasaannya dibatasi oleh pemberi amanah kekhalifahan itu, yakni
Allah.[6]
Dalam persepektif pendidikan Islam, alam adalah guru manusia. Kita semua wajib belajar dari
sikap alam semesta yang tunduk mutlak pada hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah. Tidak
terbayangkan oleh kita semua manakala alam berprilaku diluar hukum-hukum Allah, alam
melanggar sunahnya. misalnya Gunung meletus menyemburkan api, matahari terbit dan turun ke
bumi, bintang-bintang berjatuhan, pohon-pohon tumbang, lautan meluap, ombak menghantam,
terjadi badai, dan bumi berhenti berputar.

10
7. Proses penciptaan alam menurutalQur'an
Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini, selain
Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya
adalah alam ghoib dan alam syahadah yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagi alam
semesta.

Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah. Allah
menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia,
dan geologi beserta semua kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala
sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan sistem
yang unik dan misterius.

Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat Al Anbiya ayat
30. “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari
air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan menurunkan air
dari langit. “Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi
sesudah matinya.” (QS`An Nahl ; 65).

Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal ? Padahal waktu itu belum ada awan yang bisa
menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air. Maka satu-satunya
kemungkinan asal air adalah dari Arasynya Allah.

“ Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di
bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.”( QS Al- Mu’minun ; 18 )
“ ……….Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman“ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
“ …. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam “
( QS Tha Ha ; 53)
“ Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air … (QS An Nur ; 45).

`
Ayat-ayat tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke bumi, maka
sebelum Allah ciptakan hewan, tentunya yang terlebih dahulu Allah cipakan adalah tumbuh-
tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada juga yang menjadi
cadangan makanan untuk hewan-hewan predator. Semua jenis hewan, baik burung maupun
hewan darat, ternyata menurut ilmu pengetahuan memang asal-usulnya dari hewan air.

Bagaimana kita harus memperlakukan alam semesta ini?

a) Prinsip Tanggung Jawab


Manusia mempunyai tanggung jawab baik terhadap alam semesta seluruhnya dan integritasnya,
maupun terhadap keberadaan dan kelestariannya. Setiap bagian dan benda di alam semesta ini
diciptakan oleh Tuhan dengan tujuannya masing-masing, terlepas dari apakah tujuan itu untuk
kepentingan manusia atau tidak. Oleh karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta,
bertanggung jawab pula untuk menjaga dan melestarikannya.

b)Prinsip Solidaritas
Manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Lebih dari itu, dalam perspektif ekosentrisme,
manusia mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua makhluk lain di
alam ini. Kenyataan ini membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider, perasaan
sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama makhluk hidup lain.

c) Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam


Apabila sudah tertanam prinsip ini pada setiap hati manusia, maka pastilah yang ada hanya rasa
untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh isinya, tanpa
diskriminasi dan tanpa dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan
bahwa semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan
dirawat.

12

Anda mungkin juga menyukai