Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Qurra’ dan Qira’at Sab’ah


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Studi Al-Qur’an
Dosen Pengampu : Unun Achmad Alimin, S.Sos.I, M.A

Oleh :
1. Desy Fitria Ayu Cahyanti (04020321044)
2. Devi Purnamasari Agustin (04020321045)

KELAS BKI 2
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
(UINSA)
2021

i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah wasyukurilah, segala puji syukur kami haturkan
kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-
Nya. Tak lupa Sholawat serta Salam senantiasa teruca dari lisan ini. Lisan
dari umat Nabi Muhammad SAW. Sosok idola umat sepanjang zaman
yang karena kehadirannya telah menimbulkan pencerahan pada alam
semesta dan pemikiran ideologi seluruh penghuninya. Bersama agamanya
yang senantiaa menerangkan mana yang hak dan mana yang bathil,
membawa umat manusia ke jalan yang terang benderang.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
pengajar mata kuliah Studi Al-Qur’an atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah
Studi Al-Qur’an di Prodi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam
Negeri Sunan ampel Surabaya yang berjudul ”Qurra’ dan Qira’at Sab’ah”
dengan Dosen pengampu Bapak Unun Achmad Alimin, S.Sos.I, M.A
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu kami
mohon maaf apabila ada salah dalam penulisan kata dan lain hal. Maka
kami sangat berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar dapat membuat makalah lebih baik lagi kedepannya. Tak
lupa kami ucpakan terima kasih kepada para pembaca. Semoga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kita mengenai Qurra’ dan Qira’at
Sab’ah aamin.

Surabaya, 21 September 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan pembahasan ................................................................. 2
BAB ll PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Pengertian Qurra’ & Qira’at ...................................................... 3-4
B. Perbedaan Qira’at Sab’ah .......................................................... 5
1) Perbedaan Antara Al-Quran Dan Qira’at .............................. 5
2) Hubungan Qira'at Sab'ah dan tajwid .................................... 6
C. Kemunawatiran Qurra’ dan Qira'at Sab'ah ................................. 8
1) Banyaknya qurra’ ................................................................ 8
2) Sebab yang dibatasi atas 7 .................................................. 10
3) Faedah mengetahui Qira’at ................................................. 11

BAB III PENUTUP ................................................................................. 13


A. KESIMPULAN ............................................................................. 13
B. SARAN ....................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 14

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan al-Qur’an di tengah-tengah umat Islam dan keinginan
mereka untuk memahami petunjuk-petunjuk dan mukjizat-mukjizatnya telah
melahirkan sekian banyak disiplin ilmu keislaman yang dimulai dengan lahirnya
kaidah-kaidah bahasa Arab oleh Abu al-Aswad al-Duwali, ilmu rasm, qira’at
sampai lahirnya ilmu al-fiqh oleh para imam mazhab, bahkan melahirkan
berbagai macam ilmu al-Qur’an yang jumlahnya tidak sedikit.
Al-Qur’an yang diturunkan dalam bahasa Arab, juga merupakan bukti
kebenaran Nabi Muhammad SAW dan sebagai hudan (petunjuk) bagi umat
manusiadan memiliki berbagai keistimewaan. Dalam sejarahnya, perbedaan
qira’at mulai nampak pada tahun 8H. setelah fath Makkah, ketika banyak sekali
kabilah-kabilah Arab yang memeluk Islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan
riwayat tentang perselisihan antara ‘Umar bin Khattab dengan Hisyam ibn Hakim
ra. yang membaca surah al-Furqan, karena Hisyam memeluk Islam setelah fath
Makkah. Juga riwayat-riwayat lain baik dari ‘Umar maupun sahabat Rasul
lainnya.4 Perselisihan ini terus berlanjut hingga tahun 25H, tahun kedua masa
pemerintahan Khalifah ‘Usman ibn ‘Affan ra. ketika Huzaifah ibn al-Yaman
melaporkan perselisihan yang terjadi antara tentara Syam dengan tentara Iraq di
kamp militer Armenia. Mereka saling mengejek dan menghina bacaan yang lain,
bahkan saling mengkafirkan. Karena khawatir perselisihan ini berlanjut dan
berkembang, maka Huzaifah mendatangi khalifah meminta solusi atas masalah
ini. Pada akhirnya ‘Usman membentuk sebuah badan untuk menyatukan al-
Qur’an yang diketuai oleh Zaid ibn S|abit. Dan hasil dari kerja keras mereka inilah
yang disebut dengan Mushaf al-Imam atau Mushaf Usmani.
Dalam perkembangannya, wacana kajian seputar ilmu al-Qira’at yang sengitُ al-
Qur’an diturunkan hadist (Al-Qur’an dengan tujuh huruf), walaupun
sesungguhnya hadis ini jelas sahih dengan riwayat yang tergolong mutawatir, dan
disaksikan banyak sahabat atas kebenarannya, namun secara global hadis ini
banyak menimbulkan kontroversi mengenai maksud dan keberadaannya. Hal ini
bermuara pada pengertian Sab’ah dan Ahruf itu sendiri, dan korelasinya dengan
cakupan Mushaf ‘Usman. Bila orang Arab berbeda lahjah (dialek) dalam
pengungkapan sesuatu makna dengan perbedaan tertentu, maka al-Qur’an yang
diturunkan kepada Rasul-Nya menyempurnakan makna kemukjizatannya karena
ia mencakup semua huruf dan wajah qira’ah pilihan diantara lahjah-lahjah itu Dan

1
ini merupakan salah satu sebab yang memudahkan mereka untuk membaca,
menghafal dan memahaminya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Qurra’ dan Qira’at Sab’ah?


2. Perbedaan dari Qurra’ dan Qira’at Sab’ah ?
3. Kemunawatiran pada Qurra’ dan Qira’at Sab’ah?

C. Tujuan masalah
1. Mendeskripsikan definisi dari Qurra’ dan Qira’at Sab’ah
2. Menjelaskan perbedaan antara Qurra’ dan Qira’at Sab’ah
3. Menyebutkan kemunawatiran Qurra’ dan Qira’at sab’ah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi qurra’ dan Qira’at Sab’ah


1.1 Pengertian Qurra’
Qurra’ adalah jama’ dari qari’ yang artinya orang yang membaca, secara
istilah yaitu seorang ulama atau imam terkenal mempunyai mazhab tertentu
dalam suatu qira’ah yang mutawatir (secara bahasa mutawatir bermakna
banyak , terkenal atau umum). Qurra’ bisa juga diartikan secara mdah sebagai
para imam qira’at.

1.2 Definisi Qira’at

Qira’at secara bahasa adalah bentuk jamak dari kata ‫قرأ‬lalubentuk mashdarnya
menjadi ‫قرأ‬-‫يقرأ‬-‫قراءة‬-‫ وقرآنا‬yang berarti menghimpun atau membaca .1 Sedangkan
secara terminologi, ada banyak pendapat para ulama diantaranya adalah: Imam
az-Zarkasyi dalam kitab al-Burhan Fi Ulum al-Quran, qira’at adalah:

‫( القراءات اختالف ألفاظ الوحى وكيفيتها من ختفيف وتشدي‬az-Zarkasyi, 2006,Juz, cet ke-2,
Hal 138) (al-Fadli, 1979,Halaman 64) (Ibid) ('Iter, 1996) (Anshori, 2013) (Op) (Op
C. A.-Z.) (Kamal) (al-Qathtthan) ('Iter, Ibid) (al-Qathtthan)‫د وحنوىا‬

“Qira’at yaitu perbedaan lafaz-lafaz al-Quran, baik yang menyangkut huruf-


hurufnya maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti takhfif,
tasydyid, dan lain-lainnya.”2

Dari definisi diatas tampak bahwa qira’at al-Quran berasal dari Nabi SAW,
melalui al-Sima‟ wa al-Naql, maksud dari al-Isma‟ disini adalah bahwa qira’at
al-Quran itu diperoleh dengan cara langsung mendengar dari bacaaan Nabi

1
Ibrahim Anis dkk, Mu‟jam al-Wasith, (Cairo: Majma’ al-Buhuts, t.th) halaman 722
2
Imam Badr al-Din Muhammad az-Zarkasyi, al-Burhan Fi Ulum al-Quran, (Mesir: Isa al-Babi al-Halabi,t.th) Juz
ke-1, cet ke-2, Halaman 318

3
SAW.Sementara yang dimaksud dengan al-Naql yaitu qira’at tersebut diperoleh
melalui riwayat yang menyatakan bahwa qira’at al-Quran itu dibacakan
dihadapan Nabi SAW lalu beliau men-taqrir-kannya.3

Selain itu, ada sebagian ulama yang mengaitkan definisi qira’at dengan mazhab
atau Imam qira’at tertentu selaku pakar qira’at yang bersangkutan, dan atau
yang mengembangkan serta yang mempopulerkannya. Muhammad Ali as-
Shabuni dalam kitabnya al-Tibyan Fi Ulum al-Quran mendefenisikan sebagai
berikut: “qira‟at adalah salah satu mazhab (aliran) pengucapan al-Quran yang
dipilih oleh salahseorang Imam qurra‟ sebagai salah satu mazhab yang
berbeda dengan mazhab lainnya dalam pengucapan al-Quran, berdasarkan
sanad-sanadnya yang bersambung kepada Nabi SAW.”4

Sedangkan yang dinamakanal-muqri adalah orang yang alim dengan


qira‟ah,yang meriwayatkannya secara musyafahah (lisan) melalui jalan talaqqi
(berguru langsung) dari orang yang ahli dibidang qira’at, demikian terus hingga
silsilah qiraahbersambung kepada Rasulullah SAW. Dengan demikian,
seseorang yang telah hafal kitab at-Taisir karya Ibn al-Jazairi dengan berbagai
macam model qira’ah yang didalamnya misalnya, tidak bisa disebut seorang
muqri selama bacaan/qira’at yang dia hafal itu tidak diperoleh secara lisan dan
talaqqi dari gurunya, hingga sampai kepada Rasulullah SAW. Sebab dalam
qira’at ada sesuatu yang tidak dapat diperoleh kecuali dengan cara sima‟
(mendengar) dan musyafahah (menerima secara lisan).5 Qira’at bukanlah
ciptaan para Imam qira’at, akan tetapi ia datang dari Rasulullah SAW. Qira’at
diturunkan bersamaan dengan turunnya al-Quran, artinya qira’ah itu termasuk
dalam al-Quran. Kemudian qira’at dinisbahkan kepada seorang imam yang

3
Abdul Hadi al-Fadli, al-Qiraat al-Quraniyyat, (Beirut: Dar al-Majma’ al-“Ilmi, 1979) Halaman 64
4
Ibid, Halaman 84
5
Nuruddin ‘Iter, Ulum al-Quran al-Karim, (Damaskus: Matba’ah al-Shalah, 1996) Cet. VI, Halaman. 146

4
meneliti dan menyeleksinya, maka jika ada orang mengatakan qira’ah Qalun,
berarti qira’ah tersebut adalah hasil penelitian dan penyeleksian Imam Qalun,
bukan qira’ah hasil ciptaan dan rekayasa Qalun.6

B. Perbedaan Qira'at sab'ah

1.1 Perbedaan Antara Al-Quran Dan Qira’at

Ulama berbeda pandangan tentang perbedaan antara al-Quran dan qira’at.


Sebagian mereka berpendapat bahwa tiada perbedaan antara keduanya
dengan arti kata al-Quran adalah qira’at dan qira’at adalah al-Quran.7 Sebagian
pula membedakan antatara keduanya, Imam az-Zarkasyi menjelaskan tentang
perbedaan antara al-Quran dan qiraat seperti berikut:

“Dan ketahuilah bahwa al-Quran dan qira‟at itu dua hakikat yang berbeda.
Maka al-Quran itu adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW untuk menjelaskan dan sebagai mukjizat dan qira‟at itu adalah
perbedaan lafaz-lafaz al-Quran baik menyangkut huruf-huruf, maupun cara
pengucapan huruf-huruf tersebut seperti takhfif, tasydyid dan lain-lain8”

Penulis cenderung untuk berpandangan bahwa al-Quran dan qira’at memiliki


persamaan dan perbedaan tersendiri, hal ini karena bukan semua qira’at itu
bisa dikatakan sebagai al-Quran. Contohnya qira’at syazzah tidak bisa dianggap
sebagai bagian dariqira’at karena tidka memiliki persyaratan yang cukup untuk
memenuhi kriteria sebagai al-Quran.

6
Anshori, LAL, Ulumul Quran, Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013).
Halaman. 144
7
Op,Cit, Muhammad Kamil Bin Ralib, Skiripsi, Halaman.
8
Op,Cit, az-Zarkasyi, Halaman. 318

5
1.2 Hubungan Qira'at Sab'ah dan tajwid

Untuk membedakan antara qira‟at dengan tajwid, perlu diketahui terlebih


dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan tajwid Sebagian ulama
mengemukakan pengertuan tajwid sebagai berikut:

“Secara bahasa, tajwid yang berarti al-Tahsin atau membaguskan. Sedangkan


menurut istilah yaitu mengucapkan setiap huruf (al-Quran) sesuai dengan
makhraj-nya menurut sifat-sifat huruf yang mesti diucapkan, baik berdasarkan
sifat asalnya maupun berdasarkan sifat-sifatnya yang baru.9”

Sementara itu sebagian ulama lainnya mengemukakan definisi tajwid sebagai


berikut:diantaranya manna al-Qathtthan memberi ta’rif berikut ketika
membahas tentang pengertian tajwid:

“Mengucapkan huruf al-Quran dengan tertib menurut yang seharusnya sesuai


dengan makhraj serta melembutkan bacaannya sesempurna mungkin tanpa
berlebihan, serampangan, ataupun dibuat-buat10”

Dengan memperhatikan pengertian tajwid sebagaimana disebutkan diatas,


maka dapat disimpulkan bawa perbedaan qira’at dan tajwid adalah sebagai
berikut. Qira’at adalah, cara pengucapan lafaz-lafaz al-Quran berkenaan
dengan substansi lafaz, kalimat, ataupun dialek kebahasaan. Sedangkan tajwid
yaitu, kaidah-kaidah yang bersifat teknis dalam upaya memperindah bacaan al-
Quran, dengan cara membunyikan huruf-huruf al-Quran tersebut sesuai
dengan makhraj serta sifat-sifatnya.

9
Ahmad ‘Adiil Kamal, Ulum al-Quran, (T.tp..,T.pn..,tt), Halaman. 130
10
Manna al-Qathtthan, Mabahis fi Ulum al-Quran, Mansyurat al-‘Asr al-Hadis, Halaman. 178

6
Ilmu tajwid merupakan salah satu cabang dari ilmu qira’at. Ummat Islam
dikebanyakan tempat dipelosok dunia umumnya dan di Indonesia khususnya
mempelajari tajwid berdasarkan riwayat Hafs dari Imam ‘Ashim berpandukan
Tariq a-Syatibi.

Sementara istilah qira’at sab’ah(tujuh bacaan) ini muncul pada abad keempat
Hijiriyah ditangan Imam Ahmad bin Musa bin al-‘Abbas yang masyhur dengan
sebutan Ibnu Mujahid( w.324 H ). Berdasarkan hasil kajian yang mendalam
terhadap berbagai macam qiraat al-Quran yang berkembang waktu itu, Ibnu
Mujahid menyimpulkan bahwa hanya ada tujuh macam qira’at yang dianggap
memenuhi syarat dan layak diterima sebagai qira’at al-Quran. Tujuh macam
qira’at itu adalah qira’atyang dipopulerkan oleh tujuh orang Imam yaitu Imam
Nafi’, Imam Ibnu Katsir, Abu ‘Amr, Ibnu ‘Amir, Imam ‘Asyim, Imam Hamjah, dan
Imam al-Kisa’i. maka sejak saat itulah qiraah tujuh melembaga dan dikenal oleh
generasi setelahnya dengan istilah qira‟at as-sab‟ah.11

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui perbedaan antara sab‟atu ahruf dan
qiraah sab‟ah yaitu: qiraah sab‟ah adalah qira’at yang diriwayatkan oleh Imam
tujuh (Nafi’, Ibnu Katsir, Abu ‘Amr, Ibnu ‘Amir, ‘Asyim, Hamzah, dan Kisa’I).
Sedangkan sab‟atu ahruf adalah tujuh bentuk bacaan yang dibacakan oleh
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW atau yang disebut oleh hadis
dengan istilah sab‟atu ahruf. Seandainya sab’atu ahruf sama dengan qira’at
sab’ah maka pemahaman hadis yang mengatakan al-Quran diturunkan dengan
sab’atu ahruf yang notabenya turun pada awal kedatangan Islam akan
menunggu kelahiran Ibnu Mujahid dengan buku al-Qira’at as-Sab’a-nya yang
muncul pada abad keempat Hijiriyah. Para ulama sepakat bahwa qira’ah
maqbulah (yang bisa diterima) harus memenuhi tiga syarat yaitu:

11
Ibid, Nuruddin ‘Iter, Halaman 149-150

7
(a) harus sesuai dengan kaidah bahasa arab,

(b) sesuai dengan salah satu rasm utsmani, dan

(c) bersumber dari Rasululloh SAW secara mutawatirah. Qira’at yang


memenuhi tiga kriteria inilah yang wajib diterima dan tidak boleh diingkari. Jika
ketiga syarat atau salah satunya tidak terpenuhi maka qira’at tersebut tidak
dapat diterima.12

C. Kemunawatiran Qurra’ dan Qira'at Sab'ah

Di indonesia umumnya meggunakan qira’at riwayat Hafs, salah satu dari 2 rawi
& murid imam ‘Ashim dari kuffah.

1) Banyaknya qurra’, berikut ini adalah para imam qira’at yang terkenal dalam
sebutan qira’at sab’ah:
1. Nafi’ al-Madani

Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim Nafi’ bin Abdurrahman bin Abu
Nu’aim al- Laitsi, maula ja’unah bin Syu’ub al-Laitsi. Berasal dari isfahan.
Wafat di madinah tahun 177 H. ia mempelajari qira’at dari Abu Ja’far yazid
bin Qa’qa’, Abdurrahman bin Hurmuz, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin
“iyasy bin Abi Rabi’ah al-Makhzumi; mereka semua menerima qira’at yang
mereka ajarkan dari Ubay bin Ka’ab dari Rasululloh.

2. Ibn Kasir al-Makki

Nama lengkapnya adalah Abdullah Ibn Kasir bin Umar bin Abdullah bin
Zada bin Fairuz bin Hurmuz al-Makki. Lahir di makkah taun 45H. dan wafat
Tahun 120H.

12
Op..,Cit, Manna al-Qathtthan, Halaman 176

8
3. Abu ‘Amr al-Basri

Nama lengkapnya Zabban bin ‘Alla’ bin ‘Ammar bin ‘Aryan al-Mazai at-
Tamimi al-Bashr. Ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Yahya.
Beliau adalah imam Bashrah sekaligus ahli qiraat Bashrah, kemudian
bersama ayahya berangkat ke Makkah dan Madinah. Wafat di Kufah
pada tahun 154H.

4. Abdulloh bin ‘Amir al-Syami

Nama lengkapnya adalah Abdullah bin ‘Amir bin Yazid bin Tamim bin
Rabi’ah al-Yahshabi. Nama panggilannya adalah Abu ‘Amr, ia termasuk
golongan Tabi’in. beliau adalah imam qira’at negeri Syam, lahir pada
tahun 8H, wafat tahun 118H di Damsyik

5. ‘Ashim al-Kufi

Nama lengkapnya adalah ‘Ashim bin Abu al-Nujud. Ada yang


mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Abdullah, sedang Abu al-
Nujud adalah nama panggilanya. Nama panggilan ‘Ashim sendiri adalah
Abu Bakar, ia masih tergolong Tabi’in. beliau wafat pada tahun 127H.

6. Hamzah al-Kufi

Nama lengkapnya adalah Hamzah bin Habib bin ‘Ammarah bin Ismail al-
Kufi. Beliau adalah imam qiraat di Kufah setelah Imam ‘ashim. Lahir pada
tahun 80H. wafat tahun 156H di Halwan, suatu kota di Iraq.

9
7. Al-Kisa’I al-Kufi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Hamzah bin Abdulloh bin Usman al-
Nahwi. Nama panggilannya Abul Hasan dan ia bergelar kisa’I karena ia
mulai melakukan ihram di Kisa’i. beliau wafat pada tahun 189H.

2) Sebab yang dibatasi atas 7 (Sab’atul Ahruf)

Al-qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Sejarah pemeliharaan Al-Qur’an


dimasa sahabat , Tabi’in dan Tabi’it ada beberapa lahjah, pembacaan dan
dialek yang berbeda dalam pengucapan kata maupun kalimat dalam membaca
Al-qur’an diantara suku atau qabilah arab. Diantara lahjah Quraisy,
Huzdail,Tamim,Asad, Rabi’ah Hawazin dan Sa’ad. Yang dalam tarikh melahirkan
Qira’ah Sab’ah(7) yang termasyhur itu.

Agar al-qur’an mudah dibaca sebagian kabilah arab yang kenyataannya pada
masa itu mereka mempuya tingkat yang berbeda -beda maka Rasulullah SAW
membuat legitimasi bacaa Al-Qur’an dari Alloh SWT untuk dialek bahasa yang
mereka miliki.

Banyak hadist-hadist nabi yang menerabgkan bahwa Alloh telah megizinkan


bacaan Al-Qur’an dengan tujuh wajah umay islam agar mudah untuk
membacanya.

Dari Ibnu Abas RA ia berkata: Rasululloh bersabda.

)‫اقرا نيجبرل علي حرف فر بعته فلم ازل يده ويزيد نيحتي انتهيعلي سبعة احرف(روه البخاري و مسلم‬

Artinya: “Jibril telah memberikan Al-Qur’an kepadaku denga satu huruf, lalu
aku senantiasa mendesah dan berulang kali meminta agar ditambah, dan ia
menambahnya hingga sampai tujuh huruf” (HR. Bukhori Muslim)

10
Imam bukhari dan Muslim juga telah meriwayatkan satu hadist bahwa Umar
bin Khattab ra berkata yang artinya: “Pada suatu hari di masa hidup Rasululloh
SAW, aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca Surah Al-Furqon dan aku
memperhatikan bacaanya, ternyata ia mmebaca dengan huruf yang bayak
belum pernah Rasululloh membacakan kepadaku”

Hampir saja aku menerkamnya yang masih dalam keadaan sholat itu, tetapi
aku bersabar hingga ia salam. Kemudian aku pegag leher bajunya seraya
bertanya dari maa ia memperoleh bacaan seperti itu. Hisyam menjawab:
Bahwa Rasul telah membacakan kepadanya. Engkau bohong. Sebab Rosul telah
membacakan kepadaku tidak seperti itu, kataku. Kemudian ku diajak ia
menghadap Rasul dan menceritaka kejadian itu. Kemudian Rosul meminta
Hisyam mengulangi bacaanya, dan setelah selesai maka Rasul pu bersabda:
Demikianlah Al-Qur’an diturunkan dan kemudia beliau pun bersabda:
Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan degan tujuh huruf maka bacalah mana
yang mudah”(H.R Bukhari, Muslim dari hadist Miskar bin Rokhimah dan Abdul
Rahmah da Abdul Qori’)

3) Faedah mengetahui Qira’at

Kebeagaman qira’at yang sahih ini mengandung banyak faedah dan fungsi,
diantaranya yaitu sebagai berikut:

Menunjukkan betapa terjaganya dan terpeliharannya kitab Alloh dari


perubahan dan penyimpangan
Meringankan umat islam dan memudahkan mereka untuk membaca Al-Qur-an
Menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an
Penjelasan terhadap apa yang mungkin masi global dalam qiraat lain
Meringankan umat islam dan memudahkan mereka membaca al-qur’an

11
Banyak sekali manfaat-manfaat yang berkaitan dengan materi diatas mengapa
demikian karena hal tersebut sangat bermanfaat untuk petunjuk umat agar
memudahkan mereka untuk membaca Al-Qur’an sesuai dengan apa yang
menjadi piliha mereka, namun tetap memperhatikan tajwid dan makhorijul
hurufnya.

12
BAB I
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qurro’ adalah ulama’ yang membacakan ayat suci al-qur’an yang memiliki nada
dan lagam yang tinggi. Jama’ dari qurra’ ialah qari’ , yang artinya orang yang
membaca. Secara istilah yaitu seorang ulama’ /imam yang terkenal mempunyai
madzhab tertentu dalam suatu qira’ah yang mutawatir.banyak perbedaan
pendapat dalam hal membaca al-qur’an, tetapi Alloh telah meringankan kita
untuk bisa membaca dan mempermudah kita dalam membaca al-qiur’an yakni
dengan cara memilih salah satu diantara 7 qiro’ah.

B. SARAN

Membaca al-qur’an berarti sama dengan memuji Alloh semakin banyak kita
memuji Alloh maka Alloh akan mengetahui siapa hamba-hambanya yag selalu
melibatkannya di setiap ucapan dari mulutnya, tentunya Alloh menciptakan
segala sesuatu yang ada di muka bumi pasti ada sebabnya, seperti Al-qur’an.
Alloh menurunkan Al-qur’an di muka bumi yakni sebagai pedoman hidup
manusia dan untuk dibaca serta dipelajari oleh umat islam, jadi sebagai umat
islam sudah siperintah oleh Alloh dalam surah Al-A’raf ayat 1-5 yakni perintah
untuk membaca Al-qur’a , tidak ada alasan lagi untuk kita tidak bisa membaca
Al-Qur’an, karena Alloh telah mempermudah kita dengan diturunkannya ilmu
Qiro’ah sab’ah, tajwid, dan lain sebagainya, kita hanya tinggal belajar dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

References
al-Fadli, A. H. (1979,Halaman 64). al-Qiraat al-Quraniyyat. Beirut: Dar al-Maima'al-Ilmi.

al-Qathtthan, M. (n.d.). p. Halaman 176.

al-Qathtthan, M. (n.d.). Mabahis fi Ulum al-Qur'an. Mansyurt al-'Asr al-Hadis, p. Halaman 178.

Anis, I. d. (1972). Al-Mu'jam Al-Wasit. Mesir: Majma' Al-Lughah Al-Arabiyyah.

Anshori, L. (2013). Ulumul Qur'an, Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, Halaman 144.

Awaludin Pimay 1), F. M. (2021). Dinamika dakwah Islam di era modern. Jurnal Ilmu Dakwah Volume
41 No 1 .

az-Zarkasyi, I. B.-D. (2006,Juz, cet ke-2, Hal 138). al-Burhan Fi Ulum al-Qur'an. Mesir: Isa al-Babi al-
Halabi .

Ibid. (n.d.). 84.

'Iter, N. (1996). Ulum al-Qur'an al-Karim. Damaskus : Matba'ah al-Shalah,Cet:VI, Halaman 146.

'Iter, N. (n.d.). Ibid. pp. Halaman 149-150.

Kamal, A. '. (n.d.). Ulum al-Quran. p. Halamn 130.

Mohammad Hasan, M. (2013). Metodology dan Pengembangan Ilmu Dakwah. Jl. Tale II No. 1
Surabaya: Pena Salsabila.

Op, C. A.-Z. (n.d.). p. Halaman 318.

Op, C. M. (n.d.). Skripsi.

Suheri, M. (2018). PERAN KOMUNIKASI PUBLIK DALAM MENYAMPAIKAN DAKWAH . Jurnal Network
Media Vol: 1 No. 2.

14

Anda mungkin juga menyukai