Anda di halaman 1dari 7

MEMAHAMI STATUS HALAL

PADA PRODUK VAKSIN COVID-19

Mari mengenal Apa itu Vaksin?


Vaksin merupakan prosedur pemberian suatu antigen
penyakit, virus atau bakteri yang dilemahkan atau sudah mati.
Tujuannya adalah untuk membuat sistem kekebalan tubuh
mengenali dan mampu melawan saat terkena penyakit tersebut.

Gambar 1.
Mekanisme kerja vaksin

Mengenal Lebih Dalam:


Virus Covid-19 dan Pengembangan Vaksin Saat ini

Manusia memiliki sejarah yang panjang dalam memerangi


virus. Peperangan ini telah diakui sebagai pendorong utama
kemajuan bidang kedokteran di dunia. Dalam rangkaian
peperangan melawan virus kali ini, yang terbaru adalah
merebaknya virus corona baru, COVID-19, yang berasal dari
wilayah Wuhan, China pada akhir Desember 2019. COVID-19 telah
memengaruhi setidaknya 216 negara di seluruh dunia.
Virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, adalah tambahan
terbaru dalam daftar panjang virus yang telah “melompat” ke
manusia dari hewan, atau disebut “zoonotic shift”. Studi
menunjukkan bahwa virus ini kemungkinan besar berasal dari
kelelawar, sementara hewan lain yang terkait dengan infeksi
manusia belum dikonfirmasi.

Gambar 2.
Hipotesis rantai penularan virus corona SARS-CoV-2 saat ini. Virus ini
diperkirakan berasal dari kelelawar (inang reservoir) dan ditularkan ke
inang perantara (tidak dikonfirmasi, meskipun salah satu spesies yang
dicurigai adalah trenggiling). Virus tersebut kemungkinan besar
mengembangkan mutasi, atau perubahan, yang memungkinkannya
menularkan dari inang perantara ke manusia dan kemudian menyebar
melalui penularan dari manusia ke manusia.

Seperti yang kita ketahui, tidak tanggung-tanggung Covid-19


telah menyebabkan pandemi yang memaksa perekonomian
global terhenti karena telah menginfeksi lebih dari 110 Juta kasus
di dunia.2 Oleh sebab itu, COVID-19 telah menyebabkan banyak
korban jiwa dengan dampak ekonomi yang sangat signifikan di
seluruh dunia, dan telah menimbulkan tantangan baru pada
sistem kesehatan di seluruh dunia.
Dalam 9 bulan pertama sejak virus muncul, lebih dari 200
vaksin telah mulai dikembangkan secara pre-klinis, 36 di
antaranya telah memasuki uji klinis. Vaksin telah secara luas
dianggap sebagai bagian dari strategi mengendalikan pandemi
COVID-19 secara efektif.
Dengan kemajuan pengembangan vaksin saat ini, Bagaimana
kita bisa menilai suatu produk vaksin halal? dan Bagaimana
ajaran islam memandang hukum produk vaksin COVID-19 itu
sendiri?

Sebelum memahami masalah hukum vaksinasi ini,


perlu kiranya kita mengenal beberapa kaedah dalam ilmu fikih.
1. Memahami kaedah pertama: Istihalah
Istihalah secara bahasa memiliki makna
ّ
‫اﻟﺸﻲء ﻋﻦ ﻃﺒﻌﻪ ووﺻﻔﻪ‬ ‫ﺗﻐ ّﻴﺮ‬
“Berubahnya sesuatu dari tabi’at asal atau sifatnya yang awal.”

Istihalah pada zat terjadi jika sifat-sifat najis yang ada


itu hilang.

2. Memahami kaedah kedua: Istihlak

Yang dimaksud dengan istihlak adalah bercampurnya benda


haram atau najis dengan benda lainnya yang suci dan halal
yang jumlahnya lebih banyak sehingga menghilangkan sifat
najis dan keharaman benda yang sebelumnya najis, baik rasa,
warna dan baunya.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

َ ‫ﻦ َﻟ ْﻢ َﻳﺤْﻤِ ﻞْ ا َ ْﻟ‬
َ ‫ﺨ َﺒ‬ ‫ُ ﱠ‬ ْ َ َ َ‫إ َذا ﻛ‬
‫ﺚ‬ ِ ‫ﺎن اﻟ َﻤﺎ َء ﻗﻠ َﺘ ْﻴ‬ ِ

“Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak mungkin


dipengaruhi kotoran (najis)."
Hadist tersebut menjelaskan bahwa apabila benda yang najis
atau haram bercampur dengan air suci yang banyak,
sehingga najis tersebut lebur tak menyisakan warna atau
baunya, maka dia menjadi suci.

3. Memahami kaedah ketiga: Darurat membolehkan yang haram

Contoh penerapan kaedah di atas, dibolehkannya memakan


bangkai bagi orang yang dalam keadaan darurat.
Sebagaimana disebutkan dalam ayat yang telah lewat,

ِ‫ﻳﺮ َو َﻣﺎ أُﻫِ ﻞﱠ ﺑِﻪِ ﻟ َِﻐ ْﻴ ِﺮ ﷲﱠ‬


ِ ‫اﻟﺨِ ْﻨ ِﺰ‬ ْ ‫ْﻢ‬َ ‫ﺪمَ َو َﻟﺤ‬ ‫اﻟ َﻤ ْﻴ َﺘ َﺔ َواﻟ ﱠ‬
ْ ‫ﺣ ﱠﺮمَ َﻋ َﻠ ْﻴﻜ ُ ُﻢ‬
َ ‫ِإﻧﱠ َﻤﺎ‬
ٌ ِ‫ن ﷲﱠَ َﻏ ُﻔﻮ ٌر َرﺣ‬
‫ﻴﻢ‬ ‫َﺎغ َو َﻻ َﻋﺎدٍ َﻓ َﻼ ِإ ْﺛ َﻢ َﻋ َﻠ ْﻴﻪِ ِإ ﱠ‬ ٍ ‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬
َ ‫ﻴ‬
ْ َ ‫اﺿ ُﻄ ﱠﺮ‬
‫ﻏ‬ ْ ‫ﻦ‬ ِ ‫ﻤ‬
َ َ
‫ﻓ‬

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,


darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih)
disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al Baqarah: 173).

Kaedah di atas memiliki syarat yang harus dipenuhi tidak sekedar


mendapati bahaya, lantas menggunakan yang haram.

Beberapa syarat yang mesti dipenuhi:

1. Yakin akan memperoleh dhoror (bahaya), bukan hanya


sekedar sangkaan atau yang nantinya terjadi. Jadi, seseorang
tidak boleh mengonsumsi bangkai sebelum dhoror (bahaya)
itu terjadi, yaitu dalam keadaan khawatir binasa atau bisa
celaka karena rasa lapar yang sangat.
1. hmm
2. Dipastikan bahwa dengan melakukan yang haram dapat
menghilangkan dhoror (bahaya). Jika tidak bisa dipastikan
demikian, maka tidak boleh seenaknya menerjang yang
haram. Contoh: Ada yang haus dan ingin minum khomr. Perlu
diketahui bahwa khomr itu tidak bisa menghilangkan rasa
haus. Sehingga meminum khomr tidak bisa dijadikan alasan
untuk menghilangkan dhoror (bahaya).
3. Tidak ada jalan lain kecuali dengan menerjang larangan demi
hilangnya dhoror.
4. Haram yang diterjang lebih ringan dari bahaya yang akan
menimpa.
5. Sesuatu yang haram yang dikonsumsi saat darurat diambil
sekadarnya. Jika darurat sudah hilang, maka tidak boleh
mengonsumsinya lagi.

Setelah mengetahui kaedah diatas, Bagaimana ajaran islam


memandang hukum produk vaksin COVID-19 itu sendiri??

Hukum Asal Vaksin

Vaksin hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena Vaksin


termasuk penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ِﻲ َذ ﻟ‬
‫ِﻚ‬ ُ ‫ﺠ َﻮ ٍة َﻟ ْﻢ ﻳ‬
ْ ‫َﻀ ﱠﺮ ُه ﻓ‬ ِ ‫ﺳ ْﺒﻊَ َﺗ َﻤ َﺮ‬
ْ ‫ات َﻋ‬ َ ٍ‫ﺢ ﻛُﻞﱠ ﻳ َْﻮم‬َ ‫ﻦ َﺗ َﺼ ﱠﺒ‬ ْ ‫َﻣ‬
‫ﺤ ٌﺮ‬ ِ َ ‫ﻢ َوﻻ‬
ْ ‫ﺳ‬ ‫ﺳ ﱞ‬ ْ
ُ ِ‫اﻟ َﻴ ْﻮم‬

“Barang siapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah,


maka dia terhindar sehari itu dari racun dan sihir.”
[HR.al-Bukhari: 5768 dan Muslim:4702]

Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya


mengambil sebab untuk membentengi diri dari penyakit
sebelum terjadi.
Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi wabah penyakit
lalu diimunisasi untuk membentengi diri dari wabah yang
menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh
berobat tatkala terkena penyakit.

Bagaimana pandangan MUI mengenai Vaksin Covid-19 yang


Beredar Saat ini?

Merujuk hasil Fatwa MUI No 2 Tahun 2021


Vaksin Covid-19 produk Sinovac Life Sciences Co. Ltd. China
dapat dihukumi halal dengan empat alasan sebagai berikut:

1. Dalam proses produksinya, tidak memanfaatkan (intifa’)


babi atau bahan yang tercemar babi.
2. Dalam prosesnya tidak memanfaatkan bagian anggota
tubuh manusia (juz’ minal insan).
3. Meskipun dalam prosesnya bersentuhan dengan barang
najis akan tetapi sudah dilakukan pensucian yang telah
memenuhi ketentuan pensucian secara syar’i (tathhir syar’i).
4. Menggunakan fasilitas produksi yang suci dan hanya
digunakan untuk produk vaksin Covid-19.

Selain hal diatas, peralatan dan pensucian dalam proses


produksi vaksin di PT. Bio Farma (Persero) dipandang telah
memenuhi ketentuan pencucian secara syar’i (tathhir syar’i).

Hal tersebut, juga dikuatkan dengan keputusan Badan


Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI yang telah
mengeluarkan izin penggunaan darurat atau Emergency Use
Authorization (EUA) dan jaminan keamanan (safety), mutu
(quality), serta kemanjuran (efficacy) bagi Vaksin Covid-19
produksi Sinovac Life Sciences Co.Ltd. China yang menjadi salah
satu indikator bahwa vaksin tersebut memenuhi kualifikasi
thayyib.
Bagaimana sudah paham ya mengenai hukum vaksin Covid-19
teman-teman.

Dari penjelasan diatas dapat kita pahami, bahwa mengikuti


program vaksinasi yang bertujuan untuk menjaga kekebalan
tubuh dalam situasi pandemi Covid-19 termasuk perbuatan yang
dibenarkan dalam Islam.

Mari melakukan vaksinasi Covid-19!

Sumber :

1. Chen Z. COVID-19 and Emerging Viral Diseases: the journey from animals to
humans. USA: Harvard; 2020 [March 16 2021]. Available from:
https://sitn.hms.harvard.edu/flash/2020/covid-19-emerging-viral-
diseases-journey-animals-humans/
2. Mullard A. COVID-19 vaccine development pipeline gears up. Lancet.
2020;395(10239):1751
3. Tregoning JS, Brown ES, Cheeseman HM, Flight KE, Higham SL, Lemm NM,
et al. Vaccines for COVID-19. Clin Exp Immunol. 2020;202(2):162-92
4. Haidere MF, Ratan ZA, Nowroz S, Zaman SB, Jung YJ, Hosseinzadeh H, et
al. COVID-19 Vaccine: Critical Questions with Complicated Answers. Biomol
Ther (Seoul). 2021;29(1):1-10.
5. Tuasikal A. Kaedah Fikih Memahami Hukum Vaksinasi 2013 [Available from:
https://rumaysho.com/3541-kaedah-fikih-memahami-hukum-
vaksinasi.html.
6. MUI. Telaah Vaksinasi : Dari Sejarah Hingga Hukumnya Jakarta: MUI;
[March 16 2021]. Available from: https://mui.or.id/pojok-mui/29471/telaah-
vaksinasi-dari-sejarah-hingga-hukumnya/.

Anda mungkin juga menyukai