Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa “ketakwaan bukanlah
menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib”. Beliau
rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang
hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan
kepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala
yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan
maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan
Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang datang dari
Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at, bukan dengan tata cara
yang diada-adakan (baca: bid’ah). Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di
mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah, baik
ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di
hadapan orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad
hafizhahullah
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu taqwa?
2. Bagaimana ruang lingkup taqwa?
3. Bagaimana ciri- ciri orang bertaqwa?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Ruang lingkup Taqwa
4
Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
Selain kita harus bertaqwa kepada Allah dan berhubungan baik dengan sesama serta
lingkungannya, manusia juga harus bisa menjaga hati nuraninya dengan baik seperti yang
telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW dengan sifatnya yang sabar, pemaaf, adil,
ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri dll. Selain itu manusia juga harus bisa
mengendalikan hawa nafsunya karena tak banyak diantara umat manusia yang tidak dapat
mengendalikan hawa nafsunya sehingga semasa hidupnya hanya menjadi budak nafsu belaka
seperti yang tertulis dalam
Al-quran Surat Yusuf ayat 53
۞ س أَل َ َّما َرةٌ بِالسُّو ِء إِاَّل َما َر ِح َم َربِّي ۚ إِ َّن َربِّي َغفُو ٌر َر ِحي ٌم ُ َو َما أُبَ ِّر
َ ئ نَ ْف ِسي ۚ إِ َّن النَّ ْف
“Dan aku tidak membebaskan diriku (berbuat kesalahan), sesungguhnya nafsu itu menyuruh
kepada kejahatan, kecuali siapa yang diberi rahmat oleh tuhanku. Sesungguhnya tuhanku
maha pengampum lagi maha penyayang”. (QS. Yusuf 12:53)
Maka dari itu umat manusia harus bertaqwa kepada Allah dan diri sendiri agar mampu
mengendalikan hawa nafsu tersebut. Ketaqawaan terhadap diri sendiri dapat ditandai dengan
ciri-ciri, antara lain :
1) Sabar
2) Tawaqal
3) Syukur
4) Berani
Sebagai umat manusia kita harus bersikap sabar dalam menerima apa saja yang datang
kepada dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah. Sabar dalam menjalani segala
perintah Allah karena dalam pelaksanaan perintah tersebut terdapat upaya untuk
mengendalikan diri agar perintah itu bisa dilaksanakan dengan baik. Selain bersabar, manusia
juga harus selalu berusaha dalam menjalankan segala sesuatu dan menyerahkan hasilnya
kepada Allah (tawaqal) karena umat manusia hanya bisa berencana tetapi Allah yang
menentukan, serta selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah dan berani dalam
menghadapi resiko dari seemua perbuatan yang telah ditentukan.
5
Hubungan manusia dengan manusia
Agama islam mempunyai konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan, kemasyarakatan,
kebangasaan dll. Semua konsep tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran yang
berhubungan dengan manusia dengan manusia (hablum minannas) atau disebut pula sebagai
ajaran kemasyarakatan, manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Mereka hidup berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa dan bernegara. Mereka saling
membutuhkan satu sama lain sehingga manusia dirsebut sebagai makhluk social. Maka tak
ada tempatnya diantara mereka saling membanggakan dan menyombongkan diri., sebab
kelebihan suatu kaum tidak terletak pada kekuatannya, harkat dan martabatnya, ataupun dari
jenis kelaminnya karena bagaimanapun semua manusia sama derajatnya dimata allah, yang
membedakannya adalah ketaqwaannya. Artinya orang yang paling bertaqwa adalah orang
yang paling mulia disisi allah swt.
Hubungan dengan allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia. Hubungan antara
manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain dengan mengembangkan cara dan gaya
hidupnya yang selaras dengan nilai dan norma agama, selain itu sikap taqwa juga tercemin
dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan
keberpihakan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu orang yang bertaqwa akan
menjadi motor penggerak, gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan
kebijakan.
Surah al-baqoroh :177]
ِ ب َو ٰلَ ِكنَّ ا ْلبِ َّر َمنْ آ َمنَ بِاهَّلل ِ َوا ْليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر َوا ْل َماَل ئِ َك ِة َوا ْل ِكتَا
ب ِ ق َوا ْل َم ْغ ِر ْ س ا ْلبِ َّر أَنْ ت َُولُّوا ُو ُجو َه ُك ْم قِبَ َل ا ْل َم
ِ ش ِر َ لَ ْي
ب َوأَقَا َم
ِ سائِلِينَ َوفِي ال ِّرقَا
َّ سبِي ِل َوال َ َوالنَّبِيِّينَ َوآتَى ا ْل َما َل َعلَ ٰى ُحبِّ ِه َذ ِوي ا ْلقُ ْربَ ٰى َوا ْليَتَا َم ٰى َوا ْل َم
َّ سا ِكينَ َوابْنَ ال
Artinya:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatukebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada allah, hari kemudian, malaikat, kitab,
nabi, danmemberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, oaring miskin,
musafir(yang memerlukan pertolongan), dan orang-orangyang meminta-minta, dan
(merdekakanlah)hamba sahaya, mendirikan shalat danmenunaikan zakat. Dan orang-orang
yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang yang bersabar dalam kesempatan,
6
penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar(imannya)mereka
itulah orang yang bertaqwa. (Al- baqarah 2:177).
Dijelaskan bahwa ciri-ciri orang bertaqwa ialah orang yang beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat dan kitab Allah. Aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang
dimiliki orang yang bertaqwa dan dasar hubungan dengan Allah. Selanjutnya Allan
menggambarkan hubungan kemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta dan orang-orangmenepati
janji. Dalam ayat ini Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja karena aspek
tenggang rasa terhadap sesama manusia dijelaskan secara terurai, yaitu siapa saja yang mesti
diberi tenggang rasa, tetapi juga mengeluarkan harta diposisikan antar aspek keimanan dan
shalat
7
Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus disyukuri
dengan cara memenfaatkan dan memelihara lingkungan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Disamping itu alam ini juga adalah amanat yang harus dipelihara dan dirawat dengan baik.
Mensyukuri nikmat Allah dengan cara ini akan menambah kualitas nikmat yang diberikan
oleh Allah kepada manusia. Sebaliknya orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah
akan diberi azab yang sangat menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini adalah bencana alam
akibat eksploitasi alam yang tanpa batas karena kerusakan manusia.
Sesungguhnya Allah telah menurunkan kepada kita, pakaian untuk menutup aurat dan
pakaian indah untuk perhiasan ...
Sehingga fungsi pakaian ada 2, yakni sebagai penutup aurat dan sebagai perhiasan /
keindahan ...
Kalau digabungkan dng pengertian pakaian takwa diatas, maka ...
Pakaian yg dipakai manusia hendaknya:
1. Menutup aurat (laki2 dan perempuan berbeda dalam pengertian aurat)
2. Tidak memperlihatkan lekuk tubuh pemakai, karena ketatnya pakaian
3. Tidak memperlihatkan bentuk tubuh pemakainya, karena bahan yg transparan
4. Tidak terlalu panjang atau berlebih, sehingga menyulitkan pemakai bergerak dan sulit unt
beribadah
5. Tidak memakai bahan yg mudah sobek / mudah robek
6. Pakaian hendaknya mudah kering apabila basah terkena air, mengingat seorang muslim
dianjurkan selalu bersuci dng air (wudlu dll)
8
7. Tidak memakai bahan sutera bagi laki2 namun diperbolehkan bagi wanita
8. Tidak memakai perhiasan emas bagi laki2 namun diperbolehkan bagi wanita
9. Tidak memakai pakaian yg terlalu besar, sehingga menyulitkan unt bergerak dan tidak
enak dipandang
10. Tidak memakai pakaian yg terlalu sempit, karena dapat memperlihatkan bentuk tubuh
11. Tidak memakai pakaian yg memakai bahan seperti karet yg melekat tubuh, karena dapat
memperlihatkan bentuk tubuh
Sebenarnya syarat pakaian yg kita pakai tidaklah banyak, intinya hanyalah supaya
memudahkan kita dalam menjalankan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya (agar
bertakwa). Mudah dalam mengerjakan Sholat, berwudlu dan tidak menampakkan aurat ...
Dengan kata lain, bagi laki2 dan wanita, dimanapun berada, tetap bisa langsung mengerjakan
Sholat dng pakaian yg dikenakannya, tanpa hrs mengganti atau menambah pakaian lain ...
Janganlah sekali-kali kita ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu
bapak kita dari Surga, yakni Adam dan Hawa
Setan menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya
'auratnya ... Sesungguhnya setan dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat
yang kamu tidak bisa melihat mereka ...
Sesungguhnya Allah telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-
orang yang tidak beriman, tanpa mereka sadari ...
QS 7. Al A'raaf:26-27
"Hai anak Adam[umat manusia], sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa[selalu
bertakwa kepada Allah] itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. "
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya
9
untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-
pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.
Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-
orang yang tidak beriman.
Fungsi Pakaian
Allah Swt berfirman: Yâ Banî Âdam qad anzalnâa ‘alaykum libâs[an] (hai anak Adam,
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian). Ayat ini terdapat dalam
rangkaian ayat yang menceritakan kisah Adam mulai diciptakan hingga diturunkan di bumi.
Dikisahkan pula bahwa diturunkannya Adam beserta istrinya itu tidak lepas dari peran Iblis
yang berhasil menggodanya. Kemudian ditegaskan, bumi menjadi tempat kediaman dan
kesenangan bagi manusia hingga waktu yang ditetapkan. Di bumi itu pula, manusia hidup,
mati, dan dibangkitkan (lihat ayat 24-25).
Setelah itu, dalam ayat ini diberitakan bahwa Allah SWT telah memberikan pakaian bagi
manusia. Sebuah perangkat amat penting bagi manusia hidup di dunia, baik untuk keperluan
agama maupun keperluan dunia.
Disebutkan: Yâ Banî Adam (hai anak Adam). Yang dimaksudkan adalah seluruh manusia.
Kepada mereka ditegaskan: anzalnâa ‘alaykum libâs[an] (sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian). Pengertian anzalnâ (Kami turunkan) di sini adalah khalaqnâ
lakum (Kami ciptakan untuk kamu). Demikian dikatakan al-Syaukani. Bisa pula yang
dimaksudkan adalah hujan. Dengan diturunkannya hujan, maka berbagai tumbuhan bisa
tumbuh. Termasuk tumbuhan yang menjadi bahan untuk pakaian bagi manusia.
Ibnu Jarir mengutip dari Mujahid yang mengatakan bahwa ayat ini berkaitan dengan orang-
orang Arab melakukan thawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang, dan tidak ada seorang
pun yang mengenakan baju ketika thawaf. Maka ayat ini mengingatkan kepada mereka akan
besarnya nikmat Allah dan kekuasaan-Nya atas mereka agar mereka ingat, lalu beriman,
berislam, serta meninggalkan syirik dan kemaksiatan. Di antara nikmat-Nya adalah
diturunkannya pakaian bagi mereka.
Kemudian dijelaskan tentang kegunaan pakaian: yuwârî sawtikum wa rîsy[an] (untuk
menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan). Menurut ayat ini, ada dua kegunaan
pakaian bagi manusia. Pertama, yuwârî saw`âtikum, untuk menutupi auratmu. Kata saw`âta
merupakan bentuk jamak dari kata saw`ah. Pengertian al-saw`ah adalah al-‘awarah (aurat).
Menurut al-Syaukani, ini merupakan perkataan para ulama salaf. Disebutnya al-‘awrah
dengan al-saw`ah karena membuat pelakunya menjadi buruk ketika terbuka. Sehingga,
10
sebagaimana dijelaskan para mufassir, seperti Ibnu Jarir al-Thabari, al-Baghawi dan lain-lain,
pengertian ayat ini adalah: yastaru ‘awrâtikum (menutupi auratmu).
Dikatakan pula oleh Imam al-Qurthubi, sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat ini
menjadi dalil atas wajibnya menutup aurat. Memang ada yang mengatakan, ayat ini hanya
menunjukkan pemberian nikmat. Namun, menurut al-Qurthubi, pendapat yang pertama lebih
shahih. Alasannya, termasuk dalam cakupan pemberian nikmat adalah menutup aurat. Maka
Allah SWT menerangkan telah menjadikan bagi anak cucu Adam menutupi aurat mereka dan
menunjukkan perintah untuk menutup aurat. Di samping itu juga tidak ada perbedaan di
kalangan ulama mengenai wajibnya menutup aurat dari pandangan manusia.
Kedua, sebagai rîsy[an]. Artinya, zînah (perhiasan). Diambil dari kata rîsy al-thayr (bulu
burung). Sebab, bulu itu merupakan perhiasan bagi burung. Demikian penjelasan Sihabuddin
al-Alusi. Ibnu Zaid juga menafsirkannya sebagai al-jamâl (keindahan). Ibnu Katsir memaknai
al-rîsy sebagai sesuatu yang membuat sesuatu terlihat bagus.
Dijelaskan oleh al-Zamakhsyari, perhiasan merupakan tujuan yang dibenarkan, sebagaimana
firman Allah SWT dalam QS al-Nahl [16]: 8 dan QS al-Nahl [16]: 6. Namun ini merupakan
fungsi pelengkap sebagaimana dikatakan Ibnu Katsir. Menurut mufassir tersebut, menutup
aurat merupakan perkara al-dharûriyyât (keharusan). Sedangkan kegunanaan sebagai
perhiasan ini merupakan al-takmilât wa al-ziyâdât (pelengkap dan tambahan).
Bertolak dari penjelasan tersebut, pakaian yang dikenakan manusia dikategorikan belum
memenuhi kriteria sebagai pakaian yang benar manakala belum menutup aurat. Maka orang
yang mengenakan pakaian seperti itu masih terkategori telanjang. Rasulullah SAW menyebut
mereka sebagai kâsiyât[un] ‘âriyat[un] (wanita berpakaian tapi telanjang). Wanita yang
demikian, ditambah lagi dengan sikapnya yang cenderung maksiat dan mengajak maksiat
diancam tidak mencium bau surga.
11
Ciri- ciri Orang Taqwa Menurut Al-qur'an
A. Surat al baqarah 2 - 5 :Al Kitab ini (Al Quran) adalah petunjuk buat orang yang
bertaqwa, dengan ciri sebagai berikut:
1. Beriman pada yang ghaib
2. Mendirikan salat
3. M akin kepada hari akhirat
Setiap enafkahkan sebagaian rezeki yang ALlah kurniakan kepadanya
4. Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan sebelum mu.
5. manusia tak kira agama apapun memungkinkan untuk menjadi insan yang taqwa,
Mendirikan salat misalnya, Dalam bahasa melayu "salat" disebutnya juga
sembahyang.Setiap agama mengajarkan sembahyang, Hanya cara, metoda, waktu dan
tempat yang berbeda-beda.
B. Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah
orang-orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri sbb :
1. Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit
2. Orang-orang yang menahan amarahnya
3. Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain
4. Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka
ingat kepada ALlah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
5. Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Amal ibadah itu sama, ada yang lahir maupun yang batin adalah syariat. Kita beramal dan
bersyariat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Untuk mendapat ridho, kasih sayang
dan kekuasaan Allah. Untuk mendapat pemeliharaan, perlindungan dan keselamatan dari
Allah. Atau dengan kata lain, untuk mendapat taqwa. Segala amalan itu untuk menambah
taqwa. Kerana Allah hanya menerima ibadah dari orang-orang yang bertaqwa. Allah hanya
membela, membantu dan melindungi orang-orang yang bertaqwa. Hanya orang-orang yang
bertaqwa saja yang akan selamat di sisi Allah Ta’ala.
Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat penting dalam
agama islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok dan ukuran dari segala
pekerjaan seorang muslim.
Taqwa tidak hanya berhubungan dengan Allah swt, tetapi juga berhubungan dengan manusia
dengan dirinya sendiri, antar sesama manusia, dan dengan Lingkungan Hidup.
13
DAFTAR PUSTAKA
file:///F:/agama/Makalah-Agama-Taqwa.html
Azra. Azumardi, Dr. Prof. Dkk, Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi
Umum: Jakarta. 2002
Cholid, M, Drs. M, M.Ag, dkk. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi, Bandung:STPDN Press, 2003
Ayat al-qur’an surah yusuf :53 tafsirg.com/12-yusuf/ayat :53
https://tafsiralquran2.wordpress.com/2012/11/25/2-177/
http://tafsirq.com/3-ali-imran/ayat-138
14