Anda di halaman 1dari 199

BUPATI GARUT

PROVINSI JAWA BARAT


PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019

TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29
TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN GARUT TAHUN 2011 - 2031

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan
antarsektor, antar wilayah, dan antar pelaku dalam pemanfaatan
ruang di Kabupaten Garut, Pemerintahan Daerah telah
menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut
Tahun 2011-2031;
b. bahwa dalam upaya untuk melihat kesesuaian antara rencana
tata ruang dan kebutuhan pembangunan yang memperhatikan
perkembangan lingkungan strategis dan dinamika internal serta
pelaksanaan pemanfaatan ruang disesuaikan dengan tuntutan
perubahan, perkembangan, dan kondisi riil pemanfaatan ruang,
serta kerawanan dari berbagai jenis bencana, maka sesuai
ketentuan Pasal 26 ayat (5) Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditinjau kembali dan
dilakukan penyesuaian;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Garut Tahun 2011-2031;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat
(Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan
Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan
Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
2

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar


Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2043);
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4700);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
8. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4739) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5490);
9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5188);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
11. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5601);
3

12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana


Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan
Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5281) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012
tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian
Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5393);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 109,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6244);
19. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 4) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 119);
20. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 8) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 27);
4

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2016 tentang


Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 464);
22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 22
Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 86);
23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan
Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Nomor 12 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 172);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Garut Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah
Kabupaten Garut Tahun 2011 Nomor 29, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Garut Nomor 5);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GARUT

dan

BUPATI GARUT

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS


PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29
TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN GARUT TAHUN 2011-2031.

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Garut
Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2011 Nomor 29,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Garut Nomor 5), diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang meFpmegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
5

2. Daerah Provinsi adalah Daerah Provinsi Jawa Barat.


3. Daerah Kabupaten adalah Daerah Kabupaten Garut.
4. Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
5. Bupati adalah Bupati Garut.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
8. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
9. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
10. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budi daya.
11. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
12. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
13. Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
14. Pembinaan Penataan Ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja
penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan masyarakat.
15. Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
16. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan
ruang dapat diwujudkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
17. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang.
18. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.
19. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang.
20. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
21. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut yang selanjutnya disebut
RTRW Kabupaten adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten.
6

22. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
23. Wilayah Kabupaten adalah seluruh wilayah Kabupaten Garut yang meliputi
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
24. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten adalah arahan pengembangan
wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai
tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh)
tahun.
25. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten adalah penjabaran kebijakan
penataan ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih
nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang
wilayah kabupaten.
26. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana yang mencakup
sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan
perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah
kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten
selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten, yang meliputi sistem jaringan
transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah
hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan
prasarana lainnya.
27. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan
ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya
RTRW kabupaten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.
28. Prasarana Wilayah adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan
wilayah dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
29. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa
kecamatan.
30. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa.
31. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa.
32. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
33. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan serta nilai sejarah dan budaya bangsa, guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan.
34. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.
35. Kawasan Karst adalah kawasan batuan karbonat berupa batu gamping dan
dolomite yang memperlihatkan morfologi karst.
7

36. Kawasan Resapan Air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi
untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi
(aquifer) yang berguna sebagai sumber air.
37. Kawasan Sekitar Danau/Situ adalah kawasan tertentu di sekeliling danau dan
situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi waduk, danau, dan situ.
38. Kawasan Sekitar Mata Air adalah kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata
air.
39. Kawasan Sempadan Pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
pantai.
40. Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
41. Kawasan Hutan Mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau, dan
dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di
tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik.
Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar
muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang
dibawanya dari hulu.
42. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs
Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan
ciri tata ruang yang khas.
43. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses
penetapan.
44. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun
yang sengaja ditanam.
45. Sistem Jaringan Sumber Daya Air merupakan sistem sumber daya air pada
setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah.
46. Cekungan Air Tanah yang selanjutnya disebut CAT adalah suatu wilayah yang
dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti
proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
47. Danau/Situ adalah suatu wadah genangan air di permukaan tanah yang
terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya berasal dari potensial dan
merupakan salah satu bentuk kawasan lindung.
48. Wilayah Sungai yang selanjutnya disebut WS adalah kesatuan wilayah
pengelolaan sumberdaya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai yang
luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 (dua ribu) kilometer persegi.
8

49. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
50. Daerah Irigasi yang selanjutnya disebut DI adalah kesatuan wilayah yang
mendapat air dari satu jaringan irigasi.
51. Jaringan Irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
52. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk
pada sungai buatan/kanal/saluran/irigasi primer yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
53. Mitigasi Bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana
dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat yang
berada pada kawasan rawan bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana.
54. Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan dengan kondisi atau karakteristik
geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, dan geografis pada satu wilayah
untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
55. Kawasan Rawan Letusan Gunungapi adalah kawasan yang sering atau
berpotensi tinggi mengalami bencana letusan gunungapi.
56. Kawasan Rawan Gerakan Tanah atau Kawasan Rawan Bencana Longsor
adalah kawasan lindung atau kawasan budi daya yang meliputi zona-zona
berpotensi longsor.
57. Kawasan Rawan Banjir adalah daratan yang berbentuk flat, cekungan yang
sering atau berpotensi menerima aliran air permukaan yang relatif tinggi dan
tidak dapat ditampung oleh drainase atau sungai, sehingga melimpah
ke kanan dan ke kiri serta menimbulkan masalah yang merugikan manusia.
58. Kawasan Rawan Gempa Bumi adalah kawasan yang sering atau berpotensi
tinggi mengalami bencana gempa bumi.
59. Kawasan Rawan Tsunami adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi
terkena tsunami.
60. Tsunami adalah gelombang laut yang terjadi akibat gempa, letusan gunungapi,
atau longsoran yang terjadi di dasar laut.
61. Tempat Evakuasi Bencana adalah tempat yang diperuntukkan untuk
menampung penduduk yang sedang menghindari ancaman bencana., terdiri
atas tempat evakuasi sementara dan tempat evakuasi akhir.
62. Tempat Evakuasi Sementara yang selanjutnya disingkat TES adalah tempat
singgah sementara yang dapat dijangkau oleh pengungsi dengan cepat untuk
menyelamatkan diri dari ancaman bencana.
63. Tempat Evakuasi Akhir yang selanjutnya disingkat TEA adalah tempat singgah
akhir di zona aman bencana bagi pengungsi karena tidak memungkinkan
untuk kembali ke hunian masing-masing.
9

64. Jalur Evakuasi adalah jalur yang menghubungkan hunian dengan tempat
evakuasi sementara maupun jalur yang menghubungkan tempat evakuasi
sementara dengan tempat evakuasi akhir.
65. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
66. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
67. Hutan Rakyat adalah hutan yang dimiliki rakyat dengan luas minimal
0,25 hektar dengan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan/atau jenis
lainnya lebih dari 50 (lima puluh) persen dan/atau pada tanaman tahun
pertama dengan tanaman sebanyak 500 (lima ratus) tanaman per hektar.
68. Kawasan Pertanian adalah kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan
pertanian yang meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian
lahan kering, kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan, perikanan,
dan peternakan.
69. Kawasan Pertanian Lahan Basah adalah kawasan pertanian yang
dikembangkan pada dataran rendah yang mempunyai ketinggian ukuran
300 m di atas permukaan laut yang di sekitarnya terdapat banyak air dari
sungai sungai atau saluran irigasi.
70. Kawasan Pertanian Lahan Kering adalah kawasan lahan pertanian yang dapat
digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas
dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan atau menunggu hujan.
71. Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan
obat nabati, dan florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan
tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau
bahan estetika.
72. Kawasan Perkebunan adalah kawasan yang memiliki fungsi tanaman semusim
dan/atau tanaman tahunan yang karena jenis dan tujuan pengelolaannya
ditetapkan sebagai tanaman perkebunan.
73. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan, yang selanjutnya disebut KP2B
adalah wilayah budi daya pertanian, terutama pada wilayah perdesaan, yang
memiliki hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau
hamparan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur
penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
74. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, yang selanjutnya disingkat LP2B
adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
75. Kawasan Perikanan adalah kawasan yang memiliki fungsi perikanan.
76. Agribisnis adalah berbagai jenis kegiatan yang berkaitan dengan pertanian dari
hulu hingga hilir, termasuk kegiatan penunjangnya.
77. Kawasan Pertambangan adalah kawasan yang memiliki fungsi pertambangan.
78. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang.
10

79. Wilayah Pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau
batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan.
80. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan
bagi kegiatan Industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
81. Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan yang mengusahakan
pengembangan dan pengelolaan kawasan Industri.
82. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan Industri yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan
dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri.
83. Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan yang diperuntukan bagi
kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut.
84. Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten yang selanjutnya disebut KSPK
adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi
untuk pengembangan pariwisata, yang mempunyai pengaruh penting dalam
satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta
pertahanan dan keamanan.
85. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
86. Kawasan Perkotaan adalah kawasan dengan kegiatan utama bukan pertanian,
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
87. Kawasan Permukiman Perkotaan adalah kawasan yang digunakan untuk
kegiatan utama non pertanian dan pada umumnya ditunjang oleh sarana dan
prasarana transportasi yang memadai, fasilitas peribadatan, pendidikan,
perdagangan dan jasa perkantoran, dan pemerintahan. Kawasan permukiman
perkotaan terdiri atas bangunan rumah tempat tinggal, berskala besar, sedang,
kecil, bangunan rumah campuran tempat tinggal/usaha, dan tempat usaha.
88. Kawasan Perdesaan adalah kawasan dengan kegiatan utama pertanian dan
pengelolaan sumberdaya alam, dengan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
89. Kawasan Permukiman Perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman
yang ada pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian,
tegalan, dan pemanfaatan lainnya.
90. Perumahan adalah sekelompok rumah atau bangunan lainnya yang dibangun
bersamaan sebagai sebuah pengembangan tunggal.
91. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional
yang digunakan untuk kepentingan kegiatan pertahanan.
92. Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut KSN adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan keamanan negara,
ekonomi, sosial budaya dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang
ditetapkan sebagai warisan dunia.
11

93. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya disebut KSP adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
secara regional dalam aspek pertahanan keamanan negara, ekonomi, sosial
budaya, lingkungan dan/atau pendayagunaan sumber daya alam, dan
teknologi tinggi.
94. Kawasan Strategis Kabupaten yang selanjutnya disebut KSK adalah wilayah
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam aspek ekonomi, sosial budaya, lingkungan dan/atau
pendayagunaan sumber daya alam, dan teknologi tinggi.
95. Daya Dukung adalah kemampuan lingkungan alam beserta segenap unsur dan
sumberdayanya untuk menunjang perikehidupan manusia serta makhluk
hidup lainnya secara berkelanjutan.
96. Daya Tampung adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap
penduduk, zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan
ke dalamnya.
97. Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah yang selanjutnya disebut
TPPAS adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir
sampah serta pengolahan, dan pengembalian sampah ke media lingkungan
secara aman bagi manusia dan lingkungan.
98. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disebut TPA adalah tempat untuk
memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan.
99. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu.
100. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya disebut IPAL adalah sarana
pengolahan air limbah yang berfungsi untuk menurunkan kadar pencemar
yang terkandung dalam air limbah hingga baku mutu yang ditentukan.
101. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang selanjutnya disebut IPLT adalah
instalasi pengolahan air limbah yang didesain hanya menerima lumpur tinja.
102. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
103. Ketentuan Perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap
pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat dalam
melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana
tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan.
104. Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.
105. Disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana
tata ruang.
106. Arahan Sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang
melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang yang berlaku.
107. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
108. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain
dalam penyelenggaraan penataan ruang.
12

109. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
110. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang, dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap
zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam perencanaan rinci tata ruang.
111. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Kabupaten adalah ketentuan
umum yang mengatur persyaratan pemanfaatan ruang/penataan Kabupaten
dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap
klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW Kabupaten.
112. Indikasi Program Utama Jangka Menengah Lima Tahunan adalah petunjuk
yang memuat usulan program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan,
sumber dana, dan instansi pelaksana dalam rangka mewujudkan ruang
Kabupaten yang sesuai dengan rencana tata ruang.
113. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten adalah
ketentuan yang dibuat atau disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten agar sesuai dengan RTRW kabupaten yang berbentuk
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah kabupaten.
114. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disingkat TKPRD
adalah Tim ad hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Daerah
Provinsi dan di daerah Kabupaten/Kota, dan mempunyai fungsi membantu
tugas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam pelaksanaan Koordinasi Penataan
Ruang di Daerah.
115. Satuan Polisi Pamong Praja adalah Perangkat Pemerintah Daerah Kabupaten
dalam memelihara dan menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum
serta menegakkan Peraturan Daerah.

2. Ketentuan Pasal 2 ayat (1) huruf a diubah, sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai
berikut:

BAB II
WILAYAH

Pasal 2
(1) Lingkup wilayah RTRW Kabupaten adalah wilayah administrasi Kabupaten
dengan luas kurang lebih:
a. ruang daratan dengan luas 310.705 (tiga ratus sepuluh ribu tujuh ratus
lima) hektar;
b. ruang pesisir dan laut, sepanjang 4 (empat) mil dari garis pantai;
c. ruang udara; dan
d. ruang dalam bumi.
(2) Batas koordinat Kabupaten 6056'49'' - 7045'00'' Lintang Selatan dan 107025'8'' -
10807'30'' Bujur Timur.
(3) Batas-batas wilayah administrasi terdiri atas:
a. sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Sumedang;
b. sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia;
13

c. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya; dan


d. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Cianjur.

3. Ketentuan Pasal 3 diubah, sehingga Pasal 3 berbunyi sebagai berikut:

BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten

Pasal 3
Penataan ruang Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten konservasi
yang didukung oleh agribisnis, pariwisata, kelautan, dan industri yang
berkelanjutan, serta berbasis mitigasi bencana.

4. Di antara huruf a dan huruf b, huruf d dan huruf e, serta huruf f dan huruf g
Pasal 4, disisipkan 1 (satu) huruf, yakni huruf a1, huruf d1 dan huruf f1, sehingga
Pasal 4 berbunyi sebagai berikut:

Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten

Pasal 4
Kebijakan penataan ruang, meliputi:
a. peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung;
a1. peningkatan fungsi ekosistem dan jasa lingkungan pada kawasan lindung;
b. pengembangan agribisnis yang berkelanjutan;
c. pengembangan pariwisata berbasis potensi lokal;
d. pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang terpadu dan berkelanjutan;
d1. pengembangan kawasan peruntukan industri yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan;
e. peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah;
f. pengembangan pusat kegiatan;
f1. peningkatan upaya mitigasi bencana pada kawasan rawan bencana;
g. pengendalian kegiatan pada kawasan rawan bencana; dan
h. peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.
14

5. Ketentuan Pasal 5 ayat (1), ayat (2) huruf c, ayat (4) huruf c dan huruf d, ayat (7)
diubah, diantara ayat (4) dan ayat (5), ayat (6) dan ayat (7) disisipkan 1 (satu) ayat,
yakni ayat (4a) dan ayat (5a), sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai berikut:

Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten

Pasal 5
(1) Peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf a dengan strategi, meliputi:
a. mempertahankan kawasan lindung yang telah ditetapkan;
b. meningkatkan rehabilitasi dan konservasi lahan;
c. memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah mengalami
penurunan fungsi ekosistem;
d. meningkatkan produksi dan pengelolaan hasil hutan kayu dan non kayu
yang sesuai dengan kaidah konservasi dengan memperhatikan kualitas
fungsi ekosistem dan jasa lingkungan;
e. mengoptimalkan potensi sumber daya alam dan buatan di kawasan
lindung dengan pengembangan agrowisata dan ekowisata; dan
f. meningkatkan fungsi ekosistem dan jasa lingkungan.
(2) Pengembangan agribisnis yang berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf b dengan strategi, meliputi:
a. meningkatkan produktivitas pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, dan perikanan;
b. mengembangkan kawasan agropolitan dan minapolitan;
c. mengembangkan budi daya peternakan pada kawasan permukiman
perdesaan yang ramah lingkungan;
d. mengembangkan pertanian terpadu ramah lingkungan;
e. mengembangkan kawasan perikanan budi daya;
f. mengembangkan agribisnis pada sentra-sentra produksi; dan
g. mengembangkan pusat pemasaran hasil komoditas Kabupaten pada
kawasan perkotaan dan objek wisata.
(3) Pengembangan pariwisata berbasis potensi lokal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf c dengan strategi, meliputi:
a. mengembangkan satuan kawasan wisata dengan objek unggulan wisata
alam, budaya dan buatan;
b. mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing dan ramah
lingkungan;
c. meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan;
d. meningkatkan kualitas perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan
warisan budaya; dan
e. meningkatkan pengembangan agrowisata.
(4) Pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang terpadu dan berkelanjutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d dengan strategi, meliputi:
a. mengembangkan perikanan tangkap;
b. mengembangkan budi daya perikanan;
15

c. mengoptimalkan fungsi ekosistem dan jasa lingkungan hutan mangrove;


d. mengembangkan budi daya laut yang ramah lingkungan;
e. mengendalikan pencemaran di kawasan pesisir dan laut; dan
f. merehabilitasi kawasan pelestarian ekologi pesisir dan kawasan
perlindungan bencana pesisir.
(4a) Pengembangan kawasan peruntukan industri yang ramah lingkungan, dan
berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d1 dengan strategi,
meliputi:
a. membangun dan menata kawasan industri yang terpadu, ramah
lingkungan dan berkelanjutan;
b. mengembangkan dan menata industri kecil dan menengah serta sentra
industri;
c. meningkatkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan industri; dan
d. mengembangkan ruang terbuka, baik hijau dan non hijau, sebagai area
penyangga antara kawasan industri dengan kawasan lain di sekitarnya.
(5) Peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e dengan strategi, meliputi:
a. mengembangkan jalan penghubung perkotaan dan perdesaan, antar
perkotaan, antar perdesaan dan aksesibilitas antara pusat produksi
dengan pusat pemasaran;
b. reaktivasi dan mengoptimalkan sistem jaringan kereta api;
c. mengoptimalkan pendayagunaan dan pengelolaan prasarana sumber daya
air;
d. mengembangkan sumber daya energi listrik dan meningkatkan
infrastruktur pendukung;
e. mengembangkan pembangkit listrik berskala kecil berbasis energi
setempat;
f. meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi;
g. mengembangkan sistem pengelolaan persampahan, sistem pengelolaan air
limbah, sistem pelayanan air minum, sistem pelayanan drainase; dan
h. mengembangkan alokasi prasarana dan sarana fisik, sosial, dan ekonomi
sesuai fungsi dan terintegrasi dengan struktur ruang wilayah.
(6) Pengembangan pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f
dengan strategi, meliputi:
a. mengembangkan PKL di wilayah utara dengan fungsi utama jasa dan
perdagangan, pemerintahan dan permukiman perkotaan;
b. mengembangkan kawasan PKL di wilayah selatan dengan fungsi utama
agribisnis, kelautan, permukiman, pariwisata dan konservasi;
c. mengembangkan PPK secara seimbang dalam konteks pelayanan dan
pertumbuhan wilayah;
d. mengembangkan PPL yang memiliki skala pelayanan PKL - PPL dan
menunjang PPK; dan
e. dihapus;
f. mengembangkan keterkaitan antar pusat pelayanan.
16

(6a) Peningkatan upaya mitigasi bencana pada kawasan rawan bencana


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f1 dengan strategi, meliputi:
a. memanfaatkan teknologi mitigasi bencana termasuk sistem peringatan
dini;
b. mengembangkan dan meningkatkan kualitas jalur evakuasi bencana;
c. menetapkan tempat evakuasi bencana;
d. menyiapkan lahan-lahan alternatif untuk tempat relokasi pasca bencana;
dan
e. meningkatkan infrastruktur mitigasi pada kawasan rawan bencana.
(7) Pengendalian kegiatan pada kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf g dengan strategi, meliputi:
a. mengendalikan dan membatasi pemanfaatan ruang, khususnya
pembangunan fisik dan pengembangan kawasan budi daya, pada kawasan
rawan bencana gerakan tanah atau tanah longsor, banjir, letusan
gunungapi, gempabumi, dan tsunami;
b. membangun ketangguhan terhadap bencana di kawasan budi daya dari
bahaya gerakan tanah atau tanah longsor, banjir, letusan gunungapi,
gempa bumi, dan tsunami; dan
c. mengembangkan kebijakan insentif dan disinsentif untuk pengendalian
pengembangan kegiatan budi daya pada kawasan rawan bencana.
(8) Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf h dengan strategi, meliputi:
a. mendukung penetapan Kawasan Strategis Nasional dengan fungsi khusus
Pertahanan dan Keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan
di sekitar Kawasan Strategis Nasional untuk menjaga fungsi Pertahanan
dan Kemanan;
c. mengembangkan Kawasan Lindung dan/atau Kawasan Budi Daya tidak
terbangun disekitar Kawasan Strategis Nasional dengan kawasan budi
daya terbangun; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan.

6. Ketentuan Lampiran I Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29


Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Garut
Tahun 2011-2031 diubah, sehingga berbunyi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

7. Ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf a dan huruf c, ayat (2), ayat (3) huruf d, ayat (4)
dan ayat (5) huruf b dihapus, ayat (5) ditambah 4 (empat) huruf, yakni huruf gg,
huruf hh, huruf ii, dan huruf jj, serta di antara ayat (6) dan ayat (7) disisipkan
1 (satu) ayat, yakni ayat (6a), sehingga Pasal 7 berbunyi sebagai berikut:

Bagian Kedua
Rencana Sistem Pusat Kegiatan Kabupaten

Pasal 7
(1) Sistem pusat kegiatan Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf a, meliputi:
a. dihapus;
17

b. PKL;
c. dihapus;
d. PPK; dan
e. PPL.
(2) dihapus.
(3) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terletak di:
a. Perkotaan Garut;
b. Perkotaan Pameungpeuk;
c. Perkotaan Cikajang; dan
d. dihapus;
e. Perkotaan Rancabuaya.
(4) dihapus.
(5) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terletak di:
a. Perkotaan Cisewu;
b. dihapus;
c. Perkotaan Talegong;
d. Perkotaan Mekarmukti;
e. Perkotaan Pamulihan;
f. Perkotaan Pakenjeng;
g. Perkotaan Cikelet;
h. Perkotaan Cibalong;
i. Perkotaan Cisompet;
j. Perkotaan Peundeuy;
k. Perkotaan Cihurip;
l. Perkotaan Banjarwangi;
m. Perkotaan Cilawu;
n. Perkotaan Bayongbong;
o. Perkotaan Cigedug;
p. Perkotaan Cisurupan;
q. Perkotaan Sukaresmi;
r. Perkotaan Samarang;
s. Perkotaan Pasirwangi;
t. Perkotaan Karangpawitan;
u. Perkotaan Wanaraja;
v. Perkotaan Pangatikan;
w. Perkotaan Sucinaraja;
x. Perkotaan Sukawening;
y. Perkotaan Karangtengah;
z. Perkotaan Banyuresmi;
18

aa. Perkotaan Leles;


bb. Perkotaan Leuwigoong;
cc. Perkotaan Kersamanah;
dd. Perkotaan Cibiuk;
ee. Perkotaan Balubur Limbangan;
ff. Perkotaan Selaawi.
gg. Perkotaan Singajaya;
hh. Perkotaan Malangbong;
ii. Perkotaan Cibatu; dan
jj. Perkotaan Kadungora.
(6) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, terletak di:
a. Desa Sukajaya Kecamatan Cisewu;
b. Desa Sukarame Kecamatan Caringin;
c. Desa Sukamulya Kecamatan Talegong;
d. Desa Cijayana Kecamatan Mekarmukti;
e. Desa Pananjung Kecamatan Pamulihan;
f. Desa Panyindangan Kecamatan Pakenjeng;
g. Desa Pamalayan Kecamatan Cikelet;
h. Desa Gunamekar Kecamatan Bungbulang;
i. Desa Sancang Kecamatan Cibalong;
j. Desa Depok Kecamatan Cisompet;
k. Desa Toblong Kecamatan Peundeuy;
l. Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk;
m. Desa Cisangkal Kecamatan Cihurip;
n. Desa Wangunjaya Kecamatan Banjarwangi;
o. Desa Ciudian Kecamatan Singajaya;
p. Desa Mangkurayat Kecamatan Cilawu;
q. Desa Sukarame Kecamatan Bayongbong;
r. Desa Barusuda Kecamatan Cigedug;
s. Desa Cidatar Kecamatan Cisurupan;
t. Desa Mekarjaya Kecamatan Sukaresmi;
u. Desa Cibodas Kecamatan Cikajang;
v. Desa Sukakarya Kecamatan Samarang;
w. Desa Pasirkiamis Kecamatan Pasirwangi;
x. Kelurahan Lebakjaya Kecamatan Karangpawitan;
y. Desa Cinunuk Kecamatan Wanaraja;
z. Desa Cimaragas Kecamatan Pangatikan;
aa. Desa Sukaratu Kecamatan Sucinaraja;
bb. Desa Sukamukti Kecamatan Sukawening;
19

cc. Desa Cintamanik Kecamatan Karangtengah;


dd. Desa Bagendit Kecamatan Banyuresmi;
ee. Desa Cangkuang Kecamatan Leles;
ff. Desa Talagasari Kecamatan Kadungora;
gg. Desa Tambaksari Kecamatan Leuwigoong;
hh. Desa Keresek Kecamatan Cibatu;
ii. Desa Nanjungjaya Kecamatan Kersamanah;
jj. Desa Majasari Kecamatan Cibiuk;
kk. Desa Galihpakuwon Kecamatan Balubur Limbangan;
ll. Desa Mekarsari Kecamatan Selaawi; dan
mm. Desa Sukaratu Kecamatan Malangbong.
(6a) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana tata ruang PKL sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan rencana tata ruang PPK yang diprioritaskan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur lebih lanjut dalam Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri.
(7) Rencana sistem pusat kegiatan tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

8. Ketentuan Pasal 8 ayat (3) ditambahkan 1 (satu) huruf, yakni huruf e, sehingga
Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:

Bagian Ketiga
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

Paragraf 1
Umum

Pasal 8
(1) Sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf b, meliputi:
a. sistem jaringan prasarana utama; dan
b. sistem jaringan prasarana lainnya.
(2) Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan sistem jaringan transportasi, meliputi:
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan perkeretaapian;
c. sistem jaringan transportasi laut; dan
d. sistem jaringan transportasi udara.
(3) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi:
a. sistem jaringan energi;
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumber daya air;
20

d. sistem jaringan prasarana lingkungan; dan


e. sistem jaringan prasarana mitigasi bencana.
(4) Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.

9. Ketentuan Pasal 10 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5) dan ayat (6) huruf b diubah,
sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 10
(1) Jaringan jalan dan jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)
huruf a, meliputi:
a. jaringan jalan nasional;
b. jaringan jalan provinsi;
c. jaringan jalan kabupaten;
d. jaringan jalan desa; dan
e. jembatan.
(2) Jaringan jalan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pembangunan Jalan Tol Cileunyi - Tasikmalaya - Banjar di Kabupaten
pada ruas Kecamatan Balubur Limbangan - Kecamatan Malangbong;
b. pemantapan ruas jalan arteri primer, terdiri atas:
1. ruas Batas Kabupaten Bandung/Garut - Batas Kabupaten
Tasikmalaya/Garut;
2. Jalan Raya Limbangan; dan
3. Jalan Raya Malangbong.
c. peningkatan ruas jalan kolektor primer 1 terdiri atas:
1. Cilaki - Rancabuaya - Cijayana;
2. Cijayana - Sp. Cilauteureun;
3. Sp. Cilauteureun - Pameungpeuk; dan
4. Pameungpeuk - Cikaengan.
(3) Jaringan jalan provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. pemantapan ruas jalan kolektor primer 2 (dua) terdiri atas:
1. Batas Bandung/Garut - Garut;
2. Garut - Batas Garut/Tasikmalaya;
3. Kadungora (Leles) - Batas Bandung/Garut (Cijapati);
4. Garut - Cikajang;
5. Cikajang - Pameungpeuk;
6. Cikajang - Sumadra;
7. Sumadra - Bungbulang;
8. Kadungora (Leles) - Cibatu - Sasakbeusi;
9. Cukul (Batas Bandung/Garut) – Simpang Genteng;
21

10. Simpang Genteng – Simpang Talegong (Sukamulya)


11. Simpang Talegong (Sukamulya) – Cisewu – Sukarame – Rancabuaya
(Palembuhan)
12. Jalan Otista;
13. Jalan Cimanuk;
14. Jalan Raya Cikajang (Cikajang);
15. Jalan Raya Pameungpeuk (Pameungpeuk);
16. Pameungpeuk – Cilauteureun;
17. Kiarakohok (Sp. Cilauteureun) – Cilauteureun;
18. Jalan Suherman;
19. Jalan Merdeka;
20. Jalan Jend. Sudirman;
21. Jalan Bratayudha;
22. Jalan Ciledug; dan
23. Malangbong - Batas Garut/Sumedang.
b. peningkatan fungsi ruas jalan menjadi kolektor primer 2 (dua) terdiri atas:
1. Bungbulang - Cijayana;
2. Pamegatan - Singajaya;
3. Singajaya - Toblong;
4. Toblong - Simpang;
5. Simpang - Sagara - Simpang Cibaregbeg;
6. Singajaya - Taraju;
7. Sumadra - Cileuleuy; dan
8. Limbangan - Selaawi.
c. pembangunan ruas jalan kolektor primer terdiri atas:
1. jalan horisontal Jawa Barat bagian selatan;
2. jalan horisontal Tengah Selatan-Selatan Jawa Barat; dan
3. pembangunan jalan strategis lainnya atas dasar kesepakatan
Pemerintah Daerah dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah
Kabupaten yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
(4) Jaringan jalan kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
meliputi:
a. pembangunan ruas jalan terdiri atas:
1. Lingkar Pasar Cibatu;
2. By Pass Garut;
3. By Pass Garut - Cibatu;
4. Karangpawitan - Banyuresmi;
5. Garut Kota - Sucinaraja - Wanaraja;
6. Lingkar Cipanas;
7. Situ Cangkuang - Leles;
8. Lingkar Pasar Wanaraja;
22

9. Kadungora - Leles;
10. Lingkar Perkotaan Balubur Limbangan;
11. Balubur Limbangan - Malangbong;
12. Banyuresmi - Bagendit;
13. Sub Terminal Cibatu;
14. Balubur Limbangan - Pasirwaru;
15. Malangbong (Barudua) - Karangtengah (Talaga Bodas);
16. Urug Nangoh - Cikedokan;
17. Karangtengah/Caringin - Cinta - Karaha Bodas;
18. Darajat - Kamojang;
19. Samarang - Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Darajat;
20. Cisompet - Cibalong;
21. Sanding - Sukapadang - Samarang; dan
22. Sanding - Cimaragas.
b. Pemantapan ruas jalan kolektor primer 3 (tiga) pada ruas jalan
Bungbulang - Sukarame;
c. peningkatan fungsi ruas jalan menjadi kolektor primer 4 (empat) terdiri
atas:
1. Sukamerang - Cibatu;
2. Cihuni - Sukawening;
3. Sukawening - Cinta;
4. Cibodas - Cikandang;
5. Pangauban - Cipaganti;
6. Wanaraja - Talaga Bodas;
7. Cipicung - Wanaraja;
8. Ciparay - Cihurip;
9. Cisandaan - Pakenjeng Lama;
10. Genteng - Munjul;
11. Ciparay - Godog;
12. Leles - Cangkuang;
13. Rapuhan/Lolohan - Cikonde (Situ Cangkuang);
14. Tarogong Kaler - Ciroyom;
15. Tarogong Kaler - Ciparay;
16. Tarogong Kaler - Tanjung;
17. Tanjung - Citiis;
18. Citiis - Pasawahan;
19. Nagreg - Margamukti;
20. Margamukti - Limbangan;
21. Cisurupan - Papandayan;
22. Ciawi - Majasari;
23

23. Cimurah - Rel Kereta Api;


24. Tarogong Kaler - Samarang;
25. Jalan Pramuka;
26. Jalan Guntur;
27. Jalan Bank;
28. Jalan Sudirman;
29. Jalan Ahmad Yani;
30. Panunjuk - Darajat;
31. Jalan Pembangunan (Jembatan Maktal);
32. Cihurip - Singajaya;
33. Cisompet - Cibalong;
34. Taneuh Beureum - Coblosan; dan
35. Cihurip - Cisompet.
d. rehabilitasi dan peningkatan jalan kabupaten selengkapnya tercantum
dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(5) Jaringan jalan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa
peningkatan fungsi ruas jalan menjadi kolektor primer 4 (empat), meliputi:
a. Raksaguna (Talagasari - Hegarsari);
b. Mandalawangi (Hegarsari - Rancasalak);
c. Jalan Desa Barudua;
d. Jalan Desa Cinagara; dan
e. Kampung Naringgul - Kampung Rancabango (Rancabango).
(6) Jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi:
a. pembangunan jembatan terdiri atas:
1. Cimurah pada ruas Jalan Cimurah - Cipicung;
2. Mekarsari/Cimanuk pada ruas Jalan Mekarsari - Sekarwangi;
3. Maleer pada ruas Jalan By Pass Garut;
4. Cipacing pada ruas Jalan Lingkar Pasar Cibatu;
5. Haruman pada ruas Jalan Tutugan - Haruman;
6. Tegal Jambu pada ruas Jalan Lingkar Cipanas;
7. Cileungsing pada ruas Jalan Lingkar Cipanas;
8. Ciojar Hulu pada ruas Jalan Hampor - Cipanas;
9. Cipanday pada ruas Jalan Padarek - Banjarsari;
10. Mandalawangi pada ruas Jalan Mandalawangi - Rancasalak;
11. Saparantu pada ruas Jalan Cisangkal - Cisanggiri;
12. Cijambe pada ruas Jalan Cisangkal - Cisanggiri;
13. Cikerenceng pada ruas Jalan Cisangkal - Cisanggiri;
14. Sawah Curug pada ruas Jalan Cisangkal - Cisanggiri;
15. Cimanggu pada ruas Jalan Cisangkal - Cisanggiri; dan
24

16. Cihantap pada ruas Jalan Cisangkal - Cisanggiri.


b. Peningkatan jembatan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

10. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 11
(1) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. pembangunan terminal penumpang;
b. peningkatan terminal penumpang;
c. pembangunan terminal barang;
d. pengembangan prasarana dan sarana pendukung angkutan lainnya;
e. mengoptimalkan alat pengawasan, pengendalian dan pengamanan jalan;
dan
f. mengoptimalkan unit pengujian kendaraan bermotor statis.
(2) Pembangunan terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. tipe A berada di PKL Perkotaan Garut; dan
b. tipe B berada di PKL Perkotaan Rancabuaya.
(3) Peningkatan terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas:
a. tipe B, terletak di:
1. Kecamatan Cikajang;
2. Kecamatan Pameungpeuk;
3. Kecamatan Malangbong; dan
4. Kecamatan Bungbulang.
b. tipe C, terletak di:
1. Kecamatan Samarang;
2. Kecamatan Kadungora;
3. Kecamatan Cibatu;
4. Kecamatan Bayongbong;
5. Kecamatan Cisewu;
6. Kecamatan Singajaya;
7. Kecamatan Peundeuy; dan
8. Kecamatan Balubur Limbangan.
(4) Pembangunan terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berada di Kecamatan Leles dan Kecamatan Cibatu.
(5) Pengembangan prasarana dan sarana pendukung angkutan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa pembangunan rest area
terpadu berada di:
a. Kecamatan Balubur Limbangan;
25

b. Kecamatan Talegong;
c. Kecamatan Malangbong;
d. Kecamatan Cisewu;
e. Kecamatan Kadungora; dan
f. Kecamatan Mekarmukti.
(6) Mengoptimalkan alat pengawasan, pengendalian dan pengamanan jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e berada di Kecamatan Tarogong
Kidul.
(7) Mengoptimalkan unit pengujian kendaraan bermotor statis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f berada di Kecamatan Tarogong Kidul.

11. Ketentuan Pasal 13 ayat (3) diubah, sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut:

Paragraf 3
Sistem Jaringan Perkeretaapian

Pasal 13
(1) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (2) huruf b, meliputi:
a. sistem jaringan jalur perkeretaapian; dan
b. pengembangan stasiun kereta api.
(2) Sistem jaringan jalur perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi:
a. pengembangan sistem jaringan jalur double track kereta api Bandung -
Garut - Tasikmalaya; dan
b. reaktivasi jalur kereta api Cikajang - Cibatu.
(3) Pengembangan stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berupa reaktivasi dan renovasi stasiun, terletak di:
a. Kecamatan Cibatu;
b. Kecamatan Garut Kota;
c. Kecamatan Samarang; dan
d. Kecamatan Cikajang.

12. Ketentuan Pasal 16 ayat (2) huruf b, ayat (4) huruf a, dan ayat (5) huruf a diubah,
diantara huruf a dan huruf b ayat (3) disisipkan 1 (satu) huruf, yakni
huruf a1 dan ayat (5) ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf c, sehingga Pasal 16
berbunyi sebagai berikut:

Paragraf 6
Sistem Jaringan Energi

Pasal 16
(1) Rencana sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (3) huruf a, meliputi:
a. jaringan energi bahan bakar minyak dan gas;
26

b. jaringan transmisi tenaga listrik;


c. jaringan prasarana tenaga listrik; dan
d. jaringan pembangkit listrik terbarukan.
(2) Jaringan energi bahan bakar minyak dan gas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, meliputi:
a. pengembangan jaringan pipa minyak melintasi wilayah Kabupaten; dan
b. pengembangan Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE),
terletak di:
1. Kecamatan Banyuresmi;
2. Kecamatan Cilawu;
3. Kecamatan Cisurupan;
4. Kecamatan Pameungpeuk;
5. Kecamatan Bungbulang; dan
6. Kecamatan Balubur Limbangan.
(3) Jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), meliputi:
1. Kecamatan Pamulihan;
2. Kecamatan Pakenjeng;
3. Kecamatan Cikelet;
4. Kecamatan Pameungpeuk;
5. Kecamatan Pasirwangi;
6. Kecamatan Samarang;
7. Kecamatan Tarogong Kaler;
8. Kecamatan Tarogong Kidul;
9. Kecamatan Garut Kota; dan
10. Kecamatan Cilawu.
a1. pembangunan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), meliputii:
1. Transmisi PLTP Kraha Bodas - Garut
2. Transmisi Bandung Selatan - Garut
3. Transmisi Darajat - Garut
4. Transmisi Garut - Tasikmalaya
5. Transmisi Kamojang - Darajat
6. Transmisi Malangbong Baru - Cikijing
7. Transmisi Malangbong Baru - New Tasikmalaya
8. Transmisi Garut II/Leles - Inc. (Garut-Bandung Selatan)
9. Transmisi Pameungpeuk Baru - Karangnunggal
b. penambahan dan perbaikan jaringan listrik, meliputi seluruh kecamatan;
dan
c. mengoptimalkan pelayanan listrik meliputi seluruh kecamatan.
27

(4) Jaringan prasarana tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
meliputi:
a. pembangunan gardu induk, terletak di:
1. Perkotaan Garut, meliputi:
a) Kecamatan Garut Kota; dan
b) Kecamatan Cilawu.
2. Kecamatan Malangbong;
3. Kecamatan Leles;
4. Kecamatan Pameungpeuk; dan
5. Kecamatan Pamulihan.
b. pembangunan gardu distribusi berada di seluruh kecamatan; dan
c. peningkatan kapasitas pembangkit listrik berupa peningkatan Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), terdiri atas:
1. PLTP Darajat berada di Kecamatan Pasirwangi; dan
2. PLTP Kamojang berada di Kecamatan Samarang.
(5) Pembangunan jaringan pembangkit listrik terbarukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. pengembangan pemanfaatan sumber energi panas bumi terdiri atas:
1. pembangunan PLTP Gunung Papandayan berada di Kecamatan
Cisurupan;
2. pembangunan PLTP Cilayu berada di Kecamatan Cisewu;
3. pembangunan PLTP Ciarinem berada di Kecamatan Pakenjeng;
4. pembangunan PLTP Gunung Guntur Masigit berada di Kecamatan
Tarogong Kaler;
5. pembangunan PLTP Karaha Bodas berada di Kecamatan
Karangtengah; dan
6. pembangunan PLTP Talaga Bodas berada di Kecamatan Wanaraja.
b. pengembangan pemanfaatan sumber energi air skala kecil berupa
Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hidro, Mikro Hidro, dan Mini Hidro berada
di wilayah pengelolaan Sungai Ciwulan - Cilaki dan Sungai Cimanuk -
Cisanggarung; dan
c. pemanfaatan teknologi sel surya di seluruh kecamatan.

13. Ketentuan Pasal 18 diubah, sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai berikut:

Paragraf 8
Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 18
(1) Rencana sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 pada ayat (3) huruf c, meliputi:
a. jaringan sumber daya air lintas Kabupaten;
b. WS, DAS dan rencana waduk;
c. jaringan irigasi;
28

d. jaringan air baku untuk air minum; dan


e. wilayah CAT.
(2) Jaringan sumber daya air lintas Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a berupa rehabilitasi dan pemeliharaan, meliputi:
a. Sungai Cimanuk;
b. Sungai Ciwulan; dan
c. Sungai Cilaki.
(3) WS, DAS, dan rencana waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. WS, terletak di:
1. Cimanuk - Cisanggarung; dan
2. Ciwulan - Cilaki.
b. DAS, terdiri atas:
1. Cimanuk;
2. Ciwulan;
3. Cilaki;
4. Cikaengan;
5. Pasirgebang;
6. Cipadarum;
7. Cicukang Jambe;
8. Cibako;
9. Cijeruk;
10. Cibaluk;
11. Cicarulang;
12. Cisanggiri;
13. Cibaregbeg;
14. Palebuh;
15. Cicurug;
16. Cibalanak;
17. Cipalebuh;
18. Cilauteureun;
19. Cikoer;
20. Cikarang;
21. Cipasarangan;
22. Ciseudeuhan;
23. Cimangke;
24. Ciraya;
25. Cikalapa;
26. Cicadas;
27. Citeureup;
29

28. Cimari;
29. Cicalengka;
30. Karangsari;
31. Cidahon;
32. Cikandang;
33. Cibuhung;
34. Ciseureuh;
35. Citanggeuleuk;
36. Cigentong;
37. Ciguha;
38. Ciparat;
39. Cicadas Ngampar;
40. Cianda;
41. Cikaso;
42. Cipancong;
43. Cihideung;
44. Cilayu;
45. Cikawung;
46. Ciangsana; dan
47. Ciawi.
c. Rencana pembangunan waduk, terdiri atas:
1. Waduk Cibatarua berada di Kecamatan Pamulihan; dan
2. Waduk Cibedah berada di Kecamatan Cilawu.
(4) Jaringan Irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a. pembangunan jaringan irigasi teknis berupa DI, terletak di:
1. DI Leuwigoong berada di:
a) Kecamatan Garut Kota;
b) Kecamatan Tarogong Kidul;
c) Kecamatan Banyuresmi;
d) Kecamatan Wanaraja;
e) Kecamatan Pangatikan;
f) Kecamatan Sukawening;
g) Kecamatan Cibatu;
h) Kecamatan Kersamanah;
i) Kecamatan Leuwigoong;
j) Kecamatan Cibiuk;
k) Kecamatan Leles; dan
l) Kecamatan Malangbong.
30

2. DI Leuwileuksa berada di Kecamatan Caringin;


3. DI Sentragoyang berada di Kecamatan Pakenjeng;
4. DI Ciakar berada di Kecamatan Pakenjeng;
5. DI Cikaengan II berada di Kecamatan Peundeuy; dan
6. DI Cimanuk II berada di Kecamatan Tarogong Kidul.
b. peningkatan pengelolaan jaringan irigasi dalam DI kewenangan
Kabupaten; dan
c. rehabilitasi pada bangunan dan saluran irigasi primer, sekunder dan
tersier dalam DI sebagaimana dimaksud pada huruf b.
(5) Sistem jaringan air baku untuk air minum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d berupa mengoptimalkan sumber air baku Sungai Cipalebuh
Kecamatan Pameungpeuk, dan pemanfaatan situ dan mata air yang tersebar di
seluruh kecamatan, serta sumber air lainnya.
(6) Wilayah CAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dengan luas kurang
lebih 174.160 (seratus tujuh puluh empat ribu seratus enam puluh) hektar,
meliputi:
a. CAT Garut;
b. CAT Banjarsari; dan
c. CAT Malangbong.
(7) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

14. Ketentuan Pasal 19 diubah, sehingga Pasal 19 berbunyi sebagai berikut:

Paragraf 9
Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan

Pasal 19
(1) Rencana jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (3) huruf d, meliputi:
a. sistem pengelolaan persampahan;
b. sistem pengelolaan air limbah;
c. sistem pelayanan air minum; dan
d. sistem pelayanan drainase.
(2) Sistem pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi:
a. mengoptimalkan TPS di PKL, PPK, dan PPL;
b. pengembangan Pengelolaan Persampahan dengan metoda recycle, reuse,
reduce (3R) dan sistem pengomposan;
c. pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya;
d. mengoptimalkan TPPAS Regional Legok Nangka dengan cakupan wilayah
sebagai berikut:
1. Kecamatan Leles;
31

2. Kecamatan Kadungora;
3. Kecamatan Balubur Limbangan;
4. Kecamatan Karangtengah;
5. Kecamatan Leuwigoong;
6. Kecamatan Selaawi;
7. Kecamatan Kersamanah;
8. Kecamatan Cibatu;
9. Kecamatan Cibiuk;
10. Kecamatan Sukawening; dan
11. Kecamatan Malangbong.
e. revitalisasi dan penataan TPA Pasir Bajing berada di Kecamatan
Banyuresmi dengan cakupan wilayah sebagai berikut:
1. Kecamatan Tarogong Kaler;
2. Kecamatan Tarogong Kidul;
3. Kecamatan Garut Kota;
4. Kecamatan Banyuresmi;
5. Kecamatan Cilawu;
6. Kecamatan Karangpawitan;
7. Kecamatan Wanaraja;
8. Kecamatan Sucinaraja;
9. Kecamatan Samarang;
10. Kecamatan Pasirwangi;
11. Kecamatan Bayongbong;
12. Kecamatan Cigedug; dan
13. Kecamatan Pangatikan.
f. pembangunan TPA baru di Kecamatan Banyuresmi dengan cakupan
wilayah sebagai berikut:
1. Kecamatan Tarogong Kaler;
2. Kecamatan Tarogong Kidul;
3. Kecamatan Garut Kota;
4. Kecamatan Banyuresmi;
5. Kecamatan Cilawu;
6. Kecamatan Karangpawitan;
7. Kecamatan Wanaraja;
8. Kecamatan Sucinaraja;
9. Kecamatan Samarang;
10. Kecamatan Pasirwangi;
11. Kecamatan Bayongbong;
12. Kecamatan Cigedug; dan
13. Kecamatan Pangatikan.
32

g. pembangunan TPA Caringin dengan cakupan wilayah sebagai berikut:


1. Kecamatan Talegong;
2. Kecamatan Pamulihan;
3. Kecamatan Caringin;
4. Kecamatan Bungbulang;
5. Kecamatan Pakenjeng;
6. Kecamatan Cisewu; dan
7. Kecamatan Mekarmukti.
h. pembangunan TPA Pameungpeuk dengan cakupan wilayah sebagai
berikut:
1. Kecamatan Cikelet;
2. Kecamatan Pameungpeuk;
3. Kecamatan Cisompet,
4. Kecamatan Cihurip; dan
5. Kecamatan Cibalong.
i. pembangunan TPA Banjarwangi dengan cakupan wilayah sebagai berikut:
1. Kecamatan Peundeuy;
2. Kecamatan Singajaya;
3. Kecamatan Banjarwangi;
4. Kecamatan Sukaresmi;
5. Kecamatan Cisurupan; dan
6. Kecamatan Cikajang.
(3) Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. revitalisasi IPAL di Sukaregang Kelurahan Kota Wetan berada di
Kecamatan Garut Kota;
b. pembangunan IPAL Terpadu di Kampung Copong Kelurahan Sukamentri
Kecamatan Garut Kota;
c. revitalisasi IPLT berada di Bojonglarang Kelurahan Sukamentri Kecamatan
Garut Kota;
d. pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan pada kawasan
peruntukan industri; dan
e. peningkatan akses pengelolaan air limbah baik sistem on site maupun off
site yang terpusat di perkotaan maupun perdesaan.
(4) Sistem pelayanan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
meliputi:
a. pengembangan sistem perpipaan di kawasan perkotaan;
b. pengembangan sistem perpipaan dan non perpipaan di Ibu Kota
Kecamatan (IKK);
c. peningkatan cakupan dan kapasitas pelayanan air minum;
d. peningkatan pengelolaan air minum berbasis masyarakat pada kawasan
perdesaan; dan
33

e. pengembangan alternatif sumber pembiayaan.


(5) Sistem pelayanan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi:
a. pengembangan drainase mikro, meliputi:
1. pembangunan prasarana drainase permukiman perkotaan dan
perdesaan; dan
2. penataan sistem prasarana drainase secara terpadu, meliputi primer,
sekunder dan tersier.
b. pengembangan drainase makro melalui normalisasi dan rehabilitasi
sungai;
c. peningkatan pelibatan stakeholders;
d. peningkatan kapasitas pengelolaan maupun kelembagaan; dan
e. pengembangan alternatif pembiayaan pelayanan drainase.

15. Di antara Pasal 19 dan Pasal 20 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 19A yang
berbunyi sebagai berikut:

Paragraf 10
Sistem Jaringan Prasarana Mitigasi Bencana

Pasal 19A
(1) Rencana jaringan prasarana mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (3) huruf e, meliputi:
a. sistem pengendalian banjir;
b. sistem pengendalian gerakan tanah dan longsor;
c. sistem pengamanan abrasi pantai, gelombang pasang, dan tsunami;
d. sistem pengamanan letusan gunungapi; dan
e. jalur dan tempat evakuasi bencana.
(2) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. pembangunan, peningkatan, dan pemeliharaan jaringan drainase utama,
sekunder dan tersier pada PKL, dan PPK;
b. pembuatan terasering;
c. pembangunan check dam di badan sungai utama dan anak-anak sungai;
d. rehabilitasi situ;
e. pembangunan tanggul banjir di sepanjang sungai utama dan anak-anak
sungai;
f. peningkatan kapasitas penampang sungai;
g. pembangunan polder untuk menampung air banjir dan kemudian
mengalirkan air banjir pada saat memungkinkan dengan cara gravitasi
atau menggunakan pompa;
h. pembangunan bendung dan sabodam di wilayah yang tepat di DAS
Cimanuk dan DAS lain untuk menurunkan debit air sungai;
i. normalisasi sungai, saluran, waduk, dan situ;
34

j. pembangunan dan pemeliharaan jalan inspeksi sungai;


k. peningkatan jalan inspeksi menjadi jalan kolektor untuk menunjang
pembangunan menghadap sungai;
l. pemanfaatan ruang di sempadan sungai sebagai RTH dan pengendali
banjir;
m. penyediaan daerah genangan untuk menampung air banjir; dan
n. penyediaan sistem peringatan dini.
(3) Sistem pengendalian erosi dan longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi:
a. pembangunan bangunan penahan longsor;
b. penyediaan sistem peringatan dini; dan
c. pelandaian atau penyesuaian tingkat kecuraman lereng pada lokasi-lokasi
yang dimungkinkan.
(4) Sistem pengamanan abrasi pantai, gelombang pasang, dan tsunami
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a. pembangunan prasarana penahan dan pemecah ombak di pantai;
b. penurapan;
c. pembangunan jetty dan sistem polder yang dilengkapi dengan sistem
pengendali;
d. pemasangan buoy (tsunami warning system); dan
e. penyediaan sistem peringatan dini.
(5) Sistem pengamanan letusan gunung api sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, meliputi:
a. pembangunan sabodam pada kawasan rawan banjir lahar akibat letusan
gunungapi;
b. pembangunan stasiun pengamatan aktivitas gunungapi; dan
c. penyediaan sistem peringatan dini.
(6) Jalur dan tempat evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e,meliputi:
a. penetapan jalur dan tempat evakuasi bencana rawan gerakan tanah;
b. penetapan jalur dan tempat evakuasi bencana banjir;
c. penetapan jalur dan tempat evakuasi bencana letusan gunungapi;
d. penetapan jalur dan tempat evakuasi bencana gempa bumi;dan
e. penetapan jalur dan tempat evakuasi bencana tsunami.
(7) Penetapan jalur dan tempat evakuasi bencana rawan gerakan tanah,
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a, meliputi:
a. jalur evakuasi berupa jalur sekurang-kurangnya dapat dilalui oleh pejalan
kaki (pedestrian) menuju tempat evakuasi akhir;
b. jalur evakuasi menuju tempat evakuasi terletak di seluruh kecamatan; dan
c. tempat evakuasi akhir beruparuang terbuka dan/atau fasilitas umum
terdekat, terletak di seluruh kecamatan.
35

(8) Penetapan jalur dan tempat evakuasi bencana banjir sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) huruf b, meliputi:
a. jalur evakuasi, terdiri atas:
1. jalur evakuasi berupa jalur evakuasi darat dan jalur evakuasi air jika
kawasan sudah tergenang air;
2. jalur evakuasidarat sekurang-kurangnya dapat dilalui oleh pejalan
kaki (pedestrian) sedangkan jalur evakuasi air dapat dilalui dengan
perahu karet;
3. jalur evakuasi dirancang menjauhi garis pantai dan menjauhi aliran
sungai;
4. jalur evakuasi diusahakan tidak melintangi sungai atau jembatan;
5. supaya tidak terjadi penumpukan massa, dibuat jalur evakuasi
paralel; dan
6. jalur evakuasi darat, meliputi:
a) Sukapadang - Cikamiri;
b) Jalan Cimanuk;
c) Jalan Merdeka;
d) Jalan Jend. Sudirman;
e) Jalan Pembangunan;
f) Jalan Bratayudha;
g) Jalan Papandayan; dan
h) Jalan Ciledug.
b. Tempat evakuasi, meliputi:
1. Komando Resor Militer (Korem) 062 Tarumanagara berada
di Kecamatan Garut Kota;
2. Komando Distrik Militer (Kodim) 0611 berada di Kecamatan Garut
Kota; dan
3. gedung pemerintahan terletak di:
a) Kecamatan Tarogong Kidul;
b) Kecamatan Garut Kota; dan
c) Kecamatan Karangpawitan.
(9) Penetapan jalur dan tempat evakuasi bencana letusan gunungapi sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf c, meliputi:
a. kawasan rawan Gunungapi Guntur zona aman pada radius di atas
5 (lima) kilometer dengan jalur evakuasi, meliputi:
1. ruas jalan kolektor primer Batas Bandung/Garut - Garut dengan
tempat evakuasi sementara di Kecamatan Kadungora;
2. ruas jalan kolektor primer Garut - Cikajang dengan tempat evakuasi
sementara berada di Kecamatan Bayongbong; dan
3. ruas jalan kolektor primer Garut - Batas Garut/Tasikmalaya dengan
tempat evakuasi sementara berada di Kecamatan Cilawu.
36

b. kawasan rawan Gunungapi Papandayan zona aman pada radius di atas


5 (lima) kilometer, dengan jalur evakuasi melalui ruas jalan kolektor
primer Garut - Cikajang dengan tempat evakuasi sementara di Kecamatan
Bayongbong dan Kecamatan Cikajang;
c. kawasan rawan Gunungapi Talagabodas zona aman pada radius di atas
5 (lima) kilometer, dengan jalur evakuasi melalui ruas jalan kolektor
primer Jalan Wanaraja - Karangpawitan, Jalan Karangpawitan - Garut,
Jalan Wanaraja - Cihuni, Jalan Cihuni - Cibatu, dan ruas jalan lokal
primer Jalan Wanaraja - Talagabodas, Jalan Cipicung - Wanaraja, Jalan
Cihuni - Sukawening, Jalan Sukawening - Cinta, Jalan Sukawening -
Ancol - Caringin, Jalan Sukawening - Pasirjengkol, dengan tempat
evakuasi sementara di Kecamatan Sucinaraja, Kecamatan Wanaraja,
Kecamatan Pangatikan, Kecamatan Karangtengah, dan Kecamatan
Sukawening;
d. tempat evakuasi akhir bencana letusan Gunungapi Guntur, terletak di:
1. Kecamatan Wanaraja; dan
2. Kecamatan Balubur Limbangan.
e. tempat evakuasi akhir bencana letusan Gunungapi Papandayan
dipusatkan di Perkotaan Garut;
f. tempat evakuasi akhir bencana letusan Gunungapi Talagabodas, terletak
di:
1. Perkotaan Garut;
2. Kecamatan Cibatu; dan
3. Kecamatan Banyuresmi.
(10) Penetapan jalur dan tempat evakuasi bencana gempa bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf d, meliputi:
a. jalur evakuasi berupa jalur sekurang-kurangnya dapat dilalui oleh pejalan
kaki (pedestrian) menuju tempat evakuasi akhir;
b. jalur evakuasi menuju tempat evakuasi terletak di seluruh kecamatan; dan
c. tempat evakuasi berupa ruang terbuka dan/atau fasilitas umum terdekat,
terletak di seluruh kecamatan.
(11) Penetapan jalur dan tempat evakuasi bencana tsunami sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) huruf e, meliputi:
a. jalur evakuasi, terdiri atas:
1. ruas jalan Cikajang - Pameungpeuk;
2. ruas jalan Bungbulang - Sukarame;
3. ruas jalan Bungbulang - Cijayana;
4. ruas jalan Singajaya - Toblong - Cimadang; dan
5. ruas jalan Rancabuaya - Cukul.
b. tempat evakuasi sementara, meliputi:
1. PKL Pameungpeuk dan sekitarnya titik pengungsian menuju
Kecamatan Cisompet; dan
2. PKL Perkotaan Rancabuaya dan sekitarnya titik pengungsian menuju
Kecamatan Caringin.
c. tempat evakuasi akhir dipusatkan di Perkotaan Garut.
37

(12) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalur dan tempat evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

16. Ketentuan Lampiran VI Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29


Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut
Tahun 2011-2031 diubah, sehingga berbunyi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

17. Ketentuan Pasal 21 diubah, sehingga Pasal 21 berbunyi sebagai berikut:

Bagian Kedua
Kawasan Lindung Wilayah Kabupaten

Pasal 21
Rencana kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
huruf a meliputi:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan konservasi;
c. kawasan cagar budaya;
d. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
e. kawasan perlindungan setempat;
f. kawasan lindung geologi;
g. kawasan rawan bencana alam; dan
h. kawasan lindung lainnya.

18. Ketentuan Pasal 22 diubah, sehingga Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 22
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a
dengan luas kurang lebih 73.488 (tujuh puluh tiga ribu empat ratus delapan puluh
delapan) hektar, terletak di:
a. Kecamatan Cisewu;
b. Kecamatan Caringin;
c. Kecamatan Talegong;
d. Kecamatan Bungbulang;
e. Kecamatan Pamulihan;
f. Kecamatan Pakenjeng;
g. Kecamatan Cikelet;
h. Kecamatan Cisompet;
i. Kecamatan Peundeuy;
j. Kecamatan Singajaya;
k. Kecamatan Cihurip;
l. Kecamatan Banjarwangi;
m. Kecamatan Cikajang;
38

n. Kecamatan Cilawu;
o. Kecamatan Bayongbong;
p. Kecamatan Cigedug;
q. Kecamatan Cisurupan;
r. Kecamatan Sukaresmi;
s. Kecamatan Samarang;
t. Kecamatan Pasirwangi;
u. Kecamatan Tarogong Kaler;
v. Kecamatan Garut Kota;
w. Kecamatan Karangpawitan;
x. Kecamatan Pangatikan;
y. Kecamatan Sucinaraja;
z. Kecamatan Sukawening;
aa. Kecamatan Karangtengah;
bb. Kecamatan Leles;
cc. Kecamatan Cibatu;
dd. Kecamatan Kersamanah;
ee. Kecamatan Cibiuk;
ff. Kecamatan Kadungora;
gg. Kecamatan Balubur Limbangan;
hh. Kecamatan Leuwigoong;
ii. Kecamatan Malangbong; dan
jj. Kecamatan Wanaraja.

19. Ketentuan Pasal 23 diubah, sehingga Pasal 23 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 23
(1) Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 pada ayat (1)
huruf b, meliputi:
a. kawasan cagar alam;
b. kawasan cagar alam laut;
c. kawasan taman wisata alam; dan
d. kawasan taman buru.
(2) Kawasan Cagar Alam (CA) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. CA Leuweung Sancang dengan luas kurang lebih 2.324 (dua ribu tiga
ratus dua puluh empat) hektar berada di Kecamatan Cibalong.
b. CA Talaga Bodas dengan luas kurang lebih 240 (dua ratus empat puluh)
hektar, terletak di:
1. Kecamatan Pangatikan;
2. Kecamatan Wanaraja; dan
39

3. Kecamatan Sucinaraja.
c. CA Gunung Papandayan dengan luas kurang lebih 4.922 (empat ribu
sembilan ratus dua puluh dua) hektar, terletak di:
1. Kecamatan Pasirwangi;
2. Kecamatan Sukaresmi;
3. Kecamatan Cikajang;
4. Kecamatan Cisurupan; dan
5. Kecamatan Pamulihan.
d. CA Kamojang dengan luas kurang lebih 4.748 (empat ribu tujuh ratus
empat puluh delapan) hektar, terletak di:
1. Kecamatan Tarogong Kaler;
2. Kecamatan Leles;
3. Kecamatan Samarang;
4. Kecamatan Pasirwangi; dan
5. Kecamatan Banyuresmi.
e. CA Gunung Simpang dengan luas kurang lebih 54 (lima puluh empat)
hektar, terletak di Kecamata Talegong
(3) Kawasan Cagar Alam (CA) Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berupa CA Laut Leuweung Sancang dengan luas kurang lebih 0,25 (nol koma
dua puluh lima) hektar berada di Kecamatan Cibalong.
(4) Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, meliputi:
a. TWA Talaga Bodas dengan luas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar
berada di:
1. Kecamatan Pangatikan; dan
2. Kecamatan Wanaraja.
b. TWA Gunung Guntur dengan luas kurang lebih 264 (dua ratus enam
puluh empat) hektar berada di:
1. Kecamatan Tarogong Kaler;
2. Kecamatan Banyuresmi; dan
3. Kecamatan Leles.
c. TWA Gunung Papandayan dengan luas kurang lebih 222 (dua ratus dua
puluh dua) hektar berada di Kecamatan Cisurupan; dan
d. TWA Kamojang dengan luas kurang lebih 211 (dua ratus sebelas) hektar
berada di Kecamatan Samarang.
(5) Kawasan Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d dengan luas kurang lebih 2.766 (dua ribu tujuh ratus enam
puluh enam) hektar berada di:
a. Kecamatan Selaawi; dan
b. Kecamatan Balubur Limbangan.
40

20. Ketentuan Pasal 24 huruf c diubah, dan ditambah 4 (empat) huruf, yakni
huruf g, huruf h, huruf i, dan huruf j, sehingga Pasal 24 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 24
Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
huruf c, meliputi:
a. Kawasan Candi Cangkuang berada di Kecamatan Leles;
b. Makam Keramat Godog berada di Desa Lebak Agung Kecamatan
Karangpawitan;
c. Makam Keramat Linggaratu berada di Desa Sindangpalay Kecamatan
Karangpawitan;
d. Makam Keramat Cinunuk berada di Desa Cinunuk Kecamatan Wanaraja;
e. Cagar Budaya Ciburuy berada di Desa Ciburuy Kecamatan Bayongbong;
f. Makam Keramat Gunung Nagara berada di Kecamatan Cisompet;
g. Makam Keramat Sunan Pancer (Prabuwijaya Kusumah Adipati Liman Sanjaya
Kusumah) berada di Desa Pasirwaru Kecamatan Balubur Limbangan;
h. Makam Keramat Syeh Jafar Sidik di Desa Cipareuan Kecamatan Cibiuk;
i. Makam Keramat Bunga Rungkup di Desa Girimukti Kecamatan Cibatu; dan
j. Makam Kramat Sunan Prabu Jaya Kusumah di Kampung Porongol Desa
Ciwangi Kecamatan Balubur Limbangan.

21. Ketentuan Pasal 25 diubah, sehingga Pasal 25 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 25
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf d berupa kawasan resapan
air dengan luas kurang lebih 14.559 (empat belas ribu lima ratus lima puluh
sembilan) hektar terletak di:
a. Kecamatan Banjarwangi;
b. Kecamatan Banyuresmi;
c. Kecamatan Bayongbong;
d. Kecamatan Bl. Limbangan;
e. Kecamatan Cibatu;
f. Kecamatan Cibiuk;
g. Kecamatan Cigedug;
h. Kecamatan Cikajang;
i. Kecamatan Cilawu;
j. Kecamatan Cisurupan;
k. Kecamatan Garut Kota;
l. Kecamatan Kadungora;
m. Kecamatan Karangtengah;
n. Kecamatan Karangpawitan;
o. Kecamatan Kersamanah;
p. Kecamatan Leles;
41

q. Kecamatan Leuwigoong;
r. Kecamatan Malangbong;
s. Kecamatan Pamulihan;
t. Kecamatan Pangatikan;
u. Kecamatan Pasirwangi;
v. Kecamatan Samarang;
w. Kecamatan Selaawi;
x. Kecamatan Sucinaraja;
y. Kecamatan Sukaresmi;
z. Kecamatan Sukawening;
aa. Kecamatan Talegong;
bb. Kecamatan Tarogong Kaler; dan
cc. Kecamatan Wanaraja.

22. Ketentuan Pasal 26 diubah, sehingga Pasal 26 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 26
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (1) huruf e, meliputi:
a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai;
c. kawasan sekitar danau/situ;
d. kawasan sekitar mata air (MA);
e. kawasan ruang terbuka hijau (RTH); dan
f. kawasan sekitar waduk.
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat dengan luas kurang lebih 543 (lima ratus empat puluh
tiga) hektar, terletak di:
a. Kecamatan Cibalong;
b. Kecamatan Pameungpeuk;
c. Kecamatan Cikelet;
d. Kecamatan Pakenjeng;
e. Kecamatan Mekarmukti;
f. Kecamatan Bungbulang; dan
g. Kecamatan Caringin.
42

(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi kawasan kiri-kanan sepanjang sungai dengan luas kurang lebih
3.691 (tiga ribu enam ratus sembilan puluh satu) hektar, terletak di seluruh
kecamatan, dengan ketentuan:
a. paling sedikit berjarak 3 (tiga) meter dari tepi luar kaki tanggul untuk
sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, dikecualikan untuk
Sungai Cimanuk yang berada di Kawasan Perkotaan Garut ditetapkan
sempadan sungai paling sedikit 30-50 (tiga puluh sampai lima puluh)
meter dan/atau disesuaikan dengan kondisi fisik dan morfologi sungai;
b. paling sedikit berjarak 5 (lima) meter dari tepi luar kaki tanggul untuk
sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan;
c. paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter untuk sungai tidak bertanggul
di dalam kawasan perkotaan, dengan kedalaman sungai kurang dari atau
sama dengan 3 (tiga) meter;
d. paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter untuk sungai tidak bertanggul
di dalam kawasan perkotaan, dengan kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga)
meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter;
e. paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter untuk sungai tidak bertanggul
di dalam kawasan perkotaan, dengan kedalaman sungai lebih dari 20 (dua
puluh) meter; dan
f. ketentuan lebih lanjut mengenai sempadan Sungai Cimanuk yang berada
di kawasan Perkotaan Garut sebagaimana dimaksud pada huruf a diatur
dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah tersendiri.
(4) Kawasan sempadan danau/situ sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, meliputi kawasan di sekitar danau/situ paling sedikit berjarak
50 (lima puluh) meter dari tepi muka air tertinggi yang pernah terjadi dengan
luas kurang lebih 47 (empat puluh tujuh) hektar, terletak di:
a. Kecamatan Banyuresmi;
b. Kecamatan Leles; dan
c. Kecamatan Leuwigoong.
(5) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi kawasan yang mengelilingi mata air paling sedikit berjarak 200 (dua
ratus) meter dari pusat mata air, terletak di:
a. Kecamatan Garut Kota;
b. Kecamatan Wanaraja;
c. Kecamatan Karangpawitan;
d. Kecamatan Tarogong Kaler;
e. Kecamatan Samarang;
f. Kecamatan Banyuresmi;
g. Kecamatan Leles;
h. Kecamatan Kadungora;
i. Kecamatan Cibatu;
j. Kecamatan Malangbong;
k. Kecamatan Sukawening;
l. Kecamatan Bayongbong;
43

m. Kecamatan Cisurupan;
n. Kecamatan Cilawu;
o. Kecamatan Cikajang;
p. Kecamatan Banjarwangi;
q. Kecamatan Singajaya;
r. Kecamatan Peundeuy;
s. Kecamatan Cisompet;
t. Kecamatan Cibalong;
u. Kecamatan Cikelet;
v. Kecamatan Bungbulang;
w. Kecamatan Pakenjeng;
x. Kecamatan Talegong; dan
y. Kecamatan Pamulihan.
(6) Ruang terbuka hijau (RTH) kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e dengan luas kurang lebih 7.580 (tujuh ribu lima ratus delapan
puluh) hektar, terletak di:
a. Perkotaan Garut;
b. Perkotaan Pameungpeuk;
c. Perkotaan Cikajang; dan
d. Perkotaan Rancabuaya.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai RTH kawasan perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) diatur lebih lanjut dalam Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri.
(8) Kawasan sekitar waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, meliputi
kawasan di sekitar waduk, terletak di
a. Waduk Cibatarua berada di Kecamatan Pamulihan; dan
b. Waduk Cibedah berada di Kecamatan Cilawu.

23. Ketentuan Pasal 27 diubah, sehingga Pasal 27 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 27
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (1) huruf f, meliputi:
a. kawasan rawan bencana gerakan tanah;
b. kawasan rawan bencana gunungapi; dan
c. kawasan rawan bencana banjir.
(2) Kawasan rawan bencana gerakan tanah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi kawasan yang berada pada zona kerentanan gerakan
tanah menengah dengan luas kurang lebih 37.629 (tiga puluh tujuh ribu enam
ratus dua puluh sembilan) hektar dan zona kerentanan gerakan tanah tinggi
dengan luas kurang lebih 7.207 (tujuh ribu dua ratus tujuh) hektar, terletak di
seluruh kecamatan.
44

(3) Kawasan rawan bencana gunungapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi KRB III Bahaya Jatuhan dan Bahaya Aliran dengan luas
kurang lebih 1.090 (seribu sembilan puluh) hektar, KRB II Bahaya Aliran yang
berada pada KRB II Bahaya Jatuhan dengan luas kurang lebih 493 (empat
ratus sembilan puluh tiga) hektar, dan KRB I Bahaya Aliran dengan luas
kurang lebih 1.384 (seribu seratus delapan puluh empat) hektar, terletak di:
a. Kecamatan Banyuresmi;
b. Kecamatan Bayongbong;
c. Kecamatan Cibiuk;
d. Kecamatan Cigedug;
e. Kecamatan Cikajang;
f. Kecamatan Cisurupan;
g. Kecamatan Garut Kota;
h. Kecamatan Kadungora;
i. Kecamatan Karangpawitan;
j. Kecamatan Leles;
k. Kecamatan Pamulihan;
l. Kecamatan Pangatikan;
m. Kecamatan Samarang;
n. Kecamatan Sucinaraja;
o. Kecamatan Tarogong Kaler;
p. Kecamatan Tarogong Kidul;
q. Kecamatan Wanaraja;
r. Kecamatan Sukawening;
s. Kecamatan Sukaresmi;
t. Kecamatan Karangtengah;
u. Kecamatan Cilawu;
v. Kecamatan Pasirwangi;
w. Kecamatan Cibatu; dan
x. Kecamatan Balubur Limbangan.
(4) Kawasan rawan bencana banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d berupa kawasan terdampak banjir bandang dengan luas kurang lebih
63 (enam puluh tiga) hektar, terletak di:
a. Kecamatan Tarogong Kidul;
b. Kecamatan Garut Kota; dan
c. Kecamatan Karangpawitan.
45

24. Ketentuan Pasal 29 diubah, sehingga Pasal 29 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 29
(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
huruf h, meliputi:
a. kawasan hutan mangrove;
b. kawasan padang lamun; dan
c. kawasan terumbu karang.
(2) Kawasan hutan mangrove sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berada
di daerah pasang surut, terletak di :
a. Kecamatan Cibalong;
b. Kecamatan Pameungpeuk;
c. Kecamatan Cikelet;
d. Kecamatan Pakenjeng;
e. Kecamatan Mekarmukti; dan
f. Kecamatan Caringin.
(3) Kawasan padang lamun sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b berada di
daerah pasang surut, terletak di:
a. Kecamatan Pameungpeuk; dan
b. Kecamatan Bungbulang.
(4) Kawasan terumbu karang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berada
di daerah pasang surut, terletak di:
a. Kecamatan Pameungpeuk; dan
b. Kecamatan Bungbulang.

25. Ketentuan Lampiran VIII Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29


Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut
Tahun 2011-2031 dihapus.

26. Ketentuan Pasal 31 ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga Pasal 31 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 31
(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. kawasan peruntukan hutan produksi terbatas; dan
b. kawasan peruntukan hutan produksi tetap.
(2) Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dengan luas kurang lebih 13.130 (tiga belas ribu seratus tiga
puluh) hektar, terletak di:
a. Kecamatan Cikelet;
b. Kecamatan Cibalong;
c. Kecamatan Cisompet;
d. Kecamatan Pameungpeuk;
46

e. Kecamatan Caringin;
f. Kecamatan Malangbong;
g. Kecamatan Peundeuy;
h. Kecamatan Selaawi;
i. Kecamatan Bungbulang; dan
j. Kecamatan Cisewu.
(3) Kawasan peruntukan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dengan luas kurang lebih 1.250 (seribu dua ratus lima puluh)
hektar terletak di Kecamatan Malangbong.

27. Ketentuan Pasal 32 diubah, sehingga Pasal 32 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 32
Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf b berupa lahan di luar kawasan hutan dengan luas kurang lebih
17.076 (tujuh belas ribu tujuh puluh enam) hektar, terletak di:
a. Kecamatan Cisewu;
b. Kecamatan Caringin;
c. Kecamatan Talegong;
d. Kecamatan Bungbulang;
e. Kecamatan Mekarmukti;
f. Kecamatan Pamulihan;
g. Kecamatan Pakenjeng;
h. Kecamatan Cikelet;
i. Kecamatan Pameungpeuk;
j. Kecamatan Cibalong;
k. Kecamatan Cisompet;
l. Kecamatan Peundeuy;
m. Kecamatan Singajaya;
n. Kecamatan Cihurip;
o. Kecamatan Banjarwangi;
p. Kecamatan Cikajang;
q. Kecamatan Cilawu;
r. Kecamatan Bayongbong;
s. Kecamatan Cigedug;
t. Kecamatan Cisurupan;
u. Kecamatan Sukaresmi;
v. Kecamatan Samarang;
w. Kecamatan Pasirwangi;
x. Kecamatan Tarogong Kaler;
y. Kecamatan Garut Kota;
47

z. Kecamatan Karangpawitan;
aa. Kecamatan Karangtengah
bb. Kecamatan Wanaraja;
cc. Kecamatan Pangatikan;
dd. Kecamatan Sukawening;
ee. Kecamatan Banyuresmi;
ff. Kecamatan Leles;
gg. Kecamatan Leuwigoong;
hh. Kecamatan Cibatu;
ii. Kecamatan Kersamanah;
jj. Kecamatan Cibiuk;
kk. Kecamatan Kadungora;
ll. Kecamatan Balubur Limbangan;
mm. Kecamatan Selaawi;
nn. Kecamatan Malangbong; dan
oo. Kecamatan Sucinaraja.

28. Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga Pasal 33 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 33
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf c, meliputi:
a. kawasan peruntukan tanaman pangan; dan
b. kawasan peruntukan perkebunan.
(2) Kawasan peruntukan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. kawasan peruntukan pertanian lahan basah dengan luas kurang lebih
35.086 (tiga puluh lima ribu delapan puluh enam) hektar, terletak
di seluruh kecamatan;
b. kawasan peruntukan pertanian lahan kering dengan luas kurang lebih
38.881 (tiga puluh delapan ribu delapan ratus delapan puluh satu) hektar,
terletak di seluruh kecamatan; dan
c. kawasan peruntukan pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dan kawasan peruntukan pertanian lahan kering
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, selanjutnya ditetapkan
sebagai KP2B dengan luas kurang lebih 44.028 (empat puluh empat ribu
dua puluh delapan) hektar, terdiri dari kawasan pertanian lahan basah
dengan luas kurang lebih 33.073 (tiga puluh tiga ribu tujuh puluh tiga)
hektar dan kawasan pertanian lahan kering dengan luas kurang lebih
10.955 (sepuluh ribu sembilan ratus lima puluh lima) hektar terletak di
seluruh kecamatan.
48

(3) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30


ayat (1) huruf b dengan luas kurang lebih 26.542 (dua puluh enam ribu lima
ratus empat puluh dua) hektar, meliputi:
a. Perkebunan Rakyat, terletak di:
1. Kecamatan Banjarwangi;
2. Kecamatan Cigedug;
3. Kecamatan Cihurip;
4. Kecamatan Cikajang;
5. Kecamatan Cikelet;
6. Kecamatan Cilawu;
7. Kecamatan Cisompet;
8. Kecamatan Pakenjeng;
9. Kecamatan Pamulihan;
10. Kecamatan Singajaya;
11. Kecamatan Talegong;
b. Perkebunan Besar Negara (PBN), terletak di:
1. Kecamatan Cisompet;
2. Kecamatan Cikajang;
3. Kecamatan Cilawu;
4. Kecamatan Cibalong;
5. Kecamatan Pamulihan; dan
6. PKL Perkotaan Rancabuaya.
c. Perkebunan Besar Swasta (PBS), terletak di:
1. Kecamatan Cikelet;
2. Kecamatan Pakenjeng;
3. dihapus;
4. Kecamatan Cisompet;
5. Kecamatan Banjarwangi;
6. Kecamatan Cigedug;
7. Kecamatan Cikajang;
8. Kecamatan Talegong; dan
9. PKL Perkotaan Rancabuaya.

29. Ketentuan Pasal 34 diubah, sehingga Pasal 34 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 34
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf d, meliputi:
a. kawasan peruntukan perikanan budi daya;
b. kawasan peruntukan perikanan tangkap; dan
c. prasarana perikanan.
49

(2) Kawasan peruntukan perikanan budi daya sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. budi daya air payau, terletak di:
1. Kecamatan Cibalong;
2. Kecamatan Pameungpeuk;
3. Kecamatan Cikelet;
4. Kecamatan Pakenjeng;
5. Kecamatan Bungbulang;
6. Kecamatan Mekarmukti; dan
7. Kecamatan Caringin.
b. budi daya air laut, terletak di:
1. Kecamatan Cibalong;
2. Kecamatan Pameungpeuk;
3. Kecamatan Cikelet;
4. Kecamatan Pakenjeng;
5. Kecamatan Bungbulang
6. Kecamatan Mekarmukti; dan
7. Kecamatan Caringin.
(3) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, meliputi:
a. perikanan tangkap di perairan umum; dan
b. perikanan tangkap di perairan laut, terletak di:
1. Kecamatan Pameungpeuk;
2. Kecamatan Cikelet;
3. Kecamatan Cibalong;
4. Kecamatan Pakenjeng;
5. Kecamatan Bungbulang;
6. Kecamatan Mekarmukti; dan
7. Kecamatan Caringin.
(4) Prasarana perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas:
a. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Cilauteureun berada di Kecamatan
Cikelet; dan
b. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), terletak di:
1. PPI Rancabuaya di Kecamatan Caringin;
2. PPI Cicalobak di Kecamatan Mekarmukti;
3. PPI Cimarimuara di Kecamatan Pakenjeng; dan
4. PPI Sancang di Kecamatan Cibalong.
50

30. Ketentuan Pasal 35 diubah, sehingga Pasal 35 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 35
(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf e, meliputi:
a. kawasan peruntukan pertambangan batuan;
b. kawasan peruntukan pertambangan mineral logam;
c. kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam;
d. kawasan peruntukan panas bumi; dan
e. kawasan peruntukan minyak dan gas bumi.
(2) Kawasan peruntukan pertambangan batuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, terletak di:
a. Kecamatan Leuwigoong;
b. Kecamatan Samarang;
c. Kecamatan Garut Kota;
d. Kecamatan Bayongbong;
e. Kecamatan Banyuresmi;
f. Kecamatan Leles;
g. Kecamatan Cibatu;
h. Kecamatan Pamulihan;
i. Kecamatan Cibalong;
j. Kecamatan Pameungpeuk;
k. Kecamatan Mekarmukti;
l. Kecamatan Balubur Limbangan;
m. Kecamatan Cikelet;
n. Kecamatan Cisompet;
o. Kecamatan Bungbulang;
p. Kecamatan Sucinaraja;
q. Kecamatan Pakenjeng;
r. Kecamatan Cisewu; dan
s. Kecamatan Talegong.
(3) Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, terletak di:
a. Kecamatan Cikajang;
b. Kecamatan Pamulihan;
c. Kecamatan Pakenjeng;
d. Kecamatan Bungbulang;
e. Kecamatan Caringin;
f. Kecamatan Mekarmukti;
g. Kecamatan Cisompet;
h. Kecamatan Cikelet;
51

i. Kecamatan Cibalong;
j. Kecamatan Pameungpeuk;
k. Kecamatan Singajaya;
l. Kecamatan Banjarwangi;
m. Kecamatan Peundeuy;
n. Kecamatan Cisewu; dan
o. Kecamatan Talegong.
(4) Kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, terletak di:
a. Kecamatan Samarang;
b. Kecamatan Cibatu;
c. Kecamatan Pamulihan;
d. Kecamatan Cibalong;
e. Kecamatan Pameungpeuk;
f. Kecamatan Mekarmukti;
g. Kecamatan Caringin;
h. Kecamatan Cisurupan;
i. Kecamatan Cikajang;
j. Kecamatan Balubur Limbangan;
k. Kecamatan Cikelet;
l. Kecamatan Cisompet;
m. Kecamatan Bungbulang;
n. Kecamatan Pasirwangi;
o. Kecamatan Pakenjeng;
p. Kecamatan Cisewu;
q. Kecamatan Talegong; dan
r. Kecamatan Leles.
(5) Kawasan peruntukan panas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, terletak di:
a. Kecamatan Pasirwangi
b. Kecamatan Talegong;
c. Kecamatan Cisurupan;
d. Kecamatan Sukaresmi;
e. Kecamatan Bayongbong;
f. Kecamatan Cilawu;
g. Kecamatan Samarang;
h. Kecamatan Leles;
i. Kecamatan Leuwigoong;
j. Kecamatan Kadungora;
k. Kecamatan Balubur Limbangan;
52

l. Kecamatan Selaawi;
m. Kecamatan Malangbong;
n. Kecamatan Kersamanah;
o. Kecamatan Sukawening;
p. Kecamatan Karangtengah;
q. Kecamatan Cibiuk;
r. Kecamatan Cibatu;
s. Kecamatan Pangatikan;
t. Kecamatan Sucinaraja;
u. Kecamatan Cigedug;
v. Kecamatan Tarogong Kaler; dan
w. Kecamatan Tarogong Kidul.
(6) Kawasan peruntukan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e, terletak di:
a. Kecamatan Cisewu;
b. Kecamatan Caringin;
c. Kecamatan Bungbulang;
d. Kecamatan Mekarmukti;
e. Kecamatan Pakenjeng;
f. Kecamatan Cikelet;
g. Kecamatan Pameungpeuk;
h. Kecamatan Cisompet;
i. Kecamatan Cihurip;
j. Kecamatan Peundeuy;
k. Kecamatan Cibalong; dan
l. Kecamatan Singajaya.

31. Ketentuan Pasal 36 diubah, sehingga Pasal 36 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 36
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf f, ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan, komoditas dan dampak pencemaran untuk kegiatan
industri.
(2) Kegiatan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. industri menengah; dan
b. industri besar.
(3) Kegiatan usaha industri menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a terletak di seluruh kecamatan.
53

(4) Kegiatan usaha industri menengah untuk komoditi tertentu yang dibatasi,
meliputi:
a. kegiatan usaha industri penyamakan kulit, terletak di:
1. Kecamatan Garut Kota; dan
2. Kecamatan Karangpawitan.
b. pengembangan kegiatan usaha industri penyamakan kulit, terletak di:
1. Kecamatan Cibatu; dan
2. Kecamatan Selaawi.
c. kegiatan usaha industri minyak akarwangi, terletak di:
1. Kecamatan Samarang;
2. Kecamatan Cilawu;
3. Kecamatan Bayongbong;
4. Kecamatan Leles;
5. Kecamatan Pasirwangi; dan
6. Kecamatan Sukaresmi.
(5) Kegiatan usaha industri besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
terletak terletak di Kawasan Industri.
(6) Pembangunan Kawasan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dilaksanakan dengan luas kurang lebih 701 (tujuh ratus satu) hektar dan
dibatasi, hanya terletak di:
a. Kecamatan Leles;
b. Kecamatan Selaawi;
c. Kecamatan Balubur Limbangan; dan
d. Kecamatan Cibatu.
(7) Kewajiban berlokasi di Kawasan Industri sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), dikecualikan apabila:
a. belum memiliki Kawasan Industri;
b. telah memiliki Kawasan Industri tetapi seluruh kaveling Industri dalam
Kawasan Industrinya telah habis;
c. industri kecil dan industri menengah yang tidak berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan hidup yang berdampak luas; atau
d. industri yang menggunakan bahan baku khusus dan/atau proses
produksinya memerlukan lokasi khusus.

32. Ketentuan Pasal 37 diubah, sehingga Pasal 37 berbunyi:

Pasal 37
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf g, meliputi:
a. kawasan pusat aktivitas pelayanan pariwisata; dan
b. wilayah pengembangan pariwisata yang disebut Kawasan Strategis
Pariwisata Kabupaten (KSPK).
54

(2) Kawasan pusat aktivitas pelayanan wisata sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Kawasan Cipanas dengan luas kurang lebih 155 (seratus lima puluh lima)
hektar terletak di Kecamatan Tarogong Kaler;
b. Kawasan Darajat dengan luas kuarng lebih 28 (dua puluh delapan) hektar
terletak di Kecamatan Pasirwangi;
c. Kawasan Situ Cangkuang dengan luas kurang lebih 66 (enam puluh enam)
hektar terletak di Kecamatan Leles dan Kecamatan Leuwigoong;
d. Kawasan Situ Bagendit dengan luas kurang lebih 152 (seratus lima puluh
dua) hektar terletak di Kecamatan Banyuresmi;
e. Kawasan Pantai Rancabuaya dengan luas kurang lebih 337 (tiga ratus tiga
puluh tujuh) hektar terletak di Kecamatan Caringin dan
Kecamatan Bungbulang;
f. Kawasan Pantai Sayang Heulang - Santolo dengan luas kurang lebih 454
(empat ratus lima puluh empat) hektar terletak di Kecamatan terletak di
Kecamatan Cikelet dan Kecamatan Pameungpeuk; dan
g. Kawasan Pantai Karang Paranje dengan luas kurang lebih 38 (tiga puluh
delapan) hektar terletak di Kecamatan Cibalong.
(3) KSPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. KSPK Perkotaan Garut terletak di:
1. Kecamatan Garut Kota;
2. Kecamatan Tarogong Kidul;
3. Kecamatan Tarogong Kaler;
4. Kecamatan Cilawu;
5. Kecamatan Karangpawitan; dan
6. Kecamatan Banyuresmi.
b. KSPK Garut Utara terletak di:
1. Kecamatan Balubur Limbangan;
2. Kecamatan Selaawi;
3. Kecamatan Malangbong;
4. Kecamatan Kersamanah;
5. Kecamatan Cibatu;
6. Kecamatan Cibiuk;
7. Kecamatan Kadungora;
8. Kecamatan Leuwigoong;
9. Kecamatan Sukawening;
10. Kecamatan Leles;
11. Kecamatan Karangtengah;
12. Kecamatan Pangatikan;
13. Kecamatan Wanaraja; dan
14. Kecamatan Sucinaraja.
55

c. KSPK Garut Tengah terletak di:


1. Kecamatan Samarang;
2. Kecamatan Pasirwangi;
3. Kecamatan Sukaresmi;
4. Kecamatan Cisurupan;
5. Kecamatan Bayongbong;
6. Kecamatan Cigedug;
7. Kecamatan Cikajang; dan
8. Kecamatan Pamulihan.
d. KSPK Garut Selatan terletak di:
1. Kecamatan Pameungpeuk;
2. Kecamatan Cikelet;
3. Kecamatan Cisompet;
4. Kecamatan Cibalong;
5. Kecamatan Banjarwangi;
6. Kecamatan Singajaya.
7. Kecamatan Peundeuy;
8. Kecamatan Cihurip;
9. Kecamatan Pakenjeng;
10. Kecamatan Bungbulang;
11. Kecamatan Mekarmukti;
12. Kecamatan Cisewu;
13. Kecamatan Caringin; dan
14. Kecamatan Talegong.
(4) Pada KSPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikembangkan kegiatan
pariwisata, meliputi:
a. pariwisata alam dengan daya tarik utama wisata, meliputi:
1. pegunungan dan hutan alam/taman wisata alam/taman hutan raya;
2. bentang pesisir pantai;
3. bentang laut;
4. kolam air dan dasar laut;
5. perairan sungai dan danau/situ;
6. perkebunan;
7. pertanian dan wisata agro;
8. peternakan;
9. bentang alam khusus;
10. ekowisata;
11. wisata curug/ air terjun;
12. wisata gua; dan
13. wisata geofisik.
56

b. pariwisata budaya dengan daya tarik utama wisata, meliputi:


1. benda cagar budaya;
2. bangunan cagar budaya;
3. struktur cagar budaya;
4. situs cagar budaya;
5. perkampungan tradisional dengan adat dan tradisi budaya
masyarakat yang khas;
6. kesenian;
7. wisata religi; dan
8. wisata ilmu dan pengetahuan.
c. pariwisata buatan dengan daya tarik utama wisata, meliputi:
1. fasilitas rekreasi dan hiburan/taman bertema;
2. fasilitas peristirahatan;
3. fasilitas rekreasi dan olahraga;
4. ekonomi kreatif;
5. taman air dan kolam renang; dan
6. wisata minat khusus.
(5) Jenis pengembangan dan sebaran lokasi kegiatan pariwisata pada setiap KSPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum pada Lampiran VIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6) Pengembangan pariwisata pada setiap KSPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dilakukan dengan menjaga fungsi lindung.

33. Ketentuan Pasal 38 diubah, sehingga Pasal 38 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 38
Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf h, meliputi:
a. kawasan peruntukan permukiman perkotaan dengan luas kurang lebih 9.355
(sembilan ribu tiga ratus lima puluh lima) hektar terletak di seluruh
kecamatan; dan
b. kawasan peruntukan permukiman perdesaan dengan luas kurang lebih 10.095
(sepuluh ribu sembilan puluh lima) hektar terletak di seluruh kecamatan.

34. Ketentuan Pasal 39 diubah, sehingga Pasal 39 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 39
(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) huruf i, berupa kawasan pertahanan dan keamanan.
(2) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. Komando Resor Militer (Korem) 062 Tarumanagara berada di Kecamatan
Garut Kota;
b. Komando Distrik Militer (Kodim) 0611 berada di Kecamatan Garut Kota;
57

c. Batalion Kostrad 303 berada di Kecamatan Cikajang;


d. Pangkalan dan Daerah Latihan Kodam III Siliwangi berada di PKL
Perkotaan Rancabuaya;
e. kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Pameungpeuk berada di
Kecamatan Cikelet;
f. kawasan latihan pendaratan TNI Angkatan Laut di pantai Santolo berada
di Kecamatan Cikelet;
g. pangkalan Peluncuran Roket Pameungpeuk berada di Kecamatan Cikelet;
h. Komando Rayon Militer (Koramil), terletak di:
1. Koramil 1101 Garut Kota;
2. Koramil 1102 Karangpawitan;
3. Koramil 1103 Wanaraja;
4. Koramil 1104 Sukawening;
5. Koramil 1105 Cibatu;
6. Koramil 1106 Malangbong;
7. Koramil 1107 Balubur Limbangan;
8. Koramil 1108 Kadungora;
9. Koramil 1109 Leles;
10. Koramil 1110 Banyuresmi;
11. Koramil 1111Tarogong Kidul;
12. Koramil 1112 Samarang;
13. Koramil 1113 Bayongbong;
14. Koramil 1114 Cilawu;
15. Koramil 1115 Cisurupan;
16. Koramil 1116 Cikajang;
17. Koramil 1117 Singajaya;
18. Koramil 1118 Cisompet;
19. Koramil 1119 Pameungpeuk;
20. Koramil 1120 Cikelet;
21. Koramil 1121 Bungbulang;
22. Koramil 1122 Pakenjeng;
23. Koramil 1123 Cisewu.
24. Koramil Caringin;
25. Koramil Talegong;
26. Koramil Mekarmukti;
27. Koramil Pamulihan;
28. Koramil Cibalong;
29. Koramil Peundeuy;
30. Koramil Cihurip;
31. Koramil Banjarwangi;
58

32. Koramil Cigedug;


33. Koramil Cisurupan;
34. Koramil Sukaresmi;
35. Koramil Pasirwangi;
36. Koramil Tarogong Kaler;
37. Koramil Pangatikan;
38. Koramil Leuwigoong;
39. Koramil Kersamanah;
40. Koramil Cibiuk;
41. Koramil Selaawi; dan
42. Koramil Sucinaraja.
i. Polisi Resor Garut berada di PKL Perkotaan Garut;
j. Polisi Sektor terletak di:
1. Kecamatan Cisewu;
2. Kecamatan Caringin;
3. Kecamatan Talegong;
4. Kecamatan Bungbulang;
5. Kecamatan Mekarmukti;
6. Kecamatan Pamulihan;
7. Kecamatan Pakenjeng;
8. Kecamatan Cikelet;
9. Kecamatan Pameungpeuk;
10. Kecamatan Cibalong;
11. Kecamatan Cisompet;
12. Kecamatan Peundeuy;
13. Kecamatan Singajaya;
14. Kecamatan Cihurip;
15. Kecamatan Banjarwangi;
16. Kecamatan Cikajang;
17. Kecamatan Cilawu;
18. Kecamatan Bayongbong;
19. Kecamatan Cigedug;
20. Kecamatan Cisurupan;
21. Kecamatan Sukaresmi;
22. Kecamatan Samarang;
23. Kecamatan Pasirwangi;
24. Kecamatan Tarogong Kaler;
25. Kecamatan Tarogong Kidul;
26. Kecamatan Garut Kota;
59

27. Kecamatan Karangpawitan;


28. Kecamatan Karangtengah
29. Kecamatan Wanaraja;
30. Kecamatan Pangatikan;
31. Kecamatan Sukawening;
32. Kecamatan Banyuresmi;
33. Kecamatan Leles;
34. Kecamatan Leuwigoong;
35. Kecamatan Cibatu;
36. Kecamatan Kersamanah;
37. Kecamatan Cibiuk;
38. Kecamatan Kadungora;
39. Kecamatan Balubur Limbangan;
40. Kecamatan Selaawi;
41. Kecamatan Malangbong; dan
42. Kecamatan Sucinaraja.
k. Sub Pos Polisi Air (Polair) berada di PKL Perkotaan Pameungpeuk.
(3) Dalam mendukung penyelenggaraan ketahanan negara, kawasan pertahanan
dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan
pengembangan sesuai dengan sistem pertahanan negara.

35. Ketentuan Pasal 40 ayat (4) huruf a angka 1 huruf e), huruf c dan ayat (6) diubah,
sehingga Pasal 40 berbunyi sebagai berikut:

BAB VI
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN

Pasal 40
(1) Penetapan KSK dilaksanakan dengan memperhatikan:
a. KSN; dan
b. KSP.
(2) KSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa kawasan strategis
dari sudut kepentingan pendayagunaan SDA dan/atau teknologi tinggi,
meliputi:
a. KSN Fasilitas Uji Terbang Roket Pameungpeuk berada di Kecamatan
Cikelet; dan
b. KSN Pengamat Dirgantara Pameungpeuk berada di Kecamatan Cikelet.
(3) KSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. KSP Panas Bumi Kamojang - Darajat - Papandayan dengan sudut
kepentingan pendayagunaan SDA dan/atau teknologi tinggi terletak di:
1. Kecamatan Samarang;
2. Kecamatan Pasirwangi; dan
3. Kecamatan Cisurupan.
60

b. KSP Garut Selatan dan sekitarnya dengan sudut kepentingan daya


dukung lingkungan hidup, terletak di:
1. Kecamatan Cisewu;
2. Kecamatan Caringin;
3. Kecamatan Talegong;
4. Kecamatan Bungbulang;
5. Kecamatan Mekarmukti;
6. Kecamatan Pamulihan;
7. Kecamatan Pakenjeng;
8. Kecamatan Cikelet;
9. Kecamatan Pameungpeuk;
10. Kecamatan Cibalong;
11. Kecamatan Cisompet;
12. Kecamatan Peundeuy;
13. Kecamatan Singajaya;
14. Kecamatan Cihurip;
15. Kecamatan Banjarwangi; dan
16. Kecamatan Cikajang.
(4) KSK meliputi:
a. kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten terdiri atas:
1. KSK Perkotaan Garut, terletak di:
a) Kecamatan Tarogong Kidul;
b) Kecamatan Tarogong Kaler;
c) Kecamatan Garut Kota;
d) Kecamatan Banyuresmi;
e) Kecamatan Cilawu; dan
f) Kecamatan Karangpawitan.
2. KSK Koridor Kadungora - Leles - Garut, terletak di:
a) Kecamatan Kadungora;
b) Kecamatan Leles;
c) Kecamatan Tarogong Kaler; dan
d) Kecamatan Tarogong Kidul.
3. KSK Perbatasan Bagian Utara, terletak di:
a) Kecamatan Balubur Limbangan;
b) Kecamatan Selaawi;
c) Kecamatan Kersamanah;
d) Kecamatan Cibatu; dan
e) Kecamatan Malangbong.
61

4. KSK Perbatasan Bagian Timur, terletak di:


a) Kecamatan Singajaya;
b) Kecamatan Banjarwangi;
c) Kecamatan Peundeuy; dan
d) Kecamatan Cihurip.
5. KSK Perbatasan Bagian Barat, terletak di:
a) Kecamatan Caringin;
b) Kecamatan Cisewu; dan
c) Kecamatan Talegong.
6. KSK Agropolitan, terletak di:
a) Kecamatan Cisurupan;
b) Kecamatan Cikajang;
c) Kecamatan Cigedug;
d) Kecamatan Sukaresmi;
e) Kecamatan Pasirwangi; dan
f) Kecamatan Bayongbong.
7. KSK Minapolitan, terletak di:
a) Kecamatan Tarogong Kaler;
b) Kecamatan Sukawening;
c) Kecamatan Pangatikan;
d) Kecamatan Sucinaraja;
e) Kecamatan Wanaraja; dan
f) Kecamatan Karangpawitan.
8. KSK Koridor Jalan Lintas Jabar Selatan, terletak di:
a) Kecamatan Cibalong;
b) Kecamatan Pameungpeuk;
c) Kecamatan Cikelet;
d) Kecamatan Mekarmukti;
e) Kecamatan Pakenjeng;
f) Kecamatan Bungbulang; dan
g) Kecamatan Caringin.
b. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial
budaya berupa Kawasan Cagar Budaya terdiri atas:
1. Kampung Adat Dukuh berada di Kecamatan Cikelet; dan
2. Kampung Adat Pulo berada di Kecamatan Leles.
c. Kawasan yang memiliki nilai strategis, fungsi ekosistem dan daya dukung
lingkungan hidup berupa Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Guntur
dan Kawasan Wisata Cipanas.
(5) Rencana Tata Ruang KSK sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah tersendiri sepanjang belum diatur dalam Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR).
62

(6) KSK sebagaimana dimaksud pada ayat (4) digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX dan
arahan penanganan KSK tercantum dalam Lampiran X yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

36. Ketentuan Lampiran X Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29


Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut
Tahun 2011-2031 diubah, sehingga berbunyi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

37. Ketentuan Pasal 43 diubah, sehingga Pasal 43 berbunyi sebagai berikut:

Bagian Ketiga
Perwujudan Rencana Struktur Ruang

Pasal 43
(1) Perwujudan rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
huruf a, meliputi:
a. perwujudan sistem pusat kegiatan; dan
b. perwujudan sistem jaringan prasarana wilayah.
(2) Perwujudan sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi:
a. Perwujudan PKL, meliputi:
1. pemantapan Perkotaan Garut sebagai PKL kawasan perkotaan ibu
kota kabupaten;
2. peningkatan teminal tipe A berada di PKL Perkotaan Garut;
3. peningkatan terminal penumpang tipe B di PKL Perkotaan
Rancabuaya;
4. peningkatan terminal penumpang tipe B di Kecamatan Cikajang;
5. peningkatan terminal penumpang tipe B di Kecamatan Pameungpeuk;
6. pembangunan kawasan perdagangan, jasa perkantoran dan jasa
perbankan;
7. pembangunan dan pengembangan sarana pendidikan tinggi;
8. pembangunan dan peningkatan rumah sakit umum daerah dan
swasta;
9. peningkatan Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) menjadi
rumah sakit tipe C;
10. pembangunan sarana pusat olahraga terletak di PKL Perkotaan Garut;
11. peningkatan sarana olahraga lapangan Merdeka dan Jayaraga berada
di PKL Perkotaan Garut;
12. pembangunan prasarana olahraga dan pariwisata;
13. pembangunan tempat peribadatan;
14. pembangunan kawasan induk pusat pemerintahan dan permukiman
terpadu di PKL Perkotaan Garut;
15. reaktivasi dan renovasi stasiun di Kecamatan Garut Kota;
63

16. reaktivasi dan renovasi stasiun di Kecamatan Cikajang;


17. pembangunan rest area terpadu di Kecamatan Mekarmukti;
18. pembangunan rumah sakit jiwa dan pusat pelayanan kesehatan paru
berada di PKL Perkotaan Garut;
19. pembangunan rumah sakit jiwa dan rumah sakit paru berada
di PKL Perkotaan Cikajang;
20. penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang;
21. pembangunan prasarana dan sarana pemerintahan serta fasilitas
penunjang kawasan pusat pemerintahan;
22. pengembangan sarana sosial dan ekonomi;
23. pengembangan sentra agribisnis;
24. pengembangan kawasan minapolitan;
25. penataan infrastruktur permukiman;
26. pengembangan dan peningkatan perkebunan;
27. pembangunan prasarana pendukung perkebunan;
28. peningkatan pengelolaan wilayah pesisir di PKL Perkotaan
Rancabuaya;
29. pembangunan infrastruktur dasar daerah perbatasan; dan
30. pembangunan Pasar Induk Regional di PKL Perkotaan Rancabuaya.
b. Perwujudan PPK, meliputi:
1. pembangunan kawasan perdagangan, jasa perkantoran, dan jasa
perbankan;
2. peningkatan terminal penumpang tipe B di Kecamatan Malangbong;
3. peningkatan terminal penumpang tipe B di Kecamatan Bungbulang;
4. peningkatan terminal penumpang tipe C di Kecamatan Samarang;
5. peningkatan terminal penumpang tipe C di Kecamatan Kadungora;
6. peningkatan terminal penumpang tipe C di Kecamatan Cibatu;
7. peningkatan terminal penumpang tipe C di Kecamatan Bayongbong;
8. peningkatan terminal penumpang tipe C di Kecamatan Cisewu;
9. peningkatan terminal penumpang tipe C di Kecamatan Singajaya;
10. peningkatan terminal penumpang tipe C di Kecamatan Peundeuy;
11. peningkatan terminal penumpang tipe C di Kecamatan Balubur
Limbangan;
12. pembangunan terminal barang di Kecamatan Leles;
13. pembangunan terminal barang di Kecamatan Cibatu;
14. pembangunan dan peningkatan Rumah Sakit Umum Daerah dan
swasta;
15. peningkatan Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) menjadi
rumah sakit tipe C;
16. pembangunan tempat peribadatan;
17. pembangunan rest area terpadu di Kecamatan Balubur Limbangan;
18. pembangunan rest area terpadu di Kecamatan Talegong;
64

19. pembangunan rest area terpadu di Kecamatan Malangbong;


20. pembangunan rest area terpadu di Kecamatan Cisewu;
21. pembangunan rest area terpadu di Kecamatan Kadungora;
22. reaktivasi dan renovasi stasiun di Kecamatan Cibatu;
23. reaktivasi dan renovasi stasiun di Kecamatan Samarang;
24. penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang;
25. pembangunan prasarana dan sarana pemerintahan serta fasilitas
penunjang kawasan pusat pemerintahan; dan
26. pengembangan sarana sosial dan ekonomi.
27. pembangunan dan pengembangan sarana pendidikan tinggi di PPK
Perkotaan Cikelet;
28. pembangunan dan pengembangan sarana pendidikan tinggi di PPK
Perkotaan Leles;
29. pembangunan dan pengembangan sarana pendidikan tinggi di PPK
Perkotaan Kadungora;
30. pembangunan dan pengembangan sarana pendidikan tinggi di PPK
Perkotaan Malangbong;
31. pembangunan dan pengembangan sarana pendidikan tinggi di PPK
Perkotaan Cibatu;
32. pembangunan dan pengembangan sarana pendidikan tinggi di PPK
Perkotaan Singajaya;
33. pembangunan dan pengembangan sarana pendidikan tinggi di PPK
Perkotaan Balubur Limbangan; dan
34. pembangunan sarana seni dan budaya lokal.
c. Perwujudan PPL, meliputi:
1. pengembangan sarana sosial dan ekonomi;
2. pembangunan tempat peribadatan; dan
3. peningkatan sarana dan prasarana pasar desa.
(3) Perwujudan rencana sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. perwujudan sistem jaringan prasarana utama; dan
b. perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya, meliputi:
1. perwujudan sistem jaringan energi;
2. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;
3. perwujudan sistem jaringan sumber daya air;
4. perwujudan sistem jaringan prasarana lingkungan; dan
5. perwujudan sistem jaringan prasarana mitigasi bencana.
(4) Perwujudan sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a, meliputi:
a. pembangunan jalan tol;
b. pembangunan ruas tol penghubung (feeder)
c. pemantapan jalan arteri primer;
65

d. peningkatan ruas jalan kolektor primer;


e. peningkatan ruas jalan lokal;
f. pembangunan jalan kolektor primer;
g. pembangunan dan peningkatan jalan kabupaten;
h. pembangunan dan peningkatan jalan desa;
i. pembangunan jembatan kabupaten;
j. pembangunan terminal penumpang tipe A;
k. pembangunan dan peningkatan terminal penumpang tipe B;
l. peningkatan terminal penumpang tipe C;
m. pembangunan terminal barang;
n. pembangunan rest area terpadu;
o. mengoptimalkan alat pengawasan, pengendalian, dan pengamanan jalan;
p. mengoptimalkan unit pengujian kendaraan bermotor statis;
q. pengembangan jaringan trayek angkutan umum kota;
r. pengembangan jaringan trayek angkutan perkotaan;
s. pengembangan jaringan trayek angkutan perdesaan;
t. pengembangan jaringan trayek angkutan antar kota antar provinsi;
u. pengembangan jaringan trayek angkutan antar kota dalam provinsi;
v. reaktivasi dan peningkatan jalur kereta api;
w. reaktivasi dan renovasi stasiun kereta api;
x. pembangunan pelabuhan pengumpan;
y. pembangunan pelabuhan lokal; dan
z. pembangunan bandar udara khusus.
(5) Perwujudan sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b angka 1, meliputi:
a. pengembangan jaringan pipa minyak lintas wilayah Kabupaten;
b. pengembangan SPPBE;
c. pembangunan SUTET;
d. penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik;
e. peningkatan dan mengoptimalkan pelayanan listrik;
f. pembangunan gardu induk;
g. pembangunan gardu distribusi;
h. pengembangan pemanfaatan sumber energi panas bumi;
i. pengembangan energi potensial air skala piko, mikro dan minihidro; dan
j. pemanfaatan teknologi sel surya.
(6) Perwujudan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b angka 2, meliputi:
a. pengembangan jaringan terestrial;
b. peningkatan kapasitas sambungan telepon;
c. penataan menara telekomunikasi;
66

d. pengembangan menara telekomunikasi bersama;


e. pengembangan jaringan telekomunikasi internet; dan
f. pengembangan perdesaan berbasis internet.
(7) Perwujudan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b angka 3, meliputi:
a. pengelolaan DAS;
b. pengelolaan daerah imbuhan tanah pada wilayah CAT;
c. pembangunan waduk;
d. pembangunan jaringan irigasi teknis;
e. mengoptimalkan pengembangan jaringan irigasi;
f. mengoptimalkan kapasitas air baku untuk air minum;
g. pemanfaatan mata air untuk air minum; dan
h. pemanfaatan sumber air lainnya untuk penyediaan air baku.
(8) Perwujudan sistem jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b angka 4, meliputi:
a. mengoptimalkan TPS;
b. mengoptimalkan TPPAS Legok Nangka;
c. revitalisasi dan penataan TPA Pasirbajing;
d. pembangunan TPA;
e. revitalisasi IPAL;
f. pembangunan IPAL terpadu;
g. revitalisasi IPLT;
h. peningkatan akses pengelolaan air limbah baik sistem on site maupun off
site;
i. pengendalian pengolahan limbah industri;
j. pengembangan jaringan pengolahan air minum;
k. pengembangan jaringan pipa distribusi;
l. pengembangan jaringan perpipaan air minum;
m. pembangunan saluran drainase; dan
n. pemeliharaan saluran drainase.
(9) Perwujudan sistem jaringan prasarana mitigasi bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b angka 5, meliputi:
a. pengembangan dan pembangunan sistem pengendalian banjir, terdiri atas:
1. pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan jaringan drainase
utama, sekunder dan tersier;
2. pembuatan terasering;
3. pembangunan check dam/dam penahan;
4. pembangunan dam pengendali;
5. pembangunan sumur resapan;
6. pembangunan Gully Plug;
7. rehabilitasi situ;
67

8. pembangunan tanggul banjir;


9. peningkatan kapasitas penampang sungai;
10. pembangunan polder;
11. pembangunan bendung dan sabodam;
12. normalisasi sungai, saluran, waduk, dan situ;
13. pembangunan, peningkatan, dan pemeliharaan jalan inspeksi sungai;
14. pemanfaatan ruang di sempadan sungai sebagai RTH dan pengendali
banjir;
15. penyediaan daerah genangan;
16. penyediaan sistem peringatan dini.
17. penyusunan Masterplan (MP) dan Detail Engineering Design (DED)
drainase pada PKL dan PPK;
18. penyusunan Masterplan (MP) penanganan banjir;
19. pembuatan peta pembagian zona banjir; dan
20. penentuan lokasi dan jalur evakuasi.
b. pengembangan dan pembangunan sistem pengendali erosi dan longsor,
terdiri atas:
1. pembangunan bangunan penahan longsor;
2. penyediaan sistem peringatan dini;
3. pembuatan peta mikrozona; dan
4. penentuan lokasi dan jalur evakuasi.
c. pengembangan dan pembangunan sistem abrasi pantai, gelombang
pasang, dan tsunami, terdiri atas:
1. pembangunan prasarana penahan dan pemecah ombak di pantai;
2. pembangunan jetty dan sistem polder;
3. pemasangan buoy (tsunami warning system);
4. penyediaan sistem peringatan dini;
5. penyusunan peraturan zonasi kawasan pantai; dan
6. rehabilitasi hutan mangrove di daerah pesisir
d. pengembangan dan pembangunan sistem pengamatan letusan gunung
berapi, terdiri atas:
1. pembangunan sabodam pada kawasan banjir lahar akibat letusan
gunungapi;
2. pembangunan stasiun pengamatan aktivitas gunungapi;
3. penyediaan sistem peringatan dini.
4. penyusunan peraturan zonasi kawasan rawan letusan gunungapi;
dan
5. penyusunan rencana jalur evakuasi dan tempat evakuasi akhir dan
tempat evakuasi sementara.
e. penetapan jalur evakuasi bencana;
f. penetapan tempat evakuasi bencana; dan
g. penyiapan jalur dan tempat evakuasi bencana.
68

38. Ketentuan Pasal 45 ayat (3), ayat (4), dan ayat (9) diubah, ayat (2) dan ayat (3)
ditambahkan 1 (satu) huruf, yakni huruf g dan huruf d, sehingga Pasal 45 berbunyi
sebagai berikut:

Paragraf 2
Perwujudan Kawasan Lindung

Pasal 45
(1) Perwujudan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
huruf a, meliputi:
a. perwujudan kawasan hutan lindung;
b. perwujudan kawasan konservasi;
c. perwujudan kawasan cagar budaya;
d. perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
e. perwujudan kawasan perlindungan setempat;
f. perwujudan kawasan rawan bencana alam;
g. perwujudan kawasan lindung geologi; dan
h. perwujudan kawasan lindung lainnya.
(2) Perwujudan kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi:
a. penetapan batas kawasan hutan lindung dan konservasi;
b. mengoptimalkan pengelolaan kawasan hutan lindung;
c. penanaman tanaman tahunan;
d. mengoptimalkan kegiatan pendukung perlindungan kawasan konservasi;
e. pengawasan dan pengendalian pemanfaatan kawasan hutan lindung;
f. pengembangan pola insentif dan disinsentif; dan
g. pengembangan Kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA) terletak
di Kecamatan Samarang.
(3) Perwujudan kawasan konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, meliputi:
a. penetapan batas kawasan cagar alam;
b. pengembangan kawasan cagar alam berbasis lingkungan;
c. perlindungan terhadap taman buru; dan
d. penetapan taman hutan raya.
(4) Perwujudan kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, berupa penataan kawasan cagar budaya berbasis kearifan lokal.
(5) Perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. rehabilitasi dan reboisasi kawasan; dan
b. pengendalian kegiatan budi daya pada kawasan tersebut.
69

(6) Perwujudan kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf e, meliputi:
a. penegakan aturan garis sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan
danau/situ, dan sempadan mata air;
b. penataan kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sekitar
danau/situ dan sekitar mata air;
c. pengelolaan, pemeliharaaan, pelestarian dan rehabilitasi kawasan
sempadan;
d. pembangunan dan pengembangan RTH; dan
e. pengaturan pemanfaatan ruang sekitar waduk.
(7) Perwujudan kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f, meliputi:
a. pengaturan kegiatan budi daya pada kawasan rawan bencana;
b. pengurangan risiko bencana pada kawasan rawan bencana; dan
c. penyusunan mitigasi bencana.
(8) Perwujudan kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g, meliputi:
a. identifikasi dan inventarisasi kawasan lindung geologi;
b. pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan;
c. pengembangan pola intensif dan disinsentif pengelolaan kawasan; dan
d. pengawasan kawasan lindung geologi.
(9) Perwujudan kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf h, meliputi:
a. perlindungan terhadap mangrove;
b. perlindungan terhadap padang lamun; dan
c. perlindungan terhadap terumbu karang.

39. Ketentuan Pasal 46 ayat (2) huruf c, ayat (4), ayat (5), ayat (7), ayat (8) huruf c dan
ayat (10) diubah, ayat (6) ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf e, serta
ayat (6) huruf b dihapus, sehingga Pasal 46 berbunyi sebagai berikut:

Paragraf 3
Perwujudan Kawasan Budi Daya

Pasal 46
(1) Perwujudan kawasan budi daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
huruf b, meliputi:
a. perwujudan kawasan peruntukan hutan produksi;
b. perwujudan kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. perwujudan kawasan peruntukan pertanian;
d. perwujudan kawasan peruntukan perikanan;
e. perwujudan kawasan peruntukan pertambangan;
f. perwujudan kawasan peruntukan industri;
g. perwujudan kawasan peruntukan pariwisata;
70

h. perwujudan kawasan peruntukan permukiman; dan


i. perwujudan kawasan peruntukan lainnya.
(2) Perwujudan kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. penetapan batas kawasan;
b. penetapan status hutan;
c. rehabilitasi lahan kritis; dan
d. pengelolaan sumber daya hutan secara berkelanjutan dan sesuai
peraturan perundang-undangan.
(3) Perwujudan kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, meliputi:
a. penetapan batas kawasan;
b. penetapan status hutan;
c. pengelolaan sumber daya hutan secara berkelanjutan;
d. rehabilitasi lahan kritis; dan
e. pembangunan kebun bibit rakyat.
(4) Perwujudan kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, meliputi:
a. pengendalian alih fungsi lahan pertanian;
b. mewujudkan LP2B;
c. pengembangan komoditas pertanian unggulan;
d. pemantapan kawasan sentra komoditas agribisnis unggulan;
e. mengoptimalkan UPT Balai Benih Pertanian;
f. pembangunan pusat pembibitan komoditas unggulan agribisnis;
g. pengembangan sarana pengeringan hasil pertanian;
h. pengembangan gudang penyimpanan hasil pertanian;
i. intensifikasi dan ekstensifikasi komoditas agribisnis unggulan;
j. pengembangan kawasan peternakan;
k. pengembangan kawasan hijauan makanan ternak;
l. pengembangan kegiatan industri pengolahan pakan ternak;
m. pembangunan pasar hewan;
n. pembangunan Rumah Potong Hewan; dan
o. pembangunan industri pengolahan hasil ternak.
(5) Perwujudan kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, meliputi:
a. pengembangan sentra komoditas unggulan perikanan;
b. pengembangan sentra pembenihan dan pembesaran ikan tawar;
c. pengembangan kawasan minapolitan perikanan budi daya air tawar;
d. mengoptimalkan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI);
e. pembangunan dan mengoptimalkan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP);
f. pembangunan unit pengolahan hasil perikanan tangkap;
71

g. pengembangan sarana dan prasarana meningkatkan produksi ikan laut;


h. peningkatan aksesibilitas pusat-pusat produksi perikanan tangkap
ke pusat-pusat pemasaran;
i. pembangunan gudang penyimpanan ikan;
j. pembangunan industri pengolahan hasil ikan tangkap; dan
k. pengembangan kawasan budi daya laut.
(6) Perwujudan kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e, meliputi:
a. identifikasi Izin Usaha Pertambangan;
b. dihapus.
c. pengendalian pengelolaan tambang;
d. pengelolaan kawasan pertambangan berwawasan lingkungan
berkelanjutan; dan
e. pengelolaan kawasan energi berwawasan lingkungan berkelanjutan.
(7) Perwujudan kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f, meliputi:
a. mengoptimalkan pemanfaatan lahan kurang produktif;
b. pembangunan dan penataan kawasan industri;
c. pengembangan dan penataan industri kecil dan menengah;
d. pembangunan dan pemantapan sentra-sentra industri;
e. peningkatan sarana dan prasarana pendukung kegiatan industri;
f. mengoptimalkan sarana prasarana kelembagaan kelompok pengrajin;
g. mengoptimalkan pengolahan limbah terpadu;
h. pengembangan bahan baku produksi industri; dan
i. pengembangan area penyangga antara kawasan peruntukan industri
dengan kawasan lainnya di sekitar.
(8) Perwujudan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf g, meliputi:
a. penyusunan rencana induk kawasan strategis pariwisata;
b. pembangunan sarana prasarana kawasan wisata;
c. mengoptimalkan objek wisata agro;
d. penataan infrastruktur transportasi menuju kawasan objek wisata;
e. pengembangan daya tarik wisata di setiap kawasan wisata;
f. perencanaan dan penyediaan fasilitas paket wisata terpadu;
g. pengembangan penataan kawasan wisata; dan
h. pengembangan sarana prasarana komunikasi penunjang pariwisata.
(9) Perwujudan kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf h, meliputi:
a. pembangunan prasarana dan sarana permukiman;
b. pengembangan kawasan permukiman sehat dan berwawasan lingkungan;
c. revitalisasi kawasan permukiman kumuh perkotaan;
72

d. pengembangan rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah


(MBR); dan
e. pengembangan perumahan tahan gempa pada daerah rawan bencana.
(10) Perwujudan kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf I, meliputi:
a. mengoptimalkan pertahanan dan keamanan; dan
b. pembangunan pangkalan dan daerah latihan Kodam III Siliwangi di PKL
Perkotaan Rancabuaya.

40. Ketentuan Pasal 47 ayat (1) huruf c dan ayat (4) diubah, sehingga Pasal 47 berbunyi
sebagai berikut:

Bagian Keempat
Perwujudan Kawasan Strategis

Pasal 47
(1) Perwujudan kawasan strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf c,
meliputi:
a. perwujudan kawasan strategis sudut kepentingan ekonomi;
b. perwujudan kawasan strategis sudut kepentingan sosial budaya; dan
c. perwujudan kawasan strategis sudut kepentingan daya dukung
lingkungan hidup.
(2) Perwujudan kawasan strategis sudut kepentingan ekonomi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. penyusunan RTR KSK Perkotaan Garut;
b. penyusunan RTR KSK Koridor Kadungora - Leles - Garut;
c. penyusunan RTR KSK Perbatasan Bagian Utara;
d. penyusunan RTR KSK Perbatasan Bagian Timur;
e. penyusunan RTR KSK Perbatasan Bagian Barat;
f. penyusunan RTR KSK Agropolitan;
g. penyusunan RTR KSK Minapolitan; dan
h. penyusunan RTR KSK Jalan Lintas Jabar Selatan.
(3) Perwujudan kawasan strategis sudut kepentingan sosial budaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa Kawasan Cagar Budaya terdiri atas:
a. Kampung Adat Dukuh berada di Kecamatan Cikelet; dan
b. Kampung Adat Pulo berada di Kecamatan Leles.
(4) Perwujudan kawasan strategis sudut kepentingan nilai strategis, fungsi
ekosistem dan daya dukung lingkungan hidup berupa Kawasan Rawan
Bencana Gunungapi Guntur dan Kawasan Wisata Cipanas.
73

41. Ketentuan Pasal 50 huruf a dihapus, sehingga Pasal 50 berbunyi sebagai berikut:

Paragraf 2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang

Pasal 50
Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. dihapus;
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana.

42. Ketentuan Pasal 51 dihapus.

43. Ketentuan Pasal 53 diubah sehingga Pasal 53 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 53
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi darat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. diharuskan memperhatikan fungsi jasa ekosistem tata air dan banjir serta jasa
ekosistem penyedia pangan;
b. diperbolehkan kegiatan berupa prasarana pergerakan menghubungkan antar
pusat kegiatan utama, bangunan dengan fungsi penunjang yang berkaitan
dengan pemanfaatan ruas jalan seperti rambu-rambu, marka, pengarah dan
pengaman jalan, serta penerangan jalan;
c. diperbolehkan kegiatan berupa bangunan dengan fungsi penunjang yang
berkaitan dengan pemanfaatan terminal dan pembangunan prasarana terminal
bagi pergerakan orang, barang dan kendaraan;
d. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan
dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi;
e. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan
prasarana lalu lintas angkutan jalan dengan tingkat intensitas menengah
hingga tinggi;
f. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang manfaat jalan, pemanfaatan
ruang di sepanjang sisi jalan, mendirikan bangunan di tepi jaringan jalan arteri
primer dan kolektor primer, pengembangan kawasan budi daya di sepanjang
sisi jalan, pergerakan lokal pada jaringan jalan arteri primer dan kolektor
primer;
g. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan terminal, penggunaan trayek sesuai
ketentuan, terdapat beberapa trayek dalam satu ruas jalan, penyediaan halte;
h. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi
jalan akses langsung dari bangunan kesepanjang sisi jaringan prasarana lalu
lintas angkutan jalan dan pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja
terminal;
i. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di penetapan
garis sempadan bangunan di sisi jalan, jaringan prasarana lalu lintas angkutan
jalan yang memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan;
j. tidak diperbolehkan kegiatan dilakukan pada wilayah dengan kepadatan
penduduk tinggi, tetapi pada wilayah dengan kepadatan penduduk sedang atau
rendah; dan
74

k. ketentuan pemanfaatan ruang wilayah di sekitar jalan tol diatur lebih lanjut
dengan rencana rinci tata ruang.

44. Ketentuan Pasal 55 diubah, sehingga Pasal 55 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 55
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan transportasi
laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf c disusun dengan
ketentuan:
a. diharuskan memperhatikan jasa ekosistem wilayah pesisir;
b. diharuskan menjaga kelestarian ekosistem wilayah pesisir;
c. diharuskan adanya program pengelolaan limbah yang berasal dari pelabuhan;
d. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang operasional pelabuhan;
e. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang kerja pelabuhan; dan
f. tidak diperbolehkan kegiatan yang mengganggu kawasan lindung.

45. Ketentuan Pasal 56 diubah, sehingga Pasal 56 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 56
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan transportasi
udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf d disusun dengan
ketentuan:
a. diharuskan memperhatikan fungsi jasa ekosistem tata air dan banjir serta jasa
ekosistem penyedia pangan
b. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang di daerah lingkungan kerja
bandar udara;
c. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang darat dan udara di sekitar
bandar udara mengacu kepada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP) untuk menjamin keselamatan dan keamanan operasional penerbangan;
dan
d. tidak diperbolehkan kegiatan yang mengganggu kawasan lindung.

46. Ketentuan Pasal 59 diubah, sehingga Pasal 59 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 59
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan sumber daya
air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (3) huruf c disusun dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan dengan syarat mendirikan bangunan sarana dengan menjaga
kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan perikanan dengan menjaga kelestarian
lingkungan dan fungsi kawasan;
c. diperbolehkan dengan syarat kegiatan pariwisata dengan menjaga kelestarian
lingkungan dan fungsi kawasan;
d. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di atas jaringan pipa induk;
e. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan yang mengganggu fungsi sempadan
sungai, waduk, jaringan irigasi, dan/atau sumber air baku;
75

f. tidak diperbolehkan membangun instalasi pengolahan air minum langsung


pada sumber air baku; dan
g. tidak diperbolehkan kegiatan yang mengganggu kelestarian lingkungan, fungsi
lindung kawasan dan kuantitas dan kualitas air.

47. Ketentuan Pasal 60 ayat (4) diubah dan ayat (6) ditambah 1 (satu) huruf, yakni
huruf c, sehingga Pasal 60 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 60
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan prasarana
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (3) huruf d terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem
persampahan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem air
minum;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem air
limbah;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem
drainase; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi jalur dan tempat evakuasi bencana.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem
persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan dengan syarat pembangunan permukiman pada kawasan
sekitar tempat pemrosesan akhir;
b. tidak diperbolehkan pendirian bangunan menghalangi atau berpotensi
menghambat jaringan persampahan; dan
c. tidak diperbolehkan bangunan tegakan tinggi pada kawasan tempat
pemrosesan akhir.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem air
minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan kegiatan pembangunan dan pemeliharaan jaringan; dan
b. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di atas saluran distribusi air
minum.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem air
limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun dengan
ketentuan:
a. diharuskan penetapan batas kawasan pengelolaan limbah dengan
kawasan permukiman;
b. diperbolehkan membangun fasilitas pengolahan dan pemanfaatan energi
limbah;
c. diperbolehkan dengan syarat penetapan batas kawasan pengelolaan
limbah dengan kawasan permukiman;
d. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di atas jaringan air limbah; dan
e. diperbolehkan membangun fasilitas pengolahan lumpur tinja.
76

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana sistem drainase
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan kegiatan pembangunan dan pemeliharaan jaringan; dan
b. tidak diperbolehkan kegiatan yang menimbulkan pencemaran saluran air.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi jalur dan tempat evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi:
a. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang dengan
mempertimbangkan karakteristik, jenis dan bebas dari ancaman bencana;
dan
b. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan evakuasi bencana; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan sepanjang jalur evakuasi/yang menghalangi
jalur evakuasi bencana.

48. Ketentuan Pasal 64 diubah, sehingga Pasal 64 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 64
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan konservasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 huruf b, disusun dengan ketentuan tidak merusak
bentang alam dan mengubah fungsi, meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi cagar alam;
b. ketentuan umum peraturan zonasi taman wisata alam;
c. ketentuan umum peraturan zonasi cagar alam laut; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi taman buru.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi cagar alam sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, meliputi:
a. diperbolehkan dengan syarat penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan;
b. diperbolehkan dengan syarat pendidikan dan peningkatan kesadartahuan
konservasi alam;
c. diperbolehkan dengan syarat penyerapan dan/atau penyimpanan karbon;
d. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk
penunjang budi daya;
e. tidak diperbolehkan kegiatan berburu; dan
f. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan pada zona cagar alam.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi taman wisata alam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. diperbolehkan dengan syarat kegiatan penyimpanan dan/atau penyerapan
karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas, dan angin serta wisata
alam;
b. diperbolehkan dengan syarat penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan;
c. diperbolehkan dengan syarat kegiatan pendidikan dan peningkatan
kesadartahuan konservasi alam;
d. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk
penunjang budi daya;
77

e. diperbolehkan dengan syarat penangkaran dalam rangka penetasan telur


dan/atau pembesaran anakan yang diambil dari alam;
f. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan tradisional oleh masyarakat
setempat;
g. tidak diperbolehkan kegiatan berburu; dan
h. tidak diperbolehkan kegiatan budidaya yang tidak sesuai dengan taman
wisata alam
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi cagar alam laut, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a. diperbolehkan dengan syarat penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan;
b. diperbolehkan dengan syarat pendidikan dan peningkatan kesadartahuan
konservasi alam;
c. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk
penunjang budi daya;
d. tidak diperbolehkan kegiatan berburu;
e. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat menurunkan fungsi ekologis dan
estetika kawasan dengan mengubah dan/atau merusak cagar alam laut
dan kelestarian fungsi kawasan cagar alam laut; dan
f. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan pada zona cagar alam laut.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi taman buru sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, meliputi:
a. diperbolehkan dengan syarat kegiatan berburu dalam blok buru pada
musim berburu;
b. diperbolehkan dengan syarat pengusahaan taman buru berdasarkan asas
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; dan
c. tidak diperbolehkan kegiatan mengganggu kelestarian lingkungan.

49. Ketentuan Pasal 67 diubah, sehingga Pasal 67 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 67
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 huruf e, meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan pantai;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan sungai;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar danau/situ;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar mata air (MA);
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ruang terbuka hijau (RTH);
dan
f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar waduk.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan pantai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, disusun dengan ketentuan:
a. diharuskan pengelolaan pengaturan sempadan pantai;
b. diharuskan penyediaan RTH sempadan pantai minimal 100 (seratus) meter
dari batas air pasang tertinggi ke arah darat;
78

c. diperbolehkan kegiatan yang mampu melindungi atau memperkuat


perlindungan kawasan sempadan pantai dari abrasi dan infiltrasi air laut
ke dalam tanah;
d. diperbolehkan kegiatan pengembangan mangrove;
e. diperbolehkan dengan syarat kegiatan Uji Terbang Roket;
f. diperbolehkan dengan syarat kegiatan Pengamat Dirgantara
Pameungpeuk;
g. diperbolehkan dengan syarat kegiatan prasarana dan sarana yang
mendukung transportasi laut dan udara;
h. diperbolehkan dengan syarat kegiatan perikanan dan budi daya laut yang
tidak merusak lingkungan;
i. diperbolehkan dengan syarat pemasangan fondasi dan rentangan kabel
listrik;
j. diperbolehkan dengan syarat pemasangan fondasi jembatan/jalan yang
bersifat sosial kemasyarakatan;
k. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan bendungan dan
bangunan lalu lintas air;
l. diperbolehkan dengan syarat kegiatan pertanian lahan basah, pertanian
lahan kering, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternakan yang tidak
merusak lingkungan;
m. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan pengontrol debit dan
kualitas air;
n. diperbolehkan dengan syarat pembangunan gardu induk;
o. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan pengolahan limbah dan
bahan pencemar lainnya;
p. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan telekomunikasi;
q. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kegiatan pariwisata; dan
r. tidak diperbolehkan kegiatan menurunkan fungsi ekologis dan estetika
kawasan dengan mengubah dan/atau merusak bentang alam, dan
kelestarian fungsi kawasan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan sungai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengembangan dan penataan perlindungan sungai, jalan
inspeksi, kelengkapan bangunan yang diperbolehkan, dan bangunan
pelindung terhadap kemungkinan banjir;
b. diperbolehkan pemanfaatan ruang khusus seperti bangunan sumber daya
air, jembatan dan jalur air minum, rentangan kabel telekomunikasi dan
listrik, serta vegetasi rumput pada sempadan bertanggul dan tanaman
keras pada sempadan tidak bertanggul, penanaman tumbuhan pelindung;
c. diperbolehkan pendirian bangunan bendung/bendungan dan bangunan
lalu lintas air seperti dermaga, gardu listrik, bangunan telekomunikasi dan
pengontrol/pengukur debit air;
d. diperbolehkan pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan atau
jembatan;
79

e. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk RTH berupa pengembangan jalur


hijau pengaman prasarana dalam bentuk jalur hijau sempadan sungai
melalui intensifikasi dan ekstensifikasi jalur hijau di sepanjang sempadan
sungai;
f. diperbolehkan dengan syarat kegiatan pertanian lahan basah, pertanian
lahan kering, hortikultura, perkebunan rakyat, dan perikanan dengan
tidak mengganggu kualitas air sungai dan tidak mengubah bentang alam;
g. diperbolehkan dengan syarat aktivitas wisata alam petualangan dengan
tidak mengganggu kualitas air sungai dan tidak mengubah bentang alam;
h. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan menunjang fungsi
taman rekreasi;
i. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan penunjang pariwisata;
j. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan pengolahan limbah dan
bahan pencemar lainnya;
k. diperbolehkan kegiatan fasilitas umum dan sosial dengan syarat KDB
maksimal 50 (lima puluh) persen;
l. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan permanen pada sempadan
sungai;
m. tidak diperbolehkan kegiatan menurunkan fungsi ekologis dan estetika
kawasan dengan mengubah dan/atau merusak bentang alam, dan
kelestarian fungsi sungai;
n. tidak diperbolehkan kegiatan perumahan umum kecuali permukiman
nelayan;
o. tidak diperbolehkan kegiatan industri;
p. tidak diperbolehkan kegiatan perdagangan;
q. tidak diperbolehkan kegiatan perkantoran;
r. tidak diperbolehkan kegiatan jasa perhotelan; dan
s. tidak diperbolehkan kegiatan pemakaman.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar danau/situ sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan kegiatan yang mempertahankan fungsi kawasan sekitar
danau/situ;
b. diperbolehkan kegiatan penelitian;
c. diperbolehkan kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan;
d. diperbolehkan pembangunan jaringan utilitas, seperti pemasangan
rentangan kabel listrik, telekomunikasi, dan pipa air minum;
e. diperbolehkan pembangunan prasarana dan sarana minimum berupa
pelindung danau/situ berupa jalan setapak, kelengkapan bangunan yang
diperbolehkan, dan bangunan pelindung terhadap kemungkinan banjir;
f. diperbolehkan pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan atau
jembatan;
g. diperbolehkan dengan syarat kegiatan pertanian lahan basah, pertanian
lahan kering, hortikultura, dan perkebunan rakyat, yang tidak merusak
lingkungan;
h. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan penunjang pariwisata;
80

i. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan pengontrol debit dan


kualitas air;
j. diperbolehkan dengan syarat pembangunan prasarana bangunan
pengambilan dan pembuangan air;
k. diperbolehkan dengan syarat pengembangan perikanan dan pengelolaan
perikanan di perairan;
l. diperbolehkan dengan syarat kegiatan ekowisata yang diberi batasan
sebagai bentuk dan kegiatan wisata yang bertumpu pada lingkungan dan
bermanfaat secara ekologi, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat lokal
serta bagi kelestarian sumber daya alam dan pemanfaatan yang
berkelanjutan;
m. tidak diperbolehkan pendirian bangunan, kecuali untuk pengelolaan
badan air dan/atau pemanfaatan air; dan
n. tidak diperbolehkan kegiatan yang mencemari kualitas lingkungan sekitar
kawasan sempadan.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar mata air (MA)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan kegiatan perlindungan sekitar mata air dan kelestarian
sumber daya air;
b. diperbolehkan kegiatan pemanfaatan berupa kawasan budi daya hutan,
pertanian lahan kering dan perkebunan/tanaman tahunan, tanaman
perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover
untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
c. diperbolehkan kegiatan bangunan minimal pengelolaan dan pemanfataan
mata air yang diizinkan dan ramah lingkungan;
d. diperbolehkan kegiatan pemasangan jaringan kabel, listrik, telepon dan
pipa air minum;
e. diperbolehkan kegiatan konservatif yang bersifat vegetatif;
f. diperbolehkan dengan syarat kegiatan pemanfaatan mata air sebagai
sumber air bersih dan irigasi dengan menyediakan sarana dan prasarana
minimal tanpa merubah fungsi dan bentang alam kawasan mata air;
g. diperbolehkan dengan syarat pengembangan struktur alami dan struktur
buatan untuk mencegah longsor atau erosi dan mempertahankan bentuk
mata air;
h. diperbolehkan dengan syarat kegiatan wisata wisata alam tanpa merubah
fungsi ekologis mata air;
i. diperbolehkan dengan syarat kegiatan penunjang pariwisata alam sesuai
ketentuan yang berlaku;
j. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan pengontrol debit dan
kualitas air;
k. tidak diperbolehkan kegiatan penebangan dalam area sempadan mata air;
l. tidak diperbolehkan kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan
menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
m. tidak diperbolehkan kegiatan penggalian atau perubahan bentuk medan
atau pembangunan bangunan fisik yang mengakibatkan penutupan
jalannya mata air serta mengganggu keberadaan dan kelestarian mata air;
81

n. tidak diperbolehkan kegiatan pembuangan limbah baik padat, cair


maupun limbah berbahaya; dan
o. dilakukan pengendalian atau pembatasan kegiatan pengembangan
pemanfaatan mata air untuk industri air minum dalam kemasan.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e, disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengaturan vegetasi sesuai fungsi dan peran RTH;
b. diperbolehkan pengembangan jaringan utilitas;
c. diperbolehkan melakukan kegiatan olahraga dan rekreasi sesuai dengan
fungsi RTH;
d. diperbolehkan dengan syarat untuk pemasangan papan reklame; dan
e. tidak diperbolehkan melakukan penebangan pohon di kawasan ini tanpa
seizin instansi yang berwenang.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar waduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f, disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan kegiatan yang mempertahankan fungsi daerah sempadan
waduk;
b. diperbolehkan kegiatan penelitian;
c. diperbolehkan kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan;
d. diperbolehkan pembangunan jaringan utilitas, seperti pemasangan
rentangan kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air minum;
e. diperbolehkan pembangunan prasarana dan sarana minimum berupa
pelindung danau berupa jalan setapak, kelengkapan bangunan yang
diperbolehkan, dan bangunan pelindung terhadap kemungkinan banjir;
f. diperbolehkan pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan atau
jembatan;
g. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan penunjang pariwisata;
h. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan pengontrol debit dan
kualitas air;
i. diperbolehkan dengan syarat pembangunan prasarana bangunan
pengambilan dan pembuangan air;
j diperbolehkan dengan syarat kegiatan pertanian lahan basah, pertanian
lahan kering, hortikultura, dan perkebunan rakyat, yang tidak merusak
lingkungan;
k. diperbolehkan dengan syarat pengembangan perikanan, pengelolaan
perikanan di perairan;
l. diperbolehkan dengan syarat kegiatan ekowisata yang diberi batasan
sebagai bentuk dan kegiatan wisata yang bertumpu pada lingkungan dan
bermanfaat secara ekologi, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat lokal
serta bagi kelestarian sumber daya alam dan pemanfaatan yang
berkelanjutan;
m. tidak diperbolehkan pendirian bangunan selain untuk pengelolaan badan
air dan/atau pemanfaatan air; dan
n. tidak diperbolehkan kegiatan yang mencemari kualitas lingkungan sekitar
kawasan sempadan.
82

50. Ketentuan Pasal 68 diubah, sehingga Pasal 68 berbunyi sebagai berikut:


Pasal 68
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 huruf f, meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana gerakan
tanah;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana gunungapi;
c. dihapus; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana banjir.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana gerakan tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, disusun berdasarkan ketentuan:
a. diharuskan penyediaan jalur evakuasi dan tempat evakuasi akhir;
b. diharuskan mengoptimalkan konservasi;
c. diharuskan pemeliharaan vegetasi di bagian permukaan lahan yang
memiliki tingkat ketinggian lebih dari 2.000 (dua ribu) meter di atas
permukaan laut (mdpl) dan memiliki kelerengan lebih dari 30 (tiga puluh)
persen dengan kriteria tanaman yang sistem perakarannya dalam dan
jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan
kemiringan lebih dari 40 (empat puluh) derajat atau sekitar 80
(delapan puluh) persen sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta
diselingi dengan tanaman-tanaman yang lebih pendek dan ringan serta di
bagian dasar ditanam rumput);
d. diharuskan melakukan stabilitas lereng melalui reboisasi dengan tanaman
keras;
e. diharuskan kegiatan pengembangan sistem informasi deteksi bencana
longsor;
f. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan pemantau ancaman
bencana;
g. diperbolehkan dengan syarat kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan,
hutan kota, hutan rakyat, dan hutan produksi dengan penanaman
vegetasi yang tepat dan dibatasi pada jenis tanaman yang dapat mencegah
longsor, sistem terasering dan drainase yang tepat, serta kegiatan
peternakan rakyat;
h. diperbolehkan dengan syarat kegiatan pertambangan setelah
mendapatkan rekomendasi lokasi dan pertimbangan teknis dari instansi
yang berwenang di bidang mitigasi bencana geologi;
i. diperbolehkan dengan syarat pembangunan prasarana, sarana dan utilitas
umum dengan konstruksi bangunan tahan longsor dan mendapatkan
rekomendasi lokasi dan pertimbangan teknis dari instansi yang berwenang
di bidang mitigasi bencana geologi;
j. diperbolehkan dengan syarat kegiatan pariwisata dengan konstruksi
bangunan tahan longsor, rekayasa struktural untuk menjaga kestabilan
lereng, serta mendapatkan rekomendasi lokasi dan pertimbangan teknis
dari instansi yang berwenang di bidang mitigasi bencana geologi;
83

k. diperbolehkan dengan syarat permukiman relokasi pasca bencana dengan


konstruksi bangunan tahan longsor, rekayasa struktural untuk menjaga
kestabilan lereng, serta mendapatkan rekomendasi lokasi dan
pertimbangan teknis dari instansi yang berwenang di bidang mitigasi
bencana geologi;
l. tidak diperbolehkan pendirian bangunan yang memuat bahan beracun
keras dan kronik (menahun), bahan peledak atau kimiawi yag mudah
terbakar;
m. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi jalur dan
tempat evakuasi;
n. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan pada kelerengan lebih dari 40
(empat puluh) persen, tikungan sungai, serta alur sungai kering di daerah
pegunungan; dan
o. tidak diperbolehkan kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan
rawan gerakan tanah dengan tingkat kerawanan atau tingkat risiko tinggi.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana gunungapi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, disusun berdasarkan ketentuan:
a. diharuskan penyediaan jalur evakuasi, tempat evakuasi sementara, dan
tempat evakuasi akhir;
b. diperbolehkan untuk kantung (enclave) permukiman yang sudah ada
sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan;
c. diperbolehkan di KRB III (rawan tinggi) kegiatan kehutanan dan wisata
geofisik;
d. diperbolehkan dengan syarat di KRB II (rawan menengah) bahaya aliran,
kegiatan pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, hortikultura,
perkebunan, perikanan, peternakan, dan pariwisata dengan
memperhatikan ketentuan kesiapsiagaan kawasan rawan bencana
gunungapi yang ditetapkan dan pemilihan jenis vegetasi yang sesuai, serta
mendukung konsep kelestarian lingkungan;
e. diperbolehkan dengan syarat di KRB II (rawan menengah) bahaya aliran,
pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas dengan mempertimbangkan
tipologi dan tingkat risiko bencana kawasan;
f. diperbolehkan dengan syarat di KRB I (rawan rendah) bahaya aliran banjir
lahar, pendirian bangunan setelah mendapatkan rekomendasi lokasi dan
pertimbangan teknis dari instansi yang berwenang di bidang mitigasi
bencana geologi;
g. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan pemantau ancaman
bencana;
h. tidak diperbolehkan di KRB II (rawan menengah) bahaya aliran yang
berada pada KRB II (rawan menengah) bahaya jatuhan, kegiatan
permukiman baru;
i. tidak diperbolehkan di KRB III (rawan tinggi) kegiatan pertambangan dan
pariwisata perhotelan;
j. tidak diperbolehkan pendirian bangunan yang memuat bahan beracun
keras dan kronik (menahun), bahan peledak atau kimiawi yag mudah
terbakar; dan
k. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi jalur dan
tempat evakuasi.
84

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana banjir


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, disusun berdasarkan ketentuan:
a. diharuskan penyediaan jalur evakuasi dan tempat evakuasi akhir;
b. diharuskan kegiatan pengembangan sistem informasi peringatan dini
bencana banjir;
c. diperbolehkan di KRB I (rawan rendah) kegiatan perumahan, perdagangan
dan jasa, dan fasilitas pelayanan;
d. diperbolehkan di KRB II (rawan menengah) dan KRB III (rawan tinggi)
pembangunan infrastruktur sumber daya air, fasilitas transportasi sungai,
utilitas serta fasilitas rekreasi dan olah raga;
e. diperbolehkan dengan syarat di KRB I (rawan rendah) pembangunan obyek
vital/ fasilitas kritis berisiko tinggi dengan ketentuan kawasan terbangun
maksimal 70 (tujuh puluh) persen;
f. diperbolehkan dengan syarat di KRB II (rawan menengah) kegiatan
perumahan dengan ketentuan, meliputi:
1) kawasan terbangun maksimal 50 (lima puluh) persen;
2) elevasi dasar lantai bangunan setinggi elevasi muka air banjir rencana
50 (lima puluh) tahunan ditambah tinggi jagaan setinggi 30 (tiga
puluh) centimeter atau bangunan minimal 2 (dua) lantai;
3) konstruksi bangunan tahan banjir; dan
4) menyediakan vegetasi yang dapat mengurangi ancaman bahaya
banjir.
g. diperbolehkan dengan syarat kegiatan pertanian lahan basah, pertanian
lahan kering, hortikultura, perkebunan, perikanan, dan peternakan;
h. tidak diperbolehkan di KRB III (rawan tinggi) kegiatan permukiman,
perdagangan dan jasa, fasilitas pelayanan, obyek vital/fasilitas krisis
berisiko tinggi;
i. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi jalur dan
tempat evakuasi; dan
j. ketentuan umum lebih lanjut mengenai pembagian zona KRB banjir dan
peruntukan ruangnya, diatur lebih lanjut dalam Rencana Detail Tata
Ruang Perkotaan Garut.

51. Ketentuan Pasal 72 ditambahkan 2 (dua) huruf, yakni huruf d dan huruf e,
sehingga Pasal 72 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 72
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan hutan produksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf a, disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan kegiatan pemanfaatan kawasan dengan ketentuan:
1. luas areal pengolahan dibatasi;
2. tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi;
3. tidak menggunakan peralatan mekanis dan alat berat; dan
4. tidak membangun sarana dan prasarana yang mengubah bentang alam.
b. diperbolehkan jasa lingkungan dengan ketentuan:
1. tidak mengubah bentang alam;
85

2. tidak merusak keseimbangan unsur-unsur lingkungan; dan/atau


3. tidak mengurangi fungsi utamanya.
c. diperbolehkan kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam pada
hutan produksi dengan ketentuan:
1. usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam pada hutan
produksi; dan
2. usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem dalam hutan
alam pada hutan produksi dengan ketentuan:
a) hutan produksi harus berada dalam satu kesatuan kawasan hutan;
b) luas dan letak kawasan hutan produksi masih produktif;
c) tetapi tidak layak untuk dijadikan 1 (satu) unit izin usaha; dan
d) kawasan hutan produksi yang tidak produktif, harus berupa tanah
kosong, alang-alang dan/atau semak belukar.
d. diperbolehkan dengan syarat menetapkan jarak penebangan pohon kawasan
hutan produksi dengan ketentuan:
1. lebih besar dari 500 (lima ratus) meter dari tepi danau/situ;
2. lebih besar dari 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan
sungai pada daerah rawa;
3. lebih besar dari 100 (seratus) meter dari tepi kiri kanan sungai;
4. lima puluh (50) meter dari kiri kanan tepi anak sungai;
5. lebih besar dari 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang; dan
6. lebih besar dari 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan
pasang terendah dari tepi pantai.
e. tidak diperbolehkan kegiatan yang merusak keseimbangan unsur-unsur
lingkungandan fungsi utama hutan produksi.

52. Ketentuan Pasal 73 diubah, sehingga Pasal 73 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 73
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan hutan rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf b, disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan penebangan pohon di kawasan hutan rakyat sesuai ketentuan
fungsi lindung kawasan;
b. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan hutan menjaga kestabilan neraca
sumber daya kehutanan;
c. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan berfungsi pemanfaatan hasil
hutan;
d. diperbolehkan dengan syarat kegiatan pertanian dan peternakan yang tidak
mengubah fungsi utama kawasan;
e. diperbolehkan dengan syarat kegiatan permukiman pedesaan eksisting yang
tidak mengubah fungsi utama kawasan bagi penduduk yang bekerja
di sektor kehutanan; dan
f. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat merusak hutan rakyat.
86

53. Ketentuan Pasal 74 diubah, sehingga Pasal 74 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 74
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf c, meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan tanaman pangan;
dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan tanaman
perkebunan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan tanaman pangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian lahan
basah; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian lahan
kering.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian lahan
basah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, disusun dengan
ketentuan:
a. diharuskan memperhatikan jasa ekosistem penyedia pangan dan jasa
ekosistem tata air dan banjir;
b. diperbolehkan pembangunan prasarana wilayah dan bangunan
pendukung kegiatan pertanian;
c. diperbolehkan kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian, dan
pendidikan;
d. diperbolehkan kegiatan peternakan rakyat dan perikanan skala kecil;
e. diperbolehkan dengan syarat kegiatan pertanian sawah di lahan dengan
kemiringan di atas 30 (tiga puluh) persen dengan ketentuan menggunakan
sistem terasering;
f. tidak diperbolehkan alih fungsi pada LP2B, kecuali untuk kepentingan
umum (kepentingan untuk pembuatan jalan umum, waduk, bendungan,
irigasi, saluran air minum atau air bersih, drainase dan sanitasi,
bangunan pengairan, pelabuhan, bandara udara, stasiun dan jalan kereta
api, terminal, fasilitas keselamatan umum, cagar alam serta pembangkit
dan jaringan listrik);
g. tidak diperbolehkan tumbuhnya kegiatan perkotaan di sepanjang jalur
transportasi yang menggunakan lahan sawah;
h. tidak diperbolehkan menggunakan lahan dengan mengabaikan kelestarian
lingkungan; dan
i. tidak diperbolehkan pemborosan penggunaan sumber air.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian lahan
kering sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, disusun dengan
ketentuan:
a. diharuskan memperhatikan jasa ekosistem penyedia pangan dan jasa
ekosistem tata air dan banjir;
b. diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian lahan kering tidak produktif
menjadi peruntukan lain secara selektif sesuai peraturan perundang-
undangan;
87

c. diperbolehkan kegiatan perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan


skala kecil;
d. diperbolehkan dengan syarat kegiatan peternakan dengan ketentuan
adanya arahan program from waste to energy (arahan program untuk
mengurangi dampak polusi dan mendapatkan manfaat)
e. diperbolehkan dengan syarat membangun permukiman perdesaan bagi
penduduk yang bekerja di sektor pertanian;
f. diperbolehkan dengan syarat mendirikan bangunan prasarana wilayah
dan bangunan pendukung kegiatan pertanian;
g. diperbolehkan dengan syarat mengadakan kegiatan wisata alam secara
terbatas, penelitian, dan pendidikan; dan
h. tidak diperbolehkan menggunakan lahan mengabaikan kelestarian
lingkungan.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perkebunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan:
a. diharuskan memperhatikan jasa ekosistem penyedia pangan dan jasa
ekosistem tata air dan banjir;
b. diharuskan melakukan konservasi lahan untuk jenis tanaman perkebunan
tertentu;
c. diperbolehkan alih fungsi lahan perkebunan besar terlantar secara selektif
sesuai peraturan perundang-undangan dengan tetap mengindahkan
kaidah konservasi;
d. diperbolehkan permukiman perdesaan bagi penduduk bekerja di sektor
perkebunan;
e. diperbolehkan bangunan pendukung kegiatan perkebunan dan jaringan
prasarana wilayah;
f. diperbolehkan alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi lainnya
sesuai dengan syarat dan peraturan perundang-undangan;
g. diperbolehkan kegiatan peternakan dan perikanan dalam kawasan
perkebunan;
h. diperbolehkan dengan syarat kegiatan peternakan dengan ketentuan
adanya arahan program from waste to energy (arahan program untuk
mengurangi dampak polusi dan mendapatkan manfaat); dan
i. tidak diperbolehkan merubah jenis tanaman perkebunan bagi kawasan
perkebunan besar tidak sesuai dengan perizinan.

54. Ketentuan Pasal 77 diubah, sehingga Pasal 77 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 77
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71 huruf f, meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan industri; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri
di luar kawasan industri.
88

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan industri sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan ketentuan:
a. diharuskan memperhatikan dampak terhadap lingkungan serta fungsi jasa
ekosistem penyedia pangan dan jasa ekosistem tata air dan banjir;
b. diharuskan penyediaan area penyangga dengan ketentuan:
1) perluasan area penyangga antara kawasan peruntukan industri
dengan kawasan lainnya terutama di wilayah industri dengan resiko
pencemaran tinggi; dan
2) mempertimbangkan keterhubungan koridor hijau yang sudah ada.
c. diharuskan penyediaan sarana dan prasarana penunjang kawasan sesuai
dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
d. diharuskan kegiatan industri memiliki sumber energi dengan ketentuan
berkoordinasi dengan instansi yang berwenang dalam penyediaan energi
tersebut;
e. diharuskan penyediaan RTH paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas
kawasan;
f. diharuskan penyediaan perumahan baru bagi pekerja industri dalam
kawasan yang luasnya lebih dari 200 (dua ratus) hektar;
g. diperbolehkan pembangunan industri yang ramah lingkungan dan
memenuhi kriteria ambang limbah sesuai dengan ketentuan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku;
h. diperbolehkan pemanfaatan ruang sesuai dengan kemampuan
penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia di wilayah sekitarnya;
i. diperbolehkan penyediaan lahan bagi kegiatan usaha mikro, kecil dan
menengah;
j. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan air tanah dalam untuk kegiatan
industri;
k. diperbolehkan dengan syarat pembangunan kawasan industri pada
kawasan rawan gerakan tanah dengan kerentanan rendah dan sedang,
dengan konstruksi bangunan tahan longsor, rekayasa struktural untuk
menjaga kestabilan lereng, serta mendapatkan rekomendasi lokasi dan
pertimbangan teknis dari instansi yang berwenang di bidang mitigasi
bencana geologi;
l. diperbolehkan dengan syarat pembangunan kawasan industri
di Kecamatan Leles, dengan:
1) diharuskan penyediaan jalur evakuasi dan tempat evakuasi akhir;
2) pengembangan kawasan didahului dengan penyusunan rencana
tapak (siteplan);
3) rencana tapak sebagaimana dimaksud pada angka 1),
mempertimbangkan zona kerentanan gerakan tanah tinggi dan
penyangga 50 (lima puluh) meter dari batas zona tersebut serta KRB I
(rawan rendah) bahaya aliran banjir lahar dari Gunungapi Guntur;
4) zona kerentanan gerakan tanah tinggi dan penyangga 50 (lima puluh)
meter dari batas zona tersebut serta KRB I (rawan rendah) bahaya
aliran banjir lahar dari Gunungapi Guntur sebagaimana dimaksud
pada angka 2), tidak diperbolehkan untuk dimanfaatkan sebagai
kawasan terbangun kecuali untuk jalan penghubung dan utilitas; dan
89

5) persetujuan terhadap rencana tapak sebagaimana dimaksud pada


angka 1), diterbitkan setelah mendapatkan rekomendasi dan
pertimbangan teknis dari instansi yang berwenang di bidang mitigasi
bencana geologi.
m. diperbolehkan dengan syarat pembangunan kawasan industri pada
kawasan resapan air selama tidak mengurangi fungsi kawasan sebagai
resapan air, dengan ketentuan minimal:
1) dibatasi pada jenis industri yang tidak merusak kualitas dan
kuantitas air, kondisi fisik kawasan dan daerah tangkapan air;
2) menerapkan prinsip zero delta Q policy;
3) menyediakan penghijauan dan sumur resapan sesuai dengan kajian
teknis; dan
4) memenuhi Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 70 (tujuh puluh)
persen.
n. tidak diperbolehkan pengembangan kawasan industri yang mengakibatkan
alih fungsi LP2B; dan
o. tidak diperbolehkan pengambilan air tanah di zona pemanfaatan air tanah
kritis dan rusak.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri
di luar kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. diharuskan penetapan lokasi sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung;
b. diharuskan penentuan lokasi dan jalur evakuasi untuk kawasan yang
termasuk ke dalam kawasan rawan bencana;
c. diharuskan penyediaan RTH paling sedikit 10 (sepuluh) persen dari luas
kawasan;
d. diharuskan penyediaan sarana dan prasarana penunjang kawasan sesuai
dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
e. diharuskan kegiatan industri memiliki sumber energi dengan ketentuan
berkoordinasi dengan instansi yang berwenang dalam penyediaan energi
tersebut;
f. diharuskan kegiatan industri yang melakukan produksi bersih, penerapan
manajemen quality control, hemat air dan ramah lingkungan;
g. diperbolehkan pembangunan industri yang ramah lingkungan dan
memenuhi kriteria ambang limbah sesuai dengan ketentuan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku;
h. diperbolehkan pemanfaatan ruang sesuai dengan kemampuan
penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia di wilayah sekitarnya;
i. diperbolehkan dengan syarat pengembangan industri yang bersinggungan
dengan kawasan berfungsi lindung serta pertanian pangan dengan
ketentuan menyediakan jalur hijau penyangga (green belt);
j. diperbolehkan dengan syarat kawasan peruntukan industri berada
di kawasan budi daya lainnya dengan mekanisme alih pemanfaatan lahan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
90

k. diperbolehkan dengan syarat kegiatan industri pada kawasan rawan


gerakan tanah dengan kerentanan rendah dan sedang, dengan konstruksi
bangunan tahan longsor, rekayasa struktural untuk menjaga kestabilan
lereng, serta mendapatkan rekomendasi lokasi dan pertimbangan teknis
dari instansi yang berwenang di bidang mitigasi bencana geologi;
l. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan air tanah dalam untuk kegiatan
industri;
m. tidak diperbolehkan kegiatan industri yang menyebabkan kerusakan tinggi
terhadap kawasan resapan air;
n. tidak diperbolehkan kegiatan industri yang mengakibatkan alih fungsi
LP2B; dan
o. tidak diperbolehkan pengambilan air tanah di zona pemanfaatan air tanah
kritis dan rusak.

55. Ketentuan Pasal 78 diubah, sehingga Pasal 78 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 78
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71 huruf g, disusun dengan ketentuan:
a. diharuskan upaya pengendalian eksploitasi air dan air panas alami untuk
kegiatan wisata.
b. diharuskan penyediaan jalur, titik kumpul,dan tempat evakuasi pada kawasan
peruntukan pariwisata yang berada pada kawasan rawan bencana;
c. diharuskan menerapkan prinsip zero delta Q policy, menyediakan penghijauan
dan sumur resapan sesuai dengan kajian teknis dan memenuhi Koefisien
Dasar Hijau (KDH) minimal 90 (sembilan puluh) persen bagi kawasan
pariwisata yang berada di kawasan resapan air menurut instansi berwenang;
d. diharuskan penyediaan fasilitas parkir;
e. diharuskan pengembangan kawasan pariwisata dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi lindung serta ekosistem kawasan pesisir dan laut;
f. diharuskan pengembangan kawasan pariwisata didukung oleh pengembangan
sarana penunjang kepariwisataan serta atraksi wisata dan Daerah Tujuan
Wisata;
g. diperbolehkan pemanfaatan kawasan lindung untuk kegiatan wisata sesuai
azas konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, perlindungan
terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;
h. diperbolehkan penerapan ciri khas arsitektur daerah setempat pada setiap
bangunan hotel dan fasilitas penunjang pariwisata;
i. diperbolehkan dilakukan penelitian dan pendidikan;
j. diperbolehkan pembangunan fasilitas pariwisata, meliputi:
1. akomodasi, meliputi:
a) resort hotel;radius
b) kondominium hotel (kondotel);
c) hotel dalam kota (city hotel);
d) pondok wisata; dan
e) akomodasi wisata lainnya.
91

2. rumah makan/restoran;
3. café;
4. informasi dan pelayanan pariwisata;
5. e-tourism kiosk;
6. Tourist Information Center (TIC);
7. fasilitas polisi pariwisata dan balawista;
8. toko cinderamata;
9. musik dalam gedung;
10. jasa kebugaran dan SPA;
11. convention hall;
12. exihibition hall, rekreasi dan hiburan umum;
13. galeri;
14. biro perjalanan wisata;
15. persewaan sepeda, motor, mobil;
16. penunjuk arah/papan informasi wisata;
17. rambu lalu lintas wisata; dan
18. produk-produk kerajinan seni, serta jasa kepariwisataan lainnya.
k. diperbolehkan pembangunan fasilitas umum, meliputi:
1. pos keamanan;
2. fasilitas perbankan;
3. fasilitas kesehatan;
4. fasilitas sanitasi dan kebersihan;
5. lahan parkir;
6. sarana peribadatan;
7. fasilitas penyandang disabilitas;
8. fasilitas anak dan lanjut usia;
9. utilitas (listrik, telekomunikasi, dan air bersih);
10. money changer;
11. mini swalayan; dan
12. kantor administrasi.
l. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan sumber air panas alami untuk
kegiatan wisata;
m. diperbolehkan dengan syarat kegiatan wisata, sarana dan prasarana dengan
tidak mengganggu kawasan lindung;
n. diperbolehkan dengan syarat kegiatan uji terbang roket;
o. diperbolehkan dengan syarat kegiatan Pengamat Dirgantara Pameungpeuk;
92

p. diperbolehkan dengan syarat kegiatan perumahan di kawasan pariwisata yang


berada pada KRB II (menengah) gunungapi guntur, dengan ketentuan
konstruksi beton bertulang, kepadatan rendah (<30 unit/Ha), pola
permukiman menyebar, konstruksi bangunan tahan gempa, kemiringan atap
minimal 45 (empat puluh lima) derajat atau curam, dan tiang penahan atap
lebih rapat; dan
q. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian fungsi
lindung serta ekosistem kawasan wisata.

56. Ketentuan Pasal 79 diubah, sehingga Pasal 79 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 79
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf h terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman
perkotaan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman
perdesaan; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman
perkotaan dan perdesaan yang berada pada kawasan rawan bencana.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman
perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, disusun dengan
ketentuan:
a. diharuskan penyediaan sarana, prasarana, dan utilitas umum yang
memenuhi persyaratan dan tidak membahayakan;
b. diharuskan memperhatikan kaidah dan hukum-hukum lingkungan;
c. diperbolehkan penyediaan sarana pendidikan yang sesuai dengan
ketentuan;
d. diperbolehkan penyediaan sarana kesehatan yang sesuai dengan
ketentuan;
e. diperbolehkan penyediaan sarana-sarana ruang terbuka, taman, dan
lapangan olah raga yang sesuai dengan ketentuan;
f. diperbolehkan penyediaan kelengkapan, keselamatan bangunan dan
lingkungan;
g. diperbolehkan penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan;
h. diperbolehkan kegiatan pariwisata;
i. diperbolehkan dengan syarat penyediaan sarana perdagangan dan jasa
yang sesuai dengan ketentuan;
j. diperbolehkan dengan syarat pembangunan kawasan perkantoran terpadu
sistem vertikal serta relokasi ke wilayah dengan cakupan layanan
perkotaan besar untuk meminimalisir alih fungsi lahan;
k. diperbolehkan dengan syarat pembangunan gedung untuk sarana
perdagangan dan jasa sesuai ketentuan yang berlaku;
l. diperbolehkan dengan syarat kegiatan peternakan;
m. diperbolehkan dengan syarat kegiatan hijauan makanan ternak (HMT);
n. diperbolehkan dengan syarat kegiatan industri pengolahan pakan ternak;
93

o. diperbolehkan dengan syarat kegiatan rumah potong hewan (RPH);


p. diperbolehkan dengan syarat pembangunan RPH dengan ketentuan
menyediakan pengelolaan limbah ternak;
q. diperbolehkan dengan syarat kegiatan industri pengolahan hasil ternak;
r. diperbolehkan dengan syarat pembangunan industri pengolahan hasil
ternak dengan ketentuan menyediakan pengelolaan limbah ternak;
s. diperbolehkan dengan syarat peruntukan kawasan permukiman
dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
t. diperbolehkan dengan syarat pembangunan prasarana wilayah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
u. diperbolehkan dengan syarat kegiatan industri yang tidak mengganggu
fungsi permukiman;
v. diperbolehkan dengan syarat kegiatan industri kecil skala rumah tangga
dan fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan lingkungan;
w. tidak diperbolehkan kegiatan mengganggu fungsi permukiman dan
kelangsungan kehidupan sosial masyarakat;
x. tidak diperbolehkan mengganggu kawasan hutan lindung; dan
y. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman
perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, disusun dengan
ketentuan:
a. diharuskan penyediaan sarana, prasarana, dan utilitas umum yang
memenuhi persyaratan dan tidak membahayakan;
b. diharuskan memperhatikan kaidah dan hukum-hukum lingkungan;
c. diperbolehkan penyediaan sarana pendidikan yang sesuai dengan
ketentuan;
d. diperbolehkan penyediaan sarana kesehatan yang sesuai dengan
ketentuan;
e. diperbolehkan penyediaan sarana-sarana ruang terbuka, taman, dan
lapangan olah raga yang sesuai dengan ketentuan;
f. diperbolehkan penyediaan kelengkapan, keselamatan bangunan dan
lingkungan;
g. diperbolehkan penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan;
h. diperbolehkan dengan syarat peruntukan kawasan permukiman
dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
i. diperbolehkan dengan syarat penyediaan sarana perdagangan dan jasa
yang sesuai dengan ketentuan;
j. diperbolehkan dengan syarat kegiatan perkebunan rakyat, peternakan dan
perikanan;
k. diperbolehkan dengan syarat kegiatan hijauan makanan ternak (HMT);
l. diperbolehkan dengan syarat kegiatan industri pengolahan pakan ternak;
m. diperbolehkan dengan syarat kegiatan rumah potong hewan (RPH);
n. diperbolehkan dengan syarat pembangunan RPH dengan ketentuan
menyediakan pengelolaan limbah ternak;
o. diperbolehkan dengan syarat kegiatan industri pengolahan hasil ternak;
94

p. diperbolehkan dengan syarat pembangunan industri pengolahan hasil


ternak dengan ketentuan menyediakan pengelolaan limbah ternak;
q. diperbolehkan dengan syarat pembangunan prasarana wilayah sesuai
ketentuan peraturan yang berlaku;
r. diperbolehkan dengan syarat kegiatan industri yang tidak mengganggu
fungsi permukiman;
s. diperbolehkan dengan syarat kegiatan industri kecil skala rumah tangga
dan fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan lingkungan;
t. tidak diperbolehkan kegiatan mengganggu fungsi permukiman dan
kelangsungan kehidupan sosial masyarakat;
u. tidak diperbolehkan mengganggu kawasan hutan lindung; dan
v. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman
perkotaan dan perdesaan yang berada pada kawasan rawan bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman
perkotaan dan perdesaan yang berada pada kawasan rawan bencana
gunungapi, disusun dengan ketentuan:
1. pada KRB I (rawan rendah) bahaya jatuhan, diperbolehkan kegiatan
permukiman dengan syarat:
a) diharuskan penyediaan jalur evakuasi, tempat evakuasi, dan
tempat evakuasi akhir;
b) diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang dengan
mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;
c) diperbolehkan pengembangan kawasan permukiman dengan
pembatasan intensitas pemanfaatan ruang, yaitu hanya untuk
kegiatan intensitas rendah;
d) diperbolehkan permukiman dengan konstruksi bangunan beton
bertulang sesuai SNI konstruksi bangunan tahan gempa;
e) diperbolehkan permukiman dengan kepadatan bangunan sedang
(30-60 unit/ha) dan rendah (<30 unit/ha);
f) diperbolehkan permukiman dengan pola perumahan dapat
mengelompok maupun menyebar; dan
g) tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi
jalur dan tempat evakuasi.
2. pada KRB II (rawan menengah) bahaya jatuhan di luar KRB II (rawan
menengah) bahaya aliran, diperbolehkan kegiatan permukiman dengan
syarat:
a) diharuskan penyediaan jalur evakuasi, tempat evakuasi, dan
tempat evakuasi akhir;
b) diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang dengan
mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;
c) diperbolehkan pengembangan kawasan permukiman dengan
pembatasan intensitas pemanfaatan ruang, yaitu hanya untuk
kegiatan intensitas rendah;
95

d) diperbolehkan permukiman dengan konstruksi bangunan beton


bertulang sesuai konstruksi bangunan tahan gempa; kepadatan
bangunan rendah (<30 unit/ha); pola perumahan menyebar;
e) diperbolehkan permukiman dengan konstruksi bangunan semi
permanen; kepadatan bangunan rendah (<30 unit/ha); pola
perumahan mengelompok dan menyebar;
f) diperbolehkan permukiman dengan konstruksi bangunan
tradisional; kepadatan bangunan rendah (<30 unit/ha); pola
perumahan mengelompok dan menyebar; dan
g) tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi
jalur dan tempat evakuasi.
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman
perkotaan dan perdesaan yang berada pada kawasan rawan bencana
tsunami, disusun dengan ketentuan:
1. diharuskan penyediaan jalur evakuasi, tempat evakuasi sementara,
dan tempat evakuasi akhir;
2. diharuskan pengembangan sistem mitigasi bencana meliputi sistem
informasi bencana, sistem peringatan dini, bangunan struktural alami
maupun buatan, dan penentuan prosedur standar operasional
kebencanaan;
3. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang dengan
mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;
4. diperbolehkan pendirian bangunan pemantau ancaman bencana;
5. diperbolehkan bangunan baru yang didesain untuk dapat berfungsi
sebagai tempat evakuasi vertikal yang memiliki struktur yang mampu
menahan gaya tsunami dan goncangan gempa;
6. diperbolehkan pengembangan kawasan permukiman di wilayah
pesisir dan perlindungan dengan tanaman keras dan saluran
drainase yang baik;
7. diperbolehkan dengan syarat bangunan di atas elevasi genangan
tsunami dengan tiang panggung yang diperkuat; dan
8. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi jalur dan
tempat evakuasi.

57. Ketentuan Pasal 80 diubah, sehingga Pasal 80 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 80
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71 huruf I berupa ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan pertahanan dan keamanan negara;
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan dan keamanan negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan penetapan kawasan pertahanan dan keamanan negara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan budi daya di sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan negara;
96

c. diperbolehkan penyediaan infrastruktur pendukung kawasan pertahanan


dan keamanan negara ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
d. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan yang mengganggu fungsi kawasan.

58. Ketentuan Pasal 85 huruf f, huruf i, huruf k, huruf ll, dan huruf mm dihapus,
sehingga Pasal 85 berbunyi sebagai berikut:

BAB IX
LARANGAN

Pasal 85
Setiap orang dan/atau Badan dilarang:
a. melanggar ketentuan arahan peraturan zonasi di Kabupaten;
b. memanfaatkan ruang tanpa izin dan/atau tidak sesuai dengan izin
berdasarkan RTRW Kabupaten;
c. melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin yang diterbitkan
berdasarkan RTRW Kabupaten;
d. memanfaatkan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar;
e. melakukan kegiatan penambangan terbuka di dalam hutan lindung;
f. dihapus;
g. melakukan kegiatan penambangan yang menimbulkan kerusakan lingkungan;
h. melakukan kegiatan penambangan pada kawasan perkotaan;
i. dihapus;
j. mengambil air tanah di lokasi industri yang termasuk zona pemanfaatan air
tanah kritis dan rusak;
k. melakukan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung;
l. melakukan kegiatan yang dapat mengganggu keselamatan dan keamanan
pelayaran;
m. melakukan kegiatan di ruang udara bebas di atas perairan yang berdampak
pada keberadaan alur pelayaran sungai, danau dan penyeberangan;
n. melakukan kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada keberadaan alur
pelayaran sungai, danau dan penyeberangan;
o. melakukan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air yang berdampak
pada keberadaan jalur transportasi laut;
p. memanfaatkan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sistem jaringan
energi;
q. melakukan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap fungsi
sistem perkotaan dan sistem infrastruktur wilayah Nasional, Provinsi dan
Kabupaten;
r. melakukan kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan
tutupan vegetasi;
s. memanfaatkan hasil tegakan di kawasan resapan air/kawasan imbuhan air
tanah;
97

t. melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu bentang


alam, kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan
fauna, serta fungsi lingkungan hidup di kawasan lindung;
u. merusak koleksi tumbuhan dan satwa di kawasan hutan kota;
v. melakukan kegiatan yang merusak kualitas dan kuantitas air, kondisi fisik
kawasan dan daerah tangkapan air;
w. membuang secara langsung limbah padat, limbah cair, limbah gas dan limbah
B3;
x. melakukan kegiatan yang dapat menurunkan fungsi ekologis dan estetika
kawasan dengan mengubah dan/atau merusak bentang alam serta kelestarian
fungsi mata air termasuk akses terhadap kawasan mata air;
y. melakukan kegiatan pemanfaatan di sempadan mata air dalam radius
200 (dua ratus) meter dari lokasi pemunculan mata air;
z. melakukan kegiatan yang mengubah dan/atau merusak kondisi fisik kawasan
mata air serta kelestarian mata air;
aa. melakukan kegiatan yang mengubah dan/atau merusak RTH;
bb. memanfaatkan kayu mangrove dan vegetasi pantai;
cc. melakukan kegiatan yang dapat merusak, mengurangi luas dan/atau
mencemari ekosistem mangrove dan vegetasi pantai;
dd. melakukan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi ekosistem mangrove,
vegetasi pantai dan/atau tempat perkembangbiakan biota laut;
ee. melakukan kegiatan di atas tanah timbul, kecuali untuk perluasan kawasan
lindung;
ff. melakukan konversi lahan sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan
sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan;
gg. secara melawan hukum menguasai tanah yang berasal dari tanah timbul, baik
berupa daratan yang terbentuk secara alami maupun buatan karena proses
pengendapan di sungai, situ, pantai dan/atau pulau timbul;
hh. melakukan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dan merusak
fungsi kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
ii. melakukan kegiatan yang dapat mengubah bentukan geologi tertentu yang
mempunyai manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan;
jj. memanfaatkan ruang yang mengganggu kelestarian lingkungan di sekitar cagar
budaya dan ilmu pengetahuan meliputi peninggalan sejarah, bangunan
arkeologi, dan wilayah dengan bentukan geologi tertentu;
kk. dihapus;
ll. dihapus;
mm. dihapus;
nn. mendirikan bangunan permanen, prasarana umum dan permukiman
penduduk di kawasan cagar alam geologi;
oo. memanfaatkan ruang yang mengubah dan/atau merusak bentang alam
di kawasan karst;
pp. berburu satwa yang tidak ditetapkan sebagai perburuan di kawasan taman
buru;
qq. melakukan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi kawasan dalam
melindungi plasma di kawasan perlindungan plasma nutfah;
98

rr. melakukan kegiatan penangkapan ikan dan pengambilan terumbu karang


di kawasan terumbu karang;
ss. menangkap biota laut yang dilindungi ketentuan peraturan
perundang-undangan di kawasan koridor bagi satwa atau biota laut yang
dilindungi;
tt. melakukan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yang menyebabkan
kerusakan kawasan resapan air dan pelarangan pengambilan air tanah di
daerah yang telah ditetapkan sebagai zona pemanfaatan air tanah kritis dan
rusak;
uu. menyelenggarakan perdagangan supermarket dan departement store pada
lokasi sistem jaringan jalan lingkungan dan kawasan pelayanan lingkungan di
dalam perkotaan; dan
vv. mengubah dan/atau merusak bentuk arsitektur setempat, bentang alam dan
pemandangan visual di kawasan pariwisata.

59. Ketentuan Pasal 88 dihapus.

60. Diantara BAB X Pasal 88 dan BAB XI Pasal 89, disisipkan 1 (satu) BAB dan 1 (satu)
Pasal, yakni BAB XA dan Pasal 88A, sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB XA
PENYIDIKAN

Pasal 88A
(1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia, pegawai negeri
sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang penataan ruang diberi wewenang khusus sebagai
penyidik untuk membantu pejabat penyidik kepolisian negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang
berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan
peristiwa tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan dengan
tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan
terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti
dalam perkara tindak pidana dalam bidang penataan ruang; dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana dalam bidang penataan ruang.
(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan kepada pejabat penyidik kepolisian
negara Republik Indonesia.
99

(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan, penyidik pegawai negeri
sipil melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik kepolisian negara
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui pejabat
penyidik kepolisian negara Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan tata cara serta proses
penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

61. Ketentuan Pasal 90 diubah, sehingga Pasal 90 berbunyi sebagai berikut:

BAB XII
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu
Hak Masyarakat

Pasal 90
Dalam penataan ruang, masyarakat berhak:
a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang
izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang menimbulkan kerugian.

62. Ketentuan Pasal 92 diubah, sehingga Pasal 92 berbunyi sebagai berikut:

Bagian Ketiga
Peran Masyarakat

Pasal 92
(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap:
a. perencanaan tata ruang;
b. pemanfaatan ruang; dan
c. pengendalian pemanfataan ruang.
(2) Peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dapat berbentuk:
a. masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
100

2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;


3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau
kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah daerah dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
(3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam perencanaan tata ruang dapat
secara aktif melibatkan masyarakat.

63. Ketentuan Pasal 93 diubah, sehingga Pasal 93 berbunyi sebagai berikut:

Bagian Keempat
Tata Cara Peran Masyarakat

Pasal 93
(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang dapat disampaikan secara langsung
dan/atau tertulis kepada Bupati.
(2) Pelaksanaan peran masyarakat dilakukan secara bertanggung jawab sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan dengan menghormati
norma agama, kesusilaan, dan kesopanan.
(3) Tata cara peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang dilaksanakan
dengan cara:
a. menyampaikan masukan mengenai arah pengembangan, potensi dan
masalah, rumusan konsepsi/rancangan rencana tata ruang melalui media
komunikasi dan/atau forum pertemuan; dan
b. kerja sama dalam perencanaan tata ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Tata cara peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan
cara:
a. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang melalui
media komunikasi dan/atau forum pertemuan;
b. kerja sama dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan; dan
d. penaatan terhadap izin pemanfaatan ruang.
(5) Tata cara peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
dengan cara:
a. menyampaikan masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi
kepada pejabat yang berwenang;
b. memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang;
101

c. melaporkan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal


menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan; dan
d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang
terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

64. Ketentuan Pasal 94 diubah, sehingga Pasal 94 berbunyi sebagai berikut:

BAB XIII
KELEMBAGAAN

Pasal 94
(1) Dalam rangka koordinasi penyelenggaraan penataan ruang di Daerah,
dibentuk TKPRD.
(2) Pembentukan TKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh
Keputusan Bupati.
(3) TKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi penataan ruang, meliputi pembinaan penataan ruang, pelaksanaan
penataan ruang dan pengawasan penataan ruang di Kabupaten.
(4) Dalam rangka perwujudan pola dan struktur ruang, TKPRD dapat
melaksanakan kerjasama antar daerah yang difasilitasi oleh Pemerintah
Provinsi.

65. Ketentuan Pasal 96 ayat (5) huruf b diubah, sehingga Pasal 96 berbunyi sebagai
berikut:
BAB XV
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 96
(1) Jangka waktu RTRW adalah 20 tahun, yaitu tahun 2011-2031.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana
alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial Kabupaten yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan, RTRW Kabupaten dapat
ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali RTRW Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan juga apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategis
yang mempengaruhi pemanfaatan ruang provinsi dan/atau dinamika internal
kabupaten.
(4) RTRW Kabupaten menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Rinci Tata
Ruang Kabupaten.
(5) Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
adalah:
a. Rencana Tata Ruang KSK; dan
b. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Perkotaan.
(6) Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
ditetapkan dalam Peraturan Daerah tersendiri.
102

66. Ketentuan Pasal 97 dihapus.

Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Garut.

Ditetapkan di Garut
pada tanggal 20 - 9 - 2019
B U P A T I G A R U T,

ttd

RUDY GUNAWAN

Diundangkan di Garut
pada tanggal 20 - 9 - 2019
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GARUT,

ttd

DENI SUHERLAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
TAHUN 2019 NOMOR 6

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT


(6/235/2019)
LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN GARUT TAHUN 2011-2031

PETA RENCANA STRUKTUR RUANG (GANTI)


LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN GARUT NOMOR 29
TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA
RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT
TAHUN 2011-2031

RENCANA SISTEM PUSAT KEGIATAN

No PKL PPK PPL (Desa) Kecamatan


1 2 3 4 5

1 Perkotaan Garut Garut Kota, Tarogong Kaler,


Tarogong Kidul, sebagian
Banyuresmi, sebagian Cilawu,
dan sebagian Karangpawitan

2 Perkotaan Pameungpeuk, sebagian Cikelet,


Pameungpeuk sebagian Cisompet dan sebagian
Cibalong

3 Perkotaan Cikajang Cikajang

4 Perkotaan Mekarmukti, sebagian


Rancabuaya Bungbulang dan sebagian
Caringin

1 Perkotaan Cisewu Desa Sukajaya Cisewu


2 Perkotaan Talegong Desa Sukamulya Talegong
3 Perkotaan Mekarmukti Desa Cijayana Mekarmukti
4 Perkotaan Pamulihan Desa Pananjung Pamulihan
5 Perkotaan Pakenjeng Desa Panyindangan Pakenjeng
6 Perkotaan Cikelet Desa Pamalayan Cikelet
7 Perkotaan Cibalong Desa Sancang Cibalong
8 Perkotaan Cisompet Desa Depok Cisompet
9 Perkotaan Peundeuy Desa Toblong Peundeuy
10 Perkotaan Cihurip Desa Cisangkal Cihurip
11 Perkotaan Banjarwangi Desa Wangunjaya Banjarwangi
12 Perkotaan Cilawu Desa Mangkurayat Cilawu
13 Perkotaan Bayongbong Desa Sukarame Bayongbong
14 Perkotaan Cigedug Desa Barusuda Cigedug
15 Perkotaan Cisurupan Desa Cidatar Cisurupan
16 Perkotaan Sukaresmi Desa Mekarjaya Sukaresmi
17 Perkotaan Samarang Desa Sukakarya Samarang
18 Perkotaan Pasirwangi Desa Pasirkiamis Pasirwangi
19 Perkotaan Kelurahan Karangpawitan
Karangpawitan Lebakjaya
20 Perkotaan Wanaraja Desa Cinunuk Wanaraja
21 Perkotaan Pangatikan Desa Cimaragas Pangatikan
2

1 2 3 4 5
22 Perkotaan Sucinaraja Desa Sukaratu Sucinaraja
23 Perkotaan Sukawening Desa Sukamukti Sukawening
24 Perkotaan Desa Cintamanik Karangtengah
Karangtengah
25 Perkotaan Banyuresmi Desa Bagendit Banyuresmi
26 Perkotaan Leles Desa Cangkuang Leles
27 Perkotaan Leuwigoong Desa Tambaksari Leuwigoong
28 Perkotaan Kersamanah Desa Nanjungjaya Kersamanah
29 Perkotaan Cibiuk Desa Majasari Cibiuk
30 Perkotaan Balubur Desa Galih Balubur Limbangan
Limbangan Pakuwon
31 Perkotaan Selaawi Desa Mekarsari Selaawi
32 Perkotaan Singajaya Desa Ciudian Singajaya
33 Perkotaan Malangbong Desa Sukaratu Malangbong
34 Perkotaan Cibatu Desa Keresek Cibatu
35 Perkotaan Kadungora Desa Talagasari Kadungora
36 Desa Sukarame Caringin
37 Desa Gunamekar Bungbulang
38 Desa Mancagahar Pameungpeuk
39 Desa Cibodas Cikajang

B U P A T I G A R U T,

ttd

RUDY GUNAWAN
LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN GARUT TAHUN 2011-2031

PETA SISTEM JARINGAN PRASARANA WILAYAH KABUPATEN (GANTI)


LAMPIRAN IV
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN GARUT NOMOR 29
TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA
RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT
TAHUN 2011-2031

RENCANA REHABILITASI DAN PENINGKATAN JALAN KABUPATEN

1. Jalan Kolektor Primer

PANJANG
NO NAMA JALAN
(Km)
1 2 3
1 Limbangan - Selaawi (Bts.Kab.Sumedang) 13,20
2 Sp. Limbangan - Leuwigoong 7,98
3 Cibudug - Cipicung 7,09
4 Cihuni - Cibatu 7,38
5 Wanaraja - Cihuni 1,78
6 Karangpawitan - Wanaraja 5,61
7 Garut - Karangpawitan 3,45
8 Pasirmuncang - Cipicung 6,80
9 Tarogong - Samarang 6,70
10 Samarang - Panunjuk 1,87
11 Banjarsari - Panunjuk 0,79
12 Simpang - Banjarsari 4,63
13 Bungbulang - Sukarame 15,08
14 Samarang - Kamojang (Bts. KAB. Bandung) 11,97
15 Leles - Lekor 3,15
16 Lekor - Dano (Bts. Kab. Bandung) 9,26
17 Bungbulang - Cijayana 14,29
18 Sumadra - Cileuleuy 31,72
19 Pangalengan - Cukul (Bts. Bandung/Garut) 14,830
20 Cukul (Bts.Bandung/Garut) - Sp.Genteng 2,950
21 Sp.Genteng -Sp.Talegong (Sukamulya) 6,960
22 Sp.Talegong (Sukamulya) - Cisewu - Sukarame - Rancabuaya 47,200
(Palembuhan)
23 Sp. Kirisik (Wado) - Bts.Sumedang/Garut 9,540
24 Malangbong - Bts. Garut/Sumedang 8,500
25 Jl. Suherman (Garut) 1,370
26 Jl. Merdeka (Garut) 0,390
27 Jl. Jend. Sudirman (Garut) 5,580
28 Jl. Bratayuda (Garut) 0,680
29 Jl. Ciledug (Garut) 0,910
2

1 2 3
30 Garut - Bts.Garut/Tasikmalaya 13,350
31 Bts. Garut/Tasikmalaya – Singaparna 24,610
32 Kadungora (Leles) - Cibatu – Sasakbeusi 19,820
33 Nagreg - Bts.Bandung/Garut 2,330
34 Bts.Bandung/Garut – Garut 14,710
35 Jl. Otista (Garut) 3,370
36 Jl. Cimanuk (Garut) 2,460
37 Jl. Cimanuk (Garut) 1,790
38 Garut – Cikajang 23,200
39 Jl. Raya Cikajang (Cikajang) 3,230
40 Cikajang - Pameungpeuk 55,320
41 Jl. Raya Pameungpeuk (Pameungpeuk) 0,750
42 Kiarakohok (Sp. Cilauteureun) - Cilauteureun 2,162
43 Cikajang – Sumadra 12,660
44 Sumadra – Bungbulang 34,990
45 Bungbulang – Sukarame 15,080
JUMLAH 481,492

2. Jalan Kolektor Sekunder

PANJANG
NO NAMA JALAN
(Km)
1 2 3
1 Jalan Merdeka 1,90
2 Jalan Jendral Ahmad Yani 2,36
3 Jalan Ciledug 1,43
4 Jalan Bratayuda 1,30
5 Jalan Pasundan 0,99
6 Jalan Papandayan 0,69
7 Jalan Pembangunan 2,46
8 Jalan RSU 0,69
9 Jalan Terusan Pembangunan 1,77
10 Jalan Tanjung - Maleer 3,00
11 Jalan Salamanjah - Kadungora 1,58
12 Jalan Guntur 1,87
13 Jalan Perintis Kemerdekaan 1 0,20
14 Jalan Pramuka 0,49
15 Jalan Ciwalen 0,44
16 Jalan Perintis Kemerdekaan 2 0,25
17 Jalan Proklamasi 1,67
18 Jalan Guntur Melati 1,38
JUMLAH 24,47
3

3. Jalan Lokal Primer

PANJANG
NO NAMA JALAN
(Km)
1 2 3
1 Sukamerang - Cibatu 6,01
2 Lewo - Sanding - Cipeundeuy 11,18
3 Pasawahan - Cipanas 1,97
4 Wanaraja - Talagabodas 14,58
5 Panunjuk - Pasirwangi 7,9
6 Bayongbong - Cipondok 6,21
7 Pamegatan - Singajaya 23,84
8 Singajaya - Toblong 10,93
9 Pameungpeuk - Bojong - Panyindangan 10,54
10 Toblong - Simpang 13,3
11 Kiarakohok - Linggamanik 16,55
12 Singajaya - Taraju 5,66
13 Ciparay - Cihurip 5,22
14 Cisandaan - Pakenjenglama 6,35
15 Bantarpeundeuy - Cilaut 9,22
16 Cihurip - Singajaya 8,38
17 Ciparay - Godog 4,93
18 Garut - Cilandak 9,06
19 Cilandak - Babakan - SP.Burujul 3,89
20 Leles - Cangkuang 3,15
21 Tarogong - Cipanas 2,17
22 Cikajang - Cipondok 6,01
23 Bojongsalam - Menger 5,57
24 Cangkuang - Leuwigoong 5,03
25 Cisompet - Cisangiri 5,42
26 Simpang - Cimadang 8,96
27 Kiaralawang - Talun - Margaluyu 6,99
28 Cibogo - Karangsari - Pangendongan 9,31
29 Cibogo - Cimari 0,69
30 Cibogo - Tegal Gede 7,98
31 Simpang - Sagara - SP. Cibaregbeg 17,93
32 Tegalgede - Bojongrandu 4,88
33 Cileuleuy - Cijaringao - Kamasan 4,5
34 Cihuni - Sukawening 1,77
35 Sukawening - Cinta 6,13
36 Cipicung - Wanaraja 4,63
37 Warungpeuteuy - Kiaralawang 4,24
38 Padarek - Banjarsari 7,29
4

1 2 3
39 Cibodas - Cikandang 6,06
40 Cihurip - Jayamukti 3,05
41 Cijambe - Gunung Sulah 3,74
42 Pasirmuncang - Nangkaruka 1,72
43 Pakenjeng Lama - Nangkaruka 11,28
44 Cisarua - Taneuh Beureum 3
45 Puncakhamerang - Coblosan 5
46 Sadang - Cigadog 7,75
47 Kadungora - Tangulun - Cigadog (Bts. Kab. Bandung) 5,57
48 Tarogong - Ciroyom 7,49
49 Sukapadang - Cikamiri 7,74
50 Ciwalur - Cilampuyang 7,22
51 Limbangan - Margamukti 7
52 Simpangsari - Cisurupan 8,37
53 Cisurupan - Kawah Papandayan 8,52
54 Hanjuang - Margalaksana - Ciawitali 5,6
55 Kiarakohok - Sayangheulang 2,66
56 Jayamukti - Cisangkal 5,57
57 Cileuleuy - Kawah Papandayan 3,82
58 Tanjung - Citiis 2,18
59 Citiis - Pasawahan (SP. Masduki) 1,48
60 SP. Cisompet - Tegalpanjang 12,21
61 Tegalpanjang - Ciawi 8,37
62 SP. Cibaregbeg - Cibaluk 0,79
63 SP. Pasirwangi - Darajat 4,43
64 Caringin - Indralayang 12,3
65 Salamanjah - Cikembulan 1,87
66 Cinta - Cimasuk 5
67 Tangulun - Ciawi 4,04
68 Ciawi - Majasari 4,33
69 Barusuda - Giriawas 3,94
70 Bandrek - Basari - Kamasan 4,7
71 PamaLayan - Cicariu - Cikarang 7,6
72 Kondangsari - Pasar Andir 1,08
73 Garawangsa - Sukamenak 3,94
74 Margaluyu - Rapuhan (Situs Cangkuang) 1,48
75 Pangauban - Cipaganti 2,36
76 Sukawening - Ancol - Caringin 5,52
77 Rancasalak - Lekor 3,66
78 Cibulu - Sarjambe 3,05
79 Jager - Jolok/Cipicung 2,1
5

1 2 3
80 Cibunar - Cigalumpit 3,45
81 Genteng - Munjul 4,33
82 Citalahab - Burujul 4,63
83 Tarogong - Tanjung 3
84 Pasanggrahan - Burujul 6,7
85 Bojongloa - Cinyawar 2,46
86 Sukawening - Pasirjengkol 5,76
87 Talegong - Selaawi 12,26
88 - Jalan Cidahon (Pameungpeuk) 0,69
89 - Jalan Mancagahar (Pameungpeuk) 1,28
90 - Jalan Babakan (Pameungpeuk) 0,2
91 - Jalan SLTP/Tegal Gede (Pameungpeuk) 0,34
92 Ngontong Kulon - Rancabango 1,08
93 Hampor - Cipanas 1,77
94 Maripari - Wanaraja 7,19
95 Campedak - Papandayan 2,91
96 Sukalilah - Dangdeur - Purbasana 3,8
97 Jalan Situs Ciburuy 2
98 Jalan Pantai Cijeruk Indah 0,8
99 Dangdeur - Giringsing - Curugbedil 7,03
100 Jalan Stasion Wanaraja/Cikole 0,99
101 Jalan Stasion Cibolerang 1
102 Jalan Stasion Cimurah/Jalan Intan Dewata 1,48
JUMLAH 571,11

4. Jalan Lokal Sekunder

PANJANG
NO NAMA JALAN (Km)

1 2 3
1 Jalan Mandalagiri 0,49
2 Jalan Pasar Baru 0,49
3 Jalan Cikuray 0,49
4 Jalan Dewi Sartika 0,10
5 Jalan Siliwangi/Kabupaten 0,59
6 Jalan Karacak 0,49
7 Jalan Kiansantang 0,30
8 Jalan Ranggalawe 0,44
9 Jalan Sudirman - Guntur (Tegal Kudi) 1,03
10 Jalan Muhammadiyah 0,39
6

1 2 3
11 Jalan Mawar 0,39
12 Jalan Gunung Satria 0,39
13 Jalan Gagak Lumayung 2,07
14 Jalan Gunung Simpay/Pajagalan 0,34
15 Jalan Ibu Noch Kartanegara 1,82
16 Jalan Sumbersari 0,39
17 Jalan Patriot 0,49
18 Jalan Pemda - Hampor (Terusan Patriot) 0,69
19 Jalan Guntur Sari 1,08
20 Jalan Lingkungan Pasar Guntur 1,18
21 Jalan Subyadinata 1,03
22 Jalan KH. Musthafa Kamil 0,49
23 Jalan Aruji Kartawinata 0,54
24 Jalan Guntur Wangi 0,30
25 Jalan Cimanuk - Gordah 0,84
26 Jalan Pahlawan 0,49
27 Jalan Terusan Pahlawan 1,48
28 Jalan Pataruman 0,54
29 Jalan Nusa Indah 1 0,84
30 Jalan Nusa Indah 2 0,30
31 Jalan Sukapadang 0,44
32 Jalan Adung (Tarogong Kidul) 0,79
33 Jalan Selaawi 0,39
34 Jalan Panday (Tarogong Kaler) 0,25
35 Jalan Pasar Kaler/Alun-alun Utara (Cikajang) 0,30
36 Jalan Pasar Wetan/Alun-alun Utara (Cikajang) 0,30
37 Jalan Terminal (Cikajang) 0,30
38 Jalan Cikuda Polisi (Cikajang) 0,20
39 Jalan Belakang Pasar Cikajang (Cikajang) 0,79
40 Jalan Jayamukti (Cisompet) 0,99
41 Jalan Veteran (Limbangan) 0,34
42 Jalan Inpres (Limbangan) 0,39
43 Jalan Loji (Limbangan) 0,20
44 Jalan Dalem Kasep (Limbangan) 0,79
45 Jalan Alun-alun Timur (Limbangan) 0,39
46 Jalan Alun-alun Barat (Limbangan) 0,10
47 Jalan Kudang (Limbangan) 0,10
48 Jalan Desa (Limbangan) 0,10
49 Jalan Cijambe (Limbangan) 0,20
50 Jl. Limbangan Timur Ciseureuh (Limbangan) 0,44
7

1 2 3
51 Jalan Alun-alun Timur (Malangbong) 0,51
52 Jalan Alun-alun Utara (Malangbong) 0,10
53 Jalan Muncang Agung (Malangbong) 0,10
54 Jalan Bojongsari Tangsi (Malangbong) 1,28
55 Jalan Jati Negara (Malangbong) 0,74
56 Jalan Ciwahang (Malangbong) 0,34
57 Jalan Pasar (Pameungpeuk) 1,97
58 Jl. Industri Desa Paas (Pameungpeuk) 0,49
59 Jalan Segleng (Pameungpeuk) 0,10
60 Jalan Sukapura (Pameungpeuk) 0,34
61 Jalan Satria (Pameungpeuk) 0,13
62 Jalan Punaga (Pameungpeuk) 0,44
63 Jalan Tambak Baya 1 (Pameungpeuk) 2,51
64 Jalan Cikoneng (Pameungpeuk) 0,59
65 Jalan Bitung Sumaer (Pameungpeuk) 0,59
66 Jalan Sutan Syahrir (Cibatu) 0,49
67 Jalan Stasiun (Cibatu) 0,25
68 Jalan Siliwangi (Cibatu) 0,20
69 Jalan Jendral Ahmad Yani (Cibatu) 0,79
70 Jalan Ampera (Cibatu) 0,59
71 Jl. Arif Rahman Hakim (Cibatu) 0,10
72 Jalan Inpres Nunggal (Leles) 0,59
73 Jalan Rangga (Leles) 0,69
74 Jalan Kujang (Leles) 0,20
75 Jalan SP4 - Inpres Nunggal (Leles) 0,20
76 Jalan Pramuka (Leles) 0,39
77 Jalan Pasopati (Leles) 0,30
78 Jalan Cipancar Tengah (Leles) 0,20
79 Jalan Cipancar Kaler (Leles) 0,10
80 Jalan Rajawali (Bungbulang) 0,34
81 Jalan Alun-alun Timur (Bungbulang) 0,49
82 Jalan Pasar Lama (Bungbulang) 0,10
83 Jalan Darussalam (Bungbulang) 0,10
84 Jalan Babakan Kaum (Bungbulang) 0,05
85 Jalan Veteran 0,15
86 Jalan Bank 0,10
87 Jalan Pajajaran 0,59
88 Jalan Pakuwon 0,30
89 Jalan Sulaeman 0,20
90 Jalan Gunung Putri 0,20
8

1 2 3
91 Jalan Guntur Kencana 0,30
92 Jalan Guntur Cendana 0,30
93 Jalan Guntur Endah 0,39
94 Jalan Guntur Madu 0,30
95 Jalan Tenjolaya 0,20
96 Jalan Alun-alun Tarogong 0,89
97 Jalan Jati (Tarogong) 0,10
98 Jalan Stasion (Cikajang) 0,59
99 Jl. Berdikari / Cimanjeh (Limbangan) 0,15
100 Jalan Kopo (Pameungpeuk) 0,30
101 Jalan Sang Lumajang (Pameungpeuk) 0,69
102 Jalan Sembah Ibrahim (Pameungpeuk) 0,25
103 Jalan Asisor (Pameungpeuk) 0,20
104 Jalan Alun-alun Timur (Pameungpeuk) 0,15
105 Jalan Kaum Tengah (Pameungpeuk) 0,05
106 Jalan Kaum Lebak (Pameungpeuk) 0,20
107 Jalan Alun-alun Cibatu 0,30
108 Jalan Babakan Cau (Cibatu) 0,10
109 Jalan A. Sutandi (Cibatu) 0,84
110 Jalan Pasar Kulon (Leles) 1,87
111 Jalan Bojong Jambu (Leles) 0,59
112 Jalan Trisula/Alun-alun (Leles) 0,10
113 Jalan Mandalawangi (Kadungora) 0,10
114 Jalan Stasion (Kadungora) 0,49
115 Jalan Suci Permai (Karangpawitan) 0,10
116 Jalan Gatot Subroto (Karangpawitan) 0,89
117 Jalan Kananga 1,58
118 Jalan Cakrabuana 0,10
119 Jalan Dayeuhandap /HOS. Cokroaminoto 0,20
120 Jalan Komplek Talun 0,79
121 Jalan Kondangrege 0,49
122 Jalan Galunggung 0,32
123 Jalan Panjuwulung 0,20
124 Jalan Gunung Payung 0,20
125 Jalan Rengganis 0,15
126 Jalan Gunung Kasur 0,25
127 Jalan Muara Sanding 0,10
128 Jalan Galumpit 1,53
129 Jalan Sadakeling 0,44
130 Jalan Cimuncang 0,20
9

1 2 3
131 Jalan Lio 2,17
132 Jalan Gunung Lumbung 0,20
133 Jalan H. Slamet 0,05
134 Jalan SMP 3 0,15
135 Jalan Candramerta 1 0,15
136 Jalan Candramerta 2 0,30
137 Jalan Mayor Syamsu 0,20
138 Jalan Tajug 0,34
139 Jalan Paseban (Otista - Patriot) 0,34
140 Jalan Kaum Tarogong 1,20
141 Jalan Wartawan (Tarogong Kidul) 0,20
142 Jalan Siti Munigar 0,20
143 Jalan Babakan Loa 0,20
144 Jalan Ciateul 0,39
145 Jalan Pepabri (Tarogong Kaler) 0,15
146 Jalan Gunung Kendang 0,79
147 Jalan Sedahurip 0,10
148 Jalan Pramuka Teladan 0,20
149 Jalan Bank Dalam 0,15
150 Jalan Pasirpogor 0,15
151 Jalan Haruman 0,20
152 Jalan Guntur Mukti 0,15
153 Jalan Anggrek 0,10
154 Jalan Dahlia 0,18
155 Jalan Flamboyan 0,15
156 Jalan H. Husen 0,15
157 Jalan Sukagalih 0,30
158 Jalan SMP VI (Garut Kota) 0,49
159 Jalan Citeureup 0,10
160 Jalan Panawuan 0,20
161 Jalan Tanjung (Cikajang) 0,94
162 Jalan Asrama Polisi (Cikajang) 0,20
163 Jalan Puncak Sari (Pameungpeuk) 0,05
164 Jalan mohammad Hakim (Pameungpeuk) 0,30
165 Jalan SMA (Cibatu) 0,10
166 Jalan Gumilang (Karangpawitan) 0,10
167 Jalan Santosa (Karangpawitan) 0,20
168 Jalan Bening (Karangpawitan) 0,10
169 Jalan Damai (Karangpawitan) 0,20
170 Jalan Lestari (Karangpawitan) 0,10
10

1 2 3
171 Jalan Indah (Karangpawitan) 0,20
172 Jalan Resik (Karangpawitan) 0,20
173 Jalan Asri (Karangpawitan) 0,15
174 Jalan Elok (Karangpawitan) 0,10
175 Jl. Gumilang - Lestari Barat (Karangpawitan) 0,05
176 Jl. Gumilang - Lestari Timur (Karangpawitan) 0,10
JUMLAH 75,77

5. Jalan Non Status

PANJANG
NO NAMA JALAN
(Km)
1 2 3
1 Cibangban - Tanjungpura - Bojonglarang 3,00
2 Sp. Cikelet - Cijambe 1,90
JUMLAH 4,90

B U P AT I G A R U T,

ttd

RUDY GUNAWAN
LAMPIRAN V
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN GARUT NOMOR 29
TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA
RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT
TAHUN 2011-2031

RENCANA PENINGKATAN JEMBATAN

NO NAMA JEMBATAN NAMA RUAS JALAN


1 2 3
1 Cimeong Limbangan - Selaawi
2 Cimareme Cibudug - Cipicung
3 Karees Cibudug - Cipicung
4 Cimeong Cihuni - Cibatu
5 Citangtu Cihuni - Sukawening
6 Cisangkan Karangpawitan - Wanaraja
7 Cibangban Garut - Karangpawitan
8 Maleer Pasir Muncang - Cipicung
9 Ciroyom II Tarogong - Samarang
10 Cikamiri II Samarang - Panunjuk
11 Cikatahaji Pamegatan - Singajaya
12 Cikaengan Singajaya - Taraju
13 Cilumbung Singajaya - Taraju
14 Cipasanggarahan Kiarakohok - Cikelet
15 Cilayu Cisarua - Cisewu
16 Cikaso Cisarua - Cisewu
17 Citepus Samarang - Kamojang
18 Ciparay Ciparay - Godog
19 Cigunung Agung Rancasalak - Jangkurang
20 Sangolah Lekor - Dano
21 Cikeusik I Cibulu - Sarjambe
22 Cikeusik II Cibulu - Sarjambe
23 Ciojar Tarogong - Cipanas
24 Cibolang Bungbulang Cijayana
25 Ciburial Bungbulang Cijayana
26 Cikalorik Bungbulang Cijayana
27 Cisaat Bungbulang Cijayana
28 Cimariuk Bungbulang Cijayana
29 Cisarua Bungbulang Cijayana
30 Cinalawangsa Bungbulang Cijayana
31 Cibengban Bungbulang Cijayana
2

1 2 3
32 Cipeujeuh Genteng - Munjul
33 Nagrak Genteng - Munjul
34 Cimunjul Genteng - Munjul
35 Cipeujeuh Pasanggarahan - Burujul
36 Ciburuy I Sukawening - Pasirjengkol
37 Ciburuy II Sukawening - Pasirjengkol
38 Cimanuk III Dalam Kota Garut
39 Cimanuk V/RSU Dalam Kota Garut
40 Cikamiri Dalam Kota Garut
41 Ciojar Ngontong - Rancabango
42 Cibaluk Simpang - Cibaregbeg
43 Cimanuk Cikajang - Cikandang
44 Salamanjah Salamanjah - Kadungora
45 Cimangke Cijambe - Gunung Sulah
46 Cipalebuh Bantar Peundeuy - Cilaut

B U P A T I G A R U T,

ttd

RUDY GUNAWAN
LAMPIRAN VI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN GARUT TAHUN 2011-2031

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR

LUAS
NO JENIS SUMBER DAYA AIR LOKASI KEWENANGAN
AREAL (Ha)
1 2 3 4 5
A WS Cimanuk – Cisanggarung 771.100,00 a. Kabupaten Garut; Pusat
b. Kabupaten Sumedang;
c. Kabupaten Majalengka;
d. Kabupaten Cirebon;
e. Kabupaten Indramayu;
f. Kota Cirebon; dan
g. Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah
B WS Ciwulan – Cilaki 537.930,00 a. Kabupaten Garut; Provinsi
b. Kabupaten Bandung;
c. Kabupaten Cianjur;
d. Kabupaten Tasikmalaya;
e. Kabupaten Ciamis; dan
f. Kota Tasikmalaya.
C DAS Cimanuk 375.200,00 a. Kabupaten Garut; Provinsi
b. Kabupaten Sumedang;
c. Kabupaten Majalengka; dan
d. Kabupaten Indramayu.
D DAS Ciwulan Provinsi
E DAS Cilaki Provinsi
F Sub DAS Cimanuk Hulu 152.982,67 a. Kecamatan Cikajang; Provinsi
b. Kecamatan Cisurupan;
c. Kecamatan Bayongbong;
d. Kecamatan Cilawu;
e. Kecamatan Tarogong Kidul;
f. Kecamatan Garut Kota;
g. Kecamatan Tarogong Kaler;
h. Kecamatan Banyuresmi;
i. Kecamatan Wanaraja
j. Kecamatan Pangatikan;
k. Kecamatan Leuwigoong;
l. Kecamatan Cibiuk;
m. Kecamatan Balubur Limbangan;
n. Kecamatan Selaawi, dan Kecamatan
Malangbong
G Sub-Sub DAS:
1. Cimanuk Hulu 16.369,74 Provinsi
2. Cicajur/Cipeujeuh 6.722,73
3. Ciherang/Cisangkan 13.603,19
4. Cibodas 9.603,19
5. Cikamiri/Ciroyom 9.878,69
6. Citameng/Cipari 12.704,75
2

1 2 3 4 5
7. Cibeureum/Cimuara 11.953,83
8. Cipedes 11.904,1
9. Cianten/Cipancar 23.909,68
10. Cialing/Cicacaban 15.132,36
11. Cikujang/Cimuja 14.871,87
12. Cigaruguy 6.326,16
H Waduk Cibatarua Kecamatan Pamulihan Provinsi
I Daerah Irigasi (DI):
1. DI Leuwigoong 5.313,00 a. Kelurahan Sukamentri Kecamatan Garut Pusat
Kota

b. Desa Haurpanggung Kecamatan


Tarogong Kidul
c. Kecamatan Banyuresmi di:
1) Desa Sukaraja;
2) Desa Pamekarsari;
3) Desa Sukasenang;
4) Desa Sukaratu;
5) Desa Cipicung;
6) Desa Bagendit;
7) Desa Sukamukti,
8) Desa Banyuresmi;
9) Desa Binakarya;
10) Desa Dangdeur;
11) Desa Karyasari;
12) Desa Karyamukti; dan
13) Desa Cimareme.
d. Kecamatan Wanaraja di:
1) Desa Wanaraja;
2) Desa Wanasari
3) Desa Wanajaya; dan
4) Desa Cinunuk.
e. Kecamatan Pangatikan di:
1) Desa Sukarasa;
2) Desa Cimaragas;
3) Desa Cihuni;
4) Desa Citangtu;
5) Desa Karangsari; dan
6) Desa Sukamulya
f. Kecamatan Sukawening di:
1) Desa Sukawening;
2) Desa Sudalarang;
3) Desa Sukasono;
4) Desa Maripari;
5) Desa Sukahaji; dan
6) Desa Sukaluyu
g. Kecamatan Cibatu di
1) Desa Cibatu;
2) Desa Keresek;
3) Desa Kertajaya;
4) Desa Sindangsuka;
5) Desa Cibunar;
3

1 2 3 4 5
6) Desa Mekersari;
7) Desa Padasuka;
8) Desa Karyamukti;
9) Desa Wanakerta; dan
10) Desa Sukalilah
h. Kecamatan Kersamanah di:
1) Desa Kersamanah
2) Desa Sukamerang; dan
3) Desa Nanjungjaya.
i. Kecamatan Leuwigoong di:
1) Desa Leuwigoong;
2) Desa Sindangsari;
3) Desa Karangsari;
4) Desa Tambaksari;
5) Desa Dungusiku;
6) Desa Margacinta; dan
7) Desa Margahayu.
j. Desa Cibiuk Kidul Kecamatan Cibiuk
k. Desa Sukarame Kecamatan Leles
l. Kecamatan Malangbong di:
1) Desa Lewobaru; dan
2) Desa Sukarasa.
2. DI Cipalebuh 1.016,00 a. Kecamatan Pameungpeuk di: Provinsi
1) Desa Pameungpeuk;
2) Desa Mancagahar; dan
3) Desa Jatimulya.
b. Desa Pamalayan Kecamatan Cikelet
3. DI Cirompang 711,23 Kecamatan Bungbulang di: Kabupaten
a. Desa Cihikeu;
b. Desa Bungbulang;
c. Desa Mekarmukti;
d. Desa Hanjuang; dan
e. Desa Margalaksana
4. DI Cimaragas 663,53 Kecamatan Garut Kota di: Kabupaten
a. Kelurahan Kota Kulon/Regol;
b. Kelurahan Kota Wetan;
c. Kelurahan Sukamentri; dan
d. Kelurahan Paminggir
5. DI Citameng I 612,81 a. Kecamatan Karangtengah di: Kabupaten
1) Desa Caringin; dan
2) Desa Sindanggalih.
b. Kecamatan Sukawening di:
1) Desa Sukamukti;
2) Desa Pasanggrahan; dan
3) Desa Sukawening
c. Desa Babakan Loa/Desa Cimaragas/
Desa Sukarasa Kecamatan Wanaraja
6. DI Cibedug 192,05 a. Kecamatan Balubur Limbangan di: Kabupaten
1) Desa Limbangan Barat;
2) Desa Limbangan Timur; dan
3) Desa Cigegede.
b. Desa Majasari Kecamatan Cibiuk
4

1 2 3 4 5
7. DI Cianten 582,05 Kecamatan Balubur Limbangan di: Kabupaten
a. Desa Ciwangi/Desa Surabaya;
b. Desa Neglasari; dan
c. Desa Dunguswiru.
8. DI Cipancar 512,75 a. Desa Neglasari Kecamatan Kadungora Kabupaten
b. Kecamatan Leuwigoong di:
1) Desa Dungusiku;
2) Desa Karangsari; dan
3) Desa Karang Anyar
9. DI Badama 78,68 Kecamatan Tarogong di: Kabupaten
a. Kelurahan Sukajaya;
b. Desa Haurpanggung;
c. Desa Jati;
d. Kelurahan Jayawaras;
e. Desa Jayaraga; dan
f. Kelurahan Sukagalih.
10. DI Ciroyom 564,51 a. Kecamatan Samarang di: Kabupaten
1) Desa Samarang;
2) Desa Cintarasa; dan
3) Desa Cinta Rakyat.
b. Kecamatan Tarogong Kidul di:
1) Desa Mekarwangi;
2) Desa Mekargalih; dan
3) Kelurahan Sukagalih.
11. DI Cikamiri 618,65 a. Kecamatan Pasirwangi di: Kabupaten
1) Desa Padasuka; dan
2) Desa Pasaasih
b. Kecamatan Samarang di:
1) Desa Sirnasari;
2) Desa Cintaasih;
3) Desa Cintakarya;
4) Desa Sirrnasari;
5) Desa Sukarasa;
6) Desa Sukalaksana;
7) Desa Cintaasih; dan
8) Desa Samarang.
12. DI Cimanuk 631,93 a. Kecamatan Bayongbong di: Kabupaten
1) Desa Bayongbong;
2) Desa Sirnagalih;
3) Desa Sukarame;
4) Desa Ciela;
5) Desa Hegarmanah;
6) Desa Panembong;
7) Desa Salakuray; dan
8) Desa Karyajaya)
b. Kecamatan Cilawu di:
1) Desa Mangkurakyat;
2) Desa Sukahati; dan
3) Desa Mekarmukti
13. DI Baranangsiang 510,71 Kecamatan Bayongbong di: Kabupaten
a. Desa Sukahurip;
b. Desa Bayongbong;
c. Desa Ciburuy
5

1 2 3 4 5
d. Desa Sukarame; Kabupaten
e. Desa Sindangsari;
f. Desa Ciela;
g. Desa Cintanagara;
h. Desa Hegarmanah; dan
i. Desa Panembong)
14. DI Sindujaya 546,2 Kecamatan Singajaya di: Kabupaten
a. Desa Sukamulya;
b. Desa Cigintung;
c. Desa Cigintung;
d. Desa Mekartani; dan
e. Desa Sukawangi.
15. DI Cipeujeuh 306,33 Kecamatan Cilawu di: Kabupaten
a. Desa Kolot; dan
b. Desa Ngamplangsari
16. DI Citameng II 338,73 Kecamatan Sukawening di: Kabupaten
a. Desa Sukaluyu;
b. Desa Mekarluyu;
c. Desa Sukahaji;
d. Desa Sudalarang; dan
e. Desa Sukasono
17. DI Citameng III 126,03 Kecamatan Sukawening di: Kabupaten
a. Desa Mekarluyu;
b. Desa Sukahaji;
c. Desa Sudalarang;
d. Desa Sukasono; dan
e. Desa Maripari.
18. DI Citameng IV 316,38 Kecamatan Cibatu di: Kabupaten
a. Desa Cibatu;
b. Desa Wanakerta;
c. Desa Keresek; dan
d. Desa Kertajaya.
19. DI Cipacing 218,31 Kecamatan Cibatu di: Kabupaten
a. Desa Mekarsari; dan
b. Desa Sindangsuka.
20. DI Citikey 376,05 Kecamatan Cibiuk di: Kabupaten
a. Desa Cipareuan;
b. Desa Cibiuk Kaler;
c. Desa Cibiuk Kidul; dan
d. Desa Leuwigoong
21. DI Cibuyutan Utara 454,31 a. Kecamatan Leuwigoong di: Kabupaten
1) Desa Margacinta;
2) Desa Dungusiku;
3) Desa Leuwigoong;
4) Desa Sindangsari; dan
5) Desa Tambaksari.
b. Desa Sukarame Kecamatan Leles
22. DI Ciojar 209,74 Kecamatan Banyuresmi di: Kabupaten
a. Desa Sukasenang;
b. Desa Sukaratu;
c. Desa Pamekarsari; dan
d. Desa Sukamukti
6

1 2 3 4 5
23. DI Parigi 391,23 Kecamatan Banyuresmi di: Kabupaten
a. Desa Bagendit;
b. Desa Bina Karya;
c. Desa Dangdeur; dan
d. Desa Banyuresmi
24. DI Cipancong 413,7 Kecamatan Caringin Kabupaten
25. DI Cibuyutan Selatan 235,08 a. Desa Sukamuti Kecamatan Banyuremi; Kabupaten
dan
b. Desa Margacinta Kecamatan Leuwigoong
26. DI Cicapar 287,93 Desa Cangkuang Kecamatan Leles Kabupaten
27. DI Leuwibitung 262,22 Kecamatan Banjarwangi Kabupaten

28. DI Leuwibolang 115,33 Desa Galihpakuwon Kecamatan Balubur Kabupaten


Limbangan
29. DI Beulah Nangka 417,06 Desa Sirnasari Kecamatan Samarang Kabupaten
30. DI Cadas Gantung 131,05 a. Kecamatan Cigedug; dan Kabupaten
b. Kecamatan Bayongbong
31. DI Ciawi 337,19 Desa Cisangkal Kecamatan Cihurip Kabupaten
32. DI Cijayana 289,42 Desa Jagabaya Kecamatan Mekarmukti Kabupaten
33. DI Cikamiri II 358,05 Kecamatan Samarang di: Kabupaten
a. Desa Samarang; dan
b. Desa Cinta
34. DI Cikuray 109,17 Kecamatan Cihurip di: Kabupaten
a. Desa Sindangsari; dan
b. Desa Sukahurip.
35. DI Cimarijawa 425,52 Kecamatan Kadungora di: Kabupaten
a. Desa Mandalasari; dan
b. Desa Karangmulya
36. DI Cipandan 291,63 Desa Sinarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten
37. DI Cisalak 68,75 Desa Mekarbakti Kecamatan Kadungora Kabupaten
38. DI Cisangkan 120,23 Desa Sadang Kecamatan Sucinaraja Kabupaten
39. DI Curug Ngebul 120,34 Desa Neglasari Kecamatan Cisompet Kabupaten
40. DI Simpangsari 212,85 Desa Simpangsari Kecamatan Cisurupan Kabupaten
41. DI Cidahu 237,25 Desa Mekarsari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
42. DI Pasirjunti 163,11 Desa Kersamenak Tarogong Kidul Kabupaten
J Mata Air (MA):
1. MA Jungkeuyang Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota Kabupaten
2. MA Cowal Kelurahan Sukanegla Kecamatan Garut Kota Kabupaten
3. MA Citatah Kelurahan Cimuncang Kecamatan Garut Kota Kabupaten
4. MA Cipencar Kelurahan Cimuncang Kecamatan Garut Kota Kabupaten
5. MA Cisurian Desa Sukamenak Kecamatan Wanaraja Kabupaten
6. MA Cikara Desa Wanamekar Kecamatan Wanaraja Kabupaten
7. MA Cikulawing Desa Sindangmekar Kecamatan Wanaraja Kabupaten
8. MA Cikara Desa Wanaraja Kecamatan Wanaraja Kabupaten
9. MA Cihaliwung Desa Suci Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
10. MA Oma Indah Cisaladah Desa Godog Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
11. MA Ciherang Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
12. MA Babakan Loa Desa Karangpawitan Kecamatan Kabupaten
Karangpawitan
7

1 2 3 4 5
13. MA Legokparahu Desa Karangpawitan Kecamatan Kabupaten
Karangpawitan
14. MA Ranca Desa Situgede Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
15. MA Cipeda Desa Situgede Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
16. MA Gorentel Desa Situgede Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
17. MA Cibolerang Desa Situsari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
18. MA Cikahuripan Kelurahan Suci Kaler Kecamatan Kabupaten
Karangpawitan
19. MA Cipanawar Desa Sindangpalay Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
20. MA Cikadu Desa Sindangpalay Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
21. MA Cicadas Desa Sindangpalay Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
22. MA Cikolomeran Desa Sindangpalay Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
23. MA Legok Ciharus Desa Sindangpalay Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
24. MA Cidahu Desa Mekarsari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
25. MA Cibuah Desa Tanjungsari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
26. MA Rantun Desa Sukajadi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
27. MA Cijengkol Desa Sukajadi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
28. MA Ciojar Desa Sukawangi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
29. MA Mandala Desa Sukawangi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
30. MA Ciaspa Desa Sukawangi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
31. MA Cibengkok Desa Sukawangi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
32. MA Cibuntu Desa Sukawangi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
33. MA Cipamangoan Desa Rancabango Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
34. MA Cilapong Desa Rancabango Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
35. MA Ciarasan Desa Rancabango Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
36. MA Cinagreg Desa Rancabango Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
37. MA Cimuncang Desa Rancabango Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
38. MA Cibago Desa Rancabango Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
39. MA Cibolerang Desa Mekarjaya Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
40. MA Cigunung Desa Mekarjaya Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
41. MA Cijambe Desa Mekarjaya Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
42. MA Cikendi Desa Mekarjaya Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
43. MA Citiis Kecamatan Tarogong Kaler di: Kabupaten
a. Kelurahan Pananjung; dan
b. Desa Pasawahan.
44. MA Situ Paseh Desa Panjiwangi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
45. MA Cinta Desa Rakyat Desa Cintarakyat Kecamatan Samarang Kabupaten
46. MA Kp Sangkan Desa Cintarasa Kecamatan Samarang Kabupaten
47. MA Manglayang Desa Parakan Kecamatan Samarang Kabupaten
48. MA Cimanganten Desa Parakan Kecamatan Samarang Kabupaten
49. MA Cibuntu Desa Sukakarya Kecamatan Samarang Kabupaten
50. MA Cibeureum Desa Sukakarya Kecamatan Samarang Kabupaten
51. MA Cibitung Desa Sukakarya Kecamatan Samarang Kabupaten
52. MA Situ Lame Desa Sukakarya Kecamatan Samarang Kabupaten
53. MA Pegunungan Desa Cisarua Kecamatan Samarang Kabupaten
54. Manglayang Desa Cisarua Kecamatan Samarang Kabupaten
8

1 2 3 4 5
55. MA Cigintung Desa Sukarasa Kecamatan Samarang Kabupaten
56. MA Rantun Samarang Kecamatan Banyuresmi di: Kabupaten
a. Desa Banyuresmi; dan
b. Desa Sukasenang
57. MA Jamban I Bayongbong Kecamatan Banyuresmi di: Kabupaten
a. Desa Banyuresmi; dan
b. Desa Sukasenang.
58. MA Gunung Guntur Desa Sukaraja Kecamatan Banyuresmi Kabupaten
59. MA Curug Sawer Desa Sukaraja Kecamatan Banyuresmi Kabupaten
60. MA Cicapar Desa Leles Kecamatan Leles Kabupaten
61. MA Cangkores Desa Haruman Kecamatan Leles Kabupaten
62. MA Cipondok Desa Salamnunggal Kecamatan Leles Kabupaten
63. MA Ciburial Desa Ciburial Kecamatan Leles Kabupaten
64. MA Sarongge Desa Kandangmukti Kecamatan Leles Kabupaten
65. MA Dano Desa Kandangmukti Kecamatan Leles Kabupaten
66. MA Cisepan Desa Lembang Kecamatan Leles Kabupaten
67. MA Cimalagri Desa Jangkurang Kecamatan Leles Kabupaten
68. MA Camuek Desa Dano Kecamatan Leles Kabupaten
69. MA Jongro Desa Margaluyu Kecamatan Leles Kabupaten
70. MA Cikoneng Desa Sukarame Kecamatan Leles Kabupaten
71. MA Bojong Jambu Desa Karangmulya Kecamatan Kadungora Kabupaten
72. MA Bojong Desa Neglasari Kecamatan Kadungora Kabupaten
73. MA Cikejet Desa Harumansari Kecamatan Kadungora Kabupaten
74. MA Cikembul Desa Kadungora Kecamatan Kadungora Kabupaten
75. MA Cogreg Desa Rancasalak Kecamatan Kadungora Kabupaten
76. MA Cikaso Desa Rancasalak Kecamatan Kadungora Kabupaten
77. MA Kandangmukti Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten
78. MA Cilingcing Bumi Desa Mandalasari Kecamatan Kadungora Kabupaten
79. MA Cikembul Desa Karangtengah Kecamatan Kadungora Kabupaten
80. MA Ciloa Desa Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten
81. MA Ciloa Desa Wanakerta Kecamatan Cibatu Kabupaten
82. MA Cijauh/Ciriripi Desa Padasuka Kecamatan Cibatu Kabupaten
83. MA Ciranca Desa Padasuka Kecamatan Cibatu Kabupaten
84. MA Ciloa Desa Keresek Kecamatan Cibatu Kabupaten
85. MA Cijambe Desa Mekarsari Kecamatan Cibatu Kabupaten
86. MA Berecek Desa Girimukti Kecamatan Cibatu Kabupaten
87. MA Situ Hiang Desa Karyamukti Kecamatan Cibatu Kabupaten
88. MA Cilayung Desa Cisitu Kecamatan Malangbong Kabupaten
89. MA Ciarus Desa Cisitu Kecamatan Malangbong Kabupaten
90. MA Cikadu Desa Campaka Kecamatan Malangbong Kabupaten
91. MA Leuwimonyet Desa Campaka Kecamatan Malangbong Kabupaten
92. MA Cinagara Desa Sukamanah Kecamatan Malangbong Kabupaten
93. MA Cileuleuy Desa Cinagara Kecamatan Malangbong Kabupaten
94. MA Cisewok Desa Kutanagara Kecamatan Malangbong Kabupaten
95. MA Batu Rahong Desa Sukasono Kecamatan Sukawening Kabupaten
96. MA Jamban Desa Pasanggrahan Kecamatan Sukawening Kabupaten
9

1 2 3 4 5
97. MA Jamban Sari 2 Desa Bayongbong Kecamatan Bayongbong Kabupaten
98. MA Cikereleuy Desa Bayongbong Kecamatan Bayongbong Kabupaten
99. MA Cirerek Desa Bayongbong Kecamatan Bayongbong Kabupaten
100. MA Pasir Pogor Desa Sirnagalih Kecamatan Bayongbong Kabupaten
101. MA Cihanja Desa Sirnagalih Kecamatan Bayongbong Kabupaten
102. MA Cibulakan Desa Mulyasari Kecamatan Bayongbong Kabupaten
103. MA Cicayur Desa Mulyasari Kecamatan Bayongbong Kabupaten
104. MA Cisaat Haur Gembong Desa Ciburuy Kecamatan Bayongbong Kabupaten
105. MA Cigembor Desa Ciburuy Kecamatan Bayongbong Kabupaten
106. MA Kahuripan Desa Ciela Kecamatan Bayongbong Kabupaten
107. MA Cicadas Desa Ciela Kecamatan Bayongbong Kabupaten
108. MA Cikeureteuy Desa Ciela Kecamatan Bayongbong Kabupaten
109. MA Cilengang Desa Cinisti Kecamatan Bayongbong Kabupaten
110. MA Cijabung Desa Cinisti Kecamatan Bayongbong Kabupaten
111. MA Cikopinis Desa Cinisti Kecamatan Bayongbong Kabupaten
112. MA Cihaniwu Desa Mekarsari Kecamatan Bayongbong Kabupaten
113. MA Sirah Ciburuy Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten
114. MA Cikapinis Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten
115. MA Urug Cijelereun Desa Cikedokan Kecamatan Bayongbong Kabupaten
116. MA Ciujung Desa Cikedokan Kecamatan Bayongbong Kabupaten
117. MA Cipisin Desa Karyajaya Kecamatan Bayongbong Kabupaten
118. MA Pasir Pogor Desa Karyajaya Kecamatan Bayongbong Kabupaten
119. MA Citiis Desa Cisurupan Kecamatan Cisurupan Kabupaten
120. MA Kucubung Desa Cisurupan Kecamatan Cisurupan Kabupaten
121. MA Pasir Bedul Desa Cisurupan Kecamatan Cisurupan Kabupaten
122. MA Situleuweung Desa Cisurupan Kecamatan Cisurupan Kabupaten
123. MA Sorok Teko Desa Karamatwangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten
124. MA Bidema Desa Karamatwangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten
125. MA Ciburial Desa Cisera Kecamatan Cisurupan Kabupaten
126. MA Nusa Desa Cisera Kecamatan Cisurupan Kabupaten
127. MA Situ Burung Desa Cidatar Kecamatan Cisurupan Kabupaten
128. MA Sirahcidatar Desa Cidatar Kecamatan Cisurupan Kabupaten
129. MA Cibolang Desa Cidatar Kecamatan Cisurupan Kabupaten
130. MA Baru Emas Desa Cidatar Kecamatan Cisurupan Kabupaten
131. MA Empang Desa Cidatar Kecamatan Cisurupan Kabupaten
132. MA Teh Bibit Desa Sukawangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten
133. MA Cijauh Desa Sukawangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten
134. MA Cirobet Desa Sukawangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten
135. MA Saleh Desa Sukawangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten
136. MA Situ Burung Desa Sukawangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten
137. MA Cijareme Desa Sukawangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten
138. MA Cilongoh Desa Sukawangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten
139. MA Cibuluh Desa Sukawangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten
140. MA Gerewong Desa Sukawangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten
141. MA Kehutanan Desa Sukawangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten
10

1 2 3 4 5
142. MA Kuta Gadog Desa Sirnajaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
143. MA Ciseupan Desa Sirnajaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
144. MA Teureuparay Desa Sirnajaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
145. MA Naunggul Desa Sirnajaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
146. MA Ciaru Desa Sirnajaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
147. MA Ciawer Desa Sirnajaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
148. MA Andir Desa Sirnajaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
149. MA Cigintung Desa Tambakjaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
150. MA Cilegog Desa Tambakjaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
151. MA Cikahuripan Desa Tambakjaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
152. MA Cipariuk Desa Tambakjaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
153. MA Cienur Desa Tambakjaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
154. MA Cilandeuh Desa Tambakjaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
155. MA Gogobog Desa Tambakjaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
156. MA Cibulakan Desa Tambakjaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten
157. MA Pasir Kapinis Desa Simpangsari Kecamatan Cisurupan Kabupaten
158. MA Pamuruyan Desa Simpangsari Kecamatan Cisurupan Kabupaten
159. MA Surian Desa Pakuwon Kecamatan Cisurupan Kabupaten
160. MA Ciburial Desa Pangauban Kecamatan Cisurupan Kabupaten
161. MA Cikeunying Desa Pangauban Kecamatan Cisurupan Kabupaten
162. MA Eyang Domas Desa Pamulihan Kecamatan Cisurupan Kabupaten
163. MA Eyang Saung Desa Sukamaju Kecamatan Cilawu Kabupaten
164. MA Curug Cipeuleuy Desa Sukamaju Kecamatan Cilawu Kabupaten
165. MA Cibituwa Desa Sukamaju Kecamatan Cilawu Kabupaten
166. MA Cimerak Desa Ngamplang Kecamatan Cilawu Kabupaten
167. MA Cipulug Desa Sukamukti Kecamatan Cilawu Kabupaten
168. MA Cileueur Desa Mangkurakyat Kecamatan Cilawu Kabupaten
169. MA Ciakar Desa Dayeuhmanggung Kecamatan Cilawu Kabupaten
170. MA Cirupit Desa Dayeuhmanggung Kecamatan Cilawu Kabupaten
171. MA Ciraab Desa Dayeuhmanggung Kecamatan Cilawu Kabupaten
172. MA Samoja Desa Sukatani Kecamatan Cilawu Kabupaten
173. MA Citespong Desa Margalaksana Kecamatan Cilawu Kabupaten
174. MA Cisulang Desa Pasanggrahan Kecamatan Cilawu Kabupaten
175. MA Sirah Cirorek Desa Karyamekar Kecamatan Cilawu Kabupaten
176. MA Gunung Desa Karyamekar Kecamatan Cilawu Kabupaten
177. MA Cibuluh Gede Desa Mekarmukti Kecamatan Cilawu Kabupaten
178. MA Cilawer Desa Margamulya Kecamatan Cikajang Kabupaten
179. MA Cipanas Desa Margamulya Kecamatan Cikajang Kabupaten
180. MA Ciburial Desa Simpang Kecamatan Cikajang Kabupaten
181. MA Cibatok Desa Mekarsari Kecamatan Cikajang Kabupaten
182. MA Cibuniara Desa Padasuka Kecamatan Cikajang Kabupaten
183. MA Cikajang Desa Padasuka Kecamatan Cikajang Kabupaten
184. MA Cijolok Desa Cikajang Kecamatan Cikajang Kabupaten
185. MA Ciharus Desa Giriawas Kecamatan Cikajang Kabupaten
186. MA Cinyusu Desa Girijaya Kecamatan Cikajang Kabupaten
11

1 2 3 4 5
187. MA Pasir Bodot Desa Mekarjaya Kecamatan Cikajang Kabupaten
188. MA Kadulempeng Desa Cipangramatan Kecamatan Cikajang Kabupaten
189. MA Sawah Desa Wangunjaya Kecamatan Banjarwangi Kabupaten
Limus/Neglasari
190. MA Cikebi Desa Kadongdong Kecamatan Banjarwangi Kabupaten
191. MA Libra Desa Kadongdong Kecamatan Banjarwangi Kabupaten
192. MA Ciperena Desa Padahurip Kecamatan Banjarwangi Kabupaten
193. MA Pangendangan Desa Singajaya Kecamatan Singajaya Kabupaten
194. MA Cisungu Desa Singajaya Kecamatan Singajaya Kabupaten
195. MA Tenjong Karang Desa Karangagung Kecamatan Singajaya Kabupaten
196. MA Gunung Agreng Desa Karangagung Kecamatan Singajaya Kabupaten
197. MA Ciburusut Desa Cigintung Kecamatan Singajaya Kabupaten
198. MA Cikadut Desa Cigintung Kecamatan Singajaya Kabupaten
199. MA Ciawul Desa Mekartani Kecamatan Singajaya Kabupaten
200. MA Babakan Desa Mekartani Kecamatan Singajaya Kabupaten
201. Panyingkiran Desa Mekartani Kecamatan Singajaya Kabupaten
202. MA Ciwaru Desa Sukawangi Kecamatan Singajaya Kabupaten
203. MA Kopeng Desa Sukawangi Kecamatan Singajaya Kabupaten
204. MA Cisurian Desa Pancasura Kecamatan Singajaya Kabupaten
205. MA Sawah Peuteuy Desa Pancasura Kecamatan Singajaya Kabupaten
206. MA Cijurug Desa Sukamulya Kecamatan Singajaya Kabupaten
207. MA Singkur Desa Sukamulya Kecamatan Singajaya Kabupaten
208. MA Limus Tilu Desa Ciudian Kecamatan Singajaya Kabupaten
209. MA Sembah Lebe Desa Ciudian Kecamatan Singajaya Kabupaten
210. MA Pojok Cidenuk Desa Girimukti Kecamatan Singajaya Kabupaten
211. MA Cikatimulan Desa Peundeuy Kecamatan Peundeuy Kabupaten
212. MA Cipala Desa Saribakti Kecamatan Peundeuy Kabupaten
213. MA Cipeuteuy Desa Toblong Kecamatan Peundeuy Kabupaten
214. MA Citespong Desa Sukanagara Kecamatan Peundeuy Kabupaten
215. MA Ranca Desa Pangrumasan Kecamatan Peundeuy Kabupaten
216. MA Cihideung Desa Purwajaya Kecamatan Peundeuy Kabupaten
217. MA Cikupa Desa Cisompet Kecamatan Cisompet Kabupaten
218. MA Cicinduk Desa Panyindangan Kecamatan Cisompet Kabupaten
219. MA Gunung Kasur Desa Panyindangan Kecamatan Cisompet Kabupaten
220. MA Cijengkol Desa Panyindangan Kecamatan Cisompet Kabupaten
221. MA Cibelenong Desa Depok Kecamatan Cisompet Kabupaten
222. MA Hulu Cipicung Desa Depok Kecamatan Cisompet Kabupaten
223. MA Cibodego Desa Cikondang Kecamatan Cisompet Kabupaten
224. MA Cikanaga Desa Cikondang Kecamatan Cisompet Kabupaten
225. MA Curug Luhur Desa Sukamukti Kecamatan Cisompet Kabupaten
226. MA Cikadal Metang Desa Jatisari Kecamatan Cisompet Kabupaten
227. MA Cilimbung Desa Neglasari Kecamatan Cisompet Kabupaten
228. MA Puncak Lendra Desa Neglasari Kecamatan Cisompet Kabupaten
229. MA Bangsa Singa Desa Sukanagara Kecamatan Cisompet Kabupaten
230. MA Giri Mukti Desa Sukanagara Kecamatan Cisompet Kabupaten
231. MA Babakan Wangka Desa Sukanagara Kecamatan Cisompet Kabupaten
12

1 2 3 4 5
232. MA Citampian Desa Margamulya Kecamatan Cisompet Kabupaten
233. MA Ciawi Desa Margamulya Kecamatan Cisompet Kabupaten
234. MA Nagara Desa Mekarsari Kecamatan Cibalong Kabupaten
235. MA Cikijang Desa Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten
236. MA Cikojolalay Desa Sancang Kecamatan Cibalong Kabupaten
237. MA Patahan Desa Simpang Kecamatan Cibalong Kabupaten
238. MA Candra Desa Simpang Kecamatan Cibalong Kabupaten
239. MA Cijambe Desa Maroko Kecamatan Cibalong Kabupaten
240. MA Cigaronggong Desa Cigaronggong Kecamatan Cibalong Kabupaten
241. MA Cigarentel Desa Mekarwangi Kecamatan Cibalong Kabupaten
242. MA Cipanisari Desa Cikelet Kecamatan Cikelet Kabupaten
243. MA Ciawi Desa Linggamanik Kecamatan Cikelet Kabupaten
244. MA Buluh Desa Linggamanik Kecamatan Cikelet Kabupaten
245. MA Pagunungan Desa Cijambe Kecamatan Cikelet Kabupaten
246. MA Ciparet Desa Bungbulang Kecamatan Bungbulang Kabupaten
247. MA Henyon Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten
248. MA Cisuren Desa Wangunjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten
249. MA Gunung Leutik Desa Wangunjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten
250. MA Cijanggol Desa Hanjuang Kecamatan Bungbulang Kabupaten
251. MA Batu Remuk Desa Mekarbakti Kecamatan Bungbulang Kabupaten
Cikareo
252. MA Cibatu Manggung Desa Gunamekar Kecamatan Bungbulang Kabupaten
253. MA Ciharempoy Desa Tegalaga Kecamatan Bungbulang Kabupaten
254. MA Cimarebot Desa Margalaksana Kecamatan Bungbulang Kabupaten
255. MA Cikalong Desa Neglasari Kecamatan Pekenjeng Kabupaten
256. MA Cisurian Desa Talagawangi Kecamatan Pakenjeng Kabupaten
257. MA Air Markas Desa Talagawangi Kecamatan Pakenjeng Kabupaten
258. MA Sodong Desa Talagawangi Kecamatan Pakenjeng Kabupaten
259. MA Citiis Desa Sukamulya Kecamatan Pakenjeng Kabupaten
260. MA Datar Gadog Desa Selaawi Kecamatan Talegong Kabupaten
261. MA Cisuren Desa Selaawi Kecamatan Talegong Kabupaten
262. MA Puncak Luhur Desa Sukamaju Kecamatan Talegong Kabupaten
263. MA Cidudap Desa Sukamaju Kecamatan Talegong Kabupaten
264. MA Sawah Jeruk Desa Sukamulya Kecamatan Talegong Kabupaten
265. MA Rayugung Desa Sukamulya Kecamatan Talegong Kabupaten
266. MA Cibaliung Desa Mekarmulya Kecamatan Talegong Kabupaten
267. MA Panguyukan Desa Mekarmulya Kecamatan Talegong Kabupaten
268. MA Tutugan Desa Sukalaksana Kecamatan Talegong Kabupaten
269. MA Pasir Angin Desa Sukalaksana Kecamatan Talegong Kabupaten
270. MA Cisuren Desa Mekarmukti Kecamatan Talegong Kabupaten
271. MA Cihanjawar Desa Mekarmukti Kecamatan Talegong Kabupaten
272. MA Kadunenggang Desa Mekarwangi Kecamatan Talegong Kabupaten
273. MA Cikopeng Desa Mekarwangi Kecamatan Talegong Kabupaten
274. MA Cipicung Desa Garumukti Kecamatan Pamulihan Kabupaten
275. MA Kiara I Desa Panawa Kecamatan Pamulihan Kabupaten
276. MA Batu Kasang Desa Panawa Kecamatan Pamulihan Kabupaten
13

1 2 3 4 5
277.MA Cipompok Desa Pananjung Kecamatan Pamulihan Kabupaten
278.MA Pasir Kelar Desa Pananjung Kecamatan Pamulihan Kabupaten
279.MA Cipapandayan Desa Pananjung Kecamatan Pamulihan Kabupaten
280.MA Cipanyusukan Desa Pananjung Kecamatan Pamulihan Kabupaten
281.MA Kiara Tapok Desa Pananjung Kecamatan Pamulihan Kabupaten
282.MA Cicalobak Desa Pananjung Kecamatan Pamulihan Kabupaten
283.MA Cijotang Desa Pananjung Kecamatan Pamulihan Kabupaten
284.MA Cimulu Kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten
K Situ:
1. Situ Ajang 0,50 Desa Karangsari Kecamatan Pangatikan Kabupaten
2. Situ Bagendit 124,00 Desa Sukaratu Kecamatan Banyuresmi Kabupaten
3. Situ Bentang 2,00 Desa Tanjungkarya Kecamatan Samarang Kabupaten
4. Situ Bunderan 1,00 Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
5. Situ Calincing 0,86 Desa Cimurah Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
6. Situ Cangkuang 28,00 Desa Cangkuang Kecamatan Leles Kabupaten
7. Situ Ciaspa 0,20 Desa Sukawangi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
8. Situ Cibalagung 2,10 Desa Cimurah Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
9. Situ Cibangban 1,50 Desa Karangmulya Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
10. Situ Cibeulik 0,50 Kota Kelurahan Regol Kecamatan Garut Kabupaten
11. Situ Cibitung 2,00 Desa Sukakarya Kecamatan Samarang Kabupaten
12. Situ Cibolerang/Cinangger 0,20 Desa Mekarjaya Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
13. Situ Cibolerang 0,35 Desa Sadang Kecamatan Sucinaraja Kabupaten
14. Situ Cibulakan 1,50 Kelurahan Lebakjaya Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
15. Situ Cibulakan/Cikeruh 0,06 Desa Pamulihan Kecamatan Cisurupan Kabupaten
16. Situ Ciburial 0,60 Desa Cisero Kecamatan Cisurupan Kabupaten
17. Situ Ciburial 0,30 Desa Padamulya Kecamatan Pasirwangi Kabupaten
18. Situ Ciburial 0,06 Desa Sukajadi Kecamatan Samarang Kabupaten
19. Situ Ciburial 0,60 Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten
20. Situ Ciburial 0,46 Desa Sukarasa Kecamatan Pangatikan Kabupaten
21. Situ Ciburial/Cibuntal 0,34 Desa Citangtu Kecamatan Pangatikan Kabupaten
22. Situ Ciburial/Cijeungjing 0,30 Desa Sukawangi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
23. Situ Ciburial/Cipariuk 1,40 Desa Situjaya/Desa Situsaeur Kecamatan Kabupaten
Karangpawitan
24. Situ Cibuyut 2,60 Desa Lewobaru Kecamatan Malangbong Kabupaten
25. Situ Cidahu 7,70 Desa Mekarsari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
26. Situ Cigarawindu/Pasirgede 0,05 Desa Pangauban Kecamatan Cisurupan Kabupaten
27. Situ Cigintung 0,50 Desa Sukakarya Kecamatan Samarang Kabupaten
28. Situ Cihamirung/Hamirang 0,30 Desa Cidatar Kecamatan Cisurupan Kabupaten
29. Situ Cihampelas 0,30 Desa Mekarjaya Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
30. Situ Cihanterang 0,20 Desa Sukamanah Kecamatan Bayongbong Kabupaten
31. Situ Ciharemas 1,00 Desa Cisero Kecamatan Cisurupan Kabupaten
32. Situ Cihariang 0,28 Desa Sindanggalih Kecamatan Karangtengah Kabupaten
33. Situ Cihuni/Cihonje 0,30 Desa Sukawangi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
34. Situ Cihuni/Sukamanah 0,30 Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
14

1 2 3 4 5
35. Situ Cijaruju 0,75 Desa Sukaluyu Kecamatan Sukawening Kabupaten
36. Situ Cijonggor 11,20 Desa Margaluyu Kecamatan Leles Kabupaten
37. Situ Cikabayan/Lembang 0,30 Desa Rancanbango Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
38. Situ Cikajar 0,04 Desa Sukarame Kecamatan Bayongbong Kabupaten
39. Situ Cikaro/Cibolerang 0,49 Desa Cinunuk Kecamatan Wanaraja Kabupaten
40. Situ Cikembul 0,50 Desa Karangtengah Kecamatan Kadungora Kabupaten
41. Situ Cikole/Balongpanjang 0,35 Desa Wanasari Kecamatan Wanaraja Kabupaten
42. Situ Cikopo 0,50 Desa Jayaraga Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten
43. Situ Cilame 0,06 Desa Mekarwangi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
44. Situ Cilameta 0,60 Desa Hegarmanah Kecamatan Bayongbong Kabupaten
45. Situ Cileles 1,00 Desa Wanaraja Kecamatan Wanaraja Kabupaten
46. Situ Cileunteung 0,50 Desa Mekarluyu Kecamatan Sukawening Kabupaten
47. Situ Ciloa 0,26 Desa Sukasono Kecamatan Sukawening Kabupaten
48. Situ Cilopang 0,40 Desa Rancanbango Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten

49. Situ Cilutung 1,00 Desa Sirnajaya Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
50. Situ Cimaragas 0,75 Desa Karangsari Kecamatan Pangatikan Kabupaten
51. Situ Ciminggu 1,20 Desa Citangtu Kecamatan Pangatikan Kabupaten
52. Situ Cimurah 2,80 Desa Cimurah Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
53. Situ Cipadung 0,40 Desa Citangtu Kecamatan Pangatikan Kabupaten
54. Situ Cipanas 0,50 Desa Sukasono Kecamatan Sukawening Kabupaten
55. Situ Cipari/Cikoneng 2,30 Desa Sukarasa Kecamatan Pangatikan Kabupaten
56. Situ Cipariuk /Cibangban II 1,00 Desa Karangmulya Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
57. Situ Cipondok 1,00 Kecamatan Pasirwangi Desa Padamulya Kabupaten
58. Situ Cipondok 0,85 Desa Margaluyu Kecamatan Leles Kabupaten
59. Situ Cirema 1,00 Desa Sukamaju Kecamatan Kersamanah Kabupaten
60. Situ Cirobek/Bendung Cirobek 0,02 Desa Sukawangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten
61. Situ Cirukem/Cibulak 0,06 Desa Pamulihan Kecamatan Cisurupan Kabupaten
62. Situ Cisitu 0,32 Desa Karangsari Kecamatan Pangatikan Kabupaten
63. Situ Cisitu II 0,02 Desa Karangsari Kecamatan Pangatikan Kabupaten
64. Situ Citamansari 0,40 Desa Sukawangi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
65. Situ Citembok/Sindanglayung 0,01 Desa Sadang Kecamatan Sucinaraja Kabupaten
66. Situ Hamirung 0,30 Desa Padasuka Kecamatan Pasirwangi Kabupaten
67. Situ Jamban 0,05 Desa Bayongbong Kecamatan Bayongbong Kabupaten
68. Situ Kiray/Cibangban III 0,50 Desa Karangmulya Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
69. Situ Lame 0,40 Desa Sukakarya Kecamatan Samarang Kabupaten
70. Situ Lembang 1,00 Desa Tanjungkarya Kecamatan Samarang Kabupaten
71. Situ Lengkong 2,30 Desa Sukarasa Kecamatan Pangatikan Kabupaten
72. Situ Odah 0,06 Desa Karangsari Kecamatan Pangatikan Kabupaten
73. Situ Omo 0,60 Desa Mekarluyu Kecamatan Sukawening Kabupaten
74. Situ Pamegatan/Cirandeg 0,05 Desa Pangauban Kecamatan Cisurupan Kabupaten
75. Situ Paseh 0,30 Desa Panjiwangi Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
76. Situ Rancabango/Cihaneut 0,30 Desa Rancabango Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten
77. Situ Rancakukuk 6,70 Kecamatan Banyuresmi Desa Bayuresmi Kabupaten
78. Situ Randeg 0,40 Kecamatan Samarang Desa Sukakarya Kabupaten
79. Situ Rantun 1,40 Kecamatan Samarang Desa Tanjungjaya Kabupaten
15

1 2 3 4 5
80. Situ Salareuma 2,80 Desa Lengkongjaya Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
81. Situ Sampeureun 1,00 Desa Sukakarya Kecamatan Samarang Kabupaten
82. Situ Sarkanjut 1,00 Desa Dungusiku Kecamatan Leuwigoong Kabupaten
83. Situ Serang/Cikara 0,56 Desa Wanaraja Kecamatan Wanaraja Kabupaten
84. Situ Sukamanah 0,28 Desa Sadang Kecamatan Sucinaraja Kabupaten
85. Situ Sukarame 5,00 Desa Sukarame Kecamatan Leles Kabupaten
86. Situ Sunarsa 0,50 Desa Karangsari Kecamatan Pangatikan Kabupaten
87. Situ Tanjung - Desa Tanjungkarya Kecamatan Samarang Kabupaten
88. Situ Tembok 0,14 Desa Sadang Kecamatan Sucinaraja Kabupaten
89. Situ Waluran 2,70 Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten
90. Situ Babakan Kiaralawang - Desa Majasari Kecamatan Cibiuk Kabupaten
91. Situ Cilambak 0,001 Kecamatan Wanaraja Kabupaten
92. Situ Rawa 0,50 Desa Lengkongjaya Kecamatan Karangpawitan Kabupaten
93. Situ Cibitung 0,50 Desa Dangiang Kecamatan Cilawu Kabupaten
94. Situ Cibungaok 1,50 Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten
95. Situ Ciharashas 2,00 Desa Margalaksana Kecamatan Cilawu Kabupaten
96. Situ Cikabuyutan 3,00 Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten
97. Situ Ciraab 1,00 Desa Sukatani Kecamatan Cilawu Kabupaten
98. Situ Cireang 1,50 Desa Depok Kecamatan Pakenjeng Kabupaten
99. Situ Cirompang 18,00 Desa Gunung Jampang Kecamatan Bungbulang Kabupaten
100. Situ Ciserok/Cisarua 0,50 Desa Cisewu Kecamatan Cisewu Kabupaten
101. Situ Cisewu 0,50 Desa Cisewu Kecamatan Cisewu Kabupaten
102. Situ Hiang 0,45 Desa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupaten
103. Situ Kubang Bungur 1,00 Desa Sukarame Kecamatan Caringin Kabupaten
104. Situ Calana 1,50 Desa Girijaya Kecamatan Cikajang Kabupaten
105. Situ Cibiru 0,46 Desa Margalaksana Kecamatan Bungbulang Kabupaten
106. Situ Ciharus 0,25 Desa Girijaya Kecamatan Cikajang Kabupaten
107. Situ Cijanggot 0,60 Desa Hanjuang Kecamatan Bungbulang Kabupaten
108. Situ Cikeris 0,50 Desa Cikandang Kecamatan Cikajang Kabupaten
109. Situ Cipanas 1,00 Desa Simpang Kecamatan Cikajang Kabupaten
110. Situ Citamiang 0,40 Desa Mekarmukti Kecamatan Talegong Kabupaten
111. Situ Garduh 0,25 Desa Girijaya Kecamatan Cikajang Kabupaten
112. Situ Gede 0,50 Desa Girijaya Kecamatan Cikajang Kabupaten
113. Situ Gede 0,75 Desa Cikandang Kecamatan Cikajang Kabupaten
114. Situ Girang 0,50 Desa Girijaya Kecamatan Cikajang Kabupaten
115. Situ Panganten 0,80 Desa Giriyaya Kecamatan Cikajang Kabupaten
116. Situ Panjang 0,75 Desa Girijaya Kecamatan Cikajang Kabupaten
117. Situ Pasir jeungjing 0,50 Desa Cihurip Kecamatan Cihurip Kabupaten
118. Situ Renteng Ranca 0,40 Desa Cikandang Kecamatan Cikajang Kabupaten
119. Situ Sukagalih 0,25 Desa Giriawas Kecamatan Cikajang Kabupaten
120. Situ Wangi 0,50 Desa Giriawas Kecamatan Cikajang Kabupaten

B U P A T I G A R U T,

ttd
RUDY GUNAWAN
LAMPIRAN VII
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN GARUT TAHUN 2011-2031

PETA RENCANA POLA RUANG (GANTI)


LAMPIRAN VIII
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN GARUT TAHUN 2011-2031

KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA KABUPATEN

NO KSPK WILAYAH PENGEMBANGAN WISATA LOKASI


1 2 3 4 5
1. KSPK Perkotaan Garut Kecamatan Garut Kota 1. Wisata Domba Garut Kelurahan Margawati
2. Karacak Valley Kelurahan Margawati
3. Kawasan Wisata Seni dan Budaya Kecamatan Garut Kota
4. Bangunan Bersejarah Kecamatan Garut Kota
5. Wisata Permainan anak Kecamatan Garut Kota
6. Wisata Kuliner Kecamatan Garut Kota
7. Wisata Belanja Kecamatan Garut Kota
8. Event Budaya Kecamatan Garut Kota
9. Industri Kreatif Kerajinan Kulit Sukaregang Kecamatan Garut Kota
10. Handy Craft Kecamatan Garut Kota
11. Industri Kreatif Batik Garutan Kecamatan Garut Kota
12. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap kelurahan
Kecamatan Tarogong Kidul 1. Arung Jeram Sungai Cimanuk Sepanjang Sungai
2. Museum RA.A Adiwidjaya Desa Sukagalih
3. Wisata Olah raga Kecamatan Tarogong Kidul
4. Industri Kreatif Sutra Alam dan Batik Garutan Kecamatan Tarogong Kidul
5. Desa Wisata Kelurahan Sukajaya
6. Wisata Kuliner Kecamatan Tarogong Kidul
2

1 2 3 4 5
7. Art Center/Gedung Kesenian Desa Jayaraga
8. Wisata Belanja Kelurahan Pataruman
9. Industri Kreatif Batu Akik Kecamatan Tarogong Kidul
10. Monumen Perjuangan Rakyat Garut
11. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap kelurahan dan
desa
Kecamatan Tarogong Kaler 1. Curug Citiis Desa Pananjung
2. Kawasan Wisata Cipanas Kecamatan Tarogong Kaler
3. Paragliding Gunung Guntur Desa Cimanganten
4. Wisata Domba (Wisdom) Garut Desa Rancabango
5. Padepokan Seni dan Budaya Kecamatan Tarogong Kaler
6. Museum dan Padepokan Pasir Intan Kecamatan Tarogong Kaler
7. Centra Oleh-oleh Garut Kecamatan Tarogong Kaler
8. Monumen Perjuangan Kecamatan Tarogong Kaler
9. Wisata Adventure Kecamatan Tarogong Kaler
10. Desa Wisata Desa Rancabango
11. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap kelurahan dan
desa
Kecamatan Cilawu 1. Situ Ciraab Desa Sukatani
2. Curug Cihanjawar Desa Sukamurni
3. Perkebunan Teh Dayeuhmanggung Desa Dayeuhmanggung
4. Lapang Golf Desa Ngamplangsari
5. Atraksi Seni Ketangkasan Domba Garut
6. Wisata Kuliner
7. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki Kecamatan Cilawu
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
3

1 2 3 4 5
Kecamatan Banyuresmi 1. Kawasan Situ Bagendit Desa Banyuresmi
2. Kawasan Situs Batu Lulumpang Desa Cimareme
3. Makam KH. Hasan Arif Desa Cimareme
4. Body Rafting Sungai Cimanuk
5. Desa Wisata Kecamatan Banyuresmi
6. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Karangpawitan 1. Situ Gede Desa Situgede
2. Situ Cidahu Kelurahan Karangmulya
3. Situ Cibangban Kelurahan Karangmulya
4. Situ Bunderan Desa Jatisari
5. Situ Ciburial Desa Situjaya
6. Kawasan Makam Godog Desa Lebak Agung
7. Makam Linggaratu Desa Sindangpalay
8. Makam Nuryayi Kelurahan Karangmulya
9. Makam Embah Dalem Rakean Kelurahan Karangmulya
10. Bangunan Kolonial Desa Situsari
11. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
2. KSPK Garut Utara Kecamatan Balubur Limbangan 1. Kawasan Makam Sunan Dalem Cipancar Desa Pasirwaru
2. Gunung Sanghyang
3. Makam Sunan Rumenggong Kecamatan BL. Limbangan
4. Yayasan Galeuh Pakuan
5. Makam Prabu Munding Wangi
6. Centra Kerajinan Kreatif
7. Wisata Kuliner
8. Wisata Religi
9. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
4

1 2 3 4 5
Kecamatan Selaawi 1. Sentra Cinderamata dari Bambu Desa Mekarsari
2. Situs Situ Munigar
3. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Malangbong 1. Kebun Stroberi Desa Barudua
2. Wisata Industri Makanan Tradisional Kecamatan Malangbong
3. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Kersamanah 1. Kolam Renang Desa Lewo
2. Wisata Kuliner Kecamatan Kersamanah
3. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Cibatu 1. Curug Kancil Desa Padasuka
2. Kawasan Wisata Graha Liman Kencana Desa Cibunar
3. Kawasan Haritage Stasiun Kereta Api Cibatu Desa Cibatu
4. Wisata Religi Pesantren Keresek
5. Kerajinan Pandai Besi
6. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Cibiuk 1. Mesjid Kuno Desa Cibiuk Kidul
2. Kawasan Makam Syeikh Jafar Sidiq Desa Cipareuan
3. Lapang Paragliding
4. Wisata Kuliner
5. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
5

1 2 3 4 5
Kecamatan Kadungora 1. Curug Cimani Racun Desa Pananjung
2. Gunung Haruman Desa Harumansari
3. Paragliding Gunung Haruman
4. Taman Satwa Cikembulan Desa Cikembulan
5. Taman Buah
6. Wisata Hobi Olahraga Desa Talagasari
7. Wisata Kuliner
8. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Leuwigoong 1. Arung Jeram Sungai Cimanuk
2. Wisata Belanja
3. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Sukawening 1. Situ Cipanas Desa Sukasono
2. Situ Ciloa Desa Sukasono
3. Pemandian Air Panas Desa Sukasono
4. Makam Embah Pasir Kalapa Desa Pasanggrahan
5. Makam Santowaan Desa Sukasono
6. Makam Sangiyang Desa Sukasono
7. Padepokan HPS Pencak Silat Panglipur Desa Sukasono
8. Padepokan Panglipur Desa Sukasono
9. Curug Nyimas Gandasari Kecamatan Sukawening
10. Kawasan Lembah Cibeet Kecamatan Sukawening
11. Curug Nyimas Gandasari Desa Mekarluyu
12. Curug Sagobog Kecamatan Sukawening
13. Situ Jaruju
14. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
6

1 2 3 4 5
Kecamatan Leles 1. Kawasan Situ Cangkuang
2. Kerajinan Kreatif
3. Kuliner Tradisional
4. Curug Sawer
5. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Karangtengah 1. Karaha Bodas Desa Cintamanik
2. Pesanten Desa Sirnagalih
3. Lembah Batu Rahong Desa Sindanggalih
4. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Pangatikan 1. Haritage Mesjid Cipari Desa Mekarhurip
2. Kolam Renang Inayah
3. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki Desa Cihuni
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Wanaraja 1. Kawasan Makam Sunan Papak Desa Cinunuk
2. Haritage Pabrik Belerang Desa Wanasari
3. Wisata Kuliner
4. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Sucinaraja 1. Padepokan Seni dan Budaya Desa Pataruman
2. Taman Air Layung Sari Desa Sukalaksana
3. Situs Panyeredan
4. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
7

1 2 3 4 5
3. KSPK Garut Tengah Kecamatan Samarang 1. Situ Rantun
2. Kebun Mawar Desa Sukakarya
3. Penangkaran Elang Desa Barudua
4. Makam Syeikh Fatah Rohmatulloh
5. Kawasan Situ Cibeureum Desa Tanjungkarya
6. Wisata Kuliner
7. Kampung Sampireun
8. Kawasan Wisata Grand Hotel Kamojang
9. Kampung Desa Wisata Ciburial
10. Industri Kreatif
11. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki Desa Sukalaksana
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa Kecamatan Samarang
Kecamatan Pasirwangi 1. Kawasan Wisata Darajat Desa KaryaMekar, Desa
2. Agrowisata Padaawas, Desa Barusari dan
Desa Sarimukti
3. Industri Kreatif Akarwangi
Desa Padaawas
4. Desa Wisata
Desa Barusari
5. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa Desa Sarimukti

Kecamatan Sukaresmi 1. Wisata Religi (Pesantren Fauzan) Desa Sukaresmi


2. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Cisurupan 1. Kawasan Wisata Papandayan Desa Sirnajaya
2. Camping Ground
3. Curug Teko Desa Sirnajaya
4. Agrowisata
5. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
8

1 2 3 4 5
Kecamatan Bayongbong 1. Outbound Bumi Batara Desa Sukarame
2. Kawasan Situs Ciburuy Desa Bayongbong
3. Kawasan Situs Ciela
4. Arung Jeram Sungai Cimanuk
5. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Cigedug 1. Festival Nyaneut
2. Upacara Prosesi Seni Budaya 7 Mata Air
3. Kampung Olan
4. Agrowisata
5. Desa Wisata
6. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Cikajang 1. Curug Orok Desa Pananjung
2. Agro Park
3. Kawasan Wisata Perkebunan Giriawas
4. Atraksi Seni Ketangkasan Domba Garut
5. Kawasan Perkebunan Padawaas
6. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Pamulihan 1. Curug Naga Desa Pananjung
2. Curug Ceret Desa Pananjung
3. Curug Sanghiyang Taraje Desa Pakenjeng
4. Perkebunan Teh PTP VIII Pamulihan Desa Pananjung
5. PLTMH Sungai Cibatarua
6. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
9

1 2 3 4 5
4. KSPK Garut Selatan Kecamatan Pameungpeuk 1. Kawasan Pantai Sayangheulang Desa Mancagahar
a. Pantai Sayangheulang
b. Bukit Teletabis
2. Ngubek Leuwi
3. Makam KH. Prabu Marpu
4. Upacara Pesta Laut
5. Kerajinan Kreatif
6. Wisata Kuliner
7. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Cikelet 1. Kawasan Pantai Santolo
a. Pantai Santolo
b. Pantai Gunung Geder
c. Pantai Karangpapak
d. Pantai Manalusu
e. Pantai Karang Numpang
f. Penambakan Udang
2. Kampung Dukuh
3. Upacara Kawin Cai
4. Situ Cigekgok
5. Desa Wisata alam
6. Wisata Kuliner
7. Industri Kreatif
8. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Cisompet 1. Curug Neglasari
2. Perkebunan PTP VIII Neglasari
3. Perkebunan Coklat
4. Perkebunan Karet
10

1 2 3 4 5
5. Batu Tumpang
6. Makam Kuno Gunung Nagara
7. Centra Kuliner Tradisional
8. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Cibalong 1. Kawasan Wisata Pantai
Karangparanje
2. Pantai Karangparanje
3. Pantai Punaga
4. Penambakan Udang
5. Upacara Tileman Raja Siliwangi (Kerajaan Padjadajaran)
6. Wisata Kuliner
7. Industri Kreatif
8. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Banjarwangi 1. Upacara Prosesi Budaya Kawin Sumber Mata Air
2. Kawasan Situs Dangiang
3. Curug Ngebul
4. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Singajaya 1. Industri Kreatif Makanan Tradisional
2. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Peundeuy 1. Curug Batu Nyusun
2. Curug Koncrang
3. Curug Kiansantang
4. Curug Errmat
5. Curug Salawe
10

1 2 3 4 5
6. Industri Kreatif
7. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Cihurip 1. Situ Ranca Hideung Desa Cihurip
2. Curug Badak Desa Cisangkal
3. Leuwi Tonjong
4. Kampung Wisata Gula Aren
5. Makanan Tradisional
6. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Pakenjeng 1. Gunung Wayang
2. Kolam Renang Air Panas
3. Arung Jeram Sungai Cikandang
4. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Bungbulang 1. Pantai Puncak Guha (Kawasan Pantai Rancabuaya) Desa Sinarjaya
2. Kawasan Situ Cikabuyutan Desa Bojong
3. Sungai Rupit (Grand Rupit)
4. PLTMH Sungai Cirompang
5. Leuwi Jubleg
6. Batu Nanceub (Panorama Hegarmanah)
7. Wisata Kuliner Tradisional
8. Industri Kreatif Batu Akik
9. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Mekarmukti 1. Pantai Cicalobak (Kawasan Pantai Rancabuaya) Desa Mekarmukti
2. Pantai Cijayana (Kawasan Pantai Rancabuaya)
3. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki Desa Cijayana
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
11

1 2 3 4 5
Kecamatan Cisewu 1. Curug Nyogong Desa Mekarwangi
2. Curug Cibentang Desa Mekarwangi
3. Tirta Sewu Desa Mekarwangi
4. Wisata Makanan Tradisional
5. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Talegong 1. Panorama alam perkebunan
2. Industri Kreatif Batu Akik
3. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa
Kecamatan Caringin 1. Kawasan Pantai Rancabuaya Kecamatan Caringin,
2. Desa Wisata Kecamatan Bungbulang,
3. Industri Kreatif Batu Akik Kecamatan Mekarmukti
4. Wisata alam, budaya dan buatan lainnya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di tiap-tiap desa

B U P A T I G A R U T,

ttd

RUDY GUNAWAN
LAMPIRAN IX
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN GARUT NOMOR 29
TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA
RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT
TAHUN 2011-2031

PETA RENCANA KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN (GANTI)


LAMPIRAN X
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2011-2031

RENCANA PENANGANAN KAWASAN STRATEGIS

NO PENANGANAN KSK KRITERIA ISU PENANGANAN KECAMATAN


1 2 3 4 5 6
1. Ekonomi KSK Perkotaan Garut  kawasan yang memiliki nilai  sinergitas dengan a. Tarogong Kidul;
strategis ekonomi yang pengembangan wilayah b. Tarogong Kaler;
berpengaruh terhadap sekitar.
c. Garut Kota;
pertumbuhan ekonomi.  menyelaraskan struktur dan
d. Sebagian Kecamatan
 potensi ekonomi cepat tumbuh. pola ruang, serta arah
Banyuresmi;
pengembangan wilayah agar
terintegrasi dan saling e. Sebagian Kecamatan
mendukung dengan kawasan Cilawu; dan
tetangga. f. Sebagian Kecamatan
 perlu sinergitas Karangpawitan.
pembangunan antar wilayah.
2. KSK Koridor  kawasan yang memiliki nilai  kawasan transisi antara a. Kadungora;
Kadungora - Leles - strategis ekonomi yang kegiatan perekonomian b. Leles;
Garut berpengaruh terhadap di Kota Bandung dan
c. Tarogong Kaler; dan
pertumbuhan ekonomi. perkotaan Garut.
d. Tarogong Kidul
 potensi ekonomi cepat tumbuh.  berpotensi sebagai kawasan
ekonomi untuk persaingan
di tingkat regional.
 perlu sinergitas infrastruktur.
2
1 2 3 4 5 6
3. KSK Perbatasan  dukungan jaringan prasarana  berbatasan dengan a. Balubur Limbangan;
Bagian Utara dan fasilitas penunjang kegiatan Kabupaten Bandung, b. Selaawi;
ekonomi. Sumedang dan Tasikmalaya
c. Kersamanah;
 potensi ekonomi cepat tumbuh yang akan mendapatkan
pengaruh dari pembangunan d. Cibatu; dan
jalan tol Pembangunan jalan e. Malangbong.
Tol Cileunyi-Nagreg-Ciamis-
Banjar.
 berpotensi sebagai kawasan
ekonomi untuk persaingan
di tingkat regional.
4. KSK Perbatasan kawasan yang dapat mempercepat  berbatasan dengan a. Banjarwangi;
Bagian Timur pertumbuhan kawasan tertinggal Kabupaten Tasikmalaya yang b. Singajaya;
didalam wilayah kabupaten perlu dipacu
c. Peundeuy; dan
perkembangannya
disebabkan infrastruktur d. Cihurip.
yang kurang memadai,
sehingga kawasan ini kurang
terintegrasi dengan sistem
wilayah.
 mengantisipasi terhadap
potensi kerawanan terhadap
konflik sosial.
5. KSK Perbatasan kawasan yang dapat mempercepat  sebagian besar memiliki a. Caringin;
Bagian Barat pertumbuhan kawasan tertinggal fungsi sebagai kawasan b. Cisewu; dan
didalam wilayah kabupaten lindung. Kondisi ini perlu
c. Talegong.
strategi khusus dalam
memacu pertumbuhan
wilayahnya yang diharapkan
dapat mempercepat
pertumbuhan kawasan
tertinggal di sekitarnya.
 Mengantisipasi terhadap
potensi kerawanan terhadap
konflik sosial.
3

1 2 3 4 5 6
6. KSK Agropolitan  sektor unggulan yang dapat  mengembangkan kawasan a. Cisurupan;
menggerakkan pertumbuhan agroindustri. b. Cikajang;
ekonomi.  memanfaatkan hasil c. Cigedug;
 fungsi untuk mempertahankan pertanian sebagai bahan
d. Sukaresmi;
tingkat produksi pangan dalam olahan industri yang
rangka mewujudkan ketahanan dikembangkan. e. Pasirwangi; dan
pangan Bayongbong.
7. KSK Minapolitan sektor unggulan yang dapat  kawasan dengan sektor a. Tarogong Kaler;
menggerakkan pertumbuhan unggulan minapolitan air b. Sukawening;
ekonomi. tawar yang dapat
c. Pangatikan;
menggerakkan pertumbuhan
ekonomi. d. Sucinaraja;
 mempertahankan tingkat e. Wanaraja; dan
produksi pangan dalam f. Karangpawitan.
rangka mewujudkan
ketahanan pangan.

8. KSK Koridor Jalan kawasan yang berpengaruh  dukungan jaringan prasarana a. Cibalong;
Lintas Jabar Selatan terhadap perkembangan wilayah dan fasilitas penunjang b. Pameungpeuk;
koridornya termasuk Kawasan Garut kegiatan ekonomi.
c. Cikelet;
bagian Selatan dengan dukungan  perlu sinergitas infrastruktur
jaringan prasarana dan fasilitas d. Mekarmukti;
 perlu sinergitas
penunjang kegiatan ekonomi. e. Pakenjeng;
pembangunan antar wilayah
f. Bungbulang; dan
g. Caringin.
9. Sosial Budaya Kawasan Cagar  tempat pelestarian dan  mempertahankan suasana Cikelet
Budaya Kampung Adat pengembangan adat istiadat atau alam dan tradisi yang
Dukuh budaya. dilandasi budaya religi yang
 tempat yang memberikan kuat.
perlindungan terhadap  pelestarian cagar budaya.
keanekaragaman budaya.  tempat perlindungan
peninggalan budaya.
4

1 2 3 4 5 6
10. Kawasan Cagar  tempat pelestarian dan  mempertahankan suasana Leles
Budaya Kampung Pulo pengembangan adat istiadat atau alam dan tradisi yang
budaya. dilandasi budaya religi yang
 tempat yang memberikan kuat.
perlindungan terhadap  pelestarian cagar budaya.
keanekaragaman budaya.  tempat perlindungan
peninggalan budaya.

11. Lingkungan Hidup Kawasan Rawan  kawasan yang memberikan  meningkatkan potensi objek a. Tarogong Kaler; dan
Bencana Gunung Api perlindungan keseimbangan tata wisata alam yaitu pemandian b. Tarogong Kidul
Guntur dan Kawasan guna air yang setiap tahun air panas dan alamnya yang
Wisata Cipanas berpeluang menimbulkan indah sehingga menjadi
kerugian. potensi kawasan yang cepat
 kawasan rawan bencana alam. tumbuh dan berkembang.
merupakan kawasan yang memiliki  menjaga kelestarian
nilai strategis lainnya yang sesuai lingkungan.
dengan kepentingan pembangunan  meningkatkan aksesibilitas
wilayah kabupaten. dan sarana penunjang
wisata.

B U P A T I G A R U T,

ttd

RUDY GUNAWAN
LAMPIRAN XI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2011-2031

INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN GARUT

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER DANA
2016 – 2020

2021 -2025

2026 -2031
2011-2015

Kabupaten
NO PROGRAM UTAMA KEGIATAN LOKASI PELAKSANA

Nasional
Provinsi

Swasta
2016

2017

2018

2019

2020

Desa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
A. PERWUJUDAN RENCANA
STRUKTUR RUANG
1. Perwujudan Pusat
Kegiatan
1.1 perwujudan PKL  penataan Kawasan Perkotaan Garut Perkotaan Garut X X X X  Perangkat Daerah
sebagai PKL kawasan perkotaan ibu yang melaksanakan
kota kabupaten diantaranya adalah: Urusan Pekerjaan
- penataan Ruang Terbuka Publik Umum dan
(RTP) Alun-Alun Garut; Penataan Ruang
- rehabilitasi Gedung Pendopo;  Perangkat Daerah
- rehabilitasi dan perlindungan yang melaksanakan
bangunan cagar budaya; Urusan Perumahan
dan Permukiman
- pembangunan dan penataan ruang
terbuka HIJAU;  Swasta
- penataan hutan kota;
- penataan jalur pedestrian;
- penataan Pedagang Kaki Lima
(PKL)
- penataan bangunan dan
lingkungan;
- dll
2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pembangunan kawasan perdagangan, 1. Perkotaan Garut X X X X  Perangkat Daerah
jasa perkantoran dan jasa perbankan 2. Perkotaan yang melaksanakan
Pameungpeuk Urusan Pekerjaan
Umum dan
3. Perkotaan
Penataan Ruang
Cikajang
 Perangkat Daerah
4. Perkotaan
yang melaksanakan
Rancabuaya
Urusan
Perdagangan
 Swasta
 pembangunan rumah sakit umum PPK Perkotaan X X X X  Perangkat Daerah
daerah dan swasta yang melaksanakan
Urusan Kesehatan
 Swasta
 peningkatan Puskesmas Dengan 1. Perkotaan Garut X X  Perangkat Daerah
Tempat Perawatan (DTP) menjadi 2. Perkotaan yang melaksanakan
rumah sakit tipe C Pameungpeuk Urusan Kesehatan
3. Perkotaan  Swasta
Cikajang
4. Perkotaan
Rancabuaya
 pembangunan sarana pusat olahraga Perkotaan Garut X X Perangkat Daerah
terletak di PKL Perkotaan Garut yang melaksanakan
Urusan Olah Raga
 peningkatan sarana olahraga Kecamatan Garut X X Perangkat Daerah
lapangan Merdeka dan Jayaraga Kota yang melaksanakan
berada di PKL Perkotaan Garut Urusan Olah Raga

 pembangunan tempat peribadatan 1. Perkotaan Garut; X X X  Perangkat Daerah


2. Perkotaan yang melaksanakan
Pameungpeuk; Urusan Pekerjaan
Umum dan
3. Perkotaan
Penataan Ruang
Cikajang
 Swasta
4. Perkotaan
Rancabuaya
3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pembangunan kawasan induk pusat Perkotaan Garut X X  Bappeda
pemerintahan dan permukiman  Perangkat Daerah
terpadu di PKL Perkotaan Garut yang
melaksanakan
Urusan
Perumahan dan
Permukiman
 Perangkat Daerah
yang
melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan
Penataan Ruang
1. pembangunan rumah sakit jiwa dan 1. PKL Perkotaan X X  Perangkat Daerah
pusat pelayanan kesehatan paru Garut yang
2. PKL Perkotaan melaksanakan
Cikajang Urusan Kesehatan
 Swasta
 penyusunan Rencana Rinci Tata 1. Perkotaan Garut, X Perangkat Daerah
Ruang 2. Perkotaan yang melaksanakan
Pameungpeuk Urusan Penataan
Ruang
3. Perkotaan
Cikajang,
4. Perkotaan
Rancabuaya
 pembangunan prasarana dan sarana 1. Perkotaan Garut X X Perangkat Daerah
pemerintahan serta fasilitas 2. Perkotaan yang melaksanakan
penunjang kawasan pusat Pameungpeuk Urusan Pekerjaan
pemerintahan Umum dan Penataan
3. Perkotaan Ruang
Cikajang
4. Perkotaan
Rancabuaya
4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pengembangan sarana sosial dan 1. Perkotaan Garut X X X X  Perangkat Daerah
ekonomi 2. Perkotaan yang melaksanakan
Pameungpeuk Urusan Sosial
3. Perkotaan  Swasta
Cikajang
4. Perkotaan
Rancabuaya
 pengembangan sentra agribisnis 1. Perkotaan Garut X X  Perangkat Daerah
2. Perkotaan yang melaksanakan
Pameungpeuk Urusan Pertanian
3. Perkotaan  Perangkat Daerah
Cikajang yang melaksanakan
Urusan Pangan
4. Perkotaan
Rancabuaya  Swasta

 pengembangan kawasan minapolitan 1. Kecamatan X X  Perangkat Daerah


Tarogong Kaler yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Kelautan
Sukawening dan Perikanan
3. Kecamatan  Swasta
Pangatikan
4. Kecamatan
Sucinaraja
5. Kecamatan
Wanaraja
6. Kecamatan
Karangpawitan
2. pembangunan prasarana olah raga 1. Perkotaan Garut X X X  Perangkat Daerah
dan pariwisata 2. Perkotaan yang melaksanakan
Pameungpeuk Urusan
Kepemudaan dan
3. Perkotaan
Olah Raga
Cikajang
 Perangkat Daerah
4. Perkotaan
yang melaksanakan
Rancabuaya
Urusan Pariwisata
 Swasta
5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
3. pengembangan dan peningkatan 1. Kecamatan X X  Perangkat Daerah
perkebunan Pameungpeuk yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Pertanian
Cibalong  Swasta
3. Kecamatan
Cikelet
4. Kecamatan
Cikajang
5. Kecamatan
Caringin
6. Kecamatan
Bungbulang
7. Kecamatan
Mekarmukti
4. pembangunan prasarana pendukung 1. Kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
perkebunan Pameungpeuk yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Pertanian
Cikajang  Swasta
3. Kecamatan
Caringin
4. Kecamatan
Bungbulang
5. Kecamatan
Mekarmukti
5. peningkatan pengelolaan wilayah 1. Kecamatan X X X Perangkat Daerah
pesisir Caringin yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Kelautan dan
Mekarmukti Perikanan
3. Kecamatan
Bungbulang
4. Kecamatan
Pameungpeuk
5. Kecamatan
Cikelet
6. Kecamatan
Cibalong
6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 penataan infrastruktur permukiman 1. Perkotaan Garut X X X X Perangkat Daerah
2. Perkotaan yang melaksanakan
Pameungpeuk Urusan Perumahan
dan Permukiman
3. Perkotaan
Cikajang
4. Perkotaan
Rancabuaya
6. pembangunan infrastruktur dasar Kecamatan Caringin X X Perangkat Daerah
daerah perbatasan yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
1.2 Pengembangan 7. pembangunan kawasan perdagangan PPK Perkotaan X X  Perangkat Daerah
Pusat Pelayanan dan jasa perbankan yang melaksanakan
Kegiatan (PPK) Urusan
Perdagangan
 Swasta
 peningkatan terminal penumpang 1. Kecamatan X Perangkat Daerah
tipe C Samarang yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Perhubungan
Kadungora
3. Kecamatan Cibatu
4. Kecamatan
Bayongbong
5. Kecamatan
Cisewu
6. Kecamatan
Singajaya
7. Kecamatan
Peundeuy
8. Kecamatan
Bl. Limbangan
8. pembangunan dan peningkatan PPK Perkotaan X X Perangkat Daerah
rumah sakit umum daerah dan yang melaksanakan
swasta Urusan Kesehatan
7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
9. peningkatan Puskesmas Dengan PPK Perkotaan X Perangkat Daerah
Tempat Perawatan (DTP) menjadi yang melaksanakan
rumah sakit tipe C Urusan Kesehatan
10.pembangunan tempat peribadatan PPK Perkotaan X X  Perangkat Daerah
yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan
Penataan Ruang
 Swasta
11.pembangunan sarana seni dan PPK Perkotaan X X  Perangkat Daerah
budaya lokal yang melaksanakan
Urusan Pariwisata
 Swasta
12.penyusunan Rencana Rinci Tata 1. Kecamatan X Perangkat Daerah
Ruang Pasirwangi yang melaksanakan
2. Kecamatan Leles Urusan Tata Ruang
3. Kecamatan
Bl. Limbangan
4. Kecamatan
Selaawi
5. Kecamatan Cibatu
6. Kecamatan
Kadungora
7. Kecamatan
Wanaraja
13.pembangunan prasarana dan sarana PPK Perkotaan X Perangkat Daerah
pemerintahan serta fasilitas yang melaksanakan
penunjang kawasan pusat Urusan Pekerjaan
pemerintahan Umum dan Penataan
Ruang
14.pengembangan sarana sosial dan PPK Perkotaan X X X X  Perangkat Daerah
ekonomi yang melaksanakan
Urusan Sosial
 Swasta
8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1.3 pengembangan  pengembangan sarana sosial dan Seluruh PPL X X X X  Perangkat Daerah
Pusat Pelayanan ekonomi yang melaksanakan
Lingkungan (PPL) Urusan Sosial
 Swasta
 pembangunan tempat peribadatan Seluruh PPL X X  Perangkat Daerah
yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan
Penataan Ruang
 Swasta
 peningkatan sarana dan prasarana Seluruh PPL X X  Pemerintah Desa
pasar desa  Swasta
2. Perwujudan Rencana
Sistem Jaringan
Prasarana Wilayah
2.1. pengembangan  pembangunan dan pemantapan jalan 1. Lingkar Pasar X Perangkat Daerah
sistem jaringan kabupaten Cibatu yang melaksanakan
prasarana utama 2. By Pass Garut Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
3. By Pass Garut - Ruang
Cibatu
4. Karangpawitan-
Banyuresmi
5. Garut Kota -
Sucinaraja -
Wanaraja
6. Lingkar Cipanas
7. Situ Cangkuang -
Leles
8. Lingkar Pasar
Wanaraja
9. Kadungora-Leles
10. Lingkar Perkotaan
Bl. Limbangan
11. Bl. Limbangan -
Malangbong
12. Banyuresmi -
Bagendit
9

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
13. Sub Terminal
Cibatu
14. Bl. Limbangan –
Pasirwaru
15. Malangbong
(Barudua) -
Karangtengah
(Talaga Bodas)
16. Urug Nangoh -
Cikedokan
17. Karangtengah/
Caringin - Cinta -
Karaha Bodas
18. Darajat −
Kamojang
19. Samarang -
Kawasan
Strategis Provinsi
(KSP) Darajat
20. Cisompet -
Cibalong
21. Sanding -
Sukapadang -
Samarang
22. Sanding -
Cimaragas
23. Bungbulang -
Sukarame
 pembangunan dan peningkatan seluruh kecamatan X Perangkat Daerah
jalan desa yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
 pembangunan jembatan kabupaten 1. Cimurah pada X Perangkat Daerah
ruas Jalan yang melaksanakan
Cimurah – Urusan Pekerjaan
Cipicung Umum dan Penataan
Ruang
10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 Mekarsari/
Cimanuk pada
ruas Jalan
Mekarsari -
Sekarwangi
 Maleer pada ruas
Jalan By Pass
Garut
 Cipacing pada
ruas Jalan
Lingkar Pasar
Cibatu
 Haruman pada
ruas Jalan
Tutugan -
Haruman
 Tegal Jambu
pada ruas Jalan
Lingkar Cipanas
 Cileungsing pada
ruas Jalan
Lingkar Cipanas
 Ciojar Hulu pada
ruas Jalan
Hampor -
Cipanas
 Cipanday pada
ruas Jalan
Padarek -
Banjarsari
 Mandalawangi
pada ruas Jalan
Mandalawangi -
Rancasalak
 Saparantu pada
ruas Jalan
Cisangkal -
Cisanggiri
 Cijambe pada
ruas Jalan
Cisangkal –
Cisanggiri
11

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 Cikerenceng pada
ruas Jalan
Cisangkal -
Cisanggiri
 Sawah Curug
pada ruas Jalan
Cisangkal -
Cisanggiri
 Cimanggu pada
ruas Jalan
Cisangkal -
Cisanggiri
 Cihantap pada
ruas Jalan
Cisangkal –
Cisanggiri
 peningkatan terminal penumpang 1. Kecamatan X Perangkat Daerah
tipe C Samarang yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Perhubungan
Kadungora
3. Kecamatan Cibatu
4. Kecamatan
Bayongbong
5. Kecamatan
Cisewu
6. Kecamatan
Singajaya
7. Kecamatan
Peundeuy
8. Kecamatan
Bl. Limbangan
pembangunan terminal barang 1. Kecamatan Cibatu X Perangkat Daerah
2. Kecamatan Leles yang melaksanakan
Urusan Perhubungan
12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pembangunan rest area terpadu 1. Kecamatan X Perangkat Daerah
Bl. Limbangan yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Perhubungan
Talegong
3. Kecamatan
Malangbong
4. Kecamatan
Cisewu
5. Kecamatan
Kadungora
6. Kecamatan
Mekarmukti
2.1 pengembangan  pengembangan SPPBE 1. Kecamatan X Swasta
sistem jaringan Banyuresmi
energi 2. Kecamatan
Cilawu
3. Kecamatan
Cisurupan
4. Kecamatan
Pameungpeuk
5. Kecamatan
Bungbulang
6. Kecamatan
Bl. Limbangan
 pengembangan energi potensial air wilayah pengelolaan X Swasta
skala piko, mikro dan mini hidro Sungai Ciwulan -
Cilaki dan Sungai
Cimanuk –
Cisanggarung
 pemanfaatan teknologi sel surya seluruh Kecamatan X Swasta
2.2 pengembangan  pengembangan jaringan terestrial Desa-desa yang belum X X X X  Perangkat Daerah
sistem jaringan terjangkau sinyal yang melaksanakan
telekomunikasi telepon Urusan
Komunikasi dan
Informatika
 Swasta
13

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 peningkatan kapasitas sambungan seluruh kecamatan X Swasta
telepon
 penataan menara telekomunikasi seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
yang melaksanakan
Urusan
Komunikasi dan
Informatika
 Swasta
 pengembangan menara seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
telekomunikasi bersama yang melaksanakan
Urusan
Komunikasi dan
Informatika
 Swasta
 pengembangan jaringan seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
telekomunikasi internet yang melaksanakan
Urusan
Komunikasi dan
Informatika
 Swasta
 pengembangan perdesaan berbasis seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
internet yang melaksanakan
Urusan
Komunikasi dan
Informatika
 Swasta
2.3 pengembangan  pengelolaan daerah imbuhan tanah 1. CAT Garut X X X X  Perangkat Daerah
sistem jaringan pada wilayah CAT 2. CAT Banjarsari yang melaksanakan
sumber daya air Urusan Pekerjaan
3. CAT Malangbong
Umum dan
Penataan Ruang
 Perangkat Daerah
yang melaksanakan
Urusan
Lingkungan Hidup
 Swasta
14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pembangunan jaringan irigasi teknis 1. DI Leuwigoong X X X Perangkat Daerah
berada di: yang melaksanakan
a. Kecamatan Urusan Pekerjaan
Garut Kota Umum dan Penataan
Ruang
b. Kecamatan
Tarogong
Kidul
c. Kecamatan
Banyuresmi
d. Kecamatan
Wanaraja
e. Kecamatan
Pangatikan
f. Kecamatan
Sukawening
g. Kecamatan
Cibatu
h. Kecamatan
Kersamanah
i. Kecamatan
Leuwigoong
j. Kecamatan
Cibiuk
k. Kecamatan
Leles
l. Kecamatan
Malangbong
2. DI Leuwileuksa
berada
di Kecamatan
Caringin
3. DI Sentragoyang
berada
di Kecamatan
Pakenjeng
4. DI Ciakar berada
di Kecamatan
Pakenjeng;
15

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
5. DI Cikaengan II
berada
di Kecamatan
Peundeuy
6. DI Cimanuk II
berada
di Kecamatan
Tarogong Kidul
 optimalisasi pengembangan jaringan seluruh kecamatan X X X Perangkat Daerah
irigasi yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
 optimalisasi kapasitas air baku Sungai Cipalebuh X X X Perangkat Daerah
untuk air minum Kecamatan yang melaksanakan
Pameungpeuk dan Urusan Pekerjaan
beberapa sumber air Umum dan Penataan
lainnya Ruang
 pemanfaatan mata air untuk air seluruh kecamatan X X X Perangkat Daerah
minum yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
 pemanfaatan sumber air lainnya seluruh kecamatan X X X Perangkat Daerah
untuk penyediaan air baku yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
2.4 pengembangan  optimalisasi TPS PKL, PPK dan PPL X X X X  Perangkat Daerah
sistem jaringan yang melaksanakan
prasarana Urusan
lingkungan Lingkungan Hidup
 Swasta
 revitalisasi dan penataan TPA Kecamatan X X  Perangkat Daerah
Pasirbajing Banyuresmi yang melaksanakan
Urusan
Lingkungan Hidup
 Swasta
16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pembangunan TPA 1. Kecamatan X X  Perangkat Daerah
Banyuresmi yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan
Caringin Lingkungan Hidup
3. Kecamatan  Swasta
Pameungpeuk
4. Kecamatan
Banjarwangi
 revitalisasi IPAL Sukaregang X X X  Perangkat Daerah
Kelurahan Kota Wetan yang melaksanakan
berada di Kecamatan Urusan
Garut Kota Lingkungan Hidup
 Swasta
 pembangunan IPAL terpadu Kampung Copong X X X  Perangkat Daerah
Kelurahan yang melaksanakan
Sukamentri Urusan
Kecamatan Garut Lingkungan Hidup
Kota  Swasta
 revitalisasi IPLT Bojonglarang X X X  Perangkat Daerah
Kelurahan yang melaksanakan
Sukamentri Urusan
Kecamatan Garut Lingkungan Hidup
Kota  Swasta
 peningkatan akses pengelolaan air seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
limbah baik sistem on site maupun yang melaksanakan
off site Urusan
Lingkungan Hidup
 Swasta
 pengendalian pengolahan limbah seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
industri yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan
Penataan Ruang
 Swasta
17

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pengembangan jaringan seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
pengolahan air minum yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan
Penataan Ruang
 Swasta
 pengembangan jaringan pipa seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
distribusi yang melaksanakan
Urusan
Lingkungan Hidup
 Swasta
 pengembangan jaringan perpipaan seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
air minum yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan
Penataan Ruang
 Swasta
 pembangunan dan pemeliharaan seluruh kecamatan X X X  Perangkat Daerah
saluran drainase yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan
Penataan Ruang
 Perangkat Daerah
yang melaksanakan
Urusan
Perumahan dan
Permukiman
2.5 pengembangan
sistem jaringan
prasarana mitigasi
bencana
2.6.1. pengembangan  pembangunan, peningkatan dan PKL dan PPK X X X  Perangkat Daerah
dan pemeliharaan jaringan drainase yang melaksanakan
pembangunan utama, sekunder dan tersier Urusan Pekerjaan
sistem Umum dan
pengendalian Penataan Ruang
banjir
18

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pembuatan terasering Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
Bencana Banjir yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
 pembangunan check dam/dam 1. Kecamatan X X X Perangkat Daerah
penahan Bl. Limbangan yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Pekerjaan
Banyuresmi Umum dan Penataan
Ruang
3. Kecamatan
Bayongbong
4. Kecamatan Cibatu
5. Kecamatan Cibiuk
6. Kecamatan
Cigedug
7. Kecamatan
Cikajang
8. Kecamatan
Cilawu
9. Kecamatan
Cisurupan
10. Kecamatan Garut
kota
11. Kecamatan
Kadungora
12. Kecamatan
Karangpawitan
13. Kecamatan
Karangtengah
14. Kecamatan
Kersamanah
15. Kecamatan Leles
16. Kecamatan
Leuwigoong
17. Kecamatan
Malangbong
19

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
18. Kecamatan
Pangatikan
19. Kecamatan
Pasirwangi
20. Kecamatan
Samarang
21. Kecamatan
Selaawi
22. Kecamatan
Sucinaraja
23. Kecamatan
Sukaresmi
24. Kecamatan
Sukawening
25. Kecamatan
Tarogong Kaler
26. Kecamatan
Tarogong Kidul
27. Kecamatan
Wanaraja
 pembangunan Dam Pengendali 1. Kecamatan X X X Perangkat Daerah
Bl. Limbangan yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Pekerjaan
Banyuresmi Umum dan Penataan
Ruang
3. Kecamatan
Bayongbong
4. Kecamatan Cibatu
5. Kecamatan Cibiuk
6. Kecamatan
Cigedug
7. Kecamatan
Cikajang
8. Kecamatan
Cilawu
9. Kecamatan
Cisurupan
20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
10. Kecamatan
Garut kota
11. Kecamatan
Kadungora
12. Kecamatan
Karangpawitan
13. Kecamatan
Karangtengah
14. Kecamatan
Kersamanah
15. Kecamatan Leles
16. Kecamatan
Leuwigoong
17. Kecamatan
Malangbong
18. Kecamatan
Pangatikan
19. Kecamatan
Pasirwangi
20. Kecamatan
Samarang
21. Kecamatan
Selaawi
22. Kecamatan
Sucinaraja
23. Kecamatan
Sukaresmi
24. Kecamatan
Sukawening
25. Kecamatan
Tarogong Kaler
26. Kecamatan
Tarogong Kidul
27. Kecamatan
Wanaraja
21

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pembangunan sumur resapan 1. Kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
Bl. Limbangan yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Pekerjaan
Banjarwangi Umum dan
Penataan Ruang
3. Kecamatan
Banyuresmi  Swasta
4. Kecamatan
Bayongbong
5. Kecamatan
Cibatu
6. Kecamatan
Cibiuk
7. Kecamatan
Cigedug
8. Kecamatan
Cikajang
9. Kecamatan
Cilawu
10. Kecamatan
Cisurupan
11. Kecamatan Garut
Kota
12. Kecamatan
Kadungora
13. Kecamatan
Karangpawitan
14. Kecamatan
Karangtengah
15. Kecamatan
Kersamanah
16. Kecamatan Leles
17. Kecamatan
Leuwigoong
18. Kecamatan
Malangbong
19. Kecamatan
Pangatikan
22

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
20. Kecamatan
Pasirwangi
21. Kecamatan
Samarang
22. Kecamatan
Selaawi
23. Kecamatan
Sucinaraja
24. Kecamatan
Sukaresmi
25. Kecamatan
Sukawening
26. Kecamatan
Tarogong Kaler
27. Kecamatan
Wanaraja
 pembangunan Gully Plug 1. Kecamatan X X X Perangkat Daerah
Bl. Limbangan yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Pekerjaan
Banjarwangi Umum dan Penataan
Ruang
3. Kecamatan
Banyuresmi
4. Kecamatan
Bayongbong
5. Kecamatan Cibatu
6. Kecamatan Cibiuk
7. Kecamatan
Cigedug
8. Kecamatan
Cikajang
9. Kecamatan
Cilawu
10. Kecamatan
Cisurupan
11. Kecamatan Garut
Kota
12. Kecamatan
Kadungora
23

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
13. Kecamatan
Karangpawitan
14. Kecamatan
Karangtengah
15. Kecamatan
Kersamanah
16. Kecamatan Leles
17. Kecamatan
Leuwigoong
18. Kecamatan
Malangbong
19. Kecamatan
Pakenjeng
20. Kecamatan
Pangatikan
21. Kecamatan
Pasirwangi
22. Kecamatan
Samarang
23. Kecamatan
Selaawi
24. Kecamatan
Sucinaraja
25. Kecamatan
Sukaresmi
26. Kecamatan
Sukawening
27. Kecamatan
Tarogong Kaler
28. Kecamatan
Wanaraja
 rehabilitasi situ Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
Bencana Banjir yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
24

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pembangunan polder Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
Bencana Banjir yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
 penyediaan sistem peringatan dini Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
Bencana Banjir yang melaksanakan
Urusan
Penanggulangan
Bencana
 penyusunan Masterplan (MP) dan PKL dan PPK; X Perangkat Daerah
Detail Engineering Design (DED) yang melaksanakan
drainase pada PKL dan PPK Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
 penyusunan Masterplan (MP) Kawasan Rawan X Perangkat Daerah
penanganan banjir Bencana Banjir yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
 pembuatan peta pembagian zona Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
banjir Bencana Banjir yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
 penentuan lokasi dan jalur evakuasi Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
Bencana Banjir yang melaksanakan
Urusan
Penanggulangan
Bencana
 penetapan jalur evakuasi bencana Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
Bencana Banjir yang melaksanakan
Urusan
Penanggulangan
Bencana
25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 penetapan tempat evakuasi Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
bencana Bencana Banjir yang melaksanakan
Urusan
Penanggulangan
Bencana
 penyiapan jalur dan tempat Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
evakuasi bencana Bencana Banjir yang melaksanakan
Urusan
Penanggulangan
Bencana
2.6.2pengembangan  pembangunan bangunan penahan Kawasan Rawan X X X  Perangkat Daerah
dan longsor Bencana Gerakan yang melaksanakan
pembangunan Tanah Urusan Pekerjaan
sistem Umum dan
pengendali erosi Penataan Ruang
dan longsor  Perangkat Daerah
yang melaksanakan
Urusan
Perumahan dan
Permukiman
 penyediaan sistem peringatan dini Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
Bencana Gerakan yang melaksanakan
Tanah Urusan
Penanggulangan
Bencana
 pembuatan peta mikrozona Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
Bencana Gerakan yang melaksanakan
Tanah Urusan
Penanggulangan
Bencana
 penentuan lokasi dan jalur Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
evakuasi Bencana Gerakan yang melaksanakan
Tanah Urusan
Penanggulangan
Bencana
 penetapan jalur evakuasi bencana Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
Bencana Gerakan yang melaksanakan
Tanah Urusan
Penanggulangan
Bencana
26

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 penetapan tempat evakuasi Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
bencana Bencana Gerakan yang melaksanakan
Tanah Urusan
Penanggulangan
Bencana
 penyiapan jalur dan tempat Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
evakuasi bencana Bencana Gerakan yang melaksanakan
Tanah Urusan
Penanggulangan
Bencana
2.6.3. pengembangan  pembangunan jetty dan sistem Kawasan Rawan X X Perangkat Daerah
dan polder Bencana Tsunami yang melaksanakan
pembangunan Urusan Pekerjaan
sistem abrasi Umum dan Penataan
pantai, Ruang
gelombang
pasang, dan
tsunami
 pemasangan buoy (tsunami Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
warning system) Bencana Tsunami yang melaksanakan
Urusan Bencana
 penyusunan peraturan zonasi Kawasan Rawan X X Perangkat Daerah
kawasan pantai Bencana Tsunami yang melaksanakan
Urusan Penataan
Ruang
 rehabilitasi hutan mangrove Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
di daerah peisisir Bencana Tsunami yang melaksanakan
Urusan Lingkungan
Hidup
 penetapan jalur evakuasi bencana Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
Bencana Tsunami yang melaksanakan
Urusan Bencana
 penetapan tempat evakuasi Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
bencana Bencana Tsunami yang melaksanakan
Urusan Bencana
 penyiapan jalur dan tempat Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
evakuasi bencana Bencana Tsunami yang melaksanakan
Urusan Bencana
27

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
2.6.4. pengembangan  pembangunan sabodam pada Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
dan kawasan banjir lahar akibat Bencana Gunung Api yang melaksanakan
pembangunan letusan gunung api; Urusan Pekerjaan
sistem Umum dan Penataan
pengamatan Ruang
letusan gunung
berapi,
 penyusunan peraturan zonasi Kawasan Rawan X X Perangkat Daerah
kawasan rawan letusan gunung Bencana Gunung Api yang melaksanakan
api Urusan penataan
Ruang
 penyusunan rencana jalur Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
evakuasi dan tempat evakuasi Bencana Gunung Api yang melaksanakan
akhir dan tempat evakuasi Urusan Bencana
sementara
 penetapan jalur evakuasi bencana Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
Bencana Gunung Api yang melaksanakan
Urusan Bencana
 penetapan tempat evakuasi Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
bencana Bencana Gunung Api yang melaksanakan
Urusan Bencana
 penyiapan jalur dan tempat Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
evakuasi bencana Bencana Gunung Api yang melaksanakan
Urusan Bencana
B. PERWUJUDAN RENCANA
POLA RUANG
1. Perwujudan Kawasan
Lindung
1.1 Optimalisasi  pengembangan Kawasan Taman Kecamatan Samarang X X
kawasan hutan Hutan Raya (TAHURA)
lindung
28

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1.2 Optimalisasi  Penataan kawasan cagar budaya 1. Kecamatan X X X Perangkat Daerah
kawasan cagar berbasis kearifan lokal Karangpawitan yang melaksanakan
budaya Urusan Pariwisata
2. Kecamatan Leles
dan Kebudayaan
3. Kecamatan
Wanaraja
4. Kecamatan
Cibatu
5. Kecamatan
Cisompet
6. Kecamatan
Cibiuk
7. Kecamatan
Bayongbong
8. Kecamatan
Bl. Limbangan.
1.3 Optimalisasi kawasan  Rehabilitasi dan reboisasi kawasan Seluruh kecamatan X X X X Perangkat Daerah
kawasan yang yang melaksanakan
memberikan Urusan Lingkungan
perlindungan Hidup
terhadap kawasan
bawahnya
 Pengendalian kegiatan budidaya Seluruh kecamatan X Perangkat Daerah
pada kawasan tersebut yang melaksanakan
Urusan Penataan
Ruang
1.4 Optimalisasi kawasan  penegakan aturan garis sempadan Seluruh kecamatan X Perangkat Daerah
perlindungan pantai, sempadan sungai, sempadan yang melaksanakan
setempat danau/situ, dan sempadan mata air Urusan Penataan
Ruang
 penataan kawasan sempadan Seluruh kecamatan X X X Perangkat Daerah
pantai, sempadan sungai, sekitar yang melaksanakan
danau/situ dan sekitar mata air Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
29

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pengelolaan, pemeliharaaan, Seluruh kecamatan X X X Perangkat Daerah
pelestarian dan rehabilitasi kawasan yang melaksanakan
sempadan Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
 pembangunan dan pengembangan 1. Perkotaan Garut X X X Perangkat Daerah
RTH 2. Perkotaan yang melaksanakan
Pameungpeuk Urusan Lingkungan
Hidup
3. Perkotaan
Cikajang
4. Perkotaan
Rancabuaya
1.5 Pengendalian  Pengaturan kegiatan budidaya pada Kawasan Rawan X X Perangkat Daerah
kawasan rawan kawasan rawan bencana Bencana Alam yang melaksanakan
bencana alam Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
 Pengurangan resiko bencana pada Kawasan Rawan X X X X  Perangkat Daerah
kawasan rawan bencana Bencana Alam yang melaksanakan
Urusan Bencana
 Swasta
 penyusunan mitigasi bencana Kawasan Rawan X X X Perangkat Daerah
Bencana Alam yang melaksanakan
Urusan Bencana
1.6 Optimalisasi  Pengendalian ruang kawasan Kecamatan Singajaya X X X Perangkat Daerah
kawasan lindung lindung geologi yang melaksanakan
geologi Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang
2. Perwujudan Kawasan
Budidaya
2.1. perwujudan kawasan  Pengendalian ruang kawasan hutan 1. Kecamatan Perangkat Daerah
hutan rakyat rakyat Cisewu; yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Pekerjaan
Caringin; Umum dan Penataan
3. Kecamatan Ruang
Talegong;
30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
4. Kecamatan X
Bungbulang;
5. Kecamatan
Mekarmukti;
6. Kecamatan
Pamulihan;
7. Kecamatan
Pekenjeng;
8. Kecamatan
Cikelet;
9. Kecamatan
Pameungpeuk;
10. Kecamatan
Cibalong;
11. Kecamatan
Cisompet;
12. Kecamatan
Peundeuy;
13. Kecamatan
Singajaya;
14. Kecamatan
Cihurip;
15. Kecamatan
Banjarwangi;
16. Kecamatan
Cikajang;
17. Kecamatan
Cilawu;
18. Kecamatan
Bayongbong;
19. Kecamatan
Cigedug;
20. Kecamatan
Cisurupan;
21. Kecamatan
Sukaresmi;
22. Kecamatan
Samarang;
23. Kecamatan
Pasirwangi;
24. Kecamatan
Tarogong Kaler;
25. Kecamatan
Garut Kota;
31

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
26. Kecamatan
Karangpawitan;
27. Kecamatan
Karangtengah
28. Kecamatan
Wanaraja;
29. Kecamatan
Pangatikan;
30. Kecamatan
Sukawening;
31. Kecamatan
Banyuresmi;
32. Kecamatan
Leles;
33. Kecamatan
Leuwigoong;
34. Kecamatan
Cibatu;
35. Kecamatan
Kersamanah;
36. Kecamatan
Cibiuk;
37. Kecamatan
Kadungora;
38. Kecamatan
Balubur
Limbangan;
39. Kecamatan
Selaawi;
40. Kecamatan
Malangbong;
dan
41. Kecamatan
Sucinaraja.
2.2. perwujudan kawasan  pengendalian alih fungsi lahan seluruh kecamatan X  Perangkat Daerah
peruntukan pertanian pertanian yang melaksanakan
Urusan Pertanian
 Perangkat Daerah
yang melaksanakan
Urusan Pekerjaan
Umum dan
Penataan Ruang
32

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 penetapan lahan pertanian pangan seluruh kecamatan X Perangkat Daerah yang
berkelanjutan (LP2B) melaksanakan Urusan
Pertanian
 pengembangan komoditas tanaman seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
pangan unggulan yang melaksanakan
Urusan Pertanian
 Swasta
 pembangunan pusat pembibitan 1. Kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
komoditas unggulan agribisnis Bayongbong yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Pertanian
Cikajang  Swasta
3. Kecamatan
Bungbulang
4. Kecamatan
Banyuresmi
5. Kecamatan
Caringin
 pengembangan sarana pengeringan Seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
hasil pertanian yang melaksanakan
Urusan Pertanian
 Swasta
 pengembangan gudang Seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
penyimpanan hasil pertanian yang melaksanakan
Urusan Pertanian
 Swasta
 intensifikasi dan ekstensifikasi 1. Kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
komoditas agribisnis unggulan Cisurupan yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Pertanian
Cikajang  Swasta
3. Kecamatan
Cigedug
4. Kecamatan
Sukaresmi
5. Kecamatan
Pasirwangi
6. Kecamatan
Bayongbong
33

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pengembangan kawasan Seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
peternakan yang melaksanakan
Urusan Pertanian
 Swasta
 pembuatan sarana dan prasarana Seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
pengolahan limbah ternak yang melaksanakan
Urusan Pertanian
 Swasta
 pengembangan kawasan hijauan 1. Kecamatan X X  Perangkat Daerah
makanan ternak Cisewu yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Pertanian
Caringin  Swasta
3. Kecamatan
Talegong
4. Kecamatan
Bungbulang
5. Kecamatan
Mekarmukti
6. Kecamatan
Pamulihan
7. Kecamatan
Pakenjeng
8. Kecamatan
Cikelet
9. Kecamatan
Pameungpeuk
10. Kecamatan
Cibalong
11. Kecamatan
Cisompet
12. Kecamatan
Peundeuy
13. Kecamatan
Singajaya
14. Kecamatan
Cihurip
34

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
7. Kecamatan
Cikajang
Kecamatan
Banjarwangi
8. Kecamatan
Cilawu
9. Kecamatan
Bayongbong
10. Kecamatan
Cigedug
11. Kecamatan
Cisurupan
12. Kecamatan
Sukaresmi
13. Kecamatan
Samarang
14. Kecamatan
Pasirwangi
15. Kecamatan
Karangtengah
16. Kecamatan
Bl. Limbangan
17. Kecamatan
Selaawi
18. Kecamatan
Malangbong
 pengembangan kegiatan industri 1. Kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
pengolahan pakan ternak Caringin yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Pertanian
Pameungpeuk  Swasta
3. Kecamatan
Cikajang
4. Kecamatan
Cilawu
5. Kecamatan
Bayongbong
35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
6. Kecamatan
Karangpawitan
7. Kecamatan
Wanaraja
8. Kecamatan
Banyuresmi
9. Kecamatan
Bl. Limbangan
10. Kecamatan
Malangbong
11. Kecamatan
Cisurupan
12. Kecamatan
Cibalong
13. Kecamatan Garut
Kota
 pembangunan pasar hewan 1. Kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
Bayongbong yang melaksanakan
2. Kecamatan Urusan Pertanian
Tarogong Kidul  Swasta
3. Kecamatan
Cibalong
4. Kecamatan
Bungbulang
5. Kecamatan Garut
Kota
6. Kecamatan
Talegong
7. Kecamatan
Pameungpeuk
8. Kecamatan
Cikajang
9. Kecamatan
Wanaraja
10. Kecamatan
Bl. Limbangan
36

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 Pembangunan RPH 1. Kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
Caringin yang
2. Kecamatan melaksanakan
Pameungpeuk Urusan Pertanian
3. Kecamatan  Swasta
Cikajang
4. Kecamatan
Samarang
5. Kecamatan
Tarogong Kidul
6. Kecamatan
Banyuresmi
7. Kecamatan Cibatu
8. Kecamatan
Kadungora
9. Kecamatan
Karangpawitan
10. Kecamatan
Wanaraja
11. Kecamatan
Cibalong
12. Kecamatan
Bl. Limbangan
 pembangunan industri pengolahan 1. Kecamatan Garut X X  Perangkat Daerah
hasil ternak Kota yang
2. Kecamatan melaksanakan
Karangpawitan Urusan Pertanian
3. Kecamatan  Swasta
Malangbong
4. Kecamatan
Pameungpeuk
5. Kecamatan Leles
6. Kecamatan
Cikajang
37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
5. Kecamatan
Banyuresmi
6. Kecamatan
Cikelet
2.3. perwujudan kawasan  pengembangan sentra komoditas 1. Kecamatan X X  Perangkat Daerah
peruntukan unggulan perikanan Tarogong Kaler yang melaksanakan
perikanan 2. Kecamatan Urusan Kelautan
Sukawening dan Perikanan
3. Kecamatan  Swasta
Pangatikan
4. Kecamatan
Sucinaraja
5. Kecamatan
Wanaraja
6. Kecamatan
Karangpawitan
 pengembangan sentra pembenihan Seluruh kecamatan X X  Perangkat Daerah
dan pembesaran ikan tawar yang melaksanakan
Urusan Kelautan
dan Perikanan
 Swasta
 pengembangan kawasan 1. Kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
minapolitan perikanan budidaya air Tarogong Kaler yang melaksanakan
tawar 2. Kecamatan Urusan Kelautan
Sukawening dan Perikanan
3. Kecamatan  Swasta
Pangatikan
4. Kecamatan
Sucinaraja
5. Kecamatan
Wanaraja
6. Kecamatan
Karangpawitan
38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pembangunan unit pengolahan 1. Kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
hasil perikanan tangkap Pameungpeuk yang melaksanakan
2. Kecamatan Cikelet Urusan Kelautan
3. Kecamatan dan Perikanan
Cibalong  Swasta
4. Kecamatan
Pakenjeng
5. Kecamatan
Bungbulang
6. Kecamatan
Mekarmukti
7. Kecamatan
Caringin
 pengembangan sarana dan 1. Kecamatan Cikelet X X X X  Perangkat Daerah
prasarana meningkatkan produksi 2. Kecamatan yang melaksanakan
ikan laut Caringin Urusan Kelautan
dan Perikanan
3. Kecamatan
Mekarmukti  Swasta
4. Kecamatan
Pakenjeng
5. Kecamatan
Cibalong
 peningkatan aksesibilitas 1. Kecamatan X X X  Perangkat Daerah
pusat-pusat produksi perikanan Pameungpeuk yang melaksanakan
tangkap ke pusat-pusat pemasaran 2. Kecamatan Cikelet Urusan Kelautan
dan Perikanan
3. Kecamatan
Cibalong  Perangkat Daerah
yang melaksanakan
4. Kecamatan
Urusan
Pakenjeng
Perdagangan
5. Kecamatan
Bungbulang  Perangkat Daerah
yang melaksanakan
6. Kecamatan Urusan Pekerjaan
Mekarmukti Umum dan
7. Kecamatan Penataan Ruang
Caringin
39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pembangunan gudang 1. Kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
penyimpanan ikan : sarana Pameungpeuk yang melaksanakan
pengawetan/pendinginan (cold 2. Kecamatan Cikelet Urusan Kelautan
storage) 3. Kecamatan dan Perikanan
Cibalong  Swasta
4. Kecamatan
Pakenjeng
5. Kecamatan
Bungbulang
6. Kecamatan
Mekarmukti
7. Kecamatan
Caringin
 pembangunan industri pengolahan 1. Kecamatan X X  Perangkat Daerah
hasil ikan tangkap Pameungpeuk yang melaksanakan
2. Kecamatan Cikelet Urusan Kelautan
3. Kecamatan dan Perikanan
Cibalong  Perangkat Daerah
4. Kecamatan yang melaksanakan
Pakenjeng Urusan
5. Kecamatan Perindustrian
Bungbulang
6. Kecamatan
Mekarmukti
7. Kecamatan
Caringin
2.4. optimalisasi dan  optimalisasi pemanfaatan lahan seluruh sentra X X  Perangkat Daerah
pengembangan kurang produktif untuk industri agribisnis yang melaksanakan
kawasan pengembangan bahan baku Urusan
peruntukan industri produksi industri. Perindustrian
 Swasta
 pembangunan kawasan industri 1. Kecamatan Leles X X  Perangkat Daerah
oleh perusahaan kawasan industri 2. Kecamatan yang melaksanakan
Selaawi Urusan
Perindustrian
3. Kecamatan
Bl. Limbangan  Swasta
4. Kecamatan
Cibatu
40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pengembangan dan penataan seluruh sentra X X  Perangkat Daerah
industri kecil dan menengah industri yang melaksanakan
Urusan
Perindustrian
 Swasta
 Pengembangan sentra-sentra seluruh sentra X X  Perangkat Daerah
industri industri yang melaksanakan
Urusan
Perindustrian
 Swasta
 peningkatan sarana dan prasarana seluruh sentra X X X X  Perangkat Daerah
pendukung kegiatan industri industri yang melaksanakan
Urusan
Perindustrian
 Swasta
 optimalisasi pengolahan limbah seluruh sentra X X X X  Perangkat Daerah
terpadu industri yang melaksanakan
Urusan
Perindustrian
 Swasta
 pengembangan bahan baku seluruh sentra X X X X  Perangkat Daerah
produksi industri industri yang melaksanakan
Urusan
Perindustrian
 Swasta
 pengembangan area penyangga seluruh sentra X X X X  Perangkat Daerah
antara kawasan peruntukan industri yang melaksanakan
industri dengan kawasan lainnya Urusan
Perindustrian
 Swasta
2.5. perwujudan  penyusunan rencana induk 1. KSPK X Perangkat Daerah yang
kawasan kawasan strategis pariwisata Kecamatan Garut melaksanakan Urusan
peruntukan wisata Pariwisata
2. KSPK Garut Utara
3. KSPK Garut
Tengah
41

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
4. KSPK Garut
Selatan
 pembangunan sarana prasarana 1. KSPK X X X X  Perangkat Daerah
kawasan wisata Kecamatan Garut yang melaksanakan
2. KSPK Garut Utara Urusan Pariwisata
3. KSPK Garut  Swasta
Tengah
4. KSPK Garut
Selatan
 optimalisasi objek wisata agro 1. KSPK X X X X  Perangkat Daerah
Kecamatan Garut yang melaksanakan
2. KSPK Garut Utara Urusan Pariwisata
3. KSPK  Swasta
Garut Tengah
4. KSPK
Garut Selatan
 penataan infrastruktur transportasi 1. KSPK X X X  Perangkat Daerah
menuju kawasan objek wisata Kecamatan Garut yang melaksanakan
2. KSPK Garut Utara Urusan Pariwisata
 Swasta
3. KSPK Garut
Tengah
4. KSPK Garut
Selatan
 pengembangan daya tarik wisata 1. KSPK X X X X  Perangkat Daerah
di setiap kawasan wisata Kecamatan Garut yang melaksanakan
2. KSPK Garut Utara Urusan Pariwisata
 Swasta
3. KSPK
Garut Tengah
4. KSPK
Garut Selatan
42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 perencanaan dan penyediaan 1. KSPK X X  Perangkat Daerah
fasilitas paket wisata terpadu Kecamatan Garut yang melaksanakan
2. KSPK Garut Utara Urusan Pariwisata
 Swasta
3. KSPK
Garut Tengah
4. KSPK
Garut Selatan
 pengembangan penataan kawasan 1. KSPK Kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
wisata Garut yang melaksanakan
2. KSPK Garut Utara Urusan Pariwisata
3. KSPK  Swasta
Garut Tengah
4. KSPK
Garut Selatan
2.6. optimalisasi dan  pembangunan prasarana dan seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
pengembangan sarana permukiman yang melaksanakan
kawasan Urusan Perumahan
permukiman dan Permukiman
 Swasta
 pengembangan kawasan seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
permukiman sehat dan yang melaksanakan
berwawasan lingkungan Urusan Perumahan
dan Permukiman
 Swasta
 revitalisasi kawasan permukiman kawasan ibukota X X X Perangkat Daerah yang
kumuh Kecamatan kecamatan melaksanakan Urusan
Perumahan dan
Permukiman
 pengembangan rumah layak huni seluruh kecamatan X X X X  Perangkat Daerah
bagi MBR yang melaksanakan
Urusan Perumahan
dan Permukiman
 Swasta
43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
 pengembangan perumahan tahan kawasan rawan X X X X  Perangkat Daerah
gempa pada daerah rawan bencana bencana yang melaksanakan
Urusan Perumahan
dan Permukiman
 Swasta
2.7. optimalisasi dan  pengendalian ruang kawasan Seluruh Kecamatan X Perangkat Daerah yang
pengembangan pertahanan dan keamanan melaksanakan Urusan
kawasan lainnya Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang
C. PERWUJUDAN KAWASAN
STRATEGIS
1. Perwujudan Kawasan
Strategis Kabupaten
1.1. perwujudan kawasan  penyusunan Rencana Tata Ruang RTR KSK X Perangkat Daerah yang
strategis sudut Kawasan Strategis Kabupaten melaksanakan Urusan
kepentingan ekonomi Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang

B U P A T I G A R U T,

ttd

RUDY GUNAWAN
107°20' T 107°30' T 107°40' T 107°50' T 108°0' T 108°10' T
760000 mT 810000 mT 860000 mT

PEMERINTAH K ABUPATEN GARUT


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN SUMEDANG
ÖA ÿ
7°0' S

REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH

7°0' S
SELAAWI
BALUBURLIMBANGAN


h KABUPATEN GARUT TAHUN 2011 - 2031
$
# #E
PE T A R E N C A N A J A R I N G A N P R A S A R A N A
# h
KAB. MAJALENGKA



¾# # #
[ $ h#
# # #
CIBIUK
h 

MALANGBONG
h # 

W I L A Y A H K A B U P A T E N GA R U T
¾8
# [
KABUPATEN BANDUNG # 3 # #
KADUNGORA KERSAMANAH
# 

#


h U
$ h3[¾ $#
CIBATU

#
LEUWIGOONG h 

h
3 3
h
#

h 3 #



0 3,75 7,5 11,25 15 KM


LELES
$8 N 0 1 2 3 4 CM
ÖA Skala 1 : 375.000
# # SUKAWENING
Proyeksi : ............ Universal Transverse Mercator (UTM)
#
h h h
ÿ
) ÖA Sistem grid : ............ Grid Geografi dan Grid Universal Transverse Mercator
h# # KARANGTENGAH Zone UTM : ............ 48 S
7°10' S

[
ÿ $ ## 

Datum : ............ WGS 84

7°10' S
# 
 

BANYURESMI

#


ÿ
)
TAROGONG KALER #
N
$# h#



[
DIAGRAM LOKASI
#$
SAMARANG
#
$#h# # E##0ENh
#$ PalLT PANGATIKAN

[
N N 
 
 WANARAJA 6°0'S
[
(
##(
# h
N
#
###
[
# [ DKI JAKARTA
PASIRWANGI
#h ### # 

h BANTEN
[
N [ # # E
## 3 E # 


ÿ[ NN N h


# NN
#


E #h E #h [
TAROGONG KIDUL 

GARUTPKOTA
al
KARANGPAWITAN SUCINARAJA
ÿ
) JAWA BARAT
3 N ## E
N ##( #

[
N
SUKARESMI N # 7°0'S
N N 8 # N JAWA TENGAH
h N

[
N N # # KAB. CIAMIS
# ÿ h 

NN #
N # BAYONGBONG 
 8N N

[
SAMUDERA HINDIA
ÿ h ÿ N N N# # h # # 


TALEGONG # 106°0' T 107°0' T 108°0' T 109°0' T


ÿ ÿÿ N



[
N CILAWU
9190000 mU

9190000 mU
# ÿ ÿ CISURUPAN # hN 

LEGENDA JARINGAN PRASARANA UTAMA
Jaringan Transportasi Darat

[
# #
# ÿ
) # # ADMINISTRASI Jalan Kewenangan Nasional
7°20' S

N
CIGEDUG
ÿ Rencana Jalan Tol
[

7°20' S
ÿ N 

[
Ibukota Kabupaten Jalan Kewenangan Provinsi
R Rencana Jalan Kolektor Primer
# ! Ibukota Kecamatan Jalan Kewenangan Kabupaten
[

# #
Rencana Jalan Lokal Primer
E # #h N


# # ÿ Batas Kabupaten
KABUPATEN CIANJUR
# Rencana Terminal
h[¾ CISEWU
ÿN ÿ
PAMULIHAN
[
Batas Kecamatan h Rencana Terminal Tipe A


ÿ
)
ÿÿ
ÿ [
8 CIKAJANG
#E
Batas Perairan 4 mil
h
h RencanaTerminal Tipe B
ÿ ÿ ÿ Rencana Terminal Barang
[

ÿ # Jaringan Kereta Api


# # ÿ ÿÿh # BANJAR WANGI
SISITEM JARINGAN PRASARANA UTAMA
Reaktivasi Jalur Kereta Api
Reaktivasi Stasiun Kereta Api
ÿ # 

3
[

ÿ ÿ ÿ # ÖA Jalan Kewenangan Nasional Rencana Jembatan


BUNGBULANG
ÿÿÿ Jalan Arteri Primer $ Gardu Induk Listrik
ÿ #h Jaringan Transportasi Laut
[

Jalan Kewenangan Provinsi


ÿÿ
PAKENJENG Î Pelabuhan Pengumpan
# # ÿ #
ÿ 


Jalan Kolektor Primer


(
Jaringan Transportasi Udara
[

# h
 # #
ÿ N ÿ Jalan Kolektor Sekunder o Rencana Bandar Udara Khusus
Rencana Prasarana Energi


# Jaringan Jalan Kewenangan Kabupaten
[

ÿ
h Rencana PLT Panas Bumi
CARINGIN
N # # ÿ ÿ# ÿ ) ÿ #
SINGAJAYA
#
Jalan Lokal Primer [
)
ÿ
[ Jaringan Transmisi Tegangan Extra Tinggi
h h#

Jaringan Kereta Api 8 Gardu Induk Listrik
7°30' S

hÖ ÿ #
[

A PLT Piko Hidro, Mikro Hidro, Mini Hidro

7°30' S
E ÿ ÿ


Jalur Kereta Api ÿ
Rencana Jaringan Sumber Daya Air
ÿÿ
CIHURIP
ÿ N KABUPATEN TASIKMALAYA 3 Stasiun Kereta Api N Waduk
[

(
Î PP I h

 MEKARMUKTI
ÿ ÿÿ Terminal N Daerah Irigasi
Î h ÿ ÿÿ ÿ # 

h Terminal Tipe B Eksisting
N Sabo / Cek Dam
ÿ Jaringan Telekomunikasi
[

PP I # 

ÿ h# PEUNDEUY
ÿh h Terminal Tipe C Eksisting # BTS Eksisting
Î [
¾ CIKELET
CISOMPET


$$$ Prasarana Energi Fiber Optik
Rencana Fiber Optik
[

ÿ ÿ ÿ PLT Panas Bumi Eksisting Rencana Infrastruktur Persampahan Dan Air Limbah
A Ö TPPAS Regional
PP I PERAIRAN
(
Î A Ö TPPAS Eksisting
[

Î # $ Sungai
ÖA TPPAS Rencana
Pal
( Revitalisasi IPAL
Danau/Situ
# LT Revitalisasi IPLT
[

(
h

# $ KEDALAMAN LAUT JARINGAN PRASARANA LAINNYA
0 Rencana Pusat Olah Raga
0 - 50 meter
$
[

# #
PAMEUNGPEUK # E Rumah Sakit Eksisting
ÖA # 50 - 100 meter
Rencana Rumah Sakit
h

 100 - 150 meter
E
¾ Rest Area Terpadu
[
[

8 # Pelabuhan Perikanan
PPP
o E 150 - 200 meter
7°40' S

PPP
Î CIBALONG Pelabuhan Perikanan Pantai

7°40' S
> 200 meter Î
h PP I

Î Pelabuhan Pendaratan Ikan




PP I ÿÿ
LAMPIRAN III
Î PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 29 TAHUN 2011
TENTANG REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2011 - 2031
# B U P A T I G A R U T,
ttd

RUDY GUNAWAN
9140000 mU

9140000 mU
Sumber Data :
- Peta Dasar Batas Daerah Permendagri No 109 Tahun 2014, Permendagri No 30 tahun 2014, Permendagri No 15 tahun 2017,
Permendagri No 13 tahun 2008

S A M U D E R A H I N D I A - Peta Dasar Rupa Bumi Indonesia (RBI) Skala 1 : 25.000, Bakosurtanal Tahun 2006
- Kedalaman Laut, Dinas Hidro-Oseanografi Tahun 2007
- Hasil Analisis, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2016.
760000 mT 810000 mT 860000 mT
107°20' T 107°30' T 107°40' T 107°50' T 108°0' T 108°10' T
107°20' T 107°30' T 107°40' T 107°50' T 108°0' T 108°10' T
760000 mT 810000 mT 860000 mT

PEMERINTAH K ABUPATEN GARUT


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN SUMEDANG

REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH


7°0' S

KABUPATEN GARUT TAHUN 2011 - 2031

7°0' S
SELAAWI
BLUBUR LIMBANGAN
!

KAB. MAJALENGKA PE T A R E N C A N A K A W A S A N S T R A T E G I S
!

!
!
MALANGBONG
KABUPATEN BANDUNG CIBIUK KERSAMANAH
U
KADUNGORA
!
!

CIBATU
!

LEUWIGOONG
0 3,75 7,5 11,25 15 KM
!
!

LELES
0 1 2 3 4 CM
Skala 1 : 375.000
SUKAWENING Proyeksi : ............ Universal Transverse Mercator (UTM)
Sistem grid : ............ Grid Geografi dan Grid Universal Transverse Mercator
Zone UTM : ............ 48 S
Datum : ............ WGS 84
7°10'S

! KARANG TENGAH

7°10' S
!
!
!
BANYURESMI
TAROGONG KALER ! DIAGRAM LOKASI

SAMARANG
PANGATIKAN 6°0'S
WANARAJA
! !

DKI JAKARTA
R
TAROGONG KIDUL ! BANTEN
PASIRWANGI
! !
KARANGPAWITAN
!
SUCINARAJA JAWA BARAT
!

7°0'S
SUKARESMI JAWA TENGAH
GARUT KOTA
! KAB. CIAMIS
!
BAYONGBONG SAMUDERA HINDIA
!

106°0' T 107°0' T 108°0' T 109°0' T


TALEGONG
!

CILAWU
LEGENDA KETERANGAN
9190000 mU

CISURUPAN
!

9190000
ADMINISTRASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
7°20' S

CIGEDUG

7°20' S
!
R Ibukota Kabupaten KSN Stasiun Pengamat Dirgantara
12 Pameungpeuk
! Ibukota Kecamatan
KSN Fasilitas Uji Terbang Roket
PAMULIHAN Batas Kabupaten 13 Pameungpeuk
!

KABUPATEN CIANJUR
Batas Kecamatan
! CISEWU
KAWASAN STRATEGIS PROVINSI
Batas Perairan 4 mil
CIKAJANG 14 KSP Garut Selatan
BANJARWANGI KSP Panas Bumi Kamojang - Darajat -
!
SISTEM JARINGAN PRASARANA 15 Papandayan
Jaringan Jalan Kewenangan Nasional
Jalan Arteri Primer KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
! KSK Aspek Ekonomi
Jaringan Jalan Kewenangan Provinsi
BUNGBULANG
1 KSK Perkotaan Garut
Jalan Kolektor Primer
!

CARINGIN PAKENJENG
!

Jalan Kolektor Sekunder 2 KSK Koridor Kadungora - Leles - Garut


SINGAJAYA
!
Jaringan Jalan Kewenangan Kabupaten KSK Perbatasan Bagian Utara
3
7°30' S

(Balubur Limbangan - Malangbong)

7°30' S
Jalan Lokal Primer
!

CIHURIP
KSK Perbatasan Bagian Timur
KABUPATEN TASIKMALAYA Jaringan Kereta Api 4 (Singajaya Dan Sekitarnya)
!
MEKARMUKTI Jalur Kereta Api KSK Perbatasan Bagian Barat
5
!

(Caringin-Cisewu-Talegong)
! PERAIRAN
CIKELET ! PEUNDEUY
Sungai 6 KSK Agropolitan Cisurupan Dsk
CISOMPET

Danau/Situ KSK Minapolitan


7

KEDALAMAN LAUT 8 KSK Koridor Jalan Lintas Jabar Selatan


0 - 50 meter KSK Aspek Sosial Budaya
50 - 100 meter
KSK Cagar Budaya Kampung Adat Dukuh
9
!

PAMEUNGPEUK 100 - 150 meter


10 KSK Cagar Budaya Kampung Adat Pulo
150 - 200 meter
KSK Aspek Sumber Daya Alam
!

> 200 meter


7°40' S

KSK Wisata Cipanas

7°40' S
CIBALONG
11
!

LAMPIRAN IX
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 29 TAHUN 2011
TENTANG REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2011 - 2031

B U P A T I G A R U T,

ttd

9140000 mU
9140000 mU

RUDY GUNAWAN

Sumber Data :

S A M U D E R A H I N D I A - Peta Dasar Batas Daerah Permendagri No 109 Tahun 2014, Permendagri No 30 tahun 2014, Permendagri No 15 tahun 2017,
Permendagri No 13 tahun 2008.
- Peta Dasar Rupa Bumi Indonesia (RBI) Skala 1 : 25.000, Bakosurtanal Tahun 2008
- Kedalaman Laut, Dinas Hidro-Oseanografi Tahun 2007
- Hasil Analisis, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Garut, Tahun 2015
760000 mT 810000 mT 860000 mT
107°20' T 107°30' T 107°40' T 107°50' T 108°0' T 108°10' T
107°20' T 107°30' T 107°40' T 107°50' T 108°0' T 108°10' T
760000 mT 810000 mT 860000 mT

PEMERINTAH K ABUPATEN GARUT


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

8
$ KABUPATEN SUMEDANG
7°0' S


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH

7°0' S
¬ SELAAWI
BLUBUR LIMBANGAN
^^
_&!<
KABUPATEN GARUT TAHUN 2011 - 2031
<
! _ !


>
!
¬
_^_
KAB. MAJALENGKA
PE T A R E N C A N A P O L A R U A N G
!
^
!
<
!
!
MALANGBONG
<
!

KABUPATEN BANDUNG
<
! <
!
CIBIUK
^
_ KERSAMANAH ^
_
KADUNGORA

^
_ 
¬ U
!
! ¬

^
_ ¬
<
!
CIBATU
^
_ 8
$

!


>
!
LEUWIGOONG
<
! ^
_ &
¬^
_
¬ 0 3,75 7,5 11,25 15 KM
!

>
! ^
_
!
8
$ ^
_
LELES
8
$ 0 1 2 3 4 CM
& Skala 1 : 375.000

<
!
¬ Proyeksi : ............ Universal Transverse Mercator (UTM)
<
!
SUKAWENING Sistem grid : ............ Grid Geografi dan Grid Universal Transverse Mercator
Zone UTM : ............ 48 S
Datum : ............ WGS 84
!
7°10' S

¬< 8
$ ^
_ ^^
_
KARANG TENGAH

7°10' S
!
_
_ ^
_^
! !
^ _ DIAGRAM LOKASI
! <
!
BANYURESMI

8
$ TAROGONG KALER ¬ ^
_
<
! ^
_ ^
!

SAMARANG __
^ 6°0'S

¬ ^
_ ^ WANARAJA
PANGATIKAN
DKI JAKARTA

>
! !
^ ^
_ !


<
!
_
_^ BANTEN

¬ _ ^
_
 
& ¬ ¬

&¬ R KIDUL
TAROGONG
8
$ ¬

PASIRWANGI
^
_ ¬ ^
_ !
8
$

<
^
_ ¬ JAWA BARAT
!

¬
¬¬ >
!
!
^
_ !
^
_ <
!
^
_&
^^
_
! _^
^!_&
KARANGPAWITAN SUCINARAJA
<
!
_^
_ 7°0'S <!< >! 8
$ <

!
8
$
>
!
<
!
8
$$ 8!<!<!>!<!<!<
8!<!<$
JAWA TENGAH
¬ 8
$>!<

<
!! 8$
$ 8!<!<

<
!
<!> <
!
>$
8
<$
! !
& ¬ ¬ !
> 8
/ !
" <! <
!<
!
SUKARESMI 8
$ #
0 >!<

<
! >"
! /#
"
/08
$
>"
/
#
/
"
>
!
/!
" >"
!
/"
¬ #
0
>
! 8
$!0
8
$ 0//#
# 0

# # /
"

0
>
!/
"
8
$ #
0"/#0/
"
GARUT KOTA /$
8!>$ 8>" #
0
KAB. CIAMIS
¬ ¬ 8
$ $ 0
8
"
>
!
!
#/
"
^
^
_ 0
>$
!8
_ !
^ SAMUDERA HINDIA

^
_ & _^
_
^
_ BAYONGBONG
! ¬
<
! ! 106°0' T 107°0' T 108°0' T 109°0' T

¬ &
TALEGONG
LEGENDA KETERANGAN
!^
_
^
_
<
!
<
!

9190000 mU
CILAWU
9190000 mU

>
!
ADMINISTRASI KAWASAN LINDUNG

>
!
8
$
/
"
¬ ^
_
<CISURUPAN
!
Kawasan yang memberikan perlindungan
!
^
_ R Ibukota Kabupaten
Ibukota Kecamatan terhadap kaw. Bawahannya
7°20' S

!
Kaw. Hutan Lindung

7°20' S
CIGEDUG Batas Kabupaten
Batas Kecamatan Kawasan Resapan Air
!
^
_ <
!
^
_ Batas Perairan 4 mil Kawasan Konservasi
_ ^
^ _ SISTEM JARINGAN PRASARANA Kaw. Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
8
$ Kaw. Taman Wisata Alam dan taman Wisata Laut
^ Jaringan Jalan Kewenangan Nasional
KABUPATEN CIANJUR
#
0 PAMULIHAN _ !

Jalan Arteri Primer Kaw. Taman Buru


^
_ Rencana Jalan Tol Kaw. Lindung Geologi

^
_ ! CISEWU >
!
8
$ ¬ Jaringan Jalan Kewenangan Provinsi Kaw. Perlindungan Geologi (Karst)

/
"
/
" >
! ¬ Jalan Kolektor Primer Kawasan Perlindungan Setempat
CIKAJANG
Jalan Kolektor Sekunder Kaw. Sempadan Pantai
^
_ BANJARWANGI Rencana Jalan Kolektor Primer Kaw. Sempadan Sungai
 Jaringan Jalan Kewenangan Kabupaten
!
^
_ ¬ ^
_^
_ Kaw. Sepadan Situ
#
0 Jalan Lokal Primer

Kawasan Rawan Bencana Alam
>
! ¬ Rencana Jalan
Kaw. Rawan Bencana Banjir
/
"
/
"
/
" /
" /
" Jaringan Kereta Api
Kaw. Rawan Bencana Gunung Api I
Jalur Kereta Api
!
>
!
Kaw. Rawan Bencana Gunung Api II
BUNGBULANG ^
_ PERAIRAN
^
_^
!
_ Kaw. Rawan Bencana Gunung Api III
Sungai
#
0 PAKENJENG
CARINGIN Kaw. Rawan Gerakan Tanah Menengah
>
! ^
_
! #
0 Danau/Situ
#
0 Kaw. Rawan Gerakan Tanah Tinggi
SINGAJAYA KEDALAMAN LAUT
Kaw. Rawan Bencana Tsunami
>
!
8
$
 0 - 50 meter
¬ ^
_ "/!
Kawasan Lindung Lainnya
7°30' S

#
0 50 - 100 meter

7°30' S
! ^
_ Hutan Mangrove
8
$ 100 - 150 meter

/
"
CIHURIP ^
_
^
_ Kawasan Terumbu Karang
KABUPATEN TASIKMALAYA
¬ 150 - 200 meter
A
!! Padang Lamun
A
PP I #
0 8
$ /
" #
0 > 200 meter Ruang Terbuka Hijau
^
_^
_ !
Ruang Terbuka Hijau
ά   !
¬
MEKARMUKTI #
0

¬ !
^
_
Kawasan Peruntukan Pertambangan
8 Potensi Pertambangan Batuan
$ KAWASAN BUDIDAYA
AA ^
_

PP I

Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
!
¬
>
! /
" 0 Potensi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
#
¬ !
Kaw. Hutan Produksi Terbatas
Î 
^
^
_
_!
¬AA
CIKELET
^
_
CISOMPET
!
PEUNDEUY
/
"
< Potensi Pertambangan Panas Bumi
!
> Potensi Pertambangan Mineral Bukan Logam
! Kaw. Hutan Produksi Tetap
!! ! >
! / Potensi Pertambangan Mineral Logam
" Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
AA Kawasan Pertahanan dan Keamanan
PP I 8
$ #
0 Kawasan Hutan Rakyat

>
! _ HANKAM
^
Î ¬ _ Rencana HANKAM
^ Kawasan Peruntukan Industri
 Kawasan Perikanan Kawasan Industri

¬ #
0
¬ PPP
Pelabuhan Perikanan Pantai Kawasan Peruntukan Permukiman
A
! Î
A
! PP I
Pelabuhan Pendaratan Ikan Kawasan Permukiman Perdesaan
8
$ Î Kawasan Permukiman Perkotaan
 ^ A Budidaya Air Payau
/
" !
¬ _ !
Kawasan Peruntukan Pariwisata
^
_ A
! Budidaya Air Laut Kawasan Peruntukan Pariwisata
PAMEUNGPEUK /
" Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan Peruntukan Pertanian
>
!

 _$
^8  Lokasi Wisata
¬ Kawasan Pertanian Lahan Basah

¬ ^
_
!
¬ Cagar Budaya Kawasan Pertanian Lahan Kering
PPP Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan Peruntukan Perkebunan
7°40' S

^
_ & Pengembangan industri penyamakan kulit
ά
^ 

7°40' S
^
_^
_ _ >
!
CIBALONG Kawasan Perkebunan

¬ ¬
A
! A
! !
A A & Industri minyak akarwangi
& Industri penyamakan kulit
! #
0

PP I
^
_
¬^_ !


8
$
Î ¬ LAMPIRAN VII
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT

¬ NOMOR 6 TAHUN 2019

¬ TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 29 TAHUN 2011
TENTANG REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2011 - 2031
B U P A T I G A R U T,
ttd

RUDY GUNAWAN

9140000 mU
9140000 mU

Sumber Data :
- Peta Dasar Batas Daerah Permendagri No 109 Tahun 2014, Permendagri No 30 tahun 2014, Permendagri No 15 tahun 2017,
Permendagri No 13 tahun 2008, Rupa Bumi Indonesia (RBI) Skala 1 : 25.000, Bakosurtanal Tahun 2006

S A M U D E R A H I N D I A - Kedalaman Laut, Dinas Hidro-Oseanografi Tahun 2007


- Rencana Kawasan Lindung, Peta Rencana Pola Ruang Prov Jabar 2009 - 2029 (Perda Prov. Jabar No. 22 Tahun 2010)
- Rencana Kawasan Budidaya, Hasil Analisis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Garut, Tahun 2015 - 2016
- Kajian Kawasan Industri Kabupaten Garut, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Garut, Tahun 2015

760000 mT 810000 mT 860000 mT


107°20' T 107°30' T 107°40' T 107°50' T 108°0' T 108°10' T
107°20' T 107°30' T 107°40' T 107°50' T 108°0' T 108°10' T
760000 mT 810000 mT 860000 mT

PEM ERI NTA H K ABU PAT EN GAR UT


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN SUMEDANG

REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH


7°0' S

KABUPATEN GARUT TAHUN 2011 - 2031

7°0' S
SELAAWI
BLUBUR LIMBANGAN
*h
#!

PETA RENCAN A STRUKTUR RUA NG


#
*
¾ h# KAB. MAJALENGKA
!

[ * #
*
#
* h h#* !
#
*
[h
!
#
* * MALANGBONG
# ¾
KABUPATEN BANDUNG KADUNGORA
!
CIBIUK
*h
# !
3 KERSAMANAH U

[
¾ *
h3 # *CIBATU
#
#
* h#* 3
h LEUWIGOONG h !

3 0 3,75 7,5 11,25 15 KM

*h
#
#
*
!
#
*
3
#
*
!

0 1 2 3 4 CM
Skala 1 : 375.000
LELES
Proyeksi : ............ Universal Transverse Mercator (UTM)
SUKAWENING Sistem grid : ............ Grid Geografi dan Grid Universal Transverse Mercator
Zone UTM : ............ 48 S

h h h h #* Datum : ............ WGS 84


7°10' S

* #
* * #
# *#* !
* KARANG TENGAH
#

7°10' S
#
! !
#
* DIAGRAM LOKASI
!
BANYURESMI
TAROGONG KALER
#
* *h
#
!

6°0'S
#
*
SAMARANG h WANARAJA
PANGATIKAN
h DKI JAKARTA
! !

R h #
*# BANTEN


TAROGONG KIDUL #
* *h
!
PASIRWANGI
! !
h h 3 !
JAWA BARAT
#
*
h 3
#
* h ! KARANGPAWITAN

#
*
SUCINARAJA
7°0'S
#
*
#
* JAWA TENGAH
SUKARESMI
#
*
h GARUT KOTA
KAB. CIAMIS
*h
#
!
#
* SAMUDERA HINDIA
#
* #
* BAYONGBONG
!

h h #* !
106°0'
T 107°0'T 108°0' T 109°0' T
TALEGONG
#
*!

CILAWU
LEGENDA KETERANGAN
9190000 mU

9190000 mU
CISURUPAN
*h
#!

ADMINISTRASI SISTEM PUSAT KEGIATAN


7°20' S

#
* CIGEDUG
Ibukota Kabupaten

7°20'S
!
#
* R PKL
Ibukota Kecamatan

¶ #
* !
#
* PPK
h Batas Kabupaten
KABUPATEN CIANJUR
PAMULIHAN
!

h#*[¾ #
* #
* Batas Kecamatan #
* PPL
! CISEWU

Batas Perairan 4 mil


TRANSPORTASI DARAT
#
*
CIKAJANG
h #
* SISTEM JARINGAN PRASARANA
BANJARWANGI
#
* !
Jaringan Jalan Kewenangan Nasional 3 Stasiun Kereta Api Eksisting
#
* Jalan Arteri Primer 3 Reaktivasi Stasiun Kereta Api
#
* h Rencana Jalan Tol h Terminal Tipe B Eksisting
BUNGBULANG
#
* !
Jaringan Jalan Kewenangan Provinsi h Terminal Tipe C Eksisting
h!
Jalan Kolektor Primer h Rencana Terminal Tipe A
CARINGIN PAKENJENG #
*
#
*!
Jalan Kolektor Sekunder Rencana Peningkatan Terminal
#
*
h SINGAJAYA Rencana Jalan Kolektor Primer h Tipe B
*h h #* Jaringan Jalan Kewenangan Kabupaten Rencana Peningkatan Terminal
!

h
7°30' S

h #
Jalan Lokal Primer Tipe C

7°30' S
!

CIHURIP

KABUPATEN TASIKMALAYA
Rencana Jalan Lokal h Rencana Terminal Barang
(
Î

h !

#
*#
*
h
MEKARMUKTI

! h #
*
!

#
*h#
*
Jaringan Kereta Api
Jalur Kereta Api
PERAIRAN
TRANSPORTASI LAUT

(
Î Pelabuhan Lokal

[
¾ CIKELET #
*
CISOMPET
! PEUNDEUY
Sungai TRANSPORTASI UDARA
Danau/Situ o Rencana Bandar Udara
(
Î
KEDALAMAN LAUT
0 - 50 meter

h #
* 50 - 100 meter
100 - 150 meter
#
* !
#
*
PAMEUNGPEUK

o #* ¶h
!
150 - 200 meter
> 200 meter
7°40' S

7°40' S
CIBALONG
h LAMPIRAN I
#
*
!
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 29 TAHUN 2011
#
* TENTANG REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2011 - 2031
B U P A T I G A R U T,

ttd

RUDY GUNAWAN

9140000 mU
9140000 mU

Sumber Data :
- Peta Dasar Batas Daerah Permendagri No 109 Tahun 2014, Permendagri No 30 tahun 2014, Permendagri No 15 tahun 2017,
Permendagri No 13 tahun 2008
- Peta Dasar Rupa Bumi Indonesia (RBI) Skala 1 : 25.000, Bakosurtanal Tahun 2006
- Sistem Pusat Kegiatan, RTRWP Provinsi Jawa Barat, Tahun 2009 - 2029
- Sistem Pusat Kegiatan, RTRW Kabupaten Garut, Tahun 2011-2031
- Analisis Review dan Revisi RTRW Kabupaten Garut, Tahun 2015 - 2016
760000 mT 810000 mT 860000 mT
107°20' T 107°30' T 107°40' T 107°50' T 108°0' T 108°10' T

S A M U D E R A H I N D I A

Anda mungkin juga menyukai