Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM ERA AWAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam Dosen
Pengampu: Ahmad Muthohar, M.SI

Disusun Oleh:
Soleh Nurhidayat
NIM. 2011101053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTAN AJI MUHAMMAD


IDRIS SAMARINDA

2021

1
ABSTRAK

Pendidikan Agama islam era awal ini membahas tentang transformasi


pendidikan Islam pada periode awal, yaitu dari zaman nabi Muhammad. Pada masa
Nabi Muhammad SAW, kegiatan pendidikan Islam berlangsung dalam bentuknya
yang sederhana, berpusat pada penghuni penghuni. Nabi Muhammad SAW sebagai
uswatun hasanah dan rahmatan lil 'alamin bagi mereka yang mengharapkan
anugerah dan hari kiamat adalah pendidik pertama dan terdepan di dunia pendidikan
Islam. Proses transformasi sains, spiritualisme internalisasi nilai dan bimbingan
emosional Nabi Muhammad adalah mukjizat yang luar biasa dan manusia biasa
mungkin tidak dapat melakukannya. Implementasi pembinaan pendidikan Islam
pada zaman Nabi Muhammad SAW dilakukan dalam dua tahap yaitu di Mekkah,
sebagai tahap awal bimbingan pendidikan Islam dan fase Madinah, sebagai fasa
perbaikan bimbingan pendidikan Islam

Kata kunci: Pemikiran pendidikan islam era awal.

1
A. Pendahuluan

Pendidikan Islam bersumber kepada al-Quran dan Hadis adalah untuk


membentuk manusia yang seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Allah SWT, dan untuk memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia
agar dapat menjalankan seluruh kehidupannya, sebagaimana yang telah
ditentukan Allah dan Rasul-Nya, demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
atau dengan kata lain, untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya, yaitu
memanusiakan manusia, supaya sesuai dengan kehendak Allah yang menciptakan
sebagai hamba dan khalifah di muka bumi.

Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kesempurnaan, oleh karena


itu dengan segala potensi yang dimilikinya, manusia berusaha maju dan
berkembang untuk mencapai kesempurnaannya itu. Manusia setiap saat
membutuhkan belajar dari lingkungan atau alam semesta dan juga diperlukan
pengaruh dari luar yang disebut dengan istilah Pendidikan.

Pendidikan islam telah eksis semenjak islam pertama kali diturunkan yaitu
ketika Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rasul untuk menyebarluaskan ajaran
islam, maka apa yang dilakukan jelas dapat dikategorikan sebagai pendidikan.
Rasullulah adalah sosok guru yang agung, kepribadiannya merupakan
perwujudan ideal tentang seorang guru dan pendidik1.

B. Konsep
Konsep dari pembahasan tema pemikiran Pendidikan islam masa awal yaitu
pada zaman Rasullah saw ialah tentang institusi/Lembaga yang ada pada zaman
nabi baik dari priode mekah Madinah, serta bisa menggambarkan lebih dalam lagi
tentang sistem pendidikan baik dari segi kurikulum dan juga metode
pengimplementasikan nya dan juga pada zaman sahabat nabi, untuk itu agar kita
si pembaca memahami lebih dalam lagi tentang konsep dasar pemikiran
pendidikan awal maka dapat membaca makalah ini.

1
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam , Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia (Jakarta : Kencana, 2007) hal 44.
2
C. Pembahasan

1. Pengertian Pemikiran pendidikan islam masa awal

a. Pengertian pemikiran pendidikan islam masa awal

Secara etimologi pemikiran dari kata dasar “pikir” yang berarti proses,
cara, atau perbuatan memikir, yaitu menggunakan akal budi untuk
memutuskan suatu persoalan dengan mempertimbangkan segala sesuatu
secara bijaksana. Pemikiran juga bisa diartikan sebagai upaya cerdas dan
proses kerja akal dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha mencari
penyelesaiannya secara bijaksana2.

Pendidikan Islam disini dipahami proses pentransferan nilai yang


dilakukan oleh pendidik, yang meliputi proses pengubahan sikap dan tingkah
laku serta kognitif peserta didik, baik secara kelompok maupun individu
kearah kedewasaan yang optimal dengan melibatkan seluruh potensi yangh
dimilikinya, yakni dengan menggunakan alat belajar dan berlangsung pada
tempat tertentu sesuai dengan ajaran Islam. Dan diharapkan peserta didik
mampu memfungsikan dirinya sebagai hamba ataupun khalifah yang
berpedoman pada ajaran Islam.

Pemikiran pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan


kalbu yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam melihat berbagai
persoalan yang ada dalam pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun
sebuah paradigma pendidikan yang mampu menjadi wahana bagi pembinaan
dan pengembangan peseta didik3. Dan diharapkan dapat memberi masukan
dalam merekonstruksi pola dan metode pendidikan Islam yang lebih tepat
diterapkan terutama dalam sistem Pendidikan Nasional serta memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan.

2 Institusi Pendidikan Islam Masa Nabi Muhammad SAW


a. Fase Makkah (611-622 M)

2
A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009) hal.3
3
Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam,…hal 4
3
Pada fase makkah ini ada dua tempat / lembaga pendidikan yang
digunakan melangsungkan kegiatan pendidikan yaitu:
1) Rumah Arqam ibnu Arqam. materi yang diajarkan di sini yaitu
berupa hukum Islam dan dasar-dasar agama Islam dan Rasullulah
sendiri pengajarnya. Ada beberapa alasan kenapa nabi memilih rumah
Arqam, Arqam sahabat Nabi yang setia sekaligus lokasinya yang
sangat baik, terhadang dari penglihatan kaum Qurays 4 , Arqam
memeluk Islam dalam usia masih remaja, yaitu berumur enam belas
tahun. Jadi kafir quraisy tidak menyangka kalau rumah seorang remaja
di jadikan sebagai markas sekaligus tempat melakukan pendidikan5.
2) Kuttab

Pendidikan kuttab berlangsung di rumah-rumah guru yang


mengajakan baca tulis sastra, syair arab, dan pembelajaran berhitung
namun setelah islam datang materinya ditambah dengan baca tulis Al-
qur’an dan memahami hukum-hukum Islam6.

Dalam sejarah pendidikan islam, istilah Kuttab telah dikenal di


kalangan bangsa arab pra islam. Ahmad Syalaby mengatakan bahwa
Kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua yakni:

a).Kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar


pusi-puisi arab, dan sebagian besar gurunya adalah nonmuslim.

Pada mulanya pendidikan kuttab berlangsung di rumah-rumah


para guru atau di pekarangan sekitar masjid. Materi yang di ajarkan
dalam pelajaran baca tulis ini adalah puisi atau pepatah-pepatah Arab
yang mengandung nilai-nilai tradisi yang baik. Adapun penggunaan
Al-Quran sebagai teks dalam kuttab baru terjadi kemudian, ketika
jumlah kaum muslimin yang menguasai al-Quran telah banyak, dan

4
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Wacana Ilmu, 2001) hal. 13
5
http://arozakabuhasan.wordpress.com/2012/04/12/arqam-bin-abi-arqam-seorang-shahabat-
yang-istimewa/ diakses pada 17 November 2021 pukul 14.17
6
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam , Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia (Jakarta : Kencana, 2007) hal 38
4
terutama setelah kegiatan kodifikasi pada masa kekhalifahan ‘Usman
ibn Affan’. Senada dengan hal di atas, Samsul Nizar menjelaskan
bahwa hal tersebut disebabkan oleh dua faktor: (1) menjaga kesucian
al-quran, agar tidak sampai terkesan di permainkan para siswa dengan
menulis dan menghapusnya. Hal ini di sebabkan para siswa di ajarkan
tulis menulis di atas batu tulis, yang mana acap kali di hapus. (2) pada
masa awal islam pengikut nabi yang bisa baca tulis hanya sedikit,
kebanyakan mereka bertugas sebagai juru tulis nabi. Oleh sebab itu
kebanyakan guru baca tulis adalah kaum Zimmi dan para tawanan
perang, seperti tawanan badar. Untuk itu tidak mungkin mereka
memiliki kewenangan untuk mengajarkan al-quran kepada para
siswa7.

b). Sebagai pengajaran al-quran dan dasar-dasar agama


islam.

Pada fase Mekkah Rasulullah beserta sahabat


menghadapi sejumlah tantangan dan ancaman dari kaum
Quraisy. Menurut Ahmad Salaby, sebagaimana yang di kutip
soekarno, bahwa faktor-faktor yang mendorong kaum Quraisy
menentang seruan islam ialah sebagai berikut: (1) persaingan
kekuasaan (persamaan hak antara kaum bangsawan dan kaum
kasta hamba sahaya yang dilakukan oleh Rasulullah. (2) takut
bangkit. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama islam
yang mengajarkan bahwa manusia akan hidup lagi setelah
mati. (3) taklid kepada nenek moyang secara membabi buta
dan mengikuti langkah-langkah mereka dalam soal-soal
peribadatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang telah
berurat berakar pada bangsa Arab. (4) memperniagakan

7
Depertemen Agama, Qur’an dan Terjamahnya, Surakarta: CV Al-Hanan
5
patung, agama islam melarang menyembah, memahat,
menjual patung8.

Rasulullah SAW dan para sahabatnya memutuskan


untuk berhijrah ke Madinah setelah menghadapi dan
mendengar ancaman tersebut. Ketika Rasulullah dan para
sahabatnya hijrah ke Madinah , salah satu program pertamanya
adalah membangun sebuah masjid.

b. Fase Madinah (622-632 M)


Ketika Rasullulah dan sahabat hijrah ke madinah program yang
pertama yag beliau lakukan salah satunya adalah pembangunan Masjid.
Masjid yang pertama di bangun Nabi adalah masjid Nabawi di Quba
pada jarak 2 mil dari madinah ketika beliau hijrah dari makkah ke
madinah. Rasullulah membangun sebelah utara masjid Madinah dan
Masjidil Haram yang disebut suffah 9 . Pengajaran dilakukan baik
didalam masjid atau disamping masjid dalam bentuk suffah atau kuttab.
Masjid inilah yang menjadi pusat kegiatan Rasullulah SAW
bersama kaum muslimin untuk membina masyarakat baru, masyarakat
yang disinari tauhid, dan mencerminkan persatuan dan kesatuan umat.
Di masjid inilah beliau melakukan berbagai kegiatan, membacakan Al-
qur’an atau membacakan ayat-ayat yang baru diturunkan. Masjid
dijadikan sebagai pusat pendidikan10.

3 Kurikulum/Materi Pendidikan Islam Pada Masa Nabi Muhammad Dalam


Priode Mekah, Madinah.

Dalam pembahasan kurikulum yang dimaksudkan disini tidak seperti


pengertian istilah kurikulum pada zaman modern sekarang ini, Namun yang

8
al-Mubarokfury. Sofiurrahman, al-Rahiqul al-Makhtum, (Lebanon : Dar al-Fikri, 2008)
9
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik
(Bandung: Angkasa 2004) hal. 35
10
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam… Ibid hal. 37
6
dimaksud kurikulum disini dipahami sebagai subjek atau materi ilmu
pengetahuan yang diajarkan dalam suatu proses pendidikan.

Pada dasarnya kurikulum pendidikan masa Rasullulah baik pada fase


makkah maupun madinah adalah Al- Qur’an, yang Allah wahyukan sesuai
dengan situasi dan kondisi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat Islam saat
itu11.
Mengidentifikasi kurikulum pendidikan islam pada zaman Rasul terasa
sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas, memanfaatkan
berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Rasul
menyampaikan ajarannya dimana saja, dirumah, di mesjid, di jalan, dan di
tempat-tempat lainnya. Bahkan di atas kendaraan/unta pun di manfaatkan rasul
untuk mengajar. Namun Kurikulum/materi pendidikan rasullah terbagi menjadi
dua priode yang pertama priode awal (Mekah), Dan Priode lanjutan yaitu
(Madinah).12
a. Fase Makkah(611-622 M)
Secara umum, materi yang disampaikan Rasullulah
menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada
teologi, ibadah, dan Akhlak seperti beriman kepada Allah, para
Rasul-Nya dan hari kemudian serta amal ibadah yaitu sholat. Zakat
sendiri ketika itu belum menjadi materi pendidikan, karena zakat
pada masa lebih dipahami dengan sedekah kepada fakir miskin dan
anak-anak yatim. Selain itu, materi akhlak juga telah diajarkan agar
manusia bertingkah laku dengan akhlak mulia dan menjauhi
kelakuan jahat.
Adapun materi-materi sains belum dijadikan sebagai mata
pelajaran. Nabi ketika itu hanya memberikan dorongan untuk
memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan
alam raya13.

11
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam… Ibid hal. 11
12
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga … op.cit hal. 135
13
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga… Ibid hal.136
7
b. Fase Madinah (622-632 M)
Pada fase Madinah materi pendidikan yang diberikan
cakupannya lebih kompleks dibandingkan dengan materi
pendidikan fase Mekkah. Di antara pendidikan islam pelaksanaan
pendidikan islam di Madinah adalah14:
1) Pendidikan Ukhuwah {persaudaraan} antara kaum muslimin.
Dalam melaksanakan pendidikan ukhuwah ini, nabi Muhammad
SAW. Bertitik tolak dari struktur kekeluargaan yang ada pada masa
itu. Untuk mempersatukan keluarga itu nabi Muhammad SAW
berusaha untuk mengikatnya menjadi satu kesatuan yang terpadu.
Mereka di persaudarakan karena Allah bukan karena yang lain.
Sesuai dengan isi konstitusi Madinah pula, bahwa antara orang yang
beriman, tidak boleh membiarkan saudaranya menanggung beban
hidup dan utang yang berat diantara sesama mereka. Antara orang
yang beriman satu sama lainnya haruslah saling bantu membantu
dalam menghadapi segala persoalan hidup. Mereka harus bekerja
sama dalam mendatangkan kebaikan, mengurus kepentingan
bersama, dan menolak kemudaratan atau kejahatan yang akan
menimpa15.
2) Pendidikan kesejahtraan sosial. Terjaminnya kesejahtraan sosial,
tergantung pada terpenuhinya kebutuhan pokok dari pada
kehidupan sehari-hari. Untuk itu, setiap orang harus bekerja
mencari nafkah. Untuk mengatasi masalah pekerjaan tersebut, nabi
Muhammad SAW memerintahkan kepada kaum Muhajirin yang
telah dipersaudarakan dengan kaum Ansor, agar mereka bekerja
sama dengan saudara-saudara tersebut. Mereka kaum muhajirin
yang biasa bertani silakan mengikuti pertanian, yang biasa
berdagang silakan mengikuti saudaranya yang berdagang . untuk
pegamanan nabi Muhammad SAW membentuk satuan pengamat
yang mendapat tugas untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan

14
Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Penrj. Ali Audah(Jakarta : Balai Pustaka,1972)
15
Khaldun. Ibn, Mukaddimah Ibn Khaldun,( , Jakarta: Al-Kautsar,2001)
8
terjadinya serangan dan gangguan terhadap kehidupan kaum
muslimin. Satuan-satuan ini adalah merupakan embirin dari
pasukan yang bertugas untuk mengamankan dan mempertahankan
serta mendukung tugas dakwah lslam lebih lanjut16.
3) Pendidikan kesejahtraan keluarga kaum kerabat. Yang dimaksud
dengan keluarga adalah suami, istri dan anak-anaknya. Nabi
Muhammad SAW berusaha untuk memperbaiki keadaan itu
memperkenalkan dan sekaligus menerapkan sistem kekeluargaan
kekerabatan baru, yang berdasarkan takwa kepada Allah.
Diperkenankannya sistem kekeluargaan hak-hak keluarga dan
kemurnian keturunannya dalam kehidupan kekerabatan dan
kemasyarakatan yang adil dan seimbang, seperti yang terlihat dalam
surah Al-hujarat : 13
َ ‫يََٰٓأَيُّ َها ٱلنَّاس ِإنَّا َخلَ ْقنَكم ِمن ذَك ٍَر َوأنثَى َو َج َع ْلنَك ْم شعوبًا َوقَبَآَٰئِ َل ِلت َ َع‬
‫ارف َٰٓو ۟ا ۚ ِإ َّن أ َ ْك َر َمك ْم‬
‫ير‬ٌ ‫علِي ٌم َخ ِب‬َ ‫ّلل‬ َ َّ ‫ّلل أ َ ْتقَىك ْم ۚ ِإ َّن ٱ‬
ِ َّ ‫عِندَ ٱ‬
Arab latin: Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa
unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna
akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīr
Artinya :“Hai manusia sesunggguhnya kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan
kamu bangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu17”.
4) Pendidikan hankam {pertahanan dan keamanan}dakwah islam.
Masyarakat kaum muslimin merupakan satu state {Negara}
dibawah bimbingan nabi Muhammad SAW yang mempunyai
kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha dakwahnya untuk
mengajarkan ajaran islam kepada seluruh umat manusia secara
bertahap. Oleh karena itu, setelah masyarakat kaum muslimin di
madinah berdiri dan berdaulat, usaha nabi Muhammad SAW

16
Oxfort University, Oxfort Learners Pocket Dictionary, Oxfort University Prs 2008,
17
https://news.detik.com/berita/d-5660977/surat-al-hujurat-ayat-13-arti-bacaan-dan-maknanya
9
memperluas pengakuan kedaulatan tersebut dengan jalan mengajak
kabilah-kabilah sekitar madinah untuk mengakui konstitusi
madinah. Ajakan tersebut di sampaikan dengan baik-baik dan
bijaksana. Bagi mereka yang tidak mau mengikat perjanjian damai
tersebut ada dua kemungkinan tindakan nabi Muhammad SAW
a) Apabila mereka tidak menyatakan permusuhan dan tidak
menyerang kaum muslimin atau kaum kabilah yang telah mengikat
perjanjian dengan kaum musilimin, maka mereka dibiarkan saja.
b) Apabila mereka menyatakan yang sebaliknya maka mereka
harus ditundukkan/diperangi, sehingga mereka menyatakan dan
mengakui kedaulatan umum muslimin18.

4 Metode Pengembangan Nilai-nilai Pendidikan Islam Pada Masa


Nabi Muhammad Saw.

Metode pengajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam


mengadakan hubungan dengan siswa pada saat terjadinya kegiatan
pengajaran. Pendidikan yang dilakukan menggunakan system halaqah
(lingkaran) dimana seorang guru berhadapan dengan muridnya dan
muridnya membentuk lingkaran dan lutut para siswa saling bersentuhan.
System ini tidak hanya menyentuh perkembangan dimensi intelektual ,
akan tetapi juga menyentuh dimensi emosional da spiritual peserta didik

Adapun metode yang digunakan Rasullulah dalam melakukan


pengajaran antara lain19:

a. Metode ceramah. Menyampaikan wahyu yang baru diterimanya


dan memberikan penjelasan-penjelasan serta keterangannya.
b. Dialog. Misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’az Ibn
Jabbal ketika Mu’az akan diutus sebagai kadi kenegri yaman, dialog

18
Qomar. Mijammil, t.th., Epistemologi Pendidikan Islam, dari Metode Rasional Hingga
Metode Kritik, Jakarta : Penerbit Erlangga
19
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam… Op.cit hal. 16
10
antara Rasulullah dengan para sahabat untuk mengatur strategi
perang.
c. Diskusi atau Tanya jawab. Sering sahabat bertanya kepada
Rasulullah tentang suatu hukum, kemudian Rasul menjawabnya.
d. Metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana suatu
tubuh maka anggota tubuh, lainnya akan turut merasakannya.
e. Metode demonstrasi. Membiasakan kaum muslimin shalat
berjamaah.
f. Metode hafalan misalnya para sahabat dianjurkan untuk menjaga
Al-qur’an dengan menghafalnya.
g. Metode kisah, misalnya kisah beliau dalam perjalanan isra’ dan
mi’raj dan tentang kisah pertemuan antara nabi Musa dan nabi
Khaidir.
h. Metode eksperimen, sosiodrama dan bermain peranan.
Metode Rasulullah SAW dalam mendidik anak dapat dilihat dari
arti hadis berikut ini;
Anas r.a. berkata, “Rasulullah SAW, adalah orang yang paling
baik ahlaknya. Aku punya saudara yang di panggil Abu Umar. Dia
anak yang sudah di pisahkan dari susuan. Jika datang beliau
berkata, “Wahai Abu Umar, apa yang dilakukan nughair (burung
kecil)?” kadang-kadang beliau bermain dengan dia. Jika tiba saat
sholat sementara beliau masih berada di rumah kami, beliau
memunta permadani yang ada di bawahnya, lalu permadani itu
beliau sapu dan di tiup-tiup. Kemudian berdiri dan diikuti oleh kami
di belakangnya.”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidji, dan Abu Daud ).
Dari hadist di atas nilai-nilai Tarbiyah yang dapat di petik ialah
sebagai berikut;
1. Meluangkan waktu untuk bermain dengan anak-anak.
2. Membersihkan pertanda adanya praktik amal untuk bisa berbuat
bersih secara iman dan perilakunya nyata.
3. Shalat Rasulullah di dalam rumah menanamkan pemahaman
teladan di dalam urusan ibadah.
11
4. Kalimat yang di ucapkan Rasulullah SAW, “Wahai Abu Umar,
apa yang dikerjakan Nughair?” punya beberapa faedah di antaranya:
a. Kata-kata akhirnya cocok dengan jiwa anak.
b. Mudah di hafal.
c. Mudah di ucapkan.

5. Turunya Rasulullah ke atas intelek anak bisa membuahkan rasa


optimis pada diri anak.
6. Memakai cara dengan panggilan. Teori ini dapat memberikan
kesan kepada keluarga bahwa anaknya sudah dewasa20.

5 Institusi Pendidikan Pada Masa Kulafaurasyidin/sahabat

Setelah Rasullulah wafat kekuasaan pemerintahan Islam


dipegang oleh Khulafaurrasyidin yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatab,
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Yang mana para khalifah ini
juga banyak jasanya dalam perkembangan pendidikan Islam.

Pada masa pemerintahan Kulafaurasyidin lembaga pendidikan


masih sama dengan masa Raullulah, yang mana kegiatan pengajarannya
berlangsung di Masjid dan Kuttab21.

Pengajaran masa Abu Bakar berpusat di Madinah dan yang


bertindak sebagai pendidik adalah para sahabat rasullulah. Masjid
dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani tempat pertemuan dan
lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat sholat berjamaah, membaca
Al-Qur’an, dan lain sebagainya Lembaga kuttab mencapai tigkat
kemajuan yang berarti pada masa Abu Bakar, kemajuan ini terjadi ketika
masyarakat muslim menaklukkan beberapa daerah dan menjalin kontak
dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Peserta didik selesai mengikuti
pendidikan kuttab mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan yang

20
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam… Op.cit hal. 46
21
Suwendi, Sejarah & Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004)
hal.12
12
lebih “tinggi” yakni di masjid. Di masjid ada dua tingkat, dimana yang
membedakan diantaranya adalah kualitas gurunya 22.

Pada masa Umar ini jumlah lembaga pendidikan bertambah


banyak seiring dengan meluasnya wilayah Islam dimana Umar bin
Khattab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka
berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid
sebagai tempat ibadah dan pendidikan. Pendidikan islam dimasa itu
berpusat di Madinah, karena sahabat yang sangat berpengaruh tidak
boleh keluar daerah kecuali atas izin dari khalifah dan dalam kurun
waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat Islam yang ingin
belajar hadits harus pergi ke madinah, ini berarti bahwa penyebaran ilmu
dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan adalah terpusat di
Madinah23.

Pada masa khalifah Utsman, pelaksanaan pendidikan Islam tidak


jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya
yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan
dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan
Madinah di masa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar
dan menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat
besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah
Secara umum sistem pendidikan Islam pada masa khulafaurasyidin
dilakukan secara mandiri, tidak di kelola oleh pemerintah, kecuali pada
masa Umar bin Khatab yang turut campur dalam menambahkan
kurikulum di lembaga kuttab24.

6. Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Kulafarasyidin/Sahabat

Pendidikan yang dilakukan pada masa Khulafaurasyidin


dilakukan scara mandiri, tidak di kelola oleh masyarakat, kecuali dimasa

22
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam… Op.cit hal. 47
23
Suwendi, Sejarah & Pemikiran Pendidikan Islam… Op.cit hal.11
24
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam … op.cit hal.45
13
Umar bin Khattab yang turut campur dalam menambahkan materi
pendidikan di kuttab. Para sahabat yang memiliki pengetahuan
keagamaan membuka majelis pendidikan masing-masing

Dari segi materi pendidikan islam pada masa kulafaurasyidin


terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah dan
Kesehatan.

a. Pendidikan keimanan yaitu, menanamkan bahwa satu-satunya


yang wajib disembah adalah Allah SWT.

b. Pendidikan akhlak, contoh : adab masuk rumah orang, sopan


santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat. Pendidikan ibadah
seperti pelaksanaan sholat, puasa dan haji.

c. Kesehatan tentang kebersihan, gerak-gerik dalam sholat


merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.

Umar bin Khattab menginstruksikan kepada penduduk kota agar


anak-anak diajari berenang, mengendarai unta, memanah, membaca dan
menghapal syair-syair yang mudah. Sedangkan materi ditingkat
menengah dan tinggi terdiri dari Al-qur’an dan Tafsirnya, hadits dan
pengumpulannya, dan fiqih (tasyiri’ )25

D. Penutup

Kesimpulan yang dapat diambil dari pemaparan materi diatas ialah


Pemikiran pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan kalbu
yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan
yang ada dalam pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun sebuah

25
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga… Op.cit hal.137
14
paradigma pendidikan yang mampu menjadi wahana bagi pembinaan dan
pengembangan peseta didik.
Institusi atau lembaga pendidikan Islam Fase Makkahyaitu Rumah
Arqam ibnu Arqam dan Kuttab.Sedangkan Fase Madinah Pengajaran
dilakukan baik didalam masjid atau disamping masjid dalam bentuk suffah
atau kuttab Kurikulum/ Materi Pendidikan Islam Masa Nabi Muhammad
SAW. Pada dasarnya baik pada fase makkah maupun madinah adalah Al-
Qur’an, Secara umum, materi yang disampaikan pada fase makkah oleh
Rasullulah menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan
pada teologi, ibadah, dan Akhlak, amal ibadah yaitu sholat. Adapun materi-
materi sains belum dijadikan sebagai mata pelajaran. Da pada fase Madinah,
Bidang keagamaan, Pendidikan akhlak, Pendidikan kesehatan jasmani,
Pengetahuan yang berkaitan dengan kemasyarakatan.
Adapun metode yang digunakan Rasullulah dalam melakukan
pengajaran antara lain: Metode ceramah, Dialog, Tanya Jawab, Diskusi,
Demonstrasi, Pembiasaan, hafalan, sejarah, eksperimen.
Pada masa pemerintahan Kulafaurasyidin lembaga pendidikan masih
sama dengan masa Raullulah, yang mana kegiatan pengajarannya
berlangsung di Masjid . Secara umum sistem pendidikan Islam pada masa
khulafaurasyidin dilakukan secara mandiri, tidak di kelola oleh pemerintah,
kecuali pada masa Umar bin Khatab
Kurikulum Pendidikan Islam pada Masa Kulafaurasyidin. Pendidikan
keimanan, Pendidikan akhlak, Kesehatan tentang kebersihan,sedangkan
masa Umar bin Khattab menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-
anak diajari berenang, mengendarai unta, memanah, membaca dan
menghapal syair-syair yang mudah. Sedangkan materi ditingkat menengah
dan tinggi terdiri dari Al-qur’an dan Tafsirnya, hadits dan
pengumpulannya, dan fiqih (tasyiri’

15
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan


Islam Klasik, Bandung: Angkasa, 2004

Asrohah, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Wacana Ilmu, 2001

Nizar,Samsul, Sejarah Pendidikan Islam , Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era


Rasulullah sampai Indonesia, Jakarta : Kencana, 2007

Susanto, A. Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2009

Suwendi, Sejarah & Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada,


2004

Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Penrj. Ali Audah. Jakarta : Balai Pustaka, 1972

Khaldun. Ibn, Mukaddimah Ibn Khaldun, Jakarta: Al-Kautsar, 2001

Oxfort University, Oxfort Learners Pocket Dictionary, Oxfort University Prss,


2008

Qomar. Mijammil, t.th Epistemologi Pendidikan Islam, dari Metode Rasional


Hingga Metode Kritik, Jakarta : Penerbit Erlangga

https://news.detik.com/berita/d-5660977/surat-al-hujurat-ayat-13-arti-bacaan-dan-
maknanya

http://arozakabuhasan.wordpress.com/2012/04/12/arqam-bin-abi-arqam-seorang-
shahabat-yang-istimewa/

al-Mubarakfury, Syafiyyur Rahman, Sirah Nabawiyyah, Cet. 9; Jakarta: Pustaka al-

Kautsar, 2000

Arief, Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan


Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa ,2005

Engku, Iskandar. Sejarah Pendidikan Islam, Cet. I : PT Remaja Rosda Karya, 2014

Hanusi Saruji, Majadah. Turiq al-Ta’limFi al-Islam, Israel: Syifa Amaru al-
Ma’arif al-Tsaqafi, 1994

Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Terj. Ali Audah, Jakarta: Tintamas, 1972

16
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan,

Jakarta: Bulan Bintang, 1975

Pelupessy, N. K. A., & Husein, S. (2018). PEMBINAAN AKHLAK MULIA


MAHASISWA DALAM LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) AL-IZZAH
IAIN AMBON. al-Iltizam, 3(1).

Slamet, Moh. Untung. Muhammad Sang Pendidik, Semarang: Pustaka Rizki


Putera, 2005

Supardi, Ahmad. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Cet. II; Bandung:
Angkasa Bandung, 1990

Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, Persada, 2008

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, cet.9, 2008

Zaidah, Kusumawati, dkk. Ensiklopedia Nabi Muhammad saw Sebagai Pendidik.

(Jakarta: PT. Lentera Abadi. . 2011

Al-Abrasy, Muhammad Athijah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta:

Bulan Bintang, 1970

Arief, Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan

Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa, 2005.

17

Anda mungkin juga menyukai