0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
47 tayangan8 halaman
Paham-paham yang mempengaruhi gerakan nasionalisme di Asia dan Afrika antara lain liberalisme, sosialisme, demokrasi, pan-Islamisme, dan nasionalisme. Liberalisme menekankan kebebasan individu, sosialisme menekankan hak komunitas, demokrasi memberi hak rakyat untuk memengaruhi keputusan politik, pan-Islamisme menyatukan umat Islam, dan nasionalisme memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
Paham-paham yang mempengaruhi gerakan nasionalisme di Asia dan Afrika antara lain liberalisme, sosialisme, demokrasi, pan-Islamisme, dan nasionalisme. Liberalisme menekankan kebebasan individu, sosialisme menekankan hak komunitas, demokrasi memberi hak rakyat untuk memengaruhi keputusan politik, pan-Islamisme menyatukan umat Islam, dan nasionalisme memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
Paham-paham yang mempengaruhi gerakan nasionalisme di Asia dan Afrika antara lain liberalisme, sosialisme, demokrasi, pan-Islamisme, dan nasionalisme. Liberalisme menekankan kebebasan individu, sosialisme menekankan hak komunitas, demokrasi memberi hak rakyat untuk memengaruhi keputusan politik, pan-Islamisme menyatukan umat Islam, dan nasionalisme memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
2) CRISTIN NATALIA P 3) NABILA AZAHRA 4) ZUKNI FAHMAN 5) FADILA AKBAR
KELAS XI IPS 3
SMA NEGERI 1 BATANGHARI
TAHUN PELAJARAN 2021/2022 KELOMPOK 2
Paham-paham besar dunia dan gerakan nasionalisme di Asia dan Afrika.
Kesengsaraan akhir penjajahan asing yang dirasakan rakyat Asia dan Afrika, menimbulkan semangat nasionalisme untuk memperjuangkan kebebasan bangsanya dari kekuasaan asing lalu, selain nasionalisme, paham-paham besar apalagi yang mempengaruhi gerakan nasionalis di Asia dan Afrika ? Berikut penjelasannya : A. Paham Liberalisme, Sosialisme, Demokrasi, Pan Islamisme, dan Nasionalisme Revolusi budaya yang berlangsung di Eropa dan Perkembangan Pesat pada abad XIV- XVII yang kemudian kita kenal dengan Renaisons. Renaisons telah mengubah dan membuka pikiran manusia yang selama beberapa waktu terkungkung oleh dominasi para bangsawan dan agamawan (gereja). Dunia semakin berkembang menuju perkembangan abad baru yang disebut dengan abad pencerahan (Aufklarung). Secara umum, ide-ide abad pencerahan mengusung dengan kuat tema-tema mengenai kebebasan (kemerdekaan), kesetaraan, hak-hak asasi individu, martabat manusia, dan demokrasi sebelum membahas pergerakan nasional di Negara-negara Asia dan Afrika yang berusaha membebaskan diri dari belenggu penjajah, terlebih dahulu kita perlu memahami apa yang dimaksud liberalisme, sosialisme, komunisme demokrasi, pan – Islamisme dan nasionalisme. 1. Liberalisme Kata liberalisme berasal dari bahasa latin liber yang berarti bebas. Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan kesamaan hak adalah nilai politik yang utama. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan individu, diantaranya kebebasan beragama, bebas dari penindasan dan kesetaraan di hadapan hukum. Gerakan liberalisme ini diawali oleh kaum borjuis di Prancis pada abad XVIII. Gerakan liberalisme yang diihlami oleh pemikiran Montesquieu dan Jeans Jazques Rousseau ini berkembang menjadi gerakan politik dengan meletusnya revolusi di Amerika dan Prancis. Liberalisme merupakan paham yang mengutamakan kebebasan dan kemerdekaan individu. Istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin, libertas, yang artinya kebebasan, sedangkan dalam bahasa Inggris, liberty, artinya kebebasan. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan individu untuk memiliki tempat tinggal, mengeluarkan pendapat, dan berkumpul. Di Eropa, liberalisme didukung oleh kaum borjuis dan terpelajar di kota. Bagian terpenting dalam liberalisme adalah individu. Masyarakat harus mementingkan individu, karena masyarakat itu terdiri atas individu-individu dan karena itu masyarakat adalah akibat dari adanya individu. Kemerdekaan individu harus dijamin. Pada hakikatnya, paham liberalisme ini timbul karena reaksi terhadap penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan kaum agama di zaman absolute monarchie. Orang ingin melepaskan dirinya dari kekangan manusia, ini dikemukakan oleh Rousseau dalam bukunya Du Contrat Sosial Terhadap kaum bangsawan, liberalisme menuntut kemerdekaan ekonomi, sedangkan terhadap kaum agama liberalisme menuntut kemerdekaan beragama. Dalam lapangan politik, liberalisme menuntut adanya demokrasi (menuntut adanya UUD, pemilu, kemerdekaan pers, berbicara mengemukakan pendapat, dan beragama). Selain demokrasi, liberalisme dalam politik mengutamakan kemerdekaan (nasionalisme) negara atas individu, karena setiap negara harus merdeka, tidak boleh ditindas oleh negara lain. Negara berhak menentukan nasibnya sendiri. 2. Sosialisme dan Komunisme Kenyataan munculnya tata ekonomi-politik baru yang lazim kita kenal sekarang sebagai sosialisme. Kalau liberalisme menekankan hak kebebasan individu, sosialisme menekankan hak kebebasan komunitas. Konsekuensinya, sosialisme menghapus hak milik pribadi atas sarana-sarana produksi, seperti tanah, pabrik, alat- alat produksi dan berbagai macam sumber daya. Sosialisme adalah paham yang menghendaki suatu masyarakat yang disusun secara kolektif agar menjadi suatu masyarakat yang sejahtera/bahagia. Kata sosialisme berasal dari bahasa Latin, socius, artinya kawan. Tujuan sosialisme adalah mewujudkan masyarakat sosialis dengan jalan mengendalikan secara kolektif sarana produksi dan memperluas tanggung jawab negara bagi kesejahteraan rakyat. Tokoh pemikir sosialisme adalah Robert Owen, seorang pengusaha Inggris yang menulis buku A New of Society an Essay on the Formation of Human Character. Ia adalah orang yang pertama menggunakan istilah sosialisme. Tokoh lainnya adalah Saint Simon, Piere Proudon, Charles Fourier, Karl Marx. Seorang yang dikenal sebagai Bapak Sosialisme adalah Karl Marx dalam tulisannya Das Kapital yang mengatakan bahwa sejarah masyarakat merupakan perjuangan- perjuangan kelas, semboyan mereka "bersatulah kaum proletar sedunia." Titik berat dari paham ini adalah pada masyarakat bukan individu, dan dalam hal ini sosialisme merupakan lawan dari liberalisme. Ada empat kesepakatan hasil perjuangan kaum sosialis, yakni Chatolic Emancipation Bill (1892), Reform Bill (1832), Factory Act (1833), dan Poor Law (1834). Teori Karl Marx dalam buku Historis Materialisme mengatakan bahwa jalan sejarah ditentukan oleh material secara dialektis (these – antithese – synthese) menuju suatu masyarakat yang sosialis. Untuk mewujudkan masyarakat yang sosialis Karl Marx menciptakan teori-teori sosialisme sebagai berikut: a. Kelebihan harga (mehrwert) Upah yang diterima oleh kaum buruh tidak sebanding dengan tenaga yang disumbangkannya. Itulah sebabnya, kaum buruh semakin lama semakin miskin dan kaum majikan semakin kaya. b. Pemusatan (konzentration) Perusahaan kecil akan mati karena kalah bersaing dengan perusahaan besar, hingga akhirnya tinggal beberapa perusahaan yang besar. c. Penimbunan (akkumulation) Semakin lama jumlah kapital semakin menumpuk dan digunakan untuk membeli mesin yang mempunyai kapasitas sama dengan tenaga manusia. Oleh karena itu, banyak kaum buruh yang di-PHK sehingga menambah jumlah proletar. d. Kesengsaraan (verelendung) Jumlah kaum proletar yang tidak mempunyai pekerjaan semakin bertambah sehingga kemiskinan pun bertambah. Hal ini terjadi karena penggunaan tenaga mesin semakin banyak sehingga menyebabkan kesengsaraan kaum proletar. e. Krisis Sebagian besar rakyat merupakan proletar yang miskin dengan daya beli yang sangat rendah, sehingga barang-barang pabrik tidak habis terjual. Akibatnya, timbul over produksi dan krisis pun terjadi. f. Keruntuhan (zusammenbruch) Terjadinya krisis menyebabkan runtuhnya susunan kapitalis sehingga kaum protelar kembali memegang kekuasaan dengan semboyan "bersatulah proletar sedunia." 3. Pan - Islamisme Pan-Islamisme adalah paham yang bertujuan untuk menyatukan umat Islam sedunia. Paham ini berasal dari gagasan Jamaluddin al Afgani (1839 – 1897). Ide tersebut sebenarnya secara samar-samar pernah dicanangkan oleh At Tahtawi (1801 – 1873), seorang tokoh pembaharu Islam Mesir. Ia sudah menyebutkan dua ide yaitu Islam dan patriotisme. Ia menegaskan bahwa antara ide Islam dan patriotisme tidak bertentangan. Dua ide tersebut kemudian menjelma menjadi dua bentuk persaudaraan, yaitu persaudaraan (ukhuwah) Islamiah dan persaudaraan (ukhuwah) wathaniah Paham tentang perlunya penyatuan dunia Islam yang menjadi inti dari Pan-Islamisme menjadi lebih tegas pada pemikiran Jamaluddin al Afgani. Ide Pan-Islamisme erat kaitannya dengan kondisi abad ke-19. Pada abad ini terjadi kemunduran di negara Islam. Sebaliknya, di negara Barat terjadi kemajuan yang disertai pengembangan kekuasaan (penjajahan). Jamaluddin melihat penjajahan terhadap negara Islam ini harus dilawan apabila mereka bersatu, contoh campur tangan Inggris di Afganistan, di Mesir, di Irak, dan di Iran. Hal ini menambah keyakinan bahwa Islam harus bersatu. Upaya penyatuan dunia Islam ini disebut Pan-Islamisme. Pan-Islamisme sebagai ide telah memperoleh dukungan hampir dari semua pemimpin Islam, tokoh intelektual. Pan-Islamisme memberi inspirasi bagi negeri Islam untuk mengadakan gerakan nasional dalam melawan penjajahan. Gerakan yang berkembang dari Timur Tengah ini bersumber pada pemikiran Jamaludin Al Afgani yang kemudian diikuti Muhammad Abdul pada awal abad XX. Inti gerakan Pan – Islamisme ini adalah bahwa Islam lemah menghadapi dominasi Eropa karena umatnya menyimpang dari ajaran sejati. Gerakan Pan – Islamisme ini banyak mempengaruhi rasa nasionalisme untuk memperoleh kemerdekaan di banyak mempengaruhi rasa nasionalisme untuk memperoleh kemerdekaan di banyak wilayah yang mayoritas rakyatnya muslim seperti Turki, Mesir, India, hingga ke Indonesia. 4. Demokrasi Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos, artinya rakyat, dan kratos, artinya pemerintahan. Jadi, demokrasi dalam arti sempit adalah pemerintahan di tangan rakyat. Dalam arti luas, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang mengakui hak segenap anggota masyarakat untuk ikut memengaruhi keputusan politik baik langsung atau tidak langsung. Kondisi yang memengaruhi terciptanya demokrasi adalah adanya kesepakatan bersama dalam masalah yang fundamental dan upaya yang memungkinkan kebebasan politik tumbuh di tengah negara. Demokrasi mula-mula diterapkan di Yunani Kuno, yakni demokrasi langsung, kemudian berkembang ke negara Eropa lainnya, dan akhirnya ke Indonesia. Seorang cendekiawan dari Inggris yang memperjuangkan demokrasi adalah John Locke (1632 – 1704), dalam bukunya berjudul Two Treaties on Government. John Locke membenarkan perjuangan rakyat Inggris menentang kekuasaan mutlak raja. Menurut John Locke, pemerintah hanyalah alat yang dibentuk untuk menjamin kepentingan rakyat terhadap hak-hak politis, mencakup hak individu, hak politik, hak atas kebebasan, dan hak milik. Demokrasi merupakan hal yang dinamis dan maju, sebab selain mengurus kepentingan bersama negara juga bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya. Demokrasi menuntut adanya UUD, pemilu, kemerdekaan pers, kemerdekaan berbicara, berkumpul dan mengemukakan pendapat, serta kemerdekaan beragama. Dalam sistem demokrasi pemerintah memberi ruang yang sebesar-besarnya bagi individu untuk menentukan nasibnya sendiri. Dalam demokrasi Pancasila yang dianut Indonesia, sumber-sumber daya yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara atau pemerintah digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat tidak dikuasai oleh orang per orang melalui privatisasi. Selain itu ada subsidi bagi golongan masyarakat tidak mampu, pajak yang tinggi bagi para pengusaha, dan sebagainya. Dalam rangka menjalankan tugasnya, pemerintah diawasi oleh rakyat itu sendiri melalui wakilnya. 5. Nasionalisme Secara etimologis, dari bahasa Inggris nasionalisme artinya yaitu nation atau natie dalam bahasa belanda yang berarti “bangsa” menurut kamus besar bahasa Indonesia, bangsa adalah kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Nasionalisme di Eropa sekitar abad XVIII yang berbentuk patriotism. Lahirnya paham ini kemudian diikuti dengan terbentuknya Negara-negara nasional atau Negara kebangsaan paham ini kemudian dengan cepat menyebar keseluruh dunia, terutama dinegara-negara jajahan yang dikuasai oleh bangsa Eropa. Kata nasionalisme berasal dari dua kata yaitu kata “Nasional” dan “isme” menurut kamus besar Bahasa Indonesia nasional adalah bersifat kebangsaan, berkenan atau berasal dari bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa adapun isme menandakan paham, pandangan, ajaran atau kepercayaan. Nasionalisme dalam arti sempit adalah perasaan atau rasa cinta terhadap bangsanya yang sangat tinggi atau berlebih-lebihan. Nasionalisme dalam arti luas bersifat positif karena mengandung makna perasaan cinta yang tinggi terhadap bangsa dan Negara. Nasionalisme adalah suatu paham rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air yang ditimbulkan oleh persamaan tradisi yang berkaitan dengan sejarah, agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan, tempat tinggal dan keinginan untuk mempertahankan dan mengembangkan tradisinya sebagai milik bersama dari anggota bangsa itu sebagai kesatuan bangsa. Tokoh nasionalisme atau pencetusnya adalah Joseph Ernest Renan, Otto Bouer, Hans Kohn, dan Louis Sneyder. Hans Kohn berpendapat nasionalisme adalah kesetiaan tertinggi individu yang diserahkan kepada bangsa dan negaranya. Munculnya nasionalisme dipengaruhi oleh hal-hal berikut: a. Magna Charta (1215) di Inggris yang kemudian menjadi akar demokrasi. b. Adanya Piagam Bill of Right (1689) di Inggris. c. Revolusi Prancis yang menumbuhkan demokrasi dan nasionalisme yang tercermin dalam semboyan revolusi liberte, egalite, fraternite yang berkembang ke seluruh Eropa. d. Pengaruh pemikiran dari Renaissance. Selanjutnya, Hertz dalam bukunya Nationality in History and Policy mengatakan bahwa prinsip-prinsip nasionalisme adalah hasrat untuk mencapai kesatuan, hasrat untuk mencapai kemerdekaan, hasrat untuk mencapai keaslian, dan hasrat untuk mencapai kehormatan. Nasionalisme berarti pengakuan hak setiap bangsa untuk menentukan nasib sendiri. Pengakuan terhadap nasionalisme harus disertai sikap antidiskriminasi, baik secara rasial, ekonomi, sosial budaya, geografis secara agama, sebab setiap orang mempunyai hak yang sama atas pembelaan negara.
B. Perkembangan Nasionalisme di Asia dan Afrika
1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi gerakan nasionalisme Asia-Afrika a. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat akibat kolonialisme dan imperialism Kebijakan pemerintah kolonial membuat rakyat hidup dalam kemidkinan dan penderitaan yang berkepanjangan. Hal inilah yang mendorong bangsa-bangsa Asia dan Afrika bergerak menentang penjajahan bangsa barat.
b. Kemenangan Jepang atas Rusia
Keberhasilan antara peperangan dari Jepang dengan Rusia ini membangkitkan semangat bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk melawan kekuasaan bangsa barat di negaranya masing-masing. c. Kenangan akan kejayaan masa lalu Kita pernah mengalami masa kejayaan di bawah kerajaan sriwijaya dan kerajaan majapahit yang wilayah kekuasaannya hingga ke luar nusantara. d. Munculnya golongan terpelajar dalam masyarakat Bahwa sebagian dari antara golongan terpelajar tersebut sebelumnya menimba ilmu di Eropa. Contohnya Hatta di Belanda Mahatma Gandhi di Inggris dan sempat pula berkelana ke Afrika Selatan. 2. Nasionalisme India, Turki dan Mesir a. Nasionalisme India 1) Pemberontakan sepoy (1957-1958) 2) Jalannya pemberontakan 3) Dampak pemberontakan 4) Tumbuhnya gerakan nasionalisme India b. Nasionalisme Turki Kesultanan Ottoman mengalami kemunduran terutama pada masa pemerintahan Sultan Hamed II. Hal ini disebabkan beberapa factor diantaranya sebagai berikut : 1) Faktor internal 2) Faktor eksternal c. Nasionalisme Mesir (1872-1952) 1) Mesir sebelum modernisasi 2) Era sebelum Mesir 3) Kemunduran dan kebangkrutan mesir 4) Gerakan perlawanan : Pan-Islamisme 1872-1882 5) Perang Dunia I dan Kemerdekaan Mesir