Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA CVA (Cerebro Vascular Accident)


DI RUANG IGD RSUD “KANJURUHAN” KEPANJEN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL

Disusun oleh :

RP Surya Adi

2014204610111043

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL

2015

Mahasiswa

RP Surya Adi

201420461011043

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( ) ( )

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Gangguan peredaran darah ke otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak

sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak (Sudoyo, 2009).

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi

penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002).

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak.

(Corwin, 2002).

B. Etiologi

Penyebab utamanya dari stroke diurutkan dari yang paling penting adalah

arterosklerosis (trombosis) embolisme, hipertensi yang menimbulkan pendarahan

srebral dan ruptur aneurisme sekular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa

penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak di dalam darah,

DM atau penyakit vasculer perifer . Selain itu, ada beberapa faktor resiko lain yang

dapat menjadi penyebab dari cva/stroke, antara lain :

 Trombosis : Bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher: Arteriosklerosis

serebral.

 Embolisme serebral : Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari

bagian tubuh yang lain: endokarditis, penyakit jantung reumatik, infeksi polmonal.

 Iskemia : Penurunan aliran darah ke area otak: Kontriksi ateroma pada arteri.

 Hemoragi Serebral: Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam

jaringan otak atau ruang sekitar otak


C. Faktor Resiko

1. Faktor yang tidak dapat diubah (Non ireversible)

a. Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita.

b. Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.

c. Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.

2. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)

a. Hipertensi

b. Penyakit jantung

c. Koleterol tinggi

d. Obesitas

e. Diabetes melitus

f. Stress emosional

3. Kebiasaan hidup

a. Merokok

b. Peminum alkohol

c. Obat-obatan terlarang

d. Aktivitas yang tidak sehat : kurang olahraga, makanan berkolesterol

D. Klasifikasi

1. Penyakit Stroke dibagi 2 jenis yaitu:

 Stroke Iskemik

Terjadi akibat terjadi penyumbatan di sel-sel syaraf otak.Hampir

kebanyakan pasien Stroke sebanyak 83% adalah pengidap stroke iskemik. Stroke

Iskemik dibagi menjadi 3 jenis:


o Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat

penggumpalan.

o Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

o Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh

karena adanya gangguan denyut jantung.

 Stroke Hemorragik

Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran

darah yang normal.akibatnya darah merembes ke suatu daerah otak dan

merusaknya. Stroke Hemorragik dibagi 2 jenis:

o Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.

o Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid

(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).

E. Manifestasi Klinis

1. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan.

2. Tiba-tiba hilang rasa peka

3. Bicara cedel atau pelo

4. Gangguan bicara dan bahasa

5. Gangguan penglihatan

6. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai

7. Gangguan daya ingat

8. Nyeri kepala hebat

9. Vertigo

10. Kesadaran menurun

11. Proses kencing terganggu


12. Gangguan fungsi otak

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Angiografi cerebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti

perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik oklusi atau ruptur.

2. CT Scan : memperlihatkan adanya oedem

3. MRI : mewujudkan daerah yang mengalami infark

4. Penilaian kekuatan otot

5. EEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak

G. Penatalaksanaan

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai

berikut:

1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:

a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang

sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.

b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha

memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.

3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.

4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin

pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi

maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.

2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi

pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.

Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:

1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka

arteri karotis di leher.

2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling

dirasakan oleh pasien TIA.

3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut

4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

H. Komplikasi

 Depresi

Inilah dampak yang paling menyulitkan penderitaan dan orang-orang yang

berada di sekitarnya.oleh karena itu terbatasnya akibat lumpuh sulit berkomunikasi

dan sebagianya,penderita stroke sering mengalami depresi.

 Darah beku

Darah beku mudah berbentuk pada jaringan yang lumpuh terutama pada

kaki sehingga menyebabkan pembengkakan yang menggangu,selain itu

pembekuaan darah juga dapat terjadi pada arteri yang mengalirkan darah ke paru-
paru(embelio paru-paru)sehingga penderita sulit bernafas dan dalam beberapa

kasus mengalami kematian.

 Otot mengerut dan sendi kaku

Kurang gerak dapatr menyebabkan sendi menjadi kaku dan nyeri.misalnya

jika otot-otot betis mengerut kaki terasa sakit ketika harus berdiri dengan rumit

menyentuh lantai.hal ini biasanya di tangani fisioterapi.

I. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum

o Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran

o Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak

bisa bicara

o Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi

 Pemeriksaan integumen

o Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan

cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda

dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik

harus bed rest 2-3 minggu

o Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

o Rambut : umumnya tidak ada kelainan

 Pemeriksaan kepala dan leher

o Kepala : bentuk normocephalik

o Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi


o Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

 Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing

ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks

batuk dan menelan.

 Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan

kadang terdapat kembung.

 Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

 Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

 Pemeriksaan neurologi

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

J. Diagnosa yang muncul

1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

cidera otak (kerusakan cerebrovaskular)

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

3. Resiko jatuh berhubungan dengan penyakit vaskuler dan kesulitan

melihat

4. Gangguan perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan

saraf sensori

5. Resiko aspirasi berhubungan dengan peningkatan tekanan intragastric


6. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan sistem

saraf pusat

7. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot

8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi

tentang penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:

Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta:

Mediaction.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai

Penerbit FKUI

Tambayong, Jan, dr. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai