Anda di halaman 1dari 24

EKONOMI PEMBANGUNAN REGIONAL

MASALAH MAKRO EKONOMI DI INDONESIA

Dosen Pengampu:

Dr. Ida Bagus Putu Purbadharmaja, S.E., M.E.

Kelas: EKI 312 (B1)

KELOMPOK 6

I Putu Indra Antika (1807511038)

Ananda Rissa Natasya Nainggolan (1807511050)

Putu Wanda Agnestia (1807511055)

Kadek Novi Darmawati (1807511064)

PROGRAM STUDI EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


Keadaan Makro Ekonomi di Indonesia

Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia menyebabkan


perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, kegiatan yang sehari-hari biasa dilakukan
sekarang dibatasi sebagai usaha untuk memitigasi penyebaran Covid-19. Pembatasan sosial
yang dilakukan, ternyata membawa serangkaian perubahan dalam indikator-indikator
ekonomi.

Perubahan PDB Sektoral

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada tabel diatas, dapat dilihat pertumbuhan ekonomi secara umum pada kuartal 2
tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 5,32%. Secara umum, hampir semua sektor
mengalami penurunan. Penurunan di berbagai sektor terjadi karena adanya pembatasan
sosial berskala besar, larangan mudik dan tutupnya berbagai tempat usaha yang
menyebabkan mobilitas masyarakat menurun dan pada akhirnya menurunkan baik produksi
maupun konsumsi. Namun sektor informasi dan komunikasi tumbuh sebesar 10,88 persen
dimana Badan Pusat Statistik menyatakan hal ini wajar terjadi karena adanya Work From
Home (WFH) yang menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap produk digital seperti
voucher internet ataupun perangkat digital yang dapat menunjang WFH.

Sektor lainnya yang mengalami peningkatan adalah sektor jasa keuangan dan
asuransi yang meningkat sebesar 1,03%. OJK menyatakan tumbuhnya sektor ini disebabkan
karena adanya kebijakan stimulus berupa restrukturisasi kredit bagi pihak yang terdampak
covid-19. Kemudian, kebijakan restrukturisasi kredit sebagaimana diatur dalam POJK
11/2020 dan POJK 14/2020 dinilai OJK memiliki peran sangat besar dalam menekan tingkat
NPL (Non Payable Loan) dan meningkatkan permodalan Bank sehingga stabilitas Sektor Jasa
Keuangan dapat terjaga dengan baik.

Sejak diluncurkan 16 Maret 2020 hingga 10 Agustus, program restrukturisasi kredit


perbankan telah mencapai nilai Rp 837,64 triliun dari 7,18 juta debitur. Jumlah tersebut
berasal dari restrukturisasi kredit untuk sektor UMKM yang mencapai Rp353,17 triliun berasal
dari 5,73 juta debitur. Sedangkan untuk non UMKM, realisasi restrukturisasi kredit mencapai
Rp 484,47 triliun dengan jumlah debitur 1,44 juta. Selain itu OJK juga terus mendorong
penyedia jasa keuangan untuk terus melakukan digitalisasi sistem agar meminimalisir kontak
fisik dan meningkatkan penggunaan jasa keuangan di masa pandemi seperti sekarang.

Sektor pertanian terlihat memiliki pertumbuhan di kuartal 2 tahun 2020 sebesar 2,19%.
Hal ini terjadi karena adanya upaya dari Kementerian Pertanian yang selalu memperhatikan
kesejahteraan petani dengan memberikan bantuan alat-alat pertanian, pupuk, bibit serta
fasilitas permodalan.

Perubahan Indeks Keyakinan Konsumen

IKK= Indeks Keyakinan Konsumen, IEK= Indeks Ekspetasi Konsumen, IKE= Indeks Kondisi
Ekonomi saat ini

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia September 2020

Adanya permasalahan dalam ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi yang


menurun, meningkatnya tenaga kerja yang dirumahkan ataupun ancaman resesi dapat
membuat ekspetasi dan keyakinan masyarakat terhadap pasar menurun. Terlihat pada grafik,
pada tahun 2020 terjadi penurunan keyakinan hingga menyentuh indikator pesimis dan
penurunan ekspetasi namun masih tahap optimis. Penurunan kedua indeks ini menyebabkan
penurunan pembelian barang jangka panjang karena konsumen merasa tidak yakin untuk
melakukan serta memutuskan konsumis pada keadaan ekonomi yang pesimis.

Kedua indikator ekonomi tersebut dapat mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang
salah dalam perekonomian. Masalah yang menyebabkan penurunan indikator ekonomi
tersebut akan dibahas pada bagian berikutnya, mulai dari masalah yang yang ada,
impikasinya terhadap perekonomian serta solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut.

Masalah-Masalah dalam Makro Ekonomi

Inflasi dan Deflasi

Inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga barang dan jasa secara umum dan
terus menerus (Boediono, 2001). Apabila hanya satu atau dua harga barang atau jasa saja
yang mengalami kenaikan, maka peristiwa tersebut tidak dapat disebut inflasi.

Inflasi dapat dibagi menurut beberapa kategori, sifat dan penyebab inflasi itu sendiri.
Menurut Nopirin (1987), membagi inflasi menurut sifatnya yaitu:

1. Inflasi merayap (creeping inflation)

Inflasi merayap ditandai dengan tingkat inflasi yang rendah (<10% per tahun).

2. Inflasi menengah

Inflasi menengah ditandai dengan kenaikan harga yang cukup tinggi dan jangka waktu
kenaikan harga yang terjadi sangat cepat dan bersifat akselerasi (harga-harga pada
periode waktu sekarang lebih tinggi dari periode sebelumnya).

3. Inflasi tinggi (hyper inflation)

Inflasi tinggi ditandai dengan kenaikan harga yang sangat tinggi (hingga lima sampai
enam kali). Nilai uang merosot dengan sangat tajam.

Terdapat teori yang dapat menjelaskan terjadinya inflasi yaitu teori Keynes. Dalam
kondisi kapasitas ekonomi yang belum penuh, maka ekspansi (pertambahan) uang beredar
justru akan menambah output (meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja)
dan tidak akan meningkatkan harga. Lebih lanjut dikatakan bahwa uang tidak sepenuhnya
netral, pertambahan uang beredar dapat mempunyai pengaruh tetap (permanen) terhadap
variabel-variabel riil seperti output dan suku bunga.

Teori Keynes juga menyatakan Elastisitas dan perputaran uang sangat sulit diprediksi
dan banyak dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat serta perubahan barang-barang yang
merupakan substitusi uang (financial assets). Hal tersebut terbukti bahwa dalam suatu
perekonomian yang sektor keuangannya telah maju dan terdapat instrumen-instrumen
keuangan yang berfungsi sebagai substitusi uang, maka perputaran uang akan menjadi
semakin sulit diprediksi

Menurut sebabnya, inflasi dapat menjadi 2:

1. Demand Pull Inflation

Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat. Sedangkan produksi telah
berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir medekati kesempatan
kerja penuh. Akibatnya barang yang beredar tetap, namun permintaan naik sehingga
barang yang beredar sedikit. Dimana hal ini akan menaikkan harga barang karena
adanya permintaan yang tinggi namun kapasitas produksi tetap sama.

2. Cost Push Inflation

Cost push inflation ditandai dengan kenaikan harga sehingga menurunkan produksi.
Jadi inflasi jenis ini akan menurunkan penurunan penawaran agregat akibat kenaikan
harga.

Sedangkan deflasi merupakan kebalikan dari inflasi. Deflasi adalah penurunan harga
secara terus menerus. Deflasi terjadi karena uang yang beredar di masyarakat menurun.

Menurut Nopirin (1987) deflasi dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:

1. Menurunnya persediaan uang di masyarakat, hal ini bisa terjadi karena masyarakat
menyimpan uangnya di bank kemungkinan disebabkan oleh tingkat suku bunga yang
tinggi karena dapat memberikan keuntungan yang cukup tinggi. Sehingga dengan
demikian persediaan uang yang ada di masyarakat semakin berkurang. Jika
persediaan uang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah barang maka akan
dapat menimbulkan deflasi.

2. Menurunnya permintaan barang, apabila permintaan barang menurun, sedangkan


produksi kuantitasnya tetap maka barang yang beredar lebih banyak dari uang yang
beredar sehingga jumlah uang menurun.
Untuk mengukur inflasi dan deflasi, dapat diukur dengan menggunakan Indeks Harga
Konsumen. Dimana IHK menghitung perubahan harga dalam kurun waktu tertentu. Berikut
disajikan data IHK Indonesia per bulannya:

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada tabel diatas disajikan data inflasi di Indonesia per bulannya. Terlihat bahwa
perkembangan inflasi di Indonesia lambat dan masih tergolong dalam inflasi merayap karena
perkembangannya yang lambat. Bahkan pada tahun 2020 tercatat mulai dari bulan Juli 2020,
karena adanya pandemi, perekonomian Indonesia cenderung mengalami deflasi karena
adanya penurunan daya beli masyarakat akibat pandemi covid 19 yang menyebabkan
masyarakat ragu-ragu atau mengurangi konsumsi.

Pengangguran

Pengangguran adalah masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia secara


langsung dan merupakan yang berat untuk diselesaikan. Sebelum mengetahui apa itu
pengangguran terlebih dahulu harus dipahami tentang pohon penduduk. Menurut Badan
Pusat Statistik, penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik
Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan
tetapi bertujuan untuk menetap. Penduduk dalam ilmu kependudukan dibagi menjadi dua,
yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Menurut Badan Pusat Statistik,
Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih. Dari penduduk usia kerja
tersebut dibagi lagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah
penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun
sementara tidak bekerja dan pengangguran.

Banyak ahli berpendapat tentang pengangguran. Pengertian pengangguran menurut


lskandar Putong (2003) adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan
atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru, atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan
karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged workers) atau penduduk yang
tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja atau mempunyai pekerjaan tetapi
belum bekerja (future starts). Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan
dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah
tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan (Sadono Sukirno, 2004).
Menurut BPS, pengangguran adalah sejumlah orang yang masuk dalam angkatan kerja (usia
15 tahun ke atas) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Dari struktur
penduduk dan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian
pengangguran secara umum adalah penduduk yang termasuk usia kerja dan ingin bekerja
namun tidak atau belum memiliki pekerjaan.

Menurut Nanga (2001), pengangguran dapat dibedakan menjadi:

a. Pengangguran Friksional.
Pengangguran Friksional/ transisi adalah pengangguran yang timbul karena adanya
perubahan dalam syarat-syarat tenaga kerja yang terjadi karena perkembangan
perekonomian. Pengangguran jenis ini dapat juga disebabkan karena berpindahnya orang-
orang dari suatu daerah ke daerah lain, dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, maupun
melalui siklus kehidupan yang berbeda.
b. Pengangguran Struktural.

Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi karena adanya


perubahan dalam struktur pasar tenaga kerja sehingga terjadi ketidaksesuaian antara
penawaran dan permintaan tenaga kerja. Salah satu penyebab pengangguran struktural
adalah kemajuan teknologi, sehingga pengangguran ini sering disebut dengan
pengangguran teknologi.

c. Pengangguran Alamiah.
Pengangguran alamiah adalah pengangguran yang terjadi pada kesempatan kerja
penuh atau tingkat pengangguran dimana inflasi yang diharapkan sama dengan tingkat
inflasi aktual. Friedman dalam Nanga (2001) mendefinisikan tingkat pengangguran alamiah
sebagai tingkat pengangguran dimana baik tekanan ke atas maupun ke bawah terhadap
inflasi dan upah berada dalam keseimbangan. Pengangguran alamiah terdiri atas
pengangguran friksional dan pengangguran struktural. Para ahli ekonomi
memperkirakannya berkisar antara 4,0 – 6,5 persen.

d. Pengangguran Konjungtur dan siklis.


Pengangguran Konjungtur dan siklis adalah jenis pengangguran agregatif efektif lebih
kecil dibandingkan penawaran agregat. Para ahli ekonomi menyebut pengangguran ini
sebagai demand deficient unemployment. Pengangguran ini akan berkurang apabila
tingkat kegiatan ekonomi mengalami peningkatan (boom). Dengan kata lain,
pengangguran siklis adalah pengangguran di atas tingkat alamiah atau pengangguran
yang terjadi ketika output berada di bawah tingkat kesempatan kerja penuh.
Menurut Nanga (2001), jenis pengangguran di negara-negara sedang berkembang dapat pula
dibedakan sebagai berikut:

a. Pengangguran Terselubung.
Pengangguran terselubung terjadi karena dalam suatu perekonomian jumlah
tenaga kerja sangat berlebihan. Pengangguran jenis ini disebut juga pengangguran tidak
kentara. Sebagai akibat kelebihan tenaga kerja tersebut, sebagian tenaga kerja dari
kegiatan bersangkutan dialihkan ke kegiatan lain. Pengangguran terselubung banyak
ditemukan di negara sedang berkembang, terutama disektor pertanian.
b. Pengangguran Musiman.
Pengangguran musiman banyak ditemukan di sektor pertanian di negara sedang
berkembang. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-
waktu tertentu di dalam waktu 1 tahun.
c. Setengah Pengangguran.
Kelebihan penduduk di sektor pertanian dan tingkat pertambahan penduduk yang
tinggi, telah mempercepat proses urbanisasi. Kecepatan migrasi yang lebih tinggi dari
kemampuan kota-kota di negara sedang berkembang untuk menciptakan lapangan kerja
baru akan menyebabkan tidak semua orang memperoleh pekerjaan di kota. Hal ini
menyebabkan banyak diantara mereka yang menganggur dalam waktu yang cukup lama
atau memperoleh kerja dengan waktu kerja yang lebih rendah dari jam kerja seharusnya.
Pengangguran jenis ini disebut dengan setengah pengangguran.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (persen),
Februari 2018–Februari 2020.

Sumber : Badan Pusat Statistik.

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia
dari februari tahun 2019 sampai februari tahun 2020 mengalami penurunan. Pada
Februari 2020, TPT Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih yang paling tinggi diantara
tingkat pendidikan lain yaitu sebesar (8,49 persen), sedangkan TPT terendah adalah pada
jenjang pendidikan SD ke bawah (2,64 persen). Dari informasi diatas dapat diketahui
bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami penurunan, yang berarti kualitas
pendidikan di Indonesia sudah mengalami peningkatan.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran, berikut adalah beberapa
faktor yang paling berpengaruh terhadapa pengangguran, yaitu sebagai berikut :

a. Tingkat Pendidikan.
Rata-Rata Lama Sekolah Di Indonesa Tahun 2012-2019

Sumber : Badan Pusat Statistik.


Pendidikan merupakan hal terpenting dalam menentukan tingkat pengangguran.
Dengan mengenyam pendidikan maka penduduk memiliki ilmu dan keterampilan yang
berdampak pada peningkatan produktivitas. Secara umum semakin tinggi tingkat
pendidikan, maka produktivitas juga meningkat. Dilihat dari data diatas rata-rata rama
sekolah di Indonesia dari tahun 2012 sampai tahun 2019 mengalami kenaikan, hal
tersebuat akan meningkatkan produktivitas dan mempermudah terserap di dunia kerja
sehingga benar Tingkat Pengangguran Terbuka mangalami penurunan seperti data
diatas.

b. Tingkat upah.
Tingkat upah memegang peranan yang sangat besar dalam kondisi
ketenagakerjaan. Tingkat upah yang berlaku akan mempengaruhi permintaan dan
penawaran tenaga kerja. Hubungan antara upah yang berpengaruh terhadap
pengangguran dikemukakan oleh (Bruce E Kaufman dan Julie L Hotchkiss dalam Agustina
Chandra Dewi 2010). Problem yang langsung menyentuh kaum buruh atau pekerja adalah
rendahnya atau tidak sesuainya pendapatan (upah) yang diperoleh dengan tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya beserta tanggungannya. Faktor ini yakni kebutuhan hidup
semakin meningkat, sementara upah yang diterima kecil (di bawah UMP). Upah itu
merupakan unsur terpenting yang berpengaruh terhadap kehidupan pekerja karena upah
menjadi sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan keluarganya
baik berupa sandang, pangan, perumahan maupun kebutuhan lain. Seseorang akan
menolak mendapatkan upah tersebut sehingga menyebabkan pengangguran. Jika upah
yang ditetapkan pada suatu daerah terlalu rendah maka akan berakibat pada tingginya
tingkat pengangguran yang terjadi pada daerah tersebut.
Rata-Rata Upah Nominal Harian Buruh Tani dan Buruh Bangunan

Juni 2019-Agustus 2020

Sumber: Badan Pusat Statistik

Rata-rata upah nominal harian buruh tani pada periode Agustus 2020 naik sebesar
0,12 persen dibanding upah buruh tani bulan sebelumnya, yaitu dari Rp55.613,00 menjadi
Rp55.677,00. Sementara itu, upah riil harian buruh tani naik sebesar 0,40 persen, yaitu
dari Rp52.549,00 menjadi Rp52.759,00. Jika data ini dihubungkan dengan Tingkat
Pengangguran Terbuka di atas, maka benar kenaikan tingkat upah akan menyebabkan
menurunnya tingkat pengangguran karena kenaikan upah menyebabkan penawaran
tenaga kerja menjadi lebih banyak.

c. Teknologi.
Penggunaan teknologi mempengaruhi penggunaan tenaga kerja. Dalam jangka
pendek, hubungan penggunaan teknologi terhadap pengangguran dapat berhubungan
substitusi atau komplementer. Dalam hubungan substitusi, setiap penambahan teknologi
akan mengurangi penggunaan tenaga kerja sehingga pengangguran bertambah.
Sebaliknya, ketika hubungannya komplementer penambahan.
Jumlah Pengangguran di Provinsi Bali Menurut Kabupaten/Kota, 2007-2019.

Sumber : Badan Pusat Statistik.


Dilihat dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah pengangguran Provinsi Bali tiap
tahunnya mengalami fluktuasi. Dimana jumlah pengangguran paling tinggi ada pada tahun
2007 dengan jumlahnya sekitar 77.577 ribu orang dan jumlah pengangguran paling rendah
pada tahun 2018 dengan jumlahnya sekitar 34.485. Untuk masing – masing kabupaten di
provinsi Bali, data jumlah pengangguran tahun 2019 yang paling banyak berada di kota
Denpasar dengan data 11.589 orang, sedangkan data jumlah pengangguran yang paling
rendah berada di kabupaten Bangli sekitar 1.045 orang. Dilihat dari data diatas dimana jumlah
pengangguran tertinggi berada di Kota Denpasar hampir disetiap tahunnya, hal tersebut bisa
dijelaskan bahwa Denpasar adalah kota tujuan para migran untuk bekerja dibali, sehingga
selalu terjadi penambhan jumlah penduduk di Denpasar yang menyebabkan jumlah
penganggurannya juga meningkat.

Studi Kasus (Keadaan Pengangguran Saat Pandemi Covid-19).

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas, Suharso


Monoarfa, mengatakan angka pengangguran di Tanah Air naik sekitar 3,7 juta akibat
pandemi Covid-19. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi
bahwa akan ada kenaikan tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2020 sebesar 8,1% –
9,2% dengan jumlah kenaikan sebesar 4 sampai 5,5 juta orang. Fenomena kenaikan
angka pengangguran masih berlanjut hingga tahun 2021 dengan prediksi 7,7% – 9,1% atau
dengan jumlah sebesar 10,7 sampai 12,7 juta jiwa. Kenaikan tingkat pengangguran terbuka
akan terus terjadi selama pandemi Covid-19 berlangsung, tidak bisa ditentukan dengan
pasti kapan pandemi ini berakhir.

Kemiskinan

Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat
perhatian pemerintah semua negara atau daerah. Hal ini disebabkan karena kondisi
kemiskinan di suatu negara atau daerah merupakan salah satu cerminan tingkat
kesejahteraan penduduk. Semakin banyak penduduk miskin di suatu wilayah maka semakin
tidak sejahtera wilayah tersebut, sebaliknya semakin sedikit jumlah dan persentase penduduk
miskinnya maka hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kesejahteraan
penduduknya. ( Leasiwal, 2013).

Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum


(Kuncoro, 1997). Suparlan (2000) mendefinisikan bahwa kemiskinan adalah keadaan serba
kekurangan harta dan benda berharga yang diderita oleh seseorang atau sekelompok orang
yang hidup dalam lingkungan serba miskin atau kekurangan modal, baik dalam pengertian
uang, pengetahuan, kekuatan sosial, politik, hukum, maupun akses terhadap fasilitas
pelayanan umum, kesempatan berusaha dan bekerja. Menurut Fikri (2016), Kemiskinan tidak
hanya dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-
hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani
hidupnya secara bermartabat. Hak- hak dasar yang diakui secara umum meliputi
terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan,
sumberdaya alam, dan lingkungan hidup,dan rasa aman dari perlakuan atau ancaman
kekerasan. Jadi secara umum kemiskinan diartikan sebagai kondisi tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidup dasarnya secara layak.

Berbicara tentang kemiskinan maka konsep yang mendasar adalah lingkaran


perangkap kemiskinan. Lingkaran perangkap kemiskinan (the vicious circle of poverty), atau
dengan singkat perangkap kemiskinan, adalah serangkaian kekuatan yang saling
mempengaruhi secara sedemikian rupa sehingga menimbulkan keadaan di mana sesuatu
negara akan tetap miskin dan akan tetap mengalami banyak kesukaran untuk mencapai
tingkat pembangunan yang lebih tinggi.

Penyebab kemiskinan bermuara pada konsep lingkaran setan kemiskinan (vicious


circle of poverty) dari Nurkse 1953. Ragnar Nurkse (dalam Mudrajad Kuncoro, 2006)
mengungkapkan bahwa adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya
modal menjadi penyebab produktivitas rendah sehingga pendapatan yang diterima juga
rendah. Rendahnya pendapatan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi.
Rendahnya tabungan dan investasi ini menyebabkan keterbelakangan.

Lingkaran Setan Kemiskinan

Sumber: Mudrajad Kuncoro (2006).


Terdapat banyak sekali teori dalam memahami kemiskinan, namun bila
disederhanakan maka terdapat dua paradigma atau teori besar (grand theory) mengenai
kemiskinan: yakni paradigma neoliberal dan demokrasi-sosial (socialdemocracy), yang
kemudian menjadi dasar dalam menganalisis kemiskinan maupun merumuskan kebijakan
dan program-program anti kemiskinan.
Teori Neo-Liberal dan Demokrasi-Sosial tentang Kemiskinan

Sumber: dikembangkan dari Cheyne, O’Brien dan Belgrave (1998:170).

Para pendukung neo-liberal berargumen bahwa kemiskinan merupakan persoalan


individual yang disebabkan oleh kelemahan-kelemahan dan/atau pilihan-pilihan individu yang
bersangkutan. Peran negara hanyalah sebagai "penjaga malam" yang baru boleh ikut carnpur
manakala lembaga-lembaga di atas tidak mampu lagi menjalankan tugasnya (Shannon ,1991;
Spicker, 1995; Cheyne. O'Brien dan Belgrave, 1998).

Teori demokrasi-sosial memandang bahwa kemiskinan bukanlah persoalan individual,


melainkan struktural. Kemiskinan disebabkan oleh adanya ketidakadilan dan ketimpangan
dalarn masyarakat akibat tersumbatnya aksesakses kelompok tertentu terhadap berbagai
sumber-sumber kemasyarakatan. Teori ini berporos pada prinsip-prinsip ekonomi campuran
(mixed economy') dan "ekonomi rnanajemen-permintaan" (demand management economics)
gaya Keynesian yang muncul sebagai jawaban terhadap depresi ekonomi yang terjadi pada
tahun 1920-an dan awal 1930-an.

Ditinjau dari kelompok sasaran, terdapat beberapa tipe kemiskinan. Penggolongan


tipe kemiskinan ini dimaksudkan agar setiap tujuan program memiliki sasaran dan target yang
jelas. Sumodiningrat (1999) membagi kemiskinan menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Kemiskinan absolut (pendapatan di bawah garis kemiskinan dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya).

2) Kemiskinan relatif (situasi kemiskinan di atas garis kemiskinan berdasarkan pada jarak
antara miskin dan non-miskin dalam suatu komunitas).

3) Kemiskinan struktural (kemiskinan ini terjadi saat orang atau kelompok masyarakat enggan
untuk memperbaiki kondisi kehidupannya sampai ada bantuan untuk mendorong mereka
keluar dari kondisi tersebut).

Dalam menganalisis masalah kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan
persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman
dan keparahan dari kemiskinan. Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Indeks Kedalaman Kemiskinan
Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan, semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk
dari garis kemiskinan.
2. Indeks Keparahan Kemiskinan
Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran
mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin semakin tinggi nilai
indeks, maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin
Berikut ini adalah data tentang Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Negara Indonesia
2019-2020.
Indeks Kedalaman Kemiskinan 2019-2020

Indeks Keparahan Kemiskinan 2019-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik.


Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pada data indeks kedalaman kemiskinan
dan indeks keparahan kemiskinan di Indonesia, angka indeks keparahan lebih tinggi berada
di desa daripada di kota. Indeks Kedalaman Kemiskinan di desa semester 1 tahun 2020
sebesar 2,21 sedangkan di kota hanya sebesar 1,13. Di tahun yang sama untuk data indeks
keparahan kemiskinan Indonesia angkat indeks keparahan di desa yaitu sebesar 0,55
sedangkan di kota hanya sebesar 0,25. Dari kedua data tersebuat juga dapat diketahui bahwa
terjadi peningkatan keparan dan juga kedalam kemiskinan dari semester 2 tahun 2019 sampai
semester 1 tahun 2020. Hal tersebut membuktikan bahwa ketimpangan antara penduduk
kaya dengan yang miskin makin melebar dan semakin tinggi nilai indeks keparahan yang ada
di Indonesia yang membuat semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk
miskin dan penduduk kaya.
Ada banyak factor penyebab dari kemiskinan itu sendiri. Faktor penyebab kemiskinan sangat
kompleks dan saling mempengaruhi, artinya kemiskinan terjadi bukan disebabkan oleh satu
faktor saja, tetapi multi faktor. Namun demikian secara garis besar faktor dominan yang
mempengaruhi timbulnya kemiskinan diantaranya:

Pendidikan

Pendidikan merupakan Human Capital, semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan oleh
seseorang maka akan meningkatkan produktivitas orang tersebut karena pengetahuan dan
ilmu yang diperoleh lebih banyak. Peningkatan produktivitas ini akan meningkatkan
pendapatan baik pendapatan individu tersebut, maupun pendapatan nasional. Peningkatan
pendapatan individu akan meningkatkan kemampuan konsumsi mereka, sehingga dapat
mengangkat kehidupan mereka dari kemiskinan.

Pengangguran

Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Menurut Sadono Sukirno (2004),


efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada
akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya
kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka
terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.
Data Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun 2012-2019

Sumber: Badan Pusat Statistik.

Dilihat Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk miskin yang ada di negara
Indonesia cenderung menurun setiap tahunnya dari tahun 2012 sampai 2019. Jumlah
penduduk miskin terbanyak berada pada tahun 2012 yaitu sebanyak 28,71 juta jiwa,
sedangkan jumlah terendahnya berada pada tahun 2019 yaitu sebanyak 24,79 juta jiwa.
Alasan mengapa angka penduduk miskin di Indonesia menurun yakni karena banyaknya
program-program yang di laksanakan pemerintah pada era Presdiden Jokowi sangat efektif
dan sangat memperhatikan penduduk miskin.
Jumlah Penduduk Miskin Bali Menurut Klasifikasi Daerah.

Sumber: Badan Pusat Statistik.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2019 jumlah
penduduk miskin di Provinsi Bali mengalami penurunan yaitu per maret 2018 sebanyak
171,76 ribu jiwa menjadi 156,91 ribu jiwa pada september 2019. Namun angka kemiskinan
tersebut kembali mengalami kenaikan pada tahun 2020 yaitu dengan jumlah penduduk miskin
sebanyak 165,19 per bulan maret. Hal tersebut dikarenakan efek dari pandemi covid-19 yang
sangat berpengaruh terhadap perekonomian dan berimbas kepadapenurunan pendapatan
masyarakat Bali. Seperti yang diketahui bahwa sektor yang menjadi unggulan di Bali adalah
sektor pariwisata dan adanya kebijakan lockdown, social distancing, dan PSBB menyebabkan
anjloknya pariwisata Bali karena wisatawan baik domestic maupun mancanegara tidak
diperbolehkan untuk berkunjung ke Bali. Hal tersebutlah yang menjadi pokok permasalahan
dari peningkatan jumlah penduduk miskin di Bali pada awal tahun 2020.

Implikasi Permasalahan Makro Ekonomi di Indonesia Serta Kebijakan Pembangunan


Ekonomi Regional

Inflasi dan Deflasi

Inflasi paling besar di Indonesia terjadi pada tahun 1998 mengakibatkan keadaan
ekonomi memburuk dan terjadi krisis moneter. Dimana krisis ini sangat menggoncang
perbankan yang menimbulkan kesulitan likuiditas luar biasa. Nilai tukar rupiah terus merosot
tajam, kepercayaan masyarakat berkurang kepada perbankan dan terjadilah penarikan besar-
besaran yang makin mempersulit likuiditas. Akibatnya, sistem pembayaran terancam macet
dan ekonomi nasional tergoncang. Dan keadaan ini makin memburuk di tahun 1998. Untuk
menurunkan tingkat inflasi, pemerintah menerapkan kebijakan moneter yang bersifat
kontraktif (mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat). Kebijakan-kebijakan tersebut
ialah :

1. Menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM)

2. Menaikkan suku bunga perbankan (baik kredit maupun deposito)

3. Larangan terhadap pemberian kredit jangka panjang serta kredit impor yang
bersifat konsumtif.

Untuk mengurangi tekanan ini, pemerintah mengeluarkan pembatasan transaksi


valuta asing dan pengetatan likuiditas. Berbagai langkah tidak sepenuhnya berhasil menahan
laju depresiasi rupiah karena krisis dimaksud dalam waktu singkat telah berkembang dari
semula krisis moneter menjadi krisis ekonomi, krisis sosial budaya, dan krisis politik sehingga
menjadi krisis multidimensi.

Saat ini sendiri akibat Pandemi Covid-19,Indonesia cenderung mengalami deflasi


karena adanya penurunan daya beli masyarakat. Pemerintah mengakui daya beli masyarakat
turun tajam akibat pandemi Covid-19. Hal ini terbukti dari terjadinya deflasi selama tiga bulan
berturut-turut. Menurut Sekretaris Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi
Nasional (KPCPEN) Raden Pardede, deflasi ini terjadi karena penurunan harga di berbagai
daerah akibat permintaan yang menurun. Kebijakan yang ditawarkan pemerintah untuk
mengatasi deflasi akibat Covid-19 yaitu:

1. Menurunkan GWM Rupiah sebesar 50bps yang ditujukan kepada bank-bank yang
melakukan kegiatan pembiayaan ekspor-impor, yang dalam pelaksanaannya akan
berkoordinasi dengan Pemerintah. Kebijakan ini diharapkan dapat mempermudah
kegiatan ekspor-impor melalui biaya yang lebih murah.

2. Menurunkan suku bunga antar bank yang mana suku bunga pasar uang antar bank
(PUAB) O/N telah turun sebesar 126 bps menjadi 4,58% selama periode pelonggaran
kebijakan moneter. Suku bunga perbankan juga turun dimana rerata tertimbang suku
bunga deposito yang tercatat 6,16% atau turun 67 bps sedangkan suku bunga kredit,
terutama pada suku bunga kredit modal kerja turun 36 bps menjadi 10,07%.

3. Pemerintah menerapkan kebijakan fiskal yaitu penurunan tarif pajak. Penurunan tarif
pajak akan membuat masyarakat memiliki semakin banyak uang, karena hanya
membayar sedikit pajak. Dengan banyaknya uang yang dimiliki masyarakat,
diharapkan dapat meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat sehingga deflasi dapat
diatasi.

Berbagai langkah kebijakan Bank Indonesia tersebut ditempuh dalam koordinasi yang
sangat erat dengan Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memitigasi dampak
COVID-19 sehingga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga, serta
momentum pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan. Sebagaimana diketahui, Pemerintah
telah menempuh sejumlah stimulus fiskal dan stimulus ekonomi untuk meringankan beban
masyarakat dan perusahaan dari dampak COVID-19 serta menjaga tetap kondusifnya
berbagai aktivitas perekonomian.

Pengangguran

Dalam menghadapi permasalahan makro yaitu pengangguran, pemerintah sudah


cukup berhasil mengurangi angka pengangguran di Indonesia pada periode 2018 – 2020 bisa
dilihat pada grafik sebelumnya yang secara umum mengalami penurunan. Tetapi, tetap ada
tantangan-tantangan yang harus dihadapi pemerintah dalam menurunkan angka
pengangguran tersebut, diantaranya :

a) Kesiapan Tenaga Kerja menghadapi Revolusi industry 4.0. Indonesia sendiri sebentar
lagi akan menghadapi revolusi industry 4.0, untuk tantangan kedepannya adalah
bagaimana kesiapan dari tenaga kerja kita, dimana yang kita ketahui banyak lulusan
tenaga kerja Indonesia masih lulusan SD dan SMP. Hal inilah yang akan menjadi
perhatian penting kedepannya melihat ada pula tenaga kerja asing yang sudah masuk
ke Indonesia. Maka pemerintah harus membuat kebijakan yang tepat dalam
mengatasi tantangan tersebut.

b) Pendidikan juga menjadi tantangan Indonesia untuk pembangunan ketenagakerjaan


karena pendidikan di Indonesia masih belum merata. Untuk remaja yang seharusnya
bisa bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi harus putus sekolah karena kemiskinan
yang melanda dan menjadikan mereka lebih susah mencari pekerjaan karena tidak
memiliki skill yang cukup untuk mencari dan bersaing di dunia kerja itu sendiri, Belum
lagi penduduk Indonesia banyak memasuki usia kerja tahun 2020-2025 sehingga jika
tidak dibenahi dari sekarang, maka dapat dipastikan angka pengangguran akan
bertambah pada 5 tahun kedepan.

Pemerintah membuat kebijakan untuk mengatasi pengangguran kedepannya.


Kebijakan– kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap peningkatan kualitas tenaga
kerja menurut Rencana Tenaga Kerja Nasional 2020 - 2024 yaitu:

1. Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Tingkat Pendidikan. Dilihat dari data angka
pengangguran di atas bahwa banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan masih ada
yang lulusan SD dan SMP. Maka dari itu pemerintah membuatkan kebijakan yaitu
Kartu Indonesia Pintar (KIP), kartu ini adalah kartu yang ditujukan bagi keluarga miskin
dan rentan miskin yang ingin menyekolahkan anaknya yang berusia 7-18 tahun secara
gratis. Dengan pemberian KIP maka akan mengurangi tenaga kerja lulusan SD dan
SMP sehingga tenaga kerja minimal lulusan SMA atau SMK.
2. Perluasan Lapangan Pekerjaan melalui Penambahan Wirausaha Baru. Pemerintah
memberikan Kartu Prakerja untuk digunakan masyarakat. Kartu Prakerja adalah
program pengembangan kompetensi berupa bantuan biaya yang ditujukan untuk
pencari kerja, pekerja ter-PHK atau pekerja yang membutuhkan peningkatan
kompetensi. Dilansir dari situs Prakerja, sistem Kartu Prakerja ialah harus
mendaftarkan diri terlebih dahulu pada situs tersebut sesuai ketentuan, kemudian
mengikuti test dan pelatihan sesuai kompetensi yang diinginkan dan mendapatkan
insentif sebagai penunjang dalam mencari pekerjaan. Melalui pelatihan yang diberikan
Kartu Prakerja, masyarakat yang mendaftar dapat menjadi wirausaha baru yang
kemudian membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat lain. Dengan insentif
yang diberikan, masyarakat menggunakannya sebagai modal membuka usaha,
menabung dan membayar utang/kredit. Kartu Prakerja ini lebih diinsentifkan ketika
Pandemi Covid-19 karena banyak pekerja yang terkena PHK akibat perusahaan
terdampak Covid-19, banyak masyarakat yang kekurangan pendapatan dan tidak bisa
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga pemerintah sedang gencar-gencarnya
menghimbau masyarakat untuk mendaftar Kartu Prakerja disituasi saat ini.

Kemiskinan
Keterkaitan antara kemiskinan dengan perekonomian di Indonesia saat ini dapat
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan. Saat ini terdapat dua kerangka
kebijakan dalam upaya pengentasan kemiskinan menururt RPJM 2020 - 2024, yaitu:
kerangka kebijakan makro dan mikro. Penejelasannya seperti berikut:
1. Dalam kerangka kebijakan makro, pemerintah perlu tetap menjaga stabilitas inflasi,
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, menciptakan lapangan kerja
produktif, menjaga iklim investasi dan regulasi perdagangan, meningkatkan
produktivitas sektor pertanian, serta mengembangkan infrastruktur di wilayah
tertinggal. Pembangunan Tersebut di realisasikan melalui program Dana Desa. Dimana
Dana desa adalah Dana yang diberikan pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang
nantinya agar Desa diberikan kewenangan dan sumber dana yang memadai agar dapat
mengelola potensi yang dimiliki guna meningkatkan ekonomi dan kesejahtaraan
masyarakat. Arah Kebijakan Dana Desa sebagai berikut: (1) Menyempurnakan
pengalokasian Dana Desa dengan memperhatikan aspek keadilan dan keberpihakan
(afirmasi) dan upaya pemberdayaan masyarakat desa; (2) Meningkatkan kesiapan dan
kapasitas pemerintah desa dan kelembagaan desa untuk meningkatkan kinerja
pelaksanaan dana desa; (3) Mendorong transparansi dan akuntabilitas pemanfatan
Dana Desa. Alokasi penggunaan dana desa yang diberikan pemerintah diharapkan
mampu untuk menumbuhkan ekonomi dalam desa dengan cara pembangunan
infrastuktur seperti jalan dan sebagainya sehingga mempercepat produksi di desa
tersebut pada 5 tahun ke depan dan pada 5 tahun kedepan maka akan difokuskan
untuk pengembangan sumber daya manusia dan produktivitas pada desa sehingga
pendapatan dari tiap tiap desa bisa berkembang dan bertambah, dimana hal tersebut
dilakukan melalui badan usaha milik desa (BUMDES).
2. Dalam kerangka mikro, upaya mengurangi kemiskinan dikelompokkan dalam dua
strategi utama, yaitu penyempurnaan kebijakan bantuan sosial yang bertujuan untuk
menurunkan beban pengeluaran dan peningkatan pendapatan kelompok miskin dan
rentan melalui program ekonomi produktif. Dimana bantuan social berupa Kartu
Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat. Kartu Indonesia Pintar adalah kartu yang
ditujukan bagi keluarga miskin dan rentan miskin yang ingin memberikan buah hatinya
pendidikan yang layak tanpa dipungut biaya. Usia anak yang ditanggung biaya
pendidikannya adalah dari umur 6 hingga 18 tahun. Jadi, anak dapat merasakan
pendidikan di sekolah mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas atau
Sekolah Menengah Kejuruan. Kartu Indonesia Sehat (KIS) sendiri adalah kartu yang
berfungsi untuk memberikan jaminan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
gratis. Penggunanya sendiri dapat menggunakan fungsi KIS ini di setiap fasilitas
kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjut. Kartu ini sendiri merupakan program yang
bertujuan untuk melakukan perluasan dari program kesehatan yang sebelumnya yaitu
BPJS Kesehatan yang telah diluncurkan oleh mantan presiden SBY (Susilo Bambang
Yudhoyono) pada tanggal 1 Maret 2014. Diharapkan dengan adanya kartu tersebut
bisa membuat masyarakat lebih sejahtera. Strategi kedua ini berupa pelatihan
ketrampilan dan kewirausahaan. Pelatihan ini yang perlu dikembangkan pemerintah
dalam upaya membuat kelompok miskin dan rentan lebih produktif secara ekonomi
sehingga dapat meningkatkan pendapatan penduduk miskin dan tidak terus
bergantung pada bantuan pemerintah.
3. Kebijakan yang dimbil pemerintah pada saat pademi Covid-19 untuk mengurangi
jumlah kemiskinan di Indonesia.
Kebijakan yang saat ini sedang dilakukan oleh pemerintah di Indonesia dalam
mengurangi jumlah angka kemiskinan adalah dengan memberikan bantuan langsung
tunai (BLT) kepada masyarakat yang dianggap memenuhi kriterian keluarga miskin.
Serta pemerintah juga memberikan Kartu Pra Kerja kepada pekerja yang terkena
dampak Covid-19 ini.
DAFTAR PUSTAKA

Alfista, M. (2019). Analisis Tingkat Kemiskinan di Indonesia tahun 2012–2017 (Doctoral


dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Astiyah, S. Suseno.(2009). Inflasi: Seri Kebanksentralan.

Bank Indonesia. 2020 “Survei Konsumen Bank Indonesia” diakses di


https://www.bi.go.id/id/publikasi/survei/konsumen/Default.aspx

Bank Indonesia. “Sejarah Moneter 1997-1999”. Jakarta,


Indonesiahttps://www.bi.go.id/id/tentangbi/museum/sejarahbi/bi/Documents/cdb6700
dabd84a92b03f8fe8d5cd27caSejarahMoneterPeriode19971999.pdf (diakses pada 11
Oktober 2020)

Bank Indonesia. 2020. “Tinjuan Kebijakan Moneter”. Jakarta. Indonesia


file:///C:/Users/user/Downloads/Tinjauan-Kebijakan-Moneter-Maret-2020.pdf (diakses
pada 11 Oktober 2020)

Badan Pusat Statistik. 2020 “Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha”

Badan Pusat Statistik. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 125. Jakarta. Indonesia
(diakses pada 11 Oktober 2020)

Berita Resmi Statistik. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2020. Jakarta.


Indonesia (diakses pada 11 Oktober 2020)

Budiani, N. W. (2009). Efektivitas Program Penanggulangan Pengangguran Karang Taruna"


Eka Taruna Bhakti" Desa Sumerta Kelod Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar.
INPUT: Jurnal Ekonomi dan Sosial, 1(2), 43816.

CNBC.com. (2020, 5 Oktober). Hat-Trick Deflasi, Pemerintah Akui Daya Beli Turun. (diakses
pada 11 Oktober 2020), dari https://www.cnbcindonesia.com/news/2020100 5184907-
4-192073/hat-trick-deflasi-pemerintah-akui-daya-beli-turun

Kontan. 2020. “OJK:Resktrukurisasi Kredit Capai 884,5 Triliun” diakses di


https://keuangan.kontan.co.id/news/ojk-restrukturisasi-kredit-perbankan-mencapai-
rp-8845-triliun

Hapsah, I. S. (2019). Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Pengangguran


terhadap Pertumbuuhan Ekonomi Kabupaten Pandeglang Periode 2006-2015
(Doctoral dissertation, UIN SMH BANTEN).
Imam Tony Taufik (2010) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Populasi, Pendidikan, Dan
Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten/ Kota Provinsi Jawa

Kadji, Y. (2012). Kemiskinan dan Konsep teoritisnya. Guru Besar Kebijakan Publik Fakultas
Ekonmi Dan Bisnis UNG.

Kemenkeu. 2020. “Pembebasan pajak: Salah satu cara pemerintah percepat penanganan
Covid-19” https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pembebasan-pajak-salah-
satu-cara-pemerintah-percepat-penanganan-covid-19/

Kementerian Keuangan. 2020. “Arah dan Tantangan Kebijakan Fiskal Untuk Penanganan
Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi”

Kementrian Tenaga Kerja. 2020. “Kartu Prakerja”. Jakarta. Indonesia


https://www.prakerja.go.id/ (diakses pada 11 Oktober 2020)

Kementrian Tenaga Kerja. 2020. “Peraturan Menteri Ketenagakerjaan”. Jakarta. Indonesia


https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/Permen_12_2020.pdf (diakses pada 11 Oktober
2020)

Katadata.co.id. (2020, 20 Juni). Bappenas: Daya Beli Masyarakat Hilang Rp 362 T Akibat
Pandemi Corona. (diakses pada 11 Oktober 2020), dari,
https://katadata.co.id/agustiyanti/finansial/5ef09effcdd5c/bappenas-daya-beli-
masyarakat-hilang-rp-362-t-akibat-pandemi-corona

Nurwati, Nunung. 2008. “Kemiskinan : Model Pengukuran, Permasalahan dan Alternatif


Kebijakan”. Bandung: Universitas Padjajaran

Nopirin. (1987). Ekonomi Moneter. BPFE

Mahsunah, D. (2013). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan Pengangguran


Terhadap Kemiskinan di Jawa Timur. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 1(3).

Mansur, N. (2014). Analisis Upah Terhadap Pengaangguran Di Kota Manado Tahun 2003-
2012. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 14(2).

Nasional, K. P. P. (2019). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020–2024.

Pratama, Y. C. (2014). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Indonesia.


Esensi: Jurnal Bisnis dan Manajemen, 4(2).

Putri, D. N., Sudarti, S., & Hadi, S. (2018). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan
Jumlah Angkatan Kerja Terhadap Jumlah Pengangguran Di Kota Batu. Jurnal Ilmu
Ekonomi JIE, 1(3), 270-281.
Setiyawati, A., & Hamzah, A. (2007). Analisis Pengaruh PAD, DAU, DAK, dan Belanja
Pembangunan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguran:
Pendekatan Analisis Jalur. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 4(2), 211-228.

Wahyudi, D., & Rejekingsih, T. W. (2013). Analisis Kemiskinan di Jawa Tengah. Diponegoro
Journal of Economics, 2(1), 83-97.

Anda mungkin juga menyukai