3.Purnal jurnal
Pembukaan
Perkembangan teknologi di era saat ini sangat pesat, media internet merupakan salah satu
contoh bukti bahwa kecanggihan teknologi sangat mempengaruhi perkembangan
kehidupan manusia.
Sebagai modal besar dalam mempromosikan atau menjual produk usaha, maka
usaha komersial dilakukan melalui media online semakin berkembang. Perkembangan dan
kemajuan dunia bisnis online juga didukung oleh peningkatan produktivitas dari industri
sebagai penyedia produk yang akan dipasarkan melalui internet atau media online yang
memicu maraknya bisnis jual beli melalui media online karena mudah dijalankan, tidak
membutuhkan modal besar, hanya modal kecil dan tidak harus membutuhkannya.
Kemudahan jual beli barang melalui media online di Masyarakat Indonesia
menyebabkan tingkat kewaspadaan dalam transaksi jual beli berkurang atau bahkan
diabaikan,mengingat kemudahan yang dihadirkan dalam berbelanja melalui media online.
Harus ada aturan dan yang mengatur pembelian barang melalui Media Jual Beli Online,
banyaknya dampak kerugian, atau modus penipuan yang akan menjerat atau menimpa
konsumen melalui media online.
Mewujudkan perlindungan konsumen adalah mewujudkan hubungan multi-dimensi dengan
tautan dan ketergantunganantara konsumen, pengusaha, dan pemerintah (Simanullang,
2013). Saat ini, kita sering mendengar tentangbanyaknya pelanggaran hak konsumen yang
seringkali diabaikan atau tidak ditanggapi oleh produsen.
Apalagi dalam belanja online, dimana konsumen hanya bisa melihat produk
berupagambar-gambar. Beberapa penipuan yang dilakukan oleh produsen untuk
mendapatkan keuntungan yang besar sangat bervariasi, antara pengirimanbarang dengan
kualitas lebih rendah dari yang dijanjikan atau mengurangi jumlah barang yang dikirim. Kami
membutuhkan undang-undang atau peraturanmengatur perlindungan konsumen
dimanapun berada.
Perlindungan konsumen yang dijamin oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen merupakan kepastian hukum bagi segala kebutuhan
konsumen. Kepastian hukum meliputi segala upaya yang berdasarkan hukum untuk
memberdayakan konsumen agarmemperoleh atau menentukan pilihan mereka atas barang
dan jasa yang dibutuhkan dan mempertahankan atau mempertahankan hak mereka jika
bisnisperilaku pelaku merugikan mereka sebagai penyedia kebutuhan konsumen.
Metode Pembelian
Tulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normatif karena mengkaji tentang asas-
asas hukum, sistematika hukum,dan aplikasi mereka. Sumber data mengacu pada bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder yang diolah secara deskriptif, dianalisis, dan
argumentatif dengan menggunakan pendekatan undang-undang yaitu peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan konsumen melalui penelusuran
kepustakaan.
Prinsip ini merupakan kebalikan dari praduga tanggung jawab. Terdakwa masih dalam posisi
tidak bertanggung jawab sampai terbukti bahwa terdakwa bersalah. Namun, prinsip ini tidak
bisa lagi diterapkan mutlak dan mengarah pada tanggung jawab dengan membatasi uang
kompensasi
a) Jika produsen tidak mengedarkan produk. Cacat ini menyebabkankerugian tidak ada
ketika produsen mendistribusikan produk, atau kesalahan hanya terjadi kemudian.
b) Bahwa produk tidak dibuat oleh produsen baik untuk dijual atau diedarkan untuk tujuan
ekonomi atau dibuat atau didistribusikan untuk tujuan bisnis.
c) Bahwa terjadinya cacat pada produk disebabkan adanya kewajiban untuk memenuhi
kewajiban yang diatur dalam peraturan pemerintah.
d) Bahwa secara ilmiah dan teknis, State of Scientific Technique, Knowledge state atau art
Defense, tidak mungkin cacat pada saat produk itu didistribusikan.
e) di pabrik pembuat komponen yang cacatnya disebabkan oleh desain produk itu sendiri di
mana: potongan telah cocok atau disebabkan oleh kesalahan dalam instruksi pabrik.
f) jika pihak yang menderita kerugian atau pihak ketiga juga menyebabkan kerugian,
kerugian yang terjadi disebabkan oleh Force mayor.
4. Kesimpulan
Perumahan hukum Pemerintah untuk melindungi konsumen adalah Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, idealnya sepenuhnya menerapkan prinsip
Strict Liability. Bisnis harus bertanggung jawab atas kerugian konsumen
tanpa membuktikan apakah ada kesalahan dalam dirinya atau mereka. Fokus dari tanggung
jawab yang ketat adalah tanggung jawab yang
tidak didasarkan pada aspek kesalahan (fault) dan hubungan kontraktual tetapi didasarkan
pada cacat produk (objektif)
kewajiban) dan risiko atau kerugian yang diderita konsumen (tanggung jawab berbasis
risiko)
5.REFERENSI
Pelanggan di Indonesia. Seminar Nasional Riset Dan Teknologi (SEMNASRISTEK), 4(1), 225–
232.
http://www.proceeding.unindra.ac.id/index.php/semnasristek2020/article/view/2543
Putra, S. (2013). Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Jual-Beli
Melalui E-Commerce. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Rahmanto, T. Y. (2019). Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Penipuan Berbasis
Transaksi Elektronik. Jurnal Penelitian Hukum
De Jure, 19(1), 31. https://doi.org/10.30641/dejure.2019.v19.31-52
Setiantoro, A., Putri, F. D., Novitarani, A., & Njatrijani, R. (2018). Urgensi Perlindungan
Hukum Konsumen Dan Penyelesaian Sengketa
E-Commerce Di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Rechts Vinding, 7(April), 1–17.
Sidik. (2009). Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepercayaan Dan Niat Pelanggan Untuk
Melakukan Transaksi E- Commerce.
Jurnal Akuntansi,Manajemen Bisnis Dan Sektor Publik, 5(3), 235–249.