Anda di halaman 1dari 8

3 Tema judul peneliti tertarik untuk di teliti

1. Pengaruh Aromaterapi Lemon terhadap Asupan Makan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cetarip

2. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga terdampak Covid-19 dengan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Cetarip

3. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Cetarip

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang belum

mencukupi kebutuhan tubuh. Seseorang akan mempunyai status gizi baik, apabila asupan

gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang kurang dalam makanan, dapat

menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya orang yang asupan gizinya berlebih akan

menderita gizi lebih. Jadi status gizi adalah gambaran individu sebagai akibat dari asupan

gizi sehari-hari. (Fitriani, Sujitno Margarita M, dan Hermanto Tri 2017)

Indonesia mengalami permasalahan gizi kurang (under nutrition) dan gizi lebih

(over nutrition) keduanya merupakan masalah yang sama-sama berbahaya bagi negara.

Untuk masalah kelebihan gizi banyak terjadi di perkotaan yang tingkat ekonominya

tinggi, penyakit yang timbul adalah degeneratif karena pola konsumsi makanannya

kurang serat tetapi tinggi protein dan lemak. Sedangkan kekurangan gizi banyak terjadi

di pedesaan dengan tingkat ekonomi rendah. Telah terungkap bahwa Indonesia

mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang yang masih

didominasi oleh Kurang Energi Protein (KEP), Masalah Anemia Besi, Masalah

gangguan akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Masalah Kurang Vitamin A (KVA), dan
Masalah gizi lebih yaitu masalah Obesitas terutama di kota-kota besar. (Fitriani, Sujitno

Margarita M, dan Hermanto Tri 2017)

Saat ini Indonesia pun sedang dihadapi oleh permasalahan pamdemic Covid-19.

Menurut teori United Nation Children’s Fund (Unicef) mengemukakan bahwa masalah

gizi disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor secara langsung maupun tidak langsung.

Faktor langsung masalah gizi yaitu kurangnya asupan makanan dan penyakit yang di

derita, sedangkan faktor tidak langsung yaitu kurangnya ketersediaan pangan ditingkat

rumah tangga, pola asuh/perilaku ibu yang kurang, kurangnya pelayanan kesehatan dan

lingkungan tidak sehat. (UNICEF 2020)

Kesulitan makan merupakan kebiasaan dan perilaku makan pada anak yang perlu

diperhatikan oleh orangtua maupun praktisi kesehatan karena memiliki efek yang

merugikan bagi pengasuh maupun anak. Prevalensi masalah kesulitan makan menurut

klinik perkembanganan anak dari Affiliated program for children development di

University George Town dalam (Kesuma, Novayelinda, dan Sabrian 2015) mengatakan 6

jenis kesulitan makan pada anak yaitu hanya mau makan makanan cair atau lumat:

27,3%, kesulitan menghisap, mengunyah atau menelan: 24,1%, kebiasaan makan yang

aneh dan ganjil: 23,4%, tidak menyukai variasi banyak makanan: 11,1%, keterlambatan

makan sendiri: 8,0%, mealing time tantrum: 6,1%.

Menurut (Kemenkes RI 2018) didapatkan hasil prevalensi kesulitan makan sebesar

33,6%, 44,5% diantaranya menderita malnutrisi ringan sampai sedang dan 79,2 %

dari subjek penelitian telah mengalami kesulitan makan lebih dari 3 bulan.

Berdasarkan hasil pemantauan status gizi pada riset kesehatan dasar tahun 2018 di

Indonesia pada berat badan terhadap umur balita menyatakan 3.9% balita mengalami gizi

buruk, 13.9% gizi kurang, 3.1% gizi lebih. Pada berat badan terhadap tinggi badan

menyatakan 3.5% balita sangat kurus, 6.7% kurus, 8.0% gemuk. Sedangkan hasil dijawa
barat menurut berat badan terhadap umur menyatakan 2.6% balita mengalami gizi buruk,

10.6% gizi kurang, 2.5% mengalami gizi lebih. Dan menurut berat badan terhadap tinggi

badan yaitu 3.2% balita sangat kurus, 5.2% kurus, 8.7% balita gemuk. (Kemenkes RI

2018)

Dari hasil kegiatan bulan penimbangan balita di Kota Bandung tahun 2019,

ditemukan Balita gizi buruk sebanyak 843 Balita atau sebesar 0,68% dari Balita di

timbang dan gizi kurang 7.116 Balita atau 5,72% dari Balita ditimbang. Masalah gizi

balita di tahun 2019, menurut patokan BB/U, sebanyak 7.959 Balita (6,40%). Sedangkan

wilayah dengan persentase masalah gizi Balita (standar BB/U) terbesar berada di

Kecamatan Astanaanyar 18,05%, Cinambo 8,86%, dan Andir 8,83%. Sedangkan wilayah

dengan masalah gizi terkecil berada di Kecamatan Cidadap 0,87%, Sukasari 2,70%, dan

Babakan Ciparay 2,81%. (Dinas Kesehatan Kota Bandung 2019)

Berdasarkan beberapa penelitian aromaterapi sudah banyak digunakan sebagai

terapi komplementer bagi tenaga kesehatan seperti bidan maupun keperawatan.

Pemakaian bahan alam saat ini memang cenderung meningkat, diantaranya adalah

pemakaian bahan alam untuk aromaterapi. Seperti halnya yang telah digunakan di

masyarakat bahan alam yang dapat digunakan untuk aromaterapi salah satunya adalah

buah jeruk dan juga sereh. Kedua bahan alam tersebut digunakan sebagai aromaterapi

karena mengandung minyak atsiri yang menyegarkan dan juga membuat nyaman.

(Prabandari dan Febriyanti 2017)

Menurut (Fatmawati 2014) yang banyak mengandung minyak atsiri yang

digunakan sebagai aromaterapi sebagai peningkat nafsu makan yaitu; daun sereh

temulawak, jahe, temu ireng, lemon, jasmine, rosemary dan lain-lain. Dan
penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa aromaterapi daun sereh dapat meningkatkan

asupan makan pada balita.

Berdasarkan latarbelakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh

Aromaterapi Lemon terhadap Peningkatan Asupan Makan pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Cetarip.

1.2.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut “Adakah

Pengaruh Aromaterapi Lemon terhadap Peningkatan Asupan Makan pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Cetarip?

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Mengetahui Pengaruh Aromaterapi lemon terhadap asupan makan Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Citarip.

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi pengaruh aromaterapi lemon di Wilayah Kerja Puskesmas

Citarip.

b. Mengidentifikasi asupan makan balita di Wilayah Kerja Puskesmas Citarip.

c. Mengidentifikasi pengaruh aromaterapi lemon terhadap asupan makan Balita.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktisi


a. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan

pada balita terutama untuk pengembangan keilmuan keperawatan keluarga dan

keperawatan komunitas.
b. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan menjadikan data dasar untuk peneliti dan

dapat menambah pengetahuan bagi peneliti selanjutnya khususnya mengenai

Pengaruh Aromaterapi Lemon terhadap Peningkatan Asupan Makan pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cetarip.

c. Bagi Masyarakat

Agar masyarakat memperoleh informasi kesehatan yang lebih baik

untuk meningkatkan atau memperbaiki masalah asupan makan gizi pada

balita.

1.4.2. Manfaat Teoritis


a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah terhadap

pengembangan ilmu keperawatan, yaitu masalah yang perlu ditangani

khususnya ilmu gizi dalam pelayanan kesehatan terhadap penanganan masalah

gizi balita.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi untuk

penelitian selanjutnya terutama pada mata ajar Keperawatan Komunitas atau

Keperawatan Anak.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Bandung. 2019. “Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012.” Dinas

Kesehatan Provinsi Jabar 4(3): 287. http://marefateadyan.nashriyat.ir/node/150.

Fatmawati, Ery. 2014. “ASUPAN MAKANPADA BALITA Email : fatmaery@ymail.com

Pertumbuhan dan perkembangan balita merupakan suatu hal yang mendapat perhatian

besar perlu ( 2014 ) salah satu faktor penyebab gizi kurang pada balita di Puskesmas

Banguntapan I didapatkan hasil prevalensi gizi kurang yang disebabkan oleh ( Kumala ,

merupakan kelompok yang rawan berbagai faktor salah satunya akibat pemenuhan

nutrisi yang tidak adekuat Pravelensi kesulitan makan pada balita sebesar 33 , 6 %,

sebagian besar bulan ( Judarwanto , 2005 ). Sulit makan akan menyebabkan

terhambatnya terhadap masalah gizi . Pada masa ini anak mengalami pertumbuhan

sangat dan perkembangan yang sehingga membutuhkan asupan makanan yang cukup

dan bergizi . Makanan yang bergizi jika kurang dikonsumsi anak usia 1-5 tahun sering

timbul masalah terutama dalam pemberian makanan karena faktor kesulitan makan pada

anak ( Maulana , Kesulitan makan pada anak pertumbuhan dan perkembangan . Oleh
karena itu , bila perilaku sulit makan dibiarkan begitu saja maka diprediksi generasi

penerus bangsa akan hilang karena keadaan gizi masyarakat merupakan masalah yang

sangat sering dihadapi orang tua , dokter dan petugas kesehatan lain . Keluhan yang

sering muncul adalah anak tidak mau makan , menolak makan , proses makan yang

terlalu lama , hanya mau minum saja , kalau diberi makan muntah , mengeluh sakit perut

, bahkan ada yang disuruh makan marah – marah bahkan mengamuk . Keluhan –

keluhan yang sering muncul pada balita menunjukkan tanda – tanda gangguan kesulitan

makan ( Ferdinand , Data Dinas Kesehatan 2010-2013 Balita dengan gizi buruk di

wilayah Kabupaten Bantul terdapat 55 kasus . Kecamatan Banguntapan 50 %, Jetis 43

%, Imogiri 14 % dan Srandakan 12 %. menurun menjadi 6 kasus . Kamilah merupakan

salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan negara atau yang

lebih dikenal sebagai Human Development Indeks ( HDI ) ( Judarwanto , 2005 :

Depkes , 2005 ). Dalam beberapa dekade terakhir ini terapi aroma dengan minyak atsiri

kembali digemari , masyarakat banyak menganggap bahwa terapi obat- obatan sintesis

membawa dampak buruk pada tubuh manusia akibat akumulasi bahan-bahan sintesis

pada organ penting seperti ; ginjal dan Penggunaan aromaterapi saat ini juga

dikembangkan dalam pelayanan Berdasarkan kebidanan beberapa komplementer .

penelitian sumber tanaman disekitar yang banyak mengandung minyak atsiri yang

digunakan sebagai aromaterapi sebagai peningkat nafsu makan yaitu ; daun sereh ,.” :

162–67.

Fitriani, Eka, Maramis Sujitno Margarita M, dan Joewono Hermanto Tri. 2017. “Penilaian

Status Gizi.” Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Kesehatan: 317. http://marefateadyan.nashriyat.ir/node/150.

Kemenkes RI. 2018. “Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf.” Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan: 198.


http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasio

nal_RKD2018_FINAL.pdf.

Kesuma, Aristiana, Riri Novayelinda, dan Febriana Sabrian. 2015. “Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Perilaku Kesulitan Makan Anak Pra Sekolah.” The Ramanujan

Journal 2(2): 953–61. https://www.neliti.com/publications/186053/faktor-faktor-yang-

berhubungan-dengan-perilaku-kesulitan-makan-anak-prasekolah.

Prabandari, Sari, dan Riski Febriyanti. 2017. “Ormulasi Dan Aktivitas Kombinasi Minyak

Jeruk Dan Minyak Sereh Pada Sediaan Lilin Aromaterapi.” Parapemikir : Jurnal Ilmiah

Farmasi 6(1): 124–26.

UNICEF. 2020. “COVID-19 dan Anak-Anak di Indonesia Agenda Tindakan untuk

Mengatasi Tantangan Sosial Ekonomi.” Journal of education, pshycology and

counseling 2(April): 1–12. www.unicef.org.

Anda mungkin juga menyukai