SKRIPSI
OLEH:
HESTI ANGGRAINI
160200204
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2020
Hesti Anggraini*
Dr. Jelly Leviza, S.H, M.Hum**
Prof. Dr. Suhaidi, S.H, M.H***
Allah SWT atas berkat rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Tiada hal yang dapat penulis lakukan
adalah guna untuk memenuhi persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Hukum di
kedua orang tua penulis Ayahanda Suburianto dan Ibunda Lasminah. Mereka
dukungannya baik secara non materil dan materil sehingga dapat menyelesaikan
pendidikan formal hingga ke strata satu (S1) dan kepada adik penulis tersayang
dalam meraih sesuatu itu tidak mudah, banyak hal yang harus dikorbankan.
ii
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan III
penelitian.
iii
penelitian.
10. Seluruh staff administrasi yang turut serta membantu saya dalam
Sumatera Utara.
Sumatera Utara.
15. Kakakku Putri Harum Sari atas dukungan, bantuan dari awal
iv
kekurangan pada skripsi ini penulis menerima saran kritik dari semua pihak.
Terimakasih.
Penulis,
HESTI ANGGRAINI
(160200204)
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................. 1
G. Metode Penelitian............................................................... 20
H. Sistematika Penulisan......................................................... 21
vi
............................................................................................ 24
Tanker. ............................................................................... 35
Maritim............................................................................... 45
vii
.................................................................................................. 89
viii
ix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
baru, yang keberadaannya baru diakui pada awal tahun 70-an.1 Hukum
Hukum laut internasional yang dikenal saat ini berasal dari zaman
all men”.2
1
Sukanda Husin, Hukum Lingkungan Internasional, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2016, hal. 1.
2
Dhiana Puspitawati, Hukum Laut Internasional, Jakarta: Kencana, 2017, hal. 12.
bertanggung jawab sebesar 12% dari total zat pencemaran laut, tapi
pencemaran laut dari tumpahan kapal menarik perhatian publik yang tinggi
tumpahan minyak dari kapal dan untuk mengatur tata cara dan pembatasan
Canyon (1967), Amoco Caditz (1978), Exxon Valdez (1989), dan The
Prestige (2002).
3
Komar Kantaatmadja, Gantirugi Internasional Pencemaran Minyak di Laut, Bandung:
Penerbit Alumni, 1981, hal. 27.
mengenai rezim laut lepas yaitu pada pasal 24, yang berbunyi :4
ketertarikan akan wilayah laut menjadi suatu tren pada tahun 1930.
4
Konvensi Jenewa 1958., Pasal 24.
5
Dhiana Puspitawati, Op.Cit, hal. 11.
II) pada tahun 1960, lalu oleh Konferensi Hukum Laut Internasional III
(UNCLOS III) yang dimulai pada tahun 1973 dan berakhir pada tahun
atau yang biasa dikenal dengan United Nations Convention on the Law of
pencemaran laut dapat diakibatkan dari hasil operasi kapal tanker (air
tengah laut, air bilga (saluran buangan air, minyak dan pelumas hasil
yaitu:6
6
https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/2626-tumpahan-minyak-oil-spill diakses pada 17 Juli
2020 jam 19:36.
telur dan larva. Kondisi ini akan menjadi lebih buruk jika spillage
lagi ketika lokasi yang terkena oil spill ini merupakan daerah yang
5. Bau lantung (tainting), Bau lantung ini dapat terjadi pada jenis ikan
Convention on Civil Liability for oil Pollution Damage 1969 (CLC 1969)
terbebas dari hukuman yang akan diberi oleh negara asal bendera kapal
aktual, pemilik kapal dapat dikenakan tangung jawab terbatas dalam suatu
Damage, 1971 (Fund Convention) 1971 mengatur tentang ganti rugi oleh
Convention 1969.
Tanker Showa Maru pada tahun 1975 di Selat Malaka.8 Pada peristiwa ini
7
Dikdik M. Sodik, Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di Indonesia, Bandung:
PT Refika Aditama, 2016, hal. 244.
8
Suhaidi, Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut dari Pencemaran yang Bersumber
dari Kapal:Konsekuensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Perairan Indonesia,
Jakarta: Pustaka Bangsa Press, 2004, hal. 7.
9
Ibid., hal. 9.
terjadi pada lingkungan laut dalam skala besar, maka permasalahan ini
garis pangkal kepulauan. Semua negara menikmati hak lintas damai dan
hak lintas alur kepulauan melalui perairan kepulauan suatu negara. Namun
negara kepulauan mempunyai hak untuk menentukan alur laut dan rute
jalur laut sejauh 200 mil laut pada zona ekonomi eksklusif. Negara pantai
juga mempunyai hak berdaulat atas dasar laut dan tanah di bawahnya
hingga jarak 200 mil laut, atau dapat melebihi ini berdasarkan “specified
circumstance”.10
daya alam dari dasar laut dan tanah dibawahnya serta instalasi dan
juga dapat berasal dari adanya kegiatan yang dilakukan oleh kegiatan
minyak yang merusak tidak sedikitnya dari ekosistem laut yang terkena
berasal dari kapal berupa pembuangan minyak ataupun yang berasal dari
pembersihan kapal tanker dan juga dapat berasal dari kebocoran kapal. Hal
lain yang mungkin terjadi dalam pencemaran akibat kapal minyak ini
adalah jika terjadi kecelakaan kapal yang berupa pecahnya kapal, tabrakan
10
1982.
dan awak kapal saja. Pada beberapa kondisi, hal ini juga memberi akibat
hilangnya nilai muatan yang di angkut, namun lebih jauh dari itu, kerugian
industri perairan laut dan pesisir yang terganggu, serta kerugian akibat
Contoh kasus kecelakaan kapal minyak tanker dan membawa dampak dan
12
Suhaidi, Op.Cit., hal. 11.
11
laut yang sangat ramai, yaitu Laut China Timur, antara MV Sanchi dengan
berasal dari minyak yang digunakan sebagai bahan bakar kapal tersebut.
tumpahan minyak dari sebuah kapal tanker berawak sebagian besar warga
Hong Kong, yang membawa 64.000 ton biji-bijian, sekitar 260 km dari
13
Kasus Tumpahan Minyak Kapal Tanker Exxon Valdes,
https://www.neliti.com/publications/182497/kajian-aspek-hukum-internasional-pada-kasus-
tumpahan-minyak-kapal-tanker-exxon-v diakses 19 februari 2020 pukul 13:15.
14
Suhaidi, Op.Cit., hal. 44.
15
https://www.portonews.com/2018/oil-and-chemical-spill/mv-sanchi-vs-cf-crystal-
petaka-di-balik-kabut-musim-dingin/ diakses pada 04 Juli 2020 jam 22.01.
12
tenggelam.
B. Rumusan Masalah
Lingkungan Laut ?
Lingkungan Laut ?
Internasional ?
C. Tujuan Penulisan
sebagai berikut :
tanker.
13
tanker.
D. Manfaat Penulisan
sebagai berikut :
E. Keaslian Penulisan
Utara dan beberapa Universitas yang ada di Indonesia baik secara fisik
14
sebagai berikut:
internasional.
15
sebagai berikut:
16
F. Tinjauan Kepustakaan
Laut adalah kumpulan air asin yang sangat luas yang memisahkan
benua yang satu dengan benua yang lainnya, dan juga memisahkan pulau
16
Abdul Muthalib Tahar, Hukum Laut Internasional menurut KHL PBB 1982 dan
perkembangan Hukum Laut di Indonesia, Lampung: Universitas Lampung, 2007, hal.1.
17
sumber kekayaan alam, sumber kekayaan alam ini terdapat pada wilayah
lingkungan laut.18
hukum lain bukan negara atau subyek hukum bukan negara satu sama
lain.19
negara yang terdiri atas prinsip-prinsip serta peraturan yang harus ditaati
17
Mochtar kusumaatmadja, Perlindungan dan Pelertarian Lingkungan Laut Dilihat dari
Sudut Hukum Internasional, Regional, dan Nasional, Jakarta:Sinar Grafika dan Pusat Studi
Wawasan Nusantara, 1992, hal.7.
18
Suhaidi, Op.Cit., hal. 1.
19
Andi Tenripadang, Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional, Jurnal
Hukum Diktum Vol.14 No.1, Juli 2016, hal. 67-75.
18
dari laut. Hal ini disebabkan karena pencemaran laut dapat menimbulkan
laut.20
minyak atau produk turunannya. Jenis utama kapal tanker termasuk tanker
20
Sukanda Husin, Op.Cit., hal. 35.
21
https://id.wikipedia.org/wiki/Kapal_tanker diakses pada 20 Juli 2020 pukul 23:41.
19
yang diukur dari pulau-pulau terluar dan memiliki kedaulatan penuh atas
wilayah daratan dan perairan pedalamannya dan dalam hal suatu Negara
(0ff-shore drilling).24
G. Metode Penelitian
dikarenakan hal yang hendak diteliti adalah tanggung jawab suatu negara
hukum nasional dan juga analisis contoh kasus yang pernah terjadi
sebelumnya.
22
UNCLOS 1982, Pasal 2 ayat (1).
23
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 1982, Pasal 2.
24
Sukanda Husin, Op.Cit., hal. 35.
20
pendekatan kuantitatif.
data berupa studi dokumen. Penelitian ini mengumpulkan data dari buku-
buku hukum dan media cetak seperti surat kabar, artikel-artikel dan jurnal
akademis yang relevan dengan kasus yang diteliti. Selain bahan yang
situs-situs internet.
H. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang yang menguaraikan alasan dalam
yang dikembangkan dari judul yang sudah dipilih yang disertai dengan
sistematika penulisan
21
terhadap lingkungan laut akibat tumpahan minyak (oil spill) oleh kapal
LINGKUNGAN LAUT.
terhadap lingkungan laut akibat tumpahan minyak (oil spill) oleh kapal
INTERNASIONAL
Pada bab ini berisi tentang pertanggung jawaban negara kapal yang
22
Bab ini merupakan penutup dari skripsi ini yang menjabarkan kesimpulan
dari permasalahan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya dan juga
23
DI LINGKUNGAN LAUT
24
lingkungan hidup adalah kewajiban setiap orang yang bernegara, arti dari
lingkungan perairan atau laut baik laut nasional maupun laut internasional.
kapal memiliki berbagai macam penyebab, secara umum tidak lain adalah
26
UUPPLH, pasal 6.
25
minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas pantai maupun akibat
pencemaran laut yang selalu menjadi fokus perhatian dari masyarakat luas,
tersebut.
sumber kekayaan alam, sumber kekayaan alam ini terdapat pada wilayah
26
Kapal Tanker.
27
di laut;
28
Pengaturan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2006 Tentang
Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut, Pasal 11.
28
b. Kantor pelabuhan;
menginformasikan kepada :
a. ADPEL;
b. KAKANPEL; atau
c. Kepala PUSKODALNAS.
29
Pengaturan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2006 Tentang
Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut, Pasal 8.
29
lingkungan laut, tetapi pada dasarnya peraturan ini adalah peraturan yang
30
Darurat Tumpahan Minyak di Laut itu sendiri tidak ada pengaturan yang
sifatnya spesifik terhadap tumpahan minyak, tidak ada aturan yang secara
akan saling melengkapi satu sama lain, maksudnya adalah jika disalah satu
peraturan pelaksana hanya diatur hal-hal yang bersifat pokok, maka yang
yang lain. Dengan kata lain, secara teori aspek payung hukum nasional
khususnya pencemaran laut yang berasal dari kapal. Pada praktek dalam
pembenahan.
30
Suhaidi, Op.Cit., hal. 21.
31
kasus tumpahan minyak yang disebabkan oleh kapal lintas damai yang
dunia antara lain pada 19 Juli 1979 bocornya kapal tanker Atlantic
287.000 ton ke laut. Tidak kalah besarnya adalah kasus terbakarnya kapal
31
Sulistyono, Dampak Tumpahan Minyak (Oil Spill) di Perairan Laut pada Kegiatan
Industri Migas dan Metode Penanggulangannya , Jurnal Forum Teknologi Vol.03 No.1, hal 49-57.
32
untuk itu tergantung pada karakteristik awal fisik dan kimiawi minyak dan
adalah:
33
tersuspensi).
daerah pantai dan juga berbahaya bagi kehidupan ekosistem laut yang
34
laut sekitarnya.
daya alam yang meliputi sumber daya alam hayati maupun non hayati dan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui. Pada saat ini seringnya terjadi pencemaran
35
yang tumpah di laut akan menyebabkan berbagai kerusakan yang ada pada
laut tersebut.
1. Minyak
4. Kotoran
5. Sampah
6. Udara
7. Air balas
32
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim, Pasal 3
36
kepelabuhanan.
perairan atau negara laut tetapi dalam istilah lain dikenal juga dengan
terminologi kedua istilah ini adalah hal yang berbeda dan tidak bisa
dikatakan bahwa ruang lingkup yang satu lebih luas dari yang lainnya.
suatu negara, eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, baik hayati
33
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim, Pasal 2 Ayat (2).
34
Dhiana Puspitawati, Op.Cit., hal. 6.
37
maritim akan diselesaikan secara privat oleh para pihak yang bersengketa
suatu ketentuan yang terpadu. Kasus- kasus yang terjadi pada lingkungan
yang memiliki wilayah maritim yang cukup luas maka dengan adanya
35
Ibid., hal. 7.
36
Ibid., hal. 8.
38
yang berasal dari kapal-kapal besar yang membawa minyak mentah yang
lautnya. Ada beberapa negara yang melakukan revisi adalah negara Inggris
dampak pada ekosistem laut berupa kerusakan ekosistem laut yang sangat
pemulihan yang sangat lama dan teknologi yang memadai serta dana yang
39
kapal dunia. Po- sisi strategis yang sangat dekat dengan rute lalulintas
penambangan pasir laut untuk reklamasi pantai atau pulau, industri yang
40
dapat membahayakan ekosistem laut karena laut dan biota perairan sangat
minyak yang sudah larut ke dalam laut kemudian akan mengapung pada
permukaan air laut dan minyak yang tenggelam dan terakumulasi di dalam
sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan yang ada di
pantai. Minyak yang mengapung dipermukaan air laut tersebut tentu akan
menyebabkan warna air laut berubah menjadi berwarna hitam dan akan
37
Jhonatan Malison, Penerapan PP Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan
Lingkungan Laut dalam Rangka Kajian Pencemaran Laut dari Kapal , Jurnal Teknologi Vol.16
No.2, 2017, hal. 2114-2121.
41
makanan pada daerah tersebut, jika hal itu terjadi, maka langsung dapat
laut serta biota-biota yang ada di dalamnya adalah hal yang sangat penting
ialah molekul hidrokarbon pada minyak yang merusak membran sel biota
udang dan ikan yang mengeluarkan aroma dan berbau minyak, sehingga
pendek ialah yang lebih menonjol pada biota muda. Hal ini sangat
38
https://www.kompasiana.com/asmilah_mila/58632e24fc22bd961bf6f704/dampak-
pencemaran-di-laut-akibat-tumpahan-minyak diakses pada kamis 9 juli 2020 jam 22:41.
42
tercemar limbah hasil operasi kapal seperti minyak dan bahan berbahaya
39
Jhonatan Malison, Loc.Cit., hal. 2114-2121.
43
ketentuan untuk bentuk ganti rugi bendera kapal yang terdaftar atas nama
kapal yang lalai atau terjadi kecelakaan atas kapalnya, baik kapal
kasus tumpahan minyak di Indonesia yakni saat ini industri minyak dunia
terbawa ke pantai.
44
Tanker.
juga oleh negara yang berbatasan laut. Tumpahan minyak dari kapal tanker
akan mencemari pula perairan negara lain yang berbatasan. Seperti sudah
40
https://razzakchem015.wordpress.com/lingkungan-maritim/ diakses pada 22 Juli jam
22:23.
45
mentah.
pencemaran pada kapal terdapat dalam Pasal 1 ayat (1), yaitu sebagai
berikut:41
41
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Pencegahan Pencemaran Lingkungan Maritim, Pasal 1 ayat (1).
46
muatan berbahaya dalam kemasan, kotoran, sampah dan udara dari kapal.”
Pasal 4, yaitu:42
puluh Gross Tonnage) atau lebih dan kapal selain kapal tangki
puluh Gross Tonnage) atau lebih dan kapal selain kapal tangki
42
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Pencegahan Pencemaran Lingkungan Maritim, Pasal 4.
47
Menteri ini.
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) diterbitkan sertifikat
43
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Pencegahan Pencemaran Lingkungan Maritim, Pasal 38.
48
minyak.
meliputi:
kecelakaan kapalnya;
49
ada kecelakaan yang terjadi oleh kapal baik kapal tanker maupun kapal
50
Kapal Tanker.
tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea),
kontinen, negara kepulauan, laut lepas, dan lain sebagainya. Pada laut
teritorialnya tidak melebihi 12 mil dan pada laut teritorial ini kapal-kapal
44
Suhaidi,Op.Cit., hal. 9.
51
negara pantai maupun negara tak berpantai, menikmati hak lintas damai
good order or security of the coastal State. Such passage shall take
international law”.
45
UNCLOS 1982, Pasal 19.
52
berikut:)
Nations;”
Bangsa;)
negara pantai;)
53
aircraft;”
device;”
Convention;”
54
coastal State;”
negara pantai;)
passage.”
dengan lintas.)
macam hak lintas kapal asing di wilayah perairan kepulauan, yaitu hak
lintas damai, yang dapat dilaksanakan pada perairan kepulauan selain alur-
46
Dhiana Puspitawati, Op.Cit., hal. 117.
55
internasional.
lingkungan dan sumber daya alam dari eksploitasi yang tidak ramah
the Law of the Sea (UNCLOS) tahun 1982 adalah sebagai berikut:48
langsung atau tidak langsung, zat atau energi ke dalam lingkungan laut
47
Sukanda Husin, Op.Cit., hal. 55.
48
UNCLOS 1982, Pasal 1.
56
pencemaran yang terjadi di lingkungan laut. Pada Pasal 194 ayat (3)
“The measures taken pursuant to this Part shall deal with all
sources of pollution of the marine environment. These measures shall
include, inter alia, those designed to minimize to the fullest possible
extent:”
a. “the release of toxic, harmful or noxious substances, especially
karena dumping;)
49
Sukanda Husin, Op.Cit., hal. 56.
50
UNCLOS 1982, Pasal 194.
57
58
devices.”
tersebut.
51
UNCLOS 1982, Pasal 192 dan Pasal 193.
59
international law.”
52
UNCLOS 1982, Pasal 235.
60
internasional).
jurisdiction”
yurisdiksi mereka).
61
lain atau teritorial di luar wilayahnya serta kewajiban orang untuk menjaga
62
53
UNCLOS 1982, Pasal 230.
63
be observed.”
64
54
UNCLOS 1982, Pasal 217.
55
UNCLOS 1982, Pasal 94.
65
laut oleh minyak karena kecelakaan kapal tanker. Konvensi ini berlaku
laut maka prinsip yang dipakai adalah prinsip tanggung jawab mutlak
minyak mentah (persistent oil) yang tertumpah dan muatan kapal tangki.
66
kapal pelayaran samudera dan kapal niaga yang dibangun atau disesuaikan
untuk mengangkut minyak curah sebagai muatan. Kapal jenis ini lazim
pencemaran.
atas dua jenis, yaitu minyak yang diangkut dalam bentuk curah sebagai
muatan kapal dan minyak yang diangkut sebagai bahan bakar dan terdapat
pemberian ganti rugi kepada suatu negara yang penduduk dan lingkunngan
ganti rugi adalah sebesar 2,000 Frach untuk setiap ton dari bobot kapal
dengan ketentuan jumlah keseluruhannya tidak lebih dari 210 juta Frach
56
Civil Liability Convention 1969, Pasal 1 Ayat (5).
67
tanker.57
ganti rugi yang diatur dalam Konvensi CLC. Fund Convention menaikkan
batas tanggung jawab menjadi $36 juta per kecelakaan. Fund Convention
yang disebabkan oleh minyak bumi (crude oil dan fuel oil) dalam arti
tumpahan minyak secara lebih luas lagi yaitu : any persistent oil termasuk
crude oil, fuel oil, heavy diesel oil, lubricating oil dan whale oil. 58
57
Sukanda Husin, Op.Cit., hal. 37.
58
Ibid., hal. 38.
59
CLC 1992 Ayat (6).
68
undertaken or to be undertaken;
69
Convention.
oleh para anggota antara lain memberikan bantuan pada anggota untuk
oil saja, sedangkan light diesel oil, gasoline dan sebagainya tidak termasuk
70
bahan bakar fosil atau material dengan titik didih yang tinggi. Minyak
tersebut tidak mudah terurai secara cepat dan berpotensi serius terhadap
tambahan bahwa IMO berpendapat 80% dari minyak yang diangkut oleh
60
Elly Kristiani Purwendah, Penerapan Regime Tanggung Jawab dan Kompensasi Ganti
Rugi Pencemaran Minyak oleh Kapal Tanker di Indonesia, Jurnal Komunikasi Hukum Vol.2
No.2, Agustus 2016, hal. 127-146.
61
https://ahliasuransi.com/persistent-oil-dan-non-persistent-
oil/#:~:text=Lebih%20jauh%20lagi%2C%20IMO%20secara,diesel%20ringan%2C%20and%20mi
nyak%20tanah. Diakses pada 12 Juli 2020 pada 23:34.
71
62
Civil Liability Conventian 1969, Pasal 3 ayat (2).
72
of that function.”
yang menyumbangkan 35% dari konsumsi utama energi dunia pada tahun
73
termasuk Very Large Crude Carries (VLCCs) dengan bobot mati sampai
dengan 320.000 ton dan Ultra Large Crude Carrier (ULCCs) dengan
Pada tahun 2010, sekitar 1,8 miliar ton minyak mentah, atau setara
Convention on Civil Liability for Oil Pollution Damage (CLC 1992) untuk
mengamendir CLC 1969. CLC 1992 dibentuk dengan mengikuti pola CLC
jawab terbatas bagi pemilik kapal bergantung pada tonase kapal dan
Compensation Fund (the 1992 IOPC Fund) sampai jumlah maksimum per
beberapa perubahan penting dari rezim hukum ganti rugi terdahulu. Kedua
63
Sukanda Husin , Op.Cit., hal. 38.
64
Ibid., hal. 39.
74
Convention 1992.65
dengan kecelakaan pencemaran minyak yang besar pada tahun 1999, yang
setinggi 50%. Amandemen ini mulai berlaku pada 1 November 2003 bagi
semua negara-negara anggota CLC 1992 dan Konvensi Fund 1992 dan
limit ganti rugi yang lebih tinggi tersedia sekaitan dengan semua insiden
telah mengadopsi CLC 1992 dan mengakhiri CLC 1969. Tetapi tidak
semua negara melakukan itu, maka kedua CLC 1969 dan CLC 1992 hidup
gunakan sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan bentuk sengketa yang
65
Ibid., hal. 39.
66
Ibid., hal. 39.
75
berikut:67
atau harta benda lain milik kepada pemilik yang telah ditangkap
timbul dari kejadian itu, dan dengan cara yang sama akan
67
CLC 1992 Pasal 6.
76
terhadap besarnya ganti rugi karena sudah jelas bahwa jumlah klaim yang
ditetapkan CLC 1992 dan Konvensi Fund 1992. Oleh karena itu,
sebagai IOPC Fund) untuk memperkenalkan level ganti rugi ke-3 yang
dapat menjadi opsi bagi negara-negara anggota CLC 1992 dan Konvensi
Fund yang memperkenalkan ganti rugi tambahan atas batas ganti rugi yang
sebesar 750.000.000 SDR atau setara dengan US$ 1157,2 juta. Tapi
semenjak itu belum ada klaim yang dibuat berdasarkan IOPC Fund. 68
Berdasarkan besaran ganti rugi yang terdapat dalam CLC 1969 dan
Konvensi Fund 1971 maupun CLC 1992 dan Konvensi Fund 2003 dapat
diartikan bahwa setiap bentuk ganti rugi yang ditetapkan berbeda. Bentuk
ganti rugi yang ditetapkan sesuai dengan besaran dan seberapa berbahaya
kapal tanker tersebut. Setiap negara yang menjadi anggota dari konvensi-
konvensi ini memiliki hak untuk meratifikasi konvensi yang telah terjadi
68
Sukanda Husin, Op.Cit., hal. 40.
77
pemilik kapal seperti yang terdapat pada Pasal 5 CLC 1969, yaitu :
78
dari kapal yang membawa lebih dari 2.000 ton minyak (baik dalam bulk
ganti ruginya (CLC 1969. Article VIII (1)), bukan berarti tidak adanya
79
konvensi internasional, tujuan dari kedua skema industri ini adalah untuk
diberikan oleh CLC dan Fund Convention untuk negara yang belum
69
Elly Kristiani Purwendah, Log.Cit., hal. 127-146.
80
1971;
2. Rezim baru yang mendasarkan pada CLC 1992 dan Fund 1992
70
http://finowaspodo.blogspot.com/2012/02/bank-soal-marpol.html diakses pada 09 Juli
2020 jam 23:57.
81
mengasuransikan kapalnya.
mentah.
82
kapal tanker dan merupakan jalan kompromi yang cepat dan wajar untuk
Sistem ganti rugi TOVALOP mulai berlaku tanggal 6 Oktober 1969, pada
saat ini kurang lebih 95,5% kapal tanker yang melakukan pelayaran secara
Pihak asuransi menanggung tumpahan miyak sebanyak US$ 100 per gross
ton bobot kapal yang didaftarkan (gross registered ton) dengan jumlah
tertingginya sebesar US$ 10,000,000. Setelah 1 Juni 1981, jumlah ini naik
menjadi US$ 147 per gross ton dan jumlah tanggung jawab tertinggi
71
Suhaidi, Op.Cit., hal. 123.
72
Sukanda Husin, Op.Cit., hal. 41.
83
4. Bahwa klaim ganti rugi hanya dapat diajukan oleh negara dan
73
Ibid., hal. 41.
84
ketiga yang menjadi korban pencemaran minyak dari kapal tanker. Pihak
ketiga yang dimaksud adalah hanya negara saja. Ganti rugi yang dapat
segera);
74
Suhaidi, Op.Cit., hal. 123.
85
dan mulai berlaku (enter inti force) pada tanggal 20 Februari 1987, dua
Februari 1987.
US$ 160 per ton dari tonnase kapal. Jumlah maksimum yang
Tovalop Supplement”.
korban maksimal US$ 3.5 juta untuk setiap kapal yang tidak
75
Ibid., hal. 123.
76
Ibid., hal. 124.
86
memenuhi skema ganti rugi berdasar skema ganti rugi dalam CLC, maka
para pemilik tanker dan pemilik minyak sepakat untuk membuat perjanjian
pembantu yaitu CRISTAL. Dalam hal pembatasan ganti rugi dalam kasus
yang ditutup oleh pemilik minyak yang diangkut oleh kapal tanker yang
TOVALOP;
77
Sukanda husin, Op.Cit., hal. 42.
87
berdasarkan CLC.
tumpahan minyak dari kapal, maka di perlu dana yang cukup besar. untuk
78
Ibid.
88
INTERNASIONAL
sengketa.
89
internasional.
laut yang sangat ramai, yaitu Laut China Timur, antara MV Sanchi dengan
berasal dari minyak yang digunakan sebagai bahan bakar kapal tersebut.
tumpahan minyak dari sebuah kapal tanker berawak sebagian besar warga
kapal tanker Sanchi berbendera Iran, dengan muantan kondensat gas alam
penuh 136.000 ton (960.000 barel) berlayar dari Iran ke Korea Selatan
bertabrakan dengan kapal kargo Hongkong bercat CF Crystal 160 mil laut
(300 km) dari Shanghai, Cina. Sanchi terbakar sesaat setelah tabrakan
79
https://www.portonews.com/2018/oil-and-chemical-spill/mv-sanchi-vs-cf-crystal-
petaka-di-balik-kabut-musim-dingin/ diakses pada 04 Juli 2020 jam 22.01.
90
pada 14 Januari 2018. Tak satupun dari 32 awak Sanchi yang selamat.80
bruto 85.462, dan tonase bobot mati 164.154 ton (180.949 ton pendek).
Kapal tanker ini dibangun pada 2008 oleh Hyundai Samho Heavy
Iran. Kapal lain yang terlibat dalam tabrakan, CF Crystal adalah sebuah
Ltd, Jiangyin , Cina untuk pemilik saat ini Changhong Group (HK) Ltd,
kapal induk Panamax, dengan tonase bruto 41.073, dan tonase bobot mati
71.725 ton (79.063 ton pendek). Setelah tabrakan seluruh kru Tiongkok 21
Januari.
80
https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/Sanchi_oil_tanker
_collision&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search diakses pada 07 Juli 2020 jam 16:24.
91
permukaan laut, yang didorong ke arah Jepang oleh angin dan upaya untuk
air yang licin, tenggelamnya kapal berarti bahwa ketika sisa muatan
bahan bakar kapal tanker Sanchi. Sebuah artikel oleh The New York
bagian dari Laut Cina Timur tempat terjadinya tumpahan adalah lokasi
pemijahan ikan yang dapat dimakan pada waktu tertentu tahun itu, serta
kapal menyebar bahan kimia ke laut yang terkena genangan minyak untuk
China, Xinhua, setelah ada laporan tabrakan kapal, pihak otoritas perairan
China langsung mengirim delapan kapal tim SAR dan petugas pemadam
81
https://news.detik.com/bbc-world/d-3816810/china-berpacu-dengan-waktu-bersihkan-
tumpahan-minyak-kapal-tanker diakses pada 04 Juli 2020 jam 21.51.
92
tabrakan tersebut tak dapat dielakan karena cuaca di tengah laut saat
kejadian sangat buruk, sementara lalu lintas di perairan antara China dan
Hong Kong, yang membawa 64.000 ton biji-bijian, sekitar 260 km dari
lepas pantai Shanghai. Begitu tabrakan, Sanchi langsung dilalap api, yang
tidak ada harapan menemukan korban yang selamat dari 32 awak kapal,
yang terdiri dari 30 warga Iran dan dua orang Bangladesh. Petugas
82
https://www.portonews.com/2018/oil-and-chemical-spill/mv-sanchi-vs-cf-crystal-
petaka-di-balik-kabut-musim-dingin/ diakses pada 04 Juli 2020 jam 22.01.
83
https://news.detik.com/bbc-world/d-3816810/china-berpacu-dengan-waktu-bersihkan-
tumpahan-minyak-kapal-tanker diakses pada 04 Juli 2020 jam 21.51.
93
berisi minyak itu bisa lebih berbahaya bagi lingkungan laut dibanding
lingkungan laut. Hal ini dijelaskan dalam ketentuan Pasal 235 Konvensi
atau individu atau badan hukum dalam hal ini perusahaan yang berada
dalam jurisdiksinya.
84
https://news.detik.com/bbc-world/d-3816810/china-berpacu-dengan-waktu-bersihkan-
tumpahan-minyak-kapal-tanker diakses pada 04 Juli 2020 jam 21.51.
85
UNCLOS 1982, Pasal 235.
94
jawab atas kewajiban ganti rugi untuk kompensasi atas kerugian akibat
jawab dan kewajiban ganti rugi dari Negara merupakan prinsip yang
perkara tabrakan laut atau tiap insiden pelayaran lainnya diatur dalam
(terjemahan Indonesia):86
86
UNCLOS 1982, Pasal 97.
95
mengeluarkannya.)
96
bendera.)
kapal tersebut berasal. Pada kasus kecelakaan kapal ini kapal tanker
di Panama.
dan merugikan lingkungan laut yang terkena dampak akibat kebakaran dan
terjadi di laut China Timur yang seharusnya dapat dicegah oleh Iran.
97
ini adalah yang membedakan antara state responsibility dan state liability,
laut yang tercemar ke keadaan semula dan negara Iran juga memegang
tanggung jawab dalam hal pencemaran yang terjadi di wilayah laut China
yang dirugikan di sekitar wilayah Laut China Timur sebagai bentuk ganti
98
dalam Bab XII Konvensi Hukum Laut 1982, yurisdiksi ini terdapat pada
negara bendera, negara pantai, dan negara di mana kapal asing berlabuh.88
disepakati.89
adalah negara yang kapal tanker yang berlayar terdaftar sebagai bendera
dari negara tersebut, yaitu kapal tanker Sanchi kapal yang berbendera Iran.
Jika hal ini dilakukan oleh negara bendera, maka akan menambah
87
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa 1945, Pasal 33.
88
Suhaidi, Op.Cit., hal. 225.
89
Ibid.
99
Kasus tabrakan kapal tanker Sanchi dan juga MV Crystal ini terjadi
internasional.
90
Ibid., hal. 229.
91
IbId., hal. 231.
100
lingkungan sic utere tuo ut alienum laedas (gunakan hak milik dengan
cara-cara yang tidak merugikan orang lain) dapat diartikan bahwa setiap
negara harus mengoptimalkan penggunaan hak milik dalam kasus ini yaitu
yang harus dipenuhi dalam penggunaan kapal agar tidak terjadi suatu
kegiatan yang dapat menimbulkan kerugian bagi negara lain dan dalam
yang akan terjadi dan segera menanggulangi kerugian yang terjadi di laut
negara Panama adalah bendera negara yang terdaftar oleh kapal tanker
92
Sukanda Husin, Op.Cit., hal. 55.
101
lingkungan laut di laut China Timur yang disebabkan oleh kapal tanker
melakukan pencarian anak buah kapal yang berada di dalam kapal, baik
yang berada dalam kapal MV Sanchi dan juga kapal CF Crystal. Negara
antar negara.
lebih luas lagi, yaitu: any persistend oil termasuk crude oil, fuel oil, heavy
102
awal tahun 2018 kapal tanker Sanchi bermuatan kondensat gas alam yang
ringan yang artinya tidak diaturnya ganti rugi mengenai minyak ini di
sebesar 2,000 Franc untuk setiap ton dari bobot kapal dengan ketentuan
jumlah keseluruhannya tidak lebih dari 210 juta Franc atau $ 17 juta per
dimana CLC 1992 menaikkan batasan ganti rugi sebanyak 50% sedangkan
93
Sukanda Husin, Op.Cit., hal. 38.
94
Ibid.,
103
gas alam. Kondensat gas alam , juga disebut cairan gas alam adalah
komponen gas dalam gas alam mentah yang dihasilkan dari banyak ladang
gas alam. Beberapa spesies gas dalam gas alam mentah akan mengembun
ke keadaan cair jika suhunya dikurangi hingga di bawah suhu titik embun
mentah ultra ringan. Sedangkan karena peranan dari the CLC Convention
pencemaran dari persistent oil saja, sedangkan light diesel oil, gasoline,
kecelakaan tidak termasuk dalam batasan ganti rugi yang bisa diatur dalam
kedua konvensi ini. Tetapi kondensat sendiri termasuk jenis minyak yang
beracun dan sangat mudah menguap maka jenis minyak ini cukup
berbahaya bagi kelangsungan hidup ekosistem yang ada di laut cina timur.
adalah untuk jenis “crude oil dan heavy oil”. Untuk jenis non-presistend
104
berbahaya dan beracun yang berasal dari sumber daratan (land based
pencemaran yang telah terjadi sebagai dana yang telah digunakan negara
yang dirugikan untuk pembersihan zat pencemar yang ada laut Cina
Timur. Tanggung jawab ini harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh Iran
dikarenakan adanya salah satu asas yang terdapat pada hukum lingkungan
negara yang telah mencemari negara lain karena apabila negara pencemar
di antara negara tersebut yang dapat berdampak pada hubungan kerja sama
yang telah di jalin sebelumnya dan yang akan disepakati di masa depan.
Salah satu cara yang terbaik dalam penyelesaian kasus ini adalah dengan
105
maka negara yang terdaftar sebagai negara bendera kapal MV Sanchi yaitu
tanggung jawab yang bersifat absolut atau mutlak, seperti yang tertera
dalam UNCLOS 1982 Pasal 139 yang menyatakan tanggung jawab untuk
organizations.”
95
UNCLOS 1982 Pasal 139 ayat (1).
106
107
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Maritim.
dimulai pada tahun 1973 dan berakhir pada tahun 1982, ketika
Damage 1969 (CLC 1969) adalah strict liability, pemilik kapal harus
108
dalam kasus pencemaran agar terbebas dari hukuman yang akan diberi
oleh negara asal bendera kapal tersebut. Akan tetapi, kecuali pemilik
yang terdaftar secara resmi dengan kata lain tanggung jawab tersebut
109
B. SARAN
lingkungan lautnya.
laut baik itu terjadi didalam negara sendiri maupun kasus pencemaran
110
A. BUKU
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
111
C. KONVENSI
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982).
Pollution (TOVALOP)
D. JURNAL
112
113