DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................
.
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
I. Latar Belakang.................................................................................................................
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................
A. KESIMPULAN...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkatrahmat dan
hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah ini dengantepat waktu dengan
judul“KOMUNIKASI TERAPAUTIK DENGAN GANGGUAN JIWA”makalah ini berisi
tentang latar belakang kusus dan role play kusus .
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi adalah hal terpenting dalam berhubungan denganorang lain. Tanpa ada
komunikasi, sulit bagi manusia untukberinteraksi. Begitupun dalam keperawatan jiwa.
Komunikasi tetapmenjadi salah satu hal yang paling penting dalam upaya pengobatandan
penyembuhan pasien.
BAB II
Tinjauan Pustaka
•Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi bebanperasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain,
lingkunganfisik dan diri sendiri.
•Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangatdipengaruhi oleh kualitas
hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien
tersebutbukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yangmempercepat kesembuhan
klien, tetapi hubungan sosial biasa.
•Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diripemberi maupun penerima pesan.
•Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,memahami dirinya sendiri
serta nilai yang dianut.
•Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, salingpercaya dan saling
menghargai.
•Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasienbebas berkembang tanpa rasa
takut.
•Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahapuntuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah,keberhasilan maupun frustrasi.
•Mampu menentukan batas waktu yang sesuai, dan dapatmempertahankan konsistensinya.
•Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dansebaliknya simpati bukan
tindakan yang terapeutik.
•SensasiSensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan,yang menghubungkan
organisme dengan lingkungannya.Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman
elementeryang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal.Simbolis, atau konseptual, dan
terutama sekali berhubungandengan kegiatan alat indera.”Definisi sensasi, fungsi alat indera
dalam menerima informasidari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat inderaatau
pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macamindera penerima, sesuai dengan sumber
informasi. Sumberinformasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau daridalam diri
(internal). Informasi dari luar diindera oleheksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi
dari dalamdiindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah).Gerakan tubuh kita
sendiri diindera oleg propriseptor (misalnya,organ vestibular).
2.Pencatatan
3.Pemanggilan
KOMUNIKASI INTERPERSONAL, yang terjadi antara seseorag dengan orang lain.Disini yang
terjadi adalah komunikasi yang terjalin antara perawat degan klien.Unsure-unsur komunikasi
interpersonal adalah :
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan dirumah sakit
adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatapmuka. Komunikasi
verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alatatau simbol yang dipakai
untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkanrespon emosional, atau menguraikan
obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan
menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk beresponsecara langsung.Komunikasi Verbal Yang Efektif
Harus :
•Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui
perkembangan masa lampau.
•Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat
pengangkatan.Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-
kata.Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain.Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dansaat
pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbalmenambah arti
terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi danmenentukan kebutuhan
asuhan keperawatan. Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan
kata-kata. Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
1) Kinesik
2) Proksemik
3) Haptik
4) 4) Paralinguistik
5) Artifak
•Orientasi (Orientation)
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat
penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan olehlima kegiatan pokok yaitu
a. testing
b. building trust
Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yangtelah ditetapkan
pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusitentang masalah-masalah yang
merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri daridua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses
komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses
perubahan.
Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuantelah dicapai,
agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang salingmenguntungkan dan memuaskan. Kegiatan
pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).
Managemen krisis adalah sebuah situasi kegawat daruratan pada klien penderita
gangguan jiwa, rata - rata pasien yang masuk dalam kategorimanagemen krisis adalah pasien
yang mengalami kondisi labil, terjadi pada pasien baru, pasien yang mengalami kekambuhan,
pasien dengan regimen terapeutik tidak efektif, pasien amuk, pasien gaduh gelisah, pasien putus
obat dan beberapa penyebab lain.Tanda dan Gejala1.Pasien Mondar - mandir 2.Tatapan mata
tajam3.Pasien susah tidur 4.Pasien menggangu pasien lain5.Pasien berteriak - teriak 6.Pasien
memukul benda atau tempat tidur 7.Pasien menimbulkan suasana gaduh8.Pasien menolak
instruksiSebenarnya ada begitu banyak gejala dari pasien krisis ini tetapi, beberapahal diatas
hanya sebagai representasi dari sebuah situasi krisis pada kliengangguan jiwa.Peran Perawat
dalam situasi krisis
3.Melakukan restrain
4.Managemen krisis
6.Managemen lingkungan
7.Beri instruksi pada pasien lain terkait kondisi pasien kritis8.Monitoring kondisi klien
4.Keselamatan Lingkungan Managemen krisis dapat terjadi setiap saat dan setiap waktu,
sehinggamonitoring pada beberapa pasien - pasien tertentu layak menjadi sebuah
pertimbangan, sebelum akhirnya timbul korban dari situasi labil pada klientersebut.
BAB III
ROLE PLAY
Gangguan Jiwa
Baju Restrain
Pasien : Kenapa aku dibawa kesini mak? (Sembari membaca tulisan bertuliskan
RSJ) Rumah Sakit Jiwa , Aku kan nggak gendeng mak?
Emak : Sudah nurut saja, biar kamu itu sembuh.
Pasien : Sampean pikir aku gendeng ta mak?
Emak : Mak cuma pengen kamu ketemu dokter karo perawat sebentar
Tahap Orientasi
Perawat 1: Mas, Ibu (pada keluarga) saya akan melakukan pengamanan kepada mas
sumanto, dengan cara menggunakan baju ini, tangan mas sumanto akan terikat
kebelakang agar mas sumanto tidak memukul orang lagi. Ketika nanti mas sudah tidak
memukul orang lagi maka akan saya lepas. Cara ini tidak menyakitkan dan aman.
Pasien : Enggak!!!!!! Awas nyedek tak hajar samean!!!!!
Perawatpun mulai memegangi pasien, agar pasien tidak kabur. Sesegera perawat lain beserta
satpam datang untuk memeberikan bantuan.
Perawat 2 : Untuk ibu mari ikut saya ke ruang perawat
Perawat 2 dan keluarga berjalan menuju ruang perawat
Perawat 2 : Ibu, perawat 1 tadi sudah menjelaskan tindakan yang akan kami lakukan
untuk mengamankan mas sumanto, bila ibu setuju tindakan itu dilakukan silahkan ibu
tanda tangan di lembar Inform Consent ini
Emak : Iya saya setuju saja yang penting anak saya sembuh
Perawat 2 : Baik ibu, kalau begitu kami akan melakukan tindakan restrain untuk anak ibu
Disisi lain pasien meraung-raung dengan agresif.
Pasien : “Aku nggak gila, kalian semua yang gila”, (terus meraung)
Satpam : boleh saya ikut bantu sus?
Perawat 1 : iya silahkan
Perawat lain beserta satpam mulai melakukan tahap restain kepada pasien
Tahap Kerja
Tahap Terminasi
Perawat 1: Mas sumanto, ibu. ini merupakan metode restrain, ini metode kami sebagai
tenaga kesehatan untuk menenangkan mas sumanto agar mas sumanto tidak memukul
orang lagi. Jadi mas sumanto terutama ibu tidak perlu khawatir.
Emak : oh iya ya,
Perawat 2: Nanti restrain ini akan dilepas, apabila mas sumanto tidak memukul orang
lagi. (Berbicara dengan sumanto)
Perawat 2: Bu, sejenak saya akan mengajak ibu untuk melengkapi data – data mas
sumanto yang belum tuntas tadi.ayo bu mari saya antar,
Perawat 3: assalamualaikum, mari bu silakan duduk.
Emak : iya...
Perawat 3 : tadi saya liat pada anamnesenya dikatakan kalo mas sumanto ini sering
ngamuk sendiri sampei meresakan warga, setelah mengamuk, apakah ms sumanto merasa
bersalah/ merendahkan diri?
Emak : iya sus, anak saya itu kalau habis mengamuk,suka merendahkan dirinya
sendiri.Kadang dia bilang gini “aku tidak berguna, aku gak bisa bahagiain pacarku dll”.
Ya pokoknya dia suka ngomong2 seperti itu sendiri sus.
Perawat 3: selain itu apakah dia suka berhalusinasi?
Emak : oh tidak sus, dia hanya ngamuk2, menyendiri, merasa dirinya tidak berguna.
Perawat 3: hmmmm, iya uda bu. Kami sarankan anak ibu berada disini dulu untuk
menjalani perawatan sampai anak ibu sembuh. Gimana bu? Apakah Ibu bersedia?
Emak : terimakasih sus, sudah membantu menangani anak saya.
Perwat 2: Iya bu, karena itu memang tugas kami, terima kasih juga atas kepercayaan ibu
pada kami.
Selanjutnya perawat mulai melakukan tindakan dokumentasi mencacat tindakan yang telah
dilakukan pasien dan mencatat respon pasien
1 bulan kemudian..sumanto mulai bisa mengendalikan dirinya sendiri, dia sudah bisa berinteraksi
normal dengan orang lain dan juga sudah tidak mengamuk seperti dulu lagi. Wajahnya sangat
cerah, terlihat dari wajahnya yang sudah terlepas dari keterpurukan.
Perawat 2 : bagaimana mas sumanto...apakah anda sudah merasa lebih baik..? (sambil
tersenyum)
Pasien : ya sus, sekarang saya sudah semangat lagi.
Perawat 2 : syukurlah, kalau begitu. Kemungkinan besar mas sumanto bisa pulang..
Pasien : alhamdulillah,,,,,
Perawat 2 : ya sudah...saya tinggal dulu ya..saya akan koordinasikan sama petugas
kesehatan lainnya. Anda silahkan tunggu
Bapak : emak...!!!!!!
Emak : ada apa pak teriak teriak...
Bapak : anak kita buk...! sumanto sudah sembuh...
Emak : alhamdulillah..ayo pak...kita jemput anak kita sekarang...
Bapak dan emak akhirnya bergegas menuju rumah sakit jiwa. Kemudian menuju kamar
sumanto.
Emak : Sumanto anakku....ya allah nak....alhamdulillah kamu sudah sembuh sekarang..
Pasien : iya buk..bapak....(memeluk bapaknya)
Bapak : alhamdulillah sumanto...kamu akhirnya sembuh juga ...
Akhirnya sumanto dibawa pulang oleh keluarganya setelah berpamitan dengan perawat perawat.
END....
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN