Anda di halaman 1dari 16

KOMUNIKASI TERAPAUTIK DENGAN GANGGUAN JIWA

DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................
.

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

I. Latar Belakang.................................................................................................................

II. Rumusan masalah.............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................

1.1.Definisi Komunikasi Terapeutik........................................................................................

1.2.Manfaat Komunikasi Terapeutik ......................................................................................

1.3.Tujuan Komunikasi Terapeutik..........................................................................................

1.4.Syarat Komunikasi Terapeutik............................................................................................

1.5. Prinsip Komunikasi Terapeutik..........................................................................................

1.6.Tingkatan Komuniksi Terapeutik........................................................................................

1.7.Fase-Fase Komunikasi Terapeutik.......................................................................................

1.8.Sikap yang Ada Dalam Komunikasi Terapeutik..................................................................

BAB III ROLE PLAY...............................................................................................................

BAB IV PENUTUP...................................................................................................................
A. KESIMPULAN...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkatrahmat dan
hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah ini dengantepat waktu dengan
judul“KOMUNIKASI TERAPAUTIK DENGAN GANGGUAN JIWA”makalah ini berisi
tentang latar belakang kusus dan role play kusus .

BAB I

PENDAHULUAN

I.LATAR BELAKANG MASALAH

Komunikasi adalah hal terpenting dalam berhubungan denganorang lain. Tanpa ada
komunikasi, sulit bagi manusia untukberinteraksi. Begitupun dalam keperawatan jiwa.
Komunikasi tetapmenjadi salah satu hal yang paling penting dalam upaya pengobatandan
penyembuhan pasien.

Komunikasi dalam keperawatan sangatlah penting, sebab tanpakomunikasi pelayanan


keperawatan akan sulit diaplikasikan. Dalamproses keperawatan jiwa, komunikasi bertujuan
untuk mengubahperilaku klien guna mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Olehkarena
bertujuan untuk terapi, maka komunikasi ini disebut komunikasiterapeutik.

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilanperawat untuk membantu


klien beradaptasi terhadap stress, mengatasigangguan psikologi dan belajar bagaimana
berhubungan dengan oranglain. Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi
didasaridari sikap peduli dan kasih sayang, serta ingin membantu orang lainuntuk tumbuh dan
berkembang.
II.RUMUSAN MASALAH

1.Apakah definisi komunikasi terapeutik?

2.Apakah manfaat komunikasi terapeutik?

3.Apakah tujuan komunikasi terapeutik?

4.Apakah syarat komuniksi terapeutik?

BAB II

Tinjauan Pustaka

1.1. Definisi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengantitik tolak saling


memberikan pengertian antar perawat denganpasien. Persoalan mendasar dan komunikasi ini
adalah adanya salingmembutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapatdikategorikan ke
dalam komunikasi pribadi di antara perawat danpasien, perawat membantu dan pasien menerima
bantuan (Indrawati,2003 : 48).Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang
bisadikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, danmerupakan tindakan profesional.
Akan tetapi, jangan sampai karenaterlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai
manusiadengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilanperawat untuk membantu


klien beradaptasi terhadap stress,mengatasi gangguan psikologi dan belajar bagaimana
berhubungandengan orang lain. Perawat harus memiliki tanggung jawab moralyang tinggi
didasari dari sikap peduli dan kasih sayang, serta inginmembantuorang lain untuk tumbuh dan
berkembang.

1.2. Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong danmenganjurkan kerja sama


antara perawat dan pasien melaluihubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi.
mengungkapperasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yangdilakukan oleh perawat
(Indrawati, 2003 : 50).1.Penerimaan diri dan peningkatan terhadap penghormatan
diri.2.Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidaksuperfisial dan saling
bergantungndengan orang lain.3.Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk
memuaskankebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.4.Rasa integritas personal yang jelas
dan meningkatkan integritasdiri.

1.3. Tujuan Komunikasi Terapeutik

•Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi bebanperasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain,
lingkunganfisik dan diri sendiri.

•Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangatdipengaruhi oleh kualitas
hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien
tersebutbukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yangmempercepat kesembuhan
klien, tetapi hubungan sosial biasa.

1.4.Syarat Komunikasi Terapeutik

•Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diripemberi maupun penerima pesan.

 Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukanterlebih dahulu sebelum


memberikan sarana, informasi maupunmasukan

1.5. Prinsip Komunikasi Terapeutik

•Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,memahami dirinya sendiri
serta nilai yang dianut.

•Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, salingpercaya dan saling
menghargai.

•Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisikmaupun mental.

•Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasienbebas berkembang tanpa rasa
takut.

•Perawat harus mampu menciptakan suasana yang memungkinkanpasien memiliki motivasi


untuk mengubah dirinya.

•Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahapuntuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah,keberhasilan maupun frustrasi.
•Mampu menentukan batas waktu yang sesuai, dan dapatmempertahankan konsistensinya.

•Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dansebaliknya simpati bukan
tindakan yang terapeutik.

1.6.Tingkatan Komuniksi Terapeutik

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkanperilaku dan memungkinkan


individu untuk berhubungan denganorang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry
(1993)dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaituintrapersonal,
interpersonal dan publik.

KOMUNIKASI yang terjadi antara orang tersebut dengan dirinya sendiri.Komunikasi


intrapersonal memiliki unsur sebagai berikut:

•SensasiSensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan,yang menghubungkan
organisme dengan lingkungannya.Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman
elementeryang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal.Simbolis, atau konseptual, dan
terutama sekali berhubungandengan kegiatan alat indera.”Definisi sensasi, fungsi alat indera
dalam menerima informasidari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat inderaatau
pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macamindera penerima, sesuai dengan sumber
informasi. Sumberinformasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau daridalam diri
(internal). Informasi dari luar diindera oleheksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi
dari dalamdiindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah).Gerakan tubuh kita
sendiri diindera oleg propriseptor (misalnya,organ vestibular).

•PersepsiPersepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atauhubungan-hubungan yang


diperoleh dengan menyimpulkaninformasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah
memberikanmakna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sensasi adalahbagian dari persepsi.
Persepsi, seperti juga sensasi ditentukanoleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor
lainnya yangmemengaruhi persepsi, yakni perhatian.

•Perhatian(Attention)Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaianstimuli


menjadi menonjol dalam kesdaran pada saat stimulilainnya melemah (Kenneth E. Andersen)

MemoriDalam komunikasi Intrapersonal, memori memegang perananpenting dalam


memengaruhi baik persepsi maupun berpikir.Memori adalah system yang sangat berstruktur,
yangmenyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang duniadan menggunakan
pengetahuannya untuk membimbingperilakunya (Schlessinger dan Groves). Memory melewati
tigaproses yaitu:
1.Perekaman

2.Pencatatan

3.Pemanggilan

KOMUNIKASI INTERPERSONAL, yang terjadi antara seseorag dengan orang lain.Disini yang
terjadi adalah komunikasi yang terjalin antara perawat degan klien.Unsure-unsur komunikasi
interpersonal adalah :

•Hubungan saling percaya

•Sikap saling terbuka

•Sikap saling menghargai

•Sikap saling menghormati

•Dapat memberikan dukunganKOMUNIKASI PUBLIK adalah milik umum,setiap orang


mengetahui pesan- pesan komunikasi karena komunikasi berjalan cepat maka pesan yang akan
disampaikankepada khalayak akan silih berganti tanpa mengenaln waktu. (de vito). Dalam hal
ini,komunikasi publik berjalan antara perawat, pasien dengan para tenaga medis yanglain,yang
berhubungan dengan proses penyembuhan pasien.Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg
(1990), Szilagyi (1984), dan Tappen(1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu
verbal, tertulis dan non-verbalyang dimanifestasikan secara terapeutik.

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan dirumah sakit
adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatapmuka. Komunikasi
verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alatatau simbol yang dipakai
untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkanrespon emosional, atau menguraikan
obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan
menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk beresponsecara langsung.Komunikasi Verbal Yang Efektif
Harus :

•Jelas dan ringkas

•Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)

•Arti denotatif dan konotatif

•Selaan dan kesempatan berbicara

•Waktu dan Relevansi


•Humor Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang seringdigunakan
dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo,laporan, iklan di
surat kabar dan lain- lain. Prinsip-rinsipkomunikasi tertulis adalah: 1) Lengkap 2) Ringkas 3)
Pertimbangan 4) Konkrit 5) Jelas 6) Sopan 7) Benar Fungsi komunikasi tertulis adalah:

•Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.

•Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.

•Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui
perkembangan masa lampau.

•Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.

•Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat
pengangkatan.Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-
kata.Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain.Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dansaat
pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbalmenambah arti
terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi danmenentukan kebutuhan
asuhan keperawatan. Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan
kata-kata. Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:

1) Kinesik

2) Proksemik

3) Haptik

4) 4) Paralinguistik

5) Artifak

6) Logo dan Warna

7) Tampilan Fisik Tubuh

1.7.Fase-Fase Komunikasi Terapeutik

•Orientasi (Orientation)

Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat
penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan olehlima kegiatan pokok yaitu

a. testing
b. building trust

c. identification of problems and goals

d. clarification of roles dancontract formation

•Fase kerja (Working)

Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yangtelah ditetapkan
pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusitentang masalah-masalah yang
merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri daridua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses
komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses
perubahan.

•Fase penyelesaian (Terminasi)

Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuantelah dicapai,
agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang salingmenguntungkan dan memuaskan. Kegiatan
pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).

1.8.Sikap yang Ada Dalam Komunikasi Terapeutik

Sikap dalam komunikasi Ditampilkan melalui perilaku-perilaku berikut: Gerakan Tubuh


sikap tubuh, ekspresi wajah, danlain-lain. cth: senyum, kontak mata, sedikit membungkuk
saatbicara dsb. 2. Jarak saat berinteraksi pd umumnya terjadi diruangpribadi antara pasien dgn
perawat tdk dibatasi meja.Sentuhan digunakan dlm komunikasi terapeutik, dilakukansecara
tenang sambil menganalisis kondisi pasien dan respon ygmungkin akan diberikan oleh pasien.
Cth: bersalaman, menepukpundak, memegang tangan pasien saat bersedih. Diam
utkmemfasilitasi pasien dalm mengekspresikan pikiran &perasaannya. Cth: pd pasien menarik
diri perawt mengajukanpertanyaan maka prawat diam utk memberi kesempatan pdpasien
berpikir ttg jwbn pertanyaan Volume dan Nada suara mempengaruhi penyampaianpesan. Cth:
pada pasien Perilaku kekerasan volume dan nadasuara rendah tatapi tetap tegas.

Managemen krisis adalah sebuah situasi kegawat daruratan pada klien penderita
gangguan jiwa, rata - rata pasien yang masuk dalam kategorimanagemen krisis adalah pasien
yang mengalami kondisi labil, terjadi pada pasien baru, pasien yang mengalami kekambuhan,
pasien dengan regimen terapeutik tidak efektif, pasien amuk, pasien gaduh gelisah, pasien putus
obat dan beberapa penyebab lain.Tanda dan Gejala1.Pasien Mondar - mandir 2.Tatapan mata
tajam3.Pasien susah tidur 4.Pasien menggangu pasien lain5.Pasien berteriak - teriak 6.Pasien
memukul benda atau tempat tidur 7.Pasien menimbulkan suasana gaduh8.Pasien menolak
instruksiSebenarnya ada begitu banyak gejala dari pasien krisis ini tetapi, beberapahal diatas
hanya sebagai representasi dari sebuah situasi krisis pada kliengangguan jiwa.Peran Perawat
dalam situasi krisis

1.Kolaborasi medis pemberian psikofarmaka

2.Melakukan pemberian psikofarmaka sesuai order

3.Melakukan restrain

4.Managemen krisis

5.Pertimbangan melakukan ECT

6.Managemen lingkungan

7.Beri instruksi pada pasien lain terkait kondisi pasien kritis8.Monitoring kondisi klien

Beberapa pertimbangan dalam melakukan Managemen krisis

1.Keselamatan pasien lain

2.Keselamatan pasien sendiri

3.Keselamatan pasien yang bersangkutan

4.Keselamatan Lingkungan Managemen krisis dapat terjadi setiap saat dan setiap waktu,
sehinggamonitoring pada beberapa pasien - pasien tertentu layak menjadi sebuah
pertimbangan, sebelum akhirnya timbul korban dari situasi labil pada klientersebut.
BAB III

ROLE PLAY

Gangguan Jiwa

Baju Restrain

Kasus : Seorang Pasien begitu impulsiv memukul orang,sehingga keluarga membawanya ke


RSJ, sesampainya di RSJ pasien mengamuk membabi buta dan hendak memukul orang – orang
di sekitarnya karena merasa tidak gila.

Pasien : Kenapa aku dibawa kesini mak? (Sembari membaca tulisan bertuliskan
RSJ) Rumah Sakit Jiwa , Aku kan nggak gendeng mak?
Emak : Sudah nurut saja, biar kamu itu sembuh.
Pasien : Sampean pikir aku gendeng ta mak?
Emak : Mak cuma pengen kamu ketemu dokter karo perawat sebentar

Sesampainya di UGD, seorang perawat yang melihat kedatangan mereka langsung


memepersilahkan mereka duduk
Tahap pre interaksi

 Perawat 1: Selamat pagi, Mari Silahkan duduk


 Emak :(Sembari memegangi tangan pasien keluarga menjelaskan maksud
kedatangannya) Begini bu, anak saya ini sejak 1bulan yang lalu mengalami putus cinta
dan sejak itu juga, anak saya jadi sering ngamuk dan memukul orang sampai meresahkan
warga, jadi pak RT menyarankan saya untuk membawanya kesini, kadang-kadang dia
suka mukul-mukul kepala sendiri
 Perawat 1: Perkenalkan, nama saya perawat fitri Nama mas siapa? (Mengulurkan tangan
dengan memberi senyum)
 Pasien : Sumanto (menjawab sinis)
 Perawat 1: Ada apa di rumah?? Apa yang membuat mas sumanto marah dan sering
memukul orang?
 Pasien : Lha aku kan cuma membela diri, (menoleh pada keluarga) sudah aku mau pulang
mak, aku ndak mau disini. (Berusaha berlalu)
 Emak : Heh, kowe mau kemana?
 Pasien : Muleh!!!! (dengan nada tinggi dan melotot, sambil memukul ibunya)Melihat itu
perawat pun mulai menyiapkan alat restrain
 Perawat 1: sus, tolong siapkan alat-alat restain. Panggil perawat lainnya juga.

Tahap Orientasi

 Perawat 1: Mas, Ibu (pada keluarga) saya akan melakukan pengamanan kepada mas
sumanto, dengan cara menggunakan baju ini, tangan mas sumanto akan terikat
kebelakang agar mas sumanto tidak memukul orang lagi. Ketika nanti mas sudah tidak
memukul orang lagi maka akan saya lepas. Cara ini tidak menyakitkan dan aman.
 Pasien : Enggak!!!!!! Awas nyedek tak hajar samean!!!!!
Perawatpun mulai memegangi pasien, agar pasien tidak kabur. Sesegera perawat lain beserta
satpam datang untuk memeberikan bantuan.
 Perawat 2 : Untuk ibu mari ikut saya ke ruang perawat
 Perawat 2 dan keluarga berjalan menuju ruang perawat
 Perawat 2 : Ibu, perawat 1 tadi sudah menjelaskan tindakan yang akan kami lakukan
untuk mengamankan mas sumanto, bila ibu setuju tindakan itu dilakukan silahkan ibu
tanda tangan di lembar Inform Consent ini
 Emak : Iya saya setuju saja yang penting anak saya sembuh
 Perawat 2 : Baik ibu, kalau begitu kami akan melakukan tindakan restrain untuk anak ibu
Disisi lain pasien meraung-raung dengan agresif.
 Pasien : “Aku nggak gila, kalian semua yang gila”, (terus meraung)
 Satpam : boleh saya ikut bantu sus?
 Perawat 1 : iya silahkan
Perawat lain beserta satpam mulai melakukan tahap restain kepada pasien

Tahap Kerja

 Memulai kegiatan dengan cara yang baik


 Memilih alat restrain yang tepat
 Memasang restrain pada klien dg cepat dan tepat
 Pegang pundak pasien dan tangan yang agresif, berjalan dibelakang pasien dan tetap
waspada
 Buka baju dalam posisi "menyerbu"
 Pakaikan baju dengan cepat
 Handle tangan pasien ke belakang, seperti orang diborgol.
 Mengamankan restrain dari jangkauan pasien
 Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan
 Merubah posisi setiap 60 nenit
 Melakukan pemeriksaan tanda vital tiap 60 menit
 Memeriksa bagian tubuh yang direstrain
 Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan obat anti cemas
 Setelelah pasien dapat dikendalikan, restain dilepas
 Evaluasi : catat TTV, selalu mencatat alasan restain, Memperhatikan respon pasien
terhadap terapi saat dalam restain.

Tahap Terminasi

 Perawat 1: Mas sumanto, ibu. ini merupakan metode restrain, ini metode kami sebagai
tenaga kesehatan untuk menenangkan mas sumanto agar mas sumanto tidak memukul
orang lagi. Jadi mas sumanto terutama ibu tidak perlu khawatir.
 Emak : oh iya ya,
 Perawat 2: Nanti restrain ini akan dilepas, apabila mas sumanto tidak memukul orang
lagi. (Berbicara dengan sumanto)
 Perawat 2: Bu, sejenak saya akan mengajak ibu untuk melengkapi data – data mas
sumanto yang belum tuntas tadi.ayo bu mari saya antar,
 Perawat 3: assalamualaikum, mari bu silakan duduk.
 Emak : iya...
 Perawat 3 : tadi saya liat pada anamnesenya dikatakan kalo mas sumanto ini sering
ngamuk sendiri sampei meresakan warga, setelah mengamuk, apakah ms sumanto merasa
bersalah/ merendahkan diri?
 Emak : iya sus, anak saya itu kalau habis mengamuk,suka merendahkan dirinya
sendiri.Kadang dia bilang gini “aku tidak berguna, aku gak bisa bahagiain pacarku dll”.
Ya pokoknya dia suka ngomong2 seperti itu sendiri sus.
 Perawat 3: selain itu apakah dia suka berhalusinasi?
 Emak : oh tidak sus, dia hanya ngamuk2, menyendiri, merasa dirinya tidak berguna.
 Perawat 3: hmmmm, iya uda bu. Kami sarankan anak ibu berada disini dulu untuk
menjalani perawatan sampai anak ibu sembuh. Gimana bu? Apakah Ibu bersedia?
 Emak : terimakasih sus, sudah membantu menangani anak saya.
 Perwat 2: Iya bu, karena itu memang tugas kami, terima kasih juga atas kepercayaan ibu
pada kami.

Selanjutnya perawat mulai melakukan tindakan dokumentasi mencacat tindakan yang telah
dilakukan pasien dan mencatat respon pasien
1 bulan kemudian..sumanto mulai bisa mengendalikan dirinya sendiri, dia sudah bisa berinteraksi
normal dengan orang lain dan juga sudah tidak mengamuk seperti dulu lagi. Wajahnya sangat
cerah, terlihat dari wajahnya yang sudah terlepas dari keterpurukan.

 Perawat 2 : bagaimana mas sumanto...apakah anda sudah merasa lebih baik..? (sambil
tersenyum)
 Pasien : ya sus, sekarang saya sudah semangat lagi.
 Perawat 2 : syukurlah, kalau begitu. Kemungkinan besar mas sumanto bisa pulang..
 Pasien : alhamdulillah,,,,,
 Perawat 2 : ya sudah...saya tinggal dulu ya..saya akan koordinasikan sama petugas
kesehatan lainnya. Anda silahkan tunggu

Kemudian Perawat 2 koordinasi dengan petugas kesehatan lainnya. Akhirnya semua


memutuskan untuk memulangkan sumanto karena keadaannya sudah normal. Salah satu perawat
menelpon keluarga pasien,

 Perawat 1 : halo, assalamu’alaikum...


 Bapak : iya wa’alaikumsalam.. ini siapa?
 Perawat 2 : kami dari RSJ lawang pak...kami memberitahukan bahwasannya anak bapak
sumanto sekarang sudah sembuh..keluarga anda bisa membawanya pulang.
 Bapak : alhamdulillah...beneran bu!
 Perawat 2 : iya bapak...selamat ya...
 Bapak : terimakasih bu atas pemberitahuannya...assalamu’alaikum
 Perawat : wa’alaikumsalam

Dengan girang bapak berteriak menuju emak.

 Bapak : emak...!!!!!!
 Emak : ada apa pak teriak teriak...
 Bapak : anak kita buk...! sumanto sudah sembuh...
 Emak : alhamdulillah..ayo pak...kita jemput anak kita sekarang...
 Bapak dan emak akhirnya bergegas menuju rumah sakit jiwa. Kemudian menuju kamar
sumanto.
 Emak : Sumanto anakku....ya allah nak....alhamdulillah kamu sudah sembuh sekarang..
 Pasien : iya buk..bapak....(memeluk bapaknya)
 Bapak : alhamdulillah sumanto...kamu akhirnya sembuh juga ...

Akhirnya sumanto dibawa pulang oleh keluarganya setelah berpamitan dengan perawat perawat.

END....

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Komunikasi dalam keperawatan sangatlah penting, sebab tanpakomunikasi pelayanan


keperawatan akan sulit diaplikasikan. Dalamproses keperawatan jiwa, komunikasi
bertujuan untuk mengubahperilaku klien guna mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Olehkarena bertujuan untuk terapi, maka komunikasi ini disebut
komunikasiterapeutik.Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau
keterampilanperawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress,
mengatasigangguan psikologi

Anda mungkin juga menyukai