Anda di halaman 1dari 10

Ekonomi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Untuk kelas yang membahas tarif subsidi ekonomi, lihat artikel Kereta api
ekonomi.
Untuk ilmu yang membahas masalah ekonomi, lihat artikel ilmu ekonomi.

Model penawaran dan permintaan menjelaskan bagaimana harga


bervariasi sebagai hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk
dan permintaan
Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam
mengelola sumber daya yang terbatas dan menyalurkannya kedalam
berbagai individu atau kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Istilah
"ekonomi" sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang
berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos) yang berarti
"peraturan, aturan, hukum". Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai
"aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga". Sementara yang
dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan
kdono onsep ekonomi dan data dalam bekerja.

Daftar isi
1Arti kata
2Prinsip
3Cakupan
3.1Ilmu ekonomi
3.2Ekonomi mikro
3.3Sektor tradisional: primer, sekunder, tersier
3.4Sektor quaterner dan quiner
4Sejarah
4.1Masa kuno
4.2Abad pertengahan
4.3Era modern awal
4.4Revolusi industri
4.5Pasca-Perang Dunia
4.6Akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21
5Manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi
6Tindakan, Motif dan Prinsip Ekonomi
6.1Tindakan Ekonomi
6.2Motif Ekonomi
6.3Prinsip Ekonomi
7Ekonomi dan birokrasi
8Referensi
9Daftar pustaka
10Lihat pula
Arti kata[sunting | sunting sumber]
Kata "ekonomi" merupakan kata serapan dari bahasa Yunani
Kuno οἰκονόμος yang bermakna "pengelolaan rumah tangga". [1] Kata ini
merupakan gabungan dari dua kata, yaitu οἶκος ("rumah") dan νέμω
("pengelolaan; distribusi").[1] Kata ini tercatat pertama kali digunakan pada
karya yang dibuat oleh sebuah gereja pada tahun 1440 untuk
menggambarkan sistem pengelolaan atau administrasi. [1] Makna ekonomi
yang banyak digunakan saat ini, yaitu ekonomi sebagai sebuah sistem
yang digunakan di sebuah negara atau wilayah, baru berkembang pada
abad ke-19 atau ke-20.[1]
Prinsip[sunting | sunting sumber]
Tindakan ekonomi dilakukan dengan memperhatikan kaidah yang disebut
sebagai prinsip ekonomi. Terdapat dua prinsip dasar dalam melakukan
tindakan ekonomi. Pertama, ekonomi dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan sebanyak mungkin dengan memperhatikan
pengeluaran sebagai bagian dari perhitungan keuntungan. Kedua,
keuntungan yang diperoleh sebisa mungkin hanya memerlukan
pengeluaran sesedikit mungkin. Kedua prinsip ini dijadikan sebagai
pedoman umum untuk melakukan tindakan ekonomi. Hasil dari penerapan
prinsip ekonomi dapat diamati melalui tingkat efisiensi yang diukur melalui
perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dan pengeluaran yang
diperlukan selama kegiatan ekonomi berlangsung. Suatu tindakan ekonomi
dikatakan efisien bila suatu hasil dicapai dengan pengorbanan yang paling
sesuai dan diserta dengan penghematan biaya. [2]
Cakupan[sunting | sunting sumber]
Ilmu ekonomi[sunting | sunting sumber]
Ekonomi banyak dibahas dalam sebuah ilmu khusus yang dikenal dengan
nama ilmu ekonomi, yang di dalamnya
mencakup sosiologi. sejarah, antropologi, dan geografi. Beberapa bagian
ekonomi yang berupa ilmu terapan
seperti produksi, distribusi, perdagangan, dan konsumsi juga dibahas
dalam ilmu lain seperti ilmu teknik, manajemen, administrasi bisnis, sains
terapan, dan keuangan. Ada banyak sektor dalam ekonomi, yang
kemudian dikelompokkan menjadi tiga sektor utama yaitu sektor primer,
sektor sekunder, dan sektor tersier.
Ekonomi mikro[sunting | sunting sumber]
Ekonomi mikro merupakan cabang ilmu ekonomi yang mempelajari
kegiatan-kegiatan ekonomi dan unit-unit ekonomi dalam cakupan
individual. Segala kegiatan ekonomi dinilai dari sudut pandang individu.
Dalam ekonomi mikro, individu berperan sebagai konsumen, pemilik faktor
produksi, maupun sebagai produsen. Analisis ekonomi sepenuhnya
dilakukan pada peran individu mulai dari permintaan dan penawaran
hingga struktur pasar. Kegiatan analisis di dalam ekonomi mikro secara
umum terbagi menjadi tiga yaitu teori harga, teori produksi, dan teori
distribusi.
Sektor tradisional: primer, sekunder, tersier[sunting | sunting sumber]
Peta yang menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto per kapita
provinsi-provinsi Indonesia pada tahun 2008 atas harga berlaku. PDRB per
kapita provinsi Kalimantan Timur mencapai Rp.100 juta manakala PDRB
per kapita Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur kurang dari
Rp.5 juta.
  Lebih dari Rp.100 juta   Rp.20 juta ++ - Rp.30
juta
  Rp.50 juta ++ - Rp.100
juta   Rp.10 juta ++ - Rp.20
juta
  Rp.40 juta ++ - Rp.50
juta   Rp.5 juta ++ - Rp.10 juta
  Rp.30 juta ++ - Rp.40   Kurang dari Rp.5 juta
juta
Termasuk dalam sektor primer adalah sektor-sektor yang memanfaatkan
langsung sumber dari daya alam, termasuk di dalamnya pertanian,
perhutanan, perikanan, dan pertambangan. [3] Beberapa industri manufaktur
yang proses produksinya erat dengan sumber daya alam juga sering kali
dikategorikan sebagai industri di sektor ini, antara lain industri di bidang
pengepakan, penyulingan, atau pengumpulan sumber daya alam.[3] Sektor
ini biasanya merupakan sektor utama, dan berkontribusi paling besar di
perekonomian negara-negara berkembang.[3] Namun, terdapat penurunan
jumlah pekerja yang beroperasi di sektor ini, baik di negara maju maupun
negara berkembang.[3] Di Amerika Serikat, tenaga kerja di sektor ini hanya
mencakup sekitar 3% dari total tenaga kerja. [3]
Dari sektor primer, bahan mentah diolah oleh sektor sekunder, yaitu sektor-
sektor yang memproduksi, dan menciptakan produk akhir yang siap
dikonsumsi, antara lain sektor produksi, dan konstruksi. [3] Sektor ini
biasanya dibagi menjadi dua kategori, yaitu industri ringan dan industri
berat. Industri di sektor ini biasanya menggunakan energi yang sangat
besar untuk beroperasi serta menghasilkan limbah yang juga besar,
menyebabkan timbulnya masalah lingkungan atau polusi. Negara-negara
dengan sektor sekunder besar disebut sebagai negara industri, antara
lain RRT, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Russia.
Berbeda dengan sektor primer, dan sektor tersier yang menciptakan
produk berbentuk, sektor tersier adalah sektor jasa yang menciptakan
produk tak berbentuk berupa layanan kepada konsumennya. [3] Pelaku
sektor tersier menawarkan pengetahuan dan waktunya untuk
meningkatkan produktivitas, kinjera, dan potensi di sektor-sektor lain.
[3]
 Produknya antara lain diberikan dalam bentuk perhatian, saran, akses,
pengalaman, dan diskusi.[3]
Sektor quaterner dan quiner[sunting | sunting sumber]
Selain tiga sektor di atas, berkembang pula dua sektor baru yang disebut
sebagai sektor quaterner, dan quiner. Sektor quaterner merupakan cabang
dari sektor tersier yang fokus pada pelaksanaan aktivitas-aktivitas
intelektual. Termasuk di dalamnya sektor pemerintahan, budaya,
kepustakaan, riset ilmiah, edukasi, dan informasi. Sementara itu, sektor
quiner memiliki fokus yang lebih dalam lagi, yaitu pada sektor-sektor di
sektor quaterner yang menjadi pengambil keputusan utama dalam sebuah
masyarakat.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Masa kuno[sunting | sunting sumber]
Ekonomi ada sejak manusia menciptakan, memasok, serta
mendistribusikan barang atau jasa. Sebagian besar kegiatan
perekonomian kala itu berbasis pada produk-produk pertanian. Satuan
unit shekel misalnya, berawal dari satuan yang digunakan untuk mengukur
berat jelai. Satuan ini kemudian dimanfaatkan untuk mengukur berat logam
mulia seperti emas, perak, dan tembaga. Proses transaksi pun
berlangsung sederhana, biasanya terjadi antara dua atau lebih orang yang
berhubungan sosial secara langsung. Sistem barter masih banyak
digunakan.
Seiring dengan berkembangnya masyarakat, sistem ekonomi yang
digunakan semakin kompleks. Masyarakat Sumeria, misalnya,
mengembangkan ekonomi skala besar berbasis uang komoditas. Di tempat
lain, bangsa Babilonia dan negara-kota di sekitarnya mengembangkan
sistem utang-piutang, kontrak legal, dan hukum yang berkaitan dengan
praktik bisnis serta properti pribadi.[4]
Abad pertengahan[sunting | sunting sumber]

Wabah Kematian Hitam yang menyerang Eropa pada Abad Pertengahan


mengakibatkan perubahan besar pada sistem ekonomi.
Sama seperti pada masa kuno, pada abad pertengahan kegiatan ekonomi
juga masih berputar pada perdagangan di bidang pertanian, dan barang-
barang pokok, serta terjadi dalam kelompok sosial tertutup. [5] Namun,
beberapa perkembangan terjadi, antara lain munculnya kelompok-
kelompok yang memberi modal bagi individu atau kelompok lain, terutama
untuk bidang pelayaran, dan pengembangan wilayah kekuasaan. [5] Modal
ini nantinya harus dikembalikan dalam bentuk penjualan barang yang
didapatkan dari negara jajahan.[5] Proses peminjaman, dan penggantian
uang ini berujung pada perintisan bank, dan munculnya ekonomi global.
[5]
 Perdagangan saham juga mulai dikenal, khususnya setelah tahun 1513
setelah pasar saham pertama di dunia dibuka di Antwerpen.[5]
Pada abad ini, uang yang digunakan sudah berbentuk koin logam,
khususnya di wilayah Eropa, dan sekitarnya.[5] Jenis logam yang digunakan
mempengaruhi nilai uang tersebut, yang paling populer adalah tembaga,
perak, dan emas.[5] Namun, mata uang yang digunakan kala itu sangat
beragam, dan semuanya berbeda-beda baik dalam segi bentuk, ukuran,
berat, karat, dan cetakannya.[5] Namun seiring dengan meningkatnya
jumlah transaksi finansial, dan berkembangnya perdagangan, perlahan
mulai terjadi keseragaman dalam koin-koin logam ini, dan memungkinkan
terjadinya perdagangan antar-wilayah.[5]
Salah satu sistem yang populer digunakan kala itu adalah sistem manorial.
[5]
 Sistem ini berpusat pada sebuah manor, yaitu wilayah berdikari yang
dikuasai oleh tuan tanah.[5] Pada sistem ini, para petani bergantung pada
tuan tanah tempat ia tinggal, khususnya dalam hal keamanan, dan jaminan
keselamatan kala melakukan kegiatan ekonomi. Sebagai gantinya para
petani ini bekerja untuk tuannya tersebut. [5] Sistem ini terutama
berkembang pada abad ke-5, dan ke-6, saat penyakit, dan bencana
kelaparan akibat perang mewabah, menyebabkan banyaknya orang yang
merelakan tanah direnggut, dan lari mencari perlindungan di tempat lain. [5]
Petani merupakan pekerjaan yang paling umum. [5] Mereka tersebar di
berbagai manor, mengabdi pada tuan yang berbeda-beda. [5] Selain bertani,
petani juga memelihara kambing.[5] Tugas mengurusi kambing biasanya
dilakukan oleh wanita, antara lain menggunting rambutnya, membuat wool,
dan merajut pakaian.[5] Pekerjaan lain yang juga populer adalah seniman,
termasuk mereka yang memproduksi komoditas dari kaca, kayu, tanah liat,
dan besi.[5] Terdapat pula pekerjaan dalam bentuk jasa, antara lain dokter
gigi, tukang cukur, guru, dan ahli bedah.[5] Selain itu ada pula kelas
pedagang yang berkembang menjelang akhir abad pertengahan.
Perkembangan kelas pedagang ini mendorong majunya wilayah perkotaan.
[5]

Dampak dari kemajuan ini terutama terasa pada abad ke-12, dan ke-13.
[5]
 Meski pertanian masih menjadi primadona, kelas pedagang mulai
memiliki pengaruh besar dalam perekonomian. [5] Beberapa di antaranya
bahkan memiliki pengaruh politik, dan membentuk serikat. [5] Serikat ini
digunakan antara lain untuk mempengarhui kebijakan pajak.[5] Sistem
serikat ini menandakan sebuah perubahan ke arah sistem ekonomi yang
lebih matang karena harga-harga serta kualitas barang mulai diatur. [5]
Namun perkembangan ini terhambat ketika Kelaparan Besar, dan Wabah
Kematian Hitam merebak.[5] Kelaparan Besar yang terjadi pada tahun 1315
menyebabkan kekacauan terhadap sistem agraris, yang semakin mundur,
dan akhirnya mati bersamaan dengan matinya desa, dan kota-kota kecil
yang mendukungnya.[5] Kematian Hitam juga memberikan efek yang sama
—jutaan petani yang terinfeksi penyakit ini tewas. Akibat dari dua peristiwa
ini adalah munculnya sistem-sistem baru baik di bidang ekonomi maupun
pertanian.[5]
Era modern awal[sunting | sunting sumber]
Dengan semakin mudahnya mendapatkan modal untuk bertualang, dan
memperluas daerah jajahan, perekonomian di negara-negara Eropa seperti
Spanyol, Prancis, Britania Raya, dan Belanda berkembang sangat pesat.
Mereka kemudian mencoba melakukan kontrol, dan proteksi terhadap
perdagangan dengan membuat bea cukai. Selain karena kemudahan
modal, perekonomian Eropa juga menguat akibat meluasnya
paham sekularisme yang memungkinkan negara-negara tersebut
menggunakan harta gereja yang berlimpah untuk mengembangkan kota.
Kemajuan ini diikuti dengan kemunculan proyek-proyek ekonomi besar,
antara lain yang dirintis oleh Amschel Mayer Rothschild (1773-1885). Topik
ekonomi mulai terfokus pada pengelolaan harta masyarakat atau negara.
Revolusi industri[sunting | sunting sumber]
Pada masa revolusi industri yang terjadi pada abad ke-18, dan 19,
perubahan besar terjadi di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
dan transportasi. Hal ini mempengaruhi kondisi sosial ekonomi, dan
budaya di seluruh Eropa, Amerika Serikat, dan seluruh dunia.
Paham kapitalisme yang lebih bebas muncul menggantikan
paham merkantilisme. Revolusi industri sendiri terjadi karena peran dari
berkembangnya ilmu ekonomi pada abad ini.
ilmu ekonomi saat itu dikembangkan oleh ilmuwan seperti Scotsman Adam
Smith (1723-1790), yang kini diakui sebagai ekonom pertama di dunia. Ia
memperkenalkan ide bahwa harga sebuah produk tercipta dari hasil tarik
menarik antara pasokan, dan permintaan serta pembagian tenaga kerja. Ia
berpendapat bahwa motif utama dari perdagangan adalah keuntungan diri
pribadi. Paham ini kemudian menjadi basis yang dikembangkan oleh
berbagai ilmuwan selanjutnya seperti Thomas Malthus (1766-1834) yang
mengembangkan ide pasokan-permintaan untuk memecahkan masalah
populasi yang berlebihan. Berkat paham ini pula, orang mulai berpikir untuk
memproduksi barang, dan jasa secara besar-besaran.
Pasca-Perang Dunia[sunting | sunting sumber]
Setelah dua Perang Dunia terjadi, dan perekonomian hancur akibatnya,
pemerintah di banyak negara mulai mencari-cari cara untuk mengontrol
arah perekonomian. Beberapa ekonom seperti Friedrich August von
Hayek (1899-1992) dan Milton Friedman (1912-2006) melontarkan ide
tentang pentingnya sebuah perdagangan global yang bebas. Namun kala
itu ide dari John Maynard Keynes (1883-1946) diterima lebih luas. Keynes
berpendapat bahwa pemerintah perlu mengontrol pasar secara kuat.
Keynes yakin bahwa pemerintah dapat menghapus masalah ekonomi, dan
mempercepat pertumbuhannya dengan melakukan manipulasi
terhadap permintaan agregat. Untuk menghormati pemikirannya, paham ini
diberi nama Keynesianisme.
Menurut Keynes, Ekonomi pasar tidak memiliki mekanisme untuk
memastikan bahwa semua orang bisa bekerja,
akibatnya pengangguran dapat terjadi. Keynes berpendapat bahwa negara
perlu melakukan intervensi, dan manipulasi terhadap permintaan, dan
permintaan agregat untuk mengurangi dampak negatif ini. Untuk
melakukan hal tersebut, Keynes menekankan pentingnya pemerintah untuk
melakukan investasi. Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang
yang beredar di masyarakat akan bertambah sehingga masyarakat akan
terdorong untuk berbelanja, dan meningkatkan permintaannya (sehingga
permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga akan meningkat
sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi
perekonomian akan kembali ke tingkat normal.
Pada tahun 1950-an, perekonomian Eropa, dan Amerika berkembang
secara pesat. Periode ini disebut sebagai periode Wirtschaftswunder yang
diambil dari bahasa Jerman, yang berarti "keajaiban ekonomi".
Perkembangan pesat ini membawa satu jenis ekonomi baru: ekonomi
berbasis konsumsi massa. Paham ini semakin berkembang setelah John
Kenneth Galbrait (1908-2006) memperkenalkan konsep yang diberi nama
ekonomi pasar sosial pada tahun 1956.
Akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21[sunting | sunting sumber]
Tren ekonomi dunia berubah setelah perekonomian Uni Soviet yang
menganut komunisme runtuh. Banyak negara-negara Blok TImur yang
berubah haluan dari komunisme ke ekonomi berbasis pasar. Namun selain
sistem ekonomi dari Barat tersebut, muncul sistem, dan konsep-konsep
ekonomi lain yang berasal dari negara non-Barat seperti RRT, Brazil, dan
India. Konsep ekonomi non-barat ini dikenal dengan Istilah "masyarakat
pasca-industri", sebuah istilah yang diperkenalkan pada tahun 1973
oleh Daniel Bell.
Perkembangan, dan penyebaran Internet sebagai media komunikasi
massa juga mempengaruhi perkembangan ekonomi khususnya setelah
tahun 2000-2001. Ide tentang sebuah ekonomi berbasis Internet, dan
informasi mulai dikembangkan. Hal ini disebabkan karena internet telah
memberikan pengaruh besar pada dunia perdagangan, dan memunculkan
satu bidang baru yang disebut sebagai bisnis elektronik.
Manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi[sunting | sunting sumber]
Manusia sebagai makhluk sosial, dan makhluk ekonomi pada dasarnya
selalu menghadapi masalah ekonomi. Inti dari masalah ekonomi yang
dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya
tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya
terbatas. Beberapa faktor yang memengaruhi sehingga jumlah kebutuhan
seseorang berbeda dengan jumlah kebutuhan orang lain:
Faktor ekonomi
Faktor lingkungan sosial budaya
Faktor fisik
Faktor pendidikan
Faktor moral
Tindakan, Motif dan Prinsip Ekonomi[sunting | sunting sumber]
Tindakan Ekonomi[sunting | sunting sumber]
Tindakan ekonomi adalah sebuah istilah yang mengacu pada
setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling baik, dan
paling menguntungkan. misalnya: Ibu memasak dengan kayu bakar karena
harga minyak tanah sangat mahal. Tindakan ekonomi terdiri atas dua
aspek, yaitu:
Tindakan ekonomi Rasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh
pilihan yang paling menguntungkan, dan kenyataannya demikian.
Tindakan ekonomi Irrasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh
pilihan yang paling menguntungkan namun kenyataannya tidak demikian.
Motif Ekonomi

Anda mungkin juga menyukai