Anda di halaman 1dari 60

REVIEW ARTIKEL : KAJIAN AKTIVITAS DAUN KELOR (Moringa

oleifera Lam) SEBAGAI TERAPI


ANTIHIPERKOLESTEROL/ANTIHIPERLIPIDEMIA

COVE

REVIEW ARTIKEL

Oleh

NOVIA ISNAYANTI

051191045

PROGRAM STUDI FARMASI

LABORATORIUM FITOKIMIA

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TAHUN 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan zaman dan modernisasi yang terus terjadi saat ini menyebabkan
perubahan pola dan gaya hidup masyarakat indonesia terutama di daerah perkotaan.
Perubahan gaya hidup ini dapat dilihat secara jelas antara lain banyaknya restoran cepat
saji yang menjual makanan mengandung kolesterol tinggi dan sedikit mengandung
nutrisi. Makanan cepat saji ini sangat berbahaya bagi tubuh jika sering dikonsumsi.
Budaya makan makanan cepat saji (fast food) semakin meluas di Indonesia, salah satu
alasan mengapa banyak orang lebih memilih makanan cepat saji karena lebih praktis
dan rasanya enak. Namun kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung
kolestrol tinggi ini sangat berdampak buruk bagi kesehatan yang akan meningkatkan
resiko timbulnya penyakit degeneratif seperti hiperkolesterolemia atau tingginya kadar
kolestrol dalam darah.
Hiperkolesterolemia dapat meningkatkan resiko terjadinya obesitas,
aterosklerosis, sebagai agen hypocholesterolaemic pada pasien obesitas. Salah satu obat
tradisional yang digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol darah adalah daun kelor
(Moringa oleifera Lam). Berbagai penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa daun
kelor (Moringa oleifera Lam) telah digunakan oleh orang Indian sebagai agen
hypocholesterolaemic pada pasien obesitas. Mereka menguji ekstrak kasar daun
Moringa oleifera dan menunjukkan bahwa memiliki aktivitas hypocholesterolaemic
(Sachan 2011:1).
Hiperkolesterolemia mengacu peningkatan kadar lipid dan kolesterol dalam
darah yang menggambarkan manifestasi dari gangguan metabolisme lipoprotein.
Lipoprotein yang paling tinggi kadar kolesterolnya adalah low density lipoprotein
(LDL) yang apabila kadarnya di dalam serum tinggi menjadi faktor predisposisi
terbentuknya ateroma. Hiperkolesterolemia akan menyebabkan aterosklerosis yang
menjadi faktor resiko yang kuat terhadap penyakit kardiovaskular, seperti : penyakit
jantung koroner, gagal jantung, hipertensi, infark miokard akut dan stroke (Price &
Wilson, 2013).
Penyakit kardiovaskular menjadi salah satu penyebab kematian terbesar pada
usia produktif. Di Indonesia penyakit kardivaskular terutama penyakit jantung,
kororner dan stroke menjadi perhatian karena kematian akibat kedua penyakit ini
diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta pada tahun 2030. (KEMENKES
RI. 2014). Menurut Riskerdas tahun 2007, prevalensi hiperkolesterol di Indonesia pada
usia 40-60 tahun sebesar 74% (Hatma, 2012).
Kelor merupakan salah satu tanaman yang telah dimanfaatkan masyarakat
dalam pengobatan tradisional. Senyawa yang terkandung dalam daun kelor adalah
saponin dan polifenol, di samping itu kulit batangnya mengandung alkaloida dan
daunnya mengandung minyak atsiri. Selain itu juga berkhasiat sebagai obat sesak nafas
dan beri-beri (Depkes RI., 2001). Kandungan daun kelor yang memiliki peran penting
dalam antioksidan yaitu flavonoid yang dapat menurunkan kadar kolesterol total dan
LDL kolesterol (Rajanandh et al., 2012).
Penelitian tentang aktivitas tanaman kelor sudah pernah dilakukan sebelumnya,
yaitu ekstrak daun kelor pada dosis 75 mg/kg BB dapat menurunkan kadar kolesterol
total darah tikus normal sebesar 47,5% (Muniandy, 2013).
Kadar kolesterol LDL yang tinggi merupakan penjejas utama endotel dan
kardiomiosit. LDL akan mengalami oksidasi yang dipengaruh oleh protein dan/atau
asam lemak menghasilkan LDL-oks. (Tomkin GH, & Daphne O, 2012).
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, timbul permasalahan yaitu: ”Apakah Daun Kelor
(Moringa oleifera Lam) mempunyai aktivitas Antihiperkolesterol/Antihiperlilidemia
pada mencit diet kolesterol tinggi
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lam)
terhadap menurunkan kadar kolesterol pada pasien hiperkolesterol.
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera


Lam) dalam menurunkan kadar kolesterol darah pada hewan coba mencit (Mus
musculus).
b. Untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak air daun kelor terhadap berat badan,
glukosa plasma, insulin, profil lipid, HOMA dan Uji Toleransi Glukosa Oral
pada model tikus diabetes resisten Insulin (IR) dan diabetes tipe 1.
c. Untuk membuktikan pengaruh pemberian fraksi etil asetat ekstrak daun kelor
terhadap penurunan kadar kolesterol total dan LDL darah pada hamster
hiperkolesterolemia.
d. Untuk mengetahui keefektifan ekstrak daun kelor dalam menurunkan kolesterol
pada mencit.
D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah ilmu dan wawasan mengenai pengaruh


pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lam)
2. Bagi Institusi

Sebagai Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber acuan untuk
penelitian selanjutnya dalam menunjang perkembangan ilmu pengetahuan lebih
lanjut.
3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi tentang khasiat daun kelor
(Moringa oleifera Lam) sebagai bahan obat yang dapat digunakan untuk
menurunkan kadar kolestrol total dalam darah pada penderita kolestrol.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Sejarah Herbal

Sejarah tanaman kelor. Keberadaan awal tanaman ini, diduga berasal dari
wilayah bernama Agra dan Oudh, di barat laut India, wilayah pegunungan Himalaya
selatan. Kitab Shushruta Sanhita yang ditulis pada awal abad pertama masehi konon
menuliskan nama shigon untuk tanaman kelor.
Kelor (Moringa oleifera) berasal dari India utara dan saat ini dapat ditemukan
di daerah tropis (Mutiara et al., 2012). Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama,
yaitu horseradish tree, drumstick tree, benzolive, miracle tree, magic tree, marango,
mlonge, moonga, mulangay, nébéday, saijhan, sajna atau Ben oil tree (Awodele et al.,
2012, Mutiara et al., 2012). Kelor merupakan tumbuhan yang sangat mudah ditemukan
di Indonesia dan biasanya tumbuh sebagai tanaman pagar di pekarangan rumah
khususnya di wilayah non-urban. Masyarakat Sulawesi mengenalnya dengan sebutan
kero, wori, kelo atau keloro; maronggih di Madura; murong di Aceh; kelor di
masyarakat Sunda dan Melayu; kelo di Ternate; munggai di Sumatra Barat dan kawona
di Sumbawa (Krisnadi, 2010).
Kelor (Moringa oleifera) termasuk dalam Family Moringaceae. Moringaceae
merupakan Family monogeric dengan satu genus yaitu Moringa yang memiliki 33
species, di mana 4 (empat) species berstatus diterima, 4 (empat) species adalah sinonim
dan 25 species belum terverifikasi (Mabberley, 1987). Dari jumlah species yang sudah
disebutkan diatas, sebanyak 13 species berasal dari daerah tropis (Olson, 2002).
Walaupun hampir semua species Moringa berasa dari India dan Afrika, saat ini sudah
tersebar ke beberapa negara tropis termasuk beberapa negara, yaitu Madagaskar,
Namibia, Angola, Kenya, Etiopia, Pakistan, Banglades dan Afghanistan (Fahey, 2005;
Amaglo et al., 2010).
2. Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae (Tumbuhan Divisi)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermathophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam.
(All Things Moringa, 2010)

Sumber : Trees of life, 2010 (Gambar 2.1. Tanaman Kelor)


3. Karakteristik Herbal

Tanaman kelor (Moringa oleifera Lam.) termasuk jenis tumbuhan perdu yang
dapat memiliki ketingginan batang 7-12 meter. Merupakan tumbuhan yang berbatang
bulat, berkayu dan permukaannya kasar. Akar dari tanaman Moringa oleifera
merupakan akar tunggang yang bentuknya membesar seperti lobak, berwarna putih,
tidak keras, bentuk tidak beraturan. Akar yang berasal dari biji, akan mengembang
menjadi bonggol, membengkak dan memiliki bau tajam yang khas. Tanaman kelor
jenis daunnya bertangkai. Helai daun saat muda berwarna hijau muda - setelah dewasa
hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1-2 cm, lebar 1-2 cm, tipis lemas, ujung
dan pangkal tumpul, tepi rata, susunan pertulangan menyirip, permukaan atas dan
bawah halus. Tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi atas agak pipih, menebal
pada pangkalnya dan permukaannya halus. Bunga muncul di ketiak daun (axillaris),
bertangkai panjang, kelopak berwarna putih agak krem, menebar aroma khas. Selain
itu tanaman kelor juga bisa berbuah setelah berumur 12-18 bulan. Buah atau polong
kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa) dengan panjang 20-
60 cm. Dalam setiap polong rata-rata berisi antara 12 dan 35 biji. Biji berbentuk bulat
berwarna kecoklatan. Setiap pohon dapat menghasilkan antara 15.000 dan 25.000
biji/tahun. Berat rata-rata per biji adalah 0,3 g (K, Dudi, 2015).
4. Kandungan Fitokimia Herbal

Semua bagian dari Moringa oleifera memiliki kandungan senyawa sekunder


yang sangat bermanfaat. Daun Moringa oleifera mengandung alkaloid, flavonoid,
saponin dan tannin (Abalaka et al., 2012). Penelitian Abalaka et al. (2012),
membuktikan daun Moringa oleifera mengandung alkaloid, flavonoid dan saponin
yang dapat menghambat bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhi. Ekstrak daun
Moringa oleifera mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
(Agustie & Samsumaharto, 2013; Fouad et al., 2019). Kandungan daun kelor yang
memiliki peran penting dalam antioksidan yaitu flavonoid yang dapat menurunkan
kadar kolesterol total dan LDL kolesterol (Rajanandh et al., 2012).
Tanaman kelor diyakini berpotensi sebagai sumber nutrisi. Hal ini telah
dibuktikan oleh beberapa penelitian, salah satunya oleh Fuglie pada tahun 2001
mengatakan bahwa perbandingan jumlah zat gizi yang terkandung dalam daun kelor
dengan makanan lain cukup besar. Berdasarkan penelitian disebutkan bahwa dalam
seratus gram daun kelor kering mengandung vitamin A 10 kali lipat lebih banyak dari
wortel, vitamin C 1⁄2 kali dari jeruk, kandungan zat besi 25 kali lebih banyak dari
bayam, potassium 15 kali lebih banyak dari buah pisang, kalsium 17 kali dari susu dan
kandungan proteinnya 9 kali lebih banyak dari yogurt. Tidak hanya itu, Kelorpun
diketahui mengandung lebih dari 40 antioksidan. Kelor dilaporkan mengandung 539
senyawa yang dikenal dalam pengobatan tradisional Afrika dan India serta telah
digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mencegah lebih dari 300 penyakit. (Bey,
2010).
Kandungan senyawa kelor juga telah diteliti dan dilaporkan oleh While Gopalan
et al., dan dipublikasikan dalam All Things Moringa (2010). Senyawa tersebut meliputi
nutrisi, mineral dan vitamin. Tanaman kelor juga kaya akan kandungan fitonutrien.
Fitonutrien merupakan nutrisi nabati yang diyakini memiliki efek antioksidan. Rui Hai
Liu, MD, Ph.D., Associate Professor Ilmu Pangan di Cornell University, telah meneliti
aktivitas antioksidan dalam berbagai buah dan sayur termasuk daun kelor. Fitonutrien
yang terdapat dalam daun kelor adalah karotenoid, polifenol termasuk flavonoid dan
isoflavon serta saponin, namun yang dominan terdapat dalam kelor adalah senyawa
polifenol termasuk didalamnya ada flavonoid.
Flavonoid dapat mengontrol kolesterol di liver dan di plasma dengan cara
mempengaruhi sintesis serta proses katabolisme. Flavonoid pada daun kelor dapat
mengurangi biosintesis kolesterol melalui penghambatan enzim 3- hydroxy-3-methyl-
glutaryl-CoA (HMG-CoA) reduktase sehingga menghambat terjadinya pembentukan
kolesterol dalam tubuh. (Pankaj,G.jain et al, 2010). Dan kandungan Flavonoid
dikatakan mampu menurunkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) plasma dangan
cara menaikkan densitas dari reseptor LDL di liver yang bertanggungjawab untuk
uptake LDL ke liver dan mengikat dan meningkatkan kadar HDL ( Honda et al, 2013).
5. Aktivitas Farmakologis Herbal

Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam) memiliki aktivitas farmakologi sebagai


antidiabetik, diuretik, ekspektoran, dan antiinflamasi. Aktivitas tersebut disebabkan
oleh kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman tersebut. Faktor-faktor
lingkungan memilliki pengaruh terhadapmetabolit sekunder yang terdapat dalam suatu
tanaman. Semua bagian dari pohon kelor digunakan untuk pengobatan ascites, rematik,
racun gigitan dan simultan pernafasan dan jantung. Akarnya digunakan sebagai
ekspektoran, diuretik, dan baik untuk radang, saluran pernapasan dan pencernaan
(Goyal et al, 2007).
6. Kajian Penyakit (mencakup etiologi, patofisiologi, gejala, terapi farmakologi)

• Etiologi

Tanaman kelor merupakan tanaman yang termasuk keluarga Moringaceae dan


banyak terdapat di Indonesia. Secara empiris daun kelor memiliki khasiat sebagai obat
sesak nafas, beri-beri, mengurangi rasa nyeri (analgetik), dan obat rematik (Depkes RI,
1989; Depkes RI, 2001). Kelor merupakan salah satu tanaman yang telah dimanfaatkan
masyarakat dalam pengobatan tradisional. Senyawa yang terkandung dalam daun kelor
adalah saponin dan polifenol, di samping itu kulit batangnya mengandung alkaloida
dan daunnya mengandung minyak atsiri. Selain itu juga berkhasiat sebagai obat sesak
nafas dan beri-beri (Depkes RI., 2001). Kandungan daun kelor yang memiliki peran
penting dalam antioksidan yaitu flavonoid yang dapat menurunkan kadar kolesterol
total dan LDL kolesterol (Rajanandh et al., 2012).
Salah satu obat tradisional yang digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol
darah adalah daun kelor (Moringa oleifera Lam). Berbagai penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa daun kelor (Moringa oleifera Lam) telah digunakan oleh orang
Indian sebagai agen hypocholesterolaemic pada pasien obesitas. Mereka menguji
ekstrak kasar daun Moringa oleifera dan menunjukkan bahwa memiliki aktivitas
hypocholesterolaemic (Sachan 2011:1).
• Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hiperkolesterolemia adalah lemak yang berasal dari


makanan akan mengalami proses pencernaan di dalam usus menjadi asam lemak
bebas, trigliserid, fosfolipid dan kolesterol. Kemudian diserap ke dalam bentuk
kilomikron. Sisa pemecahan kilomikron beredar menuju hati dan dipilah-pilah
menjadi kolesterol. Sebagian kolesterol ini dibuang ke empedu sebagai asam
empedu dan sebagian lagi bersama-sama dengan trigliserida akan bersekutu dengan
protein tertentu (apoprotein) dan membentuk Very Low Density Lipoprotein
(VLDL), yang selanjutnya dipecah oleh enzim lipoprotein menjadi Intermediet
Density Lipoprotein (IDL) yang tidak bisa bertahan 2-6 jam karena langsung akan
diubah menjadi Low Density Lipoprotein (LDL) (Soeharto, 2004).
Pembentukan LDL oleh reseptor ini penting dalam pengontrolan kolesterol
darah. Disamping itu dalam pembuluh darah terdapat sel-sel perusak yang dapat
merusak LDL. Melalui jalur sel-sel perusak ini molekul LDL dioksidasi, sehingga
tidak dapat masuk kembali ke dalam aliran darah. Kolesterol yang banyak terdapat
dalam LDL akan menumpuk dalam sel-sel perusak. Bila ini terjadi selama bertahun-
tahun, kolesterol akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk
plak. Plak akan bercambur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan
kalsium. Hal inilah yang kemudian dapat berkembang menjadi aterosklerosis
(Almatsier, 2004)
• Gejala

Gejala antihiperkolesterol pada setiap orang berbeda-beda, berikut beberapa


gejala yang umum dirasakan ketika seseorang menderita antihiperkolesterol yaitu:
1. Nyeri di bagian tengkuk.
2. Nyeri di kaki
3. Nyeri di bagian dada
4. Mudah merasa lelah
5. Suka mengantuk
6. Terjadi xanthomata
7. Terjadi xanthelasma
8. Muncul gumpalan di urat dll.
• Terapi farmakologi

Terapi farmakologis dengan menggunakan obat alami atau obat moderen.


Peningkatan kadar kolesterol umumnya tidak menimbulkan gejala awal, sehingga
pemeriksa melakukan pemeriksaan sebagai tindakan pencegahan. Pada saat ini banyak
beredar obat penurun kolesterol atau obat antikolesterol yang banyak dijual dipasaran.
Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian berdasarkan literature review tentang daun
kelor (moringa oleifera) potensi sebagai penurun kolesterol. Saat ini terapi yang
tersedia untuk diabetes melitus meliputi insulin dan berbagai agen anti diabetes oral
seperti sulfonilurea, biguanida, tiazolidinedion, dan glinida. Banyak dari obat ini
memiliki beberapa efek samping yang serius.
BAB III

METODE PENELITIA

1. Informasi mengenai jumlah dan jenis artikel penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 4 artikel atau jurnal referensi, 2 diantaranya
artikel nasional dan 1 artikel internasional. Artikel yang digunakan didapatkan dari
hasil penelusuran sumber literatur yang relavan dan terpercaya seperti Google scholar.
Kata kunci yang digunakan dalam penelusuran artikel oleh peneliti adalah Kolesterol,
moringa oleifera, Ekstrak, Daun Kelor (Moringa oleifera Lam), hiperkolesterolemia
Invivo dan fraksi etil asetat daun kelor Moringa oleifera Lam, invivo Test (dalam
bahasa indonesia dan bahasa inggris). Informasi mengenai data artikel yang dipakai
dalam penelitian ini dirangkum pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Informasi Mengenai Data Artikel Penelitian

Artikel Judul artikel Peneliti terindex

Artikel 1 Efektifitas Pemberian Ayu Ulfiah Sinta (S5)


Ekstrak Daun Kelor Azis, Arina F
Terhadap Kadar Kolesterol Arifin, Rezky
Darah Pada Hewan Coba Pratiwi L.B, Sri
Mencit Wahyuni
Gayatri,
Nesyana
Nurmadilla

Artikel 2 Evaluation Of Antidiabetic Sai Mangala Scopus (Q1)


and Antihyperlipidemic Divi, Ramesh
Potential Of Aqueous Bellamkonda,
Extract Of Moringa oleifera Sarala Kumari
in Fructose Fed Insulin Dasireddy
Resistant and Stz Induced
Diabetic Wistar Rats: a
Comparative Study
Artikel 3 Uji Aktivitas Dwitiyanti, -
Antihiperkolesterolemia Etil Hadi Sunaryo,
Asetat Ekstrak Daun Kelor Ika Resty
(Moringa oleifera Lam) Kania
Terhadap Kadar Kolesterol
Total Daun LDL Kolesterol
Pada Hamster
Hiperkolesterolemia

Artikel 4 Uji Efektifitas Ekstrak Mukhriani, -


Etanol Daun Kelor (Moringa Nurlina, Andi
oleifera L) Terhadap Nilan Pratiwi,
Penurunan Kadar Kolesterol Afrisusnawati
Darah Pada (Mencit Rauf
Musculus) Jantan

A. Isi Artikel

Dibawah ini akan dipaparkan isi dari artikel penelitian yang ditelaah.

1. Artikel Pertama

Judul Artikel : Efektifitas Pemberian Ekstrak Daun Kelor Terhadap


Kadar Kolesterol Darah Pada Hewan Coba Mencit
Nama Jurnal : UMI Medical Journal

Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Volume & Halaman : Volume 5 Halaman 28-37

Tahun Terbit : 2020

Penulis Artikel : Ayu Ulfiah Azis, Arina F Arifin, Rezky Pratiwi L.B,
Sri Wahyuni Gayatri, Nesyana Nurmadilla
ISI ARTIKEL

Tujuan Penelitian : Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui


pengaruh pemberian ekstrak daun kelor (Moringa
Oleifera) dalam menurunkan kadar kolesterol darah
pada hewan coba mencit (Mus musculus).
Metode Penelitian
Desain : Eksperimental laboratorik dengan rancangan
penelitian pre and post test control group design.
Pretest dan Post-test Control Group Design terdapat
dua kelas yang dipilih secara langsung
Populasi & Sampel : Populasi hewan uji dalam penelitian ini adalah
mencit. Sampel yang digunakan untuk eksperimen
maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara
random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah
adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih
secara random. Subjek dibagi menjadi 4 kelompok
yaitu kelompok 1 pemberian aquades sebagai kontrol
negatif, kelompok 2 ekstrak daun kelor dosis 20,8
mg/kgBB, kelompok 3 ekstrak daun kelor dosis 41,6
mg/kgBB, dan kelompok 4 pemberian simvastatin
sebagai kontrol positif..
Instrumen : Alat yang digunakan adalah wadah (panci), labu
tentukur (pyrex), gelas erlenmeyer (pyrex), kanula,
toples, aluminium foil, alat pengukur kolesterol.
Metode Analisis : Untuk mengetahui data berdistribusi normal atau
tidak, maka dilakukan uji normalitas terlebih dahulu.
Kemudian analisis data dilakukan dengan melakukan
perbandingan dari pengukuran kadar kolesterol total
darah. Analisis data dilakukan dengan melakukan
perbandingan dari pengukuran kadar mencit sebelum
pemberian pakan tinggi lemak terhadap kadar
kolesterol total darah, setelah pemberian pakan
kolesterol total darah mencit sebelum pemberian
pakan tinggi lemak terhadap kadar kolesterol tinggi
lemak hingga pemberian perlakuan terapi di ketiga
kelompok dari hari ke-1 hingga hari ke-7 dengan total
darah, setelah pemberian pakan tinggi lemak hingga
pemberian perlakuan terapi di ketiga menggunakan
UJI ANOVA. Analisis kualitatif terhadap ekstrak
hidroalkoholik Moringa oleifera Lam membuktikan
adanya kandungan sitosterol sebanyak 0,09%.

Hasil Penelitian : Hasil dari penelitian ini adalah didapatkan bahwa


kelompok perlakuan yang diberi aquades tidak
mengalami penurunan kolesterol (p>0.05) sedangkan
ekstrak daun kelor dosis 20,8 mg/kgBB mengalami
penurunan kolesterol sebesar 15.83 mg/dl (p<0.05),
ekstrak daun kelor dosis 41,6 mg/kgBB mengalami
penurunan kadar kolesterol sebesar 17.83 mg/dl
(p<0.05), dan kelompok kontrol positif yang diberi
suspensi simvastatin mengalami penurunan kadar
kolesterol sebesar 19.67 mg/dl (p<0.05). Berdasarkan
uji anova didapatkan p<0.05, uji post hoc test (LSD)
didapatkan simvastatin terhadap dosis 20,8 mg/KgBB
dengan p<0.05, simvastatin terhadap dosis 41.6
mg/KgBB dengan p>0.05.
Kesimpulan & Saran : Pada masing masing kelompok mencit
hiperkolesterolemik yang dilakukan pemberian
ekstrak daun kelor dengan dosis yang berbeda
didapatkan pengaruh aquades dalam menurunkan
kadar kolestrol darah pada hewan coba mencit (Mus
musculus) tidak seefektif dengan pemberian
simvastatin. Sarannya yaitu artikel ini masih sangat
terbatas, namun setidaknya sudah cukup
menampilkan artikel dengan penelitian yang sudah
dipublikasi. Walaupun demikian masih dibutuhkan
penelitian lanjutan dengan sampel pada manusia
untuk membuktikan efektivitas kandungan kelor
terhadap penurunan kolesterol darah. Terimakasih
saya ucapkan kepada seluruh rekan jurnal, karena
dengan jurnal tersebut saya bisa menyelesaikan
laporan saya.
2. Artikel Kedua

Judul Artikel : Evaluation Of Antidiabetic and Antihyperlipidemic


Potential Of Aqueous Extract Of Moringa oleifera in
Fructose Fed Insulin Resistant and Stz Induced
Diabetic Wistar Rats: a Comparative Study
Nama Jurnal : Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical
Research (Jurnal Penelitian Farmasi dan Klinis Asia)
Penerbit : Departemen Biokimia, Institut Ilmu Kedokteran
Tinggi Sri Sathya Sai, Prasanthigram, Puttaparthy,
Prasanthi Nilayam
Volume & Halaman : Volume 5 Halaman 67-72
Tahun Terbit : 2012
Penulis Artikel : Sai Mangala Divi, Ramesh Bellamkonda, Sarala
Kumari Dasireddy
ISI ARTIKEL
Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
pengaruh ekstrak air daun kelor terhadap berat badan,
glukosa plasma, insulin, profil lipid, HOMA dan Uji
Toleransi Glukosa Oral pada model tikus diabetes
resisten Insulin (IR) dan diabetes tipe 1.
Metode Penelitian
Desain : Laboratorium Ilmu Hewan, Institut Nutrisi Nasional
(Hyderabad, India).
Populasi & Sampel : Populasi hewan uji dalam penelitian ini adalah
mencit. Sampel hewan uji menggunakan Tikus Wistar
albino jantan diperoleh dari Sri Venkateswara
Enterprizes, Bangalore, India, dan diaklimatisasi
selama 7 hari ke kandang hewan (Regd. No. 470/01 /
CPCSEA) dan dipelihara pada suhu 22 ± 2o C. Ruang
hewan diatur oleh lampu 12 jam; 12 jam jadwal gelap.
Semua prosedur dilakukan sesuai dengan Komite Etik
Hewan Institusional. Populasi tanaman uji dalam
penelitian ini adalah kelor dan sampel menggunakan
daun kelor (Moringa oleifera) Ekstrak air bubuk
kering daun Moringa oleifera (AEMO) (kode produk
P / DSM / MOOL-01 dan nomor batch (P8060947)
dibeli dari Chemiloids (Produsen dan eksportir
ekstrak herbal, Vijayawada, Andhra Pradesh, India).
Instrumen : Alat yang digunakan adalah labu tentukur (pyrex),
gelas erlenmeyer (pyrex), kanula, toples, aluminium
foil, alat pengukur kolesterol.
Metode Analisis : Analisis awal AEMO. Penapisan kualitatif fitokimia
yaitu alkaloid, antrasen glikosida, flavonoid, tanin
galat, senyawa katekolat, fenol, saponin, steroid dan
triterpin dilakukan dengan mengikuti metodologi
standar. Kemudian dilakukan analisis biokimia.
Glukosa plasma, insulin plasma dan berat badan
diukur pada interval 15 hari untuk jangka waktu 60
hari. Pada akhir masa percobaan (60 hari), OGTT
dilakukan pada semua kelompok tikus. Dan analisis
statistik, data dinyatakan sebagai mean ± SEM untuk
jumlah (n = 5) hewan dalam kelompok. Data
dianalisis secara statistik dengan uji Duncan's
Multiple Range (DMR). Nilai p <0,05 dianggap
signifikan secara statistik.

Hasil Penelitian : Hasil dari penelitian ini adalah hasil kami sesuai
dengan laporan sebelumnya bahwa banyak tanaman
obat tradisional seperti Diabecon, Dioscorea,
Ocimum sanctum, berhasil mencegah resistensi
insulin yang diinduksi fruktosa dan Commophora
menunjukkan aktivitas antihiperglikemik pada tikus
diabetes yang diinduksi oleh STZ. peningkatan HDL-
C plasma ditemukan pada hewan yang diberi makan
fruktosa tinggi yaitu, tikus Sprague-Dawley jantan.
Hamster dan tikus Wistar. HDL-C plasma yang lebih
tinggi ditemukan pada kelinci yang diberi diet
kolesterol tinggi. Meskipun HDL-C lebih tinggi, tikus
kelompok F menunjukkan AAI yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan kelompok C dan F + MO.
Kesimpualn & Saran : Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
mengungkapkan bahwa AEMO memiliki beberapa
implikasi terapeutik yang jelas terhadap resistensi
insulin, gangguan toleransi glukosa, hiperglikemia,
profil lipoprotein aterogenik dan pencegahannya baik
pada model hewan IR dan diabetes tipe 1. AEMO
dengan berbagai khasiat penerima manfaatnya
tampaknya berguna sebagai adjuvan untuk
pencegahan dan / atau pengelolaan diabetes. Sarannya
yaitu artikel ini masih sangat terbatas, namun
setidaknya sudah cukup menampilkan artikel dengan
penelitian yang sudah dipublikasi. Walaupun
demikian masih dibutuhkan penelitian lanjutan
dengan sampel pada manusia untuk membuktikan
efektivitas kandungan kelor terhadap penurunan
kolesterol darah. Terimakasih saya ucapkan kepada
seluruh rekan jurnal, karena dengan jurnal tersebut
saya bisa menyelesaikan laporan saya.

3. Artikel Ketiga

Judul Artikel : Uji Aktivitas Antihiperkolesterolemia Etil Asetat


Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lam)
Terhadap Kadar Kolesterol Total Daun LDL
Kolesterol Pada Hamster Hiperkolesterolemia
Nama Jurnal : Jurnal Pharmacy
Penerbit : Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas
Muhammadyah
Volume & Halaman : Volume 12 Halaman 115-120
Tahun Terbit : 2015
Penulis Artikel : Dwitiyanti, Hadi Sunaryo, Ika Resty Kania
ISI ARTIKEL
Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini untuk membuktikan pengaruh
pemberian fraksi etil asetat ekstrak daun kelor
terhadap penurunan kadar kolesterol total dan LDL
darah pada hamster hiperkolesterolemia.
Metode Penelitian
Desain : Laboratorium Farmakologi, Fitokimia, dan Patologi
Klinik, Fakultas Farmasi dan sains.
Populasi & Sampel : Populasi hewan uji dalam penelitian ini adalah
hamster syarian. Hewan uji menggunakan hamster
Syrian jantan (Mesocricetus auratus) usia 3-4 bulan,
dan bobot badan ±90 g. Yang dibagi dalam 6
kelompok perlakuan, masing-masing terdiri 4
hamster: kelompok I (kontrol normal), kelompok II
(kontrol positif) yang diberi atorvastatin, kelompok
III (kontrol negatif), kelompok IV, V, dan VI
(kelompok uji) diberi fraksi etil asetat daun kelor
dengan dosis 1,186 mg/kg BB; 3,722 mg/kg BB; dan
7,444 mg/kg BB. Induksi pakan tinggi kolesterol
dengan kuning telur 10% dan pakan standar 90%
diberikan selama 28 hari. Hewan uji diaklimatisasi
selama 14 hari untuk mengadaptasikan hewan pada
lingkungan yang baru dengan diberi minum dan
pakan standar.

Instrumen : Alat yang digunakan adalah kandang, wadah tempat


ransum, wadah makan dan minum, botol timbang,
oven, hot plate, blender, timbangan analitik, spuit
disposible, corong pisah, pipet mikro, gelas ukur,
mikrotube, vortex mixer (vm-300), mikrocentrifuge,
fotometer klinikal (VARTA 506), sonde, timbangan
berat badan hamster, pipa kapiler, gelas beker, dan
peralatan lain yang lazim digunakan dalam
laboratorium.
Metode Analisis : Metode analisis yang digunakan adalah uji ANOVA
satu arah (p<0,05) menunjukkan adanya pengaruh
perlakuan. Uji LSD kolesterol total dan LDL
menunjukkan kelompok VI dosis 7,444 mg/kg BB
memberikan efek yang sama dengan kontrol positif
yaitu atorvastatin dosis 5,2 mg/kg BB, sehingga
disimpulkan dosis tersebut dapat menurunkan kadar
kolesterol total dan LDL.
Hasil Penelitian : Hasil dari penelitian ini adalah hasil menunjukkan
bahwa dosis III berbeda bermakna dengan kelompok
kontrol negatif, dosis I, dan dosis II, tetapi tidak
berbeda bermakna dengan kontrol positif. Dosis I
berbeda bermakna dengan kontrol positif, kontrol
negatif, dosis III. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian fraksi etil asetat daun kelor pada dosis I
(1,186 mg/kg BB) sudah mampu menurunkan kadar
kolesterol total dengan presentase penurunan sebesar
47,46%, walaupun tidak sebesar penurunan kadar
kolesterol total pada dosis III (7,444 mg/kg BB) yaitu
69,46%. Dan hasil uji LSD untuk persen penurunan
kadar LDL menunjukkan bahwa dosis III berbeda
bermakna dengan kontrol negatif, dosis I, dan dosis II,
tetapi tidak berbeda bermakna pada kontrol positif.
Dosis I berbeda bermakna dengan kontrol positif,
kontrol negatif, dan dosis III, tetapi tidak berbeda
bermakna dengan dosis II, sehingga hal ini
menunjukkan bahwa dosis III (7,444 mg/kg BB)
memberikan efek yang sama dengan kontrol positif
yang diberikan obat pembanding atorvastatin. Dengan
demikian dosis III adalah dosis yang mampu
menurunkan kadar LDL dibandingkan dengan dosis
lainnya yaitu dengan presentase penurunan sebesar
63,29%.
Kesimpulan & Saran : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pemberian fraksi etil asetat daun kelor pada
kelompok dosis III (7,444 mg/kg BB) merupakan
dosis yang mampu menurunkan kadar kolesterol total
dan LDL kolesterol sebanding dengan kelompok
positif, dengan persentase penurunan kolesterol total
dan LDL masing-masing sebesar 69,46% dan
63,29%. Sarannya yaitu artikel ini masih sangat
terbatas, namun setidaknya sudah cukup
menampilkan artikel dengan penelitian yang sudah
dipublikasi. Walaupun demikian masih dibutuhkan
penelitian lanjutan dengan sampel pada manusia
untuk membuktikan efektivitas kandungan kelor
terhadap penurunan kolesterol darah. Terimakasih
saya ucapkan kepada seluruh rekan jurnal, karena
dengan jurnal tersebut saya bisa menyelesaikan
laporan saya.
4. Artikel Keempat

Judul Artikel : Uji Efektifitas Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa


oleifera L) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol
Darah Pada (Mencit Musculus) Jantan
Nama Jurnal : Jurnal Pharmacy
Penerbit : Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Volume & Halaman : Volume 2 Halaman 153-162
Tahun Terbit : 2015
Penulis Artikel : Mukhriani, Nurlina, Andi Nilan Pratiwi,
Afrisusnawati Rauf
ISI ARTIKEL
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan
ekstrak daun kelor dalam menurunkan kolesterol pada
mencit.
Metode Penelitian
Desain : Metode experimental secara in vitro di Laboratorium
Fitokimia
Populasi & Sampel : Populasi hewan uji dalam penelitian ini adalah
mencit. Hewan uji yang digunakan adalah mencit
jantan (Mus musculus) yang sehat dengan bobot
badan rata-rata 20-30 gram, sebanyak 15 ekor yang
dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, tiap
kelompok terdiri dari 3 ekor mencit jantan. Terlebih
dahulu diadaptasikan selama 7 hari.
Instrumen : Alat yang digunakan antara lain, cawan porselin,labu
tentukur (pyrex), gelas erlenmeyer (pyrex), kanula,
toples, aluminium foil, alat pengukur kolesterol /
multi check (Nesco®), maserator, oven (Memmert®),
rotavapor (IKA® RV 10 basic), timbangan analitik,
dan timbangan hewan.
Metode Analisis : Data yang diperoleh dianalisis secara statistika
dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK), memperlihatkan nilai standar deviasi yang
berbeda-beda pada semua kelompok perlakuan. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan metabolisme setiap
hewan coba, perbedaan respon hewan coba pada saat
pemberian diet kolesterol dan ekstrak etanol daun
kelor dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
masing-masing hewan uji berbeda-beda serta
terbatasnya replikasi hewan uji yang digunakan.
Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa semua
kelompok perlakuan yang diberi ekstrak etanol daun
kelor pada konsentrasi 5,2 mg/ml, 10,4 mg/ml, dan
20,8 mg/ml mengalami penurunan kadar kolesterol
masing- masing sebesar 6,84 %, 15,50 %, dan 20,72
%. Pada kelompok kontrol positif yang diberi
suspensi simvastatin mengalami penurunan kadar
kolesterol sebesar 24,93%. Sedangkan pada
kelompok kontrol negatif yang diberi natrium CMC
1% b/v mengalami penurunan yang sangat kecil
sebesar 9,78. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak daun kelor mampu menurunkan kadar
kolesterol total mencit dengan dosis 200 mg / g,
namun tidak seefektif simvastatin.
Kesimpulan & Saran : Berdasarkan hasil penelitian, analisis data yang
dilanjutkan dengan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa:

1. Semua konsentrasi menunjukkan efek


menurunkan kadar kolesterol secara nyata
berdasarkan perbandingan dengan kontrol negatif.
2. Efek yang terbaik diberikan oleh konsentrasi 20,8
mg/ml.

Sarannya yaitu artikel ini masih sangat terbatas,


namun setidaknya sudah cukup menampilkan artikel
dengan penelitian yang sudah dipublikasi. Walaupun
demikian masih dibutuhkan penelitian lanjutan
dengan sampel pada manusia untuk membuktikan
efektivitas kandungan kelor terhadap penurunan
kolesterol darah. Terimakasih saya ucapkan kepada
seluruh rekan jurnal, karena dengan jurnal tersebut
saya bisa menyelesaikan laporan saya.
EBAB IV

RINGKASAN HASIL PENELITIAN

1. Ringkasan Metode Ekstraksi


Peneliti Sampel Asal Sampel Metode Pelarut
Ekstraksi
Ayu Ulfiah Daun kelor Afrika dan India Metode Aquadest
Azis, Arina F Maserasi
Arifin, Rezky
Pratiwi L.B, Sri
Wahyuni
Gayatri,
Nesyana
Nurmadilla
Sai Mangala Daun kelor Chemiloids Metode Aquadest
Divi, Ramesh (Produsen dan Maserasi
Bellamkonda, eksportir
Sarala Kumari ekstrak herbal,
Dasireddy Vijayawada,
Andhra Pradesh,
India).
Dwitiyanti, Daun kelor Perkebunan di Metode Etanol 70%, etil
Hadi Sunaryo, daerah Bogor Fraksinasi asetat,
Ika Resty Kania dan n-heksana
dideterminasi di
Herbarium
Bogoriense,
LIPI Bogor.
Mukhriani, Daun kelor Indian Metode Etanol 70%
Nurlina, Andi Maserasi
Nilan Pratiwi,
Afrisusnawati
Rauf
2. Ringkasan Metode Uji Aktivitas
Peneliti Jenis Metode Induksi Hasil Penelitian
Penelitian (in
vivo/in vitro)
Ayu Ulfiah In vivo Hewan uji diinduksi Hasil penelitian ini adalah pada
Azis, Arina F dengan diberi perlakuan masing-masing kelompok
Arifin, Rezky berbeda. Kelompok 1 mencit hiperkolesterolemik yang
Pratiwi L.B, Sri akan diberi Plasebo dilakukan pemberian ekstrak
Wahyuni Aquades, sedangkan daun kelor dengan dosis yang
Gayatri, kelompok 2 sebagai berbeda didapatkan pengaruh
Nesyana kelompok uji diberi aquades dalam menurunkan
Nurmadilla ekstrak daun kelor dosis kadar kolestrol darah pada
20,8 mg/KgBB, hewan coba mencit (Mus
Kelompok 3 sebagai musculus) tidak seefektif dengan
kelompok uji diberi pemberian simvastatin.
ekstrak daun kelor dosis
41,6mg/KgBB, dan
kelompok 4 sebagai
kelompok uji
Simvastatin.
Perlakuan tersebut
dilakukan mulai hari
ke-7 hingga hari ke-14
perlakuan tersebut
untuk mengetahui
apakah setiap hewan uji
mempunyai kadar
kolesterol total normal.
Sai Mangala In vivo Hewan uji IR diinduksi Hasil dari penelitian ini adalah
Divi, Ramesh dengan diet fruktosa penelitian ini mengungkapkan
Bellamkonda, tinggi dan diabetes tipe bahwa AEMO memiliki
Sarala Kumari 1 diinduksi dengan beberapa implikasi terapeutik
Dasireddy injeksi Streptozotocin yang jelas terhadap resistensi
intraperitoneal (55 mg / insulin, gangguan toleransi
kg berat badan). glukosa, hiperglikemia, profil
Ekstrak diberikan lipoprotein aterogenik dan
dengan dosis 200 mg / pencegahannya baik pada model
kg berat badan dengan hewan IR dan diabetes tipe 1.
intubasi oral selama 60 AEMO dengan berbagai khasiat
hari. penerima manfaatnya
tampaknya berguna sebagai
adjuvan untuk pencegahan dan /
atau pengelolaan diabetes
Dwitiyanti, In vivo Hewan uji di induksi Hasil penelitian adalah bahwa
Hadi Sunaryo, pakan pemberian fraksi etil asetat daun
Ika Resty Kania tinggi kolesterol dengan kelor pada kelompok dosis III
kuning telur 10% dan (7,444 mg/kg BB) merupakan
pakan standar 90% dosis yang mampu menurunkan
diberikan selama 28 kadar kolesterol total dan LDL
hari. kolesterol sebanding dengan
kelompok positif, dengan
persentase penurunan kolesterol
total dan LDL masing-masing
sebesar 69,46% dan 63,29%.
Mukhriani, In vivo Hewan uji diinduksikan Hasil penelitian menunjukkan
Nurlina, Andi dengan propiltiourasil bahwa ekstrak daun kelor
Nilan Pratiwi, selama 2 minggu, pada mampu menurunkan kadar
Afrisusnawati hari ke-14 diukur kolesterol total mencit dengan
Rauf kenaikan kadar dosis 200 mg / g, namun tidak
kolesterolnya,kemudian seefektif simvastatin.
diukur penurunan kadar
kolesterol pada
hari ke-28.
DAFTAR PUSTAKA

Azis, Ayu Ulfiah, dkk. 2020. “Efektifitas Pemberian Ekstrak Daun Kelor Terhadap Kadar
Kolesterol Darah Pada Hewan Coba Mencit”. Jurnal UMI MEDICAL. Edisi No.1
Volume 5 Juni 2020. Halaman 28-37.

Alverina Cindy, dkk. 2016 “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lam).
Terhadap Sel Kardiomiosit Pada Tikus Putih (Rattus Novergicus Strain wistar)
Dengan Diet Aterogenik”. Jurnal Pharmacy. Edisi No.1 Volume 12 Juni 2016.
Halaman 30-37.

Divi, Sai Manggala, dkk. 2012. “ Evaluation Of Antidiabetic and Antihyperlipidemic Potential
Of Aqueous Extract Of Moringa oleifera in Fructose Fed Insulin Resistant and Stz
Induced Diabetic Wistar Rats: a Comparative Study”. Jurnal Asian Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research. Edisi No.2 Volume 5 mei 2012. Halaman 67-
72.

Dwitiyanti, dkk. 2015. “Dwitiyanti, dkk. 2015. “Uji Aktivitas Antihiperkolesterolemia Etil
Asetat Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lam) Terhadap Kadar Kolesterol Total
Daun LDL Kolesterol Pada Hamster Hiperkolesterolemia”. Jurnal Pharmacy. Edisi
No.02 Volume 12 Desember 2015. Halaman 153-164.

Mukhriani, dkk. 2015. “Uji Efektifitas Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L)
Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Darah Pada (Mencit Musculus) Jantan”. Jurnal
Pharmacy. Edisi No.3 Volume 2 Desember 2015. Halaman 115-120.
LAMPIRAN ARTIKEL
1. Artikel 1

2. Artikel 2

3. Artikel 3

4. Artikel 4

Lampiran artikel dibawah berurutan sesuai dengan (artikel 1-4)


UMI Medical Journal Vol.5 Issue:1 (Juni, 2020) UMI Medical Journal
p-ISSN: 2548-4079 / e-ISSN: 2685-7561 Volume 5 Issue 1

RE V IEW Open Access

Efektifitas Pemberian Ekstrak Daun Kelor


terhadap Kadar Kolesterol Darah Pada Hewan
Coba Mencit
Ayu Ulfiah Azis1*, Arina F Arifin2, Rezky Pratiwi L.B3, Sri Wahyuni
Gayatri4, Nesyana Nurmadilla5
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Muslim Indonesia
2
Dosen Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
3
Dosen Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
4
Dosen Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
5
Dosen Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
*Email Korespondensi: ayuulfiahazis71582@gmail.com Telp: 082332929020

ABSTRAK
Latar belakang: Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak dan berfungsi sebagai prekursor untuk
hormon steroid dan garam empedu serta merupakan komponen yang menstabilkan membran plasma. Kolesterol
merupakan lemak yang penting, namun jika berlebihan dalam darah dapat membahayakan kesehatan. Di Indonesia
penyakit kardivaskular terutama penyakit jantung kororner dan stroke menjadi perhatian karena kematian akibat
kedua penyakit ini diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23.3 juta pada tahun 2030.Tujuan pada penelitian
ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera) dalam menurunkan kadar
kolesterol darah pada hewan coba mencit (Mus musculus).
Metode: Metode penelitian ini adalah pre and post test control group design. Subjek dibagi menjadi 4 kelompok
yaitu kelompok 1 pemberian aquades sebagai kontrol negatif, kelompok 2 ekstrak daun kelor dosis 20.8 mg/kgBB,
kelompok 3 ekstrak daun kelor dosis 41.6 mg/kgBB, dan kelompok 4 pemberian simvastatin sebagai kontrol
positif. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 26 sampel mencit dibagi menjadi 4 kelompok.

(Berlanjut halaman selanjutnya)

Article history:
Received: 1 May 2020
Accepted: 23 June 2020
Publish Online: 30 June 2020

Published By : Address:
Fakultas Kedokteran Jl. Urip Sumoharjo Km. 5 (Kampus II UMI)
Universitas Muslim Indonesia Makassar, Sulawesi Selatan.
Phone: Email:
+62822 9333 0302 medicaljournal@umi.ac.id
Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 28
UMI Medical Journal Vol.5 Issue:1 (Juni, 2020)
p-ISSN: 2548-4079 / e-ISSN: 2685-7561

(Lanjutan halaman sebelumnya)


Hasil: Didapatkan bahwa kelompok perlakuan yang diberi aquades tidak mengalami penurunan kolesterol (p>0.05)
sedangkan ekstrak daun kelor dosis 20,8 mg/kgBB mengalami penurunan kolesterol sebesar 15.83 mg/dl (p<0.05),
ekstrak daun kelor dosis 41,6 mg/kgBB mengalami penurunan kadar kolesterol sebesar 17.83 mg/dl (p<0.05),
dan kelompok kontrol positif yang diberi suspensi simvastatin mengalami penurunan kadar kolesterol sebesar
19.67 mg/dl (p<0.05). Berdasarkan uji anova didapatkan p<0.05, uji post hoc test (LSD) didapatkan simvastatin
terhadap dosis 20,8 mg/KgBB dengan p<0.05, simvastatin terhadap dosis 41.6 mg/KgBB dengan p>0.05.
Kesimpulan: Pada masing-masing kelompok mencit hiperkolesterolemik yang dilakukan pemberian ekstrak daun
kelor dengan dosis yang berbeda didapatkan pengaruh aquades dalam menurunkan kadar kolestrol darah pada
hewan coba mencit (Mus musculus) tidak seefektif dengan pemberian simvastatin.

Kata kunci: Kolesterol; moringa oleifera; mus musculus; simvastatin

ABSTRACT
Background: Cholesterol is a fat-containing metabolite that acts as a precursor for steroid hormones and bile
salts and is a component that stabilizes the plasma membrane. Cholesterol is an important fat, but if excessive
in the blood can be dangerous to health. In Indonesia, cardiovascular disease, especially coronary heart disease
and stroke, is a concern because deaths from these two diseases are expected to continue to reach 23.3 million
in 2030. The purpose of this study is to determine the effect of Moringa Oleifera leaf extract in reducing blood
cholesterol levels in animals mice (Mus musculus).
Methods: This research method was pre and post test control group design. Subjects were divided into 4 groups,
namely group 1 giving aquades as negative control, group 2 Moringa leaf extract dose of 20.8 mg / kg body weight,
group 3 Moringa leaf extract dose 41.6 mg / kg body weight, and group 4 giving simvastatin as a positive control.
The number of samples in this study were 26 samples of mice divided into 4 groups.
Results: It was found that the treatment group given aquades did not experience a decrease in cholesterol (p> 0.05)
while Moringa leaf extract dose of 20.8 mg / kgBW decreased cholesterol by 15.83 mg / dl (p <0.05), Moringa
leaf extract dose 41.6 mg / kgBB decreased cholesterol levels by 17.83 mg / dl (p <0.05), and the positive control
group given simvastatin suspension decreased cholesterol levels by 19.67 mg / dl (p <0.05). Based on anova test
obtained p <0.05, post hoc test (LSD) obtained simvastatin against a dose of 20.8 mg / KgBB p <0.05, simvastatin
against a dose of 41.6 mg / KgBB p> 0.05.
Conclusion: In each group of hypercholesterolemic mice that carried out administration of Moringa leaf extract
with different doses, it was found that the influence of distilled water in reducing blood cholesterol levels in mice
(Mus musculus) was not as effective as simvastatin administration.

Keywords: Cholesterol; moringa oleifera; mus musculus; simvastatin

Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 29


UMI Medical Journal Vol.5 Issue:1 (Juni, 2020)
p-ISSN: 2548-4079 / e-ISSN: 2685-7561

PENDAHULUAN

Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak dan berfungsi sebagai prekursor untuk hormon
steroid dan garam empedu serta merupakan komponen yang menstabilkan membran plasma.1
Kolesterol ditemukan dalam sel darah merah, membran sel dan otot.Tujuh puluh persen kolesterol
diesterifikasikan (dikombinasikan dengan asam lemak) dan 30% dalam bentuk bebas. Kolesterol merupakan
lemak yang berwarna kekuningan dan seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh terutama di dalam hati. Kolesterol
merupakan lemak yang penting, namun jika berlebihan dalam darah dapat membahayakan kesehatan.2,3
Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya Hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia akan menyebabkan
aterosklerosis yang menjadi faktor resiko yang kuat terhadap penyakit kardiovaskular, seperti: penyakit
jantung koroner, gagal jantung, hipertensi, infark miokard akut dan stroke. Penyakit kardiovaskular menjadi
salah satu penyebab kematian terbesar pada usia produktif. Di Indonesia penyakit kardivaskular terutama
penyakit jantung kororner dan stroke menjadi perhatian karena kematian akibat kedua penyakit ini diperkirakan
akan terus meningkat mencapai 23,3 juta pada tahun 2030 menurut KEMENKES RI. 2014. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk mencoba meneliti daun kelor sebagai tanaman untuk menurunkan kolesterol. Melihat
potensi daun kelor di indonesia tumbuh dengan baik, daun kelor juga adalah tanaman yang tidak terlalu
sulit untuk di dapatkan ,selain banyak ditanam di depan atau belakang rumah juga sering di komsumsi oleh
masyarakat. Di beberapa wilayah di Indonesia, utamanya Indonesia bagian timur kelor di konsumsi sebagai
salah satu menu sayuran.4
Selain itu Kelor mangandung 539 senyawa yang dikenal dalam pengobatan tradisional Afrika dan India
serta telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mencegah lebih dari 300 penyakit. Berbagai bagian
dari tanaman kelor bertindak sebagai stimulan jantung dan peredaran darah, memiliki antitumor, antipiretik,
antiepilepsi, antiinflamasi, antiulser, diuretik, antihipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, antidiabetik,
antibakteri dan anti-jamur.4
Tidak begitu banyak masyarakat yang tahu manfaat daun kelor secara spesifik. Sebuah hasil penelitian
menunjukkan kelor mengandung senyawa aktif yaitu alkaloid dan flavanoid. Kedua senyawa ini di duga
efektif menurunkan rasa nyeri akibat rematik, menghambat pembentukan asam urat dan bersifat anti inflamasi
serta analgetik. Selain itu, senyawa alkaloid dan flavanoid juga dapat menurunkan kadar kolesterol darah.4
Dengan adanya kandungan metabolit sekunder dari buah kelor, mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian mengenai efek ektrak buah kelor terhadap penurunan kadar kolesterol darah pada mencit.Daun
Kelor yang kaya akan nutrisi ini memiliki sifat fungsional karena tanaman ini mempunyai khasiat dan
manfaat untuk kesehatan manusia. Baik kandungan nutrisi maupun berbagai zat aktif yang terkandung dalam
tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan mahluk hidup dan lingkungan.5
Oleh karena itu kelor mendapat julukan sebagai “miracle tree”. Berbagai penelitian tentang Moringa
oleifera Lam pada beberapa tahun terakhir terutama pada tikus. Berdasarkan hasil penelitian in vitro pada
hewan dan manusia membuktikan bahwa semua bagian dari Moringa oleifera Lam memiliki fungsi baik
secara fisiologis maupun farmakologi.

Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 30


UMI Medical Journal Vol.5 Issue:1 (Juni, 2020)
p-ISSN: 2548-4079 / e-ISSN: 2685-7561

Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada manusia mengindikasikan bahwa bubuk daun Moringa oleifera
Lam yang diberikan secara oral diketahui berguna sebagai anti-hiperglikemia, anti dislipidemia, kemoprotektif,
dan efek antioksidan tanpa menimbulkan efek samping.5
Analisis kualitatif terhadap ekstrak hidroalkoholik Moringa oleifera Lam membuktikan adanya kandungan
sitosterol sebanyak 0,09%. Kandungan sitosterol ini yang menurunkan kadar kolesterol dengan cara menurunkan
konsentrasi LDL (Low Density Lipoprotein) dalam plasma dan menghambat reabsorbsi kolesterol dari sumber
endogen. Ekstrak Moringa oleifera Lam juga diketahui mengandung antioksidan flavonoids dan polyphenols.
Senyawa ini secara signifikan dapat meningkatkan SOD (Superoxide Dismutase) dan katalase serta menurunkan
kadar lipid peroksidase sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol terutama LDL.6,7

METODE

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre
and post test control group design. Pretest dan Post-test Control Group Design terdapat dua kelas yang
dipilih secara langsung, kemudian diberi pre test untuk mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Eksperimental design (experimental) merupakan salah satu dari bentuk
penelitian eksperimental. Ciri utama dari true experimental adalah sampel yang digunakan untuk eksperimen
maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya
kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Subjek dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok
1 pemberian aquades sebagai kontrol negatif, kelompok 2 ekstrak daun kelor dosis 20,8 mg/kgBB, kelompok
3 ekstrak daun kelor dosis 41,6 mg/kgBB, dan kelompok 4 pemberian simvastatin sebagai kontrol positif.

HASIL

Untuk menyeleksi sampel yang akan diteliti maka dilakukan pengukuran kadar kolesterol total darah
pada mencit. Pada saat mencit baru datang sehingga diperoleh kadar kolesterol total darah pada tiap mencit
saat adaptasi diperlihatkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Kadar Kolesterol Total Darah Mencit Pada Saat diadaptasikan


No Kelompok Perlakuan Rerata Kadar Kolesterol Total
1 Aquades (-) 114.000
2 Simvastatin (+) 115.833
3 Dosis 20,8 mg/KgBB 119.500
4 Dosis 41,6 mg/KgBB 113.167

Dari data yang ada pada tabel 1 dapat dilihat bahwa kadar kolesterol darah total pada saat mencit baru
diadaptasikan berada pada kadar hiperkolesterolemik yaitu dengan rata rata; kelompok 1 114.000 mg/dl,
kelompok 2 dengan rata rata 119.500 mg/dl, kelompok 3 dengan rata rata 113.177 mg/dl, dan kelompok 4
dengan rata-rata 115.833 mg/dl.

Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 31


UMI Medical Journal Vol.5 Issue:1 (Juni, 2020)
p-ISSN: 2548-4079 / e-ISSN: 2685-7561

Setelah diadaptasikan maka keempat kelompok itu diberikan pemberian pakan tinggi kolesterol, kadar
kolestrol total 4 kelompok mencit yang diberi pakan tinggi kolestrol menunjukkan hiperkolestrolemia (>82,4
mg/dL) dan ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini, dapat dilihat dari table dibawah ini:

Tabel 2. Kadar Kolesterol Total Darah Mencit pada Saat diberikan Pakan Tinggi Lemak
No Kelompok Perlakuan Rerata Kadar Kolesterol Total
1 Aquades (-) 128.833
2 Simvastatin (+) 139.667
3 Dosis 20,8 mg/KgBB 137.333
4 Dosis 41,6 mg/KgBB 135.500

Dari data yang ada pada tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar kolesterol darah total pada saat diberikan
pakan tinggi lemak berada pada kadar hiperkolesterolemik yaitu dengan rata rata kelompok 1 128.833 mg/
dl , kelompok 2 dengan rata rata 137.333 mg/dl, kelompok 3 dengan rata rata 135.500 mg/dl, dan kelompok
4 dengan rata-rata 139.667 mg/dl.
Sampel kemudian diberi perlakuan berbeda. Kelompok 1 akan diberi Plasebo Aquades, sedangkan
kelompok 2 sebagai kelompok uji diberi ekstrak daun kelor dosis 20,8 mg/KgBB, Kelompok 3 sebagai
kelompok uji diberi ekstrak daun kelor dosis 41,6 mg/KgBB, dan kelompok 4 sebagai kelompok uji Simvastatin.
Perlakuan tersebut dilakukan mulai hari ke-7 hingga hari ke-14, kemudian dilakukan pengukuran kadar
kolesterol darah yang hasilnya ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3. Kadar Kolesterol Total Darah Mencit setelah Pemberian Perlakuan Keempat
Kelompok
No Kelompok Perlakuan Rerata Kadar Kolesterol Total
1 Aquades (-) 130.333
2 Simvastatin (+) 120.000
3 Dosis 20,8 mg/KgBB 121.500
4 Dosis 41,6 mg/KgBB 117.667

Dari data yang ada pada tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar kolesterol darah total pada saat setelah pemberian
perlakuan pada mencit yaitu dengan rata rata kelompok 1 130.333 mg/dl, kelompok 2 dengan rata rata
121.500 mg/dl kelompok 3 dengan rata rata 117.667 mg/dl, dan kelompok 4 dengan rata-rata 120.000 mg/dl.
Terjadi penurunan kadar kolesterol total darah tertinggi pada kelompok 3 dibandingkan dengan 4 kelompok
lainnya yakni dengan rerata 117,667 mg/dl dari pengukuran sebelumnya namun tidak sampai pada kadar
kolesterol normal. Data dari ketiga tabel diatas diilustrasikan dalam bentuk gambar dibawah ini:

Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 32


Terjadi penurunan kadar kolesterol total darah tertinggi pada kelompok 3 dibandingkan
dengan 4 kelompok lainnya yakni dengan rerata 117,667 mg/dl dari pengukuran sebelumnya
UMI Medical Journal Vol.5 Issue:1 (Juni, 2020)
namun
p-ISSN: tidak/ sampai
2548-4079 pada kadar kolesterol
e-ISSN: 2685-7561 normal. Data dari ketiga tabel diatas diilustrasikan
dalam bentuk gambar dibawah ini:

160,00 137,33 139,67


128,83 130,33 135,50
140,00 119,50 121,50 117,67 115,83 120,00
114,00 113,17
120,00
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
Kelompok Plasebo Kelompok Ekstrak Kelompok Ekstrak Kelompok
(Aquades) daun kelor (dosis daun kelor (dosis Simvastatin
20.8 mg/KgBB) 41.6 mg/KgBB)

Kolesterol adaptasi Kolesterol pakan tinggi lemak Kolesterol terapi

Gambar 1. 1.
Gambar Perubahan
PerubahanKadar
Kadar Kolesterol DarahTotal
Kolesterol Darah Total pada
pada Mencit
Mencit

Untuk mengetahui data berdistribusi


Untuk mengetahui normal atau
data berdistribusi tidak,atau
normal maka dilakukan
tidak, uji normalitas
maka dilakukan terlebih dahulu.
uji normalitas
Hasilterlebih
pengujian dengan
dahulu. metode
Hasil dengan (subjek
Shapiro-Wilk
pengujian metode <50) pada tabel
Shapiro-Wilk 5 dapat
(subjek dilihat
<50) padabahwa
tabel 5semua
dapatnilai P
dari data yang telah dimasukkan untuk melihat apakah masuk ke nilai signifikansi (p>0.05) atau tidak.
dilihat bahwa semua nilai P dari data yang telah dimasukkan untuk melihat apakah masuk ke
nilai signifikansi (p>0.05) atau tidak.
4. Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Shapiro-Wilk
Perlakuan
Statistic
Tabel 4. Uji Normalitas Shapiro-Wilk df Sig.
Perlakuan
Aquades (-) .938 Shapiro-Wilk
6 .646
Dosis 20,8 mg/kgBB Statistic
.866 df 6 Sig..212
Penurunan Kadar
Aquades (-) .938 6 .646
Kolesterol Total Dosis 41,6 mg/kgBB .866 6 .212
Penurunan Kadar Dosis 20,8 mg/kgBB .866 6 .212
Kolesterol Total Simvastatin
Dosis (+)
41,6 mg/kgBB .823
.866 66 .093
.212
Simvastatin (+) .823 6 .093

Pada tabel 4 dapat


Pada dilihat
tabel bahwa
4 dapat semuabahwa
dilihat nilai Sig. dari data
semua nilaiyang
Sig.telah
dari dimasukkan melebihi
data yang telah nilai signifikan
dimasukkan
(p>0.05) sehingga
melebihi nilai dapat disimpulkan
signifikan (p>0.05)bahwa datadapat
sehingga berdistribusi normal
disimpulkan bahwasehingga dapat dilanjutkan
data berdistribusi normal untuk
pengujian analisis antar varian.
sehingga dapat dilanjutkan untuk pengujian analisis antar varian.
Analisis Analisis
data dilakukan dengan melakukan
data dilakukan dengan perbandingan dari pengukuran
melakukan perbandingan darikadar kolesterolkadar
pengukuran total darah
mencit sebelum total
kolesterol pemberian
darah pakan
mencittinggi lemak
sebelum terhadap kadar
pemberian pakankolesterol totalterhadap
tinggi lemak darah, setelah
kadarpemberian
kolesterol pakan
tinggi lemak hingga pemberian perlakuan terapi di ketiga kelompok dari hari ke-1 hingga hari ke-7 dengan
total darah, setelah pemberian pakan tinggi lemak hingga pemberian perlakuan terapi di ketiga
menggunakan Uji ANOVA pada tabel berikut ini:
kelompok dari hari ke-1 hingga hari ke-7 dengan menggunakan Uji ANOVA pada tabel berikut
ini:

6
Publisher: Faculty of Medicine Universitas Muslim Indonesia

Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 33


UMI Medical Journal Vol.5 Issue:1 (Juni, 2020)
p-ISSN: 2548-4079 / e-ISSN: 2685-7561

Tabel 5. Hasil Uji ANOVA Perbandingan Efektifitas pemberian Aquades, Ekstrak


daun kelor, dan Simvastatin
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.716.458 3 572.153 142.150 .000
Within Groups 80.500 20 4.025
Total 1.796.958 23

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa uji Anova pada tingkat kepercayaan 95% memberikan harga probabilitas
p= 0,000, atau (P= <0,05) berarti ada perbedaan bermakna penurunan kadar kolesterol total pada hewan coba.
Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan bermakna, maka dilanjutkan dengan uji LSD.

Tabel 6. Hasil Multiple Comparison ANOVA Uji Lanjut LSD Kelompok Terapi

(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

Dosis 20,8 mg/


-17.33333* 115.830 .000
kgBB
Aquades (-) Dosis 41,6 mg/
-19.33333* 115.830 .000
kgBB
Simvastatin (+) -21.16667* 115.830 .000
Aquades (-) 17.33333* 115.830 .000
Dosis 20,8 mg/ Dosis 41,6 mg/
-200.000 115.830 .100
kgBB kgBB
Simvastatin (+) -3.83333* 115.830 .003
Aquades (-) 19.33333* 115.830 .000
Dosis 41,6 mg/ Dosis 20,8 mg/
kgBB 200.000 115.830 .100
kgBB
Simvastatin (+) -183.333 115.830 .129
Aquades (-) 21.16667* 115.830 .000
Dosis 20,8 mg/
3.83333* 115.830 .003
Simvastatin (+) kgBB
Dosis 41,6 mg/
183.333 115.830 .129
kgBB

Berdasarkan hasil multiple comparison dengan tingkat kepercayaan 95% yaitu pemberian aquades (kontrol
negatif) pada mencit memiliki perbedaan efek/pengaruh penurunan kolesterol yang signifikan terhadap
pemberian simvastatin dan ekstrak daun kelor pada dosis 20,8 mg/kgBB dan 41,6 mg/kgBB (p<0,05). Aquades
tidak memiliki pengaruh terhadap penurunan kolesterol, dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya.

Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 34


UMI Medical Journal Vol.5 Issue:1 (Juni, 2020)
p-ISSN: 2548-4079 / e-ISSN: 2685-7561

Pada pemberian ekstrak daun kelor dosis 20,8 mg/kgBB memiliki efek terhadap penurunan kolesterol yang
mendekati efek dari pemberian ekstrak daun kelor dosis 41,6 mg/kgBB (p>0,05), namun dibandingkan dengan
efek simvastatin (kontrol positif), masih signifikan perbedaannya yaitu simvastatin lebih tinggi (p<0,05).
Sedangkan, pemberian simvastatin sebagai kontrol positif dan pemberian ekstrak daun kelor pada dosis
41,6 mg/kgBB memiliki efek/pengaruh yang sama terhadap penurunan kolesterol dikarenakan perbedaan
yang tidak signifikan (p<0,05).

PEMBAHASAN

Pengukuran kadar kolesterol mencit dilakukan setelah 2 minggu diadaptasikan di dalam ruangan tempat
penyimpanan mencit di laboratorium penelitian. Pengukuran kadar kolesterol total darah pada awal perlakuan
untuk mengetahui apakah setiap hewan uji mempunyai kadar kolesterol total normal. Namun hasil yang
didapatkan mencit mengalami hiperkolestrolemik.Pengukuran selanjutnya setelah pemberian pakan tinggi
lemak terjadi peningkatan kadar kolesterol pada mencit, dan pengukuran terakhir dilakukan setelah pemberian
diet terapi yaitu ekstrak daun kelor, dan Simvastatin pada tiap kelompok. Pada kelompok plasebo, tidak
mengalami penurunan kolesterol secara signifikan, hal ini dikarenakan aquades tidak mengandung senyawa
yang berpotensi sebagai anti kolesterol dan hanya sebagai kontrol negatif.
Pada tabel 6 hasil Multiple Comparison ANOVA menunjukkan rerata kadar kolesterol darah total sebelum
dan setelah pemberian pakan tinggi lemak dan diet terapi pada tiap kelompok menunjukkan perbedaan yang
signifikan pada kelompok mencit dengan pemberian simvastatin dibandingkan pada kelompok aquades dan
ekstrak daun kelor, meskipun pada ketiga kelompok lainnya tidak menunjukan perbedaan signifikan hanya
pada jenis kolesterol pakan dan terapi.
Data yang ada pada tabel 3 pada kelompok Simvastatin apabila dibandingkan kadar reratanya, dapat dilihat
bahwa terjadi penurunan kadar kolesetrol total darah mencit dengan selisih rerata 19,67 mg/dl. Penurunan terjadi
karena Simvastatin bekerja menghambat 3 –hidroksis 3 – metil – glutaril - koenzim A (HMG-CoA) reduktase
yang mempunyai fungsi sebagai katalis dalam pembentukan kolesterol. HMG - CoA reduktase bertanggung
jawab terhadap penurunan sintesis kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor Low Density Lipoprotein
(LDL) yang terdapat dalam membran sel hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga menyebabkan banyak
LDL yang hilang dalam plasma. Simvastatin cenderung mengurangi jumlah trigliserida dan meningkatkan
High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol.8
Sehingga pemberian simvastatin pada kelompok mencit yang hiperkolesterolemik dapat menurunkan
kadar kolesterol total darah. Hal ini sejalan dengan teori Christoper J dan Gaw A, dimana teori tersebut
menyatakan bahwa simvastatin dapat menurunkan secara bermakna kadar kolesterol total darah pada mencit.8
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa semua kelompok perlakuan yang diberi ekstrak daun kelor pada
dosis 20,8 mg/kgBB, dan 41,6 mg/kgBB mengalami penurunan kadar kolesterol masing-masing sebesar
15.83 pada dosis 20,8 mg/kgBB, dan 17.83 pada dosis 41,6 mg/kgBB.Pada kelompok kontrol positif yang
diberi suspensi simvastatin mengalami penurunan kadar kolesterol sebesar 19.67.

Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 35


UMI Medical Journal Vol.5 Issue:1 (Juni, 2020)
p-ISSN: 2548-4079 / e-ISSN: 2685-7561

Penurunan kadar kolesterol mencit jantan pada konsentrasi 41,6 mg/kgBB memberikan efek penurunan
lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi lainnya.Hal ini disebabkan karena jumlah kandungan kimianya
yang dapat menurunkan kadar kolesterol total darah lebih besar. Karena semakin tinggi konsentrasi yang
digunakan semakin banyak kandungan kimianya sehingga semakin besar pula kemampuannya menurunkan
kadar kolesterol total darah. Penurunan kadar kolesterol total darah pada mencit jantan diduga disebabkan oleh
senyawa-senyawa aktif dalam kadar tinggi yang terkandung dalam daun kelor.Hal ini sejalan pada penelitian
sebelumnya yang membuktikan bahwa daun kelor dapat menurunkan kadar kolesterol pada hewan coba
mencit karena memiliki kandungan antioksidan diantaranya vitamin C, polyphenol, flavonoid dan karoten.9
Flavonoid dapat menghambat Angiotensin converting enzyme (ACE). Diketahui ACE memegang peran
dalam pembentukan angiotensin II yang merupakan salah satu penyebab hipertensi. Angiotensin II menyebabkan
pembuluh darah menyempit, yang dapat menaikkan tekanan darah. ACE inhibitor menyebabkan pembuluh
darah melebar sehingga darah lebih banyak mengalir ke jantung, mengakibatkan penurunan tekanan darah.10

KESIMPULAN

Pada masing-masing kelompok mencit hiperkolesterolemik yang dilakukan pemberian ekstrak daun
kelor dengan dosis yang berbeda didapatkan pengaruh aquades dalam menurunkan kadar kolestrol darah
pada hewan coba mencit (Mus musculus) tidak seefektif dengan pemberian simvastatin.

Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 36


UMI Medical Journal Vol.5 Issue:1 (Juni, 2020)
p-ISSN: 2548-4079 / e-ISSN: 2685-7561

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam J. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. In: 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009.
p.1984–92.
2. Kee J. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. EGC; 2017.
3. Ganong W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2008.
4. Salam AA. Uji Efektifitas Daun Lere (Ipomea Pes-Caprae (L) Roth Br.) sebagai Alternatif untuk
Menurunkan Kadar Glukosa Darah Kelinci (Ocytologus Cuniculuus). Universitas Tadulako Palu; 2011.
5. Stohs SJ and Hartman MJ. Review Of The Safety and Efficacy Of Moringa Oleifera. Phyther Res.
2015;29(6):796–804.
6. Rajanandh MG, Satishkumar MN, Elango K, Suresh B. Moringa Oleifera Lam. A Herbal Medicine for
Hyperlipidemia : A Pre-clinical Report. India: J.S.S University; 2012; 12(1):790-795.
7. Krisnadi, A D. Moringa Oleifera. Jawa Tengah: Kelorina.com; 2015.
8. Musculus GAM. IUCN Red List of Treatmend Species [Internet]. 2009. Available from: http://www.
iucredist.org/details/13972/0
9. Agustina. Aktivitas Antioksidan dan Organoleptik Kombucha Daun Kelor dengan Lama Fermentasi dan
Konsentrasi Daun Kelor yang Berbeda. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2016. pp 1-5.
10. Panjaitan R, Bintang M. Peningkatan Kandungan Kalium Urin setelah Pemberian Ekstrak Sari Buah
Belimbing Manis (Averrhoa Carambola). J Vet. 2014;15(1):13–108.

Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 37


Academic Sciences Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research
Vol 5, Issue 1, 2012 ISSN - 0974-2441

Vol. 4, Issue 3, 2011 Research Article


ISSN - 0974-2441
EVALUATION OF ANTIDIABETIC AND ANTIHYPERLIPEDEMIC POTENTIAL OF AQUEOUS
EXTRACT OF MORINGA OLEIFERA IN FRUCTOSE FED INSULIN RESISTANT AND STZ INDUCED
DIABETIC WISTAR RATS: A COMPARATIVE STUDY
SAI MANGALA DIVI 1*, RAMESH BELLAMKONDA2, SARALA KUMARI DASIREDDY 3
1*Departmentof Biochemistry, Sri Sathya Sai Institute of Higher Medical Sciences, Prasanthigram, Puttaparthy, Prasanthi Nilayam
515134 , Andhra Pradesh, India, 2 Department of Biochemistry, Sri Venkateswara University, Tirupati 517502, Andhra Pradesh,
India,3Department of Biochemistry, Sri Krishnadevaraya University, Anantapur 515003,Andhra Pradesh, India. Email: smdivi@gmail.com
Received: 17 September 2011, Revised and Accepted: 8 November 2011
ABSTRACT
The aim of the present study was to evaluate the effect of aqueous extract of Moringa Oleifera leaves on body weight, plasma glucose, insulin, lipid
profile, HOMA and Oral Glucose Tolerance Test in Insulin resistant (IR) and type 1 diabetic rat models. IR was induced by high fructose diet and type
1 diabetes was induced by intraperitoneal injection of Streptozotocin (55 mg / kg body weight). The extract was administered at a dose of 200 mg/
kg body weight by oral intubation for a period of 60 days. Fructose fed rats exhibited IR as reflected by an increase in body weight,
hyperinsulinemia, hyperglycemia and increased HOMA. STZ induced diabetic rats showed hyperglycemia, hypoinsulinemia and failure to gain body
weight. The severity of hyperglycemia was more in STZ diabetic rats. Both IR and STZ rats showed hyper lipedemia, which was more severe in IR
rats. OGTT showed increased glucose intolerance in both IR and STZ diabetic rats, severity being more in IR rats. Administration of aqueous extract
of Moringa oleifera for 60 days restored all the alterations to normal/ near normal. The study clearly reveals that aqueous extract of Moringa
oleifera leaf possesses potent antihyperglycemic and antihyperlipedemic effect in both Insulin resistant and Insulin deficient rat models.
Key words: Moringa oleifera, Insulin resistance, Streptozotocin, glucose intolerance, lipids profile.
INTRODUCTION
Diabetes mellitus is now recognized as a metabolic disorder of activity and reducing power8. Niazimicin, a compound from the
multiple etiology which is characterized by chronic hyperglycemia leaves has been proposed to be a potent chemoprotective agent in
resulting from absolute or relative deficiency in insulin chemical carcinogenesis9 and Niazimicin (9+10), a thiocarbamate
secretion/insulin action or both. The number of diabetics was 171 from the leaves of M. oleifera, exhibits inhibition of tumour
millions in 2000, which might increase to 360 millions in the year promoter induced Epstein-Barr virus activation10. Leaves were
20301. As the number of people with Diabetes mellitus (DM) found to contain lipid lowering activity in the serum of high fat diet
multiplies worldwide, national and international health care budget fed rats which may be attributed to the presence of β - sitosterol 11,
increases. hepatoprotective activity12and found to preserve and enhance the
process of spermatogenesis in mice 13. The aqueous extract of leaves
The vast majority of diabetic patients are classified into two broad of M. oleifera has shown to lower the blood sugar in diabetic rats
categories: type-1 diabetes (IDDM), which is caused by an absolute 14,15. The fresh leaf juice was found to inhibit the growth of
deficiency of insulin, and type-2 diabetes (NIDDM), which is microorganisms, staphylococcus aureus and Pseudomonas
characterized by the presence of insulin resistance (IR) with an aeruginosa, which are pathogenic to humans 16.
inadequate compensatory increase in insulin secretion. Lack of
insulin at the metabolic level cause derangement in carbohydrate, Earlier studies on antihyperglycemic and antihyperlipidemic activity
fat and protein metabolism which eventually leads to a number of of M. oleifera are fragmentary and no studies are available on the
long term micro vascular (retinopathy, nephropathy, and efficacy of M. oleifera in preventing IR. In the present study the
neuropathy) and macro vascular (coronary artery disease, efficacy of aqueous extract of M. oleifera leaf (AEMO) was evaluated
peripheral vascular disease and cerebro vascular disease) for its antidiabetic and antihyperlipidemic potential in fructose fed
complications. insulin resistant (IR) and STZ induced diabetic rats (type-1).
Despite considerable progress in therapies using expensive Chemicals
synthetic drugs, the search for herbal remedies is growing which can
be accounted for the effectiveness, minimal side effects in clinical Streptozotocin was procured from Sigma chemical Co St. Louis, MO,
experience and relatively low cost of the herbal drugs. Herbal drugs USA. Olympus system packs (Japan) were used for assaying plasma
or their extracts are prescribed widely, even when their biological glucose, triacylglycerols, cholesterol. Direct HDL-C and LDL-C kits
active compounds are unknown2. were procured form ACCUREX. All other chemicals and solvents
were of analytical grade and procured from SISCO research
Moringa oleifera Lam (syn Pteriogosperma Geartn), belongs to the Laboratories Private Ltd., Mumbai, Maharashtra, India.
monogeneric family Moringaceae and it is one of the best known,
most widely distributed and naturalized species3. It is popularly Plant Material
known as drumstick or horseradish in English. It has numerous
Aqueous extract of Moringa oleifera leaf (AEMO) dry powder
medicinal uses, which have long been recognized in Ayurvedic and
(product code P/DSM/MOOL-01 and batch number (P8060947) was
Unani systems of medicines4 . Many parts of this plant i.e., leaves,
purchased from Chemiloids (Manufacturers and exporters of herbal
immature pods, flowers and fruits are edible and are used as a highly
extracts, Vijayawada, Andhra Pradesh, India). Herb to product ratio
nutritive vegetable in many countries5. This plant was well known to
the ancient world, but only recently, it has been rediscovered as a was 10:1. The extract was dissolved in distilled water prior to use.
multipurpose tree with a tremendous variety of potential uses. The Animals
leaves have been reported to be a rich source of β-carotene, protein,
vitamin C, calcium and potassium and act as a good source of natural Male albino Wistar rats were procured from Sri Venkateswara
antioxidant due to the presence of ascorbic acid, flavonoids, Enterprizes, Bangalore, India, and were acclimatized for 7 days to
phenolics and carotenoids. M. oleifera contains nitrile mustard oil animal house (Regd. No. 470/01/a CPCSEA) and maintained at a
glycosides and thiocarbamate glycosides which are anti temperature of 22 ± 2º C. The animal room was regulated by a 12 h
hypertensive6 and are vey rare in nature7. The leaves exhibit strong light; 12 h dark schedule. All the procedures were performed in
antioxidant property expressed in terms of free radical scavenging accordance with the Institutional Animal Ethics Committee.
Divi et al.
Asian J Pharm Clin Res, Vol 5, Issue 1, 2012, 67-72

Diet insulin resistance index was calculated according to the Homeostasis


Model of Assessment (HOMA-IR) by the following formula 23:
The standard pellet diet was procured from Sri Venkateswara
Enterprizes, Bangalore, India and the high fructose diet was Fasting plasma insulin (µU/ml) x Fasting glucose (mmol/L) / 22.5
obtained from National Centre for Laboratory Animal Science,
National Institute of Nutrition (Hyderabad, India). Statistical analysis

Experimental design Data were expressed as the mean ± SEM for the number (n= 5) of
animals in the group. The data were subjected to statistical analysis
In the present study, fifty-four male albino Wistar rats aged about 4- by Duncan’s Multiple Range (DMR) test 24. Values of p < 0.05 were
5 weeks with average body weight of 150-160 g were acclimatized considered statistically significant.
to our animal house before induction of IR/type-1 diabetes. IR was
induced in 16 rats by feeding fructose enriched diet throughout the RESULTS
experimental period. The fructose diet contained 66% fructose, 18% The phytochemical screening of AEMO revealed the presence of
protein, 8% fat, 4% cellulose, 3% mineral and 1% vitamin mix. alkaloids, flavonoids, gallic tannins, phenols, saponins and catecholic
About twenty two rats were made diabetic by a single compounds and steroids indicating the presence of
intraperitonial injection of freshly prepared Streptozotocin (STZ) in pharmacologically important phytochemicals.
0.05M citrate buffer PH 4.5, at a dose of 55 mg/ kg bodyweight. After
a window period of 72 hours, rats with fasting plasma glucose levels General observations
above 300 mg% were considered diabetic. The remaining 16 rats
During the experimental period including the window period about
served as controls. Both STZ induced diabetic and control rats were
30% mortality was observed in STZ induced diabetic group, whereas
maintained on standard pellet diet. Each set of animals (Control, IR
no mortality was observed in the remaining groups. No visible side
and type 1 DM) was further subdivided into two groups thus
effects and variation in animal behaviour (respiratory distress,
comprising a total of six groups: control (C), control rats
abnormal locomotion and catalepsy) were observed in C+MO group
administered with AEMO (C+MO), fructose fed rats (F), fructose fed
indicating the non-toxic nature of AEMO. A significantly higher
rats administered with AEMO (F+MO), STZ diabetic (D) and STZ
intake of food and water was observed in F group from 10 th day
diabetic rats administered with AEMO (D+MO). Rats in the groups
onwards of the experimental period compared to C group. Rats in F
C+MO, F+MO and D+MO were administered with the AEMO at a dose
group seem to be obese when compared with the remaining five
of 200 mg/kg body weight in ~2 ml of distilled water and the
groups. Group D rats showed the characteristic signs of diabetes
remaining groups were administered with 2 ml of water once a day
such as polyuria, polydipsia and polyphagia and failure to gain
through gastric intubation for a period of 60 days.
weight.
Preliminary analysis of AEMO
Effect of AEMO on body weight
Qualitative screening for phytochemicals i.e., alkaloids, anthracene
F group animals as a model of insulin resistance showed excess gain
glycosides, flavonoids, gallic tannins, catecholic compounds, phenols,
in body weight where as STZ diabetic rats as a model of type -1
saponins, steroids and triterpines was performed by following the
diabetes, showed loss of body weight when compared to C group
standard methodology 17,18,19,20.
(Fig 1).
Biochemical analysis
Plasma glucose, plasma insulin and body weight were measured at 320
15 day interval for a period of 60 days. Lipid profile were measured 300
at the end of experimental period. Blood was collected in
heparinised Eppendorf tubes by means of heparinised capillary tube 280
C
Body weight (g)

through retro-orbital plexus. Plasma was separated immediately by 260


centrifugation at 4º C using REMI-24 model centrifuge, aliquoted 240 C+MO
and frozen for insulin and other biochemical assays. 220 F
Oral Glucose Tolerance Test (OGTT) 200
F+MO
At the end of the experimental period (60days), OGTT was 180
performed in all groups of rats. The 12 hr fasted animals were 160 D
challenged with a glucose solution at a dose of 2 g / kg body weight 140 D+MO
by oral intubation and blood samples were collected at 0 min (before 120
glucose administration) and 30, 60 and 120 min after glucose
administration. 0 15 30 45 60

After the experimental period of 60 days, rats from all six groups Experimental period (days)
were sacrificed by cervical dislocation following 12 h fasting.
Fig 1: Effect of AEMO on body weight of fructose fed IR and STZ
Plasma glucose, triacylglycerols (TAG), total cholesterol (TC), HDL induced diabetic rats.
and LDL cholesterol were assayed on fully automated chemistry
analyser, Olympus AU 400. VLDL- C was calculated using the At the end of 60 days, F group showed 9.7% increase and D group
Friedewald formula 21 as follows: showed 51.4% decrease in body weight compared to C group. AEMO
gave total protection against abnormal weight gain in F+MO which is
VLDL-C = TAG/5 evident from the un deviated bodyweight compared to C group.
The values were expressed as mg/dl. Though D+MO group showed a significantly lower (20.5%) body
weight than C group, it showed a significantly higher (63.7%) body
The antiatherogenic index (AAI) was calculated according to the weight when compared to D group. The observation reveals AEMO
method of Guido and Joseph 22, from total cholesterol and HDL-C as administration completely prevented fructose induced weight gain
follows: in F group and partially prevented the weight loss observed in STZ
induced diabetic rats.
AAI= HDL-C x 100 / TC - HDL-C
Effect of AEMO on fasting Plasma glucose
The values were expressed as percentage.
The plasma glucose levels of F group and D group increased
Plasma Insulin was determined by radioimmunoassay kit (RIAK-I) gradually and at the end of the experimental period the % of
provided by Bhabha Atomic Research Center (Mumbai, India). The increase was 45 and 372.9 respectively when compared to C.

68
Divi et al.
Asian J Pharm Clin Res, Vol 5, Issue 1, 2012, 67-72

Obviously the intensity of hyperglycemia was more prominent in D D showed 14.7% increase compared to C group. AEMO ameliorated
group than in F (Fig 2). However, administration of AEMO showed the insulin sensitivity both in F+MO and D+MO groups as was
beneficial effect which was reflected by the un deviated plasma evident from 91.3% and 355% recovery of HOMA in F+MO and
glucose in F+MO group and only 23.22% increase in D+MO D+MO groups respectively (Fig 4).
compared to C. Group C+MO remained persistently euglycemic and
the plasma glucose levels of C+MO, F+MO and D+MO during the 180 C
experimental period clearly indicated that AEMO did not exhibit
160 C+MO
hypoglycemic activity; instead, it showed antihyperglycemic effect.
140 F

Plasma insulin(µU/ml)
120 F+MO
550 D
C 100
D+MO
Plaasma glucose (mg/dl)

C+MO 80
450
F 60
350 F+MO 40

D 20
250 0
D+MO
0 15 30 45 60
150
Experimental period (days)
50 Fig 3: Effect of AEMO on fasting plasma insulin levels in
0 days 15 days30 days45 days60 days fructose fed IR and STZ induced diabetic rats

Experimental period (days)


400
350 glucose

300 insulin
Fig 2: Effect of AEMO on fasting plasma glucose levels in
% recovery

fructose fed IR and STZ induced diabetic rats 250 homa


Effect of AEMO on plasma insulin 200
F group showed 222% increase whereas D group showed 75.8% 150
decrease in fasting plasma insulin when compared to C (Fig 3). 100
Administration of AEMO led to protection from fructose induced
hyperinsulinemia and STZ induced insulin depletion which was 50
evident from significantly lower (59.2%) insulin level in F+MO 0
group than F and significantly higher insulin levels (109.6%) in
D+MO group than D. However, the recovery was partial as the F+MO D+MO
insulin levels in F+MO and D+MO did not reach C levels. Enhanced
insulin sensitivity in C+MO group was evident from its persistant Fig 4 Per cent recovery from fructose feed induced and
euglycemic state at lower insulin levels. diabetic induced alterations in plasma glucose, plasma insulin
Effect of AEMO on HOMA and HOMA values by AEMO administration in F+MO and D+MO
groups.
In clinical research, HOMA is widely used to assess insulin
sensitivity. Both F and D groups exhibited insulin resistance but the Effect of AEMO on lipids
severity was more in F group than in D. At the end of the The plasma concentrations of TAG, TC, HDL, LDL, VLDL and AAI of
experimental period, F group showed 365.9% increase in HOMA and six experimental groups are presented in Table 1.
Table 1: Effect of AEMO on lipid profile and AAI in fructose fed IR and STZ induced diabetic rats.

Groups TAG TC HDL-C LDL-C VLDL-C AAI


C 82.92±0.17a 66.04±0.16a 26.98±0.17a 18.09±0.14a 16.57±0.03a 69.11±0.97a
C+MO 71.28±0.34b 58.12±0.19b 32.28±017b 15.01±0.09b 14.22±0.07b 124.94±1.03b
F 204.04±5.2c 98.46±0.24c 34.48±0.11c 27.22±0.14c 40.80±0.10c 53.90±0.49c
F+MO 81.50±0.16a 70.06±0.35d 30.94±0.12d 18.73±0.21d 16.16±0.02d 79.13±0.97d

D 185.50±1.06d 83.30±0.27e 17.74±0.11e 21.60±0.17e 37.10±0.20e 27.07±0.30c

D+MO 80.88±0.22a 68.30±0.39f 29.76±0.11f 18.59±0.14d 16.15±0.03d 77.24±0.50d

Values are mean ± S.E.M., (n=5 animals).Values with different superscripts within the row are significantly different at P < 0.05 (Duncan’s
multiple range test).
Both F and D groups showed dyslipidemia i.e., increased levels of than in D group. Administration of AEMO showed beneficial effects
plasma TAG (146.1and 123.7%), TC (49.1 and 26.1%), VLDL-C in both F + MO and D+MO groups by the restoration of TAG, TC, LDL,
(146.2 and 123.9%) and LDL-C (50.5 and 19.5%) compared to C. VLDL and AAI towards C levels. Significantly decreased levels of TAG
However, F group showed increased HDL-C (27.8%) and D group (14.0%), TC (12.0%), LDL (17.1%) and VLDL (14.2%) and
showed decreased HDL-C (34.2%) than C group. In spite of higher increasedlevels of AAI (80.8%) in C+MO group compared to C
HDL-C, F group showed significantly lower AAI (22%) than C group. indicate the beneficial effect of AEMO on age related atherogenecity
The intensity of hyperlipidemia was more pronounced in F group too.

69
Table 2 Effect of AEMO treatment on plasma glucose during OGTT in fructose fed IR and STZ diabetic rats
Plasma glucose (mg/dl)
Time↓ C C+MO F F+MO D D+MO
0 min 84.4±1.34a 82.8±1.59a 122.4±1.38b 84.8±1.24a 399.2±1.71c 104.0±1.17d
30 min 120.4±1.29a 116.0±1.58a 141.0±2.06b 120.4±1.54a 449.0±1.36c 172.0±0.90d
60 min 143.8±1.48a 138.4±0.83b 163.0±2.43c 143.2±1.48a 584.4±1.61d 248.8±1.25e
120 min 86.4±1.00a 83.8±1.59a 128.2±1.15b 87.6±1.37a 568.8±2.53c 128.2±2.04b
Values are mean ± S.E.M., (n = 5 animals).Values with different superscripts within the row are significantly different at P < 0.05
(Duncan’s multiple range test).
Effect of AEMO on OGTT In spite of polyphagia, the loss of body weight observed in D group of
rats was possible due to defect in glucose metabolism and increased
Changes in plasma glucose levels after an oral glucose load are muscle wasting due to excessive break down of tissue proteins.
shown in Table 2. Muscle wasting, negative nitrogen balance and enhanced
During OGTT the plasma glucose values of all experimental groups gluconeogenesis are characteristic features of uncontrolled
reached maximum value by 60 min after glucose challenge which diabetes32. D group showed severe hyperglycemia and
was significantly higher in F and D groups compared to C. Except in hypoinsulinemia. STZ is a diabetogenic agent and it selectively
D group, the raised plasma glucose values in remaining five groups destroys the insulin producing β- cells of pancreas by inducing
returned to their corresponding basal/ near basal levels by 120 min. necrosis . This was evident from marked depletion of plasma insulin
F and D groups showed increased Area Under Curve for glucose levels in D group which ultimately led to hyperglycemia. AEMO
(AUCglucose) compared to F+MO and D+MO respectively (Fig 5). administration resulted in elevation of plasma insulin levels with
near normal glucose levels in D+MO group. In the present study, the
elevation in plasma insulin levels in D+MO group may be due to the
70 substances present in the plant extract which stimulate insulin
C secretion or which protect the intact functional β-cells from further
60 C+MO deterioration or due to regeneration of STZ destructed β-cells. This
is probably because the pancreas contains stable (quiescent) cells
F
50 which have the capacity of regeneration33
F+MO
D Our results are in agreement with earlier reports that many
Units x 1000

40 D+MO traditional medicinal plants like Diabecon 34, Dioscorea 35, Ocimum
sanctum 26 have successfully prevented fructose induced insulin
resistance and Commophora showed antihyperglycemic activity in
30 STZ induced diabetic rats36. Earlier reports revealed the glucose
intolerance ameliorating effect of Moringa oleifera leaves in
20 spontaneously diabetic Goto Kakazaki rats 14and STZ diabetic rats15.
Several mechanisms have been suggested to explain dyslipidemia in
10 fructose fed conditions, which include enhanced hepatic lipogenesis,
over production of VLDL and impairment in their peripheral
0 catabolism37. Fructose is more lipogenic than glucose because
fructose bypasses the rate limiting step catalysed by
AUC Glucose
phosphofructokinase (PFK) and enters the glycolytic pathway,
providing carbon atoms for both the glycerol and acyl portions of
Fig 5: Effect of AEMO on AUC glucose during OGTT in fructose fed TAG. In addition, unlike glucose, which stimulates both TAG
IR and STZ induced diabetic rats production and TAG removal, fructose impairs removal of TAG
DISCUSSION creating the known dyslipedemic profile38. Several investigators
have noted that diets containing 60% fructose elevate plasma TAG
There are reports indicating that increased fructose consumption levels in hamsters and cause insulin resistance39
increases bodyweight and adiposity in Hamsters 25 and rats 26.
Hepatic metabolism of fructose favors de novo lipogenesis, and this Hypertriacylglycerolemia may be secondary in increasing the very
may be linked with both hyperlipidemia and increased body fat low density lipoprotein-triacylglycerols (VLDL-TAG) secretion rate,
stores27. Obesity is almost invariably associated with insulin since elevations in plasma triacylglycerols have been correlated with
resistance. One of the consequences of dietary fructose induced increase in this ratio40. In insulin resistance, increased efflux of NEFA
insulin resistance is impaired glucose tolerance 28. Insulin resistance from adipose tissue, and impaired insulin mediated skeletal muscle
can be attributed to molecular defects like defects in the insulin uptake of NEFA, increase hepatic NEFA concentrations41. The
binding, signal transduction, or post receptor defects. These defects increased NEFA concentrations enhance hepatic TAG synthesis and
have been widely characterized in humans with type 2 diabetes 29 as ultimately VLDL synthesis in liver, which in turn leads to
well as experimental animal IR models30. In addition, dietary hypercholesterolemia.
fructose metabolism leads to high concentration of FFA in liver, Similar to our observation in the present study, increased plasma
which in turn enhances hepatic gluconeogenesis 28. Thus plasma HDL-C was found in high fructose fed animals i.e., male Sprague–
glucose levels increase by the increased dietary fructose. Glucose, Dawley rats42, Hamsters43, and Wistar rats44. Higher plasma HDL-C
produced as a result of fructose metabolism stimulates insulin was found in rabbits fed with high cholesterol diet45. In spite of
release but the fructose induced insulin resistance prevents the higher HDL-C, F group rats showed lower AAI when compared to C
insulin from effectively metabolizing glucose, resulting in and F+MO groups. Epidemiological studies as well as studies in
hyperglycemia31. Insulin resistance also leads to compensatory animal models of atherosclerosis support the cardio protective role
hyperinsulinemia, where the body attempts to balance the reduced of HDL-C46. However, functional defects in HDL may also contribute
effect of insulin by producing and releasing. Administration of AEMO to atherosclerotic cardiovascular diseases. HDL does not prevent
prevented the increase in blood glucose level in F+MO group and oxidation of LDL as well in diabetic patients, as it does in non-
maintained normoglycemia throughout the experimental period. diabetics and HDL isolated from subjects with NIDDM exhibited a
Enhanced insulin sensitivity by AEMO administration is evident decreased capacity to induce cholesterol efflex47. Such type of
from significantly decreased HOMA values and plasma insulin levels functional defects of HDL-C may exist in fructose fed condition thus
in F+MO group compared to F group. leading to the lower AAI in F group. But administration of AEMO
Divi et al.
Asian J Pharm Clin Res, Vol 5, Issue 1, 2012, 67-72

corrected dislipidemia and improved the AAI probably by rectifying 4. Mughal MH, Ali G, Srivastava PS, Iqbal M. Improvement of
the functional defects of HDL-C. drumstic (Moringa Pterygosperma Gaertn)- a unique source
of food and medicine through tissue culture. Hamdard Med
The dyslipidemia observed in D group was characterized by higher 1999; 42:37-42.
TC, TAG, VLDL-C, LDL-C and a lowered HDL-C levels than C group, a 5 Anwar F, Bhanger MI. Analytical characterization of Moringra
pattern strongly correlating cardiovascular risk. Dyslipidemia is a oleifera seed oils grown in temperate regions of Pakistan. J
frequent complication noted in chemical induced diabetes 48. The Agric Food Chem 2003; 51: 6558-6563.
abnormally high concentrations of serum lipids in diabetes is mainly 6 Faizi S, siddiqui BS, Saleem R,Saddiqui S, Aftab K.Isolation and
due to the increase in the mobilization of free fatty acids from structure elucidation of new nitrile and mustard oil glycosides
peripheral depots, since insulin inhibits the hormone sensitive from Moringa oleifera and their effect on blood pressure. J Nat
lipase. On the other hand, glucagon, catecholamines and other Prod 1994 (a): 57: 1256-1261.
hormones enhance lipolysis. The marked hyperlipidemia that 7 Faizi S, siddiqui BS, Saleem R, Siddiqui S, Aftab K, Gilani AH.
characterizes the diabetic state may therefore be regarded as a Fully acetylated carbamate and hypotensive thiocarbamate
consequence of uninhibited action of lipolytic hormone on fat glycosides from Moringa oleifera. Phytochemistry1995;
depots. In contrast to F group, D group showed a lower HDL-C levels 38:957-963.
than all other experimental groups with a lowered AAI. Severe 8 Pari L, Karamac M, Kosinska A, Rybarezyk A amarowicz R.
hyperglycemia observed in STZ diabetic rats is favourable for Antioxidant activity of the crude extract of drumstick tree
increased non-enzymic glycation of LDL and HDL. There are reports (Moringa oleifera) and sweet Broomweed (Scoparia dulcis)
that LDL-C increases its atherogenic potential after chemical leaves. Polish Journal of Food and Nutrition Sciences 2007;
modification including glycation49. This explains the role of LDL in 57:203-208.
premature development of atherosclerosis under diabetic 9 Guevara AP, Vargas C, Sakurai H, et al. An antitumor promoter
conditions50. Atherogenic Index indicates deposition of foam cells, from Moringa oeifera Lam. Mutat Res1999; 440: 181-188.
plaque, fatty infiltration or lipids in heart, coronaries, aorta, liver and 10 Murakami A, Kitazona Y, Jiwajinda S, Koshimizu K, Ohigashi H.
kidney. The higher the atherosclerotic index the greater the risk of Niaziminin, a thiocarbamate from the leaves of Moringa
these organs to oxidative damage. The protection by the oleifera , holds a srict structural requirement for inhibition of
administration of AEMO against the atherogenecity in IR/ insulin tumor-induced Epstein-Barr virus activation. Planta Med
deficient conditions can be attributed to its hypolipidemic and 1998; 64: 319-323.
antioxidant properties. In spite of more pronounced dyslipidemia 11 Ghasi S, Nwobodo E, Ofili JO. Hypocholesterolemic effects of
observed in F group versus D group the AAI was greater in F group crude extract of leaf of Moringa oleifera Lam in high-fat diet
than D group. Thus, greater atherogenecity in D group compared to fed Wistar rats. J. Ethnopharmacol 2000; 69:21-25.
F group can also be attributed to increased oxidative insult under 12 Fakurazi S, Nanthini U, Hairuszah I. Hepatoprotective and
hyperglycemic conditions than under IR conditions. The Antioxidant action of Moringa oliefera Lam, against
antihyperlipidemic and anti atherogenic property of AEMO is Acetaminophen induced hepatotoxicity in rats. International
evident by the corrected dislipidemia and improved AAI both in Journal of Pharmacology 2008; 4 Suppl 4: 270-275.
F+MO and D+MO groups. 13 Lilibeth AC, and Glorina LP. Effects of Moringa oleifera Lam on
Moringa oleifera leaves are used in folk medicine for their lipid the reproduction of male mice. Journal of Medicinal Plants
lowering effect. Aqueous extract of M. oleifera leaves prevented Research 2010; 4 (120): 1115-1121.
atherosclerotic plaque formation in artery and also possess lipid 14 Ndong M, Uhera M, Katsumata S, Suzuku K. Effects of oral
lowering activity in rabbits, fed with high cholesterol diet 45. The administration of Moringa oleifera Lam on Glucose Tolerance
hydroalcoholic extract of M. oleifera leaves exert notable cardio in Goto- Kakizaki and Wistar rats. J Clin Biochem Nutr 2007;
protective effects on myocardial infarction and possess myocardial 40 (3):229-233.
preservative actions51. The crude extract of Moringa leaves has been 15 Jaiswal D, Kumar Rai P, Kumar A, Mehta S, Watal G. Effect of
reported to exhibit cholesterol lowering effect in high fat diet fed 11 Moringa oleifera Lam leaves aqueous extract therapy on
and iron deficient rats52 and in hyperlipedemics53. hyperglycemic rats. J. Ethnopharmacology 2009; 123(3): 392-
396.
Numerous epidemiological studies suggest that herbs/diets rich in 16 Caceres A, Cabrera O, Morales O, Mollinedo P, Mendia P.
phytochemicals and antioxidants execute a protective role in health Pharmacological properties of Moringa oleifera. Preliminary
and disease54. Flavonoids, sterols, triterpenoids, alkaloids, saponins screening for antimicrobial activity. J Ethnopharmacol 1991;
and phenolics are reported as bioactive antidiabetic principles 55,56. 33:213-216.
Flavonoids can regenerate damaged β-cells in the alloxan induced 17 Brain KR and Turner TD . The practical evaluation of Phyto
diabetic rats57. Polyphenols inhibit lipid peroxidation by acting as pharmaceuticals. Wright Scientechnica. Bristol, Britain 1975;
chain breaking peroxyl radical scavengers and can protect LDL p 56-64.
from oxidation58 and also inhibit hepatic lipid synthesis59. Thus 18 Sofowora A. Medicinal plants and traditional medicines in
AEMO with its treasure of phytochemicals exhibited a protective Africa. POPLINE Document no : 018476. John Wiley and sons
role as antidiabetic and anti hyperlipidimic , both in type 2 and type Ltd (1982). New York.
1 diabetes in experimental rats. 19 Trease GE and Evans WC (1983). Pharmacognosy 12 th Ed.
Bailer Tindall, London
CONCLUSION
20 Harborne JB. Phytochemical methods: A guide to modern
The present study reveals that AEMO has some obvious therapeutic techniques of plant analysis.Chapman and Hall. London 1976;
implications against insulin resistance, impaired glucose tolerance, 99-100,109-110, 144-147, 185-188.
hyperglycemia, atherogenic lipoprotein profile and their prevention 21 Friedewald WT, Levy RI, Fredrickson DS. Estimation of the
both in IR and type 1 diabetic animal models. AEMO with its concentration of low-density lipoprotein cholesterol in plasma
multiple beneficiary properties would seem useful as an adjuvant without use of the preparative ultracentrifuge. Clin Chem
for the prevention and/or management of diabetes. 1972; 18: 499-502
22 Guido S, Joseph J. Effect of chemically different calcium
REFERENCES antagonists on lipid profile in rats fed on a high fat diet. Indian
Journal of Experimental Biology 1992; 30: 292-294.
1. WHO, WHO Expert Committee on Diabetes Mellitus. Second
23 Pickavance LC, Tadayyon M, Widdowson PS, Buckingham RE,
Report Geneva. World Health Org 2000.
Wilding JP. Therapeutic index for rosiglitazone in dietary
2. Valiathan MS. Healing plants. Current science 1998; 75: 112-
obese rats. Separation of efficacy and haemodiluation. Br J
26.
Pharmacol 1999; 128: 1570-76.
3. Nadkarni AK. Indian Materia Medica. Vol 1 Popular
24 Duncan DB. Multiple range and multiple tests, Biometrics
Prakashan: Bombay, 810-816.
1955; 42:1-42.

71
Divi et al.
Asian J Pharm Clin Res, Vol 5, Issue 1, 2012, 67-72

25 Kasim Karakas SE, Vriend H, Almario R, Chow LC, Goodman 46 Turner RC, Millins H, Neil HA, Stratton IM, Manley SE,
MN. Effects of dietary carbohydrates on glucose and lipid Matthews DR, Holman RR. Risk factors for coronary artery
metabolism in golden Syrian hamsters. J Lab Ciln Med 1996; disease in non insulin dependant diabetes mellitus;United
128:208-213. Kingdom prospective Diabetes Study(UKPDS:23) . Br Med J
26 Reddy SS, Karuna R, Saralakumari D.Prevention of insulin 1998; 316:823-828.
resistance by ingesting aqueous extract of Ocimum sanctum to 47 Gowri MS, Van der Westhuyzen DR, Bridges SR, Anderson JW.
fructose fed rats. Horm Metab Res 2008; 40: 44-49 Decreased protection by HDL from poorly controlled type 2
27 Kok N, Robertroid M, Deizenne N. Dietary oligo fructose diabetic subjects against LDL oxidation may be due to the
modifies the impact of fructose on hepatic triacylglycerol abnormal composition of HDL. ArteriosclerThromb Vasc Biol
metabolism. Metabolism 1996; 45: 1547-50. 1999; 19:2226-2233
28 Elliott SS, Keim NL, Stem JS, Teff K, Havel PJ. Fructose, weight 48 Umesh Yadav CS, Moorthy K, Najma ZB. Combined treatment
gain, and the insulin resistance syndrome. Am J Clin Nutr of sodium orthovanadate and Momordica charantia fruit
2002; 76: 911-22. extract prevents alteration in lipid profile and lipogenic
29 Shulman GL. Cellular machanisms of insulin resistance in enzymes in alloxan diabetic rats. Molecular and cellular
humans. Am J Cardiol 1999; 84 (suppl 1A): 3J-10J. Biochemistry 2005; 268:111-120.
30 Kim JK, Gavrilova O, chen Y,reitman ML,Shulman GI. 49 Numano F, Tanaka A, Makita T, Kishi Y. Glycated lipoprotein
Mechanism of insulin resistance in A-ZIP/F-1 fatless mice, J and atherosclerosis. Ann NY Acad Sci 1997; 811: 100-114.
Biol Chem 2000; 275:8456-8460. 50 Retsky KL, Chen K, Zeind J, Frei B. Inhibition of copper induced
31 Bezerra RMN, Ueno M, Silva MS, Tavares DQ, Carvalho CRO, LDL oxidation by vitamin C is associated with decreased
Saad MJA.A high fructose diet affects the early steps of insulin copper binding to LDL and 2-oxo-histidine formation. Free
action in muscle and liver of rats. J Nutr 2000; 130: 1531-35. Radic Biol Med 1999; 26: 90-8.
32 Chatterje MN, Shinde R. Text book of medical biochemistry 4 nd 51 Nandave M, Ojha SK, Joshi S, kumara S and Arya DVS. Moringa
edition. Jaypee Brothers medical publishers, New Delhi, 2000. oleifera leaf extract prevents Isoproterenol- Induced
33 Cano DA, Rulifson IC, Heiser PW, Swigart LB, Pelengaris S, myocardial Damage in Rats: Evidence for an Antioxidant,
German M, Evan GI, Bluestone JA, Hebrok M. Regulated β-cell Antoperoxidative, and Cardiopretective Intervention. Journal
regeneration in the adult mouse pancreas. Diabetes 2008; 57: of Medicinal Food 2009; 12(1):47-55.
958-66. 52 Ndong M, Uhera M, Katsumata S, Sato S, Suzuki K. Preventive
34 Yadav H, Jain S, Prasad GBKS, Yadav M. Preventive effect of effects of Moringa oleifera (Lam) on hyperlipidemia and
Diabecon, a polyherbal preparation during progression of hepatocyte ultrastuctural changes in iron deficient rats. Biosci
diabetes induced by high fructose feeding in rats. J Pharmacol Biotechnol Biochem 2007; 71(8): 1826-1833.
Sci 2007; 105: 12-21. 53 Nambiar V.S, Guin P, Parnami S, Daniel M. Impact of
35 Hsu JH, Wu YC, Liu IM, Cheng JT. Diascorea as the principal antioxidants from drumstick leaves on the lipid profile of
herb of Die-Huang-Wan, a widely used herbal mixture in China hyperlipidemics . Journal of Herbal Medicine and Toxicology
for improvement of insulin resistance in fructose rich chow- 2010; 4(1) 165-172.
fed rats. J Ethnopharmacol 2007; 112(3): 577-84. 54 Vinson J, Su X, Zubik L, Bose P. Phenol antioxidant quantity
36 Ramesh B, Karuna R, Reddy SS, Ramesh K, Ramatholisamma P, and quality in foods,fruit. J Agric and food Chem 2001; 49(11):
Appa Rao CH, Saralakumari D. Antihyperglycemic and 5315-5321.
antioxidant activities of alcoholic extract of Commiphora 55 Ivorra MD, Paya M, Villar A. A review of natural products and
mukul gum resin in Streptozotocin induced diabetic rats. plants as Potent antidiabetic drugs. J Ethno pharmacol 1989;
Pathophysiology 2011; 18:255-261. 27(3): 243-275.
37 Busserolles J, Gueux E, Rock E, Mazur A, Rayssiguier Y. 56 Tiwari AK, Madhusudana RJ. Diabetes mellitus and multiple
Substituting honey for refined carbohydrates protects rats therapeutic approaches of Phytochemicals: present status and
from hypertriglyceridemic and prooxidative effects of future prospects. Current science 2002; 83:30-38.
fructose. J Nutr 2002; 132: 3379-82. 57 Chakravarthy BK, Gupta S, Gambir SS, Gode KD. Pancreatic
38 Kazumi T, Odaka H, Hozumi T, Ishida Y, Amano N, Yoshino G. beta cell regeneration. A novel antidiabetic mechanism of
Effects of dietary fructose or glucose on triglyceride Pterocarpus marsupium Roxb. Ind J Pharmacol 1980; 12: 123-
production and lipogenic enzyme activities in the liver of 27.
Wistar fatty rats, an animal model of NIDDM. Endocr J 1997; 58 O Byme DJ, Devaraj S, Grundy SM, Jialal L. Comparison of
44: 239-45. antioxidant effects of Concord grape juice flavanoids and α-
39 Remillard P, Shen G, Milne R, Maheux P. Induction of tocopherol on markers of oxidative stress in healthy Adults.
cholesterol ester transfer protein in adipose tissue and plasma American Journal of Clinical Nutrition 2002; 76: 1367-1374.
of the fructose fed hamster . Life Sci 2001; 69: 677- 687. 59 Theriault AG, Wang Q, Van Iderstine SC, Chen B, Franke AA,
40 Zavaroni I, Chen YDI, Reaven GM. Studies of the mechanism of Adeli K. Modulation of hepatic lipoprotein synthesis and
fructose-induced hypertriglyceridemia in the rat. Metabolism secretion by taxifolin, a plant flavanoid. Journal of Lipid
1982; 311: 1077-83. Research 2000; 41: 1969-1979.
41 Ginsberg HN, Huang LS. The insulin resistance syndrome:
impact on lipoprotein metabolism and atherothrombosis. J
Cardiovasc Risk 2000; 7: 325-331.
42 Benadoa M, Alcantaraa C, DeLa Rosa R, Ambrosea M, Mosiera
K, Kerna M Effects Of various levels of dietary fructose on
blood lipids of rats. Nutrition Research 2004; 24(7): 565-571.
43 Limin W, Jhu Y, Rosemary L, Waisem. High carbohydrate diets
affect the size and composition of plasma lipoproteins in
hamsters (Mesocricetus auratus) Comparative Medicine 2008;
58 (2): 151-160.
44 Mooradian Ad, Wong NC, Shah GN . Apolipoprotein AІ
expression in young and aged rats is modulated by dietary
carbohydrates. Metabolism 1997; 46:1132-1136.
45 Pilaipark C, Panya K, Yupin S, Srichan P, Noppowan PM,
Laddawal PN,Piyani R, Supath S, Klai USP. The in vitro and ex
vivo antioxidant properties, hypolipidimic and
antiatherosclerotic activities of water extract of Moringa
oliefera Lam. Leaves. Journal of Ethnopharmacology 2008;
116:439-446.

72
PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN 1693-3591

UJI AKTIVITAS ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA FRAKSI ETIL ASETAT


EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL
DAN LDL KOLESTEROL PADA HAMSTER HIPERKOLESTEROLEMIA

HYPERCHOLESTEROLEMIC ACTIVITY OF ETHYL ACETATE FRACTION OF Moringa oleifera


Lam.) LEAVES EXTRACT TO TOTAL AND LOW DENSITY CHOLESTEROL ON
HYPERCHOLESTEROLEMIC HAMSTER

Dwitiyanti, Hadi Sunaryo, Ika Resty Kania

Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA,


Jl. Delima II/IV, Klender Jakarta Timur 13460
Email: dwiti.farmasi@gmail.com (Dwitiyanti)

ABSTRAK

Daun kelor merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai penurun kadar
kolesterol. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan pengaruh pemberian fraksi etil
asetat ekstrak daun kelor terhadap penurunan kadar kolesterol total dan LDL darah pada
hamster hiperkolesterolemia. Penelitian ini menggunakan hamster Syrian jantan yang
dibagi dalam 6 kelompok perlakuan, masing-masing terdiri 4 hamster: kelompok I
(kontrol normal), kelompok II (kontrol positif) yang diberi atorvastatin, kelompok III
(kontrol negatif), kelompok IV, V, dan VI (kelompok uji) diberi fraksi etil asetat daun
kelor dengan dosis 1,186 mg/kg BB; 3,722 mg/kg BB; dan 7,444 mg/kg BB. Induksi pakan
tinggi kolesterol dengan kuning telur 10% dan pakan standar 90% diberikan selama 28
hari. Uji ANOVA satu arah (p<0,05) menunjukkan adanya pengaruh perlakuan. Uji LSD
kolesterol total dan LDL menunjukkan kelompok VI dosis 7,444 mg/kg BB memberikan
efek yang sama dengan kontrol positif yaitu atorvastatin dosis 5,2 mg/kg BB, sehingga
disimpulkan dosis tersebut dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL.

Kata kunci: fraksi etil asetat daun kelor, hiperkolesterolemia.

ABSTRACT

Moringa is a plant that is often used to lowering cholesterol. The purpose of this study is
to prove the treatment of ethyl acetate fraction of Moringa leaves extract to decrease
total cholesterol and LDL blood in hypercholesterolemic hamsters. This study uses male
Syrian hamsters divided into 6 treatment groups, each comprising 4 hamsters: group I
(normal control), group II (positive control) were given atorvastatin, group III (negative
control), group IV, V and VI (test group) were given ethyl acetate fraction of Moringa
leaves extract at dose of 1.186 mg/kg BW, 3.722 mg/kg BW, and 7.444 mg/kg BW. The
induction of high cholesterol feed with 10% egg yolk and 90% standard feed was given
for 28 days. One-way ANOVA test (p <0.05) showed a treatment effect. LSD test showed

153
PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN 1693-3591

total and LDL cholesterol of group VI at dose of 7.444 mg/kgBW gives the same effect as
positive control (atorvastatin at dose of 5.2 mg/kg BW), so it is concluded that this
dosage can reduce total cholesterol and LDL.

Key words hypercholesterolemia, kelor leaves ethyl acetate fraction.

154
PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN 1693-3591

Pendahuluan Abnormalitas dari lemak plasma


Penyakit jantung koroner merupakan predisposisi timbulnya
merupakan salah satu penyakit penyakit jantung koroner (Priyanto,
aterosklerosis yang terutama disebabkan 2009).
oleh dislipidemia, suatu kelainan Untuk menanggulangi
metabolisme lipid. Berdasarkan data meningkatnya kadar kolesterol dalam
organisasi kesehatan dunia WHO (2011) darah, upaya pertama yang dilakukan
bahwa Penyakit Jantung Koroner (PJK) yaitu diet makanan rendah lemak,
merupakan penyebab kematian nomor mempertahankan berat badan ideal,
satu di dunia dan 60% dari seluruh olahraga secara teratur, namun bila
peyebab kematian penyakit jantung usaha itu gagal perlu dipertimbangkan
adalah penyakit jantung iskemik dan untuk memulai penggunaan obat
sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan hipolipidemik. Secara ekonomi obat
30% kematian di seluruh dunia hipolipidemik umumnya mahal, terlebih
disebabkan oleh penyakit jantung (WHO lagi bila obat tersebut harus digunakan
2011). Menurut Riskerdas tahun 2007, dalam jangka waktu lama.
prevalensi hiperkolesterol di Indonesia Pengobatan kolesterol dapat
pada usia 40-60 tahun sebesar 74% dilakukan dengan penggunaan obat
(Hatma, 2012). tradisional. Kekayaan tumbuhan obat
Kolesterol merupakan salah satu yang tersedia mendukung pemanfaatan
lipid plasma, dua sumber utama pengobatan tradisional. Obat tradisional
kolesterol dalam darah diperoleh dari Indonesia merupakan warisan budaya
makanan (eksogen) dan dari sintesis yang telah menjadi bagian integral dari
lemak di hati (endogen) (Price dan kehidupan bangsa Indonesia. Salah satu
Wilson, 2006). Hiperkolesterolemia penggunaan obat tradisional itu adalah
didefinisikan sebagai tingginya kadar penggunaan daun kelor (Moringa
kolesterol dalam darah yang melebihi oleifera Lam.).
nilai normal. Hiperkolesterolemia terjadi Kelor (merupakan salah satu
karena adanya gangguan metabolisme tanaman yang telah dimanfaatkan
lemak yang dapat mengakibatkan masyarakat dalam pengobatan
terjadinya peningkatan kadar lemak tradisional. Senyawa yang terkandung
dalam darah (Katzung, 2002). dalam daun kelor adalah saponin dan

155
PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN 1693-3591

polifenol, di samping itu kulit batangnya Metode Penelitian


mengandung alkaloida dan daunnya Alat
mengandung minyak atsiri. Selain itu Alat yang digunakan adalah
juga berkhasiat sebagai obat sesak nafas kandang, wadah tempat ransum, wadah
dan beri-beri (Depkes RI., 2001). makan dan minum, botol timbang, oven,
Kandungan dari daun kelor yang hot plate, blender, timbangan analitik,
memiliki peran penting dalam aksi spuit disposible, corong pisah, pipet
antioksidan yaitu flavonoid (Rajanandh mikro, gelas ukur, mikrotube, vortex
et al., 2012). mixer (vm-300), mikrocentrifuge,
Penelitian tentang aktivitas fotometer klinikal (VARTA 506), sonde,
tanaman kelor sudah pernah dilakukan timbangan berat badan hamster, pipa
sebelumnya, yaitu ekstrak daun kelor kapiler, gelas beker, dan peralatan lain
pada dosis 75 mg/kg BB dapat yang lazim digunakan dalam
menurunkan kadar kolesterol total darah laboratorium.
tikus normal sebesar 47,5% (Muniandy, Bahan
2013). Untuk mengetahui pengaruh Daun kelor, etanol 70%, etil
aktivitas kandungan daun kelor yang asetat, NaOH 0,5 N, pereaksi Mayer,
lebih efektif, maka penelitian dilakukan pereaksi Dragendorf, pereaksi
ke tahap fraksinasi. Fraksinasi bertujuan Bouchardat, asam asetat anhidrat, asam
untuk memisahkan senyawa-senyawa sulfat, asam klorida, FeCl3, n-heksana, Na
berdasarkan tingkat kepolaran. Pada CMC, reagen kit kolesterol FS, reagen kit
penelitian ini fraksinasi dilakukan LDL FS, dan akuades.
menggunakan pelarut semi polar yaitu Jalannya Penelitian
etil asetat. Tujuan fraksi etil asetat 1. Pembuatan fraksi etil asetat daun
kelor
adalah untuk menarik senyawa aktif
Ekstrak etanol 70% daun kelor
yang bersifat semi polar yaitu flavonoid
difraksinasi dengan menggunakan
sebagai antioksidan dan mempunyai
pelarut n-heksana dengan
efek terhadap penurunan kadar
perbandingan 1:1. Pengocokan
kolesterol total dan LDL kolesterol
dilakukan selama 15 menit, setelah
hamster hiperkolesterolemia.
itu didiamkan hingga terbentuk 2
lapisan etanol dan lapisan n-heksana

156
PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN 1693-3591

(lapisan atas fraksi n-heksana, lapisan = 3,722 mg/kg BB, (3) Dosis III = 7,444
bawah residu etanol). Proses mg/kg BB.
fraksinasi tersebut dilakukan kembali 3. Dosis atorvastatin
pada fase etanol dengan etil asetat. Sebagai bahan pembanding
Dari hasil tersebut akan didapat 2 digunakan atorvastatin. Dosis lazim
lapisan yaitu fraksi etanol dan fraksi atorvastatin pada manusia adalah 10-
etil asetat. Fraksinasi ini bertujuan 80 mg/hari (Martindale, 2002). Dosis
untuk menarik komponen kimia yang untuk hamster harus dikonversikan
terdapat pada ekstrak etanol berdasarkan tabel konversi Paget dan
berdasarkan perbedaan polaritas. Barners yaitu 0,468 mg/90 g BB.
Hasil fraksi etil asetat kemudian 4. Persiapan hewan uji
dipekatkan dengan vacuum rotary Hewan uji menggunakan
evaporator hingga diperoleh fraksi hamster Syrian jantan (Mesocricetus
kental. Fraksi kental kemudian auratus), usia 3-4 bulan, dan bobot
dikeringkan dengan oven pada suhu badan ±90 g. Penelitian ini
50 oC. menggunakan 6 kelompok hewan uji
2. Dosis daun kelor dengan masing-masing kelompok
Berdasarkan penelitian terdiri atas 4 hewan, dengan total 24
sebelumnya, dosis efektif ekstrak hewan uji. Hewan uji diaklimatisasi
etanol 95% daun kelor adalah 75 selama 14 hari untuk
mg/kg BB dapat berkhasiat sebagai mengadaptasikan hewan pada
antihiperlipidemia yang efektif lingkungan yang baru dengan diberi
terutama untuk menurunkan kadar minum dan pakan standar.
kolesterol total sebesar 47,5% pada 5. Pembuatan pakan tinggi kolesterol
tikus wistar jantan, maka dibuat Hasil orientasi pakan tinggi
variasi dosis fraksi etil asetat daun kolesterol dibuat dengan
kelor sebagai uji aktivitas penurunan menggunakan kuning telur ayam
kadar kolesterol darah. Untuk mentah. Pembuatan pakan tinggi
mengetahui dosis efektif dalam kolesterol 200 g/hari, ditimbang
menurunkan kadar kolesterol, dibuat kuning telur sebanyak 20 g,
tiga dosis yang berbeda yaitu: (1) dimasukkan ke dalam wadah
Dosis I = 1,186 mg/kg BB, (2) Dosis II kemudian dicampur dengan pakan

157
PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN 1693-3591

standar yang telah dihaluskan Kelompok VI: hamster


sebanyak 180 g, ditambahkan ±5 mL hiperkolesterolemia diberi pakan
air kemudian dibentuk seperti pelet. standar dan fraksi daun kelor dosis
6. Perlakuan hewan uji tinggi 7,444 mg/kg BB. Pada hari ke-
Semua hamster diaklimatisasi 29 dan hari ke-44 dilakukan
dan kelompok II sampai VI dibuat pengambilan darah. Sebelum
hiperkolesterolemia dengan pengambilan darah hamster
pemberian pakan tinggi kolesterol dipuasakan terlebih dahulu selama
selama 28 hari. Pada hari ke-29 ±16 jam, kemudian dilakukan
hamster diberi perlakuan sesuai pengukuran kadar kolesterol total
dengan pembagian kelompok masing- dan LDL. Pengambilan darah
masing selama 14 hari. dilakukan pada bagian mata hamster.
Semua hamster dibagi menjadi 6 7. Pengambilan dan pemeriksaan serum
darah hewan uji
kelompok masing-masing 4 ekor
Darah hamster diambil dengan
hamster, dengan pembagian
cara hamster dibius dengan ketamin
kelompok sebagai berikut: (1)
hingga tidak sadarkan diri, ditusuk
Kelompok I: hanya mendapat
bagian sudut mata hamster dengan
makanan standar (kontrol normal) (2)
pipa kapiler, kemudian diputar pipa
Kelompok II: hamster
kapiler hingga darah mengalir. Darah
hiperkolesterolemia diberi pakan
ditampung pada tabung mikrotube,
standar dan sediaan pembanding
kemudian darah diambil kira-kira 1,5
(kontrol positif) (3) Kelompok III :
mL, kemudian disentrifugasi pada
hamster hiperkolesterolemia diberi
putaran 4000 rpm selama 15 menit
pakan standar (kontrol negatif) (4)
agar diperoleh serum. Serum
Kelompok IV: hamster
disimpan dalam lemari es (Vogel,
hiperkolesterolemia diberi pakan
2008).
standar dan fraksi daun kelor dosis
8. Pengukuran kadar LDL dan kolesterol
rendah 1,1856 mg/kg BB (5)
total
Kelompok V: hamster Pengukuran kolesterol total
hiperkolesterolemia diberi pakan dilakukan dengan mengambil serum
standar dan fraksi daun kelor dosis sebanyak 10 µL, kemudian dicampur
sedang 3,7222 mg/kg BB (6) reagen enzim (kit) sebanyak 1000 µL,

158
PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN 1693-3591

kemudian dicampur dengan diperoleh dianalisis dengan


menggunakan alat vorteks dan menggunakan statistik. Analisa data
diinkubasi selama 10 menit pada ditentukan terlebih dahulu
0
suhu 25 C, kemudian dibaca dengan homogenitas datanya (Test of
fotometer klinikal. Homogeneity of Variance) dan
Pengukuran kadar LDL dilakukan normalitas data (Kolmogorov-Smirnov
dengan mengambil serum 100 µL, Test) dan dilanjutkan dengan uji
dimasukkan ke dalam mikrotube, ANOVA satu arah dengan taraf
ditambah 1000 µL reagen pengendap signifikansi 95% (α=0,05) untuk
LDL, kemudian dicampur dengan mengetahui adanya pengaruh
menggunakan alat vorteks. Kemudian perlakuan. Dilanjutkan dengan uji LSD
larutan diinkubasi selama 10 menit untuk mengetahui perbedaan
o
dengan temperatur 25 C, bermakna antar kelompok (Nawari,
disentrifugasi selama 15 menit, 2010).
selanjutnya didiamkan selama 1 jam.
Setelah itu diambil supernatan Hasil dan Pembahasan
sebanyak 100 µL dimasukkan ke Tanaman kelor merupakan
dalam mikrotube, kemudian tanaman yang termasuk keluarga
dicampur dengan 1000 µL reagen Moringaceae dan banyak terdapat di
enzim (kit). Campuran Indonesia. Secara empiris daun kelor
dihomogenkan, diinkubasi selama 10 memiliki khasiat sebagai obat sesak
menit pada suhu 25 0C. Kadar LDL nafas, beri-beri, mengurangi rasa nyeri
kolesterol diukur dengan fotometer (analgetik), dan obat rematik (Depkes RI,
klinikal. 1989; Depkes RI, 2001).
9. Analisis data Daun kelor yang digunakan pada
Data yang diperoleh berupa penelitian ini diperoleh dari perkebunan
kadar kolesterol total dan LDL awal di daerah Bogor dan dideterminasi di
setelah 28 hari pemberian pakan Herbarium Bogoriense, LIPI Bogor. Hal ini
aterogenik dan akhir setelah 14 hari dimaksudkan agar tidak terjadi
pemberian fraksi yang dihitung kesalahan terhadap tanaman yang akan
presentase penurunannya. Data digunakan untuk penelitian. Hasil
presentase penurunan kadar yang determinasi menunjukkan bahwa adalah

159
PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN 1693-3591

benar daun kelor yang digunakan adalah Setelah 28 hari diinduksi


jenis Moringa oleifera Lam. dari suku hiperkolesterol, hewan uji diberi fraksi
Moringaceae. Kandungan daun kelor uji selama 14 hari. Pada tahap ini,
yang memiliki peran penting dalam kontrol normal dan negatif hanya
antioksidan yaitu flavonoid yang dapat diberikan pakan standar. Kelompok uji
menurunkan kadar kolesterol total dan diberikan fraksi etil asetat daun kelor
LDL kolesterol (Rajanandh et al., 2012). yaitu Dosis I, Dosis II, dan Dosis III.
Tahap-tahap yang dilakukan Kontrol positif diberikan obat
pada penelitian ini yaitu fraksinasi dan pembanding yaitu atorvastatin.
penurunan kadar kolesterol darah Pengambilan darah dilakukan
melalui pengukuran uji kolesterol total setelah hewan uji diinduksi
dan LDL kolesterol. Penelitian ini hiperkolesterol 28 hari dan setelah
menggunakan 24 hewan uji hamster perlakuan selama 14 hari. Dari data
Syrian jantan, dengan umur dan kondisi pengambilan darah awal dan akhir yang
lingkungan yang sama untuk diperoleh kemudian dibuat persentase
menghindari perbedaan aktivitas delta kadar kolesterol total dan LDL.
biologis. Perlakuan dibagi menjadi 6 Data yang diperoleh kemudian dihitung
kelompok perlakuan. Untuk nilai presentase penurunan kadar
meningkatkan kadar kolesterol, hamster kolesterol total dan LDL (Gambar 1 dan
diberi induksi hiperkolesterol selama 28 2).
hari.

Gambar 1. Rata-rata persentase penurunan kadar kolesterol total.

160
PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN 1693-3591

Berdasarkan grafik batang rata- sudah diperoleh kemudian dimasukkan


rata persentasi penurunan kadar dalam uji statistik, kemudian data diuji
kolesterol total dan LDL kolesterol dapat normalitas dan homogenitasnya,
dilihat bahwa dosis III menunjukkan rata- dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah
rata persen penurunan terbesar pada dengan taraf signifikansi 95% (α= 0,05)
kolesterol total sebesar 69,46% dan LDL untuk mengetahui adanya pengaruh
kolesterol sebesar 63,29%. Data yang perlakuan.

Gambar 2. Rata-rata persentase penurunan kadar LDL.

Data kemudian dilanjutkan tidak sebesar penurunan kadar


dengan uji LSD untuk melihat perbedaan kolesterol total pada dosis III (7,444
tiap kelompok, hasil menunjukkan mg/kg BB) yaitu 69,46%. Data uji statistik
bahwa dosis III berbeda bermakna menunjukkan bahwa kelompok kontrol
dengan kelompok kontrol negatif, dosis positif dengan kelompok dosis III tidak
I, dan dosis II, tetapi tidak berbeda berbeda bermakna, sehingga dosis III
bermakna dengan kontrol positif. Dosis I merupakan dosis yang mampu
berbeda bermakna dengan kontrol menurunkan kadar kolesterol total
positif, kontrol negatif, dosis III. Hal ini sebanding dengan kontrol positif.
menunjukkan bahwa pemberian fraksi Hasil uji LSD untuk persen
etil asetat daun kelor pada dosis I (1,186 penurunan kadar LDL menunjukkan
mg/kg BB) sudah mampu menurunkan bahwa dosis III berbeda bermakna
kadar kolesterol total dengan presentase dengan kontrol negatif, dosis I, dan dosis
penurunan sebesar 47,46%, walaupun II, tetapi tidak berbeda bermakna pada

161
PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN 1693-3591

kontrol positif. Dosis I berbeda Sains, UHAMKA atas sarana yang


bermakna dengan kontrol positif, kontrol diberikan dalam melakukan penelitian
negatif, dan dosis III, tetapi tidak ini, serta kepada seluruh staf dan dosen
berbeda bermakna dengan dosis II, UHAMKA yang banyak membantu
sehingga hal ini menunjukkan bahwa sehingga terselesaikannya penelitian ini.
dosis III (7,444 mg/kg BB) memberikan
efek yang sama dengan kontrol positif Daftar Pustaka
yang diberikan obat pembanding Departemen Kesehatan RI. 1989.
Materia medika Indonesia. Jilid
atorvastatin. Dengan demikian dosis III
V. Jakarta: Badan Pengawas
adalah dosis yang mampu menurunkan Obat dan Makanan. pp. 348,
351.
kadar LDL dibandingkan dengan dosis
lainnya yaitu dengan presentase Departemen Kesehatan RI. 2001.
Inventaris tanaman obat
penurunan sebesar 63,29%.
Indonesia I. Jilid II. Jakarta:
Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial RI. pp. 231-
Kesimpulan
232.
Berdasarkan hasil penelitian
Hatma, R.D. 2012. Sosial determinan dan
yang telah dilakukan dapat disimpulkan
faktor risiko kardiovaskuler
bahwa pemberian fraksi etil asetat daun (analisa data sekunder Riskesda
2007). Buletin Jendela Data &
kelor pada kelompok dosis III (7,444
Informasi Kesehatan, 2(2):15-21.
mg/kg BB) merupakan dosis yang
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi dasar
mampu menurunkan kadar kolesterol
dan klinik. Edisi VIII. Jakarta:
total dan LDL kolesterol sebanding EGC.
dengan kelompok positif, dengan
Martindale. 2002. Martindale’s the
persentase penurunan kolesterol total complete drugs reference. 33rd
edition. London: Pharmaceutical
dan LDL masing-masing sebesar 69,46%
Press. pp. 842-843.
dan 63,29%.
Muniandy, L.A.P. 2013. Efek
antihiperlipidemia dari ekstrak
Ucapan Terima Kasih etanol daun Moringa oleifera
Lamk. pada tikus wistar jantan.
Peneliti mengucapkan
Skripsi. Fakultas Farmasi ITB.
terimakasih kepada penanggung jawab
Nawari. 2010. Analisa statistika dengan
Laboratorium Farmakologi, Fitokimia,
MS Excel 2007 dan SPSS 17.
dan Patologi Klinik, Fakultas Farmasi dan

162
PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN 1693-3591

Jakarta: Elex Media Komputindo. Moringa oleifera Lam. a herbal


pp. 167-187. medicine for hyperlipidemia: a
pre-clinical report. Asian Pacific
Price, S.A. dan Wilson, L.M. 2006. Journal of Tropical Disease,
Patofisiologi konsep proses- 2:S790-S795.
proses penyakit. Edisi VI. Jakarta:
EGC pp. 580. Vogel, H.G. 2008. Drug discovery and
evaluation pharmacological.
Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan USA: Springer.
terminologi medis. Jakarta:
Leskonfi. pp. 195. World Health Organization. 2011. World
Health Statistics. Geneva: WHO.
Rajanandh, M.G., Satishkumar, M.N.,
Elango, K., dan Suresh, B. 2012.

163
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (MORINGA
OLEIFERA L) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL
DARAH PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) JANTAN
Mukhriani, Nurlina, Andi Nilan Pratiwi, Afrisusnawati Rauf
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

ABSTRACT

Test of efficacy studies have been conducted leaf extract (Moringa oleifera L)
to decrease blood cholesterol levels in mice (Mus musculus) males. This study aims to
determine the effectiveness of moringa leaf extract on reducing cholesterol in mice. In this
study using 15 male mice were divided into 5 groups. Before being given treatment, mice
were first fasted for 8 hours and then measured cholesterol levels initially. After that induced
propylthiouracil every day on each mouse to raise the cholesterol levels of mice for 14 days.
Furthermore, given the different treatments in each group for 14 days and total cholesterol
levels were measured on day 28th Group I was given NaCMC 1% w / v as a negative
control and the obtained yield was 150 mg / dL, 183 mg / dL and 254 mg / dl, group II was
given a suspension Simvastatin as a positive control and the results obtained 136 mg /
dL, 155 mg / dL, and 164 mg / dL, a group III, IV, and V are given extracts of leaves
(Moringa oleifera L) with three variations of the dose 50 mg / g, 100 mg / g, 200 mg / g and
the results obtained successively by 127 mg / dL, 135 mg / dL, 152 mg / dL, 170 mg / dL,
176 mg / dL, 188 mg / dL, 156 mg / dL, 137 mg / dL, 175 mg / dL. The results showed that
the leaf extract of Moringa can lower total cholesterol levels of mice at a dose of 200 mg / g,
but not as effective as simvastatin.

Keywords : Cholesterol, extract, Mice, Moringa leaf

PENDAHULUAN
Kolesterol juga dibuat oleh tubuh jantung koroner dan penyakit pembuluh
sendiri (hati) karena memang diperlukan darah yang lain. Penelitian Framingham
untuk membentuk otak, membangun sel- mendapatkan bahwa bila kadar kolesterol
sel, serta memproduksi empedu dan darah meningkat dari 150 mg menjadi 260
memproduksi hormon-hormon. Artinya, mg, maka resiko untuk penyakit jantung
tubuh sebenarnya memerlukan kolesterol meningkat 3 kali lipat (Dwi
dalam jumlah tertentu. Kolesterol yang Utaraningsih,2007:1).
berlebihan akan menyebabkan gumpalan Salah satu obat tradisional yang
dalam saluran pembuluh darah. digunakan untuk menurunkan kadar
Akibatnya, aliran darah terganggu, dan kolesterol darah adalah daun kelor
jika gangguan tersebut mengenai organ- (Moringa oleifera Lam). Berbagai
organ vital, seperti jantung. penelitian yang dilakukan menunjukkan
Hiperkolesterolemia dapat meningkatkan bahwa daun kelor (Moringa oleifera Lam)
resiko terjadinya obesitas, aterosklerosis, telah digunakan oleh orang Indian

JF FIK UINAM Vol.2 No.3 2015 115


sebagai agen hypocholesterolaemic pada Ditimbang sampel sebanyak 300
pasien obesitas. Mereka menguji ekstrak gram dimasukkan dalam wadah maserasi,
kasar daun Moringa oleifera dan ditambahkan etanol 70% hingga
menunjukkan bahwa memiliki terendam. Wadah maserasi ditutup dan
aktivitas hypocholesterolaemic (Sachan dibiarkan selama 24 jam sambil diaduk
2011:1). sekali-kali dan terlindung dari sinar
Berdasarkan latar belakang diatas, matahari langsung, Dipisahkan ampas
maka dilakukan penelitian yang berjudul dan filtratnya. Ampas di maserasi kembali
“Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kelor dengan menggunakan cairan penyari
(Moringa Oleifera L) Terhadap etanol yang baru. Hal ini dilakukan
Penurunan Kadar Kolesterol Darah Pada selama 3 x 24 jam. Filtrat yang diperoleh
Mencit (Mus Musculus) Jantan” untuk kemudian dirotavapor dan diuapkan
mengetahui penurunan kadar kolesterol hingga diperoleh ekstrak etanol kental.
darah pada mencit dengan menggunakan Ekstrak yang diperoleh ditimbang dengan
ekstrak daun kelor dibandingkan dengan menggunakan neraca analitik.
simvastatin pada mencit jantan. Pembuatan suspensi NaCMC 1%
Sedangkan tujuan dari penelitian ini Ditimbang serbuk Na-CMC sebanyak 1
adalah untuk memperoleh data ilmiah dan g, dilarutkan dalam air panas 100 ml
khasiat dari ekstrak daun kelor. kemudian dihomogenkan.
Penyiapan suspensi ekstrak daun
METODE PENELITIAN kelor.
Alat yang digunakan antara lain, Ditimbang ekstrak 5,2 mg, 10,4 mg
cawan porselin,labu tentukur (pyrex), dan 20,8 mg kemudian masing-masing
gelas erlenmeyer (pyrex), kanula, toples, dicukupkan volumenya dengan 10 ml
aluminium foil, alat pengukur kolesterol / NaCMC 1%
multi check (Nesco®), maserator, oven Pembuatan Suspensi Simvastatin
(Memmert®), rotavapor (IKA® RV 10 Ditentukan bobot tablet simvastatin
basic), timbangan analitik, dan timbangan sebanyak 20 tablet. Tablet ditimbang satu
hewan. persatu, dihitung bobot rata-rata tablet,
Bahan yang digunakan antara lain dimasukkan ke dalam lumpang dan
aquadest, ekstrak etanol daun kelor digerus hingga halus dan homogen.
(Moringa oleifera L), etanol 70%, Ditimbang serbuk Simvastatin 103,8 mg,
Propiltiurasil, NaCMC 1%, pakan mencit, dimasukkan kembali ke dalam lumpang,
dan tablet simvastatin 10 mg. ditambahkan sedikit demi sedikit larutan
Ekstraksi sampel kolodial Na-CMC 1% b/v sambil diaduk

JF FIK UINAM Vol.2 No.3 2015 116


hingga homogen. Hasilnya dimasukkan Kelompok 5 : diberikan sediaan
ke dalam labu tentukur 100 ml dan pembanding yaitu suspensi
dicukupkan volumenya dengan larutan Simvastatin sebagai kontrol positif.
kolodial NaCMC 1 % b/v hingga 100 ml. Pengukuran Kadar Kolesterol Darah
Penyiapan Hewan Uji Alat Pengukur Kolesterol diaktifkan
Hewan uji yang digunakan adalah dengan menekan tombol alat tersebut dan
mencit jantan (Mus musculus) yang sehat dilakukan kalibrasi. Strip dipasang pada
dengan bobot badan rata-rata 20-30 alat tersebut. Darah diambil dari
gram, sebanyak 15 ekor yang dibagi ke pembuluh darah vena pada ekor mencit
dalam 5 kelompok perlakuan, tiap kemudian diteteskan pada strip alat
kelompok terdiri dari 3 ekor mencit jantan. pengukur kolesterol dan kadar kolesterol
Terlebih dahulu diadaptasikan selama 7 darah mencit akan terukur secara
hari. otomatis. Hasilnya ditampilkan pada
Perlakuan Terhadap Hewan Uji. monitor berupa angka.
Semua hewan uji dipuasakan Pengolahan Data dan Analisis Data
terlebih dahulu, diambil darah melalui Data yang diperoleh dianalisis secara
ekor dan diukur kadar kolesterol darah statistika dengan menggunakan
awal (hari ke-0). Kemudian hewan coba Rancangan Acak Kelompok.
diinduksikan dengan propiltiourasil
selama 2 minggu, pada hari ke-14 diukur HASIL DAN PEMBAHASAN
kenaikan kadar kolesterolnya, kemudian Pengukuran kadar kolesterol total
diukur penurunan kadar kolesterol pada darah mencit dilakukan pada Hari ke-0,
hari ke-28. hari ke-14 dan hari ke-28. Pengukuran
Kelompok 1 : diberikan ekstrak etanol kadar kolesterol total darah pada awal
daun kelor dengan dosis 5,2 perlakuan untuk mengetahui apakah
mg/20g BB setiap hewan uji mempunyai kadar
Kelompok 2 : diberikan ekstrak etanol kolesterol total normal. Pengukuran pada
daun kelor dengan dosis 10,4 hari ke-14 untuk mengetahui kenaikan
mg/20g BB kadar kolesterol total darah setelah
Kelompok 3 : diberikan ekstrak etanol diinduksi dengan propiltiurasil.
daun kelor dengan dosis 20,8 Sedangkan pengukuran pada hari ke-28
mg/20g BB untuk mengetahui penurunan kadar
Kelompok 4 : diberikan Na-CMC 1% kolesterol total darah setelah diberi
sebagai kontrol positif suspensi ekstrak etanol daun
kelor, kontrol positif (Simvastatin) dan

JF FIK UINAM Vol.2 No.3 2015 117


kontrol negatif (Na-CMC) sambil diberi kolesterol masing- masing sebesar 6,84
diet kolesterol sehingga dapat diketahui %, 15,50 %, dan 20,72 %. Pada
persentase penurunan kadar kelompok kontrol positif yang diberi
kolesterol total darah. Hasil pengukuran suspensi simvastatin mengalami
dan data perubahan kadar kolesterol penurunan kadar kolesterol sebesar
mencit jantan yang diberi perlakuan 24,93%. Sedangkan pada kelompok
disajikan pada tabel 1. kontrol negatif yang diberi natrium CMC
Induksi propiltiurasil merupakan 1% b/v mengalami penurunan yang
obat anti hipertiroid untuk membantu sangat kecil sebesar 9,78. Setelah
meningkatkan kadar kolesterol dengan diberi diet kolesterol tinggi tidak
cara menghambat sintesis hormon diberi obat untuk menurunkan kadar
tiroid yang mampu merangsang hati kolesterolnya, hanya diberi larutan natrium
sehingga metabolisme lipid dihambat dan CMC 1% b/v, sehingga penurunan kadar
kadar kolesterol total dalam darah akan kolesterolnya sedikit bahkan cenderung
meningkat. ada yang mengalami peningkatan kadar
Simvastatin bekerja menghambat kolesterol. Pada data hasil pengukuran
3 –hidroksis 3 – metil – glutaril - koenzim kolesterol total darah mencit jantan terlihat
A (HMG-CoA) reduktase yang bahwa kadar kolesterol darah awal,
mempunyai fungsi sebagai katalis dalam terdapat data yang melebihi kadar
pembentukan kolesterol. HMG - CoA kolesterol darah yang normal. Hal ini
reduktase bertanggungjawab terhadap disebabkan karena adanya faktor-
penurunan sintesis kolesterol dan faktor lain yang mempengaruhi hasil
meningkatkan jumlah reseptor Low pengukuran, yaitu kemungkinan hewan uji
Density Lipoprotein (LDL) yang terdapat yang digunakan mengalami tekanan
dalam membran sel hati dan jaringan emosional (stress) selama dalam
ekstrahepatik, sehingga menyebabkan perlakuan dan galur mencit yang
banyak LDL yang hilang dalam plasma. digunakan tidak jelas diketahui.
Simvastatin cenderung mengurangi Sedangkan analisis data dengan
jumlah trigliserida dan meningkatkan Rancangan Acak Kelompok (RAK),
High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol. memperlihatkan nilai standar deviasi
Berdasarkan hasil penelitian terlihat yang berbeda-beda pada semua
bahwa semua kelompok perlakuan yang kelompok perlakuan. Hal ini disebabkan
diberi ekstrak etanol daun kelor pada oleh perbedaan metabolisme setiap
konsentrasi 5,2 mg/ml, 10,4 mg/ml, dan hewan coba, perbedaan respon
20,8 mg/ml mengalami penurunan kadar hewan coba pada saat pemberian diet

JF FIK UINAM Vol.2 No.3 2015 118


kolesterol dan ekstrak etanol daun kelor
KEPUSTAKAAN
dan jumlah makanan yang dikonsumsi
Dirjen POM. Sediaan Galenik Ed II;
oleh masing- masing hewan uji berbeda-
Jakarta: Departemen Kesehatan RI,
beda serta terbatasnya replikasi hewan uji 1986.
yang digunakan.
Gembong, Tjitroesoepomo. Morfologi
Penurunan kadar kolesterol mencit Tumbuhan; Yogyakarta: Gadjah
mada University Press, 1986.
jantan pada konsentrasi 20,8 mg/ml
memberikan efek penurunan lebih besar Malole, M.B.M dan Pramono. Tingkat
Manfaat dan Keamanan Tanaman
dibandingkan dengan konsentrasi
Obat dan Obat Tradisional;
lainnya. Hal ini disebabkan karena jumlah Yogyakarta: UGM, 2009.
kandungan kimianya yang dapat
Utariningsih, Dwi. Dekok rambut jagung
menurunkan kadar kolesterol total darah (zea mays) efektif dalam
menurunkan kadar kolesterol tikus
lebih besar. Karena semakin tinggi
putih (rattus norvegicus). Malang
konsentrasi yang digunakan semakin Universitas Muhammadiyah
Malang, 2007.
banyak kandungan kimianya sehingga
semakin besar pula kemampuannya Sachan, Dipti. In-Vitro & In-Vivo Efficacy
Of Moringa Oleifera Plant
menurunkan kadar kolesterol total darah.
Constituents In Urolithiasis As
Penurunan kadar kolesterol total darah Antilithiatic Drug. Institute of
Pharmacy, Bundelkhand University,
pada mencit jantan diduga disebabkan
Jhansi, Uttar Pradesh, India IJPSR
oleh senyawa-senyawa aktif dalam kadar (2011), Vol. 2, Issue 7.
tinggi yang terkandung dalam daun kelor
seperti saponin dan asam nikotinat.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian,
analisis data yang dilanjutkan dengan
pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Semua konsentrasi menunjukkan
efek menurunkan kadar kolesterol
secara nyata berdasarkan
perbandingan dengan kontrol negatif.
2. Efek yang terbaik diberikan oleh
konsentrasi 20,8 mg/ml.

JF FIK UINAM Vol.2 No.3 2015 119


Tabel 1. Perubahan Kadar Kolesterol Darah Mencit Jantan Yang Diberi Perlakuan
Dengan Ektrak Etanol Daun Kelor Dibandingkan Dengan Kontrol

Pengukuran Penurunan kadar Persentase


Hewan
Kelompok Awa Hari Hari setelah perlakuan penurunan
Uji
l Ke-14 Ke-28 (mg/dL) (%)
1 139 165 150 15 9.09
Kelompok I
Dosis ekstrak 2 161 197 183 14 7,12
5,2 mg/ml 3 130 256 254 11 4,30

1 141 159 136 23 14,46


Kelompok II
Dosis ekstrak 2 139 183 155 28 15,30
10,4 mg/ml 3 139 197 164 33 16,75

1 122 164 127 37 22,56


Kelompok III
Dosis ekstrak 2 166 175 135 40 22,86
20,8 mg/dl 3 164 190 152 38 20,00

1 129 175 170 5 2,86


Kelompok IV
Kontrol (-) 2 103 183 176 7 3,83
NaCMC 3 147 194 188 6 3,09

1 139 216 156 60 27,78


Kelompok V
Kontrol (+) 2 135 183 137 46 25,14
Simvastatin 3 127 224 175 49 21,87

JF FIK UINAM Vol.2 No.3 2015 120

Anda mungkin juga menyukai