Anda di halaman 1dari 9

Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No.

2 Desember 2017 : 1 ─ 9 ; e -ISSN : 2549-8681

KARAKTERISTIK MINYAK DAN GAS HASIL PROSES DEKOMPOSISI


TERMAL PLASTIK JENIS LOW DENSITY POLYETHYLENE (LDPE)
Ratih Puspita Liestiono1, Muhammad Sigit Cahyono2, Wira Widyawidura3, Agus Prasetya4,
Mochamad Syamsiro5
1,2
Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik, Universitas Proklamasi 45
3
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Proklamasi 45
4
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
5
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra
Coresponding author. email : blue_beach@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik minyak dan gas hasil proses dekomposisi termal (pirolisis) sampah
plastik jenis low density polyethylene (LDPE) dengan berbagai variabel laju kenaikan suhu selama proses pirolisis terjadi. Pada
proses ini digunakan reaktor pirolisis kapasitas 2 kg dengan laju kenaikan suhu sebesar 2, 4, dan 6C/menit sebagai variabel
penelitian. Minyak dan gas yang terbentuk ditampung dalam wadah penampung dan diukur rendemennya. Karakteristik gas yang
dihasilkan kemudian diuji di laboratorium menggunakan peralatan GC-MS dan peralatan uji sifat fisik khusus untuk minyak hasil
pirolisis. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa semakin tinggi laju kenaikan suhu, minyak yang diahsilkan semakin
banyak dan gas semakin sedikit. Rendemen minyak terbesar sebesar 35,83 % dihasilkan pada proses pirolisis dengan laju kenaikan
suhu 6C/menit, dimana pada saat itu, nilai rendemen gas adalah paling kecil, sebesar 5,83 %. Sementara hasil identifikasi gas,
yang paling dominan adalah gas jenis butena, dimana kadarnya semakin kecil seiring dengan laju kenaikan suhu. Kandungan gas
butena terbesar sebesar 98% pada laju kenaikan suhu 2C/menit. Sementara berdasarkan uji sifat fisik, karakteristik minyak plastik
mendekati sifat-sifat bahan bakar minyak, terutama kerosen., sehingga cukup layak apabila dijadikan sebagai bahan bakar alternatif
pengganti BBM.

Kata kunci : minyak, gas, pirolisis, sampah plastik, LDPE

I. Pendahuluan besar yang disebut dengan polimer (Surono dan


Tidak bisa dipungkiri, permasalahan utama Ismanto, 2016). Seiring bertambahnya jumlah
yang muncul saat ini di Indonesia adalah krisis penduduk dunia, konsumsi akan barang-barang
energi, terutama bahan bakar minyak (BBM). berbahan plastik semakin meningkat. Hal ini
Pertumbuhan penduduk yang pesat dan per- disebabkan karena plastik memiliki banyak
kembangan industri yang cepat menyebabkan kelebihan dibandingkan bahan lainnya. Barang
peningkatan konsumsi BBM. Di sisi lain, produksi berbahan plastik umumnya lebih ringan namun
BBM yang berasal dari minyak bumi dalam negeri kuat, bersifat isolator, tahan terhadap korosi,
juga semakin menurun. Hal ini disebabkan transparan dan mudah diwarnai, serta proses
menurunnya cadangan minyak pada sumur-sumur pembuatannya lebih murah. Kelebihan-kelebihan
yang berproduksi, sehingga tidak lagi mencukupi tersebut membuat plastik menjadi bahan yang sulit
kebutuhan BBM nasional dan harus diimpor dari tergantikan untuk berbagai kebutuhan manusia
negara lain (Sukarjo, 2014). sehari-hari.
Di sisi lain, permasalahan sampah juga Salah satu jenis plastik yang cukup banyak
menjadi salah satu isu penting yang muncul di dimanfaatkan oleh manusia adalah plastik jenis
masyarakat saat ini. Masalah yang sering terjadi Low Density Poly Ethylene (LDPE). LDPE
adalah keterbatasan lahan tempat pembuangan merupakan jenis plastik yang diproduksi pada suhu
akhir (TPA), sedangkan produksi sampah semakin tinggi (200-300C) dan tekanan etilena superkritis
lama semakin meningkat seiring dengan (130–260 MPa), mengunakan bantuan radikal
meningkatnya populasi manusia dan perubahan bebas peroksida. LDPE memiliki rantai panjang
pola hidup, sehingga ada kecenderungan sampah dan bercabang dengan massa jenis bervariasi
kurang bisa diatasi dengan baik. Salah satu jenis antara 0.915 sampai 0.925 g/cm3. Plastik jenis ini
sampah yang menjadi permasalahan adalah banyak digunakan sebagai pembungkus makanan
sampah plastik. karena memiliki sifat yang lentur namun kuat.
Plastik adalah jenis makromolekul yang (Cahyono & Styana, 2017).
dibentuk dengan proses polimerisasi, yaitu Dibalik semua kelebihannya, bahan plastik
penggabungan beberapa molekul sederhana LDPE menjadi masalah apabila sudah tidak
(monomer) melalui proses kimia menjadi molekul digunakan lagi atau menjadi sampah. Barang
tersebut tidak mudah diuraikan oleh

1
KARAKTERISTIK MINYAK DAN GAS HASIL PROSES DEKOMPOSISI TERMAL PLASTIK JENIS LOW
DENSITY POLYETHYLENE (LDPE)

mikroorganisme di dalam tanah sehingga bisa termal bahan organik pada temperatur sekitar 350
menimbulkan pencemaran lingkungan berupa – 5500C tanpa adanya oksigen (Cahyono, 2013).
terjadinya degradasi tanah. Sebagai contoh, Produk utama dari proses dekomposisi
sampah kantong plastik apabila ditimbun di dalam termal plastik adalah minyak yang setara dengan
tanah, butuh sekitar 1000 tahun untuk dapat bahan bakar konvensional. Menurut Syamsiro
diuraikan oleh mikroorganisme (Bashir, 2013). (2015), secara umum minyak plastik dapat
Saat ini, kebanyakan sampah plastik LDPE digunakan untuk menggantikan bahan bakar solar
dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir di mesin diesel baik sebagai bahan bakar tunggal
(TPA) atau landfill. Sementara sisanya dibakar dan maupun campuran dengan solar. Nilai kalor yang
sebagian lagi didaur ulang (recycle). Penanganan tidak berbeda jauh menjadikan minyak plastik
tersebut tidak menyelesaikan masalah karena suatu layak digunakan sebagai pengganti solar. Namun
saat TPA akan penuh dengan sampah plastik. demikian, ada beberapa sifat yang harus diperbaiki
Sementara pemusnahan sampah plastik dengan untuk meningkatkan performanya.
cara dibakar pada suhu rendah akan menimbulkan Selain minyak, produk hasil pirolisis plastik
masalah polusi karena menghasilkan senyawa adalah gas yang tidak dapat dikondensasiskan (non
berbahaya yang bersifat karsinogen, seperti poly condensable gas). Gas hasil samping proses
chloro dibenzodioxins dan poly chloro diben- pirolisis dikarakterisasi menggunakan alat GC
zofurans (Ermawati, 2011). dengan detektor TCD dan FID. Komposisi gas
Proses daur ulang (recycling) menjadi sangat hasil pirolisis terdiri dari hidrogen, karbon
populer saat ini, dimana sampah plastik akan monoksida, karbon dioksida, metana, etana,
dilebur lagi menjadi bahan baku plastik dengan propana, butana, dan pentana (Kuncser et al.
kualitas yang lebih rendah. Namun demikian, ada 2010). Gas ini kebanyakan dikembalikan lagi
batasan kemampuan daur ulang plastik hingga sebagai bahan bakar reaktor pirolisis untuk
kualitasnya menurun dan tidak dapat didaur ulang mengurangi penggunaan bahan bakar dari luar
kembali. Oleh karena itu, dalam kenyataannya (autothermal system).
hanya sedikit dari sampah plastik yang dapat Ada sejumlah publikasi penelitian yang
didaur ulang dan bahan hasil daur ulangnya juga dibuat berdasarkan potensi dari berbagai macam
mempunyai kualitas yang rendah sehingga plastik untuk produksi bahan bakar cair melalui
dipandang tidak efisien. Oleh karena itu, perlu proses pirolisis. Yang harus dicatat bahwa hasil
dipikirkan upaya lainnya agar sampah plastik bisa dan kualitas dari produk sangat bergantung pada
diolah menjadi bahan lain yang lebih bermanfaat, pengaturan beberapa parameter. Parameter utama
salah satunya menjadi bahan bakar minyak sintetis adalah suhu, tipe reaktor, waktu tinggal, tekanan,
pengganti bensin, solar, atau bahan bakar minyak dan penggunaan katalis (Sharuddin, 2016). Akan
lainnya. Hal ini sangat mungkin dilakukan karena tetapi, percobaan TGA menunjukkan bahwa laju
plastik sendiri berasal dari minyak bumi, sehingga kenaikan suhu merupakan hal yang penting dalam
hanya mengembalikannya ke bentuk semula. Di reaksi penguraian molekul plastik (Kayacan,
sisi lain, plastik juga mempunyai nilai kalor yang 2008). Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini
cukup tinggi, mencapai 40 MJ/kg, setara dengan adalah untuk mempelajari karakteristik produk
bahan bakar fosil seperti bensin dan solar hasil pirolisis sampah plastik jenis LDPE dengan
(Syamsiro & Arbiyantoro, 2014) variasi laju kenaikan suhu yang berbeda-beda.
Proses perubahan sampah plastik menjadi
bahan bakar minyak, padatan, dan gas, biasa II. Metodologi
dilakukan pada suhu tinggi, sehingga disebut Pada penelitian ini, digunakan bahan baku
berupa plastik jenis LDPE warna hitam yang
dengan proses dekomposisi termal atau pirolisis.
diambil dari pengepul sampah plastik yang ada di
Perengkahan (cracking) sampah plastik dengan
sekitar Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
proses pirolisis adalah mengkonversi sampah
(TPST) Piyungan, Yogyakarta. Bahan baku awal
plastik menjadi bahan petrokimia dasar yang dapat
mulanya dibersihkan dari pengotor, kemudian
digunakan sebagai bahan baku hidrokarbon atau
ditimbang sesuai dengan kebutuhan yaitu 2 kg
bahan bakar. Proses pirolisis melibatkan tiga
bahan baku untuk satu kali proses pirolisis.
mekanisme dekomposisi, yaitu pemotongan rantai
Sementara untuk bahan bakar proses pirolisis,
polimer yang lebih pendek, pemotongan pada
digunakan gas elpiji yang didapatkan dari penjual
ujung rantai dimana molekul kecil dan rantai
di sekitar lokasi penelitian di Laboratorium Energi
panjang polimer akan terbentuk, dan pemisahan
dan Lingkungan Universitas Proklamasi 45
rantai polimer membentuk molekul-molekul kecil.
Yogyakarta.
Proses ini umumnya berlangsung secara simultan.
Secara ilmiah, pirolisis adalah proses dekomposisi

2
Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 2 Desember 2017 : 1 ─ 9 ; e -ISSN : 2549-8681

Penelitian ini dilakukan dengan cara mendinginkan uap hasil pirolisis menjadi cairan.
pengujian secara eksperimental di laboratorium Setelah semua peralatan siap, dilakukan proes
menggunakan alat pirolisis tipe fixed bed reactor pemanasan dengan bahan bakar gas LPG dengan
yang dilengkapi dengan dua buah kondensor. jumlah yang disesuaikan dengan laju keniakan
Peralatan yang digunakan untuk pengambilan data suhu yang telah divariasikan, yaitu 2, 4, dan
ditunjukkan dalam Gambar 1. 6C/menit untuk setiap percobaan.
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah Pada saat pemanasan, dilakukan pengamatan
memasukkan bahan baku yang telah disiapkan ke terhadap waktu proses dan suhu di dalam retort
dalam tabung pirolisis (retort), kemudian setiap 5 menit. Ketika pemanasan, terjadi kenaikan
memasang tutupnya yang telah dilengkapi suhu di dalam reaktor, mulai dari suhu kamar
temperature dan pressure indicator, serta sampai suhu akhir yang dituju (350C) untuk
mengencangkan bautnya agar tidak ada gas yang kemudian ditahan pada suhu tersebut selama 60
keluar lewat tutupnya. Di sisi lain, air pendingin menit, baru kemudian dimatikan.
dimasukkan ke dalam kondensor untuk

Gambar 1. Peralatan Pirolisis

Pada saat proses pirolisis, terjadi penguapan laboratorium. Begitu juga padatan yang tersisa
volatile matter dan penguraian polimer plastik akan ditimbang untuk diketahui massanya.
menghasilkan uap monomer-monomer plastik. Uap Sedangkan rendemen gas yang tidak terkondensasi
yang terbentuk akan mengalir menuju kondensor (noncondensable gas), akan dihitung dari selisih
untuk didinginkan oleh air pendingin sehingga bisa massa bahan baku dengan massa minyak dan
terkondensasi menjadi minyak plastik. Sedangkan padatan yang dihasilkan.
sisa gas yang tidak bisa terkondensasi (non Pengujian karakteristik minyak dilakukan di
condensable), ditampung dalam tabung penam- Laboratorium Teknologi Minyak Bumi Gas dan
pung gas lalu diambil sampelnya untuk diuji di Batubara, Departemen Teknik Kimia, Fakultas
laboratorium serta dibakar kemudian. Selain itu, Teknik, Universitas Gadjah Mada. Pengujian yang
terdapat sisa padatan yang tertinggal di dalam dilakukan antara lain nilai kalori minyak (Gross
retort dan akan dikeluarkan setelah selesai
Heating Value, GHV) menggunakan peralatan bom
percobaan.
Minyak plastik yang terbentuk kemudian kalorimeter, massa jenis dengan metode ASTM
ditampung dalam wadah penampung untuk diukur 1298, viskositas kinematik dengan metode ASTM
volumenya dan diuji karakteristiknya di dalam D 445, titik nyala dengan metode ASTM D 93, dan
kadar air dengan metode ASTM D 95. Sedangkan

3
KARAKTERISTIK MINYAK DAN GAS HASIL PROSES DEKOMPOSISI TERMAL PLASTIK JENIS LOW
DENSITY POLYETHYLENE (LDPE)

produk gas yang dihasilkan akan diuji di Rendemen produk yang dihasilkan dari
laboratorium kimia terpadu Universitas Islam pengujian proses pirolisis sampah plastik LDPE
Indonesia menggunakan peralatan Shimadzu. dengan variabel laju kenaikan suhu ditunjukkan
dalam Tabel 1 dan Gambar 2.
III. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa
a. Rendemen Produk Pirolisis semakin besar laju pemanasan maka rendemen
Pada penelitian ini, terjadi proses cracking minyak akan semakin besar, sedangkan rendemen
(pirolisis) plastik LDPE yang ditandai dengan
gas dan padatan semakin kecil. Rendemen minyak
keluarnya cairan yang ditampung pada tangki
penampung. Cairan yang dihasilkan merupakan terbesar yaitu 35,83% dihasilkan dari proses
hasil dari proses kondensasi dari pemutusan rantai pirolisis dengan laju pemanasan 6C/menit pada
panjang plastik LDPE, sedangkan produk yang suhu 350C, dimana pada proses tersebut
tidak terkondensasi akan tetap menjadi gas. Pada rendemen gas dan padatan adalah yang terkecil,
saat proses pirolisis berlangsung, dilakukan sebesar 5,83% dan 58,33%.
sampling gas untuk dianalisis komposisi dengan
GC-MS.

Tabel 1. Rendemen Produk Pirolisis Sampah Plastik LDPE

Sumber : Data Primer, 2017

Gambar 2. Pengaruh Laju Kenaikan Suhu terhadap Rendemen Produk Pirolisis Plastik LDPE

Adanya tren kenaikan produk minyak dan dilakukan oleh Pei, dkk. (2013). Menurut mereka,
penurunan produk gas dan padatan hasil proses pirolisis bisa dilihat sebagai sebuah proses untuk
pirolisis ini sesuai dengan penelitian yang mengeluarkan bahan-bahan mudah menguap dari

4
Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 2 Desember 2017 : 1 ─ 9 ; e -ISSN : 2549-8681

sampah plastik. Lebih spesifik lagi, jika suhu akan cepat keluar dari dalam reaktor. Dengan kata
proses sangat tinggi, maka bahan organik dengan lain, waktu tinggal dari minyak dalam bentuk uap
titik didih dan berat molekul yang besar, yang semakin singkat. Sebagai akibatnya, reaksi degra-
selama ini tertinggal sebagai bagian dari residu dasi sekunder dari minyak akan bisa ditekan,
padatan, akan terlepas dalam bentuk gas yang sehingga hasil minyaknya juga besar dan gasnya
menguap. Pada akhirnya, gas-gas yang menguap lebih sedikit.
tersebut akan terkondensasi menjadi minyak.
Sementara untuk residu padatan, berupa campuran b. Karakteristik Minyak Hasil Pirolisis
karbon dan abu yang akan tertinggal setelah proses Dalam proses pirolisis, produk utama yang
pirolisis selesai dilakukan sesuai yang diren- diharapkan adalah cairan hasil kondensasi uap
canakan. pirolisis yang terbentuk. Cairan ini diharapkan bisa
menggantikan bahan bakar minyak konvensional
Adanya kenaikan hasil minyak dan penurun- yang semakin langka saat ini. Untuk mengetahui
an hasil gas seiring dengan kenaikan laju karakteristik fisik produk minyak tersebut,
pemanasan, disebabkan karena cepatnya laju dilakukan pengujian terhadap beberapa parameter
pemanasan akan mengakselerasi pelepasan dan yang terkait, seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.
ekspansi termal dari bahan-bahan yang mudah
menguap tersebut. Oleh karena itu, bahan tersebut

Tabel 2. Kualitas Minyak Hasil Pirolisis Sampah Plastik LDPE dibandingkan dengan Bahan Bakar Minyak
Komersial

Sumber : (1 Data Primer, 2017


(2 Yuliansyah, 2015

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa Walaupun secara karakteristik bila ditinjau dari
karakteristik fisik minyak hasil pirolisis mendekati Gross Heating Value dan viskositasnya, minyak
sifat-sifat bahan bakar konvensional, terutama hasil pirolisis mirip dengan kerosin, namun hasil
kerosin. Dalam Tabel 2 terlihat bahwa nilai kalor, pirolisis plastik pada umumnya memiliki beberapa
viskositas dan titik nyala minyak hasil pirolisis kandungan hidrokarbon dalam minyaknya, yakni
sampah plastik LDPE mendekati sifat-sifat kerosin, kerosin (C10 s/d C16); Solar (C14 s/d C20); Gas Oil
sedangkan massa jenisnya mendekati massa jenis (C1 s/d C4); dan Fuel oil (C20 s/d C70), sehingga
gas oil. Selain itu, minyak hasil pirolisis plastik untuk memperoleh produk yang lebih spesifik
juga memiliki titik nyala yang kecil (<110C) serta sesuai yang dikehendaki, biasanya dilakukan
tidak mengandung air seperti bahan bakar minyak destilasi lebih lanjut pada unit pemurnian.
yang lain, kecuali gas oil. Sedangkan hubungan antara laju kenaikan
Sifat-sifat fisis minyak hasil pirolisis ini suhu dengan sifat fisik minyak hasil priolisis,
hampir sama dengan hasil penelitian Yuliansyah ditunjukkan dalam Gambar 3 dan 4.
(2015). Menurut mereka, didapatkan kemiripan
karakter minyak hasil pirolisis dengan kerosin.

5
KARAKTERISTIK MINYAK DAN GAS HASIL PROSES DEKOMPOSISI TERMAL PLASTIK JENIS LOW
DENSITY POLYETHYLENE (LDPE)

Gambar 3. Pengaruh Laju Kenaikan Suhu terhadap Nilai Kalor Minyak Hasil Pirolisis

Gambar 4. Pengaruh Laju Kenaikan Suhu terhadap Massa Jenis dan Viskositas
Kinematik Minyak Hasil Pirolisis Sampah Plastik LDPE

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin memiliki nilai kalor tinggi di dalam minyak
tinggi laju kenaikan suhu, maka nilai kalor produk pirolisis, seiring dengan kenaikan laju pemanasan,
minyak akan semakin kecil. Nilai kalor tertinggi sehingga nilai kalori total dari minyak akan
ini dihasilkan oleh proses pirolisis dengan laju semakin kecil.
pemanasan 2C/menit, yaitu 20.047 BTU/lb. Di sisi lain, kenaikan laju pemanasan
Kondisi ini sesuai dengan referensi (Pei, 2013), ternyata berdampak pada kenaikan massa jenis dan
dimana nilai kalor dari minyak yang terbentuk dari viskositas produk minyak yang dihasilkan dari
plastik PE akan menurun seiring dengan kenaikan proses pirolisis sampah plastik LDPE, seperti
laju pemanasan. Hal ini disebabkan semakin terlihat dalam Gambar 4. Hal ini disebabkan oleh
sedikitnya jumlah fraksi hidrokarbon yang semakin cepatnya laju pemanasan akan

6
Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 2 Desember 2017 : 1 ─ 9 ; e -ISSN : 2549-8681

mengurangi terjadinya reaksi sekunder uap c. Karakteristik Gas Hasil Pirolisis


hidrokarbon menjadi gas, sehingga fraksi-fraksi Karakteristik gas hasil pirolsiis sampah
berat semakin banyak yang terikut ke dalam
plastik LDPE ditunjukkan dengan spektogram
kondensor dan terkondensasi menjadi minyak.
Banyaknya fraksi berat tersebut juga menyebabkan hasil pengujian gas menggunaakn peralatan GC-
cairan menjadi lebih pekat karena memiliki MS di laboratorium, seperti ditunjukkan dalam
viskositas yang lebih besar juga. Gambar 6, 7, dan 8 berikut ini.

Gambar 6. Spektogram Fraksinasi Senyawa dalam Gas Hasil Pirolisis dengan Laju Kenaikan Suhu 20C/menit

Gambar 7. Spektogram Fraksinasi Senyawa dalam Gas Hasil Pirolisis dengan Laju Kenaikan Suhu 40C/menit

Gambar 6. Spektogram Fraksinasi Senyawa dalam Gas Hasil Pirolisis dengan Laju Kenaikan Suhu 60C/menit

Dari ketiga spektrogram di atas, terlihat hidrokarbon yang dapat digunakan sebagai sumber
adanya puncak M+1 (m/z) = 56, yang berarti paling energi. Proses dekomposisi termal ini akan
dominan di dalam gas hasil pirolisis sampah menghasilkan komposisi gas oksigen, nitrogen,
plastik LDPE adalah gas butena C4H8. Hal ini metana, karbon monoksida, karbon dioksida, etana,
diperkuat dengan munculnya puncak dasar M+ propana, butana, n-butana, pentana, n-pentana, dan
(m/z) = 41, yang berarti terjadinya pelepasan gugus n-heksana. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk
metil (CH3) dari butena menjadi C3H5+. Perbedaaan meningkatkan campuran propana dan butana
dari ketiga spektrogram di atas adalah kelimpahan karena untuk digunakan sebagai LPG kedua
dari senyawa butena. Senyawa butena di dalam gas campuran tersebut minimal 97% sesuai baku mutu
hasil pirolisis plastik LDPE dengan laju kenaikan yang ditetapkan oleh Dirjen Migas (Direktur
suhu 2C/menit adalah sebesar 98%, sedangkan Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2009)
kandungan senyawa butena di dalam gas hasil
pirolisis plastik LDPE dengan laju kenaikan suhu IV. Kesimpulan
4C/menit adalah 85%, dan sebesar 83% di dalam Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
gas hasil pirolisis plastik LDPE dengan laju dapat diambil kesimpulan bahwa semakin cepat
kenaikan suhu 6C/menit. Artinya, semakin besar laju kenaikan suhu, maka produk minyak yang
laju kenaikan suhu, maka semakin sedikit jumlah dihasilkan juga akan semakin banyak, namun
senyawa butena yang terkandung di dalam gas produk gas dan padatannya akan semakin
hasil pirolisis plastik LDPE. berkurang. Rendemen minyak tertinggi dihasilkan
Menurut Naimah dan Aidha (2017), gas dari proses pirolisis dengan laju pemanasan
yang dihasilkan dari proses pirolisis plastik kresek 6C/menit, yaitu 35,83%, dimana rendemen gas
PE merupakan gas yang mengandung komponen

7
KARAKTERISTIK MINYAK DAN GAS HASIL PROSES DEKOMPOSISI TERMAL PLASTIK JENIS LOW
DENSITY POLYETHYLENE (LDPE)

dan padatannya masing-masing sebesar sebesar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi,
5,83% dan 58,33%. Depatemen Energi dan sumber Daya
Mineral. (2009). Keputusan Direktur
Di sisi lain, karakteristik produk minyak Jenderal Minyak Dan Gas Bumi Tentang
hasil pirolisis yang dihasilkan juga bervariasi Standar Dan Mutu (Spesifikasi Bahan Bakar
tergantung dari laju keniakan suhu di dalam Gas Jenis Liquefied Petroleum Gas (LPG)
reaktor. Semakin tinggi laju kenaikan suhu, maka Yang Dipasarkan Di Dalam Negeri.
nilai kalor minyak pirolisis akan semakin kecil, http://hubdat.dephub.go.id/keputusandirjen/3
sedangkan massa jenis dan viskositas minyak yang 84-tahun-1996.
dihasilkan akan semakin besar. Apabila
dibandingkan dengan bahan bakar minyak Ermawati, Rahyani (2011). Konversi Limbah
komersial, kualitas minyak hasil pirolisis sudah Plastik sebagai Sumber Energi Alternatif.
cukup bagus dan mendekati dengan beberapa jenis Jurnal Riset Industri, Vol.V, No.3, 2011,
bbm, terutama kerosin, sehingga cukup layak Hal.257-263.
apabila dijadikan sebagai bahan bakar alternatif Kayacan, I., & Dogan, O. M., (2008). Pyrolysis of
pengganti bbm tersebut yang sudah semakin Low and High Density Polyethylene, Part I:
langka di negeri ini. Sementara untuk produk gas, Non-isothermal Pyrolysis Kinetics. Energy
kandungan terbesar adalah gas butena, yang Sources, Vol. 30, pp. 385-391.
dihasilkan dari proses pirolisis plastik LDPE
dengan kenaikan suhu sebesar 2C/menit. Kuncser, R, Paraschiv, M., Tazerout, M. &
Bellettre, J. (2010). Liquid Fuel Recovery
Ucapan Terimakasih Through Pyrolysis of Polyethylene Waste.
Environmental Engineering and
Penulis mengucapkan terima kasih yang
Management Journal 9 (10) : 1371–74
sebesar-besarnya kepada Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemen- Mandala, W.W., Cahyono, M.S., Ma’arif, S.,
ristekdikti) yang telah membantu pendanaan Sukarjo, H.B., Wardoyo. (2016). Pengaruh
penelitian ini melalui skema Penelitian Kerja Sama Suhu terhadap Rendemen dan Nilai Kalor
Perguruan Tinggi (PEKERTI), serta semua pihak Minyak Hasil Pirolisis Sampah Plastik.
yang telah membantu dalam penulisan artikel ini Jurnal Mekanika dan Sistem Termal, Vol.
dengan baik. Semoga Allah membalas semuanya 1(2), Agustus 2016 : 49-52.
dengan kebaikan yang sempurna. Naimah, S., Aidha, N.N. (2017). Karakteristik Gas
Hasil Proses Pirolisis Limbah Plastik
V. Daftar Pustaka Polietilena (PE) dengan Menggunakan
Ali, M.., Ramadhan, A. (2010). Pengolahan Katalis Residue Catalytic Cracking (RCC).
Sampah Plastik menjadi Minyak Jurnal Kimia dan Kemasan, 39(1), 31-38,
menggunakan Proses Pirolisis, Skripsi Prodi 2017
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan. Universitas Pembangunan Pei, T., Xiao-bo, M., De-zhen, C., & Hai, W.
Nasional “Veteran” Jawa Timur. (2013). Pyrolysis of waste plastic : Effect of
Heating Rate on Product Yields and Oil
Bashir, N. H. H. (2013) Plastic Problem in Africa. Properties. Journal Advanced Materials
Japanese Journal of Veterinary Research, Research, Vol.666, pp 1-10.
61, pp. 1–11.
Ramadhan, M.A.A, (2014). Pengaruh Variasi Suhu
Cahyono, M.S., (2013). Pengaruh Jenis Bahan pada Yield Minyak Hasil Pirolisis Plastik.
pada Proses Pirolisis Sampah Organik Laporan Penelitian, Laboratorium
menjadi Bio-oil sebagai Sumber Energi Teknologi Minyak Bumi, Gas dan Batubara,
Terbarukan. Jurnal Sains dan Teknologi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Lingkungan. Volume 5, Nomor 2, Juni 2013. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hal.67-76.
Sharuddin, S., Abnisa, F., Daud , W.M.A.W., &
Cahyono, M.S., & Styana, U.I.F. (2017). Influence Aroua, M.K., (2016).A Review on Pyrolysis
of Hetaing Rate and Temperature on the of Plastic Wastes. Energy Conversion and
Yield and Properties of Pyrolysis Oil Management, Vol. 115, p. 308–326.
Obtained from Waste Plastic Bag. Converse:
Journal of Energy and Environment Studies Sukarjo, H., Cahyono, M.S., Wardoyo. (2014).
(CJEES), Vol.1 No.1, March 2017, pp 1-10. Influence of Temperature to Bio-Oil Yield
from Organic Waste Pyrolysis Process.

8
Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 2 Desember 2017 : 1 ─ 9 ; e -ISSN : 2549-8681

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains Hasil Pirolisis Sampah Plastik. Jurnal Teknik
& Teknologi (SNAST), Yogyakarta, 15 Vol.5 No.1 April 2015.
November 2014
Syamsiro, M., Arbiyantoro. (2014) Pengolahan
Surono, U. B., Ismanto (2016) Pengolahan Sampah Sampah Plastik dari TPA Piyungan menjadi
Plastik Jenis PP , PET dan PE Menjadi Bahan Bakar Minyak. Jurnal Riset Daerah
Bahan Bakar Minyak dan Karakteristiknya, Vol XIII, No.3. Desember 2014.
Jurnal Mekanika Dan Sistem Termal, 1(1),
Yuliansyah, A.T., Prasetya, A., Ramadhan,
pp. 32–37
M.A.A., & Laksono, R. (2015). Pyrolysis of
Syamsiro, 2015. Kajian Pengaruh Penggunaan Plastic Waste to Produce Pyrolytic Oil As an
Katalis Terhadap Kualitas Produk Minyak Alternative Fuel. International Journal of
Technology (2015) 7 : 1076-1083.

9

Anda mungkin juga menyukai