Anda di halaman 1dari 7

Sabda Volume 14, Nomor 1, Juni 2019 ISSN 1410–7910E-ISSN 2549-1628

LANGGHAR, KOPHUNG DAN BHAQAF


Konservasi Kebudayaan Khazanah Keislaman Madura

Mohsi
Sekolah Tinggi Agama Islam, Pamekasan, Madura 69362
silamohsi@gmail.com

Abstract
Langghar, Kophung and Bhaqaf in Madurese society exist as a distinctive cultural entity,
whose uniqueness is continually contributing to the cultural treasures of the past.
Langghar, Kophung and Bhaqaf are a distinctive Madurese culture that has never been
lost by the gradation of the age, and the change of time. Their existence serves as a form
and effect of conservation and the expression of the strength of the Madurese community
in preserving the culture of their ancestors. The existence of langghar, kophung and
bhaqaf can be a very important part of the culture for the Madurese community,
especially in terms of ethical values, religious values, and philosophical values that are
found in them. These values continue to be searched more intensely, in an effort to
uncover the sacredness and uniqueness that are still neatly stored. One of the values
which continues to be respected in langghar, kophung and bhaqaf is the value of
religiosity which has never been dispirited up to the present.
Keywords: Langghar, Kophung, Bhaqaf, Cultural Conservation, Islamic Treasure,
Madura.

1. Pendahuluan Selain terkenal sebagai pulau


Pulau Madura didiami oleh suku penghasil garam dan tembakau, dalam
Madura yang merupakan salah satu etnis aspek peribadatan, Pulau Madura juga
suku dengan populasi besar di Indonesia, dikenal sebagai masyarakat yang Islami
jumlahnya sekitar 20 juta jiwa. Mereka dan memegang erat hasil asimilasi syari’at
berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau Islam dengan budaya lokal, dalam artian
sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, kekuatan keberagamaan masyarakat
dan Kangean. Selain itu, orang Madura Madura sangatlah kuat dan memiliki
banyak tinggal di bagian timur Jawa sakralitas yang tinggi. Walaupun agama
Timur, biasa disebut wilayah Tapal Kuda, Islam belum diketahui secara pasti kapan
dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. masuk ke Madura, tetapi ada beberapa
Orang Madura yang berada di Situbondo indikasi bahwa masyarakat Madura sudah
dan Bondowoso, serta timur Probolinggo, memeluk Islam sejak abad ke 16 (Sunyoto,
Jember, jumlahnya paling banyak dan 2018: 181-183), yang dipertegas dalam
jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga Babad Tanah Jawi yang ditulis pada abad
termasuk Surabaya Utara, serta sebagian ke 14. Isi babad tersebut jika terjemahkan
Malang. berbunyi sebagai berikut: “tersebutlah
seorang maulana dari negri Atas-

LANGGHAR, KOPHUNG DAN BHAQAF 14


Konservasi Kebudayaan Khazanah Keislaman Maduraa
Sabda Volume 14, Nomor 1, Juni 2019 ISSN 1410–7910E-ISSN 2549-1628

Angin/bernama Khalifah Usen/telah 2. Sistem Sosial Madura


datang ke Ampel/telah lama ditunjuk oleh
Pada umumnya sistem sosial
Sunan Ampel/ untuk menjadi imam di
masyarakat Madura, tidak memiliki corak
Madura dan Sumenep/ mengislamkan
perbedaan yang amat tajam dengan budaya
semua orang Madura hingga Sumenep/
non-Madura. Hanya dalam aspek-aspek
Blega dan Surabaya/ Khalifah Usen
tertentu yang nyaris memiliki distingsi
diambil mantu oleh Arya Baribin.”
dengan daerah lain yang ada di Indonesia.
(Sunyoto, 2018: 199). Dari fakta sejarah
Dalam aspek solidaritas, masyarakat
tersebut dapat disimpulkan bahwa paling
Madura sangat kuat dengan adanya
tidak orang Madura telah menganut Islam
silaturrahmi dan suka menawarkan untuk
sejak 6 abad yang lalu, hingga berislam
berkunjung atau mampir ke rumah, dan
beserta keragaman tradisi-tradisinya
menawarkan makanan buat siapa saja yang
seperti dalam keadaan sekarang ini.
melintasi depan rumahnya. Bahkan kepada
Salah satu simbol dan identitas orang yang tidak dikenal sekalipun,
dalam kebudayaan Madura adalah adanya mereka lakukan, sebagai ekspresi
gubuk, atau tempat yang unik dan setiap ngangkep, menaruh perhatian, kepada
aktivitas keagamaan selalu dilakukan di sataretanan, sesama manusia. Adat
tempat tersebut, bahkan saking fanatisnya semacam itu masih tetap berlaku sampai
tempat itu tidak boleh kosong dari setiap sekarang. Kebiasaan ini menjadi etiket dan
rumah warga; sehingga dapat dikatakan mendapatkan nilai norma tersendiri bagi
bahwa tempat itu telah menjadi masyarakat Madura, dan menjadi
kepercayaan dan kewajiban warga Madura kebanggaan masyarakat Madura, di mana
untuk mendirikannya. Tempat tersebut pun mereka berada. Artinya, kekentalan
dinamakan Langghar atau Kophung. budaya ngangkep tetap dipakai walaupun
Bahkan adanya Langghar, saking menjadi sudah berstatus sebagai migran atau
satuan hidup dalam keberagamaan yang imigran, atau sudah berada di luar Pulau
tidak bisa dilepaskan dari orang Madura, Madura.
Pulau Madura bisa disebut sebagai pulau
3. Langghar, Kophung, dan Bhaqaf
sejuta Langghar. Identitas Langghar bagi
sebagai Identitas Kebudayaan
masyarakat Madura, tidak boleh
Madura Terkonservasi
ditinggalkan dari proses pengkajian ilmiah;
walaupun pergantian zaman terus melaju Langghar dan Kophung merupakan
cepat, penelitian, pengkajian dan istilah yang dipakai di daerah Madura,
penelusuran secara mendalam atas nilai- baik di kawasan Pamekasan, Sampang,
nilai yang terkandung tentang identitas dan Bangkalan maupun Sumenep. Langghar
karakteristik Langghar tetap perlu berbentuk panggung yang terbuat dari
dilakukan. Akan tetapi, kajian tersebut kayu jati dengan dinding dari anyaman
tidak berarti menghambat kemajuan bambu (bidhik), memiliki teras kecil di
Madura, melainkan bagian dari khazanah bagian depan, dengan bentuk beragam, ada
dalam melakukan konservasi dan yang lowong di bagian tengah, ada yang di
akulturasi yang memperkuat eksistensi bagian samping, bahkan ada yang tidak
tradisi tersebut, walaupun diterjang oleh sama sekali, dalam arti teras Langghar
zaman. sama lebar dengan lebar Langghar

LANGGHAR, KOPHUNG DAN BHAQAF 15


Konservasi Kebudayaan Khazanah Keislaman Maduraa
Sabda Volume 14, Nomor 1, Juni 2019 ISSN 1410–7910E-ISSN 2549-1628

tersebut. Langghar juga memiliki atap yang ada di rumah-rumah masyarakat


berbentuk kerucut memanjang, dalam Pamekasan dan Sumenep. Bentuk
bentuk yang beragam pula. Penggunaan Kophung berupa panggung, maksudnya
istilah Langghar telah umum di seluruh ada jarak antara lantai Khophung dengan
daerah di Madura, mulai dari Bangkalan tanah, bahkan tiang-tiang Kophung masih
hingga Sumenep. Langghar digunakan diunjuk dengan batu atau beton semen.
sebagai kegiatan beribadah seperti sholat Kophung memiliki lebar sekitar 4 x 4 x 1
dan kegiatan ibadah lainnya; dan tidak m, berbahan dasar kayu jati dan anyaman
hanya itu, Langghar juga sering digunakan bambu sebagai dinding, dengan lantai
sebagai ruang tamu, tempat istirahat untuk papan atau bambu yang dipipihkan.
laki-laki, bahkan ada juga yang untuk Atapnya dari genting tanah merah dan
bekerja.1 Misal pada saat musim tembakau berbentuk krucut memanjang selaras
ada sebagian masyarakat yang dengan arah mata angin utara dan selatan.
menggunakan Langghar sebagai tempat Walaupun demikian, ada Khophung yang
memotong daun tembakau untuk diolah mengerucut dan memanjang searah dengan
kemudian dijual, atau ketika musim kiblat.
layangan para pria atau laki-laki membuat
Terdapat pula Bhaqaf, yang tak
layangan di Langghar yang mereka punya,
ubahnya sebagaimana Langghar dan
baik untuk dijual atau hiburan sendiri.
Kophung. Hanya saja yang membedakan
Sedangkan sejarah Khopung Bhaqaf dengan yang lain adalah posisinya
sendiri sangat minim kecuali napak tilas dan pemanfaatan fungsinya yang lebih
dari sejarah Maseghit Rato yang sedikit. Bhaqaf seringkali berada di
menyatakan bahwa Khopung diceritakan lingkungan yang jarang rumah atau jauh
sebagai bangunan peristirahatan Raja dari permukiman masyarakat. Bhaqaf
Ronggosukowati dan tempat musyawarah berfungsi sebagai tempat istirahat dan
para petinggi kerajaan waktu itu; Kophung melaksanakan sholat setelah bekerja di
juga dinyatakan sebagai awal mula dari ladang atau sawah, sehingga kebanyakan
masjid Agung al-Syuhada sekarang Bhaqaf berada di sekitaran sawah dan
(Prasetyo, 2014: 60). Dari latar belakang ladang. Asal mula dari Bhaqaf ini adalah
tersebut maka fungsi Kophung tidak hanya kesepakatan para petani untuk membuat
digunakan sebagai tempat istirahat dan Langghar agar tidak terlalu jauh untuk
rapat, tetapi kemudian fungsinya sholat dan istirahat, sehingga kemudian
bertambah dan beragam, mengikuti ada dermawan di antara mereka yang
perkembangan masyarakat, bisa digunakan mewaqafkan sebagian tanahnya untuk
untuk ibadah, semacam sholat, ngaji, tempat Bhaqaf yang berfungsi sebagai
belajar, tahlil, manaqib dan diba’, bisa Langghar.2
juga untuk tempat istirahat dan menjamu
Sebagaimana telah diketahui,
tamu dan tidur bagi laki-laki; fungsinya
bahwa selain berbentuk panggung dari
bertambah seiring waktu mengikuti
pohon jati dan berdinding dari anyaman
perkembangan budaya masyarakatnya. Hal
bambu, Langghar juga memiliki teras, dan
tersebut selaras dengan fakta Kophung

1 2
Wawancara dengan Marsiyeh di Sampang (02-03- Wawancara dengan K. Bakri di Bangkalan (03-03-
2019) dan dengan Mohsi yadi (04-03-2019) 2019).

LANGGHAR, KOPHUNG DAN BHAQAF 16


Konservasi Kebudayaan Khazanah Keislaman Maduraa
Sabda Volume 14, Nomor 1, Juni 2019 ISSN 1410–7910E-ISSN 2549-1628

memiliki bentuk atap yang mengerucut ke masyarakat Madura secara umum, minimal
atas. Luas Langghar sekitar 3-5 x 4-7 mendekati definisi tersebut. Tetapi
meter persegi, bergantung kebutuhan, kemudian masyarakat Madura menjadikan
untuk mereka yang menjadi guru tempat Waqaf sebagai kata benda, dengan maksud
mengaji, maka membutuhkan Langghar mendeskripsikan Langghar yang dibangun
yang lebih luas dari yang lain. di atas tanah Waqaf, yang kemudian terjadi
Demikianlah, penggunaan Langghar penggeseran pelafalan, menjadi Bhaqaf,
meliputi pelaksanaan ibadah, semisal sesuai pelafalan orang Madura.
sholat dan mengaji, dan dapat juga
Bhaqaf agak sedikit berbeda dari
digunakan sebagai tempat menerima tamu,
Langghar dan Kophung. Jika Langghar
istrirahat, dan tidur bagi golongan laki-
dan Kophung dimanfaatkan sebagai tempat
laki, ada juga yang digunakan sebagai
sholat, mengaji, menjamu tamu, istirahat
penampungan hasil pertanian (Heng, et.
dan tidur, maka akan sedikit berbeda
al., 2013: 221). Intinya Langghar adalah
dengan halnya Bhaqaf, sebab Bhaqaf
pusat kegiatan ibadah dan kegiatan laki-
hanya digunakan dan dimanfaatkan
laki. Selaras dengan hal tersebut, bentuk
terbatas pada ibadah sholat pada sela-sela
Langghar sama persis dengan bentuk
bekerja dan istirahat dari pekerjaan;
Kophung dan penggunaannya pun tak jauh
Bhaqaf hampir tidak pernah digunakan
berbeda, bahwa Kophung juga merupakan
untuk hal-hal yang lain. Selain itu
pusat pribadatan dan kegiatan laki-laki.
perbedaan Langghar atau Kophung dengan
Maka tak bisa dipungkiri bahwa Bhaqaf juga terdapat dari segi
Kophung pada dasarnya adalah benda yang penempatannya. Jika Langghar dan
sama, hanya istilah masyarakat saja yang Kophung terletak di pemukiman keluarga
membedakannya. Langghar merupakan dan pemukiman masyarakat, maka Bhaqaf
istilah yang digunakan oleh masyarakat terletak di sekitaran sawah atau ladang.
Madura pada umumnya, mulai dari
Kophung, Langghar dan Bhaqaf
Bangkalan hingga Sumenep, sedangkan
memiliki kesamaan dari segi bentuknya
Kophung merupakan istilah yang hanya
dan posisinya, yakni berada di bagian barat
digunakan dan hanya dapat dimengerti
tanah pemilik (Heng, et. al. 2013: 221) dan
oleh orang Pamekasan dan Sumenep. Jika
berbentuk panggung dengan bahan utama
istilah Kophung digunakan untuk
jati dan bambu. Oleh karenanya ketiganya
penyebutan Langghar di Bangkalan dan
dapat diwakilkan dengan istilah
Sampang, maka dapat dipastikan mereka
“Langghar” dan akan menjadi penyebutan
tidak akan mengerti dan paham.
pada paragraf-paragraf selanjutnya untuk
Kemudian, Bhaqaf adalah padanan mewakili ketiganya, kecuali dalam
kata dari Waqaf dalam bahasa Madura. beberapa hal yang sekiranya dibutuhkan
Waqaf pada dasarnya adalah kata kerja untuk penyebutan ketiganya.
yang bermakna mengalihmilikkan harta
Perempuan jarang sekali memiliki
tertentu untuk dimanfaatkan dalam
kegiatan di Langghar kecuali untuk sholat
kebaikan dan pemanfaatan itu tak
atau belajar mengaji, kadang juga untuk
menghilangkan harta tersebut
menjamu tamu dengan lauk yang ada
(Muhammad, 2005: 203). Definisi tersebut
sebagai bentuk sikap menghormati tamu.
rata-rata memang telah dipahami oleh
LANGGHAR, KOPHUNG DAN BHAQAF 17
Konservasi Kebudayaan Khazanah Keislaman Maduraa
Sabda Volume 14, Nomor 1, Juni 2019 ISSN 1410–7910E-ISSN 2549-1628

Kegiatan perempuan berkutat di dapur, banyaknya bentuk khazanah kekayaan


dalam rumah dan ladang. Pada dasarnya budaya Madura, serta sebagai ekspresi
bukan tanpa alasan jika perempuan jarang keberagamaan masyarakat Madura dalam
memiliki kegiatan di Langghar, hal itu menjalankan perintah agamanya, yakni
sudah merupakan tradisi orang Madura agama Islam. Hal tersebut patut untuk
yang sudah mengakar sejak dulu. dibanggakan, mengingat penerapan
Perempuan dianggap atau bahkan syari’at dalam kehidupan hingga mengakar
menganggap tidaklah pantas ada di seperti itu merupakan sesuatu yang tidak
Langghar tanpa keperluan-keperluan mudah dan memiliki nilai amat sangat
tertentu. positif dalam kerangka ekspresi
keberagamaan masyarakat di Madura.
4. Nilai-nilai Filosofis Religiusitas
Selain dipandang sebagai budaya dan
dalam Budaya Langghar
ekspresi keberagamaan yang bernilai
Tradisi tersebut bukan hanya positif, tradisi semacam itu juga baik untuk
sebatas tradisi dan ekspresi kebudayaan pendidikan dan pengajaran sejak dini
saja, tetapi merupakan implementasi kepada anak-anak, terutama perempuan,
keberagamaan orang Madura dalam bahwa perempuan adalah makhluk spesial
menjalankan syari’at Islam dalam waktu yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya
yang sangat lama, yakni sekitar 6 abad (Harits, 2011: 201), sehingga ada batasan-
lamanya. Syari’at Islam membatasi batasan tertentu yang mengharuskan ia
seorang perempuan untuk menampakkan menjaga martabatnya sebagai perempuan
diri di luar ruangan yang memungkinkan sekaligus ibu secara khusus dan sebagai
adanya laki-laki bukan muhrim (ajnabi) di manusia secara umum, sebab perempuan
sekitaran tempat tersebut dengan tanpa memiliki kodrat yang berbeda dari laki-
menutup aurat. Hal tersebut bukan berarti laki dalam berbagai perspektif, walaupun
bentuk ekspresi kekakuan dalam tidak bisa dipungkiri juga ada banyak
menjalankan syari’at dan penerapannya di kesamaan dengan laki-laki. Tetapi bukan
masyarakat, tetapi semata-mata untuk berarti kita membatasi kebebasannya dan
menjauhi fitnah dan hal-hal yang mungkin hak-haknya baik sebagai perempuan atau
saja menjadi sebab sesuatu yang tidak sebagai manusia, tentu saja tidak. Semisal
diinginkan, misalnya Carok, mengingat hak pendidikannya, hak kebebasan
kehormatan dan harga diri di Madura berekspresinya dan hak memilih akan
memiliki level yang tidak bisa ditawar sesuatu yang diinginkannya, baik dalam
(Hidayat, 2013: 241-252). Menodai jalan hidup, cita-cita maupun gaya
kehormatan keluarga dan harga diri suami hidupnya.
adalah musibah besar di Madura, bukan
Tidak hanya sampai di situ saja,
hanya musibah untuk istri, tetapi juga
Langghar juga menjadi pembatas antara
seluruh keluarga besar dari sepasang
privasi keluarga dan yang bukan, sehingga
suami-isteri. Hal-hal yang berhubungan
ada tradisi khusus di Madura, bahwa tamu
dengan martabat dan rasa malu adalah
tidak bisa serta merta masuk ke rumah
mutlak dan tak bisa ditawar lagi.
tanpa izin kepala keluarga. Tamu yang
Baik Kophung, Langghar ataupun dimaksud dalam pragraf ini adalah orang
Bhaqaf merupakan sebagian dari yang tidak punya hubungan famili dengan

LANGGHAR, KOPHUNG DAN BHAQAF 18


Konservasi Kebudayaan Khazanah Keislaman Maduraa
Sabda Volume 14, Nomor 1, Juni 2019 ISSN 1410–7910E-ISSN 2549-1628

keluarga di rumah tersebut. Berbeda jika dari segi bentuknya, tetapi agak sedikit
yang bertamu adalah famili, maka berbeda dalam pemanfaatan dan
kesakralan itu bisa saja hilang dan mencair fungsinya. Kedua, Kophung, Langghar
karena majlis kekeluargaan. dan Bhaqaf memiliki sedikit perbedaan
dalam segi pemanfaatan, fungsi dan
Langghar, sebagai bentuk ekspresi
posisinya, seperti berikut ini. Kophung dan
kebudayaan dan keberagamaan nyatanya
Langghar difungsikan sebagai tempat
tidak hanya sebagai pembatas antara
ibadah, menerima tamu, istirahat, dan tidur
perempuan dan laki-laki dalam beberapa
bagi laki-laki; ada juga sebagian yang
hal tertentu, tetapi juga merupakan pusat
menjadikannya sebagai tempat bekerja.
perkembangan ilmu pengetahuan masa
Posisi atau peletakan Langghar dan
lalu, di mana Langghar menjadi tempat
Kophung ada di bagian barat tanah
menuntut ilmu agama bagi anak-anak usia
keluarga dan di permukiman masyarakat;
dini, bahkan ada sebagian yang diisi
sedangkan pemanfaatnan dan fungsi
dengan mempelajari kitab-kitab ulama
Bhaqaf hanya terbatas sebagai tempat
salaf. Itulah sebabnya, mengapa Madura
ibadah, istirahat dan terletak jauh dari
menjadi salah satu pusat yang nilai-nilai
pemukiman, yaitu di area sawah atau
keagmaannya kuat dan orang-orang di
ladang, mengikuti kebutuhan dan
dalamnya fanatik terhadap kepercayaan
pekerjaan para penggunanya. Ketiga,
yang dipegangnya, walaupun dalam
Langghar pada umumnya merupakan
beberapa hal bisa saja sifat fanatik yang
bentuk dari kebudayaan dan ekspresi
sedemikian bisa merepotkan dan terkesan
keberagamaan masyarakat Madura,
kaku dan jumud. Langghar sebagai
terutama dalam membatasi privasi
lembaga pendidikan awal untuk anak-anak
keluarga dari orang luar dan juga untuk
ternyata tidak hanya terjadi di Madura
menjaga martabat diri dan keluarga.
saja, tetapi juga di Jawa, Sumatra dan
Menariknya, di samping itu juga,
tempat-tempat lain (Dirdjosandjoto, 2013:
Langghar dijadikan sebagai pusat
135-139). Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan agama, bahwa pendidikan
masyarakat Madura turut andil mewarnai
anak-anak Madura berawal dari Langghar,
unsur-unsur budaya positif di Indonesia.
mulai dari pendidikan mempelajari al-
5. Simpulan Qur’an, akhlaq, dan pelajaran agama yang
sifatnya praktis.
Dari berbagai hasil penelitian yang
diungkap di atas, setidaknya ada beberapa
titik simpul yang dapat dikemukakan,
Daftar Pustaka
sebagai berikut. Pertama, istilah Langghar
umum digunakan di seluruh masyarakat Dirdjosanjoto, Pradjarta. 2013.
Madura, sedangkan Kophung merupakan Memelihara Umat. Yokyakarta:
istilah khusus yang hanya digunakan di LkiS.
Pamekasan dan Sumenep; sementara
Bhaqaf merupakan terminologi khusus, Harits, Imron Wakhid. 2011.“The Sosial
dalam kepentingan tertentu. Namun di sisi Position and Typology of
lain, juga ada penyebutan Kophung dan Madurase Woman In Madura
Bhaqaf yang merupakan benda yang sama

LANGGHAR, KOPHUNG DAN BHAQAF 19


Konservasi Kebudayaan Khazanah Keislaman Maduraa
Sabda Volume 14, Nomor 1, Juni 2019 ISSN 1410–7910E-ISSN 2549-1628

Folktales,” Atavisme Jurnal Ilmiah


Kajian Sastra. Vol. 14, No. 2.
Heng, Jeckhi, et. al. 2013. “Konsepsi
Langgar Sebagai Ruang Sakral
Pada Tanean Lanjeng,” Jurnal
Arsitektur Komposisi. 4.
Hidayat, Ainur Rahman. 2013. Kearifan
Lokal Madura. Surabaya: Pena
Salsabila.
http://narantau.com/julukan-baru-pulau-
madura-pulau-sejuta-langgar/
https://salingamanah.com/nama-rumah-
adat-madura-tanean-keunikan-ciri-
khas-jenis-gambar-lengkap/
https://solata-
sejarahbudaya.blogspot.com/2015/
12/kebudayaan-madura.html
Muhammad, Syamsuddin. 2005. Fathul
Qorib al-Mujib. Beirut: al-Jaffan
and al-Jabi.
Prasetyo, Eko. 2014. Fungsi Bangunan
Khobung Dalam Tanian Lanjheng
Bagi Masyarakat Tebul Timur.
Yokyakarta: UIN Sunan Kali Jaga.
Rahem, Zaitur. 21-22 April 2018.
“Melacak Ajaran Multikultural
Pada Lembaga Pendidikan Islam
Tradisional Kobhung/Langger
Masyarakat Madura.” Second
Proceeding Annual Confrence For
Muslim Scholars. Surabaya:
Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel.
Sunyoto, Agus. 2018. Atlas Wali Songo.
Tangerang: Pustaka Iman.

LANGGHAR, KOPHUNG DAN BHAQAF 20


Konservasi Kebudayaan Khazanah Keislaman Maduraa

Anda mungkin juga menyukai