Anda di halaman 1dari 12

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

SUPERVISI PENDIDIKAN SERTA UGENSINYA


Oleh : Asrowi

A. Pendahuluan
Di era globalisasi ini, tuntutan untuk terus mengembangkan potensi pendidikan yang ada dalam
diri manusia sangatlah penting agar tidak tergeser oleh persaingan yang semakin lama semakin kompleks,
salah satunya dengan mendapatkan arahan pendidikan yang benar, sehingga potensi manusia dapat
berkembang secara maksimal. Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi,
kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Hal ini mendorong lembaga-lembaga sekolah untuk
selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikannya agar lebih berkualitas dan dapat mengikuti
perkembangan zaman untuk mencetak para lulusan yang handal, berkualitas, kreatif dan juga beriman dan
bertakwa.1
Dewasa ini pendidikan untuk semua (education forall) akan menjadi dambaan setiap orang.
Pendidikan seutuhnya (holisticeducation) akan banyak dibicarakan. Manusiaakan sadar bahwa hidup ini
membutuhkan belajar, untuk memperoleh pengalaman berarti menemukan kemanusiannya manusia.
Orang yang belajar memerlukan bantuan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran mendambakan orang
yang mampu mendapat bantuan (assisting), mendapat support (supporting) dan diajak untuk tukar
menukar (informasi).
Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merumuskan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
tanggungjawab. Untuk mencapai tujuan nasional tersebut perlu adanya peningkatan setiap jenis dan
jenjang pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar guru mempunyai peranan yang
sangat penting karena gurulah yang berfungsi secara langsung dalam proses belajar mengajar dalam
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.
Pendidikan yang merupakan sistem kerja yang harus saling terkait antara komponen yang satu
dengan lainnya. Bila selama ini guru selalu menjadi sorotan sekaligus ujung tombak pelaksanaan
pendidikan di berbagai jenjang, sebenarnya masih ada komponen lain yang harus diberdayakan dalam
aplikasi pendidikan di lapis bawah yaitu peran kepala sekolah. Kinerja guru dalam mengabdikan dirinya
sebagai pemecahannya, sehingga tidaklah mengherankan jika hampir setiap bangsa telah menempatkan
masalah pendidikan dalam suatu tempat yang utama.
Namun demikian, upaya untuk melaksanakan pencapaiannya yakni mencapai tujuan pendidikan
yang dikehendaki, hal itu harus diikuti dengan prinsip-prinsip yang telah dikembangkan serta teruji
kebenarannya sehingga prinsip-prinsip itupun kiranya akan mendasari pemecahan masalah baik dalam hal
kebijakannya yang akan tercermin dalam perencanaan pendidikan atau dalam perencanaan kurikulum
maupun dalam hal-hal yang lebih operasional, yang dapat kita tinjau di sekolah atau di kelas sebagai
lembaga yang melaksanakan pendidikan secara formal.
Keberhasilan suatu pendidikan didasarkan oleh banyak faktor yang mendukung. Secara global,
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa terdiri atas: 1) faktor internal (faktor dari dalam siswa),
yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa, 2) faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi
lingkungan di sekitar siswa, 3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran.2
Dari faktor-faktor tersebut, faktor pendekatan pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar
siswa. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan para
pendidik serta berbagai sumber pendidikan.3 Interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-
sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam situasi pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan,
serta bimbingan.4
Dengan demikian, untuk pencapaian hasil pembelajaran yang maksimal dalam proses pendidikan
agama Islam, maka diperlukan sesosok guru yang profesional. Proses pendidikan akan berhasil dengan
baik jika didukung oleh seorang guru yang profesional, karena dalam dunia pendidikan khususnya bagian
pengajaran tolak ukur keberhasilannya adalah guru.

1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2006), hal.
24
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2004), hal. 132
3
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2006), hal.
24
4
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2006), hal.
25
1
Dalam kenyataanya tidak sedikit dari mereka (para guru) menemui beberapa hambatan pada
dirinya yang menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut
Muhammad Ali yang dikutip oleh Cece Wijaya, secara garis besar hambatan-hambatan tersebut adalah
kurangnya daya inovasi, lemahnya motivasi untuk meningkatkan kemampuan, ketidakpedulian terhadap
berbagai perkembangan dan kurangnya sarana dan prasarana pendukung.5
Dengan adanya hambatan-hambatan tersebut yang berimbas pada tercapainya hasil pendidikan
yang kurang maksimal, maka guru tersebut memerlukan bimbingan dan pengarahan dan juga bantuan dari
pihak lain yang mempunyai kelebihan dan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi
oleh guru tersebut. Usaha untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut dapat diperoleh dari berbagai
pihak yang dapat memberikan bimbingan dan pengarahan, salah satunya adalah dengan adanya
supervisi.6
Supervisi merupakan pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat
meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. sebab,
kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru pada
khususnya agar kualitas pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas
pembelajaran, tentu dapat meningkatkan pula prestasi belajar siswa, dan itu berarti meningkatlah kualitas
lulusan sekolah itu.7
Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan adalah tantangan yang paling penting dalam
pembangunan pendidikan. Sentralisasi dalam manajemen atau pengelolaan pendidikan telah
menyebabkan kurang berkembangnya kemampuan daerah untuk mengatur dan mengelola berbagai
urusan pendidikan daerah masing-masing. Salah satu sarana terpenting dalam pendidikan adalah sekolah.
Guru sebagai tenaga pengajar merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan
dikembangankan secara terus menerus. Potensi sumber daya guru harus terus berkembang agar dapat
melaksanakan fungsinya secara professional. Oleh karena itu diperlukanlah supervisi pendidikan untuk
mengawasi dan memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.
Sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikannya dengan mengetahui perkembangan sekolah
melalui supervisi, selain itu supervisi sangat dibutuhkan oleh seorang guru yang mengalami berbagai
hambatan yang telah dipaparkan diatas dengan memberikan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dalam
mengembangkan potensi dirinya untuk menjadi seorang guru yang profesional. Oleh karena itu, supervisi
sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh seluruh sekolah.

B. Kajian Teori
1. Perencanaan Supervisi
Secara bahasa perencanaan berasal dari bahasa Inggris yaitu “planning” yang mempunyai arti
membuat rencana.8 Merencanakan pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak dilaksanakan pada
masa depan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur berbagai sumber daya agar hasil yang dicapai
sesuai dengan apa yang diharapkan.9
Ada beberapa definisi tentang perencanaan yang rumusannya berbeda-beda satu dengan yang lain.
Pertama, Cunningham mengatakan bahwa perecanaan itu ialah menyeleksi dan menghubungkan
pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang untuk
tujuan memvisualisasikan dan memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan
dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Definisi
yang kedua mengemukakan tentang perencanaan ialah hubungan antara adanya sekarang (what is) dengan
bagaimana seharusnya seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan,
prioritas, program dan alokasi sumber.10 Ketiga mendefinisikan perencanaan sebagai persiapan menyusun
sesuatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan
yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu atau suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan
perubahan sesuai dengan tujuan.11
Sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut, Friendman mengemukakan bahwa “Planning is a process
by which a scientific and technical knowledge joined to organized action” (perencanaan adalah proses
yang menggabungkan pengetahuan dan tehnik ilmiah ke dalam kegiatan yang diorganisasi.12 Suherman
dalam buku “Tehnik-tehnik Dasar Pembangunan Masyarakat” mengemukakan bahwa perencanaan adalah

5
Cece Wijaya, A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, Cet. III,1994), hal.185
6
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan teknologi dan Kejuruan, (Jakarta: Rajawali Pusat,
1990), hal. 154
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hal. 5
8
Faiz Baraba, et.al., Kamus Umum Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (Surabaya : Indah Karya, 1989), hal. 134
9
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, , 2001), hal. 49
10
Made Sudarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatoris Dengan Pendekatan Sistem, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
1999), hal. 3-4
11
Hadi Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Guru Agung, 2001), hal. 41
12
Sudjana S., Manajemen Program Pendidikan : Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia, (Bandung :Falah Production, 2004), hal. 58.
2
suatu penentuan urutan kegiatan yang didasarkan atas data dengan memperhatikan prioritas yang wajar
dengan efisien untuk tercapainya tujuan.
Dari beberapa definisi perencanaan yang telah dikemukakan di atas memperlihatkan tekanan dan
rumusan yang berbeda. Yang satu mencari wujud yang akan datang serta usaha untuk mencapainya,
sedang definisi yang lainnya menghilangkan kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang
akan datang dengan menggunakan tehnik-tehnik ilmiah secara sistematis agar sejalan dengan keadaan
lingkungan yang juga berubah dengan prioritas yang wajar sesuai tujuan yang diharapkan.
Namun dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, pada hakekatnya sama-sama ingin
mencari dan mencapai wujud yang akan datang, tetapi tidak menyatakan secara eksplisit wujud yang
dicari itu kausalitas dari terjadinya perubahan, termasuk perubahan yang diharapkan. Sehingga dapat
dibuat rumusan baru tentang pengertian perencanaan sebagai suatu cara yang diambil untuk
melaksanakan tindakan selama waktu tertentu (sesuai dengan jangka waktu yang direncakan) agar
pencapaian tujuan menjadi lebih efektif dan efesien serta relevan dengan kebutuhan kausalitas dari
terjadinya perubahan pada lingkungan.
Sedangkan pengertian supervisi secara etimologi adalah dari kata “super” yang berarti atas dan
“visi” yang berarti melihat. Dengan demikian supervisi diartikan melihat dari atas. Berdasarkan
pengertian secara etimologi, istilah-istilah supervisi yang dalam praktek, isi dan kegiatannya mengarah
pada kegiatan ke-inspeksi, kepengawasan, kepenilik.13 Inspeksi berasal dari istilah bahasa Belanda
Inspective yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan Inspection. Kedua kata tersebut berarti pengawasan,
yang terbatas kepada pengertian mengawasi apakah bawahan (dalam hal ini guru) menjalankan apa yang
diinstruksikan oleh atasannya dan bukan berusaha membantu guru.
Adapun istilah pengawas dan penilik di dalam PP No. 38 tahun 1992 Pasal 20 dijelaskan bahwa
istilah pengawas dipakai untuk menunjukkan tugasnya pada jalur pendidikan sedangkan istilah penilik
dipakai untuk menunjukkan tugasnya pada jalur pendidikan luar sekolah.14 Sedangkan dalam Keputusan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (SK Menpen) No. 118 tahun 1996 Bab I Pasal 1 tentang
Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya dinyatakan bahwa istilah pengawas sekolah
adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tanggungjawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan di sekolah dengan pembinaan dan penilaian dari segi
teknis pendidikan dan administrasi pendidikan pra-sekolah, dasar dan menengah.15
Istilah supervisi sering kita temukan dalam berbagai kepustakaan baik Indonesia maupun asing,
namun istilah supervisi sebenarnya berasal dari kurikulum SD, SMP, SMA yang diartikan pembinaan
guru. Jika yang dimaksudkan supervisi adalah pembinaan guru, maka pengertian supervisi secara
terminologi sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru terutama bantuan yang
berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah dan pengawas serta
pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.16
Dalam Dictionary of Education Good Carter memberikan pengertian bahwa supervisi adalah
usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan
guru-guru serta merevisi tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
Berbeda dengan Mc Nerney yang melihat supervisi sebagai suatu prosedur memberi arahan serta
mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.17 Sedangkan dalam Pedoman Guru
PGAN memberikan definisi supervisi pendidikan sebagai suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk diberikan kepada staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik secara efektif dan efisien.18
Dari berbagai definisi di atas, ada kesepakatan umum bahwa supervisi adalah sebagai berikut :
1) Serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional yang berencana
2) Layanan profesional tersebut diberikan kepada staf sekolah (dalam hal ini guru) yang diberikan oleh
yang ahli (kepala sekolah, penilik sekolah dan pengawas serta pembina lainnya). Maksud layanan
profesional tersebut adalah perbaikan kualitas pengajaran sehingga tujuan pendidikan yang
direncanakan tercapai
Jadi dari devinisi di atas bahwa pengertian perencanaan supervisi pendidikan adalah sebagai suatu
cara yang memuaskan dalam pembinaan dan perbaikan kualitas pengajaran dalam bentuk layanan
profesional oleh yang ahli (kepala sekolah, penilik sekolah dan pengawas serta pembina lainnya) selama
waktu tertentu (sesuai dengan jangka waktu yang direncanakan) agar pencapaian tujuan menjadi lebih
efektif dan efesien serta relevan dengan kebutuhan kausalitas dari terjadinya perubahan pada lingkungan.

13
Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Jaya, 1995), hlm 10
14
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta,PT. Rinekca Cipta, 1999), hal. 231-132
15
Panduan Tugas Jabatan Fungsional Pengawas Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Depaetemen Agama RI, 2000,
hal.7
16
Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Jaya, 1995), hlm 9
17
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000), hal. 17
18
Pedoman Guru PGAN¸ Badan Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Guru Agama, Departemen Agama, 1983,
hal. 111
3
Selanjutnya, supervisi menurut Suharsimi Arikunto adalah pembinaan yang diberikan kepada
seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar yang lebih baik.19 Pembinaan tersebut dapat berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti memberikan dorongan motivasi pada guru dalam
peningkatan kualitas pengajaran, membimbing dalam usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan
dalam pendidikan dan pengajaran, seperti pemilihan metode, alat, strategi, dan cara penilaian yang baik
terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan lain sebagainya. Hal ini juga sesuai dengan definisi yang
diungkapkan oleh Ngalim Purwanto, bahwa supervisi adalah suatu aktifitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan
mereka secara efektif.20
Menurut P. Adams dan Frank G. Diekey yang dikutip oleh Piet A. Sahertian, supervisi adalah
program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran.21 Program supervisi pada hakekatnya adalah
memperbaiki dan meningkatkan kualitas penbelajaran. Oleh karena itu, pelaksanaan program supervisi
harus direncanakan secara baik agar perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran dapat dicapai
maksimal. Hal ini menuntut adaya seorang supervisi yang profesional sehingga pengetahuan tentang ilmu
supervisi penting dipelajari oleh seorang supervisor sebelumnya.
Boardman et.yang dikutip oleh Piet. A. Sahertian, Supervisi adalah suatu usaha menstimulir,
mengkoordinir dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara
individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh
fungsi pengajaran dengan demikian mereka dapat menstimulir dan membimbing pertumbuhan tiap murid
secara kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.22
Ungkapan Boardman tentang supervisi di atas menyatakan bahwa kegiatan supervisi tidak hanya
dilakukan sekali, tetapi harus secara kontinyu, dengan demikian perkembangan potensi-potensi yang ada
pada guru dapat berkembang secara kontinyu. Salam buku yang ditulis oleh Piet. A. Sahertian, beliau
mengutip ungkapan Mc. Nerney bahwa supervisi adalah prosedur memberi arah serta mengadakan
penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran. Dengan penilaian yang secara kontinyu, maka
permasalahan–permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran akan segera diketahui dan
dianalisis yang kemudian dicari solusinya secara bersama-sama, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara maksimal.23
Selanjutnya, H. Burton dan Leo. J. Bruckner yang dikutip oleh Piet A. Sahertian, supervisi adalah
suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama- sama
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.24 Menurut Kimball Wiles,
supervisi adalah bantuan dalam perkembangan dari belajar mengajar yang baik.25
Menurut Piet. A. Sahertian beberapa unsur pokok yang termasuk dalam pengertian supervisi
adalah sebagai berikut:
b. Tujuan akhir pendidikan ialah perkembangan pribadi anak secara maksimal
c. Pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
d. Pendidikan mempunyai banyak aspek dan faktor-faktor yang banyak kait-mengkait
e. Salah satu faktor penting ialah hal belajar (murid) dan hal mengajar (guru)
f. Dua istilah itu terjalin dalam faktor-faktor lain, sehingga terdapatlah pengertian situasi belajar-
mengajar
g. Supervisi bertugas melihat dengan jelas masalah-masalah yang muncul dalam mempengaruhi situasi
belajar dan menstimulir guru ke arah usaha perbaikan.26
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa supervisi pendidikan
merupakan pembinaan yang berupa dorongan, bimbingan, bantuan, arahan dan penilaian yang diberikan
kepada seluruh staf sekolah secara kontinyu dan profesional sehingga dapat meningkatkan kemampuan
untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, yang pada akhirnya tujuan pendidikan
dapat tercapai yaitu perkembangan pribadi anak secara maksimal.
Intinya, supervisi memuat beberapa kesamaan yaitu: (1) merupakan suatu proses pemberian
bantuan, pengarahan, dan pembinaan, (2) pengajaran ditujukan kepada guru-guru, (3) bukan mencari
kesalahan bawahan, (4) diberikan untuk membantu meningkatkan dan memperbaiki kemampuan guru
dalam pengajaran, (5) meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Hasil Penelitian
1. Kontoks Supervisi Pendidikan

19
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan teknologi dan Kejuruan, (Jakarta: Rajawali Pusat,
1990), hal. 154
20
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Rosdakarya, 2002) hal.76
21
Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Tehnik Supervisi, (Surabaya: Usaha Offset Printing, 2001), hal. 18
22
Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Tehnik Supervisi, (Surabaya: Usaha Offset Printing, 2001), hal. 19
23
Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Tehnik Supervisi, (Surabaya: Usaha Offset Printing, 2001), hal. 20
24
Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Tehnik Supervisi, (Surabaya: Usaha Offset Printing, 2001), hal. 20
25
Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Tehnik Supervisi, (Surabaya: Usaha Offset Printing, 2001), hal. 18-21
26
Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Tehnik Supervisi, (Surabaya: Usaha Offset Printing, 2001), hal. 22-23
4
Supervisi pendidikan perlu dilaksanakan, menurut Swearingen dilihat dari latar belakang sebagai
berikut:
a. Latar Belakang Kultural
Di zaman yang semakin maju, manusia berkembang mengikuti kemajuan zaman, hal ini
menyebabkan perubahan dan percampuran kebudayaan. Hasil bahan-bahan yang makin komplek,
sangat mempengaruhi sikap dan tindakan manusia. Sekolah sebagai salah satu pusat kebudayaan,
bertugas dan bertanggung jawab untuk menyeleksi antara yang negatif dan yang positif. Budaya yang
bermacam-macam dapat mempengaruhi lapangan gerak pendidikan dan pengajaran. Sekolah bertugas
mengkoordinir semua usaha dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Oleh
karena itu dibutuhkan supervisi pendidikan yang bertugas untuk mengkoordinasi semua usaha
sekolah, dan memperkembangkan segala usaha untuk mencapai tujuan pendidikan.27
b. Latar belakang filosofis
Tiap zaman alam pikiran manusia mengalami peningkatan secara bertahap. Kecakapan untuk berpikir,
merencanakan dan berbuat merupakan usaha-usaha nyata dalam mengisi kebutuhan manusia. Manusia
mempunyai potensi-potensi yang menghasilkan sesuatu pada setiap situasi, sehingga dengan demikian
setiap pengalaman itu bersifat potensial kreatif, mau tidak mau dibutuhkan daya koordinasi dan
penyusunan rencana-rencana untuk mengatur interaksi manusia. Hal ini menjadi dasar filosofi bahwa
dalam pendidikan perlu adanya supervisi yang mengatur dan mengkoordinir pendidikan dan
pengajaran.
c. Latar belakang psikologis
Salah satu pandangan psikologi moderen di dalam pendidikan adalah pentingnya dorongan-dorongan
emosional bagi anak waktu belajar seperti memberi motivasi. Hal ini juga dibutuhkan oleh orang
dewasa. Usaha untuk memperkembangkan dorongan-dorongan emosional bagi orang dewasa yang
sedang belajar adalah salah satu fungsi supervisi.
d. Latar belakang sosial
Supervisi bersumber pada dasar kehidupan sosial, di mana masyarakat demokratis, pemimpin juga
demokratis. Seorang supervisor biasanya adalah seorang status leader oleh kedudukannya dan oleh
karena itu ia memikul tanggung jawab untuk merealisasikan potensi-potensi dalam memecahkan
setiap problema dengan cara mengikut sertakan pendapat orang lain.
e. Latar belakang sosiologis
Perkembangan seseorang tidak saja berdasarkan apa yang dibawa sejak lahir, tetapi bergantung juga
kepada perlengkapan fisik yaitu perkembangan melalui kondisi-kondisi sosial. Oleh karena itu dalam
proses kehidupan, maka sekolah dan masyarakat bersama-sama menaruh perhatian khusus terhadap
perkembangan intelek, emosi dan sebagainya dari anak-anak. Perlunya menyelidiki kondisi-kondisi
masyarakat yang mempengaruhi, langsung atau tidak langsung perkembangan anak sehingga guru
dapat membantu sekolah dan membina usaha-usaha didiknya adalah salah satu fungsi kreatip dari
supervisi pendidikan.
f. Latar belakang pertumbuhan jabatan
Membantu pertumbuhan jabatan guru, merupakan suatu tugas supervisor yang penting. Guru
memerlukan pengetahuan dalam menganalisa situasi belajar, menerapkan Prinsip-prinsip psikologi
modern dalam pelajaran, pengetahuan dasar research, pengetahuan tentang cara-cara kerjasama.
Sorang supervisor dapat menggunakan penemuan-penemuan baru, menyumbangkan pengetahuan
untuk memperkembangkan tanggungjawab dari setiap guru dan kesadaran dalam menggunakan setiap
kesempatan untuk belajar.

2. Fungsi Supervisi Pendidikan


Supervisi pendidikan memiliki fungsi utama yaitu ditujukan pada perbaikan dan peningkatan
kualitas pengajaran. Menurut (Suhertian : 2008 ) supervisi pendidikan sebagai berikut:28
a. Mengkoordinasi semua usaha sekolah. Usaha-usaha sekolah meliputi: (1) Usaha tiap guru. Guru
ingin menggemukakan ide dan materi pelajaran menurut pandanganya kearah peningkatan. Usaha-
usaha tersebut bersifat individu maka perlu adanya koordinasi, dan itulah fungsi koordinasi. (2)
Usaha sekolah. Sekolah dalam menentukan kebijakan, merumuskan tujuan atas setiap kegiatan
sekolah, termasuk program-program sepanjang tahun, perlu adanya koordinasi yang baik. (3) Usaha
bagi pertumbuhan jabatan. Setiap guru menginginkan jabatanya selalu naik. Oleh karena itu, guru
harus selalu belajar, mengikuti seminar, workshop, dan lain-lain.Untuk itu, perlu adanya koordinasi
yang merupakan tugas supervisi.
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah. Kepemimpinan merupakan sebuah keterampilan yang
harus dipelajari dan membutuhkan latihan terus menerus. Salah satu fungsi supervisi adalah melatih
dan memperlengkapi guru agar memiliki keterampilan dalam kepemimpinan sekolah.

27
Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Tehnik Supervisi, (Surabaya: Usaha Offset Printing, 2001), hal. 22-23
28
Maryono, Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, (Yogyakrta:Ar-Ruzz:2011), hal. 21-23
5
c. Mememperluas pengalaman guru. Supervisi harus dapat memotifasi guru untuk mau belajar
pengalaman nyata dilapangan, karena dengan adanya pengalaman tersebut akan memperkaya
pengetahuan mereka.
d. Menstimulasi usaha sekolah yang kreatif. Seorang supervisi harus bisa memberikan stimulus kepada
guru agar mereka tidak hanya bekerja atas dasar instruksi atasan, namun mereka harus dapat
berperilaku aktif dalam proses pembelajaran.
e. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus. Penilaian yang diberikan harus bersifat
menyeluruh dan kontinu. Karena mengadakan penilaian secara teratur merupakan suatu fungsi utama
dari supervisi pendidikan.
f. Menganalisis situasi belajar mengajar. Tujuan dari supervisi adalah untuk memperbaiki situasi belajar
mengajar, agar usaha ini dapat berhasil maka perlu adanya analisis hasil dan proses belajar.
g. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf supervisi berfungsi untuk
memberikan bantuan kepada guru agar dapat mengembangkan pengetahuan dalam keterampilan
mengajar.
h. Memberi wawasan luas dan terintregasi dalam merumuskan tujuan pendidikan dan meningkatkan
kemampuan mengajar guru.
Fungsi utama dari supervisi adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran. Dalam analisis
Swearingen, menurutnya ada 8 fungsi supervisi yaitu:
a) Mengkoordinir semua usaha sekolah.
b) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah.
c) Memperluas pengalaman guru-guru.
d) Menstimulir usaha-usaha yang kreatif.
e) Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus-menerus.
f) Menganalisa situasi belajar dan mengajar.
g) Memberikan pengetahuan/ skill kepada setiap anggota staf.
h) Membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.29

3. Tujuan Supervisi Pendidikan


Sebagai seorang pendidik, guru memiliki tugas yang tidak ringan, ditambah lagi beban hidup yang
berat serta harus mengahadapi peserta didik yang masih dalam proses perkembangan dan tentunya
memiliki background keluarga, budaya, ekonomi, maupun problem yang berbeda-beda. Oleh karena itu
supervisi pendidikan perlu untuk dilakukan karena pada dasarnya supervisi pendidikan dilakukan untuk
memberikan arahan dan bimbingan kepada guru agar dapat menemukan jalan keluar dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan diatas secara mandiri, sehingga dapat berimplikasi juga terhadap
peningkatan prestasi kerjanya.
Tujuan supervisi pendidikan harus sama dengan tujuan pendidikan nasioanal sesuai dengan
keputusan MPR yang tertera dalam GBHN. Tujuan khusus supervisi pendidikan merupakan tugas khusus
seorang supervisor, meliputi:30
a) Membina guru-guru untuk lebih memahami tujuan umum pendidikan. Dengan demikian akan
menghilangakn tentang anggapan adanya mata pelajaran yang penting dan tidak penting, sehingga
guru dapat mengajar dan mencapai prestasi maksimal bagi siswanya.
b) Membina guru-guru guna mengatasi problem siswa demi kemajuan prestasi belajarnya.
c) Membina guru untuk mempersiapkan siswanya menjadi anggota masyarakat yang produktif, kreatif,
etis, dan religious.
d) Membina guru dalam kemampuan mengevaluasi, mendiagnosa kesulitan belajar dan seterusnya.
e) Membina guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja yang demokratis, kooperatif serta
gotong royong.
f) Memperbesar ambisi guru dan karyawan untuk meningkatkan mutu profesinya.
g) Membina guru dan karyawan untuk dapat meningkatkan popularitas sekolah.
h) Melindungi guru dan karyawan dari tuntutan dan kritik tak wajar dari masyarakat.
i) Mengembangakan sikap kesetiakawanan dan ketemansejawatan dari seluruh tenaga pendidikan.
Intinya, tujuan supervisi ialah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik.
Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru (dan staf sekolah
yang lain) agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan
tugas, yaitu melaksanakan proses pembelajaran.31 Usaha ke arah perbaikan belajar dan mengajar
ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara
maksimal.32
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut :

29
M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2006) hal. 179-180
30
Ary H.Gunawan. Administrasi Sekolah. (Jakarta: PT.Rineka Cipta:1996), hal.198-199
31
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, hal.40
32
Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Tehnik Supervisi, hal. 23
6
a) Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya
dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan
suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
b) Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya
dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya
(tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan
suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah
direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah
ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan.

4. Jenis Supervisi Pendidikan


Dalam memahami supervisi pendidikan, ada beberapa jenis teori supervisi, yang di antaranya :
a. Supervisi umum dan supervisi pengajaran
Supervisi umum adalah supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang
secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran seperti supervisi terhadap
kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah atau kantor-kantor pendidikan, supervisi
terhadap kegiatan pengelolaan administrasi kantor, supervisi pengelolaan keuangan sekolah atau
kantor pendidikan, dan sebagainya.33
Supervisi umum yang diungkapkan oleh Ngalim Purwanto tersebut, sama pengertiannya dengan
yang dimaksud dengan pengertian supervisi administrasi dalam bukunya Suharsimi Arikunto. Beliau
mengungkapkan bahwa supervisi administrasi adalah supervisi yang menitikberatkan pengamatan
pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran.34 Jadi
dapat disimpulkan bahwa supervisi umum adalah supervisi yang ditujukan pada aspek-aspek
pendukung terlaksananya pembelajaran dengan kegiatan yang tidak langsung berhubungan dengan
pengajaran.
Sedangkan yang dimaksud dengan supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan kepengawasan
yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personel maupun material yang
memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan
pendidikan.35 Supervisi pengajaran sama dengan supervisi akademik. Supervisi akademik adalah
supervisi yang menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada
dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang
dalam proses belajar.36
b. Supervisi Klinis
Menurut Richard Waller dalam bukunya Ngalim Purwanto mendefinisikan supervisi klinis adalah
supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari
tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar
sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional. Selain itu definisi supervisi
klinis juga dikemukakan oleh Keith Acheson dan Meredith D. Gall, mereka mendefinisikan supervisi
klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku
mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.37
Dari kedua definisi di atas maka kita dapat mengetahui bahwa supervisi klinis termasuk bagian
dari supervisi pengajaran, karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-
sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula
diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut. Secara teknik
supervisi klinis terdiri dari 3 fase yaitu: (1) pertemuan perencanaan (2) observasi kelas dan (3)
pertemuan balik
c. Pengawasan melekat dan pengawasan fungsional
Istilah "pengawasan melekat" diturunkan dari bahasa asing built in controle yang berarti suatu
pengawasan yang memang sudah dengan sendirinya (melekat) menjadi tugas dan tanggung jawab
semua pimpinan, dari pimpinan tingkat atas sampai pimpinan tingkat yang paling bawah dari semua
organisasi atau lembaga. Sedangkan yang dimaksud dengan "pengawasan fungsional" adalah
kegiatan-kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang yang fungsi jabatannya sebaagai
pengawas.38
Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pemimpin bertanggungjawab atas pengawasan pelaksanaan
semua tugas dan kewajiban yang dilaksanakan oleh pimpinan bawahannya dalam organisasi kerjanya.

33
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi, hal. 89
34
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, hal. 5
35
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi, hal. 89
36
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, hal. 5
37
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi, hal. 90
38
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi, hal. 92-93
7
Hal ini sesuai dengan definisi pengawasan melekat, sedangkan supervisi pengawasan fungsional
bertugas mengawasi khusus bagian-bagian yang telah ditunjuk.

5. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan


Menurut Ngalim Purwanto beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam supervisi adalah
sebagai berikut: 39
a) Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif. Yaitu pada yang dibimbing dan diawasi harus
dapat menimbulkan dorongan untuk bekerja.
b) Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya (realistis, mudah
dilaksanakan)
c) Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.
d) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru-guru dan pegawai-pegawai sekolah yang
disupervisi.
e) Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan atas dasar hubungan pribadi.
f) Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap, dan mungkin prasangka guru-guru dan
pegawai sekolah.
g) Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat menimbulkan perasaan gelisah atau bahkan
anti pati dari guru-guru.
h) Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat/kedudukan atau kekuasaan pribadi.
i) Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan kekurangan.
j) Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil dan tidak boleh lekas kecewa.
k) Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif, dan kooperatif. Preventif berarti berusaha
mencegah jangan sampai timbul hal-hal yang negatif, mengusahakan/ memenuhi syarat-syarat
sebelum terjadinya sesuatu yang tidak kita harapkan. Korektif berarti memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang telah diperbuat. Kooperatif berarti bahwa mencari kesalahan-kesalahan atau
kekurangan-kekurangan dan usaha memperbaikinya dilakukan bersama-sama oleh supervisor dan
orang-orang yang diawasi.
Sedangkan menurut Tahalele dan Indrafachrudi prinsip-prinsip supervisi sebagai berikut;
a) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif,
b) Supervisi harus kreatif dan konstruktif,
c) Supervisi harus ”scientific” dan efektif,
d) Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru,
e) Supervisi harus berdasarkan kenyataan,
f) Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan “self
evaluation”
Prinsip-prinsip tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang supervisor dalam
pelaksanaan supervisi. Dengan melaksanakan Prinsip-prinsip tersebut maka pelaksanaan supervisi dapat
berjalan dengan baik dan maksimal.

6. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan


Teknik dalam supervisi ini adalah cara-cara yang digunakan dalam kegiatan supervisi. Menurut
Gwynn, Teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu (a) teknik supervisi
individual, dan (a) teknik supervisi kelompok.40
a. Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu
yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan.41 Teknik supervisi pendidikan yang
bersifat individual antara lain perkunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling
mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri.42
b. Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada
dua orang atau lebih.43 Guru-guru yang diduga mempunyai permasalahan yang sama maka
dikelompokkan sesuai dengan masalah atau kebutuhan mereka, kemudian setiap kelompok diberikan
layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Teknik kelompok
dapat dilakukan dengan cara seperti rapat guru, lokakarya, penataran, seminar, diskusi, dan
sebagainya.
39
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, hal.117-118
40
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru,, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1992) hal. 45
41
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru,, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1992) hal. 46
42
Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Tehnik Supervisi, hal. 45
43
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru,, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1992) hal. 49
8
Selanjutnya, Supervisor hendaknya dapat memilih teknik supervisi yang tepat, sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Untuk kepentingan tersebut, berikut diuraikan beberapa teknik supervisi yang
dapat dipilih dan digunakan supervisor pendidikan. Teknik-teknik supervisi menurut Pidarta (1992)
meliputi:
a. Teknik-teknik yang berhubungan dengan kelas, meliputi: (1) Observasi kelas (2) Kunjungan kelas
b. Teknik-teknik dengan berdiskusi, meliputi: (1) Pertemuan formal (2) Pertemuan informal
c. Rapat guru
d. Supervisi yang direncanakan bersama, meliputi: (1)Teknik supervisi sebaya (2)Teknik yang memakai
pendapat siswa dan alat elektronika
e. Teknik yang mengunjungi sekolah lain
f. Teknik melalui pertemuan pendidikan.44

7. Tipe-Tipe Supervisi Pendidikan


Dalam konsep lama, supervisor dilakukan oleh seorang pemimpin, maka dalam tipe-tipe supervisi
tidak dapat dilepaskan dari tipe-tipe kepemimpinan, tetapi juga tipe-tipe kepengawasan. Menurut
Suharsimi Arikunto ada lima tipe supervisi yaitu : 45
a. Tipe Inspeksi
Dalam administrasi dan kepemimpinan yang otokratis, supervisi berarti inspeksi. Inspeksi
bukanlah suatu pengawasan yang berusaha menolong guru untuk mengembangkan dan memperbaiki
cara dan daya kerja sebagai pendidik dan pengajar.46 Supervisi inspeksi ini dijalankan terutama untuk
mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan
seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.47 Supervisi tipe inspeksi
dikonotasikan sebagai upaya untuk mencari-cari kesalahan. Hal itu dimaksudkan untuk
mengidentifikasi hal-hal yang baik dan buruk yang sudah dilaksanakan, kemudian untuk dapat
memberikan angka atau nilai dalam rangka menentukan posisi kondisi baik atau buruk bagi seorang
pegawai.

b. Tipe Laisses Faire


Tipe ini menginterpretasikan demokrasi sebagai pemberi kebebasan seluas-luasnya kepada
bawahan sehingga akhirnya supervisor sendiri kehilangan otoritas sama sekali. Supervisor
menyerahkan/ mempercayai bawahannya untuk mengambil keputusan apa saja.48 Supervisor yang
biasa menerapkan tipe ini dapat dikatakan tidak memberikan bimbingan kepada para bawahan yang
menjadi tanggungjawabnya.49
c. Tipe Coersive
Supervisi ini juga disebut dengan supervisi otoriter, hampir sama dengan tipe inspeksi. Tipe
supervisi ini bersifat memaksa. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak
cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi, tetap saja dipaksakan berlakunya.50
Dengan demikian pada tipe ini guru tidak diberi kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang
diberlakukan tersebut. Tipe ini baik dilakukan pada guru-guru yang baru mulai belajar mengajar dan
pelaku supervisor adalah orang yang telah dianggap senior sehingga dapat dijadikan panutan dan
contoh bagi orang yang disupervisi.
d. Tipe Training and Guidance
Supervisi tipe training dan guidance diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. 51 Tipe
supervisi ini berlandaskan suatu pandangan bahwa pendidikan itu merupakan proses pertumbuhan
bimbingan. Supervisi yang dilakukan ialah untuk melatih (to train) dan memberi bimbingan (to guide)
kepada guru-guru tersebut dalam pekerjaannya sebagai guru.52 Dalam tipe ini staf dan guru selalu
mendapatkan bimbingan dan latihan dari supervisor, sehingga menimbulkan kurang adanya
kepercayaan terhadap kemampuan guru-guru dan staf yang mereka miliki.
e. Tipe Demokratis
Dalam tipe ini, supervisor selalu menghargai pendapat dari para bawahannya (yang disupervisi)
dan memberikan kepada mereka untuk mengembangkan daya kreatifitasnya. Mereka bekerjasama
untuk mencapai tujuan bersama. Semua keputusan diambil dengan jalan musyawarah bersama.

44
Jurnal. Supervisi Pendidikan Sekolah Dasar. Imam Setiyono. 2005. Jurnal pendidikan dasar, vol. 6, no.1, 2005
45
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, hal.14
46
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, hal. 80
47
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, hal. 15
48
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996) hal. 200-
201
49
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi ,hal. 16
50
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi ,hal. 16
51
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi ,hal. 16
52
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, hal. 81
9
Pelaksanaan keputusan dilakukan bersama-sama karena keputusan tersebut dirasakan telah menjadi
miliknya.53

8. Metode-Metode Supervisi Pendidikan


Dalam melaksanakan supervisi pendidikan, terdapat dua metode supervisi pendidikan yang dapat
dilakukan untuk dapat mencapai tujuan supervisi pendidikan, yaitu:54
a. Metode Langsung (direct method)
Bila seorang supervisor menghadapi orang-orang yang disupervisi tanpa perantara atau media, maka
dikatakan bahwasanya dia mengunakan metode langsung, baik individu maupun kelompok. Misalnya
konsultasi pribadi/kelompok, pertemuan guru bidang studi dan sebagainya.
b. Metode tak langsung (indirect method)
Bila seorang supervisor menghadapi orang-orang yang disupervisi menggunakan alat/benda perantara
dalam melaksanakan supervisi, maka hal tersebut dengan metode supervisi tidak langsung. Misalkan
dengan menggunakan media papan pengumuman, handphone, telephone, e-mail dan sebagainya.

C. Pembahasan Temuan
Kajian yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan supervisi pendidikan meliputi beberapa segi,
yaitu; segi kelembagaan, segi kepegawaiaan dan segi komponen-komponen dan substansi.55
1. Segi kelembagaan
Dalam segi kelembagaan, pengawas/ supervisor adalah Pegawai Negeri Sipil Jabatan Fungsional
dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun di Departemen Agama yang
melaksanakan tugas dalam pembinaan dan perbaikan kualitas pengajaran. Perencanaan supervisi
pendidikan di tingkat departemen/ instansi ini dilihat dari ruang lingkup perencanaan merupakan jenis
perencanaan meso, yaitu perencanaan yang ruang lingkupnya mencakup wilayah pendidikan tertentu,
misalnya satu provinsi yang pada umumnya diprakarsai oleh departemen/ instansi pendidikan yang
membawahi lembaga-lembaga pendidikan dasar dan menengah di daerah itu. Kegiatan perencanaan
supervisi pendidikan yang dilakukan departemen pendidikan dalam menentukan kebijakan-kebijakan
di daerah dengan berdasarkan pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas
Pendidikan dan Angka Kredit untuk departemen/ instansi masng-masing.56 Hal tersebut sesuai dengan
pertanggungjawaban vertikal antara Pemda Propinsi dan Pemerintah Pusat dalam hubungan
kemitraan, seperti yang telah ditentukan dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemda, Kabupaten
mempunyai otonomi yang seluas-luasnya.57
2. Segi kepegawaian
Dalam kepegawaian, kenaikan pangkat dan jabatan pengawas ditetapkan berdasarkan Angka
Kredit, karena pengawas merupakan pejabat fungsional. Penetapan Angka Kredit (PAK) prestasi kerja
pengawas sesuai dengan bukti prestasi yang ditentukan dalam evaluasi kerja. Melalui perencanaan
langkah-langkah kegiatan supervisi yang mencakup; persiapan. pelaksanaan, evaluasi dan tindak
lanjut yang terencana disamping akan meningkatkan profesionalisme pengawasan juga pada
pengembangan karier kerja pengawas untuk kenaikan jabatan/ pangkat.58
3. Segi komponen-komponen dan substansi
Komponen pengawasan/ supervisi pendidikan meliputi; segi teknis pendidikan dan administrasi.
Adapun dari segi teknis pendidikan meliputi; kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian dan
kegiatan ekstra kurikuler. Sedangkan dari segi administrasi meliputi; administrasi madrasah/ sekolah,
kepegawaian, kesiswaan, guru, laboratorium dan sebagainya. Disamping komponen tersebut, setiap
pengawas diharapkan memiliki wawasan dan kemampuan profesional dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam kaitannya dengan kurikulum, sehingga diharapkan mampu memberikan penilaian dan
pembinaan secara benar.59
Secara umum, gambaran perencanaan supervisi dapat digambarkan sebagai berikut, kegiatan
perencanaan mengacu pada kegiatan identifikasi permasalahan, yakni mengidentifikasi aspek-aspek yang
perlu disupervisi. Identifikasi dilaksanakan dengan menganalisis kelebihan, kekurangan, peluang, dan
ancaman dari aspek kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru agar supervisi lebih efektif dan
tepat sasaran. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan supervisi adalah
a) Mengumpulkan data melalui kunjungan kelas, pertemuan pribadi dan rapat staf

53
Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional,1982) hal.285
54
Ary H.Gunawan. Administrasi Sekolah. (Jakarta: PT.Rineka Cipta:1996), hal..203-204
55
Panduan Tugas Jabatan Fungsional Pengawas Pendidikan Agama Islam, Departemen Agama RI, Jakarta, 2000, hal.
3
56
Standart Supervisi dan Evaluasi Pendidikan : Supervisi Akademik dan evaluasi Program, Direktorat Madrasah dan
Pendidikan Agama Islam Pada sekolah Umum, Departemen Agama RI, 2003, hal. 2
57
A.R. Tila’ar, Paradigma Pendidikan Nasional, (Jakarta,Rineka Cipta, 2000), hal. 106
58
A.R. Tila’ar, Paradigma Pendidikan Nasional, (Jakarta,Rineka Cipta, 2000), hal. 106
59
A.R. Tila’ar, Paradigma Pendidikan Nasional, (Jakarta,Rineka Cipta, 2000), hal. 106
10
b) Mengolah data dengan melakukan koreksi kebenaran terhadap data yang dikumpulkan
c) Mengklasifikasi data sesuai dengan bidang permasalahan
d) Menarik kesimpulan tentang permasalahan sasaran sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
e) Menetapkan teknik yang tepat digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan profesionalisme
guru.

Selanjutnya, supervisi pendidikan merupakan kesatuan aspek dalam penyelenggaraan pendidikan


di sekolah,60 rincian ruang lingkup supervisi pendidikan yang kaitannya dengan penyenggaraan suatu
sekolah adalah :
a. Supervisi di bidang kurikulum
b. Supervisi di bidang Kesiswaan
c. Supervisi di bidang Kepegawaian
d. Supervisi di bidangsa sarana dan prasarana
e. Supervisi di bidang keuangan
f. Supervisi di bidang humas
g. Supervisi di bidang ketatausahaan.61
Pelaksanaan supervisi di sekolah sangat perlu dilaksanakan, sebab permasalahan yang hadapai
sekolah semakin komplek. Dengan supervisi diharapkan mampu merubah paradikma pemikiran yang
bercorak otoriter, otoratik dan korektif. Untuk itu, supervisi harus dilakukan dalam pembenahan secara
nyata dan bertahap di tingkat sekolah dan harus berdasarkan data dan realita yang oblektif. 62
Selanjutnya, ada dua aspek yang mendasar dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, yaitu :
a) Aspek perkembangan kurikulum. Perkembangan ini harus selalu berjalan dalam rangka penyesuaian
dengan kebutuhan pendidikan dari masa ke masa. Oleh karenanya, guru dituntut kreatif dan inofatif
dalam peningkatan kualitas pembelajaran, sebab permasalahan dan kebutuhan informasi serta
peningkatan mutu sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
b) Aspek pengembangan individu dan kelompok. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mutu
penyelenggara pendidikan melalui kegitan-kegiatan yang mendukung program kerja sekolah. Di
antara kegitan itu di antaranya menyelenggarakan lokakarya, penataran, tugas belajar, seminar dan
berbagai kegitan yang terkait dengan riset pendidikan.63
Selain supervisi pendidikan, ada jenis lain supervisi yaitu, supervisi pengajaran. Di dalam
supervisi pengajaran ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah, yang tujuannya
memperbaiki kinerja lembaga pendidikan dari mulai guru, kepala sekolah dan ruang lingkupnya dalam
proses pembelajaran.64 Secara umum ada dua macam supervisi pengajaran, yaitu :
a. Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah pada staf dan guru di sekolah.
b. Supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan guru dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolah. Hal-hal yang diamati oleh pengawas sekolah meliputi :
1) Bidang akademik
2) Bidang kesiswaan
3) Bidang Personalia
4) Bidang Keuangan
5) Bidang sarana dan prasarana
6) Bidang hubungan masyarakat.65

D. Penutup
Supervisi merupakan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan
yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk
atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. Supervisi sering diartikan sebagai bantuan yang
diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik. supervisi pendidikan perlu untuk
dilakukan karena pada dasarnya supervisi pendidikan dilakukan untuk memberikan arahan dan bimbingan
kepada guru agar dapat menemukan jalan keluar dalam menghadapi permasalahan-permasalahan diatas
secara mandiri, sehingga dapat berimplikasi juga terhadap peningkatan prestasi kerjanya. Supervisi
pendidikan memiliki fungsi utama yaitu ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran.
Dalam melaksanakan tugasnya seorang supervisor harus berpegang pada prinsip-prinsip yang kokoh demi
kesuksesan tugasnya.

60
Ibrahim Bafadal, Dasar-dasar Menejemen dan Supervisi Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001),
hal.74
61
Ibrahim Bafadal, Dasar-dasar Menejemen dan Supervisi Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001),
hal.75-78
62
Muhthar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta : GP Press, 2009), hal. 46
63
Suryasubrata, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta, Rineka Cipta, 1997), hal. 82
64
Suryasubrata, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta, Rineka Cipta, 1997), hal. 89
65
Muhthar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta : GP Press, 2009), hal. 48-49
11
Sedangkan, langkah-langkah supervisi yaitu: pengawas dan kepala sekolah berdiskusi menyusun
rencana kerja untuk jangka waktu tertentu, pengawas dan kepala sekolah menciptakan koordinasi yang
baik dalam pelaksanaan supervisi agar tidak terjadi kesalahpahaman, pengawas dan kepala sekolah
menelaah instrumen yang diperlukan, kepala sekolah mengadakan rapat pleno dengan guru, kepala
sekolah menyampaikan usulan dari guru ke pengawas, pengawas dan kepala sekolah menyusun rencana
operasional untuk melaksanakan supervisi, dan pengawas dan kepala sekolah menyusun laporan tentang
pelaksanaan supervisi untuk lingkup wilayah yang menjadi tanggung jawabnya kepada Dinas Pendidikan
tingkat kabupaten/kota. Di dalam supervisi pengajaran ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan
pengawas sekolah, yang tujuannya memperbaiki kinerja lembaga pendidikan dari mulai guru, kepala
sekolah dan ruang lingkupnya dalam proses pembelajaran.
Tujuan supervisi ialah membantu memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan sekolah sehingga
tercapai kondisi belajar mengajar yang baik. Berlandaskan tujuan supervisi tersebut diharapkan guru
dapat bekerja keras, demokratis, ramah, sabar, luas pandangan, sopan santun, jujur, suka humor,
konsisten, fleksibel, dan lain-lain.Agar supervisi mendapatkan hasil yang baik, hendaknya supervisor
bersikap bersahabat, mendengarkan pembicaraan, berusaha meningkatkan partisipasi, ikut menyumbang
teknik menganalisis permasalahan, memberi saran-saran, mencatat rencana, membuat ringkasan dan
membuat penilaian. Supervisor dalam melakukan supervisi, perlu membuat instrumen yang meliputi:
instrumen penerimaan dan orientasi siswa baru, instrumen pengendali jadwal pelajaran, instrumen
pemantauan ulangan umum, instrumen pemantauan ujian akhir, instrumen supervisi administrasi sekolah
dan kelas, dan instrumen observasi kelas.

DAFTAR PUSTAKA

A.R. Tila’ar, Paradigma Pendidikan Nasional, Jakarta,Rineka Cipta, 2000.


Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, Jakarta : Pustaka Jaya, 1995.
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996)
Ary H.Gunawan, Administrasi Sekolah, Jakarta: PT.Rineka Cipta:1996
Cece Wijaya, A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1994.
Faiz Baraba, et.al., Kamus Umum Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, Surabaya : Indah Karya, 1989.
Hadi Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta : Guru Agung, 2001.
Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan, Surabaya:
Usaha Nasional,1982.
Ibrahim Bafadal, Dasar-dasar Menejemen dan Supervisi Taman Kanak-kanak, Jakarta : Bumi Aksara,
2001
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru,,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1992)
Jurnal. Supervisi Pendidikan Sekolah Dasar. Imam Setiyono, Jurnal pendidikan dasar, vol. 6, no.1, 2005
M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta,2006.
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Rosdakarya, 2002.
Made Sudarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatoris Dengan Pendekatan Sistem, Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 1999
Maryono, Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, Yogyakrta: Ar-Ruzz, 2011.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2004
Muhthar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta : GP Press, 2009.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,
2006
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
Panduan Tugas Jabatan Fungsional Pengawas Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Depaetemen Agama RI,
2000.
Pedoman Guru PGAN¸ Badan Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Guru Agama, Departemen
Agama, 1983.
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Supervisi Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000.
Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Tehnik Supervisi, Surabaya: Usaha Offset Printing, 2001.
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta,PT. Rinekca Cipta, 1999.
Standart Supervisi dan Evaluasi Pendidikan : Supervisi Akademik dan evaluasi Program, Direktorat
Madrasah dan Pendidikan Agama Islam Pada sekolah Umum, Departemen Agama RI, 2003.
Sudjana S., Manajemen Program Pendidikan : Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Bandung :Falah Production, 2004.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan teknologi dan Kejuruan, Jakarta:
Rajawali Pusat, 1990.
Suryasubrata, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 1997.

12

Anda mungkin juga menyukai