Anda di halaman 1dari 4

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI


Alamat: Jl. Terusan Pemuda No. 1A Telp. (0231) 488929 Faks. (0231) 488929 Cirebon 45132
Website: fh.unswagati.ac.id E-mail: fh@ugj.ac.id

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021


FM-PM-08.1/08-06/R0

Nama : Gustav Kusuma Yoga Manurung


NPM : 118010034
Semester&kela : V B(LIMA, Kelas B)
s
Mata Kuliah : Hukum Pajak
Hari : Senin, 25 Januari 2021
Dosen & email : ALIP RAHMAN, SH.,MH / aliprahman8@gmail.com
Fakultas FAKULTAS HUKUM / fakultashukum.ugj@gmail.com
Petunjuk : File jawaban diberi nama NPM_Nama_Kls_MK contoh
(118010001_Andri_A_HukumPajak)
Kirim jawaban melalui email kepada dosen pengajar dan fakultas dengan subjek
email UAS MK Kelas contoh (UAS Hukum Pajak A)

SOAL !

Hukum Pajak dalam Tata Hukum di Indomesia memiliki kedudukan tertentu, demikian pula
dalam kehidupan bernegara yang sedang membangun, sector perpajakan menjadi sumber
pendapatan yang potensial bagi Negara baik di Pusat maupun Daerah sesuai dengan klasifikasi
pajak dan kapasitasnya masing-masing. BPHTB termasuk di dalamnya SKBKB.SKBKBT, dan
STB menjadi sangat strategis bagi daerah dalam membiayai pembangunan dan untuk
memantapkan Otonomi Daerah.

Pertanyaan :
1. a. Tunjukkan letak kedudukan hukum pajak dalam tata hukum di Indonesia, Jelaskan
dan uraikan kedudukan hukum pajak tersebut menurut pendapat Prof. Dr. PJA
Adriani?
b. Sebut dan jelaskan apa yang dimaksud“Equality”, dan apa bedanya
dengan“Equity”dalamThe Four Maxim,s Adam Smith Canon
2. a. Apa yang saudara ketahui tentang BPHTB, sebut dan jelaskan prinsip-prinsip
hukumnya.
b. Dasar pengenaan dan peristiwa hukum apa saja yang menyebabkan diperolehnya
BPHTB, dan berapakah tarif yang dikenakan terhadap peristiwa tersebut ?
3. Jelaskan : makna, maksud penerbitannya, sanksi, dan kekuatan hukumnya tentang :
a. SKBKBT ?
b. STB ?
4. A membeli tanah berikut bangunannya yang terletak di Jl. Cempaka Raya No. 2 A
Cirebon dengan nilai perolehan obyek pajak Rp.1.000.000.000,00 (1 M), dan nilai
perolehan tidak kena pajak yang berlaku sebesarRp 60.000.000,00 (60 juta). Hitung
berapakah BPHTB yang harus dibayar?

=======AAD=======

Jawab :
1. A, Menurut pendapat Prof. Dr. PJA Adriani Kedudukan Hukum Pajak di Indonesia
terletak di Hukum Publik,karena Hukum Publik mengatur mengatur hubungan
pemerintah dengan rakyatnya,salah satunya :
1) Hukum Tata Negara.
2) Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi Negara).
3) Hukum Pajak.
4) Hukum Pidana.
Kedudukan Hukum Pajak menurut Prof.P.J.A Adriani adalah Hukum Pajak
merupakan ilmu pengetahuan sendiri yang terlepas dari Hukum Administrasi
Negara, dengan alasan :
 Tugas Hukum Pajak bersifat berbeda dengan Hukum Administrasi Negara;
 Hukum Pajak berkaitan erat dengan Hukum Perdata;
 Hukum Pajak dapat secara langsung digunakan sebagai politik perekonomian;
 Hukum Pajak memiliki ketentuan dan istilah-istilah yang khas untuk bidang
tugasnya.
B. “Equality”, adalah Kesetaraan sosial yaitu tata politik sosial di mana semua orang
yang berada dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu memiliki status yang sama.
Berbeda dengan “Equity”dalam The Four Maxim,s Adam Smith Canon karena
“Equity” yang dimaksud dalam The Four Maxim,s Adam Smith Canon adalah
besarnya hak atau kepentingan pemilik atau entitas pada harta suatu perusahaan.

2. A. Yang saya ketahui tentang BPHTB adalah singkatan dari Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan yang mempunyai arti pungutan atas perolehan hak atas tanah dan
atau bangunan. Pungutan ini ditanggung oleh pembeli dan hampir mirip dengan PPh
bagi penjual. Sehingga pihak penjual dan pembeli sama-sama memiliki tanggung jawab
untuk membayar pajak.
 Prinsip-prinsip BPHTB :
Di dalam Pasal 3 ayat 3 UUD 1945, disebutkan dengan jelas bahwa bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan diperuntukan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal ini menjadi prinsip paling mendasar
dari pemberlakuan BPHTB di Indonesia. Artinya, setiap orang yang memperoleh hak
atas tanah dan bangunan, maka sewajarnya memberikan sebagian nilai ekonomi yang
diperoleh kepada negara melalui pajak. Pajak ini juga yang nantinya digunakan
kemakmuran rakyat secara luas.
B. BPHTB dikenakan untuk semua transaksi properti, yang dibeli dari perorangan
maupun “developer” dan besarnya 5% dari nilai transaksi setelah dikurangi NJOPTKP
(Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak). NJOPTKP sendiri berbeda besarannya di
setiap daerah.
3. A. SKBKBT.
 Makna;
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) SKPKBT adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan.
 Maksud penerbitan;
SKPKBT menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Jadi,
munculnya surat ini dikarenakan adanya data baru yang belum terungkap pada
saat fiskus melakukan pemeriksaan sebelumnya pada tahun pajak yang
bersangkutan. Sehingga, keberadaan surat tersebut akan menambah jumlah pajak
terutang yang harus dibayar oleh wajib pajak, baik itu wajib pajak pribadi
maupun wajib pajak badan.
 Sanksi;
Pasal 15 ayat 1-4 Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana perubahan ketiga Undang-Undang No.
28 Tahun 2007 “Jika dalam jangka waktu 5 tahun telah lewat, maka SKPKBT
tetap dapat diterbitkan ditambah dengan sanksi bunga sebesar 48% dari jumlah
pajak yang tidak atau kurang bayar. Selain itu, dalam jangka waktu 5 tahun
wajib pajak dipidana karena melakukan tindakan pidana di bidang perpajakan
atau tindakan pidana lain yang dapat menimbulkan kerugian pendapatan
negara.”.
 Kekuatan Hukum;
Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap.
B. STB.
 Makna;
Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang selanjutnya
disebut dengan “STB” adalah Surat untuk melakukan tagihan BPHTB dan/atau
sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
 Maksud Penerbitan;
STB diterbitkan untuk menagih utang pajak yang bersifat jelas dan pasti sesuai
pengakuan Wajib Pajak dalam Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (SSB) serta tidak mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib
Pajak. Oleh karenanya, terhadap STB tidak dapat diajukan keberatan oleh
Wajib Pajak.
 Sanksi;
Sanksi administrasi dalam Surat Tagihan Pajak berdasarkan Pasal 14 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah sebagai berikut: Sanksi administrasi
berupa denda Rp50.000,- apabila Wajib Pajak tidak atau terlambat
menyampaikan STB Masa.
 Kekuatan Hukum;
Memiliki Kekuatan Hukum berdasarkan Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang KUP
menyebutkan bahwa STB mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan
surat ketetapan pajak.

4. A. Rumus Pemayaran BPHTB yang harus dibayar adalah nilai perolehan obyek pajak
Rp.1.000.000.000,00 (1 M) dikurangi nilai perolehan tidak kena pajak yang berlaku
sebesar Rp 60.000.000,00 (60 juta) lalu dikali 5% dari hasil pengurangan tersebut.
Pembayaran BPHTB = Rp.1.000.000.000,00 – Rp.60.000.000,00 = Rp. 40.000.000,00.
Pembayaran BPHTB = 5% x Rp. 40.000.000,00.
Pembayaran BPHTB =Rp.2.000.000,00.
Jadi Pembayaran BPHTB adalah sebesar Rp.2.000.000,00.(2 Juta).

Anda mungkin juga menyukai