Anda di halaman 1dari 39

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

MAHASISWA PRODI D3 KEPERAWATAN MALANG


POLTEKKES KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama : RISKA FITRIANI

NIM : P17220194052

Tingkat : 3

Kelompok : 2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS TIPE 2

A. PENGERTIAN
Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula darah akibat kerusakan pada sekresi insulin dan
kerja insulin (Suddart, 2013)

Sedangkan menurut (Febrinasari, 2020) diabetes melitus merupakan gangguan


metabolisme tubuh yang telah menahun yang biasanya orang sebut dengan kencing
manis dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat digunakan secara efektif
dalam mengatur keseimbangan gula darah sehingga meningkatkan konsentrasi
kadar glukosa di dalam darah atau hiperglikemia.

B. KLASIFIKASI DIABETES MELITUS


Menurut (Suddart, 2013) tipe diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu :
- Tipe 1 (Diabetes melitus tergantung insulin)
Diabetes tipe 1 yang dulu disebut diabetes melitus tergantung insulin. Pada tipe
ini pasien yang mengalami ditandai dengan kerusakan sel – sel beta pankreas
akibat faktor genetis dan imunologis, awitan diabetes 1 terjadi secara
mendadak, biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun sebanyak 5 – 10% pasien
mengalami diabetes tipe 1.
- Tipe 2 (Diabetes melitus tak tergantung insulin)
Sekitar 90 – 95% pasien menyandang diabetes melitus tipe 2, tipe 2 disebabkan
karena penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat
dari penurunan jumlah insulin yang diproduksi. Diabetes tipe 2 paling sering
dialami oleh pasien berusia diatas 30 tahun dan yang memiliki obesitas, tipe ini
ditangani dengan diet, olahraga dann dengan agens hipoglemik oral sesuai
kebutuhan.
- Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional ditandai dengan intoleransi glukosa yang muncul selama
kehamilan biasanya pada trimester kedua atau ketiga. Risiko diabetes
gestasional mencakup obesitas, memiliki riwayat pernah mengalami diabetes
gestasional, keluarga memiliki riwayat diabetes gestasional dan glikosuria.
C. ETIOLOGI
Diabetes tipe 2 sepuluh kali lipat lebih sering ditemukan dan memiliki predisposisi
genetik yang jauh lebih kuat namun defek yang menyebabkan diabetes tipe 2 masih
belum diketahui, sebagian karena tipe 2 memiliki sifat penyakit yang heterogen
serta kemungkinan kausa poligenik.
Dari hipotesis para peneliti penyebab terjadinya diabetes tipe 2 :
- Resistensi Insulin
Resistensi insulin merupakan kelainan primer yang menyebabkan peningkatan
sekresi insulin yang akhirnya tidak dapat dipertahankan oleh pankreas sehingga
pankreas akan kelelahan dan tidak dapat mengimbangi kebutuhan insulin, yang
kemungkinan disebabkan karena toksik dari tumpukan protein di retikulum
endoplasma sel beta (Ganong F & McPhee, 2010)

Faktor Resiko

Peningkatan jumlah penderita DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu


faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu :

- Faktor resiko yang dapat dimodifikasi antara lain :


1. Obesitas (Kegemukan)
Terdapat korelas antara obesitas dengan kadar gula darah, apabila derajat
kegemukan IMT > 25 kg/m2 dapat menyebabkan peningkatan kadar gula
darah menejadi 200 mg.
2. Dislipidemia
Keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (trgliserida) >
250mg/dL. Kadar kolesterol dalam darah yang meningkat dapat
menyebabkan sekresi insulin dan menyebabkan resistensi insulin sehinga
meningkatkan risiko diabetes.
3. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah berkaitan dengan ketidaktepatan penyimpanan
garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi
pembuluh darah.
4. Alkohol dan Rokok
Peningkatan kasus DM berkaitan dengan perubahan gaya hidup seperti
mengonsumsi alkohol dan merokok. Alkohol dapat mengganggu
metabolisme gula darah sehingga mempersulit regulasi gula darah dan
meningkatkan tekanan darah demikian juga pada rokok.
- Faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain :
1. Umur
Berdasarkan penelitian usia yang terbanyak terkena DM yaitu >45 tahun.
2. Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental.
Individu yang memiliki keturunan penderita DM memiliki risiko 6 kali
lipat mengalami penyakit yang sama.
3. Riwayat Keluarga DM
Seseorang yang menderita DM diduga mempunyai gen resesif diabetes,
hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebutt yang
dapat menderita DM (Fatimah, 2015)

D. PATOFISIOOGI
- Resistensi Insulin
Dua patofisiologi utama yang mendasari terjadinya kasus DM tipe 2 secara
genetik adalah resistensi insulin dan defek fungsi sel beta pankreas.
Resistensi insulin merupakan kondisi umum bagi orang-orang dengan
berat badan overweight atau obesitas. Insulin tidak dapat bekerja secara optimal
di sel otot, lemak, dan hati sehingga memaksa pankreas mengkompensasi untuk
memproduksi insulin lebih banyak. Ketika produksi insulin oleh sel beta
pankreas tidak adekuat guna mengkompensasi peningkatan resistensi insulin,
maka kadar glukosa darah akan meningkat, pada saatnya akan terjadi
hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia kronik pada DM tipe 2 semakin merusak sel beta di satu sisi dan
memperburuk resistensi insulin di sisi lain, sehingga penyakit DM tipe 2
semakin progresif.
Secara klinis, makna resistensi insulin adalah adanya konsentrasi
insulin yang lebih tinggi dari normal yang dibutuhkan untuk mempertahankan
normoglikemia. Pada tingkat seluler, resistensi insulin
menunjukan kemampuan yang tidak adekuat dari insulin signaling mulai dari
pre reseptor, reseptor, dan post reseptor. Secara molekuler beberapa faktor yang
diduga terlibat dalam patogenesis resistensi insulin antara lain, perubahan pada
protein kinase B, mutasi protein Insulin Receptor Substrate (IRS), peningkatan
fosforilasi serin dari protein IRS,
Phosphatidylinositol 3 Kinase (PI3 Kinase), protein kinase C, dan
mekanisme molekuler dari inhibisi transkripsi gen IR (Insulin Receptor).
- Disfungsi Sel Beta Pankreas
Pada perjalanan penyakit DM tipe 2 terjadi penurunan fungsi sel beta
pankreas dan peningkatan resistensi insulin yang berlanjut sehingga terjadi
hiperglikemia kronik dengan segala dampaknya. Hiperglikemia kronik juga
berdampak memperburuk disfungsi sel beta pankreas. Sebelum diagnosis DM
tipe 2 ditegakkan, sel beta pankreas dapat memproduksi insulin secukupnya
untuk mengkompensasi peningkatan resistensi insulin. Pada saat diagnosis DM
tipe 2 ditegakkan, sel beta pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang
adekuat untuk mengkompensasi peningkatan resistensi insulin oleh karena pada
saat itu fungsi sel beta pankreas yang normal tinggal 50%. Pada tahap lanjut
dari perjalanan DM tipe 2, sel beta pankreas diganti dengan jaringan amiloid,
akibatnya produksi insulin mengalami penurunan sedemikian rupa, sehingga
secara klinis DM tipe 2 sudah menyerupai DM tipe 1 yaitu kekurangan insulin
secara absolut.
Sel beta pankreas merupakan sel yang sangat penting diantara sel lainnya
seperti sel alfa, sel delta, dan sel jaringan ikat pada pankreas. Disfungsi sel beta
pankreas terjadi akibat kombinasi faktor genetik dan faktor lingkungan. Jumlah
dan kualitas sel beta pankreas dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain proses
regenerasi dan kelangsungan hidup
sel beta itu sendiri, mekanisme selular sebagai pengatur sel beta, kemampuan
adaptasi sel beta ataupun kegagalan mengkompensasi beban metabolik dan
proses apoptosis sel. Pada orang dewasa, sel beta memiliki waktu hidup 60 hari.
Pada kondisi normal, 0,5 % sel beta mengalami apoptosis tetapi diimbangi
dengan replikasi dan neogenesis. Normalnya, ukuran sel beta relatif konstan
sehingga jumlah sel beta dipertahankan pada kadar optimal selama masa
dewasa. Seiring dengan bertambahnya usia, jumlah sel beta akan menurun
karena proses apoptosis melebihi replikasi dan neogenesis. Hal ini menjelaskan
mengapa orang tua lebih rentan terhadap terjadinya DM tipe 2. Pada masa
dewasa, jumlah sel beta bersifat adaptif terhadap perubahan homeostasis
metabolik. Jumlah sel beta dapat beradaptasi terhadap peningkatan beban
metabolik yang disebabkan oleh obesitas dan resistensi insulin. Peningkatan
jumlah sel beta ini terjadi melalui peningkatan replikasi dan neogenesis, serta
hipertrofi sel beta (Kam, 2019)
PATHWAY

FAKTOR DAPAT DIMODIFIKASI DAN TIDAK DAPAT DIMODIFIKASI

Resistensi Insulin Disfungsi Sel B pankreas

Insulin tidak bekerja secara Penurunan fungsi Sel B


optimal pankreas

Pankreas memproduksi
Produksi insulin menurun
insulin lebih banyak

Kadar gula darah Kadar gula darah


Ketidaksta meningkat meningkat
bilan kadar
glukosa
darah Hiperglikemia

Kerusakan vaskuler

Neuropati perifer

Terjadi luka pada anggota Risiko Infeksi


tubuh

Inflamasi

Keruskan integritas kulit


Nyeri Akut Melepas pirogen sitokin

Kehilangan fungsi tubuh


Merangsang SSP dan
membentuk prostaglandin

Merasa kehilangan
Merangsang hipotalamus
sehingga suhu meningkat
Berduka

Hipertermia

Dehidrasi

Risiko hipovolemia
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang sering muncul pada seseorang yang mengalami diabetes
melitus menurut (Suddart, 2013) yaitu :
- Poliuria, polidipsi dan polifagia
- Keletihan dan kelemahan
- Perubahan pandangan secara mendadak
- Pada kulit penderita mengalami lesi kulit dan kulit kering, sensasi kesemutan
dan kebas di tangan atau kaki.
- Tanda gejala ketosidosis diabetes mencakup nyeri abdomen, mual,muntah,
hiperventilasi, dan napas berbau buah.

Sedangkan menurut (Fatimah, 2015) tanda dan gejala yang timbul yaitu ;

- Merasa kesemutan
- Kulit terasa panas seperti ditusuk jarum
- Rasa kebas di kulit
- Kelelahann dan mudah mengantuk
- Gigi mudah goyah dan mudah lepas
- Kemampuan seksual menurun bahkan pada pria dapat menyebabkan impotensi

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes mlitus dibagi menjadi dua yaitu
komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplkasi akut terjadi karena intoleransi
glukosa yang berlangsung dalam jangka waktu pendek seperti :
- Hipoglikemia
- Hiperosmolar hyperglikemic state
- Ketoasidosis diiabetik

Komplikasi kronik biasanya terjadi pada 10 – 15 tahun setelah awitan diabetes


melitus yang mencakup :

- Penyakit makrovaskular : mempengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah


perifer dan pembuluh darah otak.
- Penyakit mikrovaskular : memengaruhi mata (retinopati) dan ginjal (nefropati)
- Penyakit neuropati : memengaruhi saraf sensorik, motorik dan otonom serta
berperan memunculkan sejumlah masalah, seperti impotensi dan ulkus kaki
(Suddart, 2013)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Glukosa darah puasa dan 2 jam post pandrial
- HbA1C
- Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida)
- Kreatinin serum
- Albuminuria
- Elektrokardiogram
- Foto sinar-x dada (Indonesia, 2011)

H. PENATALAKSANAAN
- Penatalaksanaan nonfarmakologis
1. Monitor sendiri kadar gula darah
2. Pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan diabetes melitus
3. Latihan jasmani secara teratur 3 – 4 kali dalam seminggu selama 30 menit
4. Terapi nutrisi medis dilaksanakan dalam beberapa tahap seperti pengenalan
sumber dan jenis karbohidrat, pencegahan dan penatalaksanaan
hipoglikemia.
- Diet diabetes
Diet diabetes yaitu dengan cara menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang diabetes. Cara yang paling umum digunakan adalah dengan
memperhitungkan kebutuhan kalori baal yang besarnya 25 – 30 kalori/kgBB
ideal, ditambah atau dkurang dengan faktor koreksi yang meliputii jenis
kelamin, umur, aktivitas, dan berat badan.

a. Prinsip Diet Diabetes Melitus


- Jumlah sesuai kebutuhan
- Jadwal diet ketat
- Jenis : boleh dimakan atau tidak
b. Syarat Diet Diabetes Melitus dapat :
- Dapat memperbaiki kesehatan umum penderita
- Mengarah kepada berat badan normal
- Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
- Mempertahankan kadar gula darah normal
- Menekan daan menunda timbulnya penyakit angipati diabetik
- Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
- Menarik dan mudah diberikan (Rendi, Clevo. TH, 2012)
-
-
-
-
-
-
-
Terapi Farmakologis
a. Antidiabetik oral
Digunakan untuk menormalkan kadar gula darah dan mencegah komplikasi.
Indikasi antidiabetik oral terutama untuk penanganan pasien DM tipe
ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan
energi dan olahraga. Penggunaaan obat antidiabetik oral diperhatikan
tingkat keparahan penyakit DM serta kondisi kesehatan pasien secara
umum. Obat hipoglikemia oral termasuk dalam golongan Sulfonilurea,
Biguanid, Inhbitor alfa glukosidase dan insulin Senitizing.
b. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia
dan mengandung 51 asam amino. Untuk pasien yang tidak terkontrol
dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-
obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan pilihan sementara,
misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang
memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin merupakan
hormon yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat maupun metabolisme
protein dan lemak. Fungsi insulin antara lain menaikkan pengambilan
glukosa ke dalam sel–sel sebagian besar jaringan, menaikkan penguraian
glukosa secara oksidatif, menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan
otot serta mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan
protein dan lemak dari glukosa (Febrinasari, 2020)
I. PROGNOSIS
Prognosis dari DM bergantung pada pola hidup yang dilakukan oleh pasien dalam
mengontrol kadar gula nya. Pasien dengan kontrol glikemik ketat (HbA1c < 7%),
tanpa disertai riwayat gangguan kardiovaskuler, dan juga tidak ada gangguan
mikrovaskuler serta makrovaskuler akan mempunyai harapan hidup lebih lama.
Namun jika pasien memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler dan telah menderita
diabetes lama (≥ 15 tahun) akan mempunyai harapan hidup lebih singkat, walaupun
telah melakukan kontrol glikemik ketak sekalipun (Khardori, 2017). DM dapat
menyebabkan mortalitas dan morbiditas karena dapat berkomplikasi pada penyakit
kardiovaskuler, penyakit ginjal, gangguan pembuluh darah perifer, gangguan saraf
(neuropati), dan retinopati. Pengontrolan kadar glikemik merupakan cara efektif
untuk pencegahan DM (Khardori, 2017).
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1) Identitas Klien

Gambaran umum mengenai klien yang terdiri atas nama, umur, jenis kelamin,

agama, suku/bangsa, bahasa, pekerjaan, pendidikan, status, alamat, diagnosa

medis, nomor rekam medik, tanggal masuk dan tanggal pengkajian.

2) Identitas Penanggung Jawab

Diisi nama orang atau perusahaan dan alamat. Nama orang tua ditulis inisial

dan alamat ditulis singkat. Hal ini menjelaskan mengenai siapa yang bertanggung

jawab terhadap klien secara keseluruhan.

3) Riwayat Kesehatan

Riwayat adalah lebih dari sekedar informasi sederhana, namun dari riwayat

kesehatan inilah kita dapat memperoleh informasi lebih banyak tetapi

memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan riwayat kesehatan ini.

4) Riwayat Kesehatan Sekarang

- Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit

Berisi tentang riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya. Berapa

lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi medis apa

saja, mendapatkan pengobatan apa saja, bagaimanakah cara penggunaan obatnya

apakah teratur atau tidak.

Subjektif : pasien biasanya mengeluh mudah lelah, merasa haus dan

lapar serta terdapat luka yang tidak kunjung sembuh.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Dapat dilihat di riwayat kesehatan keluarga apakah ada genogram keluarga

yang juga menderita diabetes melitus. Diabetes melitus mewarisi suatu

predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM.


6) Riwayat psikososial

Meliputi informasi tentang penyakit mengenai perilaku perasaan dan emosi

yang dialami penderita berhubungan dengan penyakitnya serta tanggapan

keluarga terhadap penyakit penderita.

7) Pola aktivitas

a) Pola nutrisi

Pola aspek ini dikaji mengenai kebiasaan makan klien sebelum sakit dan
sesudah masuk rumah sakit. Peningkatan nafsu makan, mual, muntah, penurunan atau

peningkatan berat badan, banyak minum dan perasaan haus.

Subjektif : pasien mengeluh mudah lapar

Objektif : muntah, ditensi abdomen, peningkatan porsi makan

b) Kebutuhan eliminasi

Dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan kelainan eliminasi,

kesulitan-kesulitan eliminasi dan keluhan-keluhan yang dirasakan klien pada saat

BAB dan BAK. Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan

berkemih, diare.

Subjektif : pasien mengeluh sering kencing

Objektif : bau urin pasien manis dan menyengat

c) Istirahat Tidur

Dikaji mengenai kebutuhan istirahat dan tidur, apakah ada gangguan sebelum

dan pada saat tidur, lama tidur dan kebutuhan istirahat tidur.

Subjektif : pasien mengeluh mudah letih

Objektif : takikardia, takipnea pada keadaan istirahat

d) Personal
Higiene

Dikaji mengenai kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, dan dikaji

apakah memerlukan bantuan orang lain atau dapat secara mandiri.


e) Aktivitas dan latihan

Dikaji apakah aktivitas yang dilakukan klien dirumah dan dirumah sakit

dibantu atau secara mandiri. Karena pasien DM biasanya letih, lemah, sulit

bergerak, kram otot. (Padila, 2012)

- Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan umum penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan dan

tanda-tanda vital

2) Sistem
pernapasan

Pada pasien Diabetes Melitus biasanya terdapat gejala nafas bau keton, dan

terjadi perubahan pola nafas

3) Sistem kardiovaskuler

Pada pasien Diabetes Melitus pada sistem kardiovaskuler terdapat hipotensi

atau hipertensi, takikardi, palpitasi

4) Sistem pencernaan / gastrointestinal

Terdapat polifagia, polidipsia, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,

perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen.

5) Sistem genitourinaria

Terdapat perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan berkemih,

diare.

6) Sistem endokrin

Tidak ada kelainan pada kelenjar tiroid dan kelenjar paratiroid. Adanya

peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat terganggunya produksi insulin.

7) Sistem saraf

Menurunnya kesadaran, kehilangan memori, neuropati pada ekstremitas,

penurunan sensasi, peretasi pada jari-jari tangan dan kaki.


8) Sistem integumen

Pada pasien Diabetes Melitus kulit kering dan kasar, gatal-gatal pada kulit dan

sekitar alat kelamin, luka gangrene.

9) Sistem muskuloskeletal

Kelemahan otot, nyeri tulang, kelainan bentuk tulang, adanya kesemutan,


paratasia, dank ram ekstremitas, osteomilitis.

10) Sistem penglihatan

Retinopati atau kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen.

Retina adalah jaringan sangat aktif bermetabolisme dan pada hipoksia kronis akan

mengalami kerusakan secara progresif dalam struktur kapilernya, membentuk

mikroanuerima, dan memperlihatkan bercak- bercak perdarahan

- Data psikologis

Stres terganggu pada orang lain, ansietas. Klien akan merasakan bahwa

dirinya tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif.

- Data sosial

Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat

karena ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan seperti biasanya.

- Data spiritual

Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan

keyakinan baik jumlah dalam ibadah yang diakibatkan karena kelemahan fisik dan

ketidakmampuannya.

- Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium, darah yaitu Hb, leukosit, trombosit, hematokrit,

AGD, data penunjang untuk klien dengan Diabetes Melitus yaitu :

- Laboratorium :

Adanya peningkatan gula darah puasa lebih dari nilai normal nya
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita diabetes mellitus yaitu :
- Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin d.d kadar glukosa dalam darah
dan mengeluh lapar
- Gangguan integritas kulit b.d neuropati perifer d.d kerusakan jaringan kulit, nyeri dan
kemerahan
- Berduka b.d kehilangan fungsi d.d merasa sedih, pola tidur berubah dan merasa tidak
berguna.
- Risiko infeksi b.d penyakit kronis
- Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal, kulit merah, takipnea dan
takikardia. (TIM Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)sd

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Intervensi Keperawatan Pada Diagnosa Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
a. Kriteria hasil :
- Keluhan lelah menurun
- Keluhan lapar menurun
- Kadar glukosa dalam darah menurun
b. Intervensi Keperawatan
- Monitor kadar glukosa darah
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan asupan cairan oral
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
- Ajarkan penggunaan insulin
- Kolaborasi pemberian insulin
- Intervensi Keperawatan Gangguan Integritas Kulit
a. Kriteria hasil :
- Kerusakan jaringan menurun
- Nyeri menurun
- Perfusi jaringan meningkat
b. Intervensi Keperawatan :
- Monitor karakteristik luka
- Monitor tanda – tanda infeksi
- Ganti balutan sesuai kebutuhan
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
- Kolaborasi pemberian antibiotik
- Intervensi Keperawatan Berduka
a. Kriteria hasil :
- Verbalisasi perasaan sedih menurun
- Verbalisasi perasaan berguna meningkat
- Pola tidur membaik
b. Intervensi Keperawatan :
- Identifikasi kehilangan yang dihadapi
- Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
- Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan
- Ajarkan melewati proses berduka secara bertahap
- Intervensi Keperawatan Risiko Infeksi
a. Kriteria hasil :
- Demam menurun
- Nyeri menurun
- Kadar sel darah putih membaik
b. Intervensi Keperawatan :
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Pertahankan teknik aseptik untuk pasien dengan risiko tinggi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Kolaborasi dengan antibiotik
- Intervensi Keperawatan Hipertermia
a. Kriteria hasil :
- Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik
- Kulit merah menurun
- Menggigil menurun
b. Intervensi Keperawatan :
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Berikan cairan per oral
- Anjurkan tirah baring
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, R. N. (2015). Diabetes melitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5).

Febrinasari, R. P. dkk. (2020). BUKU SAKU DIABETES MELITUS UNTUK AWAM (1st ed.). UNS
Press.

Ganong F, W., & McPhee, S. J. (2010). Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis (
dr. F. Dany (Ed.); 5th ed.). EGC.

Indonesia, P. E. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta.

Kam, dr. A. (Ed.). (2019). DIABETES MELITUS TIPE 2. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Rendi, Clevo. TH, M. (2012). ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DAN PENYAKIT
DALAM. Nuha Medika.

Suddart, B. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). EGC.

TIM Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
FORMAT PENGKAJIAN DATA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

BIODATA

Nama : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 51 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Guru SD
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : S1 Pendidikan
Alamat : Jl. Candi Borobudur
No. Regester : 002.186.43
Tanggal MRS : 8 November 2021
Tanggal Pengkajian : 8 November 2021
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus Tipe 2

RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

1. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :


Pasien mengeluh badannya terasa panas

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Tn. J mengatakan badannya panas, terdapat luka pada kaki yang tidak kunjung sembuh. Luka
pada kakinya sudah 2 minggu karena tidak tahu pasien membiarkan saja hingga luka meluas,
terdapat pus, warna luka kehitaman dan merasakan sakit. Untuk mengatasi masalah
kesehatannya pasien membawa ke IGD RS untuk mendapat pertolongan dan kemudian di
rawat di bangsal kelas II, saat diperiksa TD : 145/90 mmHg, N : 88x/menit, RR : 24x/menit , S :
38,2°C

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :


Pasien menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit serius sebelumnya

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Pasien mengatakan ayahnya memiliki riwayat penyakit diabetes 10 tahun lalu dan penyakit
jantung
POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. POLA TIDUR/ISTIRAHAT :
1. Waktu tidur : 10 malam – 3 pagi
2. Waktu Bangun : 4 p a g i
3. Masalah tidur : sering terbangun di malam hari karena sering kencing dan
kakinya sakit
4. Hal-hal yang mempermudah tidur :
Dengan menyalahkan kipas angin
5. Hal-hal yang mempermudah Pasien terbangun :
Menyetel alarm

B. POLA ELIMINASI :
1. BAB : 1 – 2 kali dalam sehari
2. BAK : Sering BAK dan berwarna kuning
3. Kesulitan BAB/BAK : pasien mengeluh sering BAK
Upaya/ Cara mengatasi masalah tersebut :
Tidak ada upaya untuk mengatasi

C. POLA MAKAN DAN MINUM :


1. Jumlah dan jenis makanan : 1 p o r s i , n a s i d a n l a u k
2. Waktu Pemberian Makan : 3 x s e h a r i
3. Jumlah dan Jenis Cairan : Air putih sering dan Infus RL 20 tpm
4. Waktu Pemberian Cairan : sering
5. Pantangan : Diit DM
6. Masalah Makan dan Minum :
a. Kesulitan mengunyah : tidak mengalami kesulitan mengunyah
b. Kesulitan menelan : tidak mengalami kesulitan menelan
c. Mual dan Muntah : tidak ada mual dan muntah
d. Tidak dapat makan sendiri : dapat makan sendiri
e. kesulitan : pasien mengeluh mudah lapar dan mudah haus
7. Upaya mengatasi masalah : pasien banyak minum air putih

D. KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE :


1. Pemeliharaan Badan : pasien mandi 1 – 2 kali dalam sehari
2. Pemeliharaan Gigi dan Mulut : pasien menyikat gigi 2 kali dalam sehari
3. Pemeliharaan Kuku : kuku pasien tampak bersih dan tidak panjang

E. POLA KEGIATAN/AKTIVITAS LAIN :


Pasien hanya menjadi Guru sekolah dasar dan biasanya mengikuti tahlilan

DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komuniasi : baik
B. Orang yang paling dekat dengan Pasien : keluarga, terutama istri
C. Rekreasi :
Hobby : berkebun
Penggunaan waktu senggang : berkebun dan istirahat

D. Dampak dirawat di Rumah Sakit : tidak bisa menjalankan aktifitas sesuai dengan perannya
yaitu tidak bisa bekerja lagi sebagai guru SD
E. Hubungan dengan orang lain / Interaksi social : baik
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : istri pasien
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah : taat, pasien menjalankan sholat 5 waktu
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : pasien yakin bahwa sehat dan sakit telah ditetapkan Tuhan
sebagai ujian
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : pasien yakin bahwa penyakitnya akan sembuh bila
berdoa dan berusaha

PEMERIKSAAN FISIK :
A. Kesan Umum / Keadaan Umum : lemah
B. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 38,2°C Nadi : 88x/menit
Tekanan darah : 145/90 mmHg Respirasi : 24 kali/menit
Tinggi badan : 168 cm Berat Badan : 72 kg IMT : 25,5
C. Pemeriksaan Kepala dan Leher :
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : simetris
Ubun-ubun : normal
Kulit kepala : bersih
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : merata
Bau : tidak bau
Warna : hitam sedikit beruban
c. Wajah : wajah tampak lemah dan meringis
Warna kulit : sawo matang
Struktur Wajah : sedikit kasar

2. M a t a
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan :
Mata simetris dan lengkap
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) :
Palpebra normal
c. Konjunctiva dan sclera :
Konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak icterik
d. P u p I l :
Isokor
e. Kornea dan Iris :
Dalam batas normal
f. Ketajaman Penglihatan / Virus : *)
Menggunakan kacamata minus
g. Tekanan Bola Mata : *)
Dalam batas normal
3. H I d u n g
a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi :
Septum nasi tepat di tengah
b. Lubang Hidung :
Lubang hidung simetris dan tidak ada sekret
c. Cuping Hidung :
Cuping hidung eelastis

4. Telinga
a. Bentuk Telinga : simetris
Ukuran Telinga : dalam batas normal
Ketegangan telinga : dalam batas normal
b. Lubang Telinga : lengkap, bersih tidak ada serumen
c. Ketajaman pendengaran : pendengaran tajam tidak menggunakan alat bantu

5. Mulut dan Faring :


a. Keadaan Bibir : bibir kering
b. Keadaan Gusi dan Gigi : gigi dan gusi bersih
c. Keadaan Lidah : lidah bersih

6. L e h e r :
a. Posisi Trakhea : dalam batas normal
b. Tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
c. Suara : dalam batas normal
d. Kelenjar Lymphe : tidak ada pembesaran lymphe
e. Vena Jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis
f. Denyut Nadi Coratis : normal

D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit ) :


a. Kebersihan : kulit bersih
b. Kehangatan : kulit teraba panas
c. Warna : sawo matang
d. Turgor : turgor kulit menurun
e. Tekstur : kasar
f. Kelembapan : kulit kering
g. Kelainan pada kulit : kulit kering dan teraba panas, terdapat luka yang bertambah
luas berwarna kehitaman dan terdapat pus.
E. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak :
a. Ukuran dan bentuk payudara : tidak terkaji
b. Warna payudara dan Areola : tidak terkaji
c. Kelainan-kelainan Payudara dan Puting : tidak terkaji
d. Axila dan Clavicula : tidak terkaji

F. Pemeriksaan Thorak / Dada :


1. Inspeksi Thorak
a. Bentuk Thorak : mesocephal
b. Pernafasan
- Frekuensi : 24x/menit
- Irama : reguler
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : nafas cepat

2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vokal Fremitus ) : vokal fremitus normal
b. Perkusi : sonor kanan - kiri
c. Auskultasi
- Suara nafas : vesikuler
- Suara Ucapan : suara lirih
- Suara Tambahan : tidak ada suara nafas tambahan

3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulpasi : normal
- Ictus Cordis : ICS 5.

b. Perkusi :
- Batas-batas Jantung : pekak
c. Aukultasi
- Bunyi Jantung I : lup
- Bunyi Jantung II : dup
- Bising/murmur : tidak ada bising jantung
- Frekuensi Denyut Jantung : 88x/menit
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk Abdomen : buncit
- Benjolan/massa : tidak ada massa
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 10x/menit
- Bunyi Jantung Anak/BJA : -

c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : tidak ada tanda nyeri tekan
- Benjolan /massa : tidak ada massa
- Tanda-tanda Ascites : tidak ada tanda ascites
- Hepar : hepar eraba dan tidak ada pembesaran
- Lien : tidak ada pembesaran lien
- Titik Mc. Burne : tidak ada nyeri tekan

d. Pekusi
- Suara Abdomen : timpani
- Pemeriksaan Ascites :-

H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya


1. Genetalia
a. Rambut pubis : terdapat rambut pubis
b. Meatus Urethra :-
c. Kelainan-kelainan pada Genetalia Eksterna dan Daerah Inguinal :
tidak ada kelainan
2. Anus dan Perineum
a. Lubang Anus : terdapat lubang anus
b. Kelainan-kelainan pada anus : terdapat lubang anus
I. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimis )
a) Kesimestrisan otot : otot simetris
b) Pemeriksaan Oedema : tidak ada edema
c) Kekuatan otot : gerakan otot penuh, tahanan minimal
5 5

4 4

d) Kelainan-kelainan pada ekstrimitas dan kuku : terdapat luka basah ukuran 2 x 4 cm

J. Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS :
Composmentis E4V5M6
2. Tanda-tanda rangsangan Otak ( Meningeal Sign ) :
Tidak ada tanda rangsangan otak
3. Fungsi Motorik :
Fungsi motorik baik
4. Fungsi Sensorik :
Fungsi sensorik baik
5. Refleks :
a) Refleks Fisiologis : reflek fisiologis baik
b) Refleks Patologis : tidak ada reflek patologis

K. Pemeriksaan Status Mental


a. Kondisi emosi/Perasaan :
Pasien merasa sedih karena tidak bisa mengajar
b. Orientasi :
Berorientasi baik pada orang, tempat dan waktu
c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan ) :
Proses berpikir baik
d. Motifikasi ( kemampuan ) :
Motivasi pasien baik
e. Persepsi :
Pasien merasa tidak berguna dan terus memikirkan pekerjaannya
f. Bahasa :
Menggunakan bahasa indonesia
PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Diagnosa Medis : diabetes mellitus tipe 2

B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis :


1. Laboratorium :
- GDA : 230 mg/dL
- Leukosit : 12.000/µL

2. Rontgen :-
3. ECG : -
4. USG : -
5. Lain – lain : -

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


- Insulin 8 unit/hari
- Glibenclamide 5 mg/ oral

Mahasiswa,

Riska Fitriani
NIM : P17220194052
ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. J
Umur : 51 tahun
No. Reg. : 002.186.43

DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGI


DS : Pasien mengeluh terdapat luka
yang meluas berwarna hitam dan
terdapat pus dan sakit
Risiko Infeksi Penyakit kronis
DO :
- Luka basah di telapak kaki
sebesar 2 x 4 cm
- Leukosit : 12.000 µ/L

DS : Pasien mengatakan tubuh


terasa panas

DO :
- S : 38,2°C
- RR : 24x/menit
- N : 88x/menit Hipertermia Proses penyakit
- TD : 145/90 mmHg
- Kulit teraba panas
- Turgor kulit menurun dan
kering
- Mukosa bibir kering
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. J
Umur : 51 tahun
No. Reg. : 002.186.43

MASALAH MASALAH
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI
Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Risiko infeksi b.d penyakit kronis 8/11/21 Riska f

2. Hipertermia b.d proses penyakit d.d pasien


mengatakan badan terasa panas, kulit teraba 8/11/21 Riska f
panas, turgor kulit menurun dan kering,
mukosa bibir kering, S : 38,2, N :
88x/menit, RR : 24x/menit, TD : 145/90
mmHg, GDA : 230 mg/dL
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. J


Umur : 51 tahun
No. Reg. : 002.186.43

NO. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TT


1. 8/11/2021 Risiko infeksi b.d penyakit kronis Riska F

2. 8/11/2021 Hipertermia b.d proses penyakit d.d pasien Riska F


mengatakan badan terasa panas, kulit teraba
panas, turgor kulit menurun dan kering,
mukosa bibir kering, S : 38,2, N : 88x/menit,
RR : 24x/menit, TD : 145/90 mmHg, GDA :
230 mg/dL
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. J
Umur : 51 tahun
No. Reg. : 002.186.43

TUJUAN DAN
DIAGNOSA KEP TINDAKAN KEPERAWATAN
NO HARI/TGL KRITERIA HASIL RASIONAL
Setelah diberikan
Pencegahan infeksi dan Perawatan
intervensi keperawatan Luka :
1. 8/11/2021 Risiko infeksi b.d penyakit selama 3 x 24 jam risiko - Mengetahui tanda gejala
kronis infeksi pada pasien - Monitor tanda dan gejala infeksi infeksi yang muncul pada
menurun dengan kriteria lokal dan sistemik pasien
hasil : - Monitor karakteristik luka - Mengetahui karakteristik dan
- Demam menurun perkembangan luka pasien
- Kadar sel darah putih - Pertahankan teknik aseptik pada - Meminimalisir bertambahnya
membaik pasien berisiko tinggi infeksi
- Nyeri menurun - Pasang balutan sesuai jenis luka - Mempercepat proses
penyembuhan luka
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi - Agar pasien mengerti tanda
gejala munculnya infeksi
- Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri - Agar pasien mampu merawat
luka dengan mandiri
- Kolaborasi pemberian antibiotik - Menghentikan infeksi
Setelah diberikan Manajemen Hipertermia :
intervensi keperawatan - Monitor suhu tubuh - Mengetahui suhu tubuh pasien
Hipertermia b.d proses
selama 2 x 24 jam suhu - Membantu mengurangi panas
penyakit d.d pasien - Sediakan lingkungan yang dingin
tubuh pasien dapat pasien secara radiasi
2. 8/11/2021 mengatakan badan terasa
membaik dengan kriteria - Berikan cairan oral - Mengganti cairan tubuh
panas, kulit teraba panas,
hasil : pasien yang hilang
turgor kulit menurun dan - Anjurkan tirah baring
- Suhu tubuh membaik - Mempercepat proes
kering, mukosa bibir kesembuhan pasien
kering, S : 38,2, N : - Subu kulit membaik - Kolaborasi pemberian cairan
- Takipnea menurun intravena - Mencukupi kebutuhan cairan
88x/menit, RR : pasien agar menghindari
- Kadar glukosa darah
24x/menit, TD : 145/90 dehidrasi.
membaik
mmHg, GDA : 230
mg/dL
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. J
Umur : 51 tahun
No. Reg. : 002.186.43

TANGGAL TINDAKAN KEPERAWATAN


NO DX KEP RESPON PASIEN TT
JAM

8/11/2021 1. - Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik


10.00 Leukosit : 12.000/µl
Suhu : 38,2 C
- Memonitor karakteristik luka
Luka basah, luas 2 x 4 cm, terdapat pus dan berwarna hitam
- Mempertahankan teknik aseptik dengan menjaga luka tetap bersih dan Pasien tampak meringis Riska F
steril
- Memasang balutan untuk luka basah
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi seperti :
Kemerahan, terasa panas, bengkak, nyeri dan penurunan fungsi
- Mengajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
- Mengkolaborasikan dengan pemberian antibiotik
2. - Memonitor suhu tubuh, S : 38,2 C
- Menyediakan lingkungan yang dingin dengan menyetel Kipas angin atau
dengan memberikan pakaian yang menyerap keringat Pasien tampak lemah Riska F

- Memberikan air putih yang banyak


- Menganjurkan tirah baring
- Mengkolaborasikan dengan pemberian cairan infus RL 20 tpm
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. J
Umur : 51 tahun
No. Reg. : 002.186.43

NO DX KEP TANGGAL : 08/11/2021 TANGGAL : 09/11 /2021 TANGGAL : 10/11/2021

S : Pasien mengeluh terdapat luka yang S : Pasien mengeluh terdapat luka S : Pasien mengeluh terdapat luka
meluas berwarna hitam dan terdapat pus yang meluas berwarna hitam dan pus berwarna hitam dan pus berkurang
dan sakit berkurang dan sakit dan sakit

O: O: O:
- Luka basah di telapak kaki sebesar - Luka basah di telapak kaki - Luka basah di telapak kaki
2 x 4 cm sebesar 2 x 4 cm sebesar 2 x 4 cm
- Leukosit : 12.000 µ/L - Leukosit : 11.000 µ/L - Leukosit : 9.000 µ/L

1.

A : Risiko Infeksi A : Risiko Infeksi A : Risiko Infeksi


P : Masalah belum teratasi lanjutkan P : Masalah teratasi sebagian P : Masalah teratasi sebagian
intervensi No. 1 - 7 lanjutkan intervensi No. 1,2,3,4 dan 7 lanjutkan intervensi No. 1,2,3,4 dan
7

I: I:-
I:-
- Menyediakan alas kaki yang pas
untuk pasien

E: -
E: -

E: pasien dan keluarga mengerti


EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. J
Umur : 51 tahun
No. Reg. : 002.186.43

NO DX KEP TANGGAL : 8/11/2021 TANGGAL : 9/11/2021 TANGGAL...........

S : Pasien mengatakan tubuhnya terasa S : Pasien mengatakan panasnya S:


panas berkurang

O: O:
- S : 38,2°C - S : 37,6°C
- RR : 24x/menit - RR : 22x/menit O:
- N : 88x/menit - N : 82x/menit
- TD : 145/90 mmHg - TD : 145/90 mmHg
- Kulit teraba panas - Kulit teraba hangat
- Turgor kulit menurun dan kering - Turgor kulit menurun dan kering
- Mukosa bibir kering - Mukosa bibir kering

2.
A : Hipertermia A : Hipertermia
A:
P : Masalah belum teratasi lanjutkan P : Masalah teratasi sebagian P:
intervensi No. 1 - 5 lanjutkan intervensi No. 1,2,3,5 dan 6

I:
I : Memberikan kompres hangat pada I:-
lipatan tubuh

E:
E: -
E: suhu menurun menjadi 38°C

Anda mungkin juga menyukai