Anda di halaman 1dari 3

Tugas Hari Ketiga

“Penghapusan UU ITE karena Dianggap Menjadi Penghambat


Kebebasan Pers”

Perkembangan teknologi di zaman globalisasi secara global di seluruh dunia ini sudah sangat
pesat, khususnya perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini tentunya
membawa dampak yang signifikan terhadap kondisi kehidupan manusia di berbagai bidang,
seperti di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, dan di bidang bidang lainnya.
Teknologi informasi ini tentunya memberikan dampak positif bagi peningkatan peradaban
manusia, tetapi dapat juga digunakan untuk hal hal yang berbentuk perlawanan terhadap hukum.
Oleh karena itu, hal hal yang berhubungan dengan teknologi informasi ini memerlukan
penanganan hukum secara khusus, dan kemudian pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan
Undang Undang no. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik atau yang bisa
disebut sebagai UU ITE.

Hadirnya UU ITE ini disambut positif di berbagai kalangan, namun tidak sedikit juga beberapa
kalangan yang menentangnya. Menurut saya, UU ITE ini memiliki tujuan yang sangat baik,
seperti meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengantisipasi penyalahgunaan internet yang
merugikan para penggunanya, memberikan perlindungan hukum terhadap sistem transaksi secara
online, pembobolan situs situs tertentu, dan tentunya meminimalisir adanya penipuan dalam
bertransaksi. Akan tetapi, pasal pasal dari UU ITE ini masih memiliki banyak kelemahan
sehingga banyak orang yang menginginkan revisi bahkan penghapusan. Ada juga pasal pasal
dalam UU ITE ini yang bertentangan dengan UUD 45 pasal 28 tentang kebebasan berpendapat
dan kebebasan menyampaikan gagasan. Di dalam UU ITE pasal 27 ayat 1, pasal 27 ayat 3, pasal
28 ayat 2, dan pasal 31 ayat 3 umumnya dianggap memuat aturan aturan yang bersifat lentur,
subjektif, yang dianggap dapat membatasi hak kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat,
dan bisa menghambat kreativitas dalam ber internet. UU ITE ini juga sudah sangat sering
mencederai orang orang dalam kebebasan berekspresi dan berpendapat. Dengan demikian,
selama tidak melanggar hak dan merugikan orang lain, warga masyarakat tidak boleh khawatir

1
untuk menjalankan apa yang diyakini sebagai kebenaran dan merasa apa yang dilakukannya itu
adalah tindakan yang wajar, berperikemanusiaa, adil, dan beradab.

Di samping itu, perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat memungkinkan seseorang
untuk menyampaikan pendapatnya secara mudah di dunia digital. Bahkan kebebasan
berekspresinya itu sudah termasuk penghinaan dan kata kata yang tidak wajar, karena itulah UU
ITE harus direvisi, agar orang orang dapat berpendapat dan berekspresi secara bebas namun
terjaga dan diawasi agar tidak kebablasan.

UU ITE ini juga telah tujuh kali digugat di Mahkamah Konstitusi. Gugatan mengenai kebebasan
berekspresi ini selalu ditolak. Karena mereka masih percaya mengenai betapa pentingnya UU ini.
Mereka berpikir, jika tidak ada pasal ini maka orang orang akan bebas menghina orang lain.
Tetapi seperti yang saya lihat di banyak kasus yang terjadi, orang orang sudah mengeluarkan
pendapat mereka dan tidak menghina orang yang lainnya, akan tetapi tetap dibungkam dan
akhirnya tak dapat mengeluarkan pendapat karena berbagai ancaman.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/4405745/ANALISIS_UU_ITE

https://www.republika.co.id/berita/qpv281284/uu-ite-versus-kebebasan-berpendapat

https://theconversation.com/uu-ite-dan-merosotnya-kebebasan-berekspresi-individu-di-
indonesia-126043

Anda mungkin juga menyukai