Anda di halaman 1dari 3

Perubahan Iklim

Perubahan iklim yang merupakan isu global sampai saat ini masih bahkan semakin ramai
diperbincangkan. Dari kawula muda maupun tua, beberapa sudah mulai menyadari betapa
daruratnya permasalahan global ini. Berbagai perusahaan konsumer dari brand makanan hingga
brand kosmetik sudah mulai bersiap menghadapi efek perubahan iklim. Contohnya yaitu
perusahaan Unilever yang berinvestasi pada proyek-proyek mengenai perubahan iklim serta
upayanya untuk mencapai target emisi nol persen untuk produk yang mereka hasilkan. Sebelum
membahas mengenai tindakan apa saja yang sudah mulai dilakukan untuk mengantisipasi efek
perubahan iklim, sudah sebaiknya untuk mengetahui terlebih dahulu tentang apa itu sebenarnya
perubahan iklim, faktor penyebab, dan dampak yang dihasilkannya.

Di bangku sekolah topik mengenai perubahan iklim ini sudah mulai diangkat di beberapa
mata pelajaran, salah satunya yaitu mata pelajaran Kimia. Namun pembahasan yang diberikan
dalam mata pelajaran tersebut dinilai kurang. Umumnya hanya dibahas mengenai pengertian dan
bagaimana proses terjadinya perubahan iklim ini, tanpa membahas lebih lanjut mengenai dampak
apa yang kemungkinan akan terjadi apabila manusia di bumi tidak segera bertindak menangani
permasalahan perubahan iklim.

Seperti yang umum diketahui, perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam
distribusi pola cuaca secara statisik sepanjang periode waktu yang lama. Perubahan iklim
disebabkan oleh kenaikan gas-gas rumah kaca berupa karbondoksida (CO2) dan metana (CH4).
Gas-gas rumah kaca ini menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap gelombang
panjang yang bersifat panas (inframerah) yang diemisikan oleh permukaan bumi kembali ke
permukaan bumi. Kenaikan gas-gas ini selanjutnya mengakibatkan fluktuasi hujan yang tinggi
dan kenaikan muka air laut. Indonesia yang merupakan negara kepulauan, pada tahun 2100
diperkirakan akan mengalami kenaikan muka laut hingga 1,1 km yang akan berdampak pada
hilangnya daerah pantai dan pulau-pulau kecil (Susandi dkk., 2008).

Perubahan iklim dasarnya disebabkan oleh perilaku manusia. Seperti yang dinyatakan
WWF, aktivitas manusia berupa pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan kegiatan industri
menjadi penyebab terjadinya rumah kaca. Kegiatan sehari-hari manusia sadar atau tidaksadar
juga andil dalam permasalahan perubahan iklim ini. Kegiatan tersebut di antaranya yaitu
penggunaan kendaraan bermotor yang meningkatkan kadar karbon dioksida (CO 2) di atmosfer.
Pemakaian pendingin ruangan dan kulkas yang menghasilkan CFC juga mampu menghancurkan
lapisan ozon di atmosfer.

Dari pemaparan di atas tidak dapat dipungkiri bahwa sifat konsumtif manusia berperan
besar dalam kerusakan lingkungan, tindakan impulsif membelanjakan uang untuk memenuhi
kebutuhan sandang misalnya. Teknologi informasi yang terus berkembang memberikan persepsi
baru masyarakat mengenai tren. Akhir-akhir ini studi mengenai fast fashion yang dinilai sangat
mempengaruhi kondisi lingkungan ramai diperbicangkan. Konsep ready to wear dalam industri
fast fashion mengimplementasi bentuk tren pakaian dengan harga yang murah, mudah
didapatkan, dan diproduksi dalam jumlah yang banyak. Hal tersebutlah yang menyebabkan
banyaknya produk yang diproduksi dan dijual dengan cepat kepada masyarakat yang terobsesi
dengan tren terbaru (Leman dkk., 2020). Selama proses produksi tersebut, limbah bahan kimia
yang berbahaya akan terbuang ke sungai maupun lautan. Produksi yang lebih besar daripada
demand ataupun produk yang sudah ‘ketinggalan zaman’ menyebabkan baju-baju ini terpaksa
dibuang dan menjadi sampah yang menghasilkan metana yang akhirnya menjadi penyebab
perubahan iklim.

Melalui internet pengetahuan mengenai urgensi perubahan iklim ini pun mulai meluas.
Beberapa manusia yang sadar lingkungan mulai berupaya sebisa mungkin untuk memperlambat
laju perubahan iklim ini. Dapat dilihat dari mulai berkembangnya usaha-usaha kecil berbasis
lingkungan, seperti produksi sedotan bambu atau sikat gigi bambu. Tren thrifting (membeli baju
bekas) juga mulai marak di kalangan pemuda Indonesia yang setidaknya mampu mengurangi
jumlah limbah tekstil yag dapat merusak lingkungan. Hal-hal kecil lain yang dapat dilakukan
untuk memperlambat atau bahkan mencegah perubahan iklim di antaranya adalah dengan
menghemat penggunaan kendaraan bermotor, hal ini dapat disiasati dengan menggunakan
kendaraan umum, bersepeda, atau mengefektifkan jadwal kegiatan di luar rumah. Cara lain
adalah dengan menghemat air, membiasakan menutup kran ketika bak mandi hampir penuh, atau
menutup kran wastafel ketika sedang menggosok gigi. Langkah yang lebih besar dapat dimulai
dengan menabung untuk instalasi sistem panel surya di atap rumah sehingga penggunaan batu
bara dapat diminimalisir.

Daftar Pustaka
Leman, F. M., Soelityowati, S. P., & Purnomo, J. (2020). DAMPAK FAST FASHION
TERHADAP LINGKUNGAN.

Susandi, A., Herlianti, I., Tamamadin, M., & Nurlela, I. (2008). Dampak perubahan iklim
terhadap ketinggian muka laut di wilayah Banjarmasin. Jurnal ekonomi lingkungan, 12(2).

Anda mungkin juga menyukai