Anda di halaman 1dari 5

Nama : Wa Ode Rezky Ammahdah Fauziah

NIM : 1915041006

Kelas : Pendidikan Geografi A

STRATEGI MENYIKAPI KESALAHAN KONSEP DALAM MATA PELAJARAN


GEOGRAFI

Kesamaan dan ketepatan pemahaman peserta didik merupakan salah satu tujuan
utama dari proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, terdapat berbagai aspek yang
menunjang agar proses pembelajaran tersebut dapat berjalan lancar dan mencapai tujuannya.
Salah satu aspek penunjang yaitu media pembelajaran.

Kurikulum merupakanpedoman untuk terlaksananya proses pembelajaran yang


terarah, sistematis, dimana di dalam kurikulum tersebut terdapat komponen-komponen yang
mempengaruhi ketepatan konsep dalam media pembelajaran. Kurikulum telah mengatur
materi apa saja yang perlu di ajarkan agar terdapat keseragaman materi di sekolah. Media
pembelajaran merupakan perangkat berupa hardware (perangkat keras) maupun software
(perangkat lunak) yang membantu penyampaian informasi ke peserta didik, baik berupa buku
paket pembelajaran, maupun kumpulan materi yang dibuat oleh tenaga pendidik berupa
modul pembelajaran maupun power point.

Dalam prioritasnya terdapat empat indikator penilaian sesuai dengan yang sudah ada
ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Keempat indikator tersebut
adalah: lokasi, sesuai dengan posisi bahasa dan grafik. di dalam pembahasan ini berfokus
pada konten, untuk kelayakan terdiri dari 3 komponen, yaitu: sesuai dengan KI dan KD,
ketepatan bahan dan bahan pendukung pembelajaran. Untuk lebih secara khusus akan
membahas komponen-komponen yang terakhir adalah materi penunjang pembelajaran,
bertujuan untuk melihat seberapa besar levelnya kelebihan bahan penunjang pembelajaran
yaitu bantuan dalam media pembelajaran

Keberhasilan seorang guru dalam mengajar tidak bergantung pada luasnya materi
disampaikan tetapi makna atau konsep yang tepat yang terkandung dalam materi. Agar
penyampaian materi ke peserta didik tepat, maka dibutuhkan konsep pembelajaran yang
akurat. Apabila suatu konsep atau cara penyampaian konsep melalui media pembelajaran
tidak akurat, maka terjadi miskonsepsi di kalangan peserta didik. Arti kata miskonsepsi
berasal dari kata dasar “concept”. Kata konsep dalam berbagai pembahasan dapat
dikembangkan menjadi beberapa istilah diantaranya; peta konsep, konsepsi, prasangka,
miskonsepsi dan lain-lain. Konsep adalah objek, peristiwa, situasi, atau karakteristik yang
memiliki ciri khas dan direpresentasikan dalam setiap budaya dengan tanda atau simbol.
Miskonsepsi adalah kesalahan dalam memahami dan menjelaskan konsep menurut diri
sendiri berdasarkan pengalaman yang ada. Kesalahpahaman sering terjadi ketika mereka
mengalami situasi atau kondisi di pengalaman dalam kehidupan sehari-hari atau buku
pemahaman yang menjadi tolok ukur.

Miskonsepsi tidak disebabkan siswa itu sendiri melainkan juga dapat berasal dari guru
atau tenaga pendidik. Hal ini disebabkan oleh dalam pembelajaran guru kurang
memperhatikan dan memberikan mengungkapkan atau mengekspresikan pemahaman atau
pengetahuan mereka konsep yang diajarkan sehingga dapat diketahui pemahamannya sesuai
dengan konsep yang sebenarnya atau sesuai dengan teori ilmiah atau hanya berdasarkan
pemahaman yang mereka dapatkan dalam hidup Dalam kehidupan sehari-hari miskonsepsi
juga berasal dari pengetahuan guru itu sendiri dalam menentukan konsep yang akan
diajarkan.

Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dan seluruh fenomena alam
yang terjadi di dalamnya. Siswa SMA sering kali menganggap bahwa mata pelajaran geografi
merupakan mata pelajaran yang membosankan dan banyak menghafal, sehingga siswa
memiliki kesalahpahaman tentang materi apa yang mereka pelajari. Sedang dalam proses
mempelajari geografi sering dianggap tidak menarik untuk dipelajari. Masalah ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu :

(1) geografi sering kali terjebak aspek kognitif tingkat rendah yaitu menghafal nama-
nama tempat, sungai dan gunung, atau nomor lain;

(2) geografi identik dengan ilmu yang hanya membuat peta;

(3) geografi hanya menjelaskan tentang aktivitas manusia di permukaan bumi;

(4) proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat verbal; kurang melibatkan
fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir;

(5) kurang berlaku di pemecahan masalah yang berkembang saat ini


Adapun beberapa miskonsepsi materi geografi pada siswa SMA yaitu

1. Materi Hidrologi
Misalnya, ada siswa yang beranggapan bahwa tinggi permukaan laut itu sama di
semua wilayah, mereka berangapan seperti itu karena berdasarkan pengalaman
atau kenyataan yang mereka lihat dan dapatkan. Namun pada kenyataan yang kita
ketahui tinggi permukaan laut sama itu tidak benar. Tinggi permukaan laut yang
kita ketahui berbetuk datar pada dasarnya berbetuk licin sehingga angin cenderung
bertiup secara tetap dalam arah yang tertentu dan mengakibatkan air tertimbun
pada beberapa tempat di lautan. Sehingga mengakibatkan adanya perbedaan
tekanan air walaupun perbedaannya kecil. Akibatnya air mengalir dari daerah
yang memiliki tekanan tinggi ke daerah yang memiliki tekanan rendah.
2. Materi Klimatologi
Klimatologi merupakan ilmu yang mengkaji mengenai iklim yang ada di
permukaan bumi, klimatologi juga ilmu yang mempelajari proses dan fenomena
yang terjadi di atmosfer Bumi. Salah satu contoh fenomena yang terjadi di
atmosfer bumi adalah hujan. Ada banyak teori yang menjelaskan proses terjadinya
hujan sehingga akan tercipta konsep yang berbeda seperti teori hujan ketika awan
berguncang, hujan adalah tetesan air mata dari langit, hujan berasal dari awan
yang mencair, hujan terjadi ketika dua awan bertabrakan, hujan yang berasal dari
lubang di awan dan juga awan ciptaan. Masalah ini merupakan miskonsepsi yang
perlu dibenahi.
3. Materi Kependudukan
Pada materi kependudukan, terdapat konsep mengenai konsep bonus demografi,
yaitu kondisi dimana jumlah penduduk Indonesia yang produktif lebih banyak
daripada penduduk yang tidak produktif. Karena banyak penduduk yang
produktif, maka banyak tersedia tenaga kerja. Banyak peserta didik yang
menganggap dampak dari bonus demografi adalah Negara Indonesia akan lebih
maju karena banyaknya tenaga kerja. Padahal jumlah tenaga kerja yang tersedia
belum menjamin kesejahteraan penduduk karena kemungkinan ketersediaan
lapangan kerja masih sangat terbatas. Selain itu, jumlah penduduk usia produktif
yang banyak belum tentu terjamin kualitas skill atau keterampilan kerja yang
dimiliki.
4. Materi Jagat Raya
Teori pembentukan jagat raya dan tata surya merupakan salah satu konsep yang
absurd karena tidak pernah disaksikan langsung oleh peserta didik di kehidupan
sehari-hari.teori-teori tersebut cukup berat karena menuntut kemampuan peserta
didik dalam menganalisis hal-hal yang di kemukakan oleh para ahli. Selain itu
terdapat sangat banyak istilah asing yang akan sulit dipahami oleh peserta didik.
Sehingga materi ini banyak membuat miskonsepsi peserta didik.

Dari beberapa contoh materi di atas, hendaknya guru menyiapkan beberapa


strategi untuk menghindari atau meminimalisir terjadinya miskonsepsi.
a. Melakukan Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah pelaksanaan percobaan yang dilakukan oleh guru
(sendiri atau dibantu oleh beberapa siswa). Contoh materi yang dapat
dijelaskan dengan demonstrasi yaitu penjelasan mengenai gerhana. Guru
dapat mendemonstrasikan bulan, matahari, dan bumi dengan menggunakan
siswa dengan posisi yang sesuai dengan konsep gerhana. Sehingga siswa akan
mudah memahami.
b. Menggunakan Alat Peraga
Alat peraga merupakan perangkat yang membantu tenaga pendidik untuk
menjelaskan konsep pembelajaran. Seperti contoh, alat peraga struktur bumi,
sehingga siswa dapat mengamati bagian-bagian didalam bumi.
c. Mengadakan Tanya-Jawab secara acak (random)
Metode ini dilakukan agar peserta didik terus belajar dan mempersiapkan diri
apabila akan ditunjuk oleh guru sewaktu-waktu. Metode ini juga membantu
guru memahami persepsi peserta didik terhadap suatu konsep materi geografi,
sehingga apabila terjadi suatu miskonsepsi, guru dapat meluruskan
kesalahpahamn tersebut dan didengarkan oleh siswa yang lain sebagai bahan
evaluasi. Metode ini juga cukup menyenangkan dan dapat menjadi stimulant
agar peserta didik lebih tertantang dan rajin belajar.
d. Mengadakan diskusi kelas, menggunakan contoh kasus, dan membagi
kelompok pro dan kontra.
Metode ini cukup efektif, karena masing-masing anggota kelompok akan
terpacu untuk mengadu argument. Disinilah kesempatan guru untuk
mempelajari apakah peserta didik sudah paham materi atau mengalami
miskonsepsi.

Anda mungkin juga menyukai