Anda di halaman 1dari 8

MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO.

1, APRIL 2019: 1-8 1

PENGEMBANGAN METODE BARU PENENTUAN CHEMICAL OXYGEN


DEMAND (COD) BERBASIS SEL FOTOELEKTROKIMIA:
KARAKTERISASI ELEKTRODA KERJA LAPIS TIPIS TiO2/ITO

M. Nurdin1, W. Wibowo2, Supriyono2, M. B. Febrian2, H. Surahman2,


Y.K. Krisnandi2, dan J. Gunlazuardi2*)

1. Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Haluoleo, Kendari 93232, Indonesia


2. Departemen Kimia, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
*)
E-mail: jarnuzi@makara.ui.ac.id

Abstrak

Telah dilakukan preparasi lapisan tipis TiO2 berukuran nano, yang dilekatkan pada substrat gelas berlapis ITO (Indium
Tin Oxide). Preparasi lapisan tipis (film) TiO2 dilakukan dengan cara dip coating ke dalam sol-gel yang disiapkan
dengan cara refluks hidrotermal dan kemudian dikalsinasi pada 450 ° C. Terhadap film tersebut dilakukan karakterisasi
dengan XRD, AFM, dan pengukuran elektrokimia. Hasil pengukuran XRD menunjukkan bahwa film yang dihasilkan
didominasi oleh TiO2 dalam bentuk anatase dan mempunyai ukuran crystallite size sebesar 9,64 nm. Sedangkan hasil
karakterisasi dengan AFM memberikan profile tiga dimensi film yang memiliki kekasaran dengan ketinggian partikel
sebesar 9,8 nm. Sementara itu uji BET menunjukkan bahwa luas permukaan partikel TiO2 adalah sebesar 58,21 m2/g.
Uji fotoelektrokimia, dengan menempatkan film TiO2 sebagai elektroda kerja menghasilkan arus cahaya yang besarnya
proporsionil terhadap konsentrasi zat organik dalam larutan. Integrasi arus cahaya menghasilkan nilai muatan (Q)
sebagai representasi mineralisasi sempurna zat organik pada permukaan TiO 2 dan dapat dimanfaatkan untuk
menentukan nilai COD sampel air. Sistem ini dapat dikembangkan menjadi sensor COD yang berguna untuk
menentukan COD dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya.

Abstract
Development of A Novel Methode for COD (Chemical Oxygen Demand) Measurement based on
Photoelectrochemical Cell: Characterization of TiO2/ITO Film Working Electrode. Nanosize TiO2 film,
immobilized on an ITO (Indium Tin Oxide) glass, was successfully fabricated. The film was prepared by a dip coating
technique in a hydrothermal sol-gel system and subjected to a heat treatment at 100 °C up to 450°C. Characterization of
the film by XRD, AFM, BET methods revealed the occurrence of anatase form and 9.64 nm in crystallite size; having
three dimensional profile and roughness with height of typically 9.8 nm; and surface area of 58.21 m 2/g. The film then
was employed as a working electrode in a photo electrochemical system (PES). This PES generated a photocurrent that
proportional to the organic chemical concentration in the water sample. Integration of the photocurrent versus time
gives a charge (Q) that represent the event of complete mineralization of organic chemical in the TiO2 surface and can
be correlated to the Chemical Oxygen Demand (COD) of measured water. This system has a potential to be developed
for a novel COD sensor.

Keywords: photoelectro catalysis, titanium dioxide, Chemical Oxygen Demand, COD

1. Pendahuluan adanya keterlibatan bahan-bahan berbahaya dan beracun


dalam proses analisisnya. Berbagai usaha telah
Metoda standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi dilakukan untuk mencari metoda alternatif yang lebih
atau Chemical Oxygen Demand (COD) yang digunakan baik dan ramah lingkungan.
saat ini adalah metoda yang melibatkan penggunaan
oksidator kuat kalium bikromat, asam sulfat pekat, dan Perkembangan metoda-metoda penentuan COD dapat
perak sulfat sebagai katalis [1]. Kepedulian akan aspek diklasifikasikan menjadi dua kategori. Pertama, metoda
kesehatan lingkungan mendorong perlunya peninjauan yang didasarkan pada prinsip oksidasi kimia secara
kritis metoda standar penentuan COD tersebut, karena konvensional dan sederhana dalam proses analisisnya.

1
2 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2019: 1-8

Kedua, metoda yang berdasarkan pada oksidasi dengan nilai COD. Namun daerah kerja metoda tersebut
elektrokatalitik pada bahan organik dan disertai masih sempit yakni pada rentang nilai COD sampai 60
pengukuran secara elektrokimia [2]. mg/L O2. Disamping itu desain elektroda dimana arah
datangnya foton untuk mengaktifkan fotoelektrokatalis
Pendekatan secara elektrokimia mengundang perhatian dari arah yang harus melewati badan contoh air
karena lebih sederhana, cepat, dan mudah diotomatisasi. mengundang kerawanan akan gangguan serapan yang
Instrumen analisis COD secara elektrokimia biasanya tinggi oleh matrik contoh air (UV-kromofor, partikel
menggunakan elektroda kerja PbO2, CuO, atau komposit tersuspensi, dan padatan yang melayang).
Ag2O dan CuO, telah sukses diimplementasikan pada
sistem monitoring on-line secara otomatis. Akan tetapi Salah satu hal penting yang harus diperbaiki dari sistem
hasil pengukurannya selalu memberikan nilai COD fotoelektrokimia untuk penentuan COD (Photo
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan metode Electrocatalytic Chemical Oxygen Demand, PECOD)
standar, karena hanya fraksi kecil zat organik yang yang dikembangkan oleh Zhao et al adalah (i) aspek
dapat dimineralisasi oleh sistem oksidasi secara kinerja fotokatalis TiO2 dalam kemampuannya
elektrokimia. mendegradasi berbagai jenis zat organik dan (ii)
kapasitas permukaan TiO2 mengadsorbsi zat organik.
Ada beberapa masalah penting yang ditemukan pada Fotokatalis dengan kinerja yang efektif akan
pengukuran COD secara elektrokimia sebagaimana menyebabkan sistim oksidasi ini mampu memineralisasi
dijelaskan di atas. Pertama, besarnya gangguan sinyal dengan sempurna semua jenis polutan organik yang
yang diakibatkan oleh oksidasi air atau elektrolit dalam mendekat ke permukaannya. Sementara itu kapasitas
matrik sampel air yang seringkali menutupi sinyal adsorpsi yang tinggi dari fotokatalis akan menghasilkan
analit. Kedua, karena kemampuan oksidasi yang daerah linieritas pengukuran COD yang lebih luas.
terbatas, hampir tidak mungkin memperoleh hasil
pengukuran COD yang sempurna. Kedua hal tersebut Kedua faktor tersebut di atas sangat erat kaitannya
berpengaruh besar terhadap sensitivitas, resolusi, dengan sifat dan perilaku permukaan fotokatalis TiO 2
reprodusibilitas dan akurasi dari hasil pengukuran. yang digunakan. Banyak laporan penelitian
menunjukkan bahwa dengan menggunakan partikel
Kemampuan oksidasi dari sistem fotokatalisis lebih berukuran nano akan menghasilkan fotokatalis yang
menjanjikan bila dibandingkan dengan metode lebih aktif dan mempunyai luas permukaan yang tinggi
degradasi elektrokatalitik, khususnya yang melibatkan [5]. Film TiO2 yang memiliki ukuran partikel pada orde
nanopartikel semikonduktor TiO2. Kim et al. dibawah 10 nm dilaporkan dapat difabrikasi dengan
melaporkan sistem pengukuran COD yang melibatkan cara sol-gel, dengan menggunakan prekursor titanium
oksidasi fotokatalitik dan pengukuran deplesi alkoksida [6]. Kelompok penelitian kami telah lama
konsentrasi oksigen di dekat permukaan fotokatalis mengadopsi beberapa cara sol-gel yang ada dalam
digunakan untuk menghitung nilai COD [3]. Namun, literatur dan cukup sukses menetapkan beberapa
pendekatan tersebut masih mempunyai kendala, yakni formula yang sederhana dan reliable, serta dapat
(i) masih belum sempurnanya fraksi analit yang menghasilkan film TiO2 di atas substrat gelas yang
terdegradasi, yang akan mengakibatkan rendahnya memiliki rentang ukuran partikel dibawah 10 nm
akurasi hasil pengukuran, (ii) kurangnya sensitifitas dan dengan aktifitas fotokatalisis yang sangat baik.
daerah kerja linier yang disebabkan oleh karena rentang
perubahan yang kecil pada konsentrasi oksigen selama Penelitian ini merupakan rangkaian usaha mengatasi
degradasi dan rendahnya kelarutan oksigen dalam air, persoalan yang ada dalam metoda penentuan COD
dan (iv) kerumitan mengontrol suhu eksperimen selama berbasis fotoelektrokatalisis. Kami akan mengelaborasi
pengukuran oksigen oleh elektroda oksigen yang sangat sistem reaktor fotokatalis berbasis film TiO2 yang
tergantung pada temperatur. Semua kendala tadi dilapiskan pada bagian dalam kolom gelas, yang telah
berakibat kepada hasil pengukuran yang tidak sensitif kami kembangkan, sehingga memungkinkan penyinaran
dan tidak reprodusibel. untuk mengaktifkan fotokatalis dari arah luar tanpa
melalui badan larutan. Untuk keperluan tersebut
Sementara itu, Zhao et al. telah melaporkan metode digunakan tabung reaktor yang salah satu sisinya berupa
baru sebagai metoda alternatif pengukuran COD [4]. gelas ITO yang transparan dan konduktif, sebagai syarat
Metoda yang diusulkan ini berbasis gabungan absolut dalam sistem yang kami kembangkan. Sisi
fotokatalisis dan elektrokimia, dengan pendekatan yang dinding tabung gelas yang bagian dalamnya berlapis
sama sekali baru. Mereka menggunakan film TiO2 yang ITO ini lalu dilapisi film TiO2 dan difungsikan sebagai
dilapiskan pada substrat gelas berlapis ITO (Indium Tin sel fotoelektrokatalisis.
Oxide), yang difungsikan sebagai anoda pada sistem
fotoelektrokimia. Arus cahaya yang timbul saat sistem Salah satu titik krusial dalam pengembangan sistem sel
fotoelektrokimia dijalankan telah dievaluasi dan fotoelektrokimia tersebut di atas adalah preparasi film
digunakan sebagai besaran yang dapat dikorelasikan TiO2 yang berukuran nano agar diperoleh film anoda
MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2019: 1-8 3

yang mempunyai luas permukaan besar dan sangat aktif. sebagai sumber foton dengan arah penyinaran dari luar
Metoda sol-gel dan kalsinasi digunakan untuk tabung sel. Bagan dan foto sistem sensor COD
mendapatkan film TiO2 sesuai yang diinginkan. Paper diperlihatkan pada Gambar 1., dimana sel
ini akan melaporkan hasil karakterisasi film TiO2 yang fotoelektrokimia ditempatkan didalam kotak yang
dihasilkan dan digunakan sebagai elektroda kerja dalam dilapisi aluminium foil, berisi 10 lampu UV masing-
pengembangan metoda baru penentuan COD berbasis masing 4 watt yang dipasang disebelah kanan dan kiri
fotoelektrokimia. tempat tabung sel fotoelektrokimia.

2. Metode Penelitian Material dan Bahan Kimia. Gelas ITO (Indium Tin
Oxide) yang dilapisi oleh TiO2 nanopartikel digunakan
Pengembangan metoda penentuan COD model baru sebagai sel fotoelektrokimia. Titanium tetra
berbasis fotoelektrokatalisis ini dimulai dari fabrikasi isopropoksida (97%, Aldrich), asam nitrat (p.a.),
film TiO2 sebagai elektroda kerja dalam sensor COD. glukosa, isopropanol. Semua bahan kimia adalah dari
Sistem yang dikembangkan adalah berupa tabung Merck, kecuali disebut lain. Air dengan kemurnian
quartz, salah satu sisi dinding dalamnya diganti dengan tinggi dan bebas ion (aqua bides and demineralized)
gelas ITO berlapis film TiO2, berisi elektroda counter telah digunakan dalam hampir semua penyiapan larutan.
berupa anyaman kawat Pt, dan elektroda pembanding
Ag/AgCl. Sedangkan lampu UV black light difungsikan

Gambar 1. [A] Bagan, dan [B] Foto Sel Fotoelektrokimia; serta [C] Foto dari Reaktor UV yang Digunakan

Gambar 2. Pola Difraksi Sinar-X dari TiO2 yang Disiapkan dengan cara Sol-Gel Hidrotermal dari Prekusor TTIP yang
Dikalsinasi pada Suhu 450°C
4 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2019: 1-8

Gambar 3. Profile AFM: Topografi Tiga Dimensi (Scan Range 1,0x1,0m2, Vertical Scale: 20 nm) dari Lapisan Tipis TiO2
yang Dipreparasi dengan Cara Refluks Hidrotermal dan Dikalsinasi pada 450 oC

Sintesis TiO2 Secara Sol-Gel Hidrotermal dan 3. Hasil dan Pembahasan


Prosedur Imobilisasi. Sebanyak 15 mL larutan
titanium isopropoksida dalam isopropanol ditambahkan Karakterisasi dengan XRD. Karakterisasi dengan alat
secara perlahan ke dalam 150 mL aquabides yang XRD dilakukan untuk mendapatkan informasi struktur
mengandung 1mL asam nitrat pada temperatur kamar kristal TiO2 hasil sintesis yang digunakan. Hasil analisis
dan disertai pengadukan rata. Hidrolisis ion titanium XRD katalis TiO2 ditampilkan pada Gambar 2. Dapat
terjadi secara cepat, membentuk nonstoichiometric dilihat bahwa pola difraksi sinar-X tersebut
titanium oksida dan hidroksida. Setelah hidrolisis memberikan tiga puncak dengan difraksi pada 2Ө
serbuk dipanaskan hingga 80°C dan diaduk selama 3 x dengan pola difraksi (25,42°, 38,02°, dan 48,21°) yang
24 jam untuk destruksi dari aglomerat dan redispersi ke mengindikasikan bahwa TiO2 yang diukur didominasi
dalam partikel primer sebagai sistem sol-gel. oleh kristal anatase. Dari puncak difraktogram yang
Selanjutnya dilakukan imobilisasi dengan metode dip- diperoleh dan dengan bantuan persamaan Scherrer
coating ke dalam sistem sol-gel dan dilanjutkan dengan dihitung ukuran atau crystalite size kristalnya adalah
perlakuan panas pada 100° C sampai kering dan 450° C sebesar 9,64 nm.
selama beberapa waktu sampai film TiO2 anatase
terbentuk. Proses ini diulangi beberapa kali sampai Karakterisasi dengan AFM (Atomic Force
diperoleh film TiO2 dengan ketebalan yang Microscopy). Gambar 3 menunjukkan profile lapisan
diinginkan [7]. tipis TiO2 yang dibuat melalui pengukuran AFM.
Gambar tersebut merupakan tampilan tiga dimensi dari
Karakterisasi Film TiO2. Film TiO2 yang diperoleh roughness analysis. Struktur nano dari lapisan tipis TiO2
dikaraterisasi dengan X-Ray Difraction (XRD PHILIPS yang dipreparasi dapat diobservasi melalui foto AFM
PW 1710), untuk konfirmasi bentuk kristal dan ukuran tersebut dari nilai beberapa parameter, seperti surface
crystallite size; Analisis Atomic Force Microscopy raughness analysis, root mean square (RMS), mean
(AFM, Nanoscope III, Digital Instrument, Veeco, roughness (Ra), height of particle (Rmax), surface area
Metrology Group) digunakan untuk memperoleh profile (Tabel 1.). Dari Gambar 3 dan Tabel 1 dapat
tiga dimensi dan kekasaran (roughness); Analisis BET diindikasikan bahwa film TiO2 yang dipreparasi
(Autosorb-6, Quantachrome Corp) dilakukan untuk memiliki struktur nano dengan karakteristik permukaan
memperoleh data luas permukaan. Sedangkan perilaku yang tidak merata. Hasil analisis ukuran ketinggian
fotoelektrokimia dipelajari dengan sistem sel berisi tiga partikel rata-rata adalah sebesar 9,8 nm.
elektroda dengan lampu UV black light sebagai sumber
foton dan potensiostat (PAR-VersaStat II) digunakan Pendekatan Konseptual Pengukuran COD Secara
untuk memperoleh data dinamika arus cahaya. Foto Elektrokimia. Elektroda kerja film TiO2 bila
dikenai sinar UV akan memberikan pasangan elektron
MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2019: 1-8 5

dan positive hole (h+). Positive hole akan menginisiasi berada dipermukaan telah habis dioksidasi, sehingga
reaksi oksidasi pada permukaan TiO2, sedangkan terjadilah proses difusi, untuk mengisi kekosongan.
elektron dialirkan melalui back contact ke elektroda Arus-cahaya akan terus menurun sampai akhirnya laju
counter dan ditransfer ke penangkap elektron yang ada oksidasi setara dengan laju difusi sehingga tercapai nilai
dalam larutan (utamanya oksigen). Aliran elektron dapat arus-cahaya yang mendatar (steady state photocurrent,
diamati sebagai arus-cahaya dan besarnya proporsional Gambar 4.B.) dan turun menjadi nol saat lampu
dengan kandungan zat organik dalam larutan contoh dimatikan, karena tidak ada proses oksidasi
yang diuji. fotokatalisis. Fenomena ini menunjukan adanya evolusi
arus-cahaya yang muncul karena adanya fotokatalisis
Pemisahan electron-hole ini akan meningkat dengan dan proses yang terjadi pada permukaan. Konsep ini
pemberian potensial bias positif pada TiO2 yang merupakan dasar perhitungan nilai muatan (Q) untuk
tercelup di dalam larutan, sebagai akibat terbentuknya penentuan COD.
medan listrik di dekat antarmuka, sehingga permukaan
TiO2 bersifat anodik. Dalam situasi ini rekombinasi Pengukuran Arus-Cahaya dan Muatan (Q). Aspek
elektron dan hole dicegah karena elektron akan fundamental fotoelektrokimia dan fotokatalisis pada
dijauhkan dari hole dengan cara memindahkannya ke titanium dioksida telah didokumentasikan dengan baik
larutan melalui elektroda bantu yang bersifat katodik. [9-11]. Banyak studi dari proses-proses oksidasi
Dengan cara demikian potensial bias akan fotokatalitik pada permukaan TiO2 untuk aplikasi yang
meningkatkan pemisahan muatan sehingga efisiensi bervariasi juga telah dilaporkan [12-14]. Pada studi ini,
pembentukan radikal·OH makin tinggi. Fenomena ini dilakukan pendekatan yang unik, dimana arus-cahaya
disebut efek pengayaan medan listrik (electric field dari sampel diukur pada elektroda TiO2 nanopartikel,
enhancement effect) [8]. menggunakan sistem sel fotoelektrokimia.

Gambar 4 merupakan ilustrasi pendekatan konseptual, Gambar 5. menunjukkan satu set tipe profil arus-cahaya
fenomena dan perolehan sinyal analisis dalam penelitian terhadap waktu yang diperoleh selama degradasi
ini, dan menampilkan bagan susunan sel senyawa organik pada lapis tipis sel fotoelektrokimia.
fotoelektrokimia yang memperlihatkan elektroda kerja Kronologi terbentuknya initial photocurrent (arus-
film TiO2, counter elektroda Pt; dan potentiostat sebagai cahaya awal) dan steady state photocurrent dapat dilihat
pengatur bias potensial dan pengambil data arus cahaya. pada gambar tersebut yang sejalan dengan penjelasan
pendekatan konseptual sebelumnya. Pada detik ke-0
Pada awalnya, analit dalam larutan akan teradsorpsi saat lampu UV masih mati hanya terjadi proses adsorbsi
oleh permukaan aktif TiO2 sehingga konsentrasi analit sehingga tidak terlihat adanya arus listrik. Pada detik ke
di sekitar permukaan TiO2 lebih pekat dibandingkan 10, lampu UV dihidupkan dan terjadi oksidasi senyawa
konsentrasi analit di dalam larutan bulknya. Selanjutnya organik pada lapisan permukaan TiO2, maka timbullah
pada saat permukaan TiO2 diiluminasi dengan sinar UV arus-cahaya awal yang tinggi. Arus cahaya lalu
maka akan berlangsung proses fotokatalisis yang menurun sejalan dengan habis teroksidasinya zat
diawali dari pembentukan pasangan elektron dan hole organik pada permukaan TiO2. Selanjutnya terjadi difusi
positif. Dalam sistem fotoelektrokimia, elektron yang zat organik dari larutan bulknya, yang juga akan segera
dihasilkan akan dibawa dari material bulk TiO2 melalui teroksidasi kembali, dimana arus difusi akan menjaga
ITO menuju ke elektroda bantu. Sebaliknya hole yang besarnya arus cahaya (steady state). Untuk blanko
dihasilkan akan dibawa ke permukaan TiO2 (kurva a) arus-cahaya yang dihasilkan murni dari
menginisiasi pembentukan radikal •OH untuk oksidasi elektrolit dalam air, sementara arus-cahaya
mengoksidasi senyawa organik pada larutan, sehingga yang diamati dari larutan sampel mengandung senyawa
analit pada film TiO2 didegradasi menjadi molekul kecil organik (kurva b) terdiri dari dua komponen arus, satu
dan akan terdesorpsi dari permukaan katalis. dari oksidasi fotoelektrokatalitik dari zat organik dan
yang lain dari oksidasi elektrolit lain dalam air. Ketika
Proses oksidasi yang diawali oleh hole maupun radikal semua bahan organik dalam sampel dikonsumsi, arus-
•OH pada permukaan TiO2 akan menghasilkan arus- cahaya dari larutan sampel drop ke tingkat yang sama
cahaya awal (initial photocurrent). Selanjutnya arus- dengan blanko.
cahaya tersebut akan turun ketika senyawa organik yang

Tabel 1. Roughness dan Section Analysis dari Permukaan TiO2

Parameter RMS Ra Rmax Surf. Area Surf. Area. Particle height


Roughness (nm) (nm) (nm) (um2) Diff(%) (nm)
TiO2 [ Sol-Gel 1,596 1,524 14,.493 1,036 3,628 9,8
Refluks Hidrothermal]
6 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2019: 1-8

Untuk periode waktu yang diberikan, muatan (Q) dapat


ditentukan dengan integrasi dari arus-cahaya pada selang
waktu tertentu. Muatan Qnet berasal dari oksidasi organik
dapat diperoleh dengan mengurangkan muatan blanko
terhadap muatan sampel, yang ditunjukkan sebagai area
yang kosong (perbedaan kurva a dan kurva b).

Karena kemampuan oksidasi yang kuat dari fotohole,


oksidasi fotoelektrokatalitik dari senyawa organik pada
elektroda TiO2 akan menghasilkan stoikiometri reaksi
oksidasi dari senyawa organik seperti berikut:
CyHmOjNkXq + (2y-j)H2O →
yCO2+qX-+kNH3+(4y-2j+m-3k)H++(4y-2j+m-3k-q)e (1)
Dimana N dan X masing-masing sebagai atom Nitrogen
dan atom Halogen. Jumlah dari atom karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, dan halogen pada senyawa organik di
representasikan sebagai y, m, j, k, dan q. Maka jumlah
Gambar 4. [A] Diagram Pendekatan Konseptual Proses elektron terlibat dapat dihitung sbb:
dan Fotoelektrokatalitik untuk Sensor COD: n =4y-2j+m-3k-q (2)
(1) Eksitasi Elektron dari VB (Pita Valensi) ke
CB (Pita Konduksi); (2) Rekombinasi
Sementara itu jumlah mol ekivalen zat yang teroksidasi
Elektron-Hole; (3) Oksidasi dan Pembentukan dapat ditentukan dari nilai muatan (Q), yang merupakan
•OH; (4) Elektron ke Eksternal Sirkuit hasil integrasi evolusi arus-cahaya dalam rentang waktu
(Diamati sebagai Arus Cahaya; (5) Transfer tertentu (dari waktu awal munculnya arus cahaya
Elektron ke Larutan dan Pembentukan •O2. sampai arusnya steady state), mengikuti rumus berikut:
[B] Hasil Linier Scan NaNO3 0,1M dengan ∫Idt = Q = nFVC (3)
Elektroda Kerja TiO2, Elektroda Bantu Pt dan dimana n adalah jumlah elektron yang ditransfer selama
Elektroda Referens Ag/AgCl, Scan Rate 0,5 degradasi fotoelektrokatalitik, (lihat persamaan 1 dan
V/jam, Potensi 0.10 – 0.11 V.
2); I adalah arus-cahaya dari oksidasi senyawa organik;
F adalah konstanta Faraday; V dan C adalah masing-
masing volume virtual (kapasitas adsorpsi TiO2) dan
konsentrasi dari senyawa organik. Profile evolusi arus
cahaya yang diperoleh dari larutan glukosa pada
berbagai konsentrasi diperlihatkan dalam Gambar 6.
Dapat dilihat bahwa besarnya arus cahaya dan nilai
integrasi kurva arus cahaya (Q) proporsional dengan
besarnya konsentrasi glukosa. Plot nilai Q terhadap
konsentrasi glukosa memberikan kurva dengan
kelinieran yang tinggi dan slope dari kurva ini
merupakan nilai empiris nFV (termasuk faktor kerja
dari sistem). Oleh karena itu sekali tetapan tersebut
Gambar 5. Profile Respon Arus Cahaya terhadap Waktu ditetapkan, dengan mengukur zat yang absolut jumlah
dari Lapisan Tipis TiO2 Sol-gel. (a=NaNO2 molnya diketahui, maka nilai Q dapat digunakan untuk
0,1M; dan b= NaNO2 0,1M + Senyawa Organik) memprediksi jumlah mole zat organik yang diukur.

Gambar 6. [A] Profile Kurva Arus Cahaya Terhadap Waktu Untuk Berbagai Konsentrasi Glukosa (1~500 µM). [B] Nilai Q
(Hasil Integrasi Arus pada Selang Waktu Tertentu) terhadap Konsentrasi Zat Organik
MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2019: 1-8 7

standar glukosa. Dari Gambar 7 tampak bahwa nilai Q


naik secara proporsional terhadap nilai COD sampai
batas tertentu (~ 150 ppm O2). Namun nilai Q, relatif
tidak berubah bahkan cenderung menurun jika nilai
COD lebih besar dari 200 ppm O2. Dengan kondisi
operasional seperti yang dilaporkan, pada saat ini sistem
sensor COD yang kami kembangkan baru memiliki
daerah kerja linier sampai dengan nilai COD sebesar
150 ppm O2. Nampaknya permukaan film TiO2 yang
digunakan hanya memiliki volume virtual (kemampuan
adsorpsi maksimum yang setimbang dengan bulk
larutan) sebesar nilai tersebut.

4. Kesimpulan
Elektroda kerja film TiO2 nanopartikel, yang dilekatkan
di atas gelas ITO, telah berhasil dipreparasi dan
dikarakterisasi. Film tersebut didominasi oleh TiO2
anatase berstruktur nano dan aktif sebagai
Gambar 7. [A] Hubungan antara Nilai Q yang Diperoleh elektrofotokatalis dalam sistem sel fotoelektrokimia
dari Pengukuran terhadap Nilai COD Teoritis yang dapat difungsikan sebagai sensor untuk mengukur
Dihitung dari Konsentrasi Zat Organik yang COD sampel air. Elektroda kerja film TiO2 tersebut
Digunakan, [B] Daerah Kerja Linier yang menghasilkan profil arus cahaya terhadap waktu yang
Diperoleh hasil integrasi I vs t nya memberikan nilai Q, dan
proportional dengan konsentrasi zat organik dalam
Muatan Q yang dihitung merupakan ukuran langsung larutan. Nilai Q tersebut dapat digunakan untuk
dari jumlah total elektron yang ditransfer sebagai hasil menghitung nilai kebutuhan kimiawi atau Chemical
dari degradasi sempurna dari semua senyawa dalam Oxygen Demand (COD) sampel air. Metode baru
sampel. Jika senyawa organik mengalami mineralisasi analisis COD ini dapat menjadi alternative potensial
sempurna, maka oksidasi senyawa organik tersebut sebagai pengganti metoda konvensional, karena, cepat,
memenuhi persamaan (1) seperti dijelaskan di atas dan langsung, ramah lingkungan dan absolute.
jumlah elektron yang ditransfer nya adalah sesuai
persamaan (2). Sementara itu, hubungan kuantitatif
antara muatan bersih dengan konsentrasi substrat Ucapan Terima Kasih
mengikuti hukum Faraday,Q = nFVC = (4y-2j+m-3k-
q)FVC = kC (4) DP2M-DIKTI, atas dana penelitian yang diberikan
(2006-2008). Prof. Atsushi Ikai, Dynamic and Chemical
Pada degradasi sempurna, Q merupakan ukuran jumlah Resources Laboratories, Tokyo Institute of Technology,
total elektron yang dihasilkan dari mineralisasi and Japan Student Support Organisation, yang memberi
sempurna seluruh senyawa dalam sampel. Karena 1 kesempatan kepada M.N untuk melakukan riset,
molekul oksigen equivalen dengan 4 elektron (e) yang khususnya pada pengukuran AFM.
ditransfer,
Daftar Acuan
O2 + 4H+ + 4e-  2H2O (5)
maka Q dapat dengan mudah dikonversi menjadi [1] APHA, Standard Methods for the Examination of
konsentrasi oksigen sehingga nilai COD menjadi; Water & Wastewater, 18th Ed., Washington, 1992,
COD (mg/L O2) = Q/4FV x 32000 (6) 4.18-4.31.
[2] Y.C. Kim, S. Sasaki, K. Yano, K. Ikebukuro, K.
Persamaan ini dapat digunakan untuk mengkuantifikasi Hashimoto, I. Karube, Analyst 125 (2000) 1915-
nilai COD dari sampel selama muatan (Q) dapat 1918.
diperoleh secara eksperimen sesuai dengan sel [3] Y.C Kim, S. Sasaki, K. Yano, K. Ikebukuro, K.
fotoelektrokimia yang digunakan, dan volume (V) Hashimoto, I. Karube, Anal. Chem. 74 (2002)
adalah volume virtual yang merupakan ukuran kapasitas 3858-3864.
adsorpsi permukaan TiO2. [4] H. Zhao, D. Jiang, S. Zhang, K. Catterall, R. John,
Daerah kerja linier respon dari sistem fotoelektrokimia Anal. Chem. 76 (2004) 155-160.
dievaluasi dengan mencobakan sistem sensor COD [5] U. Diebold, Surface Science Report 48 (2003) 53-
terhadap standard yang diketahui nilainya secara pasti. 229.
Untuk keperluan tersebut telah digunakan larutan
8 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2019: 1-8

[6] S. Fazio, J. Guzm´an, M.T. Colomer, A. Salomoni, [10] M. Zanoni, J. Sene, H. Selcuk, M. A. Anderson,
R. Moreno, Journal of the European Ceramic Environ. Sci. Technol. 38 (2004) 3203-3208.
Society 28 (2008) 2171–2176. [11] M.C. Blount, D.H. Kim, J.L. Falconer, Environ.
[7] R.T. Triandi, J. Gunlazuardi, Makara Seri Sains 5/2 Sci. Technol. 35 (2001) 2988-2994.
(2001) 81-91. [12] A.V. Emeline, V.K. Ryabchuk, N. Serpone, J.
[8] J.C. Harper, P.A. Christensen, T.A. Egerton, T.P. Phys. Chem. B. 109 (2005) 18515-18521.
Curtis, J. Gunlazuardi, Journal of Applied [13] J.C. Harper, P.A. Christensen, T.A. Egerton, K.
Electrochemistry 31 (2001) 623-628. Scott, J. App. Electrochem. 31 (2001) 267-273.
[9] K. Rajeshwar, N.R. de Tacconi, C.R. [14] S.M.A. Jorge, J.J. Sene, A.O. Florentino, Journal of
Chenthamarakshan, Chem. Mater. 13 (2001) 2765- Photochemistry and Photobiology A: Chemistry
2782. 174 (2005) 71–75.

Anda mungkin juga menyukai