Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PERCOBAAN 3
SISTEM KARDIOVASKULER
Disusun oleh:
Sistem kardiovaskular pada prinsipnya terdiri dari jantung, pembuluh darah dan
saluran limfe. Sistem kardiovaskular berfungsi untuk mengangkut oksigen, nutrisi dan
zat-zat lain untuk didistribusikan ke seluruh tubuh serta membawa bahan-bahan hasil
akhir metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh (Fikriana, 2018).
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung,
komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan
suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses
metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang
bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya
adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi.
Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada organ-organ
vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memelihara dan mempertahankan sistem
sirkulasi itu sendiri (Nurachmach, 2009).
Siklus jantung (cardiac cycle) terdiri dari sistole dan diastole. Jantung
berkontraksi secara berirama dengan pusat kendali impuls berasal dari simpul sinus.
Pengisian darah di dalam ruang-ruang jantung terjadi selama diastole (diastolic filling)
dan pengeluarannya terjadi selama sistole (systolic ejection) secara berirama dan secara
serentak di jantung kanan dan kiri. Pada akhirdiastole, tekanan ventrikel hamper sama
dengan tekanan atrium, sebab kedua ruang tersebut berhubungan langsung melalui
katup atrioventrikular yang masih terbuka, tetapi hanya sedikit atau hampir tidak ada
darah yang mengalirdi antara ruang-ruang tersebut (Ronny, 2009).
Darah, seperti semua cairan, mengalir dari daerah-daerah yang bertekanan lebih
tinggi ke daerah-daerah yang bertekanan lebih rendah. Kontraksi ventrikel jantung
menghasilkan tekanan darah, yang memberikan gaya ke semua arah. Gaya yang terarah
memanjang dalam suatu arteri menyebabkan darah mengalir dari jantung, tempat yang
bertekanan paling tinggi. Gaya yang diberikan terhadap dinding arteri yang elastis
akanmerentangkan dinding tersebut, dan pelentingan kembali dinding-dinding arteri
memainkan peran yang penting dalam mempertahankan tekanan darah, demikian pula
dengan aliran darah, di seluruh siklus jantung. Begitu darah memasuki jutaan arteriola-
arteriola dan kapiler-kapiler yang mungil, diameter pembuluh-pembuluh ini yang
sempit akan menghasilkan tahanan yang cukup besar terhadap aliran darah. Tahanan
ini menyingkirkan sebagian besar tekanan yang dihasilkan oleh pemompaan jantung
pada saat darah memasuki vena-vena (Campble, 2008).
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri,
volume, dan laju serta kekuatan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat
fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah
biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan
nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata
tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Bare, 2002).
Tekanan darah merupakan faktor yang penting pada sistem sirkulasi tubuh
manusia. Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Diketahui tekanan sistolik adalah tekanan puncak yang terjadi pada saat ventrikel
berkontraksi dan tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi pada saat
jantung beristirahat. Nilai tekanan darah sangat bervariasi bergantung pada keadaan,
akan meningkat pada aktivitas fisik, emosi, dan stress dan turun selama tidur. Usia
dewasa muda yaitu dimulai sekitar usia 18-22 tahun dan terjadi peningkatan penderita
hipertensi menjadi 15% 1 . Usia dewasa muda merupakan usia yang rentan untuk
mudah terjangkit suatu penyakit. Oleh karena itu, diperlukan adanya pemeriksaan
tekanan darah secara rutin untuk mengontrol bagaimana kondisi tubuh.
Secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu tekanan darah sistolik
(angka atas) yaitu tekanan yang timbul akibat pengerutan bilik jantung sehingga ia
akan memompa darah dengan tekanan terbesar, dan diastolik (angka bawah) yang
merupakan kekuatan penahan pada saat jantung mengembang antar denyut, terjadi
pada saat jantung dalam keadaan mengembang (saat beristirahat). Tekanan darah
normal (normotensi) sangat dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh,
yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat gizi. Tekanan darah ada dalam pembuuh
darah, sedangkan tekanan darah tertinggi ada dalam arteri terbesar (Martuti, 2009).
Tabel Klasifikasi tekanan darah yang berkisaran umur 18 tahun atau lebih:
a. Metode Palpatori
b. Metode Auskultasi
Tekanan darah arteri dalam manusia rutin diukur oleh metode auskultasi.
Manset yang dapat dikendalikan (manset Riva-Rocci) dilekatkan ke manometer
air raksa (sfignomanometer) yang dibalutkan sekeliling lengan dan stetoskop
ditempatkan diatas arteria brachialis pada siku. Manset ini dikembangkan sampai
tekanan dalamnya tepat diatas tekanan sistolik yang diperkirakan di dalam arteria
brachialis. Arteri ini ditutup dengan manset dan tidak ada bunyi yang terdengar
dengan stetoskop. Tekanan dalam manset kemudian direndahkan pelan-pelan pada
titik tekanan sistolik di dalam arteri tepat melebihi tekanan manset, maka
semburan darah lewat bersama tiap denyut jantung dan secara serentak dengan tiap
denyut, serta terdengar bunyi mengetok di bawah manset. Tekanan manset saat
bunyi pertama terdengar merupakan tegangan sistolik. Karena tekanan manset
direndahkan lebih lanjut, maka bunyi menjadi lebih keras, lalu redup dan
berkurang, dan akhirnya dalam kebanyakan individu ia menghilang (Bare, 2002)
2.3.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah Seseorang
Tekanan darah dapat diketahui dengan 2 faktor, yaitu faktor fisiologis dan
faktor patologis. Faktor fisiologis ialah faktor yang berkaitan langsung terhadap
kondisi jantung. Sedangkan faktor patologis adalah faktor yang berhubungan
dengan kondisi tubuh secara fisik (Martuti, 2009).
a. Volume darah, semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan
darah
a. Posisi tubuh, baroresepsor akan merespon saat tekanan darah turun dan
akan berusaha menstabilkan tekanan darah
d. Usia, semakin bertambah usia, semakin bertambah pula tekanan darah hal
ini disebabkan oleh berkurangnya elastisitas pembuluh darah
2.4 Hyperemia
Hyperemia adalah suatu keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan didalam
pembuluhdarah atau keadaan yang disertai meningkatnya volume darah dalam
pembuluh darah yang melebar (Campbell, 2008).
2.5 Darah
Darah adalah cairan kompleks dengan total volume kurang lebih 8% dari berat
tubuh manusia. Umumnya dalam tubuh seorang pria dewasa terdapat sekitar 5 – 6 liter
darah dan wanita dewasa sekitar 4 – 5 liter. Kekentalan darah biasanya sekitar 4,4 – 4,7
relatif terhadap viskositas air = 1. Hal ini yang mengakibatkan darah lebih sulit
mengalir dibandingkan air (Sadikin, 2008).
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu
sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya
adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan
dalam nilai hematokrit atau volume darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40
sampai 47 (Ronny, 2009).
Komponen darah, terdiri dari atas dua komponen utama yaitu plasma darah dan
komponen padatan. Dalam tubuh manusia darah terdiri atas 55 % plasma dan
komponen padat sekitar 45 %. Komponen plasma darah terdiri atas: 91% air, 8%
protein terlarut, 1 % asam organik dan 1 % garam, sedang komponen padat terdiri atas
sel darah. Terdapat tiga jenis sel darah yaitu: sel darah merah, (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan trombosit (Guyton A. , 1993)
Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Dalam setiap 1 mm3
darah terdapat sekitar 5 juta eritrosit atau sekitar 99%. Oleh karena itu setiap pada
sediaan darah yang paling banyak menonjol adalah sel-sel tersebut. Dalam
keadaan normal eritrosit manusia berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7-
8 mikrometer, tebal kurang lebih 2.6 mikrometer dan tebal tengah kurang lebih
0.8 mikrometer dan tanpa memiliki inti (Pearce, 2006)
2.5.2 Eritrosit dan Ukurannya
Eritosit atau sel darah merah membawa hemoglobin dalam sirkulasi. Sel
darah merah berbentuk bikonkaf. Sel darah merah berwarna merah kekuningan.
Warna merah berasal dari hemoglobin (Pearce, 2006).
Leukosit adalah unit dari sistem pertahanan tubuh, dibentuk sebagian dari
sumsum tulang (granulosit, monosit, dan beberapa limfosit) dan sebagian dari
jaringan limfe (limfosit dan plasma), tetapi setelah pembentukan mereka di
transport dalam darah ke bagian-bagian tubuh dimana mereka dibutuhkan.
Manfaat sebenarnya dari sel darah putih yaitu sebagian besar mereka secara
khusus di transport ke daerah-daerah peradangan yang berbahaya, dengan cara
demikian memberikan pertahanan yang cepat dan paten terhadap setiap agen
infeksi yang mungkin terdapat. (Guyton A. , 1993).
2.6 Hematokrit
Hematokrit adalah persentase volume seluruh eritrosit yang ada di dalam darah
dan diambil dalam volume eritrosit yang dipisahkan dalam plasma dengan cara
memutarnya di dalam tabung khusus dalam waktu dan kecepatan tertentu yang nilainya
dinyatakan dalam persen. Nilai untuk pria 40-48 volume% dan untuk wanita 37-43
volume% (Sadikin, 2008).
Nilai hematokrit dapat digunakan sebagai tes skrining sederhana untuk anemia,
sebagai referensi kalibrasi untuk metode otomatis hitung sel darah, dan secara kasar
untuk membimbing keakuratan pengukuran hemoglobin. Nilai hematokrit yang
dinyatakan g/L adalah sekitar tiga kali kadar Hb (Pearce, 2006).
2.7 Hemositometer
Hemositometer adalah suatu ruang kaca dengan sisi yang menjulang dan kaca
penutup yang akan menahan cairan tepat 0,1 mm dari atas lantai ruang kaca. Ruang
hitung memiliki total luas apermukaan 9 mm2. Ada berbagai macam cara untuk
mengukur jumlah sel, antara lain dengan hitungan cawan, hitungan mikroskopis
langsung yang menggunakan mikroskop serta ruang hitung (hemositometer). Jumlah
cairan yang terdapat antara cover glass dan alat ini mempunyai volume tertentu
sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu (Yustiah,
2011).
2.8 Penentuan Hb
Hemoglobin merupakan suatu zat organik yang terdapat pada sel darah merah
yang berfungsi untuk mengikat oksigen dalam darah. Hemoglobin merupakan zat yang
menentukan warna pada darah yang berhubungan dengan nilai hematokrit, sel darah
merah, dan sel darah putih. Darah yang merupakan cairan dengan volume yang
berbeda-beda tergantung pada jenis kelamin, ukuran tubuh, dan usia (Soewolo,
Fisiologi Manusia, 2003).
Waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari
pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah.
Penghentian pembuluh darah ini disebabkan terbentuknya agregat yang menutupi celah
pembuluh darah yang rusak. Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit
berdarah untuk berhenti setelah kulit berdarah. Darah dihapus tiap 30 detik atau luka
direndam dalam larutan fisiologis. Waktu pendarahan merupakan interval waktu mulai
timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir
keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya
agregat pletelat yang menutupi calah pembuluh darah yang rusak (Wulangi, 1995).
Tekanan darah didalam pembuluh darah lebih kecil dari luar pembuluh darah.
Tersumbatnya pembuluh darah yang robek.
Pembentukan gumpalan fibrin yang terbentuk disekitar sumbatan eritrosit yang
menyebabkan terjadinya penyumbatan.
Volume darah cukup (Gibson, 1996)
Koagulasi darah adalah suatu fungsi penting dari darah untuk mencegah
banyaknya darah yang hilang dari pembuluh darah yang rusak (terluka). Bagian dari
darah yang sangat berperan dalam proses koagulasi adalah trombosit atau keping
darah. Trombosit berasal dari sistem sel di sumsum tulang yaitu mengakarosit yang
berkembang menjadi trombosit (Nurcahyo, 1998).
Dalam keadaan normal, darah terdapat di dalam pembuluh darah (arteri, kapiler
dan vena). Jika terjadi pendarahan, darah keluar dari pembuluh darah tersebut, baik
ke dalam maupun keluar tubuh. Tubuh mencegah atau mengendalikan pendarahan
melalui beberapa cara seperti homeostatis. Homeostatis adalah cara tubuh untuk
menghentikan perdarahan pada pembuluh darah yang mengalami cedera. Hal ini
melibatkan 3 proses utama, yaitu konstiksi (pengerutan) pembuluh darah, aktivitas
trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang terdapat di dalam
darah dan ikut serta dalam proses pembekuan) dan aktivitas faktor-faktor
pembekuan darah darah (protein yang terlarut dalam plasma) (Soewolo, Fisiologi
Manusia, 1999).
Golongan darah menurut sistem ABO dapat diwariskan dari orang tua kepada
anaknya. Landsteiner membedakan darah manusia ke dalam empat golongan, yaitu
A, B, AB, dan O. Penggolongan darah ini disebabkan oleh macam antigen yang
dikandung oleh eritrosit (sel darah merah). Adanya antigen di dalam eritrosit,
ditentukan oleh suatu seri alel ganda, yaitu I A, IB, dan IO (Darmawati, 2005). Alel
ganda adalah suatu keadaan dimana sebuah gen memiliki lebih dari satu alela.
Landsteiner menunjukkan bahwa bila suspensi sel darah merah yang diperoleh
dari bermacam-macam orang dicampur dengan serum darah yang diperoleh dari
orang lain, maka akan tampak perbedaan yang tegas dalam reaksi. Pada beberapa
kasus ada penggumpalan nyata sel darah merah. Pada beberapa kasus sel darah
merah tetap tidak terpengaruh. Penggumpalan tadi disebabkan karena pengikatan
zat antigenik tertentu pada permukaan sel darah merah dengan antibodi khususan
(imun globulin) yang ada dalam serum. dengan penggumpalan silang menggunakan
sel darah merah dan serta dari individu sehat normal, ternyata mungkin untuk
menggolongkan orang ke dalam empat macam golongan dari sudut dua kekhususan
antigenik (A dan B). Beberapa orang (golongan O) tidak memiliki salah satu dari
kedua kekhususan ini, lainnya hanya memiliki satu kekhususan (golongan A atau
golongan B), sedangkan lainnya lagi memiliki keduanya (golongan AB). Antibodi
yang bersangkutan disebut anti-A dan anti-B, dan adanya dalam serum individu
keempat golongan ditunjukkan pada tabel berikut: (Harris, 1994).
Dari tabel diatas, dapat diketahui orang yang memiliki antigen A tidak
memiliki anti-A, melainkan anti-B didalam serum atau plasma darah. Orang
demikian dimasukkan dalam golongan darah A. Orang dari golongan darah B
mempunyai antigen B dan anti-A. Orang yang tidak memiliki antigen A maupun
antigen B, tetapi memiliki serum anti-A dan anti-B di dalam serum atau plasma
darah, dimasukkan dalam golongan darah O. Adapun orang yang memiliki antigen
A maupun antigen B, tetapi tidak memiliki anti-A dan anti-B didalam serum atau
plasma darah, dimasukkan dalam golongan darah AB (Suryo, 2005).
Antigen A dan antigen B dapat diwariskan dari orang tua kepada keturunannya
melalui tiga alel I A, IB, dan IO. Orang yang memiliki alel IA mampu untuk
membentuk antigen A, sedang yang memiliki alel I B mampu untuk membentuk
antigen B. Orang yang tidak memiliki alel I A maupun IB, melainkan hanya
memiliki alel I saja, tidak akan memiliki antigen A maupun antigen B. Interaksi
antara alel-alel IA, IB, dan IO menyebabkan terjadinya 4 fenotip (golongan darah)
O, A, B, dan AB (Suryo, 2005).
A A IA IA IA atau IAi
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, akan
tetapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan antigen B. Sehingga,
orang dengan golongan darah O negatif dapat mendonorkan darahnya
kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor
universal. Namun, orang dengan golongan darah O negatif hanya dapat
menerima darah dari individu yang bergolongan darah O negatif juga
(Suryo, 2005).
3.1.2. Darah
Alat Bahan
Lanset darah Kapas
Hemositometer Alcohol 70%
Tabung reaksi NaCl
Kaca objek Na sitrat
Pipet pengencer sel darah merah Asam asetat
Pipet pengencer sel darah Gentian violet
Mikroskop Kertas tes Tallquist
Pipa kapiler hematocrit Lilin
Mikrosentrifuga Tusuk gigi
Alat pengukur 6 hematokrit Serum anti-A
Pipet Sahli Serum anti-B
Stopwatch Serum Rh
Tali
Darah
A. Anatomi
Cara memperoleh darah segar
Pada praktikum kali ini memerlukan darah segar dan dapat diperoleh melalui prosedur
membersihkan jari manis atau kelingking menggunakan kapas yang sudah dibasahi oleh
alkohol 70% lalu dibiarkan alkohol menguap. Setelah itu, mengambil darah dengan cara
menusukkan lanset steril ke ujung jari yang telah dibersihkan dan biarkan darah mengaliri
sendiri tanpa adanya tekanan serta jangan menggunakan tetes pertama.
Cara pengisian pipet
Selanjutnya, diperlukan prosedur percobaan untuk pengisian pipet. Pertama, memegang
pipet dekat pada ujungnya dan menempatkan ujung pipet pada tetesan darah segar sehingga
darah masuk sebanyak 0,5 tanda. Mengisi pipet dengan cairan pengencer sebanyak yang
ditentukan dan pipet dalam keadaan horizontal. Jangan sampai terbentuk gelembung udara di
dalam pipet. Menutup ujung pipet oleh jari dan mengocoknya selama 2 menit. Meneteskan 2
tetes larutan encer ini pada hemositometer dan menutup hemositometer menggunakan kaca
penutup. Setelah 30 detik dilakukan perhitungan jumlah sel darah di bawah mikroskop.
Pengukuran sel darah merah dan sel darah putih
Untuk mengetahui karakteristik dan morfologi darah diperlukan pengukuran sel darah
merah dan sel darah putih dan harus dilakukan melalui prosedur yang sesuai. Untuk
pengukuran sel darah merah melalui prosedur yang benar. Pertama mengambil darah segar
sesuai prosedur sebelumnya. Mengencerkan 200x menggunakan cairan pengencer sel darah
merah, yaitu natrium sitrat 2,5% kemudian dikocok. Meneteskan 2 tetes pada hemositometer 7
dan menghitung jumlah sel darah merah yang menyentuh batas atau berada di atas batas serta
yang dihitung hanya pada sisi yang saling tegak lurus dengan kotak yang bersangkutan. Faktor
perhitungan untuk menghitung sel darah merah adalah 10.000.
Pengambilan sel darah putih yang pertama mengambil darah segar sesuai prosedur
sebelumnya dan mengencerkan 20x dengan cairan pengencer yaitu larutan Turk Larutan Turk
yang terbuat dari asam asetat glasial 1 ml, larutan gentian violet 1% (dalam air) 1 ml dan
akuades ad 100 ml kemudian dikocok. Meneteskan 2 tetes pada hemositometer dan
menghitung jumlah sel darah putih. Menghitung jumlah neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit
dan monosit serta persentasenya terhadap sel darah putih total. Sel darah putih yang dihitung
adalah yang terdapat pada 4 kotak besar pada kedua sudut hemositometer 8 dan sel darah putih
yang berada pada batas, dihitung dari dua sisi yang saling tegak lurus dari kotak yang
bersangkutan. Faktor perhitungan untuk menghitung sel darah putih adalah 50.
Hematokrit
Mengambil darah segar sesuai dengan prosedur sebelumnya. Menempatkan pipa
kapiler hematokrit pada tetes tersebut dan mengisi kapiler hematokrit, minimal sampai dengan
2/3 penuh. Menutup pipa kapiler yang telah terisi darah menggunakan lilin. Meletakkan pipa-
pipa kapiler ada chamber mikrosentrifuga hingga posisinya seimbang dan jika diperlukan dapat
ditambahkan pipa kapiler kosong sebagai penyeimbang. Menutup chamber dengan tutup
sentrifuga dan sentrifuga dilakukan pada kecepatan tinggi selama 4 menit. Menentukan nilai
hematokrit menggunakan cara mengukur perbandingan tinggi antara darah (sel darah dan
plasma) dengan sel darah. Mengamati warna plasma yang di sel darah dan membandingkan
nilai hematocrit perempuan dan laki-laki.
B. Fisiologi
Penentuan Hb
Untuk menentukan nilai Hb dapat melalui dua metode yaitu metode tallquist dan
metode sahli. Untuk metode tallquist yaitu mengambil satu tetes darah dengan kertas Tallquist
kemudian menentukan presentase Hb dan dibandingkan warna yang diperoleh dengan kertas
pembanding. Sedangkan untuk metode sahli yaitu mengisi tabung Sahli diisi oleh HCl 0,1N
sampai dengan setinggi 10% dari tinggi skala maksimal. Lalu dimasukkan darah sebanyak 20
mikroliter dan diaduk dengan menggunakan pengaduk yang tersedia. Mengncerkan dengan
HCl sampai warna campuran sama dengan warna standar pada alat. Untuk pembacaan
dilakukan pada penerangan yang wajar, tidak di depan jendela dan angka tersebut menunjukkan
kadar Hb darah. Membandingkan hasil yang diperoleh dari ke-2 metode.
Waktu perdarahan
Pada praktikum kali ini terdapat prosedur waktu perdarahan dan prosedur yang harus
dilalui adalah melukai ujung jari menggunakan lanset steril dan mencatat waktu ketika timbul
tetes darah pertama. Menyerap darah yang keluar menggunakan kerta yang dapat menyerap
dan mencatat waktu darah berhenti mengalir hingga bersih.
Waktu koagulasi
Waktu koagulasi yaitu selisih waktu dari timbulnya darah sampai terbentuk benang
fibrin. Prosedur yang harus dilakukan yaitu melukai ujung jari menggunakan lanset steril.
Mengisi kapiler oleh darah yang keluar dari ujung jari. Mematkan sebagian pipa kapiler pada
interval waktu 30 detik sampai terbentuknya benang fibrin.
Penggolongan darah
Pada percobaan penggolongan darah yaitu diperlukan menyiapkan sebuah kaca objek
dan diberi garis tengah oleh lilin sebagai tanda batas agar tidak tercampur. Meneteskan serum
anti-A pada bagian bertanda A dan teteskan serum anti-B pada bagian bertanda B serta
meneteskan satu tetes darah pada bagian A (anti-A) kemudian mencampurkan kedua cairan
dengan tusuk gigi. Mengamati terjadinya aglutinasi. Kemudian meneteskan satu tetes darah
pada bagian B (anti-B) dan dicampurkan kedua cairan dengan tusuk gigi.
V. HASIL PENGAMATAN
5.1. Pengukuran Tekanan Darah
5.1.1 Cara Palpatori
Nilai tekanan dinaikan 10MmHg diatas tekanan sebelumnya, lalu turunkan tekanan
berangsur hingga terdengar tekanan sistolik dan diastolik untuk pertama kalinya
5.1.2 Cara Auskultasi
Tekanan pada saat bunyi pertama kalinya disebut dengan tekanan sistolik, pada saat
bunyi hilang disebut tekanan diastolic, dicatat saat denyut nadinya menghilang.
5.1.3 Pengukuran Tekanan Darah Menggunakan Sfigmomanometer
Setelah telunjuk jari tangan dicelupkan ke dalam air hangat, warna telunjuk jari
tangan yang dicelupkan menjadi kemerahan dan ukuran jari agak membesar.
Setelah telunjuk jari tangan diikatkan dengan tali, warna telunjuk jari tangan
menjadi biru keunguan dan ukuran jari agak membesar
5.2. Darah
5.2.1 Pengukuran Sel Darah Merah
= (m1 + m2 + m3 + m4 + m5) x 10.000
= (85 + 90 + 93 + 108 + 100) x 10.000
= (476) x 10.000
= 4.760.000
5.2.2 Pengukuran Sel Darah Putih
= (p1 + p2 + p3 + p4 ) x 50
= (50 + 45 + 48 + 45) x 50
= (188) x 50
= 9.400
5.2.3 Hematokrit
Tinggi sel darah merah : 2,5 cm
Tinggi sel darah merah dan plasma : 4,5 cm
2,5
= x 100%
4,5
= 55,56 %
5.2.4 Penentuan Hb
a. Metode Tallquist
VI. PEMBAHASAN
Anatomi
Cara Memperoleh Darah Segar untuk Pemeriksaan
Untuk memperoleh darah segar, terlebih dahulu jari manis dibersihkan alkohol, lalu
dilakukan penusukan pada jari manis karena jari tangan yang tidak dominan atau ketebalannya
sedang, pada jari telunjuk ataupun ibu jari permukaan kulit lebih tebal, sedangkan pada
kelingking permukaan lebih tipis. Alkohol berperan sebagai antiseptik, agar pada saat
penusukkan lanset steril tidak terjadi infeksi. Menurut (Noviansari,2013) alkohol menunjukkan
aktifitas sebagai antifungi dan dapat mendenaturasi protein, alkohol mempunyai aktifitas
sebagai bakteriid yang membunuh bakteri dalam bentuk vegetatifnya. Kemudian alkohol
dibiarkan menguap dahulu, agar darah yang diambil tidak bercampur dengan alkohol. Lalu
darah diambil dengan cara menusukkan lanset steril ke ujung jari yang telah dibersihkan.
Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus diperas-peras keluar. Jangan menusukkan
lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan
diencerkan oleh alkohol,tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah ditampung
dalam wadah. Jangan gunakan tetes darah pertama, karena tetesan darah pertama hapus dengan
kapas kering dan bersih, karena darah ini sangat mungkin masih bercampur dengan alkohol.(I
Gusti Ngurah Gede,2018).Lanset steril ini pemakaiannnya (single use only) untuk menghindari
penularan penyakit dan ketajaman mata lanset tetap baik dan tajam.
3.3 Pengukuran Sel Darah Putih
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui bagaimana morfologi dan karakteristik
sel darah putih serta untuk menguji apakah sel darahj putih yang diuji normal atau tidak. Pada
percobaan pengukuran sel darah putih. Pada pengukuran leukosit digunakan larutan Turk yang
terdiri dari Asam Asetat Glasial dan Larutan Gentian Violet. Fungsi asam asetat glasial adalah
untuk melisiskan atau menghancurkan sel-sel lain selain leukosit. Fungsi larutan gentian violet
adalah untuk memberi warna pada inti dan granula leukosit. Reagen Turk memiliki komposisi
asam asetat glasial, gentian violet, dan aquadest. Reagen tersebut berperan untuk melisiskan
sel selain leukosit dan mewarnai sel yang tidak dilisiskan. Asam asetat glasial pada larutan turk
berfungsi melisiskan eritrosit dan mempunyai kandungan asam dengan pH 2.4. Sedangkan
gentian violet berfungsi sebagai pemberi warna sehingga leukosit tampak jelas. L (Nugraha &
Badrawi 2018). Kemudian diteteskan pada hemositometer dan diamati dibawah mikroskop dan
dihitung jumlah sel darah putihnya. Pada hasil pengamatan dibawah mikroskop didapatkan
hasil yaitu jumlah leukosit yang diperoleh adalah 9400 sel/mm3. Dapat dinyatakan bahwa
jumlah leukosit dalam darah normal. Karena Menurut (Gapar, 2015) Normoleukosit yaitu
kisaran normal angka leukosit dimana nilai leukosit memiliki rentang antara 4.000/uL darah
sampai 11.000/uL darah
3.4 Hematokrit
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui jumlah presentase sel darah merah
serta bertujuan untuk mengukur volume sel derah marah dalam darah. Percobaan diawali
dengan diambilnya darah segar kemudian dimasukan kedalam pipa kapiler lalu dimasukan
kedalam chamber mikrosentrifuga untuk di sentrifugasi. Sentrifugasi merupakan suatu teknik
pengendapan yang dilakukan untuk memisahkan endapan dari suatu suspensi. Tujuan dari
sentrifugasi adalah untuk memisahkan serum dan plasma yang terkandung didalam darah.
Plasma mengandung zat pengkoagulasi, sedangkan serum tidak mengandung zat
pengkoagulasi. Sentrifugasi dilakukan pada kecepatan tinggi. Prinsip dari alat ini adalah objek
diputar secara horizontal pada jarak tertentu. Objek akan berotasi didalam tabung silinder yang
berisi cairan dan pada akhirnya akan membentuk endapan. Sentrifugasi akan memisahkan
cairan berdasarkan BJ, sehingga zat yang lebih besar BJ-nya akan berada diatas, dan zat yang
BJ-nya lebih ringan akan berada dibawah. Seperti yang didapatkan pada praktikum kali ini,
plasma berada diatas, dan serum berada dibawah Gressner & Gressner (2017). Sentrifugasi
adalah teknik pemisahan cairan dari padatannya Pada praktikum kali ini, sentrifugasi
digunakan untuk memisahkan cairan dari padatan sel darah sehingga diperoleh serum.
(Brassard et al., 2018). Pada percobaan hematokrit didapatkan tinggi sel darah merah adalah
2,5 cm dan tinggi sel darah ditambah plasma darah yaitu setinggi 4.5 cm kemudian dihitung
dan didapatkan % (persen) hematokrit sebesar 55,56%. pada literature persen (%) hematokrit
yaitu Nilai normal hematokrit pada laki - laki berbeda dengan wanita. Nilai hematokrit pada
laki – laki yaitu 40 – 48% sedangkan pada wanita 37 – 43%. (Gandasoebrata,2010)
Berdasarkan hal itu maka persen hematokrit yang diuji memilik presentase yang tinggi artinya
praktikan yang diuji sedang mengalami dehidrasi.
Penentuan Hb
Pada percobaan kali ini, dilakukan pengukuran nilai Hb dengan menggunakan Metode
Tallquist dan Metode Sahli. Hemoglobin adalah zat yang terkandung dalam eritrosit yang
berfungsi untuk mengangkut oksigen. Warna merah dalam darah disebabkan karena adanya
hemoglobin. Penentuan kadar hemoglobin dalam darah memiliki peranan yang penting, karena
dengan mengetahui kadar hemoglobin kita dapat mengetahui dan mendeteksi ada atau tidaknya
penyakit yang ada didalam tubuh, misalnya anemia. (Guyton, 2006) Darah yang digunakan
pada percobaan ini diperoleh dari jari praktikan yang dilukai oleh lanset steril. Penetapan
kandungan hemoglobin darah ada beberapa metode. Salah satunya adalah dengan melakukan
hemolisis sel darah merah (pemecahan sel dan pelepasan hemoglobin), kemudian
membandingkan kepekatan warna larutan hemoglobin yang diperoleh dengan larutan standar
(Green, 2008). Metode ini yang paling banyak dipakai di Indonesia dengan faktor kesalahan
kira-kira 10% (Shalehah, 2011)
3.5 Metode Tallquist
Pada metode ini, darah langsung ditempelkan ke kertas tallquist yang kemudian
disamakan dengan warna standar pada buku tallquist adam dan skala yang terbaca adalah 70.
Kelemahan pada metode tallquist adalah, metode ini merupakan metode kualitatif. Pada
metode Tallquist, prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang
bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua. Skala warna ini
mempunyai lubang ditengahnya sehingga darah dapat dilihat dan dibandingkan secara visual
langsung. Kesalahan metode Tallquist dalam melakukan pemeriksaan antara 25-50%
(Shalehah, 2011).
3.6 Metode Sahli
Terlebih dahulu tabung diisi HCl 0,1 N lalu dimasukkan darah sebanyak 20 mikroliter
Tujuan ditambahkan HCl 0,1 N, berfungsi untuk memecah heme dan globin menjadi hematin.
Ditambahkan HCl terus menerus hingga warna darah mendekati warna indikator yang berada
tepat dikedua sisi. Diperolehlah angka 80. Hal ini menunjukan bahwa metode sahli merupakan
metode kuantitatif. Kesalahan dalam melakukan pemeriksaan metode sahli kira-kira 10%.
Kelemahan cara sahli ini adalah hematin asam itu bukan merupakan larutan sejati dan juga
alat haemometer sukar di standardisasi. selain itu tidak semua macam hemoglobin dapat diubah
menjadi hematin, misalnya karboxy hemoglobin, methemoglobin dan sullfhemoglobin
(Depkes RI, 1989). Cara sahli ini bukanlah cara yang teliti karena ketidaktepatan metode ini
disebabkan oleh batang gelas dapat berubah warnanya bila sudah lama (Syamsunir, 1992) .
Prinsipnya Metode Sahli adalah hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin ferroheme.
Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera
bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin
yang berwarna cokelat.Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya
dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan,
yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara
pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang
membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Di
samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat
mempengaruhi hasil pembacaan. (Febianty, Sugiarto and Sadeli, 2013)
Dari data diatas, berarti kadar persentase Hb-nya normal. Karena persentase kadar Hb yang
normal pada kertas tallquist dan sahli berkisar antara 70-100%, sedangkan persentase kadar Hb
yang di dapat pada percobaan kali ini yaitu 70% untuk yang menggunakan metode tallquist
dan 80% yang menggunakan metode sahli
3.7 Waktu Pendarahan
Pada percobaan ini, darah dilukai dengan lanset steril kemudian dihitung dengan
stopwatch pada saat darah mulai keluar sampai darah berhenti keluar. Selisih waktu antara saat
timbulnya tetes darah pertama dengan saat darah berhenti mengalir adalah waktu perdarahan.
Waktu pendarahan terjadi saat jari dilukai dan mulai mengeluarkan darah, lalu diserap dengan
kapas agar darah tidak berceceran. Menurut Pierce,2006 waktu pendarahan adalah interval
waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti
mengalir keluar dari pembuluh darah. Kisaran waktu pendarahan yang normal adalah 15 hingga
120 detik. Pada percobaan ini waktu pendarahannya 90 detik, hal tersebut normal. Namun,
waktu pendarahan bisa saja berbeda-beda berdasarkan faktornya seperti besar kecilnya luka,
suhu, umur, status kesehatan, besarnya tubuh, dan aktivitas kadar hemoglobin dalam
darah.Waktu pendarahan adalah interval waktu dari tetes darah pertama sampai darah berhenti
menetes. Waktu pendarahan merupakan salah satu parameter pengukuran pembekuan darah
untuk mengetahui proses vasokontriksi pada fase vascular dan pembentukan sumbat
hemostatic sementara pada fase platelet dalam proses hemostasis, merupakan proses yang
sangat terkendali dan berkesinambungan serta terbatas hanya ditempat kerusakn dinding
pembuluh darah, jadi tidak boleh meluas secar sistemik. (Shamsher,2010). Waktu pendarahan
adalah waktu dari keluarnya darah sampai terbentuknya sumbat platelet.
3.8 Waktu Koagulasi
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap waktu pembekuan darah atau
koagulasi. Sampel darah dimasukkan ke dalam pipa kapiler, lalu pada waktu tertentu pipa
dipatahkan sedikit demi sedikit hal ini dilakukan untuk mempermudah melihat terbentuknya
benang halus fibrin. Menurut Bithell 1993 masa pembekuan darah normal pada manusia
umumnya terjadi diantara 3-18 menit. Maka berdasarkan praktikum ini, waktu koagulasi
berlangsung normal karena waktu koagulasi berlangsung sekitar 3 menit. Waktu koagulasi
merupakan selisih dari waktu pendarahan dan waktu terbentuknya benang fibrin. Pembekuan
darah adalah rangkaian enzimatik yang melibatkan banyak protein plasma yang disebut sebagai
faktor koagulasi darah. Tiap faktor koagulasi diubah menjadi bentuk aktif oleh faktor
sebelumnya dalam rangkaian faktor enzimatik. Faktor pembekuan beredar dalam darah sebagai
prekusor yang akan diubah menjadi enzim bila diaktifkan. Enzim ini akanmengubah prekusor
selanjutnya menjadi enzim.Mula-mula, faktor pembekuan bertindak sebagaisubstrat dan
kemudian sebagai enzim. Banyakreaksi dalam kaskade koagulasi melibatkam satufaktor yang
mengaktifkan faktor yang lain.Beberapa faktor koagulasi diaktifkan denganmelibatkan
beberapa faktor koagulan dan adayang bertindak sebagai ko-faktor. Ini disebut sebagai
’reaction complex’.(Petrovich,1997). Trombin adalah alat dalam mengubah fibrinogen
menjadi benang fibrin. Trombin tidak ada dalam darah normal yang masih dalam pembuluh,
tetapi yang ada adalah zat pendahulunya yaitu protrombin. Protrombin akan menjadi zat aktif
trombin oleh adanya trombokinase. Trombokinase atau tromboplastin adalah zat penggerak
yang dilepaskan ke darah di tempat yang luka. Tromboplastin terbentuk karena terjadinya
kerusakan trombosit, yang selama ada garam kalsium dalam darah, akan mengubah protrombin
menjadi trombin sehingga terjadi pembekuan darah.Waktu pembekuan darah pada saat
praktikum berada dalam jangkauan waktu normal koagulasi. Dari pernyataan di atas dapat
diketahui bahwa adanya senyawa kalsium dalam darah mempengaruhiproses pembekuan
darah. Apabila jumlah garam kalsium tidak cukup, maka pembentukan trombin akan
terhambat.(Oesman,2009) Selain itu yang dapat membantu dalam proses pembekuan darah
yaitu Vitamin K. Dimana kekurangan vitamin K ini dapat menyebabkan darah sukar membeku.
Koagulasi darah memerlukan sistem penguatan biologis dimana relatif sedikit zat pemula
secara beruntun (sequentially) mengaktifkan, dengan proteolisis, reaksi(cascade) protein
prekursor yang beredar (enzim-enzim faktor koagulasi) yang memuncak pada pembentukan
trombin, selanjutnya, ini mengkonversi fibrinogen plasma yang larut menjadi fibrin. Fibrin
menjaring agregat trombosit pada tempat luka vaskular dan mengubah sumbatan trombosit
primer yang agak tidak stabil menjadi sumbatan hemostasis yang kuat, utuh dan stabil. Waktu
koagulasi adalah waktu dimana terjadinya pembekuan darah sampai terbentuk benang-benang
fibrin.(Ayuni,2020)
Waktu pendarahan dan waktu pembekuan adalah mekanisme hemostasis,
Hemostasis merupakan mekanisme tubuh yang bekerja untuk melindungi tubuh dari
perdarahan dan kehilangan darah. Sistem ini melibatkan faktor plasma, trombosit dan dinding
pembuluh darah. Oleh karna itu, mekanisme hemostasis mencerminkan keseimbangan antara
mekanismeprokoagulan dan antikoagulan yang dikaitkan dengan proses fibrinolisis. (Umar
I,2020). Proses hemostasis akan dipertahankanyaitu merupaka proses untuk mengehentikan
pendarahan. Hemostasis terbagi menjdai dua yaitu primer dan sekunder. Pada hemostasis
primer, akan terbentuk sumbat platelet dimana trombosit berperan pada pembekuan darah,
platelet akan menempel dibagian luka karena adanya kolagen sehingga dapat terbentuk
penyumbatan platelet, penyumbatan platelet ini tidak stabil jadi darah masih sering
keluar.Waktu pendarahan merupakan hemostasis primer. Selanjutnya ada hemostasis
sekunder, yaitu terjadi pembentukan benang-benang fibrin sehingga bisa menutup luka dengan
stabil, Waktu koagulasi merupak hemostasis sekunder. Tahapan atau proses hemostasis dibagi
menjadi tiga langkah utama yaitu:spasme vaskuler (Vasokonstriksi vaskuler),pembentukan
sumbat trombosit, Hemostasis Primer, (3) koagulasi darah, Hemostasis
Sekunder.(Minors,2007)
3.9 Penggolongan Darah
Percobaan ini, terlebih dahulu jari ditusuk dengan lanset steril agar tidak terjadi infeksi.
Darah yang keluar dari jari diteteskan di kertas uji khusus untuk uji golongan darah, yaitu kertas
rhesus. Darah diteteskan pada kotak A dan kotak B, Setelah itu diteteskan Anti Serum-A pada
bagian A, dan Anti Serum-B pada bagian B. Masing-masing darah dan serumnya dicampurkan
dengan menggunakan tusuk gigi. Setelah diamati, pada kotak A terjadi penggumpalan yang
artinya golongan darahnya adalah A. Menurut Hoffbrand,2006 golongan darah A akan
mengalami aglutinasi atau pengggumpalan jika ditambahkan reagen anti-A. Golongan darah
yang dimiliki oleh setiap orang berbeda karena adanya antigen di dalam darah. Pada sistem
penggolongan darah ABO, antigen A, B, atau tidak adanya antigenA maupun B yang terdapat
di permukaan sel darah merah dapat menentukan jenis golongan darah dari setiap orang.
Karena sifat golongan darah sangat dipengaruhi oleh keturunan,sehingga genotip dari orangtua
merupakan merupakan penyumbang terbesar dalam menentukan keberadaan antigen pada
anak-anaknya. Penggolongan darah rhesus merupakan terbesar kedua setelah sistem ABO,
namun terdapat perbedaan, dimana pada rhesus ditentukan berdasarkan keberadaan antigen D,
selain itu golongan darah rhesus juga bersifat imunogenik. Golongan darah manusia ditentukan
berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya. Golongan darah A
biasanya memiliki antigen A pada permukaan sel darah merah dan memiliki antibodi B pada
plasma darah. Golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merah dan
memiliki antibodi A pada plasma darah. Golongan darah O tidak memiliki antigen A dan
antigen B tetapi memiliki antibodi A dan B pada plasma darah.Golongan darah AB memiliki
antigen A dan Antigen B tetap tidak memiliki antibodi A dan B pada plasma darah
(Hoffbrand,2006). Bila darah yang tidak cocok dicampur sehingga aglutinin plasma anti A atau
anti B dicampur dengan sel darah merah yang mengandung aglutinogen A atau B, terjadilah
aglutinasi sel darah merah, aglutinin melekatkan diri pada sel darah merah. Keadaan ini
menyebabkan sel - sel menggumpal bersama-sama yang merupakan proses aglutinasi.
Kemudian, gumpalan ini menyumbat pembuluh darah kecil diseluruh system sirkulasi. Hal ini
juga yang menjadi permasalahan pada proses transfusi darah, karena transfusi pada golongan
darah yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi imunologis, yang dapat berefek pada
terjadinya anemia hemolisis, gagal ginjal, syok sistemik hingga kematian (Suminar, 2011). Hal
ini jugadiperkuat oleh (Bayususetyo, Santoso, & Tarno 2017) yang menyatakan bahwa
kesalahan Golongan darah A; Rh+ Golongan darah B; Rh+ Golongan darah O; Rh+ Golongan
darah AB;Rh+ dalam penentuan golongan darah dapat membahayakan nyawa resipien karena
terjadi pembekuan darah karena antigen yang berbeda. Inkompatibilitas golongan darah ABO
pada neonates juga menjadi salah satu penyebab ikterik patologis atau hiperbilirubinemia
(Akbar,Ritchie, & Nurmala, 2019).
VII. KESIMPULAN
1. Tekanan darah merupakan gaya atau dorongan ke dinding arteri saat darah dipompa
keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
daintaranya, usia, jenis kelamin, stress, aktivitas, posisi tubuh, berat badan.
2. Metode pengukuran tekanan darah ada 2 yaitu metode auskultasi dan palpatory. Metode
auskultasi dapat digunakan untuk memperoleh tekanan sistolik, sedangkan metode
palpatory digunakan untuk memperoleh tekanan diastolic dan sistolik.
- Tekanan darah sistol merupakan tekanan pada pembuluh darah sewaktu jantung
memompakan darah melalui arteri pulmonary dan aorta.
- Tekanan darah diastole merupakan tekanan pada pembuluh darah sewaktu jantung
terisi darah dari vena cava superior, vena cava inferior dan vena pulmonary.
3. Karakteristik darah berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi golongan darahA, B,
AB, dan 0. Penilaian dasar komponen sel darah yang dilakukan dengan menentukan
jumlah sel darah dan trombosit, persentase dari setiap jenis sel darah putih dan
kandungan hemoglobin (Hb). Hematologi meliputi pemeriksaan Hb, eritrosit, leukosit,
trombosit, dan hematokrit bermanfaat untuk mengevaluasi anemia, leukemia, reaksi
inflamasi dan infeksi, karakteristik sel darah perifer, tingkat hidrasi dan dehidrasi,
polisitemia, dan penyakit hemolitik.