tp
s:
// je
pa
ra
ka
b.b
ps
.g
o.id
Katalog: 4201003.3320
ht
tp
s:
//j
ep
ar
ak
ab
.b
ps.
go
. id
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA 2020
ISBN : 978-602-324-115-6
Nomor Publikasi : 33200.2106
Katalog BPS : 4201003.3320
Ukuran Buku : 21,59 cm x 27,94 cm
Jumlah Halama : xii + 45 halaman
Naskah
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara
. id
go
s.
Gambar Kulit
p
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara
.b
ab
ak
Diterbitkan oleh
ar
Penanggungjawab Umum :
Drs. Manggus Suryono
Penyunting :
Masykuri.M.Si
Penulis :
Eko Kurniawan,S,ST
.id
go
Pengolah Data :
s.
Eko Kurniawan, S.ST
p
.b
ab
ak
Penyusun :
ar
Gambar Kulit :
tp
Profil Kesehatan Kabupaten Jepara 2020 merupakan salah satu publikasi dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Jepara yang bersumber dari SUSENAS tahun 2020. Publikasi ini membahas
tentang masalah kesehatan, diantaranya: Angka Kesakitan, Keluhan Kesehatan, Kesehatan Ibu
dan Anak, Pelayanan Kesehatan, Fasilitas Air Minum Bersih dan Sanitasi yang layak, dan
sebagainya. Dari data tersebut akan dapat diketahui gambaran kesehatan masyarakat secara
umum, baik kesehatan ibu, anak, dan penduduk secara keseluruhan.
. id
Data yang disajikan merupakan gambaran tentang kondisi wilayah Kabupaten Jepara. Ini
go
disebabkan karena publikasi ini menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
p s.
Tahun 2020 yang dilaksanakan di wilayah Kabupaten Jepara. Agar dapat mengetahui
.b
ab
perkembangan kondisinya, maka data ini juga menyajikan data-data yang ada dari masa
ak
sebelumnya.
ar
Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan data dari
ep
Dengan terpenuhinya kebutuhan data tentang kesehatan akan dapat mendukung pemecahan
tp
masalah dibidang kesehatan. Semoga publikasi ini akan dapat memberikan informasi yang
ht
benar dan bermanfaat bagi masyarakat. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak
yang telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini.
id
BAB II METODOLOGI ………………………………………………………………………………………….. 9
.
go
2.1 Sumber Data ………………………………………………………………………………………. 11
2.2 Metode Pengumpulan Data ……………………………………………………………….. 11
s.
2.3 Konsep dan Definisi ……………………………………………………………………………. 12
p
.b
ab
BAB III KESEHATAN MASYARAKAT JEPARA …………………………………………………………. 17
3.1 Kondisi Kesehatan Masyarakat …………………………………………………………… 19
ak
TABEL 3 Persentase Penduduk Menurut Alasan Tidak Berobat Jalan dan Daerah
Tempat Tinggal Tahun 2018 - 2020 ………………………………………………. 29
TABEL 4 Persentase Bayi yang Dilahirkan Dari Penduduk Perempuan Umur 15-49
id
Tahun yang Pernah Melahirkan Dalam 2 Tahun Terakhir Menurut Berat
.
go
Badan Bayi Tahun 2018 – 2020 …………………………………………………………………. 34
p s.
.b
ab
ak
ar
ep
//j
s:
tp
ht
id
Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Jepara Tahun 2018-2020……………… 24
.
go
GAMBAR 6 Persentase Penduduk dan Kepemilikan Jaminan Kesehatan Kabupaten
s.
Jepara, 2018-2020 ……………………………………………………………………… 31
p
.b
ab
GAMBAR 7 Persentase Penduduk Perempuan Umur 15-49 Tahun yang Pernah
Melahirkan Dalam 2 Tahun Terakhir Menurut Penolong Proses Kelahiran
ak
GAMBAR 10 Persentase Akses Terhadap Air Minum Layak di Kabupaten Jepara Tahun
2018-2020 ……………………………………………………………………………………………….. 39
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi
kualitasnya demi menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Demi menjaga kualitas kesehatan, maka
setiap penduduk harus menjalankan aktifitas sebagaimana mestinya dan harus menghindari
id
kegiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan yang dialaminya. Sebagai
.
go
contoh dalam menjalankan proses pekerjaan, maka setiap penduduk harus menjalankan proses
s.
pekerjaan sesuai dengan jam kerja yang dimilikinya. Jika jam kerja yang dimilikinya melebihi
p
.b
rata-rata jumlah jam kerja pada umumnya, maka kemungkinan akan dapat berakibat buruk
ab
pada status kesehatan yang dimilikinya.
ak
ar
Guna mengetahui gambaran status kesehatan yang dimiliki masyarakat pada umumnya,
ep
maka Badan Pusat Statistik menginterpretasikannya melalui data Survei Sosial Ekonomi
//j
s:
Nasional yang dilakukan secara berkala. Data ini merupakan data yang diambil dari pengolahan
tp
data kor yang diambil secara rutin dan ditambah juga dengan data modul yang diambil secara
ht
berjenjang. Survei Sosial Ekonomi Nasional memiliki dua versi, yaitu data kor (data pokok) dan
juga data modul (data penunjang). Data kor dilakukan secara rutin setiap semester, sedangkan
data modul dilakukan secara bertahap. Data kor merupakan data pokok yang berupa
keterangan pokok tentang kondisi sosial dan ekonomi penduduk yang dapat dijadikan sebagai
gambaran untuk mengetahui perkembangan kondisi sosial ekonomi sepanjang masa yang akan
selalu didapatkan setiap pelaksanaan SUSENAS. Sedangkan data modul merupakan data yang
diperoleh secara berjenjang. Dalam pelaksanaan SUSENAS data modul terdiri dari empat
macam, yaitu modul pendidikan, modul kesehatan, modul perumahan, dan modul
ketenagakerjaan.
id.
go
s.
Guna mendapatkan modal dasar pembangunan tersebut, maka pemerintah dapat
p
meningkatkan pelayanannya dibidang kesehatan agar status kesehatan dari setiap warga
.b
ab
negaranya dapat terjaga sepanjang masa. Untuk menjaga status kesehatan dari setiap warga
ak
negara, maka pemerintah dapat bekerja sama dengan pihak terkait guna meningkatkan
ar
pelayanannya melalui peningkatan sarana dan prasarana kesehatan yang ada. Hal ini dapat
ep
dilakukan dengan langkah mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang bermutu, mudah, dan
//j
s:
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Wujudnya dapat berupa peningkatan PUSKESMAS
tp
Kesehatan bagi setiap masyarakat, perbaikan gizi keluarga, peningkatan kesehatan gizi ibu dan
anak, imunisasi maupun penyediaan fasilitas air bersih.
1.2 Tujuan
Publikasi Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2020 merupakan salah satu publikasi
dari Badan Pusat Statistik yang bersumber data SUSENAS 2020 yang menyajikan data statistik
dari indikator-indikator di bidang kesehatan, yang berupa Angka Keluhan Kesehatan, Angka
Kesakitan, Kunjungan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Jaminan Kesehatan, Penolong
. id
Persalinan, serta Fasilitas Air Minum Bersih. Data-data ini disajikan secara sederhana dan
go
s.
informatif dengan analisis deskriptif serta dilengkapi grafik-grafik. Guna membandingkan
p
dengan kondisi sebelumnya, maka publikasi ini juga dilengkapi dengan data SUSENAS di masa
.b
ab
sebelumnya untuk mengetahui perubahan yang terjadi di bidang kesehatan selama beberapa
ak
Publikasi Profil Kesehatan Kabupaten Jepara 2020 merupakan publikasi yang dibuat oleh
ht
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara yang membahas tentang sektor kesehatan yang
bersumber dari SUSENAS yang dilaksanakan di wilayah Kabupaten Jepara. Datanya
dikumpulkan melalui proses pencacahan kemudian diperiksa dan diolah oleh BPS Kabupaten
Jepara kemudian disajikan dalam bentuk publikasi. Mengingat publikasi ini dibuat oleh BPS
Kabupaten Jepara, maka isi dari publikasi ini membahas masalah kesehatan di wilayah
Kabupaten Jepara yang terjadi pada tahun 2020.
Dalam membuat publikasi diperlukan data. Salah satu survei rutin yang dikerjakan oleh
BPS untuk mengetahui keadaan sosial dan ekonomi adalah SUSENAS. Dari data yang
dikumpulkan dalam survei tersebut, kita dapat mengetahui keadaan masyarakat dari aspek
id
pendidikan, kesehatan, dsb. Mengingat survei ini sudah dilaksanakan secara rutin, maka data
.
go
sektor kesehatan bisa disajikan secara series.
p s.
.b
Publikasi ini membahas profil kesehatan di wilayah Kabupaten Jepara tahun 2020. Sesuai
ab
dengan tema yang dibahas, maka data yang digunakan adalah data SUSENAS yang dilaksanakan
ak
oleh BPS pada tahun 2020. Data dikumpulkan dan diolah oleh BPS di wilayah Kabupaten Jepara
ar
ep
SUSENAS merupakan salah satu survei rutin yang dilaksanakan oleh BPS. Survei ini
dilakukan oleh pegawai BPS dibantu oleh para mitra guna mendapatkan keterangan langsung
dari responden yang terpilih sebagai sampel. Keterangan-keterangan tersebut merupakan
jawaban responden atas pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Setelah pertanyaan yang
ada dalam kuesioner terjawab semua, maka kuesioner tersebut dikumpulkan guna diolah di
bagian pengolahan data.
1. Tipe Daerah (Daerah Tempat Tinggal), untuk menentukan apakah suatu desa/kelurahan
tertentu termasuk daerah perkotaan atau perdesaan digunakan suatu indikator komposit
(indikator gabungan) yang skor atau nilainya didasarkan pada skor atau nilai tiga buah
variabel, yaitu kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan akses
id
fasilitas umum. Jumlah skor dari ketiga variabel tersebut kemudian digunakan untuk
.
go
menentukan apakah suatu desa termasuk daerah perkotaan atau perdesaan. Desa dengan
s.
skor gabungan 9 atau kurang digolongkan sebagai desa perdesaan, sedangkan desa
p
.b
dengan skor gabungan mencapai 10 atau lebih digolongkan sebagai desa perkotaan.
ab
ak
ar
Perdesaan adalah status suatu wilayah administrasi setingkat desa/kelurahan yang belum
memenuhi kriteria klasifikasi wilayah perkotaan. Wilayah perdesaan, apabila dari
kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan keberadaan/akses pada
fasilitas perkotaan yang dimiliki mempunyai total nilai/ skor dibawah 10 (sepuluh).
2. Rumah tangga (biasa) adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian
atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari
satu dapur atau pengurusan kebutuhan bersama sehari-hari dibawah satu pengelolaan.
Sedangkan orang-orang yang tinggal di asrama, lembaga pemasyarakatan, panti asuhan,
rumah tahanan dan sejenisnya dimana pengurusan kebutuhan sehari-hari diatur oleh
suatu lembaga, badan, yayasan dan sebagainya; atau sekelompok orang yang mondok
3. Anggota rumah tangga, semua orang yang biasanya tinggal di suatu tempat atau rumah
tangga selama 6 bulan atau lebih, atau yang belum 6 bulan namun berniat untuk
menetap. Untuk selanjutnya anggota rumah tangga dalam publikasi ini akan disebut juga
penduduk.
4. Umur penduduk, dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada
. id
waktu ulang tahun terakhir.
go
s.
p
5. Keluhan kesehatan, keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau
.b
ab
kejiwaan, baik karena gangguan/penyakit yang sering dialami penduduk seperti panas,
ak
pilek, diare, pusing, sakit kepala, maupun karena penyakit akut, penyakit kronis
ar
6. Sakit, suatu kondisi dimana seseorang mengalami keluhan kesehatan sehingga tidak
ht
8. Berobat jalan, kegiatan atau upaya seseorang yang mempunyai keluhan kesehatan untuk
memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan dengan mendatangi tempat-tempat
pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan
petugas kesehatan ke rumah.
10. Jaminan kesehatan, jaminan kesehatan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
. id
11. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), bagian dari sistem Jaminan Nasional (SJSN) yang
go
s.
diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang
p
bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
.b
ab
SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak
ak
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar dibayar
ar
oleh Pemerintah.
ep
//j
s:
12. Penolong Proses Persalinan, penolong terakhir dalam proses persalinan yang pernah
tp
melahirkan hidup dalam 2 tahun terakhir, termasuk bayi yang saat pencacahan masih
ht
13. Proses Kelahiran, proses lahirnya janin dari dalam kandungan ke dunia luar, dimulai
dengan tanda-tanda kelahiran (rasa mules yang berangsur-angsur makin sering, makin
lama dan makin kuat, disertai keluarnya lender, darah dan air ketuban), lahirnya bayi,
pemotongan tali pusat dan keluarnya plasenta.
14. Air minum layak adalah air minum yang bersumber dari air leding, sumur bor/pompa,
sumur terlindung, mata air terlindung, dan air hujan. Khusus untuk air minum yang
bersumber dari sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung harus
memiliki jarak ≥ 10 meter dari penampungan akhir tinja terdekat.
16. Akses sanitasi layak, adalah rumah tangga yang memiliki fasilitas buang air besar sendiri
. id
atau bersama, dengan jenis kloset leher angsa, kloset plengsengan dengan tutup, dan
go
s.
tangki, serta SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah) sebagai tempat pembuangan akhir
p
tinja.
.b
ab
ak
ar
ep
//j
s:
tp
ht
id
namun dengan kualitas kesehatan yang rendah akan dapat menyebabkan modal dasar
.
go
pembangunan tersebut menjadi kurang berguna bahkan bisa tidak berguna sama sekali
p s.
mengingat para pemiliknya tidak mampu untuk memanfaatkannya. Itulah sebabnya
.b
pembangunan di bidang kesehatan sangat penting sekali untuk ditingkatkan agar kualitas SDM
ab
ak
yang ada di negara kita semakin meningkat guna mencapai target yang tinggi dalam
ar
Guna mengetahui apa yang telah dicapai dan apa harus dilakukan dalam pelaksanaan
s:
tp
pembangunan di bidang kesehatan, pemerintah Kabupaten Jepara memerlukan data yang bisa
ht
. id
masyarakat di wilayah tersebut.
go
p s.
Walau data keluhan kesehatan belum tentu menunjukkan tinggi/rendahnya derajat
.b
ab
kesehatan di suatu wilayah, namun data ini dapat digunakan oleh pemerintah dalam upaya
ak
ada di suatu wilayah menunjukkan peningkatan, maka pemerintah akan semakin berupaya
ep
yang ada tidak sampai berdampak pada tingginya Angka Kesakitan yang ada. Upaya
tp
pencegahan tersebut akan selalu dilakukan demi menjaga derajat kesehatan di setiap wilayah.
ht
Gambar 1
Persentase Angka Keluhan Kesehatan di Kabupaten Jepara Tahun 2020
36,56
34,47
Laki-laki
32,37 Perempuan
Laki-laki + Perempuan
Gambar 2.
Persentase Penduduk Kabupaten Jepara yang Mengalami Keluhan Kesehatan
2016 - 2020
. id
60
go
50
p s.
40 36,41 34,47
26,99 30,48 .b 30,14
ab
30
ak
20
ar
10
ep
//j
0
s:
Sumber : - Indikator Utama Sosial, Politik, dan Keamanan Provinsi Jawa Tengah 2017
ht
17,59
16,91
Laki-laki
16,23
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
. id
go
s.
Sumber : Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah 2020
p
.b
Sedangkan untuk Indikator Angka Kesakitan, pada tahun 2020 di Kabupaten Jepara
ab
tercatat bahwa persentase penduduk laki-laki yang mengalami kondisi sakit juga lebih rendah
ak
ar
daripada persentase penduduk perempuan. Pada saat itu tercatat bahwa penduduk laki-laki
ep
yang mengalami kondisi sakit sebesar 16,23 persen, sedangkan penduduk perempuan sebesar
//j
17,59 persen. Dan untuk wilayah Kabupaten Jepara tercatat bahwa penduduk yang mengalami
s:
tp
Berdasarkan kedua gambar tersebut, dapat ditunjukkan bahwa kekebalan tubuh untuk
jenis kelamin laki-laki di Kabupaten Jepara lebih tinggi daripada kekebalan tubuh perempuan.
Baik persentase keluhan kesehatan maupun Angka Kesakitan menunjukkan bahwa angka yang
diperoleh penduduk laki-laki dari kedua indikator tersebut lebih rendah daripada yang
diperoleh penduduk perempuan. Semakin tinggi angka yang diperoleh akan menunjukkan
semakin rendahnya kekebalan tubuh yang akan berakibat pada rendahnya derajat kesehatan.
Jika kedua data tersebut dibandingkan, dapat diindikasikan bahwa Angka Kesakitan
menurut jenis kelamin di wilayah Kabupaten Jepara lebih rendah dari persentase keluhan
kesehatan yang ada. Baik jenis kelamin laki-laki maupun jenis kelamin perempuan, Angka
Kesakitan yang dimiliki lebih rendah dari persentase keluhan kesehatannya. Itulah sebabnya
GAMBAR 4
PERSEN TAS E AN GKA KESA KITA N DI KAB UP A TEN JEP ARA
T AH UN 2 0 1 6 - 2020
30
25
20 17,64
15,37 15,76 16,91
14,05
15
10
id
5
.
go
0
2016 2017 2018 2019 2020
p s.
.b
Sumber : - Indikator Utama Sosial, Politik, dan Keamanan Provinsi Jawa Tengah 2017
ab
- Statistik Sosial dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah 2018
- Statistik Kesejahteraan Rakyat 2019 & 2020
ak
Untuk perkembangannya, menurut grafik di atas dapat diketahui bahwa angka kesakitan
ar
di Kabupaten Jepara pada tahun 2020 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun
ep
Jika seseorang mengalami keluhan kesehatan tentu akan melakukan suatu upaya guna
mengatasi apa keluhan kesehatan yang dialaminya. Jika tidak melakukannya, orang tersebut
harus siap menghadapi suatu penyakit yang diakibatkan oleh keluhan kesehatannya tersebut.
Mengingat kesehatan merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang sangat tinggi nilainya, maka
orang-orang mempunyai kemampuan untuk memeliharanya pasti akan berusaha semaksimal
mungkin untuk menjaganya.
63,98
53,54
51,72 58,12 60,2 58,95 61,97
55,97
55,56
2018
2019
2020
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki +
id
Perempuan
.
go
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah 2020
p s.
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa persentase penduduk yang berobat
.b
ab
jalan dalam sebulan terakhir menurut jenis kelamin di Kabupaten Jepara tahun 2020 mengalami
ak
penurunan daripada tahun sebelumnya. Penurunan yang terjadi untuk jenis kelamin laki-laki
ar
lebih besar daripada yang terjadi untuk jenis kelamin perempuan. Untuk jenis kelamin laki-laki,
ep
persentase penduduk yang berobat jalan di tahun 2018 menunjukkan angka 53,54 persen dan
//j
s:
meningkat menjadi 63,98 persen pada tahun berikutnya. Pada tahun 2020 persentasenya
tp
mengalami penurunan menjadi 51,72 persen. Sedangkan untuk jenis kelamin perempuan,
ht
persentase penduduk yang berobat jalan di tahun 2018 menunjukkan angka 58,12 persen dan
meningkat menjadi 60,20 persen di tahun berikutnya. Pada tahun 2020 persentasenya
mengalami penurunan menjadi 58,95 persen. Setelah kedua data itu digabungkan, dapat
disimpulkan bahwa persentase penduduk yang berobat jalan di Kabupaten Jepara pada tahun
2018 menunjukkan angka 55,97 persen dan di tahun berikutnya meningkat menjadi 61,97
persen. Pada tahun 2020 angka tersebut mengalami penurunan menjadi 55,56 persen.
Dengan diketahuinya data tersebut, dapat dikatakan bahwa pada tahun 2020 usaha
penduduk perempuan di Kabupaten Jepara dalam memelihara kesehatannya lebih tinggi
dibanding usaha yang dilakukan oleh penduduk laki-laki. Ada kemungkinan penurunan angka
persentase yang terjadi pada kaum laki-laki adalah pemulihan kesehatan yang dialaminya
sehingga tidak melanjutkan proses rawat jalan lagi. Oleh karena itu pemerintah harus berupaya
Guna meningkatkan derajat kesehatan, upaya lain yang dapat dilakukan untuk
mewujudkannya adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang ada.
Dengan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan tersebut, diharapkan akan mendorong
. id
upaya masyarakat agar berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan pertolongan
go
s.
kesehatan saat mengalami keluhan kesehatan. Jika upaya tersebut tidak dilakukan, tentu akan
p
memicu gejala penyakit yang ditimbulkan akibat keluhan kesehatan yang tidak segera teratasi.
.b
ab
Itulah sebabnya data keluhan kesehatan sangat dibutuhkan oleh pemerintah guna
ak
meningkatnya Angka Kesakitan yang merupakan masalah utama dibidang kesehatan. Data
ep
SUSENAS Kabupaten Jepara tahun 2018, 2019 maupun 2020 menunjukkan bahwa fasilitas
//j
s:
pelayanan kesehatan yang paling banyak dikunjungi oleh penduduk Kabupaten Jepara dalam
tp
menangani keluhan kesehatannya adalah Praktek Dokter/ Bidan. Sedangkan fasilitas kedua
ht
id
Praktek Tradisional/ Alternatif 1,92 0,92 0,48
.
Lainnya 0,00 1,06 0,09
go
s.
UKBM*) : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (POSKESDES, POLINDES, POSYANDU, Balai Pengobatan)
p
Sumber : - Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 dan Tahun 2019,BPS
.b
- Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah 2020
ab
ak
Untuk Praktek Dokter/Bidan, pada tahun 2018 jumlah pengunjungnya mencapai 48,57
ar
persen dari seluruh penduduk yang berobat jalan guna mendapatkan pelayanan kesehatan.
ep
Pada tahun berikutnya, persentasenya meningkat menjadi 55,33 persen dari seluruh penduduk
//j
yang sedang berobat jalan. Pada tahun 2020, persentasenya meningkat lagi menjadi 62,05
s:
tp
persen. Ini menunjukkan bahwa pelayanan praktek dokter/bidan semakin diminati oleh
ht
penduduk Kabupaten Jepara dalam mengatasi keluhan kesehatannya dimana enam dari
sepuluh penduduk yang sedang berobat jalan lebih memilih ke fasilitas kesehatan tersebut.
Sedangkan untuk PUSKESMAS/PUSTU, pada tahun 2018 jumlah penduduk yang berobat
jalan ke fasilitas kesehatan tersebut mencapai 21,35 persen. Kemudian pada tahun berikutnya,
persentasenya juga mengalami peningkatan menjadi 22,04 persen. Pada tahun 2020, angka
tersebut sedikit mengalami penurunan menjadi 18,91 persen. Ini menunjukkan bahwa minat
masyarakat Kabupaten Jepara dalam menangani keluhan kesehatan di PUSKESMAS/PUSTU
masih tetap tinggi meskipun pada tahun 2020 persentasenya menurun menjadi 18,91 persen.
Dapat dikatakan bahwa dua dari sepuluh penduduk di Kabupaten Jepara lebih memilih
PUSKESMAS/PUSTU guna menangani keluhan kesehatan mengingat kualitas pelayanannya yang
Dengan adanya keadaan tersebut tentu akan memicu kesadaran kita agar selalu menjaga
kualitas derajat kesehatan kita mengingat kesehatan merupakan modal utama yang harus
dijaga atau bahkan ditingkatkan demi meningkatkan kesejahteraan kita. Itulah sebabnya di
Kabupaten Jepara fasilitas kesehatan yang terpilih oleh masyarakat guna mengatasi keluhan
kesehatannya adalah fasilitas kesehatan kualitas tinggi. Jika fasilitas kesehatan yang terpilih
. id
berkualitas rendah, maka akan bisa berdampak buruk pada tingkat kesejahteraan pemilihnya.
go
p s.
Dari seluruh penduduk yang mengalami keluhan kesehatan di Kabupaten Jepara, terdapat
.b
ab
44,44 persen penduduk yang tidak berobat jalan pada tahun 2020. Untuk tahun 2018 tercatat
ak
sebesar 44,03 persen dan untuk tahun 2019 tercatat 38,03 persen penduduk yang mengalami
ar
keluhan kesehatan namun tidak melaksanakan proses berobat jalan. Ini menunjukkan bahwa
ep
keinginan penduduk yang mengalami keluhan kesehatan di tahun 2020 untuk tidak berobat
//j
s:
Tabel 2.
Persentase Penduduk Menurut Alasan Tidak Berobat Jalan
di Kabupaten Jepara Tahun 2018-2020
Alasan Tidak Berobat Jalan 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (4)
Sumber : - Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 & Tahun 2019
- Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah 2020
. id
go
s.
Dengan sedikit turunnya alasan tidak berobat jalan karena mengobati sendiri dan semakin
p
tingginya alasan merasa tidak perlu berobat jalan pada tahun 2020, maka hal ini
.b
ab
mengindikasikan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Jepara cenderung ke arah
ak
peningkatan. Jika seseorang yang mengalami keluhan kesehatan tidak melakukan proses
ar
berobat jalan dengan alasan merasa tidak perlu menjalaninya karena keluhannya yang masih
ep
ringan, keluhan kesehatan tersebut bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik yang milikinya
//j
s:
meskipun sangat kecil kemungkinannya dan kejadian ini semakin sedikit persentasenya.
tp
Sedangkan keluhan kesehatan yang diatasi dengan mengobati sendiri keadaan tersebut sebagai
ht
pengganti proses berobat jalan, langkah ini bisa mengatasi masalah kesehatan tersebut dan
semakin besar persentasenya.
Tidak Punya Biaya Berobat 0,51 0,63 0,08 3,92 1,62 1,20
Tidak Ada Biaya Transportasi 0,41 0,63 0,00 0,00 1,36 0,00
Tidak Ada Sarana Transportasi 0,00 0,00 0,00 1,64 0,00 0,00
Waktu Tunggu Pelayanan Lama 0,50 0,00 1,05 0,26 4,68 0,00
Mengobati Sendiri 48,35 64,55 53,87 61,29 60,74 64,70
id
Tidak Ada Yang Mendampingi 0,24 0,00 0,00 1,35 0,02 0,00
.
Merasa Tidak Perlu 47,41 30,66 42,16 29,00 27,55 33,61
go
Lainnya 2,58 3,53 2,84 2,54 4,03 0,49
p s.
Sumber : - Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2018 & 2019
.b
- Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah 2020
ab
ak
dan tidak berobat jalan pada tahun 2018 alasannya mayoritas mengobati sendiri sebesar 48,35
ep
persen. Pada tahun berikutnya, persentasenya meningkat menjadi 64,55 persen. Pada tahun
//j
s:
2020 persentasenya mengalami penurunan menjadi 53,87 persen. Setelah alasan tersebut,
tp
penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan tidak berobat jalan mayoritas alasannya
ht
merasa tidak perlu berobat jalan guna mengatasi keluhan kesehatannya dengan persentase
sebesar 47,41 persen. Pada tahun berikutnya, persentasenya menurun 30,66 persen. Pada
tahun 2020, persentasenya meningkat menjadi 42,16 persen. Ini mengindikasikan bahwa
penduduk perkotaan di Kabupaten Jepara masih memperhatikan kondisi kesehatannya dengan
melakukan pengobatan sendiri terhadap keluhan kesehatannya dimana persentasenya masih di
atas lima puluh persen. Sedangkan penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan tidak
berobat jalan dengan alasan merasa tidak perlu menjalaninya tentu keluhan kesehatannya yang
masih terasa ringan semakin meningkat persentasenya. Walau sikap tersebut bisa berdampak
buruk pada kondisi kesehatan, namun karena persentasenya semakin menurun akan semakin
memperkecil kemungkinan tersebut.
. id
mengobati sendiri keluhan kesehatannya mengalami peningkatan, sedangkan di wilayah
go
s.
perdesaan persentasenya sedikit mengalami penurunan.
p
.b
ab
Dengan adanya data tersebut, dapat diketahui bahwa penduduk Kabupaten Jepara baik di
ak
kesehatannya. Persentasenya tidak jauh berbeda pada tahun 2019. Dengan mengacu pada data
ep
kesehatan dalam wujud peningkatan sarana dan prasarana kesehatan di wilayah Kabupaten
tp
Jepara dimana penduduk perkotaan dan penduduk perdesaan tidak jauh berbeda dalam
ht
menyikapinya. Jika hal ini direalisasikan, maka derajat kesehatan penduduk di wilayah
Kabupaten Jepara akan semakin tinggi nilainya. Dengan tingginya derajat kesehatan penduduk,
pembangunan pemerintah di sektor lainnya tentu akan segera terealisasikan juga.
Gambar 6.
Persentase Penduduk dan Kepemilikan Jaminan Kesehatan
Kabupaten Jepara, 2018 - 2020
50 44,58 44,36
39,08
36,35 36,57
40
31,57
id
30
.
go
20 15,48
12,31
s.
9,05 10,17
p
10 4,24 3,41 5
3,05 3,76
.b
0,39 0,52 0,11
ab
0
ak
ar
ep
//j
s:
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa persentase penduduk yang memiliki
jaminan kesehatan di Kabupaten Jepara pada tahun 2020 berkisar 60,92 persen mengingat
yang tidak menggunakan Jaminan Kesehatan berkisar 39,08 persen. Ini mengindikasikan bahwa
enam dari sepuluh orang yang ada di Kabupaten Jepara sudah memiliki Jaminan Kesehatan.
Persentase penduduk yang tidak memiliki jaminan kesehatan semakin menurun dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2018 persentasenya sebesar 44,58 persen dan
pada tahun berikutnya berubah menjadi 44,36 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa
persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan mengalami peningkatan selama masa
tiga tahun tersebut.
id
Guna meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, maka upaya yang harus dilakukan
.
go
oleh pemerintah adalah dengan meningkatkan penyediaan fasilitas pelayanan penolong
s.
kelahiran oleh tenaga medis. Jika hal ini terwujud, maka setiap penduduk yang sedang
p
.b
mengalami proses kehamilan bisa tertolong secara medis sehingga terjamin kesehatannya dan
ab
sang anak yang dilahirkannya juga dapat terhindar dari insiden keguguran. Itulah sebabnya
ak
fasilitas ini sangat penting untuk ditingkatkan keberadaannya demi meningkatkan pelayanan
ar
ep
secukupnya demi proses pembangunan fasilitas kesehatan. Saat ini pemerintah sedang terfokus
pada penanganan virus covid-19. Demi terselesaikannya masalah kesehatan tersebut, pada
tahun 2020 kegiatan ini belum bisa digalakkan. Walau program tersebut belum bisa digalakkan,
namun pemerintah juga bisa mengupayakan peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak
dengan memperbanyak jumlah tenaga medis yang ada di setiap wilayah kecamatan. Dengan
semakin banyaknya tenaga medis yang ada, para penduduk yang sedang mengalami proses
persalinan dapat mencari bantuan medis secara cepat sehingga dapat meningkatkan faktor
keamanan medis proses persalinan.
Pada tahun 2020 di Kabupaten Jepara 60,36 persen memilih Bidan sebagai tenaga medis
penolong proses kelahiran anak mereka. Sedangkan Dokter Kandungan berada di urutan kedua
setelah bidan sebesar 38,12 persen. Kedua tenaga medis tersebut merupakan tenaga medis
utama yang digunakan oleh penduduk Kabupaten Jepara sebagai penolong proses kelahiran.
38,12%
Bidan
60,36% Perawat
Dokter Kandungan
1,52%
id
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah 2020
.
go
Pasca kelahiran, anak umur kurang dari dua tahun (baduta) yang biasanya mempunyai
p s.
tingkat kekebalan tubuh jauh dibawah usia dewasa dan anak-anak tersebut juga akan segera
.b
ab
mendapatkan pertolongan medis di saat mengalami keluhan dengan banyaknya tenaga medis
ak
di setiap wilayah. Jika tenaga medis sangat sedikit dan hanya terdapat di wilayah perkotaan,
ar
tentu derajat kesehatan ibu dan anak di wilayah perdesaan akan sangat rendah dan
ep
berpengaruh pada nilai derajat kesehatan di suatu wilayah kabupaten setempat. Ini merupakan
//j
s:
sesuatu yang harus dihindari demi menjaga kelangsungan pembangunan bidang kesehatan.
tp
ht
Gambar 8.
Persentase Penduduk Perempuan Umur 15-49 Tahun Yang Pernah Melahirkan
Dalam 2 Tahun Terakhir Menurut Tempat Melahirkan Anak Lahir Hidup
Terakhir Tahun 2020
0,71%
PUSKESMAS
28,40%
PUSKESMAS Pembantu
Lainnya
. id
Di Kabupaten Jepara kebanyakan para perempuan yang sedang melahirkan berupaya untuk
go
meminta pertolongan kepada tenaga kesehatan di Rumah Sakit. Meskipun di Rumah Sakit, namun
s.
p
mereka lebih memilih bidan daripada tenaga kesehatan lainnya. Ada kemungkinan hal ini dilakukan
.b
karena di tempat tersebut memiliki fasilitas kesehatan yang lebih lengkap sehingga akan terjamin
ab
keselamatannya.
ak
ar
ep
Untuk bayi yang dilahirkan, kebanyakan bayi yang lahir memiliki berat badan diatas 2,5 kg.
//j
Persentasenya berada di atas sembilan puluh persen. Ini menunjukkan bahwa fasilitas pelayanan
s:
kesehatan yang ada untuk mengupayakan keselamatan bayi yang dikandung perempuan sangat mudah
tp
. id
go
dijaga dan dirawat kebersihannya demi kesehatan kita.
p s.
Lingkungan merupakan perpaduan unsur tanah, air, dan udara, serta penghuninya.
.b
ab
Lingkungan yang sehat merupakan lingkungan yang memiliki tanah yang bersih (tidak
ak
mengandung kotoran), air yang sehat (layak minum), dan udara yang segar (tidak berbau). Satu
ar
saja dari unsur-unsur tersebut ada yang berkualitas buruk, maka kesehatan penghuni
ep
lingkungan tersebut akan terganggu akibat kuman atau bakteri yang ditimbulkannya. Dan
//j
s:
kuman atau bakteri merupakan sumber dari suatu penyakit yang dialami manusia.
tp
ht
Salah satu kebutuhan pokok manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari adalah air. Tanpa
air, manusia tidak bisa mengkonsumsi nasi. Kebutuhan pokok manusia yang lain berupa buah-
buahan harus dijaga kebersihannya sebelum dikonsumsi. Guna mewujudkannya, maka manusia
harus memperoleh air yang layak untuk mencucinya ketika diambil dari alam. Tanpa air yang
layak, maka manusia terpaksa harus mengkonsumsinya secara langsung demi memenuhi
kebutuhan hidupnya. Padahal, benda yang berada di alam belum tentu bersih atau bebas dari
kuman dan bakteri.
Air yang layak dapat berupa air yang diperoleh langsung dari sumur terlindung, sumur
bor, air hujan, air kemasan, air PDAM, dan sebagainya. Air sumur harus dijaga jaraknya dari
Masyarakat perdesaan umumnya menggunakan air yang berasal dari sumur terlindung,
sumur bor, dan sebagainya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ini karena sudah tradisi
yang ada sejak dahulu kala. Selain itu, air tersebut juga diperoleh secara gratis atau tanpa
id
.
proses pembayaran dan juga kepadatan penduduk masih belum begitu besar. Sehingga dalam
go
s.
memenuhi kebutuhan pokok tersebut, penghasilannya tidak akan pernah terpotong secara
p
rutin.
.b
ab
Sedangkan masyarakat perkotaan umumnya menggunakan air yang berupa air kemasan,
ak
air PDAM, dan sebagainya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ini tidak lain karena
ar
kepadatan penduduk di perkotaan umumnya sudah sangat besar. Sehingga untuk membangun
ep
sumber air minum tersebut, masyarakat perkotaan sudah tidak bisa melaksanakannya. Walau
//j
s:
ada yang mau mengupayakannya, lama-kelamaan sumber air minum tersebut akan tidak
tp
memenuhi standar kesehatan. Ini tidak lain karena menurut standar kesehatan, jarak sumber
ht
air tersebut minimal 10 meter dari tempat pembuangan tinja. Padahal, di perkotaan umumnya
jarak rumah ke rumah sudah sangat dekat dan bahkan ada yang saling berdampingan.
87,17
88
86 83,61
84
82
Perkotaan
80
78 77,19
76 Perdesaan
74
72
Perkotaan Se-Kabupaten
id
Perdesaan Jepara
.
Se-Kabupaten
go
Jepara
s.
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah 2020
p
.b
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2020 ada sebanyak 83,61
ab
ak
persen penduduk wilayah Kabupaten Jepara yang dapat menggunakan air bersih guna
ar
persen, sedangkan wilayah perdesaan persentasenya sebesar 77,19 persen. Ini menunjukkan
//j
bahwa akses terhadap air minum layak di wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan
s:
tp
di wilayah perdesaan.
ht
Gambar 10.
Persentase Akses Terhadap Air Minum Layak di Kabupaten Jepara
Tahun 2018-2020
95
90 93,16
85
83,61
80
79,26
75
70
2018 2019 2020
Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2019,2020, & 2021
id
Setiap rumah tangga yang ada pasti membutuhkan akses sanitasi layak. Tanpa bangunan
.
go
tersebut, derajat kesehatannya akan menjadi rendah mengingat dirinya harus mengeluarkan
s.
hasil pengolahan makanan yang ada di dalam tubuhnya dan jika tidak ditata sedemikian rupa
p
.b
akan berpengaruh terhadap keadaan lingkungan di sekitarnya. Jika lingkungannya kotor, maka
ab
akan berakibat buruk pada derajat kesehatannya.
ak
ar
ep
Salah satu dampak buruk tempat sanitasi yang tidak layak adalah kondisi air yang menjadi
//j
kotor akibat jaraknya yang dekat dengan bangunan tersebut. Selain itu, dampak lainnya adalah
s:
tp
kondisi udara yang tidak sehat akibat bau yang ada di sekitar bangunan tersebut. Jika hal ini
ht
terjadi, niscaya penduduk yang ada di sekitarnya akan sering mengalami gangguan kesehatan
akibat kondisi lingkungannya. Padahal kesehatan penduduk harus dijaga demi proses
pembangunan.
60 51,22 51,38
50
40
30
id
20
.
go
10
s.
0
p
2018 2019 2020
Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka 2019,2020,&2021 .b
ab
ak
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa akses terhadap sanitasi yang layak di
ar
wilayah Kabupaten Jepara pada tahun 2020 nilainya sebesar 63,67 persen. Sedangkan pada
ep
tahun sebelumnya persentasenya sebesar 51,38 persen. Ini menunjukkan adanya peningkatan
//j
s:
Tingginya akses terhadap sanitasi layak merupakan sesuatu yang sangat diharapkan oleh
ht
masyarakat karena akan mendukung kesehatan mereka. Hal ini ditandai dengan penggunaan
kloset leher angsa dan plengsengan pada jamban yang ada dan digunakannya tangki dan SPAL
(Sistem Pembuangan Akhir Limbah) pada jamban tersebut. Jika hal ini terwujud, maka
kebersihan air dan udara di lingkungan sekitar akan terjaga mengingat kotoran dari jamban
tidak lagi terserap oleh tanah dan baunya terhalangi bahkan tertutup oleh kloset yang ada.
id
kebersihannya.
.
go
Berdasarkan keterangan-keterangan atau uraian data pada bab-bab sebelumnya, maka
s.
dapat diambil kesimpulan bahwa:
p
.b
ab
1. Angka Keluhan Kesehatan pada tahun 2020 berkisar 34,47 persen, sedang Angka
ak
2. Angka Kesakitan pada tahun 2019 berkisar 17,64 persen, sedangkan Angka Kesakitan
tp
pada tahun 2020 berkisar 16,91 persen. Ini menunjukkan adanya sedikit peningkatan
ht