Anda di halaman 1dari 11

STRATIFIKASI SOSIAL MENURUT KONSEP

SOSIOLOGI DAN HUKUM ISLAM

Nurhilal Nazri Arif

ilalarif@gmail.com

Hukum Keluarga (Ahwal al - Syaksiyah)

Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Abstract

Social and cultural systems that are believed to be the result of relationships,

communication, and socialization of individuals in society have an influence on the

shape of the social order. As a result of relationships, communication and socialization

in society, a social system is created which makes society divided into layers or

positions based on beliefs, values, norms and customs in society. This study uses a

literature study approach or literature study in studying social stratification according to

the concepts in sociology and also according to the concepts of Islamic law. The results

of this study can be concluded that the existence of social stratification is a natural

thing. Because community members have different advantages. Respect for people who

have advantages, in the context of piety, is also commanded in Islam.

Keywords: Social Stratification, Sociology, Islamic Law

Abstrak

Sistem sosial dan budaya yang dipercayai sebagai hasil hubungan,komunikasi,

sosialisasi individu dalam masyarakat mempunyai pengaruh atas bentuk tatanan

lingkungan masyarakat. Akibat dari hubungan, komunikasi dan sosialisasi dalam

1|Page
masyarakat sehingga terciptalah sistem sosial masyarakat yang menjadikan masyarakat

terbagi dalam lapisan-lapisan atau kedudukan berdasarkan kepercayaan, nilai, norma

dan adat istiadat dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi

literature atau studi pustaka dalam mengkaji stratifikasi sosial menurut konsep yang ada

pada sosiologi dan juga menurut konsep hukum islam. Hasil dari kajian ini dapat

disimpulkan bahwa adanya stratifikasi sosial adalah hal yang wajar. Karena anggota

masyarakat mempunyai perbedaan kelebihan. Penghormatan kepada orang yang

mempunyai kelebihan, dalam konteks ketaqwaan, juga diperintahkan dalam islam.

Kata kunci: Stratifikasi Sosial, Sosiologi, Hukum Islam

A. Pendahuluan

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal

tertentu seperti, ilmu pengetahuan, kekayaan material dan kekuasaan dalam masyarakat yang

bersangkutan. Penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal tersebut, akan menempatkannya

pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya sepeti, bodoh, miskin dan jelata.

Misalnya jika masyarakat menghargai kekayaan material dari pada kehormatan maka mereka

yang memiliki kekayaan tinggi akan menempati kedudukan yang tinggi dibandingkan pihak-

pihak lainnya. Gejala tersebut akan menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan

pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara

vertikal (dari rendah ke tinggi).

Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal

tersebut tidak demikian adanya.Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal

(menyeluruh) yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.Sistem lapisan dengan

sengaja dibentuk dan disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu

2|Page
organisasi masyarakat tidak akan pernah lepas dari terbentuknya lapisan sosial dalam

masyarakat tersebut.

Menurut Soerjono Soekanto, setiap masyarakat selalu mempunyai sesuatu yang

dihargai. Sesuatu itu adalah dapat berupa kekayaan, ilmu pengetahuan, status

kebangsawanan, kekuasaan, atau hal-hal yang bersifat ekonomis. 1 Gejala tersebut

menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu

kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal. 2 Bahkan pada zaman kuno

dahulu, filosof Aristoteles (Yunani) mengatakan didalam Negara terdapat tiga unsur, yaitu

mereka yang kaya sekali, yang melarat, dan yang berada ditengah-tengahnya

Sistem lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan sebutan stratifikasi

sosial (social stratification).Ini merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas

secara bertingkat. Kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas atas (upper class),

kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class).3

Lapisan masyarakat sudah ada sejak dulu, dimulai sejak manusia itu mengenal adanya

kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan

pada perbedaan antara yang pemimpin dan yang dipimpin, golongan budak dan bukan budak,

pembagian kerja bahkan pada pembedaan kekayaan.Semakin maju dan rumit teknologi suatu

masyarakat, maka semakin kompleks sistem lapisan masyarakat.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode studi pustaka (library research) dengan

berbagai referensi jurnal penelitian, buku serta artikel terkait dengan tema penelitian ini.

Dengan mengumpulkan data serta mempelajari beberapa penelitian terdahulu baik berupa

1
Soerjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”, Stratifikasi Sosial, Jakarta, 1990, halaman. 227.
2
Ibid. Hal. 228
3
Syahrial Syarbaini, Rusdiyanta, “Dasar-Dasar Sosiologi”, Stratifikasi dan Mobilitas Sosial, Yogyakarta, 2009,
halaman. 52.

3|Page
jurnal, maupun karya ilmiah yang terkait dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

Semua data yang didapat selanjutnya dikumpulkan sebagai data primer dan data sekunder

untuk dianalisis secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menguraikan

permasalahan yang berkaitan dengan stratafikasi sosial menurut konsep sosiologi dan hukum

islam.

C. Pembahasan

1. Pengertian Stratifikasi Sosial

Dalam masyarakat manapun bisa kita temui berbagai golongan masyarakat yang pada

praktiknya terdapat perbedaan tingkat antara golongan satu dengan golongan yang lainya.

Adanya golongan yang berlapis-lapis ini mengakibatkan terjadinya stratifikasi sosial. Oleh

karena itu dalam ilmu sosiologi dibahas mengenai lapisan-lapisan masyarakat atau yang biasa

disebut dengan stratifikasi sosial.4

Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial pada dasarnya berbicara tentang penguasaan

sumber-sumber sosial. Sumber sosial adalah segala sesuatu yang oleh masyarakat dipandang

sebagai suatu yang berharga. Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarkat

ke dalam kelas-kelas secara hierarkis (bertingkat). Pelapisan sosial diatas, tentunya tidak

berlaku umum, sebab setiap kota ataupun desa masing-masing memiliki karakteristik yang

berbeda.5

2. Stratifikasi Sosial Menurut Sosiologi

Stratafikasi social (social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum”

(tunggal) atau “strata” yang berarti berlapis-lapis. Dalam sosiologi, stratafikasi sosial dapaat

4
Karsidi Ravik, Sosiologi Pendidikan, (Semarang: UNS Press,1998) Hal.175
5
Abid Rohman, Stratifikasi Sosial Dalam Al-Qur’an, Jurnal Sosiologi Islam, Vol. 3, No.1, April 2013, ISSN:
2089-0192, hal. 19.

4|Page
diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara

bertingkat.6

Stratafikasi sosial dapat didefinisikan sebagai perbedaan anggota masyarakat

berdasarkan status yang dimilikinya.Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa stratafikasi sosial

adalah pengelompokkan atau perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas

yang bertingkat, kelas tinggi, menengah, dan rendah.Pemilikan terhadap sesuatu yang

berharga merupakan bibit yang menimbulkan adanya sistem pelapisan dalam masyarakat.7

Status yang dimiliki seseorang dibedakan lagi antara status yang diperoleh (ascribed

status) dan status yang diraih (achieved status). Status yang diperoleh misalnya perbedaan

usia, perbedaan jenis kelamin, hubungan kekerabatan dan keanggotaan dalam kelompok

seperti kasta dan kelas sosial.

Berbeda dengan itu, status sosial yang diraih adalah status sosial yang diperoleh

seseorang karna prestasi kerja yang diperolehnya.Seorang anak petani karena prestasi dalam

ilmu pengetahuan berhasil menempatkan diri pada status sosial yang tinggi karena prestasi

akademiknya yang tinggi, professor, misalnya.

Terjadinya stratafikasi sosial dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu: sistem stratifikasi/pelapisan yang terjadi dengan sendirinya. Artinya tanpa disengaja,

dan sistem stratifikasi/pelapisan yang terjadi dengan sengaja disusun untuk mencapai suatu

tujuan tertentu.

Stratafikasi yang terjadi dengan sendirinya atau tidak disengaja misalnya, lapisan yang

didasarkan pada umur, jenis kelamin, kepandaian, sifat keaslian, keanggotaan kerabat kepala

masyarakat, mungkin dalam batas-batas tertentu berdasarkan harta.

Sedangkan stratafikasi sosial yang terjadi dalam masyarakat disengaja disusun untuk

mencapai tujuan tertentu biasanyaberkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang


6
Indianto Muin,(2004) Sosiologi, Jakarta: Erlangga. Hal.48

7
Soerjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”, Stratifikasi Sosial, Jakarta, 1990, halaman. 227

5|Page
yang resmi dalam organisasi formal seperti pemerintahan, perusahaan, partai politik,

angkatan bersenjata dan sebagainya.

Menurut Ralph Lipton, terdapat beberapa bentuk stratafikasi sosial dalam masyarakat,

yaitu:

1. Stratafikasi sosial berdasarka usia. Stratafikasi sosial sangat menentukan hak dan

wewenang dari mereka yang anak sulung dan bukan. Dalam sistem kerajaan

Inggris misalnya, anak sulung memiliki hak untuk menjadi putra mahkota

menggantikan kedudukan raja di kemudian hari.

2. Stratafikasi sosial berdasarkan jenis kelamin. Stratafikasi menentukan hak dan

wewenang antara anak laki-laki dan perempuan. Dalam masyarakat yang

menganut sistem patriarkat, anak laki-laki mempunyai wewenang yang lebih besar

untuk mewariskan kekayaan orang tua. Sebaliknya, dalam masyarakat sistem

matrilenial, wanita memiliki hak yang lebih luas dibandingkan anak laki-laki.

3. Stratafikasi sosial berdasarkan hubungan kekerabatan. Stratifikasi ini menentukan

hak dan wewenang dari seorang ayah, ibu, paman, dan anak serta keponakan

dalam kehidupan keluarga.

4. Stratafikasi sosial berdasarkan kenggotaan dalam masyarakat. Stratafikasi yang

berhubungan dengan etnis, agama, dan golongan dalam masyarakat.

5. Stratafikasi sosial berdasarkan pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, maka akan semakin tinggi kedudukan sosialnya.

6. Stratafikasi sosial berdasarkan pekerjaan. Stratifikasi ini tergantung jabatan

seseorang dalam pekerjaan. Ada yang berkedudukan sebagai manager dan ada

yang berkedudukan sebagai pekerja biasa saja.

Stratafikasi sosial berdasarkan tingkat perekonomian yang dimiliki seseorang. Ada

yang berkedudukan sebagai kelas atas, menengah dan ada yang kelas bawah.

6|Page
3. Stratafikasi Sosial Menurut Hukum Islam

Stratafikasi pada umumnya adalah pelapisan sosial berdasarkan kriteria tertentu, namun

itu jika kita ambil dari sudut pandang sosiologi, sekarang bagaimana islam memandang

stratifikasi sosial tersebut. Pada umumnya masyarakat islam tidak memandang kelas-kelas

seperti perbedaan kekayaan, kekuasaan ataupun perbedaan yang berbau duniawi karena islam

berkata bahwa padaa dasarnya semua mahkluk itu sama hanya saja berbeda derajatnya jika di

lihat dari sudut pandang iman dan amal.8

Perbedaan itu biasanya diwujudkan dalam bentuk taqdim(penghormatan) terhadap

orang yang memiliki iman atau ilmu lebih tinggi misalnya seorang kyai, kyai di hormati

karena memiliki tingkat keimanan dan ilmu agama lebih banyak dan kebanyakan seorang

kyai pasti memiliki murid (santri) nah dari situlah mungkin segelintir pelapisan sosial dalam

islam, jika kita kolerasikan dengan ilmu sosiologi sebenarnya masuk pada jenis stratifikasi

sosial achived status, ascribed status, ataupun assignment status, karena menjadi seorang kyai

terkadang juga faktor keturunan, ataupun orang biasa yang berkat usahanya serta pengamalan

ilmunya mereka bisa dianggap terhormat di masyarakat. Pada Intinya stratafikasi dalam

pandangan islam bersifat terbuka, siapapun bisa menjadi siapapun tergantung dari apa yang

benar-benar diusahakan terutama dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam islam, faktor penyebab stratifikasi sosial, bukan saja karena faktor ekonomi,

tingkat pendidikan, sumber daya manusia, suku, bangsa, tetapi faktor keislaman, keimanan,

pengamalan agama dan etos kerja. Munculnya perbedaan kelas dalam masyarakat Arab

disebabkan oleh perbedaan status sosial, etnis, suku, bangsa, dan tingkat ekonomi.

8
https://www.kompasiana.com/ivanaa/600d9b468ede48752f236ab2/islam-dan- stratifikasi-sosial-dalam-masyarakat

7|Page
Dalam pandangan islam ada unsur yang dianggap penting, stratafikasi sosial sebagai

sunnatullah atau hukum alam sebagai fakta empiris yang ditakdirkan oleh Allah terhadap

umat manusia. Konsep kelas sosial dalam islam lebih mengarah kepada keadilan sosial.

Orang yang mampu atau golongan kaya yang dapat merealisasikan keadilan sosial dipandang

sebagai ibadah dan jihad. Salah satu upaya islam untuk memperkecil kesenjangan sosial yang

terjadi yaitu dengan menerapkan konsep zakat.

Zakat bukanlah pemberian maupun kebaikan orang yang kaya terhadap fakir atau

miskin. Zakat melainkan kewajiban secara teologis maupun politis. Sistem sosial yang

dibangun islam bersifat dinamis, yaitu membentik kerjasama satu sama lain, saling

membantu dan tidak membentuk iklim sosial yang tidak sehat terutama pada golongan kaya

dengan golongan fakir dan miskin. Dengan demikian terbentuklah struktur sosial yang adil

diantara sesama umat Islam sehingga kaum yang tidak mampu secara ekonomi tersahuti

kepentingannya.   

Jadi, stratafikasi sosial dalam islam lebih mengarah kepada keadilan sosial. Dimana

golongan kaya wajib membantu golongan fakir dan miskin. Salah satu upaya agar tidak

terjadi kesenjangan sosial yaitu dengan menerapkan konsep zakat. Zakat tersebut

dimaksudkan sebagai kewajiban untuk semua masyarakat. Al-qur'an secara tegas menyerukan

kepada orang yang mampu secara ekonomi, kekuasaan dan kehormatan tidak hanya berada di

tangan orang-orang yang berpunya saja tetapi juga harus menjadi milik orang yang tidak

mampu. Meskipun islam mengakui adanya kelas-kelas sosial, kelas-kelas tersebut tidak sama

hal nya dengan kelas sosial yang ada di Barat ataupun Yunani. Sekalipun ada konsep

tersebut, islam lebih mengarah kepada terciptanya keadian sosial. Sistem sosial yang

dibangun oleh islam bersifat dinamis yaitu membentuk kerjasama satu sama lain, saling

membantu, dan tidak menyekat antara golongan kaya dengan golongan fakir dan miskin.

8|Page
Islam sangat memperhatikan kesejahteraan umatnya agar senantiasa terhindar dari adanya

konflik.9

Ada beberapa bentuk stratafikasi sosial dalam islam yaitu:

1. Stratafikasi sosial atas pemilikan dasar ekonomi

2. Stratafikasi sosialatas dasar jenis kelamin dan kekerabatan

3. Stratafikasi sosial atas dasar status sosial

4. Stratafikasi sosial atas dasar etnik atau ras

5. Stratafikasi sosial atas dasar keagamaan

6. Stratafikasi sosial atas kepemilikan ilmu pengetahuan

7. Stratafikasi sosial atas dasar amal saleh.

D. Kesimpulan

Stratifikasi sosial muncul akibat ada gejala dimana masyarakat mempunyai

penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan, yakni

pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda

secara vertikal. Dasar dan inti penyebab terjadinya stratifikasi sosial adalah tidak adanya

keseimbangan antara hak dan kewajiban diantara warga masyarakat sehingga rasa

tanggungjawab sosial menipis kemudian disusul ketimpang kepemilikan nilai dan harga.

Akibatnya sesama anggota masyarakat menilai dan memilah-milah dan diakui ada

perbedaan. Nabi mengatakan bahwa sebaik-baik keadaan adalah pertengahan. Islam tidak

pernah melarang siapapun untuk memiliki harta benda yang banyak tapi tidak boleh

memonopoli kapital sehingga merugikan orang lain. Islam juga melarang miskin dan

menganjurkan giat untuk menggapai sejahtera, sebab agama hanya bisa ditegakkan dengan

9
Ibid.,

9|Page
kesejahteraan kehidupan umat.Islam melarang penumpukan kapital pada satu-satu kelompok

atau individu. Dalam pandangannya juga islam memandang bahwa, semua manusia adalah

ciptaan Allah. Semua mempunyai kedudukan yang sama di hadapan-Nya. Yang paling mulia

di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.

Dalam hal beribadahpun islam tidak pernah membedakan antara si kaya dan si miskin,

si tua dan si muda dan lain sebagainya, itu yang ada di dalam agama islam, tetapi didalam

masyarakat islam stratifikasi sosial tetap ada demi keteraturan suatu wilayah tersebut untuk

pembagian kerja menurut proporsi mereka masing-masing. Umat Islam diperintahkan untuk

menghormati orang yang mempunyai keutamaan, apakah itu kekuasaan, ilmu, kekayaan, dan

kehormatan, bila semua itu dalam konteks ketaqwaan.Penguasa yang adil sangat dimuliakan

dalam Islam.Kita harus taat padanya. Orang yang berilmu ('alim) sangat dimuliakan dalam

Islam.Kita harus menghormatinya. Orang kaya yang dermawan, mempunyai kedudukan yang

mulia dalam Islam.Kita harus menghormatinya. Orang yang berjasa kepada masyarakat,

mempunyai kedudukan yang mulia dalam Islam.Kita harus menghormatinya. Itu artinya,

adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat merupakan hal yang wajar. Karena anggota

masyarakat mempunyai perbedaan kelebihan. Penghormatan kepada orang yang mempunyai

kelebihan, dalam konteks ketaqwaan, juga diperintahkan dalam Islam.

10 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Abid Rohman, (2013) Stratifikasi Sosial Dalam Al-Qur’an, Jurnal Sosiologi Islam,
Vol. 3, No.1

Indianto Muin,(2004) Sosiologi, Jakarta: Erlangga

Karsidi Ravik, 1998. Sosiologi Pendidikan, Semarang: UNS Press

Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT. Raja Grafindo

Persada

Syahrial Syarbaini, Rusdiyanta. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi. Yogyakarta. Graha

Ilmu.

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai