Analisa Runoff Pada Sub Das Lematang Hul
Analisa Runoff Pada Sub Das Lematang Hul
1,2,3
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
*Korespondensi Penulis: uzumaki_9315_gina@yahoo.co.id
% && & '( & )' '( ' ) ) ( ( )) ' * ' ( ) + '
( & '( )( ' ' && '( ' )) ' , !* ' ( '( + & &&
' , * ' ( * - ' !* ' ( + . , / . ,
( '( +0 '( && % ' ') && ) && ) ' '( ' '+ & & ) ')( '
. ' &&1 ) ) ' ' + ' ' ' ' & ' ' & 234 +5
'( 2.4 & + & 67 2 ' 6 - ' 7 4 '( ' ' & & ' '+ 2 4 .
.- 87 &
( ' ( * '( ' . , & '( !* ' ( ( ) - 9' '' ' ) '+ ( ( &&
*( )( : ' ;"< = 5 ' + ) & '( & '
! "#$
22
?@ . % && @ . ' ,
! "#$
23
?@ . % && @ . ' ,
∑n
1 1 2 2
Rr = R1 +R2 +…+Rn (1) S= Xi 4X (5)
n n41 i=1
b. Metode Poligon ( Koefisien Variasi (Cv)
Metode ini sering digunakan pada analisis hidrologi S
Cv= X (6)
karena metode ini lebih baik dan obyektif dibanding
dengan metode lainnya. Cara @ + ( ini Koefisien Skewness
n ∑ni=1 Xi 4X
3
dipakai apabila daerah pengaruh dan curah hujan rata4
Cs = (7)
rata tiap stasiun berbeda4beda, dipakai stasiun hujan n41 n42 S3
minimum 3 buah dan tersebar tidak merata. Cara ini Koefisien Kurtosis
memperhitungkan luas daerah yang mewakili dari pos4 4
n2 ∑ni=1 Xi -X
pos hujan yang bersangkutan, untuk digunakan sebagai Ck= (8)
n-1 n-2 n-3 S4
faktor bobot dalam perhitungan curah hujan rata4rata.
A1 R 1 +A2 R 2 +…+An R n Dalam statistik dikenal beberapa jenis distribusi
Rr= (2) frekuensi dan yang banyak digunakan dalam hidrologi
A1 +A2 +…+An
c. Metode Poligon (+ ' yaitu:
Metode ini merupakan metode yang paling akurat
untuk menentukan hujan rata4rata, namun diperlukan a) Distribusi Normal
keahlian dan pengalaman. Pada metode ini, dengan Metode distribusi normal merupakan fungsi densitas
data curah hujan yang ada dibuat garis4garis yang peluang normal (@ BC '+ '+ & )' )
merupakan daerah yang mempunyai curah hujan yang atau dikenal dengan ' ? . Dalam analisis
sama ( (+ ') (Gambar II.6). Kemudian luas bagian di hidrologi distribusi normal banyak digunakan untuk
antara isohyet4isohyet yang berdekatan diukur dan nilai menganalisis frekuensi curah hujan, analisis statistik
rata4ratanya dihitung sebagai nilai rata4rata timbang dari distribusi curah hujan tahunan, debit rata4rata
dari nilai kontur, kemudian dikalikan dengan masing4 tahunan dan sebagainya. Rumus umum yang digunakan
masing luasnya. Hasilnya dijumlahkan dan dibagi pada distribusi normal ini adalah sebagai berikut:
dengan luas total daerah maka akan didapat curah XT = X + KTr S ( 9 )
hujan areal yang dicari.
b) Distribusi Log4Normal
Rr = ∑ni=1 Ai
1 Ri +Ri+1
(3) Distribusi Log Normal, merupakan hasil
A 2
Berdasarkan ketiga metode tersebut, pemilihan transformasi dari distribusi normal, yaitu dengan
metode yang cocok dipakai pada suatu DAS dapat mengubah varian $ menjadi nilai logaritmik varian $.
ditentukan dengan mempertimbangkan tiga faktor Distribusi Log Pearson Tipe III akan menjadi distribusi
berikut: Log Normal apabila nilai koefisien kemencengan 3 =
1) Jaring4jaring pos penakar hujan dalam DAS 0,00. Metode distribusi log normal dapat dituliskan
2) Luas DAS seperti pada persamaan berikut:
3) Topografi DAS Log XT = logX + K Tr SlogX (10)
c) Distribusi Log4Pearson tipe III
! * ! Parameter penting dalam Log Pearson Tipe III yaitu
Analisis frekuensi adalah suatu analisis data nilai rata4rata, simpangan baku, dan koefisien
hidrologi dengan menggunakan statistika yang kemencengan. Jika koefisien kemencengan sama
bertujuan untuk memprediksi suatu besaran hujan atau dengan nol maka distribusi kembali ke ditribusi Log
debit dengan masa ulang tertentu. Analisis frekuensi Normal. Tidak seperti konsep yang melatar belakangi
data hidrologi juga bertujuan untuk menentukan nilai pemakaian distribusi normal untuk debit puncak, maka
dari besaran peristiwa4peristiwa ekstrim yang berkaitan probabilitas distribusi Log Pearson III masih tetap
dengan frekuensi terjadinya melalui penerapan dipakai karena fleksibilitasnya (Suripin, 2004). Fungsi
distribusi probabilitas. Analisis frekuensi menggunakan kerapatan distribusi Log4Pearson type III mempunyai
variabel4variabel acak dan distribusi probabilitas yang persamaan sebagai berikut :
merupakan bagian dari metode statistik. Log XT = logX + K Tr SlogX (11)
Dalam analisis statistik, terdapat parameter4 d) Distribusi Gumbel
parameter yang dapat membantu dalam menentukan Metode ini merupakan metode dari nilai4nilai
jenis sebaran yang tepat. Parameter4parameter tersebut ekstrim (maksimum atau minimum) umumnya
dibagi dalam 4 bagian besar pengukuran yaitu, digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya
pengukuran ) ' ' )+, pengukuran variabilitas, untuk analisis frekuensi banjir. Fungsi metode gumbel
pengukuran kemencengan ( * ), dan pengukuran merupakan fungsi eksponensial ganda. Menurut Chow
keruncingan (kurtosis). Berikut ini adalah parameter4 (1964) dalam Machairiyah (2007), rumus umum yang
parameter yang akan digunakan dalam analisa digunakan dalam metode Gumbel adalah sebagai
frekuensi: berikut:
Nilai Rata4Rata XT = X + KTr S ( 12 )
X = ∑ni=1 Xi
1
(4)
n
! "#$
24
?@ . % && @ . ' ,
! "#$
25
?@ . % && @ . ' ,
Laoh (2002) mengatakan bahwa pada lahan maksimum dapat terjadi oleh curah hujan lebat
bervegetasi lebat, air hujan yang jatuh akan tertahan dengan daerah hujan yang sempit.
pada vegetasi dan meresap ke dalam tanah melalui b) Karakteristik DAS
vegetasi dan seresah daun di permukaan tanah, Karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada
sehingga limpasan permukaan yang mengalir kecil. aliran permukaan meliputi luas dan bentuk DAS,
Pada lahan terbuka atau tanpa vegetasi, air hujan yang topografi, dan tata guna lahan.
jatuh sebagian besar menjadi limpasan permukaan 1) Luas dan bentuk DAS
yang mengalir menuju sungai, sehingga aliran sungai Laju dan volume aliran permukaan makin
meningkat dengan cepat. bertambah besar dengan bertambahnya luas DAS.
Hujan merupakan komponen masukan yang paling Tetapi, apabila aliran permukaan tidak dinyatakan
penting dalam proses hidrologi DAS, karena jumlah sebagai jumlah total dari DAS, melainkan
hujan dialihragamkan menjadi aliran sungai ( &&) sebagai laju dan volume per satuan luas, besarnya
melalui limpasan permukaan, aliran bawah tanah, akan berkurang dengan bertambahnya luas DAS.
maupun aliran air tanah. Menurut Haan, ' (1982) Ini berkaitan dengan waktu yang diperlukan air
dalam Setyowati (2010), hujan dan aliran adalah saling untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke titik
berhubungan dalam hal hubungan antara volume hujan kontrol (waktu konsentrasi) dan juga intensitas
dengan volume aliran, distribusi hujan per waktu hujan. Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada
mempengaruhi hasil aliran, dan frekuensi kejadian pola aliran dalam sungai. Pengaruh bentuk DAS
hujan mempengaruhi aliran. terhadap aliran permukaan dapat ditunjukkan
dengan memperhatikan hidograf4hidograf yang
" * ( 0* ( 1 $ ! ! $ terjadi pada dua buah DAS yang bentuknya
Menurut Suripin (2004), faktor4faktor yang berbeda namun mempunyai luas yang sama dan
mempengaruhi limpasan dibagi dalam 2 kelompok, menerima hujan dengan intensitas yang sama
yakni faktor meteorology dan karakteristik daerah (Gambar 2.3).
tangkapan saluran atau daerah aliran sungai (DAS).
a) Faktor meteorologi
Faktor4faktor yang termasuk dalam kelompok
elemen4elemen meteorologi adalah sebagai berikut:
1) Intensitas curah hujan
Pengaruh intensitas curah hujan pada limpasan
permukaan tergantung dari kapasitas infiltrasi.
Jika intensitas curah hujan melampaui kapasitas
infiltrasi, maka besarnya limpasan akan segera
meningkat sesuai dengan peningkatan intensitas
curah hujan. Akan tetapi, besarnya peningkatan
limpasan itu tidak sebanding dengan peningkatan
curah hujan lebih, yang disebabkan oleh efek
penggenangan di permukaan tanah. Intensitas
hujan berpengaruh pada debit maupun volume
limpasan
2) Durasi hujan Gambar 3. Bentuk Hidrograf DAS Dan Limpasan
Di setiap daerah aliran mempunyai satuan durasi 2 A + ' <4
hujan atau lama hujan kritis. Jika lamanya curah
hujan itu kurang dari lamanya hujan kritis, maka 2) Topografi
lamanya limpasan akan sama dan tidak tergantung Tampakan rupa muka bumi atau topografi
dari intensitas curah hujan. Jika lamanya curah seperti kemiringan lahan, keadaan dan
hujan itu lebih panjang, maka lamanya limpasan kerapan parit dan/atau saluran, dan bentuk4
permukaan itu juga menjadi lebih panjang. bentuk cekungan lainnya mempunyai
3) Distribusi curah hujan pengaruh pada laju dan volume aliran
Jika kondisi4kondisi seperti topografi, tanah dan permukaan. DAS dengan kemiringan curam
lain4lain diseluruh daerah pengaliran itu sama dan disertai parit/saluran yang rapat akan
umpamanya jumlah curah hujan itu sama, maka menghasilkan laju dan volume aliran yang
curah hujan yang distribusinya merata yang lebih tinggi dibandingkan dengan DAS yang
mengakibatkan debit puncak yang minimum. landai dengan parit yang jarang dan adanya
Banjir di daerah pengaliran yang besar kadang4 cekungan4cekungan.
kadang terjadi oleh curah hujan lebat yang 3) Tata guna lahan
distribusinya merata, dan sering kali terjadi oleh Pengaruh tata guna lahan pada aliran
curah hujan biasa yang mencakup daerah yang permukaan dinyatakan dalam koefisien aliran
luas meskipun intensitasnya kecil. Sebaliknya, di permukaan (C), yaitu bilangan yang
daerah pengaliran yang kecil, debit puncak menunjukkan perbandingan antara besarnya
aliran permukaan dan besarnya curah hujan.
! "#$
26
?@ . % && @ . ' ,
- (' # !( $
Metode Rasional banyak digunakan untuk Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data4data
memperkirakan debit puncak yang ditimbulkan oleh yang akan mendukung pelaksanaan penelitian analisa
hujan deras pada daerah tangkapan (DAS) kecil. Suatu && pada sub DAS Lematang Hulu. Data4data yang
DAS disebut DAS kecil apabila distribusi hujan dapat diperlukan meliputi :
dianggap seragam dalam suatu ruang dan waktu, dan (1) Peta Topografi
biasanya durasi hujan melebihi waktu konsentrasi. (2) Peta Tanah
Metode Rasional dapat menggambarkan hubungan (3) Peta Tata Guna Lahan
antara debit limpasan dengan besar curah hujan, secara (4) Data curah hujan harian 10 tahunan
praktis berlaku untuk luas DAS kurang dari 300 hektar.
Bentuk umum rumus metode Rasional adalah !
sebagai berikut: Data4data yang telah diperoleh dari proses
Q = 0,00278 . C.I.A (19) pengumpulan data, akan diolah untuk mendapatkan
permodelan4permodelan dalam mengidentifikasi
Beberapa asumsi dasar untuk menggunakan formula &&.
Rasional adalah sebagai berikut (Wanielista, 1990 Adapun analisa data yang akan dilakukan meliputi
dalam Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit berikut ini:
Puncak Dengan Metode Rasional Pada DAS Percut
Kabupaten Deli Serdang, Machairiyah, 2007): (1) Pola kemiringan lereng dan batas DAS melalui
a. Curah hujan terjadi dengan intensitas yang tetap pembuatan DEM ( ' 6 - ' 7 )
dalam satu jangka waktu tertentu, setidaknya (2) Perhitungan intensitas curah hujan pada sub DAS
sama dengan waktu konsentrasi. Lematang Hulu
b. Limpasan langsung mencapai maksimum ketika 2 4 Analisis model klasifikasi penggunaan lahan
durasi hujan dengan intensitas yang tetap, sama melalui 3 &) '
dengan waktu konsentrasi. (4) Analisis perhitungan && melalui teknik
c. Koefisien && dianggap tetap selama durasi overlay peta tematik
hujan. Semua proses analisis tersebut dibantu dengan
d. Luas DAS tidak berubah selama durasi hujan. memanfaatkan teknik GIS menggunakan perangkat
lunak ILWIS.
- &( 2! ! ! $ Proses pengolahan perhitungan && ini akan
Koefisien limpasan adalah persentase jumlah air menggunakan metode Rasional. Dengan analisa
yang dapat melimpas melalui permukaan tanah dari intensitas hujan menggunakan persamaan Mononobe
keseluruhan air hujan yang jatuh pada suatu daerah. dan analisa curah hujan menggunakan metode Rata4
Semakin kedap suatu permukaan tanah, maka semakin Rata Aljabar.
tinggi nilai koefisien pengalirannya. Setelah mendapatkan nilai besaran limpasan, maka
Koefisien aliran permukaan (C) merupakan kita dapat melakukan tinjauan lapangan terhadap
pengaruh tata guna lahan dalam aliran permukaan, kondisi Sub DAS Lematang Hulu tersebut. Tinjauan ini
yakni bilangan yang menampilkan perbandingan antara dilakukan di beberapa kecamatan/desa yang ada pada
besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan. daerah kabupaten Lahat.
Nilai C berkisar antara 0 – 1. Nilai C = 0 menunjukkan
bahwa semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke " 4
dalam tanah, sebaliknya untuk nilai C = 1 Membahas hasil yang diperoleh dari tiap proses
menunjukkan bahwa air hujan mengalir sebagai aliran tahapan analisis data yang antara lain adalah analisis
permukaan. Pada DAS yang baik harga C mendekati data curah hujan, perhitungan intensitas hujan, dan
nol dan semakin rusak suatu DAS maka harga C analisa limpasan ( &&) yang telah dimodelkan
semakin mendekati satu (Kodoatie dan Syarief, 2005 dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi
dalam Febrina, 2008). sebelumnya.
! "#$
27
?@ . % && @ . ' ,
5
" "
" 4 .! 1 Tata guna lahan di wilayah Sub DAS Lematang
Sungai Lematang adalah salah satu sungai Hulu sangat beragam dapat dibedakan menjadi
terpanjang di propinsi Sumatera Selatan, dengan beberapa penggunaan lahan yaitu berupa kawasan
panjang sungai Lematang adalah 244 km dan luas hutan lahan kering, sawah, permukiman, semak dan
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara keseluruhan adalah lain4lain.
7.380 km2. Sungai Lematang melewati 3 kabupaten di
Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Lahat, Kabupaten " 4 ! !
Muara Enim, dan Kabupaten Musi Banyu Asin dan Pada daerah penelitian ini yaitu di daerah Sub DAS
bermuara di sungai Musi. Sungai Lematang Lematang Hulu terdapat 2 daerah stasiun pengamat
dimanfaatkan untuk pengairan irigasi dan air minum, hujan yaitu Stasiun Pagaralam utara, dan Stasiun
dimana sumber mata air sungai Lematang berasal dari Pandan Enim. Untuk mempermudah dalam
Gunung Dempo Kota Pagar Alam. perhitungan, daerah penelitian dibagi menjadi lima sub
DAS.
" &( '! ! *! ! & 6 4 Kelima sub DAS yang sudah dibagi tersebut dapat
dilihat Tabel 1 berikut ini. Selanjutnya pada masing4
" &! (( ! masing sub DAS (Daerah Aliran Sungai) dihitung luas
Secara umum Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) areanya dalam satuan hektar, seperti tampak pada tabel
Lematang Hulu dan sekitarnya seperti wilayah berikut ini.
kabupaten Lahat, kota Pagaralam merupakan daerah
beriklim tropis. Pada kondisi normal musim penghujan Tabel 1. Nama Sub DAS beserta luas area
setiap tahun berkisar antara bulan Oktober sampai No. Nama Sub DAS Luas Area ( Hektar )
dengan bulan Maret, sedangkan musim kemarau 1. Sub Das L Hulu 1 88.420,50
berkisar bulan April sampai dengan bulan September. 2. Sub Das L Hulu 2 52.214,51
Rata4rata curah hujan berkisar antara 1.46245.199 mm 3. Sub Das L Hulu 3 79.865,58
pertahun dengan kelembaban udara berkisar antara 4. Sub Das L Hulu 4 54.325,88
75%489%, suhu berkisar antara 22º430º dan intensitas 5. Sub Das L Hulu 5 45.397,04
cahaya matahari antara 6410 jam perhari serta (Sumber: Perhitungan dengan Map Info)
kecepatan angin rata4rata 4,66 km/jam.
Berikut ini adalah gambar peta Sub DAS Lematang
" ($( 2! & ! ! Hulu yang sudah dibagi menjadi 5 Sub DAS:
Kawasan Sub DAS Lematang Hulu ini mempunyai
topografi yang beragam, mulai dari kemiringan 0415%
sampai kemiringan di atas 45%, berupa tebing curam
dan perbukitan. Lahat adalah kawasan dengan relief
permukaan yang berupa perbukitan, namun masih
banyak kawasan yang belum dimanfaatkan sehingga
masih dalam wujud hutan alam. Kota Pagaralam
merupakan daerah yang berbukit dengan ketinggian
400–3.400 diatas permukaan laut (dpl).
" % !
Jenis tanah terbentuk karena adanya pengaruh dari
beberapa faktor pembentuk tanah, yaitu batuan induk,
umur, iklim, vegetasi, serta pengaruh lainnya. Pada
daerah Pagaralam, sebagian besar keadaan tanah di
sekitar wilayah Sub DAS Lematang Hulu berasal dari
jenis Latosol dan Andosol dengan bentuk permukaan
bergelombang sampai berbukit. Jika dilihat dari
Gambar 4. Sub DAS Lematang Hulu
kelasnya, tanah di daerah ini pada umumnya adalah (Sumber: Pembagian Sub DAS, Map Info)
tanah kelas I (satu) yang mengandung kesuburan yang
tinggi. Hal ini terbukti dengan Daerah Kota Pagar "" !!
Alam yang merupakan penghasil sayur4mayur, buah4 Setelah semua data4data yang dibutuhkan dalam
buahan, dan merupakan salah satu Sub terminal penelitian ini didapat, kemudian dilakukanlah analisis
Agribisnis (STA) di Provinsi Sumatera Selatan. Pada dari data4data tersebut seperti analisis data curah hujan,
daerah Lahat, jenis tanah merupakan faktor penentu intensitas hujan, analisis tata guna lahan, jenis tanah,
bagi pengguna lahan yang tepat bagi wilayah tersebut. dan kelerengan, dan analisis &&.
Jenis tanah yang ada di wilayah Lahat ini dapat berupa
tanah Aluvial, Regosol, Podsolik, Andosol, dan
Latosol.
! "#$
28
?@ . % && @ . ' ,
"" ! !
Untuk mendapatkan intensitas hujan rencana pada
berbagai periode ulang, dapat dihitung dengan rumus
Mononobe, sesuai dengan pernyataan Loebis (1992)
bahwa intensitas hujan (mm/jam) dapat diturunkan dari Gambar 6. Peta Jenis Tanah
data curah hujan harian empiris menggunakan metode
Mononobe. ""- & ! !
Hasil analisis intensitas hujan rencana jam4jaman Berikut adalah gambar peta kemiringan lereng
pada berbagai periode ulang dapat dilihat pada Tabel 3 pada Sub Das Lematang Hulu:
berikut ini.
! "#$
29
?@ . % && @ . ' ,
"7 4
Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk
mengetahui besarnya limpasan ( &&) pada daerah
Sub DAS Lematang Hulu. Kondisi topografi,
penggunaan lahan, dan jenis tanah ini akan
mempengaruhi besarnya limpasan yang terjadi pada
daerah tersebut. Debit limpasan dihitung dengan
menggunakan metode Rasional seperti yang telah
dijelaskan di atas. Hasil perhitungan debit limpasan
sangat dipengaruhi oleh kawasan kedap air dan
intensitas hujan.
Besar intensitas hujan tidak sama di segala tempat,
hal ini dipengaruhi oleh durasi dan frekuensi di tempat
atau lokasi yang bersangkutan. Perhitungan intensitas
hujan jam4jaman dilakukan dengan menggunakan
rumus mononobe. Pada Tabel 3 tersebut terlihat bahwa
nilai intensitas hujan pada periode ulang 2 tahun, untuk
Gambar 7. Peta Kemiringan Lereng durasi 5 menit sebesar 159,192 mm, dan pada durasi 1
jam sebesar 30,372 mm. Hal ini dikarenakan intensitas
"- ! hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dalam
Setelah semua data4data yang dibutuhkan waktu singkat, sedangkan intensitas hujan rendah
terlengkapi, seperti data curah hujan, data penggunaan berlangsung dalam waktu yang lama.
lahan, dan lain4lain, maka tahap yang akan dilakukan Dari data hasil perhitungan debit limpasan pada
selanjutnya adalah meng - + data peta tersebut Tabel 4 tersebut didapat debit limpasan pada periode
melalui ILWIS. D- + (tumpang susun) ini ulang 2, 5, dan 10 tahun. Debit limpasan terbesar
dilakukan dengan menggabungkan & !& data yang terjadi di Sub Das L Hulu 3 yaitu sebesar 679,8 m3/s,
tersedia menggunakan rumus yang akan dipakai. Untuk 1022,76 m3/s, 1250,03 m3/s dan debit limpasan terkecil
menghitung limpasan rumus yang digunakan adalah terjadi pada Sub Das L Hulu 2 yaitu sebesar 342,95
metode Rasional. Dari hasil - + tersebut akan m3/s, 515,97 m3/s, 630,62 m3/s. Hal ini dikarenakan,
menghasilkan peta debit limpasan Sub DAS Lematang nilai dari debit limpasan tersebut sebanding dengan
Hulu. luas area, semakin besar luas area, maka semakin besar
Berikut ini adalah hasil perhitungan debit limpasan pula debit limpasan yang terjadi. Namun tidak hanya
maksimum pada Sub DAS Lematang Hulu: itu saja yang bisa mempengaruhi limpasan, intensitas
hujan dan koefisien limpasan juga bisa mempengaruhi
Tabel 4. Debit limpasan maksimum pada Sub DAS limpasan, sehingga walaupun luas areanya besar
Lematang Hulu namun, kalau intensitas dan koefisiennya kecil maka
Luas Area Q maks (m3/s) limpasannya juga akan kecil seperti pada Sub Das Hulu
Nama Sub DAS
( Hektar ) Tr=2 Tr=5 Tr=10
1.
Sub Das L Hulu 1 88.420,50 365,9 550,5 672,83
Sub Das L Hulu 2 52.214,51 342,95 515,97 630,62
Sub Das L Hulu 3 79.865,58 679,8 1022,76 1250,03
Sub Das L Hulu 4 54.325,88 615,59 926,16 1131,96 5 &
Sub Das L Hulu 5 45.397,04 375,65 565,16 690,75
Setelah dilakukan perhitungan besarnya limpasan
Hasil perhitungan dari debit limpasan dari tabel di pada Sub DAS Lematang Hulu dapat ditarik
atas, digambarkan pada gambar dibawah ini. kesimpulan :
1. Kondisi fisik daerah Sub DAS Lematang Hulu ini
Grafik Debit Maksimum berupa perbukitan, dan tebing curam. Penggunaan
lahan pada kawasan ini masih banyak diisi oleh
1400
Tr=2 th semak, yang kemudian diikuti oleh hutan, dan
1200
sawah. Daerah ini juga memiliki jenis tanah yang
Debit maks
1000 Tr=5 th
800 beragam seperti Latosol dan Andosol. Kondisi
600 Tr=10 th topografi, penggunaan lahan, dan jenis tanah ini
400
200
akan mempengaruhi besarnya limpasan yang
0 terjadi pada daerah tersebut.
Sub Sub Sub Sub Sub 2. Berdasarkan data hujan harian 10 tahunan yang
Das L Das L Das L Das L Das L ada, menghasilkan curah hujan rancangan untuk
Hulu 1 Hulu 2 Hulu 3 Hulu 4 Hulu 5 periode 2, 5, dan 10 tahun sebesar 83,607mm,
Sub DAS 131,806mm, dan161,07mm. Intensitas hujan jam4
jaman yang dihitung dengan rumus Mononobe
Gambar 8. Grafik Debit Maksimum menghasilkan nilai intensitas hujan yang semakin
mengecil di setiap durasi hujan yang semakin
! "#$
30
?@ . % && @ . ' ,
lama. Nilai intensitas hujan pada periode ulang 2 3) Febrina, 2008, . 3 ( , F G '
tahun, untuk durasi 5 menit sebesar 159,192 @ '@ ) 7 ' %
mm/jam, dan pada durasi 1 jam sebesar 30,372 @ E * > ' .
mm/jam. 4) Laoh, O.E.H, 2002, > ' ' B ' B
3. Dari hasil perhitungan debit limpasan, limpasan B ' 6 ' ? (
terbesar terjadi pada Sub Das L Hulu 3 dan debit ( . 6
limpasan terkecil pada Sub Das L Hulu 2. Pada ' 2 ' > *
Sub Das L Hulu 3 menghasilkan debit limpasan G' 4, IPB, Bogor.
sebesar 679,8 m3/s untuk periode ulang 2 tahun. 5) Lubis, Sandro W, 2009, . ' '
Pada Sub Das L Hulu 2 menghasilkan debit @ ' > & .
limpasan sebesar 342,95 m3/s pada periode ulang 6) Setyowati, Dewi L, 2010, , , F
2 tahun. Oleh karena itu pada Sub Das L Hulu 3 @ > ) @ (
harus mendapat perhatian ekstra karena memiliki , ' * ( > 3 . >
debit limpasan terbesar dari seluruh Das. 7) Singgih, dkk, 2009, @ & ' ' &
Dikhawatirkan, hal ini dapat menyebabkan banjir ? & G ' 7 ? .
atau erosi di waktu kedepannya. , F .
8) Soewarno, 1991, , @
@ ( ' . 2, ' 4
* # & NOVA, Bandung.
9) Sosrodarsono, 2003, Suyono dan Kensaku Takeda,
1) Aras, M 2011, @ ' . . , G ' @ . Pradnya Paramita,
E ' 7 7 .AE7. Jakarta.
2) Asdak,Chay, 2001, , @ 10)Suripin, 2004, @ ' E F '
(. Universitas Gajah Mada. ANDI, Yogyakarta.
11)Wilson, EM, 1993, , . ITB,
Bandung.
! "#$
31