Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik

Pada tahun 1937, resin akrilik terutama poli (metil metakrilat) atau PMMA

telah diperkenalkan dan dengan cepat menggantikan bahan sebelumnya.11 Resin

akrilik memiliki sifat yang menguntungkan yaitu estetis, warna dan tekstur mirip

dengan gingiva sehingga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan

perubahan dimensi kecil.6,11,16

Resin telah luas digunakan sebagai pembuat basis gigitiruan; restorasi gigi

(resin komposit); peralatan ortodonsia dan pedodonsia; mahkota dan jembatan (resin

akrilik atau resin komposit); protesa maksilofasial, dai lepasan, pelindung mulut

untuk atlet; sendok cetak; dan sebagai splin.16,17,18

2.1.1 Pengertian Resin Akrilik

Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam

rumus strukturnya.

H CH3

C = C

H C=O

CH3

Gambar 1. Rumus struktur resin akrilik

Universitas Sumatera Utara


Ada dua kelompok resin akrilik yang menarik bagi kedokteran gigi. Satu

kelompok adalah turunan asam akrilik, CH2=CHCOOH, dan kelompok lain dari asam

metakrilik CH2=C(VH3)COOH.2,16

2.1.2 Klasifikasi Resin Akrilik

Resin akrilik diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu resin akrilik polimerisasi

panas, polimerisasi sinar dan swapolimerisasi. Resin akrilik polimerisasi panas adalah

resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut

dengan menggunakan perendaman air di dalam waterbath, jenis resin akrilik panas

lain menggunakan proses polimerisasi dengan oven gelombang mikro. Resin akrilik

polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang terlihat oleh

mata. Resin akrilik swapolimerisasi adalah resin akrilik yang menggunakan energi

gelombang mikro dan panas untuk melakukan proses polimerisasi. Penggunaan

energi termal menyebabkan dekomposisi benzoil peroksida dan terbentuknya radikal

bebas. Radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil proses ini akan mengawali

polimerisasi.2,16

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

2.2.1 Komposisi

Sebagian besar resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk

dan cairan.1,2,16,17 Bubuknya dapat transparan, sewarna gigi, atau berwarna pink untuk

menyerupai warna gingiva. Beberapa sediaan bahkan mengandung serat-serat merah

agar dapat menyerupai pembuluh darah. Cairannya tersedia dalam botol kecoklatan

Universitas Sumatera Utara


untuk mencegah premature polimerization yang disebabkan cahaya atau radiasi

ultraviolet pada saat penyimpanan.2,16,17

Bubuknya mengandung beberapa komposisi yaitu polimetil metakrilat sebagai

polimer, benzoil peroksida (0,2-0,5%) sebagai inisiator,1,2,18 merkuri sulfit atau

cadmium sulfit sebagai zat pigmen yang tercampur di dalam partikel polimer,1,18 dan

dibutil pthalat sebagai plasticizer.18

Cairannya mengandung monomer (metil metakrilat), hydroquinone (0,006 %)

sebagai inhibitor atau stabilizer untuk mencegah polimerisasi selama

penyimpanan,1,2,7,18 dibutilpthalat sebagai plasticizer,18 dan glikol dimetakrilat (1-2%)

sebagai bahan untuk memicu ikatan silang (cross-linking agent).1,2,18

2.2.2 Reaksi Polimerisasi

Proses polimerisasi dicapai dengan menggunakan panas dan tekanan. Secara

ringkas reaksinya sebagai berikut:

Bubuk (polimer) + Cairan (monomer) + Panas (eksternal)  Polimer + Panas

(reaksi).2,18

2.2.3 Manipulasi

Gambar 2. Reaksi polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas

Universitas Sumatera Utara


Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet

dengan menggunakan teknik compression-moulding. Perbandingan polimer dan

monomer biasanya 3:1 berdasarkan volumenya atau 2:1 berdasarkan berat. Bahan

yang telah dicampur akan melewati 4 tahap, yaitu:2,18

1. Tahap pertama : tahap basah seperti pasir (wet sand stage)

2. Tahap kedua : tahap lengket berserat (tacky fibrous) selama polimer larut

dalam monomer (sticky stage)

3. Tahap ketiga: tahap lembut, seperti adonan, sesuai untuk diisi ke dalam

mould (dough stage / gel stage)

4. Tahap keempat: tahap kaku, seperti karet (rubbery stage)

Setelah pembuangan malam, adonan dimasukkan ke dalam mould gips. Kuvet

ditempatkan, di bawah tekanan, dalam waterbath dengan waktu dan suhu terkontrol

untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Umumnya resin akrilik

polimerisasi panas dipolimerisasi dengan menempatkan kuvet dalam water bath

dengan suhu konstan pada 700C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan perebusan

akhir pada suhu 1000C selama 30 menit.11

Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga

mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang cukup

sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya dilakukan pemisahan

kuvet dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah fraktur atau

membengkoknya gigitiruan. Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan akrilik

dihaluskan dengan menggunakan kertas pasir dari kasar sampai halus. Proses akhir

pemolesan biasanya menggunakan pumis di bawah air.18

Universitas Sumatera Utara


2.2.4 Sifat-Sifat

Sifat-sifat fisik basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas meliputi:2,5,11,18

1. Pengerutan polimerisasi

Ketika monomer metil metakrilat terpolimerisasi untuk membentuk poli

(metil-metakrilat), kepadatan berubah dari 0,94 menjadi 1,19 g/cm3. Perubahan

menghasilkan pengerutan polimetrik sebesar 21%. Akibatnya, perubahan volumetrik

yang ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6-7% sesuai dengan nilai yang

diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis.18

2. Perubahan dimensi

Pemrosesan akrilik yang baik akan menghasilkan dimensi stabilitas yang

bagus. Proses pengerutan akan diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan oleh

penyerapan air. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa ekspansi linier yang

disebabkan oleh penyerapan air adalah hampir sama dengan pengerutan termal yang

diakibatkan oleh penyerapan air.18

3. Konduktivitas termal

Konduktivitas termal merupakan pengukuran termofisika mengenai seberapa

baik panas disalurkan melalui suatu bahan. Basis resin mempunyai konduktivitas

termal yang rendah yaitu 0,0006 (0C/cm).7

4. Solubilitas

Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah

kecil monomer dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang

terdapat dalam rongga mulut.2

Universitas Sumatera Utara


5. Penyerapan air

Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan

dalam jangka waktu tertentu.4 Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika

ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek

yang nyata pada sifat mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air

sebesar 0,69 mg/cm2. Umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah

difusi. Difusi adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan

ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai

polimer. Umumnya, basis gigitiruan memerlukan periode 17 hari untuk menjadi

jenuh dengan air. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa penyerapan air yang

berlebihan bisa menyebabkan diskolorasi.2

6. Porositas

Adanya gelembung permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi

sifat fisik, estetika dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada

bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan

monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai

temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas juga

dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara komponen polimer dan

monomer. Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan adonan resin akrilik

yang homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat, proses

pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke mould yang

tepat.2

7. Stabilitas Warna

Universitas Sumatera Utara


Resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik.

Yulin Lai dkk (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari

nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik, dan menemukan bahwa resin akrilik

polimerisasi panas menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah

direndam dalam larutan kopi.11

2.3 Penguat

Sebagian besar resin akrilik yang digunakan adalah dalam bentuk yang tidak

dimodifikasi. Namun, beberapa tahun belakangan ini produk resin akrilik ini telah

dikembangkan untuk memperbaiki kekuatan impak, fatique resistance dan

radiopacity. Beberapa pendekatan untuk memperkuat resin akrilik diantaranya

dengan modifikasi secara kimia, penambahan penguat logam dan penambahan serat

ke dalam polimetil metakrilat.6

2.3.1 Kimia

Gigitiruan berbasis resin akriik dapat dimodifikasi dengan penggabungan

butadiene-styrene rubber dengan metil metakrilat. Modifikasi ini meningkatkan

kekuatan impak sehingga sering disebut resin akrilik high impact. Sebagai hasil dari

penggabungan dengan rubber, modifikasi ini juga dapat menurunkan absorpsi air

walaupun dalam jumlah yang kecil.19

Kelemahan resin akrilik ini adalah kemungkinan terjadinya peningkatan

elastisitas yang berlebihan sehingga menjadi terlalu fleksibel dan harganya yang lebih

mahal dari resin akrilik konvensional.6

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Logam

Penggunaan logam untuk ditambahkan ke dalam basis gigitiruan telah

dilaporkan untuk mempengaruhi daya tahan resin akrilik terhadap fraktur. Beberapa

bentuk logam yang dapat ditambahkan antara lain bentuk kawat, batang, lembaran

dan pelat. Sifat penguatan oleh logam dipengaruhi oleh ketebalan dan posisinya pada

resin.6

2.3.3 Penambahan Serat

Penelitian mengenai pengaruh bahan penguat serat terhadap sifat mekanis

polimer telah dilakukan. Penambahan serat telah diakui dapat meningkatkan sifat

mekanis resin akrilik terutama untuk memperkuat basis gigitiruan resin akrilik,

namun penggunaannya belum umum di kedokteran gigi.20 Beberapa serat yang dapat

ditambahkan ke dalam basis gigitiruan antara lain serat karbon, serat aramid, serat

polietilen dan serat kaca.21

2.3.3.1 Karbon

Serat karbon dapat meningkatkan kekuatan fatique, kekuatan transversal dan

modulus elastisitas polimer sehingga fraktur ulang basis gigitiruan dapat

dihindari.10,11 Kelemahan penambahan dengan serat ini adalah sulit dipoles dan

memiliki estetis yang buruk karena warnanya yang hitam.6,9,21

2.3.3.2 Aramid

Kekuatan impak secara signifikan dapt ditingkatkan dengan penambahan serat

ini dan dapat meningkatkan daya tahan terhadap fraktur basis gigitiruan resin

Universitas Sumatera Utara


akrilik.10 kekurangan pemakaian serat aramid ini yaitu sulit dipoles dan warnanya

kuning sehingga tidak estetis. Serat ini juga menyebabkan permukaan yang kasar

sehingga menyebabkan iritasi dan ketidaknyamanan pasien.6,8,9

2.3.3.3 Polietilen

Serat polietilen memiliki sifat yang sangat baik untuk ditambahkan ke dalam

basis gigitiruan resin akrilik karena pemakaiannya dapat memperkuat kekuatan impak

serta terjadinya proses adhesi yang baik antara polimer dan serat. Serat ini juga

mudah dipolis dan memliki estetis yang baik.10,12

2.3.3.4 Kaca

2.3.3.4.1 Pengertian

Serat kaca ditambahkan untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik resin

akrilik resin akrilik. Serat kaca merupakan material yang terbuat dari serabut yang

sangat halus dari kaca. Serat kaca dapat beradhesi dengan matriks polimer di dalam

resin akrilik sehingga memiliki kekuatan yang ikatan yang baik dengan resin akrilik,

oleh karena itu serat kaca menjadi pilihan untuk ditambahkan ke dalam resin akrilik

sebagai bahan penguat.6,20

2.3.3.4.2 Komposisi

Komposisi serat kaca antara lain mengandung 52-56% SiO2, 16-25% CaO,

12-16% Al2O3, 0-5% MgO, 5-10% B2O3, 0-1,5% TiO2, 0-2% Na2O, 0-0,8% Fe2O3, 0-

1,0% F2.22

2.3.3.4.3 Bentuk

Universitas Sumatera Utara


Serat kaca mempunyai beberapa bentuk yaitu bentuk batang, anyaman, dan

potongan kecil.10,11

a. Batang

Serat kaca berbentuk batang terbuat dari serta kaca continuous unidirectional

yang terdiri dari 1000-200000 serabut serat kaca. Diameternya berkisar 3 – 25 μm.23

Vallitu (1996) menyatakan, serat kaca bentuk batang yang ditambahkan ke dalam

resin akrilik polimerisasi panas dapat menyebabkan perubahan dimensi yang

signifikan.24

b. Anyaman

Serat kaca bentuk anyaman memiliki ukuran yang bervariasi sehingga sesuai

sebagai bahan penguat.9 Serat kaca bentuk anyaman memiliki ketebalan 0,005 mm

dan setelah dilebur dalam polimer ketebalannya menjadi 0,006 mm.25 Vallitu (1999)

serta Uzun dan Keyf (2001) melakukan penelitian terhadap resin akrilik yang

ditambahkan serat kaca bentuk anyaman, mereka menyimpulkan bahwa serat kaca

bentuk anyaman yang paling memperkuat resin akrilik swapolimerisasi dibandingkan

dengan serat kaca bentuk lain.9

c. Potongan Kecil

Serat kaca ini tahan terhadap suhu yang sangat tinggi, lembab dan mudah

dipoles. Serat kaca bentuk potongan ini memiliki kelebihan diantaranya kemudahan

penggunaannya di klinik. Hal ini disebabkan proses pencampuran antara serat kaca

dan resin yang lebih sederhana serta ukuran serat yang kecil memudahkan untuk

dimanipulasi dan dimasukkan ke dalam adonan resin akrilik.10

Universitas Sumatera Utara


2.4 Warna pada Basis Gigitiruan

Basis gigitiruan memiliki stabilitas warna, dimana stabilitas warna merupakan

kemampuan lapisan permukaan atau zat warna untuk menolak degradasi karena

kontak lingkungan.12 Stabilitas warna merupakan salah satu sifat bahan restorasi yang

sangat penting. Suatu basis gigitiruan idealnya harus memiliki warna yang mendekati

warna alami jaringan lunak rongga mulut.2

2.4.1 Alat Pengukur Warna

Alat-alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dan panjang

gelombang cahaya diantaranya adalah colorimeter, spectrophotometer, dan

photometer.12 Colorimeter adalah alat yang sensitif terhadap cahaya yang digunakan

dalam colorimetry untuk mengukur intensitas warna dari suatu benda atau warna

sampel dalam kaitannya dengan komponen merah, biru, dan hijau.26

Spectrophotometer terdiri dari 2 jenis pencahayaan yaitu UV spectrophotometer dan

IR spectrophotometer yang mana UV spectrophotometer menggunakan cahaya ultra

violet dan IR spectrophotometer menggunakan cahaya infrared.27 Pada penelitian ini

digunakan alat UV-Visible Spectrophotometer.

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Warna

Menurut Crispin dan Caputo, perubahan warna dapat disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu:28

a. Pencemaran bahan pada waktu proses pembuatan bahan atau

pengolahannya.

Universitas Sumatera Utara


b. Kemampuan penyerapan (permeabilitas) cairan pada bahan. Proses absorpsi

dan adsorpsi cairan tergantung pada keadaan lingkungannya.

c. Akibat reaksi kimia di dalam bahan itu sendiri dan berbagai teknik

pengolahan yang mengakibatkan terjadinya porositas pada permukaannya sehingga

memudahkan penumpukan kotoran.

d. Lingkungan sekitar tempat gigitiruan di dalam mulut yang kurang baik.

Kebiasaan makan dan minum sesuatu yang banyak mengandung zat warna dan

minuman tersebut.

Menurut Annusavice, perubahan warna yang terjadi pada resin dapat

bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah ukuran sampel,

mikroporositas sampel dan lamanya kontak antara bahan. Semakin luas ukuran

sampel maka semakin besar perubahan fisik pada bahan tersebut dapat terjadi.

Mikroporositas menentukan terjadinya penempelan partikel warna daerah yang

poreus. Semakin banyak porositas maka akumulasi dari zat warna yang terabsorbsi

melalui proses difusi juga akan semakin banyak. 27 Lama kontak antara bahan resin

dan zat berwarna mempengaruhi perubahan warna, hal ini karena semakin lama

bahan resin direndam maka semakin besar perubahan warna yang terjadi.12,27

Selain itu, warna dan kekasaran permukaan mempunyai hubungan yang erat

antara satu sama lain. Ini karena kekasaran permukaan akan mempengaruhi retensi

plak dan akumulasi stain pada bahan restorasi. Makin kasar sesuatu permukaan maka

makin mudah akumulasi stain dan akhirnya menyebabkan perubahan warna pada

bahan restorasi.28

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai