TINJAUAN PUSTAKA
Pada tahun 1937, resin akrilik terutama poli (metil metakrilat) atau PMMA
akrilik memiliki sifat yang menguntungkan yaitu estetis, warna dan tekstur mirip
dengan gingiva sehingga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan
Resin telah luas digunakan sebagai pembuat basis gigitiruan; restorasi gigi
(resin komposit); peralatan ortodonsia dan pedodonsia; mahkota dan jembatan (resin
akrilik atau resin komposit); protesa maksilofasial, dai lepasan, pelindung mulut
Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam
rumus strukturnya.
H CH3
C = C
H C=O
CH3
kelompok adalah turunan asam akrilik, CH2=CHCOOH, dan kelompok lain dari asam
metakrilik CH2=C(VH3)COOH.2,16
panas, polimerisasi sinar dan swapolimerisasi. Resin akrilik polimerisasi panas adalah
resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut
dengan menggunakan perendaman air di dalam waterbath, jenis resin akrilik panas
lain menggunakan proses polimerisasi dengan oven gelombang mikro. Resin akrilik
polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang terlihat oleh
mata. Resin akrilik swapolimerisasi adalah resin akrilik yang menggunakan energi
bebas. Radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil proses ini akan mengawali
polimerisasi.2,16
2.2.1 Komposisi
Sebagian besar resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk
dan cairan.1,2,16,17 Bubuknya dapat transparan, sewarna gigi, atau berwarna pink untuk
agar dapat menyerupai pembuluh darah. Cairannya tersedia dalam botol kecoklatan
cadmium sulfit sebagai zat pigmen yang tercampur di dalam partikel polimer,1,18 dan
(reaksi).2,18
2.2.3 Manipulasi
monomer biasanya 3:1 berdasarkan volumenya atau 2:1 berdasarkan berat. Bahan
2. Tahap kedua : tahap lengket berserat (tacky fibrous) selama polimer larut
3. Tahap ketiga: tahap lembut, seperti adonan, sesuai untuk diisi ke dalam
ditempatkan, di bawah tekanan, dalam waterbath dengan waktu dan suhu terkontrol
untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Umumnya resin akrilik
dengan suhu konstan pada 700C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan perebusan
mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang cukup
kuvet dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah fraktur atau
dihaluskan dengan menggunakan kertas pasir dari kasar sampai halus. Proses akhir
1. Pengerutan polimerisasi
yang ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6-7% sesuai dengan nilai yang
2. Perubahan dimensi
bagus. Proses pengerutan akan diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan oleh
disebabkan oleh penyerapan air adalah hampir sama dengan pengerutan termal yang
3. Konduktivitas termal
baik panas disalurkan melalui suatu bahan. Basis resin mempunyai konduktivitas
4. Solubilitas
Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah
kecil monomer dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang
Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan
dalam jangka waktu tertentu.4 Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika
ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek
yang nyata pada sifat mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air
sebesar 0,69 mg/cm2. Umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah
difusi. Difusi adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan
ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai
jenuh dengan air. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa penyerapan air yang
6. Porositas
sifat fisik, estetika dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada
bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan
monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai
temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas juga
dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara komponen polimer dan
yang homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat, proses
pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke mould yang
tepat.2
7. Stabilitas Warna
Yulin Lai dkk (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari
nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik, dan menemukan bahwa resin akrilik
2.3 Penguat
Sebagian besar resin akrilik yang digunakan adalah dalam bentuk yang tidak
dimodifikasi. Namun, beberapa tahun belakangan ini produk resin akrilik ini telah
dengan modifikasi secara kimia, penambahan penguat logam dan penambahan serat
2.3.1 Kimia
kekuatan impak sehingga sering disebut resin akrilik high impact. Sebagai hasil dari
penggabungan dengan rubber, modifikasi ini juga dapat menurunkan absorpsi air
elastisitas yang berlebihan sehingga menjadi terlalu fleksibel dan harganya yang lebih
dilaporkan untuk mempengaruhi daya tahan resin akrilik terhadap fraktur. Beberapa
bentuk logam yang dapat ditambahkan antara lain bentuk kawat, batang, lembaran
dan pelat. Sifat penguatan oleh logam dipengaruhi oleh ketebalan dan posisinya pada
resin.6
polimer telah dilakukan. Penambahan serat telah diakui dapat meningkatkan sifat
mekanis resin akrilik terutama untuk memperkuat basis gigitiruan resin akrilik,
namun penggunaannya belum umum di kedokteran gigi.20 Beberapa serat yang dapat
ditambahkan ke dalam basis gigitiruan antara lain serat karbon, serat aramid, serat
2.3.3.1 Karbon
dihindari.10,11 Kelemahan penambahan dengan serat ini adalah sulit dipoles dan
2.3.3.2 Aramid
ini dan dapat meningkatkan daya tahan terhadap fraktur basis gigitiruan resin
kuning sehingga tidak estetis. Serat ini juga menyebabkan permukaan yang kasar
2.3.3.3 Polietilen
Serat polietilen memiliki sifat yang sangat baik untuk ditambahkan ke dalam
basis gigitiruan resin akrilik karena pemakaiannya dapat memperkuat kekuatan impak
serta terjadinya proses adhesi yang baik antara polimer dan serat. Serat ini juga
2.3.3.4 Kaca
2.3.3.4.1 Pengertian
Serat kaca ditambahkan untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik resin
akrilik resin akrilik. Serat kaca merupakan material yang terbuat dari serabut yang
sangat halus dari kaca. Serat kaca dapat beradhesi dengan matriks polimer di dalam
resin akrilik sehingga memiliki kekuatan yang ikatan yang baik dengan resin akrilik,
oleh karena itu serat kaca menjadi pilihan untuk ditambahkan ke dalam resin akrilik
2.3.3.4.2 Komposisi
Komposisi serat kaca antara lain mengandung 52-56% SiO2, 16-25% CaO,
12-16% Al2O3, 0-5% MgO, 5-10% B2O3, 0-1,5% TiO2, 0-2% Na2O, 0-0,8% Fe2O3, 0-
1,0% F2.22
2.3.3.4.3 Bentuk
potongan kecil.10,11
a. Batang
Serat kaca berbentuk batang terbuat dari serta kaca continuous unidirectional
yang terdiri dari 1000-200000 serabut serat kaca. Diameternya berkisar 3 – 25 μm.23
Vallitu (1996) menyatakan, serat kaca bentuk batang yang ditambahkan ke dalam
signifikan.24
b. Anyaman
Serat kaca bentuk anyaman memiliki ukuran yang bervariasi sehingga sesuai
sebagai bahan penguat.9 Serat kaca bentuk anyaman memiliki ketebalan 0,005 mm
dan setelah dilebur dalam polimer ketebalannya menjadi 0,006 mm.25 Vallitu (1999)
serta Uzun dan Keyf (2001) melakukan penelitian terhadap resin akrilik yang
ditambahkan serat kaca bentuk anyaman, mereka menyimpulkan bahwa serat kaca
c. Potongan Kecil
Serat kaca ini tahan terhadap suhu yang sangat tinggi, lembab dan mudah
dipoles. Serat kaca bentuk potongan ini memiliki kelebihan diantaranya kemudahan
penggunaannya di klinik. Hal ini disebabkan proses pencampuran antara serat kaca
dan resin yang lebih sederhana serta ukuran serat yang kecil memudahkan untuk
kemampuan lapisan permukaan atau zat warna untuk menolak degradasi karena
kontak lingkungan.12 Stabilitas warna merupakan salah satu sifat bahan restorasi yang
sangat penting. Suatu basis gigitiruan idealnya harus memiliki warna yang mendekati
photometer.12 Colorimeter adalah alat yang sensitif terhadap cahaya yang digunakan
dalam colorimetry untuk mengukur intensitas warna dari suatu benda atau warna
pengolahannya.
c. Akibat reaksi kimia di dalam bahan itu sendiri dan berbagai teknik
Kebiasaan makan dan minum sesuatu yang banyak mengandung zat warna dan
minuman tersebut.
bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah ukuran sampel,
mikroporositas sampel dan lamanya kontak antara bahan. Semakin luas ukuran
sampel maka semakin besar perubahan fisik pada bahan tersebut dapat terjadi.
poreus. Semakin banyak porositas maka akumulasi dari zat warna yang terabsorbsi
melalui proses difusi juga akan semakin banyak. 27 Lama kontak antara bahan resin
dan zat berwarna mempengaruhi perubahan warna, hal ini karena semakin lama
bahan resin direndam maka semakin besar perubahan warna yang terjadi.12,27
Selain itu, warna dan kekasaran permukaan mempunyai hubungan yang erat
antara satu sama lain. Ini karena kekasaran permukaan akan mempengaruhi retensi
plak dan akumulasi stain pada bahan restorasi. Makin kasar sesuatu permukaan maka
makin mudah akumulasi stain dan akhirnya menyebabkan perubahan warna pada
bahan restorasi.28