Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NAMA : Nasya Syawala Dehan


KELAS : 9’1
NOMER ABSEN : 26
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayahny, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul . Penulis mengharapkan kritik
dan saran dari guru, siswa dan pembaca agar bisa merevisi makalah ini. Penulis menyadari
bahwa penulis telah bekerja keras untuk menyusun makalah ini, namun tidak ada akan menjadi
lebih baik mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
menyelesaikan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca dikemudian hari.
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

HAJI DAN UMRAH.........................................................................................................................


A. Pengertian Haji dan Umroh.......................................................................................................1
B. Tujuan, Dasar Hukum dan Hubungan Haji dan Umroh............................................................1
C. Syarat, Wajib, Rukun, Wajib dan Sunnah Haji Umroh......................................................1
PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA..............................................................................
A. Proses Masuk..........................................................................................................................2
B. Nusantara dan Jalur Perdagangan..............................................................................................2
OPTIMIS IKHTIAR DAN TAWAKAL........................................................................................4
A. S.................................................................................................................................................5
B......................................................................................................................................................7
C .....................................................................................................................................................8
HAJI DAN UMRAH

A. Pengertian Haji dan Umroh


Haji menurut lughah atau arti bahasa (etimologi) adalah “al-qashdu” atau “menyengaja”.
Sedangkan arti haji dilihat dari segi istilah (terminology) berarti bersengaja mendatangi Baitullah
(ka’bah) untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan
pada waktu tertentu pula, menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh syara’, semata-mata
mencari ridho Allah.
Adapun umrah menurut bahasa bermakna ziarah. Sedangkan menurut syara’ umrah ialah
menziarahi ka’bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersa’yu antara Shafa dan Marwah dan
mencukur atau menggunting rambut.

B. Tujuan, Dasar Hukum dan Hubungan Haji dan Umroh


1. Tujuan Pelaksanaan Haji dan Umroh
QS. Al-Baqarah : 189
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan tsabit. Katakanlah: "Bulan tsabit itu adalah
tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang
bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah
agar kamu beruntung”.

2. Dasar Hukum Pelaksanaan Haji dan Umroh


Mengenai hukum ibadah haji, asal hukumnya adalah wajib ‘ain bagi yang mampu.
Melaksanakan haji wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila kita “nazar” yaitu
seorang yang bernazar untuk haji, maka wajib melaksanakannya, kemudian untuk haji sunat,
yaitu dikerjakan pada kesempatan selanjutnya, setelah pernah menunaikan haji wajib.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu
untuk mengerjakan. Jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari’atkan ibadah haji

1
tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke sembilan
hijrah.

a. Al-Qur’an
Artinya : “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam
Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. b. Al-
Hadits
“Dari ibnu Abbas, telah berkata Nabi SAW : Hendaklah kamu bersegera
mengerjakan haji, maka sesungguhnya seseorang tidak akan menyadari sesuatu
halangan yang akan merintanginya”.

D. Syarat-syarat Wajib, Rukun, Wajib dan Sunnah Haji Umroh


1. Syarat-syarat wajib haji dn Umroh
Orang-orang yang berkewajiban menjalankan haji dan Umroh itu hanyalah yang memenuhi
syarat-syarat yang tersebut tersebut di bawah ini:
a. Islam
b. Berakal
c. Baligh
d. Merdeka
e. Mampu (kuasa)
2. Rukun haji ada enam perkara:
a) Ihram : Berpakaian ihram dan niat ihram haji
b) Wukuf : Berdiam di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah
c) Thawaf : Thawaf haji,yang disebut Thawaf Ifadlaah
d) Sa’yi : Berjalan atau lari kecil antara bukit Shofa dan Marwah
e) Tahallul : Membuka ihram dengan cara menggunting rambut sedikitnya 3 helai f) Tertib.

2
3. Wajib Haji
a. Ihram harus dari batas-batas tempat dan waktu yang telah ditentukan. Batas-batas tempat
dan waktu itu dinamakan “Miqaat”.
b. Bermalam di Muzdalifah,yakni sepulangnya dari Arafah ke Mina.
c. Bermalam di Mina selama 3 atau 2 malam pada Hari Tasyriq.
d. Melontar Jumrah ‘Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah dan melontar Jumrah ketiga-tiganya
pada hari-hari Tasyriq.
e. Meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan (terlarang), karena ihram.
4. Sunnah Haji
a) Mandi untuk ihram.
b) Shalat sunnah ihram 2 raka’at.
c) Thawaf qudum, yaitu thawaf karena datang di Tanah Haram.
d) Membaca Talbiyah.
e) Bermalam di Mina pada tanggal 9 Dzulhijjah.
f) Bermalam di Arafah pada siang dan malam.
g) Berhenti di Masy’aril Haram pada hari Nahar (10 Dzulhijjah)
h) Berpakaian ihram yang serba putih.
5. Rukun dan Wajib Umroh
a. Ihram dengan niatnya.
b. Thawaf.
c. Sa’yi.
d. Tahallul.
e. Tertib.
Adapun wajib umrah ada dua perkara yaitu:
a. Ihram dari Miqaat.
b. Meninggalkan hal-hal yang diharamkan karena ihram.

3
4
PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

A.Proses Masuk

Proses masuknya Islam di wilayah Nusantara tidak lepas dari kegiatan


perdagangan. Kepulauan Nusantara yang terkenal berbagai hasil buminya,
menjadi daya tarik bagi para pedagang dari berbagai bangsa. Anara lain Cina,
India,Arab, Persia. Mereka berdatangan ke Kepulauan Nusantara untuk
berdagang. Kedatangan mereka melalui Selat Malaka yang lambat laun tumbuh
dan berkembang sebagai salah satu jalur perdagangan internasional2
. Melalui
Selat Malaka para pedagang mengunjungi pusat-pusat perdagangan, antara lain
di Pulau Jawa, misalnya Jepara, tuban, Gresik.Dari sana pelayaran dilanjutkan
seperti ke Banjarmasin,Goa,Ambon, dan Ternate yang dikenal sebagai pusat
penghasil rempah-rempah..

Makalah disampaikan dalam Pembekalan (couching) Penelitian Sejarah


Perkembangan agama dan Lektur Keagamaan, 28 April 2005, diselenggarkan oleh
Puslitbang
Lektur Keagamaan (tahun anggaran 2005), Balitbang Depag,RI.

Sejak awal abad masehi (yang masih pada fase peralihan dan zaman pra
sejarah akhir di wilayah Nusantara) telah ada rute-rute pelayaran danerdagangan
antar pulau atau antara daerah. Barang perdagagan yang popular ialah “Nekara
Perunggu”. Nekara perunggu berasal dari daerah Dongson, kini termasuk dalam
wilayah Negara Vietnam. Nekara sebagai barang perdaganan memiliki jangkauan
yang
cukup luas dan merata ke seluruh Nusantara, tidak saja di bagian barat tetapi sampai
jauh menjangkau wilayah Maluku, dan NTT.
Melalui hubungan dagang itulah, pedagang Persia,Arab, Gujarat yang
telah memeluk agama Islam dapat memperkenalkan agama dan budaya Islam
kepada penduduk Nusantara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
masuknya Islam di Nusantara berlangsung secara damaimelalui hubungan
perdagangan. Hanya saja persoalan “kapan” agama Islam mula pertama
diperkenalkan belum dapat diketahui secara pasti. Hal ini sangat berkaitan
antara lain soal keletakan setiap wilayah secara geografis. Misalnya, Selat
Melaka,sudah dikenal sebagai jalur pelayaran dan perdagangan sejak
berkembangnya Kerajaan Sriwijaya. Hal ini dapat dipastikan karena sejak abad
ke-8 M, sudah banyak pedagang Muslim yang sudah berdatangan di Malaka
dan Sriwijaya. Mereka menyebut Sriwijaya dengan sebutan Sribuza, Zabay,
Zabag. Sesudah Srwiajaya lemah, banyak Bandar melepaskan diri. Tindakan ini
mengisyaratkan bahwa kedudukan Bandar-bandar para pedagang Muslim itu
sudah kuat, sehingga dalam Negara baru banyak pedagang Muslim yang
mendapat tempat dan kedudukan. Mereka itu menjadi penguasa di Bandar itu.
Salah satu contoh ialah Negara Samudera Pasai3
dari abad ke-13 M. Menurut
Hikajat Radja-Radja Pasai da Sedjarah Melayu, antara lain menyebutkan bahwa
Sultan Malik ash-Sholeh sebagai penguasa pertama Kerajaan Samudera Pasai4
,
ia wafat sebagaimana tertulis pada batu nisannya, Ramadhan 696 H/1297 M. Di
Barus, telah ditemukan makam seorang wanita bernama Tuhar Amisuri, wafat
pada 10 Shofar 602 H5
, yan berarti 96 tahun lebih tua dari makam Malik ashSholeh. Bukti ini telah
memperkuat pendapat bahwa di Barus sejak permulaan
ke-13 M, sudah ada pemukiman masyarakat Muslim.

B. Nusantara dan beberapa jalur perdagangan

Dari daerah pantai selatan Cina kapal-kapal dagang melalui Laut cina
Selatan, Selat Malaka, Teluk Benggala, ke India. DariIndia dapat ditempuh dua
jalan, yaitu melalui laut atau darat. Jalan laut, yaitu laut Arab, Laut Merah,
Terusan Suez (Mesir),Laut Tengah, Asia Kecil (Turki).

Ramainya jalan laut melalui Selat Malaka berarti juga melalui


perairanNusantara, terutama Sumatera, Kalimantan, Riau Kepulauan.
Akibatnya, melalui bentangan jalur-jalur laut tersebut, wilayah Nusantara
terlibat perdagangan internasional. Dalam kaitannya dengan penyebaran
wilayah pengaruh Islam, umumnya mengikuti jalur dan arus pelayaran
perdagangan di sepanjang pantai. Dengan kata lain, Islam menyebar ke wilayah
Nusantara melalui jalan perdagangan laut dan komunitas-komunitas Muslim
mulai berkembang di kota-kota pelabuhan. Maka tidak mengherankan kalau
pusat-pusat kekuasaanIslam juga bermua dibangun di kota-kota pelabuhan.
Sehubungan dengan itu, pemakalah akan mengutarakan :
a. Perkembangan Wilayah Pengaruh Islam di Nusantara
Proses perkembangan wilayah pengaruh Islam Nusantara dapat dilakukan
antara lain melalui beberapa jalur, sebagai berikut :

1) Jalur perdagangan
Para pedagang Muslim dari Arab, Gujarat, Persia yang berdatangan di wilayah
Nusantara umumnya tinggal selama berbulan-bulan di pusat-pusat
perdagangan. Sambil menunggu angina musim yang baik untuk berlayar
kembali ke Negara asal,kesempatan itu dimanfaatkan untuk mengadakan
transaksi dengan para pedagang setempat.
2). Jalur Dakwah
Kehadiran makam Muslim di Trowulan sebagaimana tersebut dalam angkaangka
tahun wafat di atas, telah menarik perhatian tentang kemungkinan
adanya masyarakat Muslim di dekat pusat kekuasaan Kerajaan
Majapahit.Pusat-pusat perdagangan di pesisir Utara Jawa, yakni Gresik, Jepara,
Cirebon, Banten, sejak akhir abad ke-15 M dan permulaan abad ke 16 M telah
menunjukkan kegiatan keagamaan oleh para wali di Jawa, hingga kemudian
lahirnya kerajaan Islam Demak. Sejak itu, erkembangan wilayah pengaruh Islam
di Jawa telah dapat berperan secara politik.

3) Jalur Perkawinan
Semakin berkembangnya perdagangan, semakin banyak pula para pedagang
Islam dari Persia , Arab, Gujarat yang datang ke Nusantara, bahkan banyak di
antara mereka yang kemudian menetap di berbagai wilayah Nusantara

4). Jalur Kesenian


Penyebaran agama Islam dengan menggunakan sarana kesenian,
disesuaikan denagan kondisi pada masanya. Saat itu kebudayaan pra Islam (pra
Sejarah, klasik) masih sangat kuat dan menyebabkan para mubaligh
memanfaatkan kesenian sebagai sarana syiar agama. Misalnya, di Jawa
menggunakan wayang kulit, gamelan, dan sebagainya.
Melalui jalur-jalur di atas setidaknya proses perluasan wilayah Muslim
di Nusantara mengalami perkembagan, hingga kemudian Islam sebagai agama
sebagai mayoritas panutan bagi masyarakat di wilayah budaya Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai