Anda di halaman 1dari 9

PERNIKAHAN DINI DI LERENG MERAPI DAN SUMBING

Muhammad Julijanto
Fakultas Syariah IAIN Surakarta
email: mjulijanto@iain-surakarta.ac.id

Abstract
This article discusses about the practice of early marriage in Selo district of Boyolali and Kaliangkrik
district of Magelang. Based on empirical research, this article argues that many people practiced early
marriage in these both districts. Family tradition and out of wedlock pregnancy were two main reasons
behind the practice. Some efforts are being made to improve the quality of life of people in Selo Boyolali and
Kaliangkrik Magelang such as building family quality, promoting early marriage prevention, increasing
the role of community education, marriage law counseling, training and improving community skills. The
involvement of community leaders in these efforts is very influential. This is indicated by the issuance
of circular letters preventing early marriage. The result is the decrease of early marriage practice in Selo
and Kaliangkrik.
Artikel ini membahas tentang praktik pernikahan dini yang banyak terjadi di Kecamatan Selo
Boyolali dan Kecamatan Kaliangkrik Magelang. Hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa
terdapat dua faktor penting yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini di dua kecamatan
tersebut, yaitu tradisi/kebiasaan turun temurun keluarga dan hamil di luar nikah. Untuk
menurunkan angka pernikahan dini ini, beberapa usaha telah dilakukan oleh pemerintah
setempat seperti membangun kualitas keluarga, pencegahan pernikahan dini, peningkatan
kualitas pendidikan, bimbingan pernikahan, dan peningkatan ketrampilan. Dalam usaha
ini, pemimpin lokal mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi penurunan praktik
pernikahan dini. Ini diindikasikan dengan dikeluarkannya surat edaran pelarangan nikah dini
oleh KUA setempat. Surat edaran ini mampu memenurunkan angka pernikahan dini yang ada
di dua kecamatan tersebut .

Kata Kunci: Pernikahan Dini, Budaya, Peran Tokoh Masyarakat

A. Pendahuluan 18 orang, usia 17 tahun sebanyak 30 orang,


Fenomena pernikahan dini masih ada usia 18 tahun sebanyak 34 orang, usia 19
dalam masyarakat. Kajian Taufiq Hanafi tahun sebanyak 29 orang. Pada tahun 2016
menunjukkan upaya pencegahan pernikahan data pernikahan dini menunjukkan pada
dini dilakukan, namun fenomenanya masih usia 15 tahun sebanyak 2 orang, usia 16 tahun
tetap ada. 1 Seperti fenomena di Lereng sebanyak 29 orang, usia 17 tahun sebanyak 55
Gunung Sumbing Kecamatan Kaliangkrik orang, usia 18 tahun sebanyak 62 orang, dan
Kabupaten Magelang menunjukkan data usia 19 tahun ada 47 orang. Tahun 2017 data
pernikahan usia di bawah 20 tahun di Kantor sampai bulan September 2017 adalah usia
Urusan Agama Kaliangkrik yang cukup 16 tahun sebanyak 18 orang, usia 17 tahun
tinggi. tahun 2014 usia 15 tahun ada 2 orang, sebanyak 30 orang, usia 18 tahun sebanyak
usia 16 tahun 29 orang, usia 17 tahun 55 orang, 34 orang, usia 19 tahun sebanyak 29 orang.
usia 18 tahun 62 orang, usia 19 tahun 47 orang. Fenomena serupa juga terjadi di Kecamatan
Sedangkan tahun 2015 data menujukkan Selo Boyolali. Meskipun terjadi penurunan
pernikahan usia dini, usia 16 tahun sebanyak jumlah pernikahan dini di Kecamatan Selo,

1
Taufiq Hanafi, ‘Pencegahan Tradisi Nikah Muda Sebagai Upaya Perlindungan Anak dan Perempuan Studi
Kasus di Kecamatan Selo Boyolali’, Skripsi (Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2018).
Al-Aḥwāl, Vol. 13, No. 1, Tahun 2020 M/1441 H 1
Pernikahan Dini di Lereng Merapi dan Sumbing

tetapi Selo menjadi penyumbang angka anak”. Terdapat pula sejumlah karya yang
pernikahan dini tertinggi di Boyolali. 2 membahas tentang upaya pencegahan
Artikel ini membahas tentang pernikahan dini. 9Dalam konteks lanskap
pernikahan dini di Kecamatan Kaliangkrik riset yang telah ada ini, artikel ini merupakan
Magelang Jawa Tengah yang berlokasi di kelanjutan dari artikel yang membahas
lereng Gunung Sumbing dan Kecamatan Selo tentang penyebab pernikahan dini dan upaya
Kabupaten Boyolali Jawa tengah yang ada di untuk menurunkan praktik perkawinan
lereng Gunung Merapi dengan fokus kajian anak. Hanya saja, penyebab yang kompleks,
apa yang menjadi alasan praktik pernikahan mulai dari pendidikan, perekonomian,
dini di kedua kecamatan tersebut? Apa dan kebiasaan keluarga sebagai penyebab
yang dilakukan pemerintah setempat untuk terjadinya praktik pernikahan dini di Lereng
menurunkan angka pernikahan dini? Sumbing dan Merapi menjadi daya tarik
Beberapa studi tentang praktik untuk didiskusikan lebih lanjut.
pernikahan dini telah membahas berbagai sisi Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
pernikahan dini. Karya akademik berkaitan dengan pendekatan sosiologis. Pengumpulan
dengan pernikahan dini banyak melihatnya data berdasarkan pada pengungkapan
dari sisi normatif, baik dari segi hukum data-data yang telah dieksplorasikan atau
Islam ataupun hukum positif. Selain itu, diungkapkan oleh responden, dan data yang
beberapa karya tentang praktik pernikahan disampaikan dalam bentuk kata verbal.
dini yang ada berfokus pada penyebab Pembahasan diawali dengan deskripsi
pernikahan dini seperti riset Tim Kemenag,3 tentang lokasi penelitian secara geografis dan
Siti Yuli Astuti,4 dan pengaruh pernikahan sosiologis dengan fokus pada karakteristik
dini terhadap kehidupan keluarga seperti masyarakat di dua lokasi tersebut sebagai
tulisan Ummu Sumbulah dan Faridatul masyarakat agraris dengan corak keagamaan
Jannah, 5 Agus Mahfudin dan Khoirul tradisional. Kajian selanjutnya membincang
Waqi’ah,6 dan beberapa karya lain.7 Terdapat tentang praktik pernikahan dini di Kaliangkrik
pula buku hasil suntingan Mies Grijns dan dan Selo beserta penyebabnya, serta
kawan kawan. 8 Karya ini bukan hanya telah upaya tokoh masyarakat dalam mengatasi
membahas tentang penyebab pernikahan dini, pernikahan dini.
tetapi juga tentang kehidupan “pengantin

2
Tahun 2013 terdapat 198 pasangan suami istri, turun menjadi 133 pada tahun 2014, dan menjadi 120 pasang
pada tahun 2015 dan turun menjadi 101 pasang suami isteri pada tahun 2016. Lihat Fidya Rumiati and K.M.
Yuli Kusumawati, ‘Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif
Pada Pasangan Menikah Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Selo Boyolali Tahun 2017’, Skripsi (Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017).
3
Tim Kemenag, Menelusuri Makna dibalik Fenomena Perkawinan dibawah Umur dan Perkwinan tidak Tercatat
(Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2013).
4
Siti Yuli Astuty, ‘Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perkawinan Usia Muda Dikalangan Remaja di Desa
Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang’, Welfare State, vol. 2, no. 1 (2011), hlm. 1–10.
5
Umi Sumbulah Faridatul Jannah, ‘Pernikahan Dini Dan Iimplikasinya Terhadap Kehidupan Keluarga Pada
Masyarakat Madura (Perspektif Hukum Dan Gender)’, Egalita Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender, vol. VII,
no. 1 (2012), hlm. 83-101.
6
Agus Mahfudin and Khoirotul Waqi’ah, ‘Pernikahan Dini dan Pengaruhnya terhadap Keluarga di Kabupaten
Sumenep Jawa Timur’, Jurnal Hukum Keluarga Islam, vol. 1, no. 1 (2016), hlm. 33-49.
7
Irne W. Desiyanti, ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan Terhadap Pernikahan Dini Pada Pasangan Usia Subur
di Kecamatan Mapanget Kota Manado’, JIKMU, vol. 5, no. 3 (2015), hlm. 270–80; Lihat Wulanuari et al.,
‘Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini pada Wanita’, Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia,
vol. 5, no. 1 (2017), hlm. 68–75.
8
Mies Grijns, Menikah Muda di Indonesia: Suara, Hukum, dan Praktik, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2018.
9
Bernadeta Verawati Masruroh, ‘Peran Sekolah dalam Upaya Menurunkan Pernikahan Dini’, Prosiding Seminar
Nasional Multidisiplin Ilmu, vol. 1, no. 2 (2019), hlm. 410–20; Ayu Fitriani, Optimalisasi Peran PIK-R IPKA Desa
Nyatnyono dalam Upaya Penurunan Angka Pernikahan Dini, vol. Scientific Committee, 75th edition (2019); Ade
Millatussa’adiyyah and Susilawati Susilawati, ‘Upaya Menurunkan Tingkat Perkawinan Dibawah Umur
terhadap Hak Pendidikan Formal Anak’, Ajudikasi : Jurnal Ilmu Hukum, vol. 3, no. 2 (2019), hlm. 107–20.

2 Al-Aḥwāl, Vol. 13, No. 1, Tahun 2020 M/1441 H


Muhammad Julijanto

B. Potret Selo di Lereng Merapi dan tanaman hortikultura (sayuran) dan tanaman
Kaliangkrik di Lereng Sumbing perkebunan terutama tembakau. Tanah di
Lereng Gunung Merapi meliputi Kecamatan Selo merupakan tanah kering
beberapa kabupaten dan dua provinsi, yaitu dengan jenis tanah litosol coklat dan andosol
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta coklat. Seperti kebanyakan daerah-daerah
(DIY), sebelah selatan Merapi masuk wilayah lereng gunung di Indonesia lainnya, di
DIY sedangkan sisi utara dan barat dan Kecamatan Selo terdapat beberapa hektar
timur masuk wilayah Jawa Tengah; seperti hutan Negara tepatnya 1.350,6 Ha.
Kabupaten Klaten untuk wilayah timur dan Ketinggian Kecamatan Selo dari
sebagian selain, Kabupaten Magelang untuk permukaan air laut antara 1,200 – 1,500 m
sisi Utara, Kabupaten Boyolali sisi Timur diatas permukaan air laut. Curah hujan
dan Utara Gunung Merapi. Terutama daerah di Kecamatan ini tergolong cukup tinggi
Kecamatan Selo. yaitu 3842.5.11 Adapun desa yang tingkat
Kecamatan Selo merupakan salah satu pernikahan dini paling banyak desa Jrakah
dari 19 wilayah kecamatan di Kabupaten berdasarkan penuturan Kepala KUA Selo
Boyolali. Kecamatan Selo mempunyai 10 Muslih.12 Kecamatan Selo Dalam Angka Selo
desa yang tersebar di sisi. sebelah timur 2017.
dan utara lereng gunung merapi. Wilayah Sementara itu, Kecamatan Kaliangkrik
Kecamatan Selo dibatasi Sebelah Utara berada di wilayah Kabupaten Magelang
dengan Kabupaten Magelang dan Kecamatan tepatnya sebelah utara yang berbatasan
Ampel. Sebelah Selatan berbatasan dengan dengan Kecamatan Windusari, sebelah timur
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. berbatasan dengan Kecamatan Bandongan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten dan sebelah selatan bertabatasan dengan
Magelang. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kajoran. Kemacatan Kaliangkrik
Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Ampel. mempunyai 20 desa, antara lain; Desa
Wilayah Selo dilewati jalur alternatif Temanggung, Desa Ngawonggo, Desa
Solo-Selo-Borobudur (SSB) merupakan Kaliangkrik, Desa Girirejo, Desa Ketangi,
jalur alternatif Boyolali-Magelang yang Desa Balekerto, Desa Bumirejo, Desa Beseran,
menjadi tempat favorit bagi para pemudik Desa Giriwarno, Desa Maduretno, Desa
menghabiskan waktu liburan. Di kecamatan Banjarejo, Desa Selomoyo, Desa Ngedrokilo,
Selo, warga yang datang dari luar kota Desa Manggarsari, Desa Ngargosoko, Desa
Kabupaten Susu (baca Boyolali) bisa memilih Pangerengan, Desa Mangli, Desa Kebonlegi,
aneka wisata alam yang memikat, mulai dari Desa Adipuro. Jumlah penduduk Kecamatan
belajar cara bercocok tanam di Tretes Taman Kaliangkrik berdasarkan sumber data BPS
Tani, hingga menikmati pemandangan dari Kabupaten Magelang total 55 233 jiwa yang
ketinggian Gancik Hill Top.10 terdiri dari laki-laki sebanyak 27 859 jiwa
Akses menuju Selo bisa melalui Boyolali dan perempuan 27 154 jiwa. Dimana jumlah
kota, Kecamatan Cepogo dan baru sampai rumah tangga 14 067.13
Kecamatan Selo. Kecamatan Selo mempunyai Gambaran lokasi desa di Kecamatan
10 desa dan kelurahan, antara lain: Jeruk, Kaliangkrik dilihat dari ketinggian DPL antara
Senden, Tarubatang, Selo, Samiran, Lencoh, lain; lebih dari 700 (> 700) Desa Temanggung,
Jrakah, Suroteleng, Klakah dan Tlogolele. Desa Ngawonggo, Desa Kaliangkrik, Desa
Kecamatan Selo yang merupakan Giriwarno, Desa Maduretno, Desa Balerejo,
daerah lereng Gunung di antara Gunung Desa Selomoyon, Desa Ngedrokilo, Desa
Merapi dan Merbabu sangat cocok untuk munggangsari, Desa Ngargosoko, Desa
pengembangan usaha pertanian khususnya Pangarengan, Desa Mangli, Desa Kebonlegi,

10
‘Berkah Panen Buah Genit Tepat Pada Hari Raya’, Solopos (10 Jun 2019).
11
Tim BPS Kabupaten Boyolali, Kecamatan Selo Dalam Angka 2017 (Boyolali: BPS Kabupaten Boyolali, 2017),
hlm. viii.
12
Muslih (Kepala KUA Selo), ‘Pernikahan Dini di Selo’, interview (20 Jun 2019).
13
TIM BPS Kabupaten Magelang, Kecamatan Kaliangkrik Dalam Angkat Tahun 2017 (Magelang: BPS Kabupaten
Magelang, 2017), hlm. 20.
Al-Aḥwāl, Vol. 13, No. 1, Tahun 2020 M/1441 H 3
Pernikahan Dini di Lereng Merapi dan Sumbing

Desa Adipuro. Sedangkan desa dengan utama masyarakat lereng gunung. Pertanian
ketinggian DPL antara 501-700 antara lain; yang sumbur menjadi daya tarik sendiri
Desa Girirejo, Desa Ketangi, Desa Balekerto, bagi masyarakat untuk bekerja dan
Desa Bumirejo, Desa Banjarejo. Gambaran memenuhi kebutuhan hidupnya. Pertanian
geografis Lereng Sumbing, cakupan wilayah yang dijalankan secara turun temurun
yang berbukit dan lereng antara lain; diwariskan dari generasi kepada generasi
Desa Temanggung, Desa Ngawonggo, yang berikutnya. Mereka memperoleh
Desa Kaliangkrik, Desa Giriwarno, Desa pengetahuan tentang pertanian baik secara
Maduretno, Desa Balerejo, Desa Selomoyon, otodidak maupun mendapatkan penyuluhan
Desa Ngedrokilo, Desa munggangsari, Desa secara langsung dari kelompok tani yang ada
Ngargosoko, Desa Pangarengan, Desa Mangli, di wilayah tersebut, fungsi kelompok tani
Desa Kebonlegi, Desa Adipuro. Sedangkan sebagai organisasi dan penyalur aspirasi,
wilayah desa dengan kontur topografinya sekaligus memberikan fungsi edukasi yang
hamparan antara lain; Desa Girirejo, Desa baik tentang bagaimana mengelola lahan
Ketangi, Desa Balekerto, Desa Bumirejo, Desa hingga proses produksi dan pemasarannya.
Banjarejo. Bagaimana tersedianya bibit, pupuk,
dan pemasaran hasil produksi pertanian,
C. Karakteristik Masyarakat Lereng di sisi lain banyak dimensi sosial yang
Merapi dan Sumbing bisa dilakukan dengan adanya kelompok
Dataran tinggi atau dikenal dengan tani. Selain sebagai fungsi organisatoris
lereng gunung menyimpan begitu banyak
yang menjadi tempat bagi anggota
keindahan dan pesona yang luar biasa.
Banyak hasil pertanian yang subur, udara
untuk menyalurkan informasi penting
yang sejuk dan panorama pegunungan berkaitan dengan dunia pertanian,
yang indah dan elok dipandang mata, maupun aspek sosial keagamaan lain
menyejukkan, menawarkan keindahan yang bisa disosialisasikan, seperti halnya
dan pesona kearifan alam yang luar biasa, berkaitan dengan kehidupan sosial,
menyebabkan kehidupan sosial dan interaksi khususnya kehidupan rumah tangga,
sosial berlangsung dengan damai dan dengan tingginya angka pernikahan
harmoni. Kedamaian dan keasrian fenomena dini di lereng pegunungan. Musim panen
alamnya menyebabkan daya tarik sendiri seperti bulan Juli, Agutus, September adalah
pada masyarakat. musim nikah juga. Setelah panen tembakau
Masyarakat lereng gunung, baik mereka menikah. Dalam kondisi inilah,
Kaliangkrik dan Selo, mempunyai pola praktik pernikahan dini terjadi.
kehidupan sosial yang berbeda dengan Kehidupan sosial yang sudah
masyarakat pada umumnya. Siklus kehidupan nyaman dengan produksi pertanian
yang dimulai dari pukul 04.00 waktu subuh,
yang bisa diandalkan menyebabkan anak-
pukul 05.00 sudah berangkat ke ladang
di tengah udara yang menusuk pori-pori
anak yang mulai tumbuh, tidak segera
dibawah nol derajat. Sarapan pagi di sawah melanjutkan mengenyam pendidikan
atau ladang yang mereka miliki, menyongsong yang lebih tinggi, sebaliknya justru ada
teriknya matahari pagi pukul 06.00 dan mulai beberapa anak yang putus pendidikannya.
bekerja kembali pukul 08.00-12.00, waktu Selain itu, kenyamanan hidup sebagai
shalat dhuhur dan istirahat siang, kembali petani ini menjadikan para pemuda Selo
ke ladang pukul 14.00 hingga pukul 17.00. tidak mau merantau. Tidak perlu merantau
pukul 18.00 waktu istirahat sore berkumpul sudah mencukupi kehidupan di Selo.
bersama keluarga dan melakukan kegiatan Dari sisi pendidikan, fasilitas pendidikan
sosial kemasyarakatan. Hingga datangnya di kecamatan Kaliangkrik sepertinya lebih baik
waktu istirahat malam pukul 22.00-04.00 daripada kecamatan Selo. Data pendidikan di
kembali. Itulah daur kehidupan masyarakat Kaliangkrik. Jenis pendidikan TK S wasta
Lereng Merapi dan Sumbing. sebanyak 16 buah, Sekolah Dasar Negeri
Pertanian menjadi mata pencaharian sebanyak 26 buah, Sekolah Dasar Swasta
4 Al-Aḥwāl, Vol. 13, No. 1, Tahun 2020 M/1441 H
Muhammad Julijanto

sebanyak 1 buah, SLTP Negeri 4 buah, SLTP tingkat apkm rendah. Tlogolele ada MTs,
Swasta 3 buah dan SLTA Swasta 4 buah. Madrasah Ibtidaiyah satu atap, akhirnya tidak
Sementara itu, di Selo hanya ditemukan laku, karena satu ormas.
sekolah saru sekolah setingkat SLTA (SMKN Pernikahan dini faktor budaya, kultur
Selo) dan tiga Sekolah setingkat SLTP (SMPN yang mereka lakukan, ketika anak sudah
1 dan 2, dan MTs al-Qaryah).14 berniat, tidak punya akses pendidikan,
Kehidupan keagamaan merupakan informasi, ketika ada yang menembung,
cermin kehidupan keberagamaan di daerah orang tua tidak punya beban. Mereka ingin
pegunungan, corak ideologinya seiring melepas beban, mereka diberi modal, bekerja
dengan perkembangan masyarakat, yaitu sebagai buruh tani, buruh sayur sudah bisa
pola kehidupan keagamaan tradisional. diandalkan untuk mencukupi kehidupan
Di kecamatan Kaliangkrik Magelang keluarga.
dan Kecamatan Selo Boyolali, kehidupan Hubungan sosial adalah kontak yang
keagamaan relatif sama. Mayoritas penduduk terjadi antara masyarakat dalam interaksi
beragama Islam dengan pola praktik kehidupan sehari-hari. Mereka saling
kehidupan keagamaan bercorak tradisional. berinteraksi dan bekerjasama mencapai
Teologi keagamaan yang digunakan, tujuan yang sama untuk meraih kemakmuran
Jabariyah, Qadariyah, Asy‘ariyah atau dan kesejahteraan. Hubungan kekerabatan.
Mu‘tazilah sehingga akan terlihat ketika Hubungan sosial. Budaya masyarakat.
masyarakat menghadapi masalah-masalah Budaya yang menyebabkan pernikahan
sosial keagamaan yang mereka jumpai dalam dini terjadi di Selo. Menurut Sarbini pola
kehidupan sehari-hari. kehidupan masyarakat di Selo sangat
Dua organisasi keagamaan patembayan, dimana peranan tokoh sangat
terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama berpengaruh, sehingga beberapa desa yang
dan Muhammadiyah menjadi organisasi mereka dampingi dalam konteks politik
keagamaan yang berkembang di kedua sangat dinamis, kemunculan tokoh sangat
kecamatan ini, di mana kerukunan dipengaruhi dengan pemberdayaan yang
kehidupan keagamaan berjalan secara dilakukan.16
harmonis, sebagaimana dituturkan oleh
Suhalman penyuluh agama Islam di Desa D. Pernikahan dini di Lereng Merapi
Adipuro, dimana sudah dua tahun berjalan Nikah di bawah umur atau
mengadakan forum silaturrahmi yang perempuannya usia 16 tahun masih saja
programnya menjalin kerukunan, persatuan banyak dipraktikkan oleh masyarakat Selo.
dan kerjasama, termasuk menyelesaikan Faktor budaya dan akibat kasus hamil di luar
masalah bila terjadi.15 nikah menjadi dua alasan praktik ini tetap
Selain itu, Budaya agamanya budaya dilakukan. Angka pernikahan di bawah umur
Jawa sangat kental di Kecamatan Selo. Ini warga di lereng Gunung Merapi Kecamatan
ditunjukkan dengan beberapa ritual adat Selo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah,
yang masih dilakukan masyarakat seperti tercatat masih cukup tinggi.
upacara ritual Mendem Kepala Sapi, upacara Angka pernikahan di bawah umur yang
musim panen tembakau yang diadakan setiap tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA) di
tahun di Desa Gancik. Selain itu, kenduri dan Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, pada
kondangan juga masih banyak dipraktikkan. 2015 tercatat sebanyak 160 pasang, dan
Jrakah merupakan desa yang berlokasi sekitar 45 persennya di antaranya, pernikahan
di atas, yang paling tinggi desa Tlogolele, perempuan usia masih di bawah umur.17
menyangkut akses, sekolah juga tingkat “Nikah di bawah umur atau perempuannya
apkanya atau apkmnya, alasan SMP dua Selo usia 16 tahun tercatat cukup tinggi itu, karena
14
Data Referensi Pendidikan, https://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php?kode=030901&level=3,
accessed 15 Feb 2021 diakses 15 Januari 2019.
15
Suhalman (Pembantu Pencatat Nikah Kaliangkrik, ‘Pernikahan Dini di Kaliangkrik’, interview (Mei 2019).
16
Sarbini (Tokoh masyarakat), ‘Pernikahan Dini di Selo’, interview (Mei 2019).
17
Wur Laksana (Camat Selo), ‘Pernikahan Dini di Selo’, interview (Mei 2019).
Al-Aḥwāl, Vol. 13, No. 1, Tahun 2020 M/1441 H 5
Pernikahan Dini di Lereng Merapi dan Sumbing

faktor budaya dan akibat kasus hamil di luar rendah, juga menjadi penyumbang terjadinya
nikah,“. Banyak perempuan nikah di bawah pernikahan dini di Kecamatan Selo Boyolali.
umur tersebut dengan memanfaatkan adanya Bagi masyarakat lereng Merapi ini, pendidikan
rekomendasi pengadilan seperti karena tidak terlalu dipentingkan. Mereka merasa
pihak perempuan sudah hamil lebih dahulu, sudah cukup dengan bercocok tanam, bertani
sehingga harus dinikahkan. Selain itu, faktor dengan areal pertanian yang cukup luas setiap
budaya juga penyokong banyak nikah di keluarga, bahkan mereka kekurangan tenaga
bawah umur masyarakat di lereng Merapi untuk mengerjakan areal pertanian yang luas
dan Sumbing. Mereka menikah muda karena dengan hasil produksi yang lumayan untuk
merasa sudah mampu untuk hidup berumah mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari
tangga. „Warga punyak alasan klasik yang di masyarakat lereng merapi.
merasa sudah bisa hidup mandiri bertani Fenomena serupa juga terjadi di
misalnya, mereka sudah memberanikan Kecamatan Kaliangkrik Magelang. Dari hasil
diri untuk berumah tangga. Mereka menilai penelitan dapat dilihat masih banyak remaja
nikah tidak harus sekolah tinggi atau kuliah putri yang menikah atas dasar dorongan
di perguruan tinggi“. dari orang tua. 20 Di Desa Temanggung
Selain itu, penyebab pernikahan dini Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang
di wilayahnya adalah kebiasaan yang ada, orang tua beranggapan bahwa apabila anak
yaitu orang tua lebih senang jika anaknya perempuannya sudah menikah orang tua
payu sudah ada yang menanyakan, maka merasa bahwa anaknya sudah laku untuk
segera dinikahkan. Masyarakat mempunyai menjadi istri . Selain itu, anggapan anak sebagai
kebanggaan kalau ada hajatan tetangga dan beban hidup orang tua juga menjadi faktor
anaknya sudah ada yang menanyakan kapan penting terjadinya praktik pernikahan dini
akan dinikahkan.18 di lereng Sumbing. Anggapan ini menjadikan
Pemahaman yang sederhana terhadap orang tua secepat mungkin menikahkan
rumah tangga masyarakat juga menjadi anaknya sehingga merasa terlepas dari
penyebab lain dari praktik pernikahan dini tanggung jawab anak perempuannya setelah
di lereng Merapi ini. Masyarakat sangat dinikahkan.
sederhana dalam memahami filosofi rumah Masyarakat merasa malu mempunyai
tangga: Melakukan akad nikah, ijab sah, dan anak gadis yang belum menikah menjadikan
berumah tangga, bekerja dan mempunyai penyebab selanjutnya. Baik di Selo Boyolali
anak, menikahkan anak dan mengurus ataupun di Kaliangkrik Magelang, psikologi
pertanian. Dalam konteks masyarakat seperti sosial ini ikut menyumbang terjadinya
ini, membangun keluarga yang berkualitas pernikahan dini dalam masyarakat. Oleh
(keluarga sakinah) menjadi sesuatu yang jauh karena itu, menikah di usia muda menjadi
dari pemahaman mereka. Ini menjadikan salah satu cara untuk menghilangkan rasa
pernikahan dini menjadi fenomena praktik malu ini.21
turun temurun. Orang tua mereka juga Berdasarkan data Kantor Urusan
menikah pada usia dini. Beberapa warga Agama Kecamatan Kaliangkrik jumlah remaja
masyarakat kelahiran tahun 1980an telah putri yang menikah pada usia di bawah 20
mempunyai menantu. Dapat diperkirakan tahun pada tahun 2016 dari bulan Januari
bahwa mereka juga menikah di bawah hingga bulan Desember sebanyak 205 dari
usia perkawinan, menikah sekitar usia 14 512 wanita yang menikah. Di Kaliangkrik
tahun, bahkan orang tua menjadi pendorong mempunyai tiga desa yang angka pernikahan
pernikahan dini.19 dininya tertinggi pada tahun 2016 antara
Tingkat pendidikan, pendidikan lain; Desa Mangli terdapat 29 dari 69 wanita

18
Muslih (Kepala KUA Selo), ‘Pernikahan Dini di Selo’, interview (20 Jun 2019).
19
Ika Shofiah Marhaeningsih, ‘Pernikahan Dini di Selo’, interview (Mei 2019).
20
Ibid.
21
Linda Dian Anggraeni, Masruroh, and Faridah Aini, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Pernikahan Dini Di Desa Temanggung Kabupaten Magelang’, in Prosiding Seminar Nasional Kebidanan, hlm.
174.

6 Al-Aḥwāl, Vol. 13, No. 1, Tahun 2020 M/1441 H


Muhammad Julijanto

yang menikah, Desa Ngargosoko terdapat undang perkawinan tentang usia perkawinan
34 dari 72 wanita yang menikah, dan Desa dan efek negatif pernikahan dini melalui
Temanggung merupakan desa tertinggi pemutaran film dan beberapa sosialisasi yang
angka pernikahan dininya sebanyak 54 dari diselenggarakan untuk upaya mengendalikan
91 wanita yang menikah.22 pernikahan dini di Lereng Merapi Selo.25
Organisasi yang dibentuk pemerintah
E. Pencegahan pernikahan dini di Lereng kabupaten, Srikandi, juga ikut berperan
Merapi dan Sumbing penting dalam melakukan sosialisasi
Terdapat perubahan kebijakan yang kesehatan reproduksi perempuan kepada
dilakukan para tokoh masyarakat dan tokoh masyarakat lereng Merapi dan Merbabu.26
pemerintahan di lereng Gunung Sumbing. Organisasi ini mendorong pemuda supaya
Sejak tahun 2018 telah dibuat kebijakan yang punya pendidikan yang baik, tidak seperti
secara ketat untuk memberikan perhatian orang tuanya hanya pendidikan Sekolah
kepada upaya pencegahan pernikahan Dasar, bahkan sekolah tidak lulus, melanjutkan
dini di Kabupaten Magelang termasuk di sekolah SMA dilanjut kerja.
Lereng Sumbing, yaitu adanya edaran yang Usaha menekan angka pernikahan
dikeluarkan oleh KUA, dimana petugas dini dilakukan dengan lebih tegas dengan
KUA tidak mau menerima berkas calon adanya kesepakatan dari para kepala desa
mempelai, apabila calon mempelai laki- di wilayah kecamatan Selo Boyolali untuk
laki maupun perempuan berusia di bawah tidak menghadiri hajatan yang digelar oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan. keluarga yang menikahkan putra putrinya
Berdasarkan penuturan narasumber, bahwa masih di bawah umur. Adanya pemberian
saat ini pernikahan di di wilayah KUA sanksi bagi masyarakat yang melakukan
Kaliangkrik sudah tidak bisa dilaksanakan, pelanggaran asusila juga menjadi media
karena merupakan komitmen aparatur dalam lain untuk menekan angka pernikahan
menjalankan tugasnya. Pasangan calon dini. Setiap dusun mempunyai kesepakatan
pengantin yang belum memenuhi ketentuan warga sendiri-sendiri, yang bisa jadi berbeda
peraturan perundang-undangan disarankan dengan dusun yang lainnya. Ada juga yang
untuk menunda pernikahannya hingga memberikan denda apabila melakukan
mencapai usia yang direkomendasikan yaitu perbuatan yang melanggar moral kesusilaan.
untuk laki-laki 19 tahun dan perempuan 16 Beberapa desa di wilayah Selo mempunyai
tahun.23 regulasi berupa Peraturan Desa (Perdes)
Secara administratif, kebijakan menolak yang berkaitan dengan upaya pencegahan
pernikahan bawah umur di Kaliangkrik pernikahan dini27.
membuahkan hasil yang cukup signifikan.
Ini ditunjukkan dengan data administratif F. Penutup
pernikahan di KUA Kecamatan Kaliangkrik. Pernikahan dini yang terjadi di Lereng
Jika tiga tahun sebelumnya jumlah pernikahan Merapi dan Lereng Sumbing khususnya di
dini menembus angka ratusan, data di KUA Kecamatan Selo Boyolali dan Kecamatan
Kecamatan Kaliangkrik tahun 2019 ini tidak Kaliangkrik Magelang disebabkan berbagai
ada angka yang menunjukkan nikah di bawah faktor, mulai dari faktor keluarga: karena
umur.24 dorangan orang tua, anak sebagai beban
Peranan tokoh masyarakat dalam ekonomi, budaya yang sudah turun-temurun
upaya pencegahan pernikahan dini di Selo dan merasa malu jika anaknya tidak cepat
dapat dilihat dari adanya sosialisasi undang- menikah. Faktor ini ditambah dengan

22
Ibid., hlm. 148.
23
Samsul Jaelani (Kepala KUA Kaliangkrik), ‘Pernikahan Dini di Kaliangkrik’, interview (Mei 2019).
24
Achsanul Mawadah (Penyuluh Agama Islam Kaliangkrik, ‘Pernikahan Dini di Kaliangkrik’, interview (14
Mar 2019).
25
Sularsih (Kasi Pemerintahan Kecamatan Selo), ‘Pernikahan Dini di Selo’, interview (Mei 2019).
26
Jito Jiyanto, ‘Pernikahan Dini di Selo’, interview (Mei 2019).
27
Jarot Purnama, S. Sos, Camat Selo, Wawancara Pribadi, (2 Agustus 2019 Pukul 09.30 WIB)
Al-Aḥwāl, Vol. 13, No. 1, Tahun 2020 M/1441 H 7
Pernikahan Dini di Lereng Merapi dan Sumbing

pemahaman masyarakat terhadap fungsi data.kemdikbud.go.id/index11.


keluarga, hanya menjadi institusi penerus php?kode=030901&level=3, accessed 15
keturunan, dan pendidikan yang rendah Feb 2021.
para pelaku. Semua ini menjadikan praktik Desiyanti, Irne W., ‘Faktor-Faktor yang
pernikahan dini di lereng Merapi dan lereng Berhubungan Terhadap Pernikahan Dini
Sumbing. Temuan ini mempertegas hasil riset Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan
yang ada, bahwa tradisi, kemiskinan, dan Mapanget Kota Manado’, JIKMU, vol. 5,
pendidikan rendah menjadi penyebab praktik no. 3, 2015, hlm. 270–80.
pernikahan dini dalam masyarakat. Fitriani, Ayu, Optimalisasi Peran PIK-R IPKA
Berbagai upaya telah dilakukan untuk Desa Nyatnyono dalam Upaya Penurunan
menekan angka pernikahan dini di dua Angka Pernikahan Dini, vol. Scientific
kecamatan yang terletak di lereng Merapi Committee, 75th edition, 2019.
lereng Sumbing ini mulai dari sosialisasi Grijns, Mies, Menikah Muda di Indonesia:
undang-undang perkawinan tentang usia Suara, Hukum, dan Praktik, Jakarta: Yayasan
perkawinan dan bahaya pernikahan dini. Pustaka Obor, 2018.
Organisasi Srikandi bentukan Pemerintah Hanafi, Taufiq, ‘Pencegahan Tradisi Nikah
Kabupaten mempunyai peran penting dalam Muda Sebagai Upaya Perlindungan Anak
sosialisasi ini. Selain itu, KUA Kecamatan dan Perempuan Studi Kasus di Kecamatan
Kaliangkrik mengeluarkan Edaran KUA Selo Boyolali’, Skripsi, Surakarta: Fakultas
tentang pelarangan pernikahan bawah umur. Hukum Universitas Muhammadiyah
Pada level desa, Peran tokoh masyarakat Surakarta, 2018.
sangat berarti dalam masyarakat. Adanya Jaelani, Samsul (Kepala KUA Kaliangkrik),
kesepakatan antar perangkat desa di ‘Pernikahan Dini di Kaliangkrik’, interview,
kecamatan Kaliangkrik Magelang, dan Mei 2019.
sanksi bagi para pelaku pernikahan dini Jiyanto, Jito, ‘Pernikahan Dini di Selo’,
yang dilakukan oleh perangkat desa di interview, Mei 2019.
kecamatan Selo Boyolali menjadi beberapa Laksana, Wur (Camat Selo), ‘Pernikahan Dini
upaya yang dilakukan untuk menekan angka di Selo’, interview, Mei 2019.
praktik pernikahan dini. Berbagai usaha ini Mahfudin, Agus and Khoirotul Waqi’ah,
mampu menekan angka pernikahan dini ‘Pernikahan Dini dan Pengaruhnya
di lereng Sumbing dan Merapi ini dengan terhadap Keluarga di Kabupaten Sumenep
diindikasikan menurunnya catatan angka Jawa Timur’, Jurnal Hukum Keluarga Islam,
pernikahan dini di Kantor Urusan Agama vol. 1, no. 1, 2016, hlm. 33-49.
(KUA) kedua kecamatan tersebut. Marhaeningsih, Ika Shofiah, ‘Pernikahan Dini
di Selo’, interview, Mei 2019.
DAFTAR PUSTAKA Masruroh, Bernadeta Verawati, ‘Peran
Sekolah dalam Upaya Menurunkan
Anggraeni, Linda Dian, Masruroh, dan Faridah Pernikahan Dini’, Prosiding Seminar
Aini, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Nasional Multidisiplin Ilmu, vol. 1, no. 2,
Dengan Kejadian Pernikahan Dini Di Desa 2019, hlm. 410–20.
Temanggung Kabupaten Magelang’, in Mawadah, Achsanul (Penyuluh Agama
Prosiding Seminar Nasional Kebidanan. Islam Kaliangkrik), ‘Pernikahan Dini di
Astuty, Siti Yuli, ‘Faktor-faktor Penyebab Kaliangkrik’, interview, 14 Mar 2019.
Terjadinya Perkawinan Usia Muda Millatussa’adiyyah, Ade and Susilawati
Dikalangan Remaja di Desa Tembung Susilawati, ‘Upaya Menurunkan Tingkat
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Perkawinan Dibawah Umur terhadap Hak
Deli Serdang’, Welfare State, vol. 2, no. 1, Pendidikan Formal Anak’, Ajudikasi : Jurnal
2011, hlm. 1–10. Ilmu Hukum, vol. 3, no. 2, 2019, hlm. 107–20
‘Berkah Panen Buah Genit Tepat Pada Hari [https://doi.org/10.30656/ajudikasi.
Raya’, Solopos, 10 Jun 2019. v3i2.1836 ].
Data Referensi Pendidikan, https://referensi. Muslih (Kepala KUA Selo), ‘Pernikahan Dini
di Selo’, interview, 20 Jun 2019.
8 Al-Aḥwāl, Vol. 13, No. 1, Tahun 2020 M/1441 H
Muhammad Julijanto

Rumiati, Fidya and K.M. Yuli Kusumawati, Masyarakat Madura (Perspektif Hukum
‘Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan dan Gender)’, Egalita: Jurnal Kesetaraan dan
Dukungan Suami Dengan Pemberian Keadilan Gender, vol. VII, no. 1, 2012, hlm.
Asi Eksklusif Pada Pasangan Menikah 83-101.
Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Selo Tim BPS Kabupaten Boyolali, Kecamatan
Boyolali Tahun 2017’, Skripsi, Surakarta: Selo Dalam Angka 2017, Boyolali: BPS
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Kabupaten Boyolali, 2017.
2017. Tim BPS Kabupaten Magelang, Kecamatan
Sarbini (Tokoh masyarakat), ‘Pernikahan Dini Kaliangkrik Dalam Angka Tahun 2017,
di Selo’, interview, Mei 2019. Magelang: BPS Kabupaten Magelang, 2017.
Suhalman (Pembantu Pencatat Nikah Tim Kemenag, Menelusuri Makna dibalik
Kaliangkrik), ‘Pernikahan Dini di Fenomena Perkawinan dibawah Umur dan
Kaliangkrik’, interview, Mei 2019. Perkwinan tidak Tercatat, Jakarta: Puslitbang
Sularsih (Kasi Pemerintahan Kecamatan Selo), Kehidupan Keagamaan, 2013.
‘Pernikahan Dini di Selo’, interview, Mei Wulanuari dkk., ‘Faktor-Faktor yang
2019. Berhubungan dengan Pernikahan Dini
Sumbulah, Umi dan Faridatul Jannah, pada Wanita’, Jurnal Ners dan Kebidanan
‘Pernikahan Dini dan Iimplikasinya Indonesia, vol. 5, no. 1, 2017, hlm. 68–75.
Terhadap Kehidupan Keluarga Pada

Al-Aḥwāl, Vol. 13, No. 1, Tahun 2020 M/1441 H 9

Anda mungkin juga menyukai