Anda di halaman 1dari 2

2.

Sejarah IB
Pada tahun 1677 Van Leeuwenhoek Antoni menemukan gambar pertama sel sperma,
tahun 1780 Spallanzani Lazzaro melakukan inseminasi pertama pada Anjing. Tahun 1790
Hunter John melakukan vaginal insemination pertama pada manusia. Tahun 1900 Ivanov Ilya
mengembangkan metode praktis untuk inseminasi buatan. Tahun 1939 Pincus Gregory yang
melakukan ib dan menghasilakn hewan pertama (kelinci) yang bunting karena inseminasi
buatan. Tahun 1939 Philips dan Lardy melakukan penelitian tentang kuning telur untuk
melindungi spermabanteng saat pendinginan. Tahun 1949 Polge at al melakukan penelitian
tentang gliserol yang dijadikan media saat pembekuan sperma. Tahun 1950 Foot dan Braton
melakukan percobaan menaruh antibiotic dalam medium cairan sperma. Tahun 1953 Sherman
Jerome berhasil menghasilkan individu yang bunting engan Ib menggunakan semen beku.
Tahun 1978 Steptoe dan Edwards mencetuskan pertama kalinya in vitro Fertilisation dan
penyempurnaan teknik pengolahan semen (Ombelet dan Van, 2015). Inseminasi Buatan
pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun limapuluhan oleh Prof. B. Seit dari
Denmark di Fakultas Kedokteran Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan Bogor. Dalam
rangka rencana kesejahteraan istimewa (RKI) didirikanlah beberapa stasiun IB di beberapa
daerah di Jawa Tenggah (Ungaran dan Mirit/Kedu Selatan), Jawa Timur (Pakong dan Grati),
Jawa Barat (Cikole/Sukabumi) dan Bali (Baturati) (Warmadewi, 2014).

4. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan IB


Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan IB menurut Putri et al. (2020) adalah
● fertilitas yang mana fertilitas dapat dilihat dari adanya kebuntingan, kondisi saluran
reproduksi, pakan yang diberikan, perubahan kondisi tubuh dari kelahiran sampai
perkawinan kembali, umur dan bangsa.
● Deteksi berahi dan waktu inseminasi maksudnya adalah masa birahi, lama birahi dan
masa bunting ternak perlu diketahui peternak untuk mendapatkan hasil yang baik dari
perkawinan ternak,
● jumlah spermatozoa, dosis inseminasi dan komposisi semen (Kualitas sperma yang
baik)
● Sapi dipelihara secara intensif dengan cara dikandangkan. hal tersebut dapat
memudahkan dalam deteksi berahi serta memudahkan petugas untuk melaksanakan
IB.
● Pakan, pakan diperlukan untuk hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi dan produksi
daging dan juga menjadi hal pendukung dalam pelaksanaan program IB.
● Umur, umur memiliki peranan yang cukup penting misalnya umur pertama kali
beranak sangat memengaruhi produktivitas ternak tersebut sebab ternak yang
dikawinkan pada umur yang terlalu muda atau pertama kali pubertas akan
menyebabkan bobot badan tidak dapat optimal.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan IB menurut Warmadewi (2014) adalah:
● Fertilitas dan kualitas mani beku yang je lek/rendah. Tingkat fertilitas individu
pejantan dapat bervariasi. Tingkat fertilitas bervariasi dari bulan ke bulan dan dari
ejakulat
● Inseminator kurang/tidak terampil. IB tergantung kepada inseminator, yang
mempunyai kemampuan khusus (spesialis) disamping kemampuan menentukan
ruang lingkup permasalahan dan mengetahui bagaimana keadaan yang ideal.
● Petani/peternak tidak/kurang terampil mendeteksi berahi. Kemampuan petugas IB
mendeteksi berahi atau waktu IB akan berpengaruh pada hasil perkawinan
● Pelaporan yang terlambat dan/atau pelayanan inseminator yang lamban. Data hasil
penelitian menunjukan bahwa tingkat keberhasilan IB dengan jarak pelaporan
sampai dilaksanakaannya IB umumnya lebih dari delapan jam 83,3% (Putri et al.,
2020).
● Kemungkinan adanya gangguan reproduksi/kesehatan sapi betina. Ketidaksuburan
ini banyak disebabkan oleh kekurangan pakan, kelainan fisiologi anatomi dan
kelainan patologik alat kelamin betina serta merajalelanya penyakit kelamin
menular.

Putri, Tria Deviana, Tongku Nizwan Siregar, Cut Nila Thasmi, Juli Melia dan Mulyadi Adam.
2020. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keberhasilan Inseminasi Buatan Pada Sapi
Di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 8(3): 111 -
119,
Ombelet, W. dan J. Van Robays. 2015. Artificial insemination history: hurdles and
milestones. Facts Views Vis Obgyn. 7 (2): 137-143.
Warmadewi, Dewi Ayu. 2014. Penggunaan Bioteknologi Reproduksi Mutakhir Inseminasi
Buatan (Ib) Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Sapi Bali. [Disertasi].
Universitas Udayana: Bali

Anda mungkin juga menyukai