Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

EVAPORATOR

4.1. Tinjauan Percobaan


- Menghitung luas permukaan heat transfer
- Menghitung karakteristik produk evaporasi yang meliputi densitas dan viskositas.
4.2. Tinjauan Pustaka
Heat adalah bentuk energi yang dapat berpindah dari satu sistem ke sistem lain sebagai
akibat dari perbedaan suhu. Analisis termodinamika berkaitan dengan jumlah perpindahan
panas sebagai suatu system yang mengalami proses dari satu keadaan setimbang ke keadaan
setimbang lainnya. Ilmu yang berkaitan dengan penentuan laju transfer energi tersebut adalah
heat transfer. Perpindahan energi sebagai panas selalu dari suhu yang lebih tinggi ke suhu
yang lebih rendah, dan perpindahan panas berhenti ketika keduanya medium mencapai suhu
yang sama. Panas dapat ditransfer dalam tiga mode berbeda: konduksi, konveksi, dan radiasi.
Semua mode perpindahan panas memerlukan adanya perbedaan suhu, dan semua mode
berasal dari medium bersuhu tinggi ke yang bersuhu lebih rendah. (Cengel, 2008).
Berikut adalah penjelasan jenis-jenis perpindahan panas:
- Konduksi
Konduksi adalah sebuah proses perpindahan panas dari tempat yang suhu nya tinggi ke
tempat yang suhu nya lebih rendah, dengan menggunakan media penghantar panas tetap.
Dengan penjelasan lain, konduksi adalah perambatan panas tanpa disertai perpindahan zat
perantaranya.
- Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi antara permukaan padat dengan fluida
mengalir disekitarnya, dengan menggunakan media penghantar fluida (cairan/gas).
Konveksi merupakan suatu fenomena mikroskopik, maka konveksi hanya berlangsung jika
ada gaya yang bekerja pada partikel atau ada arus fluida yang dapat membuat gerakan yang
melawan gaya gesekan.
- Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas tanpa medium perantara yang digunakan untuk
perpindahan energy melalui ruang oleh gelombang-gelombang elektromagnetik.(Ismail,
2015).
Evaporasi atau penguapan adalah peristiwa perubahan fase cair menjadi gas. Penguapan
terjadi hanya pada permukaan suatu cairan dan terjadi secara bertahuap. Penguapan ini tidak
selalu terjadi pada titik didihnya. Penguapan dapat terjadi pada suhu dibawah titik didihnya.
Evaporator adalah unit proses pemisahan yang ditujukan untuk menghilangkan sebagian
kadar air. Evaporator juga sering diaplikasikan pada proses pemekatan. Pada umumnya proses
evaporasi ini akan dilanjutkan dengan proses selanjutnya seperti kritalisasi pada industry gula,
pengeringan pembekuan ataupun sterlisasi. (Elok, 2017).
Proses evaporasi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut adalah faktor-faktor yang
memengaruhi proses evaporasi:
- Konsentrasi liquid
Biasanya, umpan cair ke evaporator relatif encer, sehingga viskositasnya rendah, mirip
dengan air, dan koefisien perpindahan panas yang relatif tinggi diperoleh. Saat penguapan
berlangsung, larutan dapat menjadi sangat pekat dan cukup kental, menyebabkan koefisien
perpindahan panas turun tajam. Sirkulasi dan/atau turbulensi yang memadai harus ada
untuk menjaga koefisien agar tidak terlalu rendah.
- Solubilitas
Saat larutan dipanaskan dan konsentrasi zat terlarut atau garam meningkat, batas kelarutan
bahan dalam larutan dapat terlampaui dan kristal dapat terbentuk. Ini dapat membatasi
konsentrasi maksimum dalam larutan yang dapat diperoleh dengan penguapan.
- Sensivitas temperature dari bahan
Banyak produk, terutama makanan dan bahan biologis lainnya, yang dimana sensitif
terhadap suhu dan terdegradasi pada suhu yang lebih tinggi atau setelah pemanasan yang
lama. Jumlah degradasi adalah fungsi dari suhu dan lamanya waktu.
- Foaming atau frothing (berbusa atau berbuih)
Dalam beberapa kasus bahan terdiri dari larutan kaustik, makanan larutan seperti susu
skim, dan beberapa larutan asam lemak membentuk busa atau buih selama mendidih. Busa
ini menyertai uap yang keluar dari evaporator yang dapat menyebabkan kerugian terjadi.
- Tekanan dan temperatur
Titik didih larutan berhubungan dengan tekanan dari sistem. Semakin tinggi tekanan
operasi evaporator, semakin tinggi suhu pada saat mendidih. Juga, sebagai konsentrasi
bahan terlarut dalam larutan meningkat dengan penguapan, suhu didih bisa naik.
Fenomena ini disebut kenaikan atau kenaikan titik didih. Untuk menjaga suhu bahan
berada pada suhu rendah , sering kali perlu beroperasi di bawah tekanan 1 atm, yaitu, di
bawah vakum. (Geankoplis, 1997).
Evaporator kimia terbagi dalam dua kelas: sirkulasi alami dan sirkulasi paksa.
Evaporator sirkulasi alami digunakan secara tunggal atau dalam efek ganda untuk persyaratan
penguapan yang lebih sederhana. Evaporator sirkulasi paksa digunakan untuk kental,
penggaraman, dan pembentukan kerak solusi. Evaporator sirkulasi alami terbagi dalam empat
kelas utama:
1. Horizontal-tube Evaporators

Gambar 4.1. Horizontal-tube Evaporators


Merupakan tabung pemanas yang dipasang secara horizontal, mirip seperti tabung pada
alat Heat Exchanger. Steam akan masuk melalui tabung, dan Steam kondensat keluar melalui
bagian akhir dari tabung. Tipe evaporator ini terbilang murah dan cocok digunakan untuk
cairan Nonvisvous yang memiliki nilai koefisien Heat-Transfer yang tinggi.
2. Calandria vertical tube

Gambar 4.2. Calandria vertical tube


Tipe evaporator ini terdiri dari bundel tabung vertikal pendek, biasanya tidak lebih dari
6'0" tingginya, diatur antara dua lembar tabung tetap yang dibaut ke shell flanges. Uap
mengalir keluar sisi tabung di dada uap, dan ada ·ruang melingkar besar untuk pengambilan
di tengah bundel dimana cairan pendingin bersirkulasi kembali ke bagian bawah tabung Area
aliran down-take adalah dari satu-setengah luas aliran tabung ke area yang sama dengan itu.
Tabung berukuran besar, hingga 3 in.
3. Basket-type Evaporators

Gambar 4.3. Basket-type Evaporators


Evaporator ini mirip dengan evaporator calandria kecuali bahwa ia memiliki bundel
yang dapat dilepas yang dapat dibersihkan dengan mudah.. Tipe ini sering dirancang dengan
bagian bawah berbentuk kerucut dan juga memiliki baling- baling yang terpasang untuk
meningkatkan sirkulasi. Evaporator ini tidak di rekomndasikan untuk cairan dengan viskositas
tinggi atau tingkat penskalaan yang besar.
4. Long-tube Vertical Evaporators

Gambar 4.2. Long-tube Vertical Evaporators


Ini terdiri dari elemen pemanas tubular panjang dirancang untuk lewatnya liquor
melalui tabung sekali dengan sirkulasi alami. Uap masuk melalui sabuk uap dan bundel
sehingga ada pergerakan bebas uap, kondensat, dan tidak terkondensasi ke bawah. bagian atas
lembaran tabung gratis, dan tepat di atasnya ada deflektor uap untuk mengurangi entrainment.
Jenis evaporator ini tidak cocok digunakan untuk scaling atau salting liquors, tetapi sangat
baik untuk foamy dan frothy liquors. (Kern, 1965).
Evaporator vakum adalah pengembangan dari evaporator atmosferik. Evaporator ini
dibuat untuk mengatasi permasalahn kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan pengoprasian
evaporator pada suhu tinggi. Pada jenis evaporator ini, sebuah pompa vakum digunakan untuk
mengkondisikan agar bejana evaporator bertekanan. (Elok, 2017).
Saat ini, teknologi evaporasi vakum banyak digunakan pada industri pangan terutama
pada pengolahan bahan pangan pasta atau cairan kental seperti pembuatan pasta tomat,
produksi kecap, pengolahan jamu cina, pengolahan susu, juga ekstrak sari jahe. (Ismiyati,
2020).
Persamaan dasar bagi penyelesaian kapasitas dari satu efek dengan evaporator yang
dapat ditulis sebagai :
q = U A ∆ T.....................................................................(4.1)
Dimana pada proses hanya terjadi panas laten sehingga persamaan dapat ditulis sebagai:
Hs – hs.....................................................................(4.2)
Untuk neraca massa, semenjak proses berjalan secara Steady State maka neraca massa total
dapat ditulis sebagai:
F = L+V.......................................................................(4.3)
Untuk neraca massa komponen dari Single Effect evaporator dapat ditulisakan sebagai:
F . hF + S. Λ = L . hL +V.HV........................................................(4.4)
q = Banyaknya panas yang dipindahkan (W/m2K)
A = Luas permukaan panas (m2)
U = Koefisien transfer Overall (W/m2K)
∆T = perbedaan suhu (oC)
S = Steam (kJ/Kg)
 Panas laten dari Steam
F = Feed (Kg/h)
L = Produk Liquid (Kg/h)
V = Vapour (Kg/h)
hF = Entalpi Feed (kJ/Kg)
hL = Entalpi cairan (kJ/Kg)
Hv = Entalpi uap (kJ/Kg) (Geankoplis,1997).
4.3. Variabel Percobaan
A. Variabel Tetap
- Suhu proses evaporasi : 70 oC
B. Variabel Berubah
- Kadar larutan : 5%
- Waktu proses : 0,15,30 dan 45 menit
4.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
- Batang Pengaduk - Aquadest
- beakerglass - Gula
- heater
- Ember
- Instrumen evaporator
- Neraca analitik
- Piknometer
- Viskositas
4.5. Prosedur Percobaan
A. Tahap persiapan percobaan
- Menyalakan power evaporator serta mixer dan set suhu pada 70 oC
- Membuka valve vakum dan menutup valve yang lain
- Menyalakan tombol vakum
- Menunggu hingga suhu didalam evaporator 70 oC
B. Tahap persiapan bahan
- Menyiapkan gula sebanyak 264 gram
- Menyiapkan Aquadest sebanyak 10 liter, masing-masing wadah diisi 5 liter dan
memanaskan sampai suhu 70 oC
- Mencampurkan gula dan Aquadest 5 liter ke dalam wadah serta mengaduknya hingga
homogen
C. Tahap percobaan
- Masukkan bahan yang telah di preparasi dan telah dihitung densitas dan
viskositasnya terlebih dahulu ke dalam evaporator
- Sebelumnya, tutup dahulu valve vakum secara perlahan dan buka valve yang lain,
kemudian buka tutup evaporator dan masukkan bahan
- Menunggu hingga 15 menit, kemudian mengambil sampel dengan cara membuka
dahulu valve vakum secara perlahan, buka valve yang lain kemudian buka valve
keluaran evaporator
- Mencatat densitas dan viskositas keluaran evaporator pada waktu 15 menit
- Melakukan tahap diatas pada 30 dan 45 menit
4.6. Gambar Alat
Gambar 4.5. Gambar alat evaporator
Keterangan Gambar:
1. Tombol power 7. Valve vakum
2. Tombol vakum 8. Valve produk keluar
3. Tombol mixer 9. Bejana evaporator
4. Tombol lampu bejana 10. Tutup bejana evaporator
5. Pengatur temperature 11. Penampung uap air
6. Valve yang lain 12. Pompa
4.7. Data Pengamatan
Tabel 4.1 Data pengamatan larutan gula 5%

Berat Piknometer Berat Piknometer Densitas Viskositas


t (menit)
Kosong (garam) Isi (Gram) (gr/mol) (gr/cm s)
0 21,45 47.20
15 21,45 47,17
30 21,45 47,10
45 21,45 46,75
4.8. Grafik
4.9. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Cengel. 2008. Introduction to Thermodynamics and Heat Transfer. New York: Mc Graw Hill
Book Company.
Elok, dkk. 2017. Proses Termal pada Pengolohan Pangan. Malang: UB Press
Geankoplis, C. J. 1997. Transport Process and Unit Operations Third Edition. New Delhi:
Prentice Hall
Ismail. 2015. Perpindahan Kalor dan Massa. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press
Ismiyati, dkk. 2020. Identifikasi Kenaikan Titik Didih Pada Proses Evaporasi, Terhadap
Konsentrasi Larutan Sari Jahe.Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta. (Diakses
tanggal 29 November 2021).
Kern, Donald Q. 1965. Process Heat Transfer. New York: Mc Graw Hill Book Company.

Anda mungkin juga menyukai