POLIO
NAMA KELOMPOK :
1. USMAN
2. RESKY TUMONGLO
3. YOHANA MANGGAPROUW
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat beliaulah penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul ” ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN POLIO” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing penulis yaitu Fazryani
M.Torano, S.kep,Ns,MKM yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini. Dan
penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian makalah ini. Baik berupa materi-materi, pemikiran dan lain
sebagainya. Sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan penulis
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat nantinya bagi para pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan
sangat jauh dari kata sempurna, seperti kata peribahasa yaitu tak ada gading yang tak retak.
Oleh karena itu, penulis mengaharapkan saran dan keritik yang bersifat membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
KELOMPOK 6
Daftar Isi
1.1 Latar
Belakang ...............................................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah ...............................................................................................................
1.3
Tujuan ............................................................................................................
...
1.4
Manfaat ............................................................................................................
...
2.1 Teori
Medis ...................................................................................................
PENDAHULUAN
Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus.Polio
menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalamhitungan jam.
Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang biak dalam usus. Gejala awal
adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah,kekakuan pada leher dan nyeri pada
anggota badan. Satu dari 200 infeksimenyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di
kaki). Di antara mereka yanglumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot pernapasan
mereka lumpuh.(http:// www. Litbang. Depkes.go.id).
Peran serta pemerintah disini sangat diharapkan untuk membantu dalam menangani
masalah gizi buruk yang masih banyak ditemui khususnya di daerah terpencil atau yang
jauh dari fasilitas pemerintah, sehingga sulit terjangkau oleh masyarakat pinggiran.Kalau
hal ini tidak mendapat perhatian, maka akan lebih banyak lagi anak-anak Indonesia yang
menderita penyakit polio.
Adapun rumusan masalah yang kelompok angkat dalam makalah ini,antara lain :
1.4 Manfaat
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak sistem
saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di
bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang disertai panas,
muntah dan sakit otot. Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda tersebut, namun
sering kali sebagian tubuh menjadi lemah danlumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini paling
sering terjadi pada salah satu atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh
ini menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain. Poliomielitis adalah
penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior
massa kelabu sumsum tulang belakang dan intimotorik batang otak, dan akibat kerusakan
bagian susunan syaraf tersebut akanterjadi kelumpuhan serta autropi otot. Poliomielitis
atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yangdisebabkan oleh virus. Agen
pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh
melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan
(paralysis).
B. Klasifikasi
1) Polio SpinalStrain
Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang
tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang
seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batangotak. Infeksi ini akan
mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring
dengan berkembangbiaknya virus dalamsistem saraf pusat, virus akan menghancurkan
motorneuron. Motorneuron tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang
berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.
Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi inidisebut acute
flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusatdapat menyebabkan
kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia.
Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai,
sedangkan jika terkenaorang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua
lengan dantungkai.
2) Bulbar Polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang
otak ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan
dan saraf otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan
bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar
air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf
glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di
kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung,
usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
C. Epidemologi
Di Indonesia ,sebelum perang dunia II, penyakit polio merupakan penyakit yang
sporadic-endemis,epidemi pernah terjadi di berbagai daerah seperti Bliton sampai ke
banda, Balikpapan, bandung Surabaya,Semarang dan Medan Epidemi terakhir terjadi
pada tahun 1976/1977 di Bali Selatan. Kebanyakan infeksi virus polio tanpa gejala atau
timbul panas yang tidak spesifik. Perbandingan asimtomatik dan ringan sampaiterjadi
paralisis adalah 100:1 dan 1000:1.
a. Inhalasi
Walaupun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang harus segera dilaporkan.
Namun data epidemiologi yang sukar didapat.Dalam salah satu symposium imunisasi
dijakarta(1979) dilaporkan bahwa:
1. Jumlah anak berumur 0-4 tahun yang tripel negative makin bertambah (10%)
3. Paralytic rate pada golongan 0-14tahun dan setiap tahun bertambah dengan 9.000
kasus.Namun,10 tahun terakhir terjadi penurunan drastic penyakit ini akibat
gencarnya program imunisasi diseluruh dunia maupun Indonesia.
D. Etiologi
1. Brunhilde
2. Lansing
Klasifikasi virus :
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus
· Tipe I Brunhilde
Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh tipe II dan III dan virus
ini tidak menimbulkan imunitas silang.
Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam tenggorokan dan
saluran pencernaan,lalu diserap dan disebarkan melalui system pembuluh darah dan getah
bening
d) Stres atay kelehahan fisik yang luar biasa(karena stress emosi dan fisik dapat
melemahkan system kekebalan tubuh). C. Manifestasi Klinis
1. Poliomielitis Asimtomatis: Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala
karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
3. Poliomielitis Non Paralitik: Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif,
hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari
kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau
masuk ke dalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan
hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan
kolumna posterior.
E.Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua
neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi
penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya
terkena poliomyelitis ialah :
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio
retikularis yang mengandung pusat vital
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-
kadang nucleus rubra.
6. Palidum.
F. Komplikasi
1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis
G.Pencegahan
1. Imunisasi
2. Jangan masuk daerah endemis
3. Jangan melakukan tindakan endemis
H. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
I. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
intervensi:
rasional:
intervensi:
3. Hindari mengigil.
rasional:
3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.
intervensi:
rasional:
intervensi:
5. Mengurangi nyeri.
intervensi:
rasional:
intervensi:
1. Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas
(mis.renda, sedang, parah).
2. Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa
menayakan apa yang dipercaya.
rasional:
Penyimpangan tumbuh kembang anak harus dideteksi sejak dini, terutama sebelum anak
berumur 3 tahun, agar dapat segera di intervensi. Apabila deteksi terlambat, yang
menyebabkan penanganan terlambat sehingga penyimpangan akan sulit untuk diperbaiki.
Terdapat beberapa tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan antara lain:
1. Masa dalam kandungan (prenatal), masa Neonatal (0 – 28 hari), masa Bayi (>6 bulan)
terjadi stanger anxiety (cemas).
• Menangis keras
• Pergerakan tubuh yang banyak
• Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan
2. Masa todler (2-3 tahun)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak dengan tahapnya.
• Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain.
• Putus asa menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat bermain, sedih,
apatis.
• Pengingkaran / denial.
• Mulai menerima perpisahan.
• Membina hubungan secara dangkal.
• Anak mulai menyukai lingkungannya.
3. Masa prasekolah (3-6 tahun)
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga menimbulkan reaksi
agresif.
• Menolak makan
• Sering bertanya
• Menangis perlahan
• Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
4. Masa sekolah (6-12 tahun)
Perawatan di rumah sakit memaksakan;
• Meninggalkan lingkungan yang dicintai.
• Meninggalkan keluarga.
• Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan.
5. Masa remaja (12-18 tahun)
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Reaksi yang muncul:
• Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
• Tidak kooperatif dengan petugas
• Bertanya-tanya
• Menarik diri
• Menolak kehadiran orang lain
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi.
Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi:
• Takut
• Cemas
• Perasaan sedih
• Frustasi
Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi
• Marah
• Cemburu
• Benci
• Rasa bersalah
Reaksi lingkungan sosial terhadap hospitalisasi
• Acuh tak acuh
• Terkesan menghindar
Intevensi perawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi.
Fokus intervensi keperawatan adalah:
• Menimalkan stressor
• Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
• Memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga
• Mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit
Upaya meminimalkan stressor atau penyebab stress. Dapat dilakukan dengan cara:
• Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
• Mencegah perasaan kehilangan control
• Mengurangi / menimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri
Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan:
• Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
• Modifikasi ruang perawatan
• Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, surat menyurat, bertemu teman sekolah
Mencegah perasaan kehilangan control:
• Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif
• Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
• Buat jadwal untuk prosedur terapi, latihan, bermain
Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
• Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan
rasa nyeri
• Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
• Menghadirkan orang tua bila mungkin
• Tunjukkan sikap empati
• Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan melalui
cerita dan gambar
• Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima informasi ini
dengan terbuka
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak:
• Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar
• Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak- Meningkatkan
kemampuan kontrol diri
• Memberi kesempatan untuk sosialisasi
• Memberi support kepada anggota
Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit:
• Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
• Kenalkan pada pasien yang lain
• Berikan identitas pada anak
• Jelaskan aturan rumah sakit
• Laksanakan pengkajian
• Lakukan pemeriksaan fisik
Dampak hospitalisasi:
Dampak hospitalisasi yang dialami bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan
tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga
terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.