Anda di halaman 1dari 8

DIsini kami menampilkan neraca pembayaran Indonesia tahun 2017-2021 kuartal kedua

Neraca pembayaran terdiri dari lima komponen utama, yaitu: neraca transaksi berjalan, neraca
modal,neraca finansial, selisih perhitungan bersih, dan lalu lintas moneter
Segala transaksi yang berasal dari perdagangan barang dan jasa serta pendapatan yang berasal dari
investasi asing akan tercatat dalam neraca transaksi berjalan. Dalam neraca transaksi berjalan dikenal
istilah defisit transaksi berjalan atau current account deficit, yaitu kondisi keuangan negara dengan angka
pertumbuhan impor yang lebih tinggi daripada angka pertumbuhan ekspor.
Selain itu, defisit transaksi berjalan juga didefinisikan sebagai suatu keadaan, di mana tingkat tabungan
nasional lebih rendah daripada tingkat investasi suatu negara. Defisit transaksi berjalan untuk kasus ini
lebih umum terjadi di negara-negara berkembang.
Terlihat bahwa Indonesia mengalami deficit transaksi berjalan selama beberapa tahun. Hal ini dikarenakan
tingkat tabungan nasional lebih rendah daripada tingkat investasi. Namun disisi lain dapat kita lihat neraca
perdagangan cenderung mengalami surplus dikarenakan memang tingkat ekspor lebih tinggi dari impor
Narasi Elastisitas Kesempatan Kerja, Pengangguran, dan Kemiskinan

Elastisitas kesempatan kerja 


Merupakan angka yang menunjukkan besarnya persentase jumlah tenaga kerja yang diminta terhadap persentase
jumlah output di suatu sektor. Angka tersebut di dapat dengan membandingkan antara angkatan kerja dan
kesempatan kerja. Elastisitas kesempatan kerja menggambarkan bagaimana tingkat penyerapan tenaga kerja
dalam periode waktu tertentu. Jika angka angkatan kerja lebih besar dari angka kesempatan kerja maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat pengangguran bertambah, begitu sebaliknya. 
Jika kita masuk pada tingkat pengangguran yang ada di Indonesia, setiap tahun nya angka pengangguran terus
bertambah. Maka dapat disimpulkan bahwa daya serap tenaga kerja di Indonesia sendiri masih sangat rendah.
Dalam 5 tahun terakhir, puncak pengangguran terjadi di tahun 2020 akibat pandemi Covid-19. Seperti yg kita
tahu sendiri, bahwa ketika Indonesia ditimpa oleh pandemi Covid-19, perekonomian Indonesia tentu diporak-
porandakan. Banyak tenaga kerja yang di PHK sehingga menyumbang angka pengangguran yg semakin tinggi. 
Menurut beberapa jurnal yang saya baca, hal-hal yang umumnya menentukan tingkat kesempatan kerja ialah gaji
atau upah, output atau barang yang harus dihasilkan, ketersediaan lapangan kerja, dsb. 
Pemerintah tentu sudah menyiapkan beberapa kebijakan dalam mengatasi salah satu permasalahan nasional ini.
Kebijakan tersebut berupa kebijakan fiskal, kebijakan moneter, kartu prakerja, dan perluasan kesempatan kerja.

Analisis Tingkat Kemiskinan


 
Dapat dilihat tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2016-2020
Pada Tahun 2016 tingkat kemiskinan mencapai 27,76 juta kemudian Pada Tahun
2017tingkat kemiskinan mengalami penurunan menjadi 26,58 juta dan pada tahun 2018
tingkat kemiskinan mengalami penurunan juga menjadi 25,6 Dan begitu juga pada
tahun 2019 tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan yang baik menjadi
24,70.
Selama tahun 2016-2019 tingkat kesejahteraan penduduk meningkat serta daya beli
masyarakat juga mengalami kenaikan  maka mengakibatkan meningkatnya rata-rata
pengeluaran per kapita perbulan. Hal ini terjadi baik pada kelompok penduduk miskin. 
 
Dilihat dari 3 tahun ini perkembangan tingkat kemiskinan mengalami penurunan yang
baik. Berarti Pemerintah dapat menjalankan program program mereka dengan baik dan
tepat sasaran sehingga upaya dalam mengatasi kemiskinan di Indonesia dapat tercapai. 
Namun diliat pada tahun 2020 tingkat kemiskinan di Indonesia mengalamai kenaikan
menjadi 27,55 juta penduduk, hal ini disebabkan oleh adanya virus covid 19 yang
masuk ke Indonesia dengan jumlah terinfeksi yang terus meningkat dan wilayah sebaran
yang semakin meluas, Pemerintah memberlakukan berbagai kebijakan dalam rangka
mengatasi penyebaran atau upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 mengakibatkan
banyak kegiatan ekonomi yang mengalami penurunan bahkan terhenti berproduksi. Hal
ini mengakibatkan terjadinya peningkatan pengangguran, penurunan tingkat
produktivitas individu maupun perusahaan, penurunan daya beli masyarakat,dan
mendorong munculnya orang miskin baru yang secara agregat meningkatkan jumlah
penduduk miskin
 
Berikut  program-program yang telah dijalankan Pemerintah untuk mengatasi
kemiskinan:
1.simpanan keluarga sejahtera, 
2. program beras untuk keluarga miskin  (raskin/ beras sejahtera rastra
3. program Indonesia pintar
4. kredit usaha rakyat (kur),

Analisis Tingkat Kemiskinan

Dapat dilihat tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2016-2020


Pada Tahun 2016 tingkat kemiskinan mencapai 27,76 juta kemudian Pada Tahun 2017tingkat
kemiskinan mengalami penurunan menjadi 26,58 juta dan pada tahun 2018 tingkat kemiskinan
mengalami penurunan juga menjadi 25,6 Dan begitu juga pada tahun 2019 tingkat kemiskinan di
Indonesia mengalami penurunan yang baik menjadi 24,70.
Selama tahun 2016-2019 tingkat kesejahteraan penduduk meningkat serta daya beli masyarakat
juga mengalami kenaikan maka mengakibatkan meningkatnya rata-rata pengeluaran per kapita
perbulan. Hal ini terjadi baik pada kelompok penduduk miskin.

Dilihat dari 3 tahun ini perkembangan tingkat kemiskinan mengalami penurunan yang baik.
Berarti Pemerintah dapat menjalankan program program mereka dengan baik dan tepat sasaran
sehingga upaya dalam mengatasi kemiskinan di Indonesia dapat tercapai.
Namun diliat pada tahun 2020 tingkat kemiskinan di Indonesia mengalamai kenaikan menjadi
27,55 juta penduduk, hal ini disebabkan oleh adanya virus covid 19 yang masuk ke Indonesia
dengan jumlah terinfeksi yang terus meningkat dan wilayah sebaran yang semakin meluas,
Pemerintah memberlakukan berbagai kebijakan dalam rangka mengatasi penyebaran atau upaya
memutus rantai penyebaran Covid-19 mengakibatkan banyak kegiatan ekonomi yang mengalami
penurunan bahkan terhenti berproduksi. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan
pengangguran, penurunan tingkat produktivitas individu maupun perusahaan, penurunan daya beli
masyarakat, dan mendorong munculnya orang miskin baru yang secara agregat meningkatkan
jumlah penduduk miskin

Berikut program-program yang telah dijalankan Pemerintah untuk mengatasi kemiskinan:


1.simpanan keluarga sejahtera,
2. program beras untuk keluarga miskin (raskin/ beras sejahtera rastra
3. program Indonesia pintar
4. kredit usaha rakyat (kur),
GINI RATIO

Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan agregat
(secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu
(ketimpangan yang sempurna). Koefisien Gini dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang
yang terletak antara garis diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang di mana
kurva Lorenz itu berada. pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang
membandingkan distribusi dari suatu variable tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi
uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk.
Perhatikan gambar berikut:

Dari gambar di atas, sumbu horisontal menggambarkan prosentase kumulatif penduduk,


sedangkan sumbu vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan yang diterima oleh masing-
masing prosentase penduduk tersebut. Sedangkan garis diagonal di tengah disebut “garis
kemerataan sempurna”. Karena setiap titik pada garis diagonal merupakan tempat kedudukan
prosentase penduduk yang sama dengan prosentase penerimaan pendapatan. Garis yang cembung
disebut kurva lorenz.
Semakin jauh jarak garis kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat
ketidakmerataannya. Sebaliknya semakin dekat jarak kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin
tinggi tingkat pemerataan distribusi pendapatannya. Pada gambar di atas, besarnya ketimpangan
digambarkan sebagai daerah yang diarsir.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa suatu distribusi pendapatan makin merata jika
nilai Koefisien Gini mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan makin
tidak merata jika nilai Koefisien Gininya makin mendekati satu. Perhatikan tabel berikut:
Tabel: Patokan Nilai Koefisien Gini

Nilai Koefisien Distribusi Pendapatan


<0.4 Tingkat ketimpangan

0,4-0,5 rendah Tingkat

>0,5 ketimpangan sedang

Tingkat ketimpangan tinggi

Bank Dunia merinci penyebab utama ketimpangan yang terjadi di Indonesia :

 Pertama, ketimpangan peluang, yang tercermin pada nasib anak-anak dari keluarga
miskin, yang terpengaruh oleh tempat mereka dilahirkan atau pendidikan orang tua
mereka. Menurut Bank Dunia, awal yang tidak adil dapat menentukan kurangnya peluang
bagi mereka selanjutnya.

 Kedua, ketimpangan pasar tenaga kerja, dimana pekerja dengan keterampilan tinggi
menerima gaji yang lebih besar, dan tenaga kerja lainnya hampir tidak memiliki peluang
untuk mengembangkan keterampilan mereka. Hal ini mengakibatkan mereka
terperangkap dalam pekerjaan informal dengan produktivitas rendah dan pemasukan
yang kecil.

 Ketiga, konsentrasi kekayaan, dimana kaum elit memiliki aset keuangan seperti properti
atau saham, yang ikut mendorong ketimpangan saat ini dan masa depan.

 Keempat, ketimpangan dalam menghadapi goncangan. Hal ini terlihat saat terjadi
goncangan, dimana masyarakat miskin dan rentan akan lebih terkena dampak.
Goncangan akan menurunkan kemampuan mereka untuk memperoleh pemasukan dan
melakukan investasi kesehatan dan pendidikan.

Upaya untuk menurunkan nilai gini ratio :

 Menurunkan angka stunting

Lewat peningkatan kualitas pelayanan dasar publik ditingkat lokal (air bersih, sanitasi,
gizi, pengetahuan ibu,dan pelayanan kesehatan).
 Menurunkn kemiskinan

Lewat stabilisasi harga pangan, pengurangan beban pnduduk miskin,dan subsidi tepat
sasaran (program-program bantuan sosial).

 Memberikan peluang pekerjaan

Lewat peningkatan keahlian dan sertifikasi, magang, kemitraan dengan industri, dan
investasi yang menyerap tenaga kerja yang besar

 Menurunkan ketimpangan kekayaan

Lewat pajak/subsidi, program afirmasi yang efektif, penuntasan NIK, kredit UMKM
terutama dibidang pertanian dan perikanan.

 Menguatkan industri

Lewat penguatan industri kecil strategis, pemaksimalan potensi lokal perhutanan sosial,
reforma agraria, peningkatan skala usaha petani dan nelaya, pengembangan destinasi
wisata.

DAYA SAING DAN INDUSTRI 4.0


SLIDE SELANJUTNYA
Disini kami akan membahas tentang ekspor dan impor Indonesia. Kami mengambil data ekspor dan
impor untuk Januari-Agustus 2021, seperti yang terlihat pada gambar, di dalam ekspor, bahwa ekspor
Indonesia mengalami peningkatan sebesar 37.77% dibandingkan Januari-Agustus 2020 dengan nilai
sebesar 142.01 miliar US$. Dimana dari 142.01 miliar US$, terdiri dari ekspor migas sebesar 7.87 miliar
US$ dan ekspor nonmigas 134.13 miliar US$. Dari 142.02 miliar US$ ini, yang paling tinggi persentase
nya adalah lemak dan minyak hewan/nabati. Ini menandakan bahwa kita banyak mengekspor lemak dan
minyak nabati/hewan ke China, India dan Malaysia
SLIDE SELANJUTNYA
Laporan daya saing internasional yang dikeluarkan oleh IMD The world competitiveness yearbook. Jadi,
The World Competitiveness Yearbook adalah laporan tahunan yang dikeluarkan International Institute
for Management Development yang berbasis di Swiss tentang daya saing negara yang terdaftar dan
telah dipublikasikan sejak tahun 1989. jadi negara yang terdaftar di WCY ini ada 64 negara. Dan mereka
menggunakan 330+ kriteria. Kita bisa lihat di grafik bahwa Indonesia berada pada peringkat 37 dari 64 di
tahun 2021. Dan itu sudah cukup membaik, karena di tahun sebelumnya Indonesia itu berada di
peringkat 40. Untuk Talent Competitiveness Indonesia berada di peringkat 45 dari 64 negara pada tahun
2020. Untuk Digital Competitiveness kita berada pada peringkat 53 dari 64 negara di tahun 2021. Itu
menunjukkan bahwa Indonesia masih kurang di dalam dunia Digital. 
SLIDE SELANJUTNYA
Yang selanjutnya adalah Competitiveness. Di dalam Competitiveness ini, ada 4 komponen utama
metode penilaian daya saing meliputi, Business Efficiency, Government Efficiency, Economic
Performance (Kinerja Perekonomian), dan Infrastructure.
Komponen Business Efficiency mengalami peningkatan dari peringkat 31 di tahun 2020 menjadi 25 di
tahun 2021 disebabkan oleh optimisme untuk transformasi bisnis ke depan. faktor yang menjadi
kekuatan adalah pada pertumbuhan angkatan kerja, serta akses pada layanan keuangan, jadi sudah
banyak aplikasi finance yang memudahkan kita bertransaksi, misalnya mobile banking, peminjaman
online, dan sbgainya. sedangkan kelemahannya ada pada tingkat produktivitas tenaga kerja yang masih
rendah, ini menandakan bahwa tingkat kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan produk masih
rendah.
Pada komponen Government Efficiency, tetap berada pada peringkat 31. Di dalam government
efficiency ini, ada kriteria yang dibuat. Kriteria yang menjadi faktor kekuatan meliputi penerimaan pajak
dan efektivitas APBN, sedangkan kelemahannya terdapat pada prosedur memulai bisnis dan rasio
cadangan mata uang asing per kapita.
 Peringkat Economic Performance (kinerja perekonomian) Indonesia di tahun 2021 berada pada posisi
35, menurun dibandingkan tahun 2020 di posisi 26. Penurunan peringkat tersebut didorong oleh
perdagangan internasional, dan tingkat harga domestik. Aspek yang menjadi kekuatan pada komponen
Kinerja Perekonomian meliputi: kestabilan harga, dan …
Peringkat infrastructure Indonesia juga menurun dari posisi 56 di tahun 2020 menjadi posisi 57 di tahun
2021. Hal tersebut disebabkan oleh faktor kesiapan infrastruktur kesehatan dan pendidikan dalam
menghadapi pandemi.
SLIDE SELANJUTNYA
Yang selanjutnya adalah Talent Competitiveness. Untuk talent competitiveness ini, IMD belum
melakukan survey untuk tahun 2021. Jadi, masih tahun 2020 saja. Jadi di dalam Talent Competitiveness
ada 3 yang dinilai yaitu Appeal, Readiness, dan Investment and Development.
Secara keseluruhan, untuk Daya SAing Talent ini, kita berada pada peringkat 45.
SLIDE SELANJUTNYA
Yang selanjutnya adalah Digital Competitiveness (Daya Saing Digital) Nah disinilah, kita akan nampak
industri 4.0 sesungguhnya. Saat ini perkembangan teknologi digital sangat pesat. Teknologi digital
berupa Internet of things (IoT), automation, robotic, data science dan artificial intelligence (AI) semakin
dikembangkan untuk menyelesaikan banyak masalah.
 
dari data report, Peringkat Indonesia untuk Digital Competitiveness ini yang paling rendah. Indonesia
berada pada peringkat 53 dari 64 negara. dan hal itu mengalami peningkatan pada faktor Future
Readiness, namun terjadi penurunan pada faktor Technology dan juga pada faktor Knowledge, dimana
jika dianalisa lebih lanjut pada faktor Knowledge ternyata Talent sub-sector and the Training &
Education sub-sector mengalami penurunan. 
SLIDE SELANJUTNYA
Tadi kan top weaknesses dari Knowledge adalah training & education. Jadi di training & education yang
disurvey ada 6 kriteria, dan dari 6 itu yang paling rendah adalah higher education achievement. Kami
beranggapan bahwa di Indonesia masih banyak orang yang lulusan SMA/SMP. Akibat dari covid 19,
banyak juga pelajar yang menunda pendidikannya karena keadaan ekonomi yang kurang. Jadi orang2 itu
tidak mampu untuk mengikuti kegiatan universitas. Dan baru2 ini ada berita bahwa 800 pelajar di
Sumatera Utara tidak mengikuti Pembelajaran Tatap Muka karena sudah menikah.
 Kalau di technology, yang menjadi top weaknessesnya adalah technological framework. Sama dengan
training&education, mereka ada mensurvey 6 kriteria, dan dari 6 itu yang paling rendah adalah Internet
users dan Internet bandwitch speed.  
Indonesia masih tertinggal dalam persaingan digital dan sudah menjadi tantangan kita bersama untuk
mempercepat kesiapan dan ketersediaan talenta yang ahli di bidang digital. Dari data yang diuraikan,
terlihat bahwa situasi saat ini semakin mendesak Indonesia untuk menciptakan sinergi antara dunia
pendidikan, industri, pemerintah dan masyarakat untuk mengarah pada ekosistem data science & AI.

Anda mungkin juga menyukai