Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULAUN

A. Latar Belakang
Kesehatan menurut World Health Organization )WHO, 2015) adal
ah keadaan sehat fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya ti
dak adanya penyakit atau kelemahan. Salah satu pemasalahan kesehatan y
ang signifikan di dunia adalah kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa merupakan
suatu kondisi perasaan sejahtera secara subyektif, suatu penilaian diri tenta
ng perasaan mencakup aspek konsep diri, kebugaran dan kemampuan peng
endalian diri.
Menurut UU No. 18 Tahun 2014 kesehatan jiwa merupakan kondis
i ketika seseorang individu dapat berkemabang secara fisik, mental, spiritu
al, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari keamampuan sendiri, d
apat menagatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu mem
berikan kontribusi untuk komunitasnya.
Orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan
dan perkembanagan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko men
galami gangguan jiwa disebut Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang sela
njutnya disingkat ODMK. Sedangkan orang yang mengalami gangguan da
lam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk seku
mpulan gejala dan/atau peruabahan perilaku yang bermakna, serta dapat m
enimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang se
bagai manusia disebut Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya di
sebut ODGJ.
Berdasarkan hasil survey World Health Organization )WHO, 201
5) menyatakan hampir 450 juta penduduk dunia menderita masalah gangg
uan jiwa. Satu dari empat anggota keluarga mengalami gangguan jiwa dan
seringkali tidak terdiagnosis secara tepat sehingga tidak memperoleh pera
watan dan pengobatan dengan tepat. Menurut WHO (2018), gangguan jiw
a berat dan kronis itu terjadi pada pasien skizofrenia. Jumlah pasien gangg
uan jiwa didunia lebih dari 23 juta orang diseluruh dunia tetapi tidak umu
m seperti banyak gangguan mental lainnya, lebih sering terjadi pada laki-la
ki berjumlah 12 juta orang dan perempuan 9 juta orang. Gangguan jiwa m
encapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berk
embang menjadi 25% di tahun 2030, gangguan jiwa juga berhubungan den
gan bunuh diri, lebih dari 90% dari 1 juta kasus bunuh diri setiap tahunnya
akibat gangguan jiwa.
Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukan, terdapat 7% penduduk In
donesia yang mengalami gangguan mental berat (skizofrenia) atau secara a
bsolute terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia. Bila dilihat menu
rut provinsi, prevalensi gangguan jiwa berat paling tinggi terjadi provinsi
Bali sekitar 11% dan pravelensi gangguan jiwa berat paling rendah adalah
Kepulauan Bali sekitar 3%. Sedangkan di Provinsi Lampung terdapat sekit
ar 6% penduduk menagalami gangguan jiwa berat (skizofrenia).
Skizofrenia didefinisikan sebagai suatu sindrome klinis atau proses
penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, p
ersepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu ( Videbeck,
2008, dikutip dalam Satrio,dkk, 2015). Gejala skizofrenia dibagi menjadi d
ua yaitu gejala negatif dan gejala positif. Gejala positif yaitu halusinasi, wa
ham, pikiran yang tidak terorganisir, dan perilaku yang aneh. Dari gejala te
rsebut, halusinasi merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, lebih
dari 90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep, 2013). Menurut
Stuart dan Laria (2005), Stuart (2009) dikutip dalam Satrio, dkk, (2015), m
enjelaskan bahwa 70% klien skizofrenia mengalami halusinasi dengar. Pre
sentase diatas menunjukan bahwa halusinasi dengar merupakan halusinasi
yang mayoritas di jumpai pada klien skizofrenia. Sedangkan menurut Tow
send (2009) dikutip dalam Satrio, dkk, (2015), halusinasi merupakan suatu
bentuk persepsi atau pengalaman indera dimana tidak terdapat stimulasi ter
hadap reseptor-reseptornya, halusinasi merupakan persepsi sensori yang sa
lah yang mungkin meliputi salah satu dari ke lima panca indera. Hal ini me
nunjukan bahwa halusinasi dapat bermacam-macam yang meliputi halusin
asi pendengaran , penglihatan, penciuman, perabaan dan pengcapan.
Sedangkan menurut Stuart (2009) dikutip dalam Satrio, dkk, (201
5), halusinasi adalah distensi persepsi palsu yang terjadi pada respon neuro
biologis yang maladaktif, klien mengalami distorsi sensori yang nyata dan
meresponnya, namun dalam halusinasi stimulus internal dan eksternal tida
k dapat di indentifikasi. Sedangkan hasil penelitian Ni made, dkk (2013) te
ntang terapi Okupasi Aktivitas Waktu Luang Terhadap Perubahan Gejala
Halusiansi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia menunjukan bahwa ada p
engaruh yang sangat signifikan dengan menurunkan gejala halusinasi pada
pasien skizofrenia setelah pemberian terapi okupasi aktivitas waktu luang.
Sedangkan menurut Creek (2010 dikutip dalam Ni Made, dkk, 2011)
aktifitas mengisi waktu luang yang diberikan adalah berupa aktivitas
sehari-hari, yaitu menyapu, membersihkan tempat tidur. Aktivitas waktu
luang dapat membantu pasien mencegah terjadinya stimulus panca indera
tanpa adanya rangsang dari luas dan membantu pasien untuk berhubungan
dengan orang lain atau lingkungannya secara nyata.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri dkk, (2011)
tentang penurunan halusinasi pada klien jiwa melalui Cognitive Behavior
Therapy menunjukkan adanya perbedaan peningkatan pelaksanaan cara
mengontrol halusinasi yang bermakna antara kelompok yang mendapat
dan tidak mendapat CBT (p<0,05). Halusinasi menurun secara bermakna
pada kelompok yang mendapat CBT (p<0,05). Sedangkan pada kelompok
yang tidak mendapat CBT halusinasi menurun secaara tidak bermakna
(p>0,05). CBT direkomendasikan dilakukan pada klien halusinasi sebagai
tindakan keperawatan spesialis. Menurut penelitian yang telah dilakukan
oleh Retno & Amalia (2013) tentang pengaruh terapi Tought Stopping
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofprenia
menunjukkan bahwa analisa data dengan menggunakan Wilcoxon Sign
Rank\ Test dengan p=0,000 dan taraf signifikansi level 0,05, sehingga H0
ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh terapi
thought stopping terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
skizofrenia di Poli Jiwa RS Kabupaten Gresik. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi thought stopping
mampu meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
skizofrenia. Perawat di Poli Jiwa sebaiknya membuat implementasi asuhan
keperawatan pasien halusinasi serta mempunyai alat ukur untuk menilai
keberhasilan dari kegiatan yang dilakukan sehingga dapat diketahui
kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi
Halusinasi merupakan kasus paling banyak terjadi pada pasien
gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori
persepsi yang dialami pasien gangguan jiwa. Pasien merasa sensasi berupa
suara, penglihatan, perabaan, pengecapan tanpa stimulus yang nyata.
(Keliat,2011). Halusinasi bila tidak dilakukan tindakan perawatan yang
baik dan efektif bisa menyebabkan masalah yang berat, untuk menurunkan
masalah tersebut salah satu tindakan yang dapat diberikan adalah asuhan
keperawatan dalam bentuk implementasi seperti strategi pelaksanaan (SP),
sehingga diharapkan pasien mampu mengontrol halusinasi. Diperlukan
bantuan orang lain dan keluarga agar terwujudnya kesembuhan bagi
pasien.
Penderita gangguan jiwa yang dirawat khususnya di Rumah Sakit J
iwa Daerah Provinsi Lampung Tahun (2018) berjumlah 806 orang, pasien
yang dirawat inap dengan data 631 orang untuk Skizofrenia Paranoid, skiz
ofrenia beberfrenik 69, gangguan mental organik 33, gangguan skizoafekti
f YTT 21, gangguan skizofrenia tipe depresif 14, gangguan skizoafektif tip
e campuran 14, skizofrenia YTT 9, gangguan psikotik dan polimorfik akut
tanpa gejala skizofrenia 7, gangguan skizoafektif tipe manik 6, dimensia 2
(rekam Medik, 2018).
Berdasarkan data di atas penulis tertarik untuk mengambil judul As
uhan Keperawatan JiwaTerhadap Tn. Dengan halusinasi di Ruang Nuri Ru
mah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2021.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada klien mengalami gangguan pers
epsi sensori halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan klien yang mengalami halusinasi pend
engaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang halusiansi pen
dengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami hal
usinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.
c. Menyusun rencana keperawatan pada klien yang mengalami halusi
nasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.
d. Menyusun Tahapan Implementasi keperawatan pada klien yang
mengalami halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Lampung.
e. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami halusinasi penden
garan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mampu menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan halus
inasi serta menambah pengobatan dan pengalaman dalam penerapan as
uhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
2. Bagi profesi
Sebagai bahan masukan bagi perawat ruangan dalam memberikan pan
duan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi se
hingga klien mendapatkan penanganan tepat dan optimal sesuai tanda
dan gejala yang timbul pada pasien.
3. Bagi rumah sakit jiwa Daerah Provinsi Lampung
Sebagai masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayana
n keperawatan khusunya pada pasien halusinasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Halusinasi
1. Pengertian Halusinasi
a. Perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun
eksternal yang disertai dengan respon yang
berkurang,berlebihan atau terdistrorsi. (SDKI,2016)
b. Menurut Fontaine, (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) halusinasi
adalah terjadinya penglihatan, suara, sentuhan, bau maupun rasa
tanpa stimulus eksternal terhadap organ-organ indera.
c. Sedangkan menurut Towsend (2009 dalam Satrio, dkk, 2015),
Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman
indera dimana tidak terdapat stimulasi terhadap reseptor-
reseptornya, halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah
yang mungkin meliputi salah satu dari kelima panca indera. Hal
mi menunjukkann bahwa halusinasi dapat bermacam-macam
yang meliputi halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan dan pengecapan.
d. Menurut Stuart (2009 dalam Satrio, dkk, 2015), halusinasi
adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon
neurobiologis yang maladaptif, klien mengalami distorsi sensori
yang nyata dan meresponnya, namun dalam halusinasi stimulus
internal dan eksternal tidak dapat diidentifikasi.
e. Sedangkan NANDA-I (2009-2011 dalam Satrio, dkk, 2015) juga
menyatakan bahwa halusinasi merupakan perubahan dalam
jumlah dan pola stimulus yang diterima disertai dengan
penurunan berlebih distorsi atau kerusakan respon beberapa
stimulus.
f. Videbeck (2008) juga menyebutkan bahwa halusinasi adalah
persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak
terjadi dalam realitas, halusinasi dapat melibatkan panca indera
dan sensasi tubuh.
g. Halusinasi yang paling sering terjadi adalah halusinasi dengar
(Videbeck, 2008).
h. Stuart (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) juga menyatakan bahwa
halusinasi dengar merupakan masalah utama yang paling sering
dijumpai.
i. Fontaine (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) juga menyatakan
bahwa halusinasi dengar merupakan gejala skizofrenia yang
paling sering dijumpai, mencakup 70% dari keseluruhan
halusinasi.
j. Sedangkan Stuart dan Laraia (2005; Stuart, 2009 dalam Satrio,
dkk, 2015) juga menjelaskan bahwa 70% klien skizofrenia
mengalami halusinasi dengar. Persentase diatas menunjukkan
bahwa halusinasi dengar merupakan halusinasi yang mayoritas
dijumpai pada klien skizofrenia.
2. Jenis Halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran
Halusinasi dengar merupakan gejala mayoritas yang sering
dijumpai pada klien skizofrenia. Papolos & Papolos (2002,
dalam Fontaine, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015) menyatakan
bahwa halusinasi dan delusi mencapai 90% pada individu
dengan skizofrenia dan halusinasi dengar merupakan masalah
utama yang paling sering dijumpai 70%. Diperkuat oleh Stuart
dan Laraia (2005 dalam Satrio, dkk, 2015) yang menyatakan
bahwa klien skizofrenia 70% mengalami halusinasi dengar.
Senada dengan pernyataan diatas Stuart (2009 dalam Satrio,
dkk, 2015) yang juga menyatakan bahwa halusinasi yang paling
sering diakitkan dengan skizofrenia, sekitar 70% klien
skizofrenia mengalami halusinasi dengar. Pernyataan diatas
menunjukkan bahwa persentase halusinasi dengar merupakan
persentase terbesar yang ditemukan pada klien skizofrenia
dibandingkan dengan halusinasi lainnya. Menurut Copel (2007),
halusinasi pendengaran paling sering terjadi pada skizofrenia,
ketika klien mendengar suara-suara, suara tersebut dianggap
terpisah dari pikiran klien sendiri. Isi suara-suara tersebut
mengancam dan menghina, sering kali suara tersebut
memerintah klien untuk melakukan tindakan yang akan melukai
klien atau orang lain.
Menurut Stuart (2009 dalam Satrio, dkk, 2015), pada klien
halusinasi dengar tanda dan gejala dapat dikarakteristik
mendengar bunyi atau suara, paling sering dalam bentuk suara,
rentang suara dari suara sederhana atau suara yang jelas, suara
tersebut membicarakan tentang pasien, samapi percakapan yang
komplet antara dua orang atau lebih seperti orang yang
berhalusinasi. Suara yang didengar dapat berupa perintah yang
memberitahu pasien untuk melakukan sesuatu, kadang-kadang
dapat membahayakan atau mencederai. Cancro dan Lehman
(2000, dalam Videbeck, 2008) menyebutkan bahwa paling
sering suara yang didengar adalah suara orang berbicara pada
klien atau membicarakan klien. Suara dapat satu ataupun banyak
dan dapat berupa suara yang dikenal maupun yang tidak dikenal.
Sedangkan Sauosa (2007) menyebutkan bahwa halusinasi yang
didengar dapat berbentuk suara perempuan (49,87%) dan laki-
laki (50,13%). Dan reaksi klien ketika mendengar suara tersebut,
48,32% adalah marah dan halusinasi yang didengar berasal dan
kedua telinga (91, 47%).

Sementara itu hasil penelitian Nayani dan David (1996, dalam


Birchwood, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015) menunujukkan
bahwa isi halusinasi pendengaran 84% berupa perintah untuk
melakukan sesuatu, 77% mengkritik individu, 70% menghina
klien. 66% mengancam, 61% membicarakan tentang orang lain,
53% mendebat klien, 48% menyenangkan klien, 41%
menanyakan sesuatu dan 40% menertawakan klien.
Halusinasi dengar harus menjadi fokus perhatian kita
bersama karena halusinasi dengar apabila tidak ditangani secara
baik dapat menimbulkan resiko terhadap keamanan din klien
sendiri, oranglain dan juga lingkungan sekitan. Hal mi
dikarenakan halusinasi dengar klien sering berisikan perintah
untuk melukai dirinya sendiri maupun oranglain (Rogers dkk,
1990 dalam Birchwood, 2009). Dan secara klinik dan evidence
base, halusinasi dengar tersebut telah terbukti dapat
menyebabkan distress pada individu (Garety & Hemsley. 1987
dalam Birchwood, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
Penelitian Wong (2008) tentang karakteristik halusinasi
dengar pada klien psikotik didapatkan hasil bahwa frekuensi
terjadinya halusinasi terjadi dalam beberapa kali dalam setiap
jam (27%), 18% klien melaporkan satu kali dalam setiap jam,
41% terjadi setiap han dan 14% terjadi setiap rninggu. Dan
durasi halusinasi dengar tersebut terjadi lebih kurang 10 menit
(63%), 27% melaporkan bahwa durasi terjadinya halusinasi
adalah kurang dan satu jam dan 9% melaporkan bahwa
halusinasi terjadi sepanjang han. Dan berdasarkan keyakinan
klien terhadap halusinasi yang didengarnya didapat hasil bahwa
klien percaya bahwa halusinasi tersebut merupakan suatu hal
yang buruk, suatu hal yang baik, peperangan emosional dan
resistensi emosional. Keyakinan bahwa halusinasi merupakan
suatu hal buruk berhubungan dengan keyakinan klien bahwa
halusinasi merupakan suatu hal yang maha kuat.

b. Halusinasi Penciuman
Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa klien
mencium aroma atau bau tertentu seperti urine atau feces atau
bau yang bersifat lebih umum atau bau busuk atau bau yang
tidak sedap (Cancro & Lehman, 2000 dalam Videbeck, 2008).
Pendapat yang sama juga dikemukan oleh Stuart (2009 dalam
Satrio, dkk, 2015) pada halusinasi penciuman, klien dapat
mencium bau busuk, jorok, dan bau tengik seperti darah, urin,
atau tinja, kadang-kadang bau bisa menyenangkan, halusinasi
penciuman biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang,
dan demensia.
c. Halusinasi Penglihatan
Sedangkan pada klien halusinasi penglihatan, isi halusinasi
berupa melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada sama
sekali, misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal atau
mungkin sesuatu yang bentuknya menakutkan (Cancro &
Lehman, 2000 dalam Videbeck, 2008). Isi halusinasi
penglihatan klien adalah klien melihat cahaya, bentuk geometris,
kartun atau campuran antara gambaram bayangan yang
kompleks, Dan bayangan tersebut dapat menyenangkan klien
atau juga sebaliknya mengerikan (Stuart & Laraia, 2005; Stuart,
2009 dalam Satrio, dkk, 2015).

d. Halusinasi Pengecapan
Sementara itu pada halusinasi pengecapan, isi halusinasi
berupa klien mengecap rasa yang tetap ada dalam mulut, atau
perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa
tersebut dapat berupa rasa logam atau pahit atau mungkin seperti
rasa tertentu. Atau berupa rasa busuk, tak sedap dan anyir
seperti darah, urine atau feces (Stuart & Laraia., 2005; Stuart,
2009 dalam Satrio, dkk, 2015).

e. Halusinasi Perabaan
Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi
seperti aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubub atau
binatang kecil yang merayap di kulit (Cancro & Lehman, 2000
dalam Videbeck, 2008). Klien juga dapat mengalami nyeri atau
tidak nyaman tanpa adanya stimulus yang nyata, seperti sensasi
listrik dan bumi, benda mati ataupun dan oranglain (Stuart &
Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).

f. Halusinasi Chenesthetik
Halusinasi chenesthetik klein akan merasa fungsi tubuh
seperti darah berdenyut melalui vena dan arteri, mencerna
makanan, atau bentuk urin (Videbeck, 2008; Stuart, 2009 dalam
Satrio, dkk, 2015).

g. Halusinasi Kinestetik
Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensasi
gerakan tubuh, gerakan tubuh yang tidak lazim seperti meayang
di atas tanah. Sensasi gerakan sambil berdiri tak bergerak
(Videbeck, 2008; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
3. Fase Halusinasi
a. Comforting (Halusinasi menyenangkan, Cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intense seperti
cemas, kesepian, rasa bersalah, dan takut dan mencoba untuk
berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan. Seseorang mengenal bahwa pikiran
dan pengalaman sensori berada dalam kesadaran control jika
kecemasan tersebut bisa dikelola.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tampak tidak tepat
2) Menggerakan bibir tanpa membuat suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat seperti asyik
5) Diam dan tampak asyik
b. Comdemning (Halusinasi menjijikan, Cemas sedang)
Penngalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien yang
berhalusinasi mulai merasa kehilangan control dan mungkin
berusaha menjauhkan diri, serta merasa malu dengan adanya
pengalaman sensori tersebut dan menarik diri dari orang lain.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Ditandai dengan peningkatan kerja system saraf autonomic
yang menunjukan kecemasan misalnya terdapat
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
2) Rentang perhatian menjadi sempit
3) Asyik dengan penngalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi
dengan realitas.
c. Controlling (Pengalaman sensori berkuasa, Cemas berat)
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan
pengalaman halusinasinya. Isi halusinasi bisa menjadi
menarik/meimkat. Seseorang mungkin mengalami kesepian jika
pengalaman sensori berakhir.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Arahan yang diberikan halusinasi tidak hanya dijadikan
objek saja oleh klien tetapi mungkin akan diikitu/dituruti
2) Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit
4) Tampak tanda kecemasan berat seperti berkeringat, tremor,
tidak mampu mengikuti perintah.
d. Conquering (Melebur dalam pengaruh halusinasi, Panic)
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti
perintah dari halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam
waktu empat jam atau sehari bila tidak ada intervensi terapeutik.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Perilakku klien tampak seperti dihantui terror dan panic
2) Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain
3) Aktifitas fisik yang digambarkan klien menunjukan isi dari
halusinasi misalnya klien melakukan kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonia
4) Klien tidak dapat berespon pada arahan kompleks
5) Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang
4. Rentang Respon Neurobiologis

Rentang Respon Neurobiologis


Respon Adaftif Respon
Maladaftif

1. Pikiran logis 1. Kadang proses pikir 1. Gangguan proses pikir


terganggu (waham)
2. Persepsi akurat
2. Ilusi 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten
dengan pengalaman 3. Emosi 3. RPK
4. Perilaku sesuai 4. Perilaku tidak biasa 4. Perilaku tidak
terorganisir
5. Hubungan sosial 5. Menarik diri
harmonis 5. Isolasi sosial

(Stuart 2009 dalam Satrio, dkk, 2015)

B. Tanda & Gejala Halusinasi Menurut Sdki (2016)


1. Mayor
 Subjektif : mengungkapkan isi waham
 Objektif : menujukan perilaku sesuai isi waham, isi fikir tidak
sesuai realitas, isi pembicaraan sulit dimengerti
2. Minor
 Subjektif : merasa sulit berkonsentrasi, merasa khawatir
 Objektif : curiga berlebihan, waspada berlebihan, bicara berlebihan,
sikap menangtang dan permusuhan, wajah tegang, pola tidur
berubah, tidak mampu mengambil keputusan, Flight of idea,
produktifitas kerja menurun, tidak mampu merawat diri, menarik
diri

C. Proses Terjadinya Masalah


Halusinasi sering secara umum ditemukan pada klien skizofrenia.
Proses terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia dapat dijelaskan
berdasarkan Model Adaptasi Stuart dan Laraia (2005; Stuart, 2009 dalam
Satrio, dkk, 2015) yaitu faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian
stressor, sumber koping dan juga mekanisme koping.
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk,
2015), faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya
halusinasi pada klien skizofrenia meliputi faktor biologi, psikologi dan
juga sosialkultural.
a. Faktor Biologi
Menurut Videbeck (2008), faktor biologi yang dapat menyebabkan
terjadinya skizofrenia adalah faktor genetik, neuroanatomi,
neurokimia serta imunovirologi.
1) Genetik
Secara genetik ditemukan perubahan pada kromosom 5 dan
6 yang mempredisposisiskan individu mengalami skizofrenia
(Copel, 2007). Sedangkan Buchanan dan Carpenter (2000,
dalam Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk,
2015) menyebutkan bahwa krornosom yang berperan dalam
menurunkan skizofrenia adalah kromosom 6. Sedangkan
kromosom lain yang juga berperan adalah kromosoni 4, 8, 15
dan 22, Craddock et al (2006 dalam Stuart, 2009 dalam Satrio,
dkk, 2015).
Penelitian lain juga menemukan gen GAD 1 yang
bertanggung jawab memproduksi GABA, dimana pada klien
skizofrenia tidak dapat meningkat secara normal sesuai
perkembangan pada daerah frontal, dimana bagaian ini
berfungsi dalam proses berfikir dan pengambilan keputusan
Hung et al, (2007 dalam Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015)
Penelitian yang paling penting memusatkan pada penelitian
anak kembar yang menunjukkan anak kembar identik beresiko
mengalami skizofrenia sebesar 50%, sedangkan pada kembar
non identik/fraternal berisiko 15% mengalami skizofrenia,
angka ini meningkat sampai 35% jika kedua orangtua biologis
menderita skizofrenia (Cancro&Lehman, 2000; Videbeck,
2008; Stuart, 2009) Semua penelitian ini menunjukkan bahwa
faktor genetik hanya sebagian kecil penyebab terjadinya
skizofrenia dan ternyata masih ada faktor lain yang juga
berperan sebagai faktor penyebab terjadinya skizofrenia.
2) Neuroanatomi
Penelitian menunjukkan kelainan anatomi, fungsional dan
neurokimia di otak klien skizofrenia hidup dan postmortem,
penelitian menunjukkan bahwa kortek prefrontal dan system
limbik tidak sepenuhnya berkembang pada di otak klien dengan
skizofenia. Penurunan volume otak mencerminkan penurunan
baik materi putih dan materi abu-abu pada neuron akson
(Kuroki et al, 2006; Higgins, 2007 dalam Stuart, 2009 dalam
Satrio, dkk, 2015). Hasil pemeriksaan Computed Tomography
(CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), memperlihatkan
penurunan volume otak pada individu dengan skizofrenia,
temuan ini memperlihatkan adanya keterlambatan
perkembangan jaringan otak dan atropi. Pemeriksaaan
Positron Emission Tomography (PET) menunjukkan.
Penurunan aliran darah ke otak pada lobus frontal selama tugas
perkembangan kognitif pada individu dengan skizofrenia..
Penelitian lain juga menunjukkan terjadinya penurunan volume
otak dan fungsi otak yang abnormal pada area temporalis dan
frontal (Videbeck, 2008). Perubahan pada kedua lobus tersebut
belum diketahui secara pasti penyebabnya.
Keadaan patologis yang terjadi pada lobus temporalis dan
frontalis berkorelasi dengan terjadinya tanda-tanda positif dan
negatif dan skizofrenia. Copel (2007) menyebutkan bahwa
tanda-tanda positif skizofrenia seperti psikosis disebabkan
karena fungsi otak yang abnormal pada lobus temporalis.
Sedangkan tanda-tanda negatif seperti tidak memiliki kemauan
atau motivasi dan anhedonia disebabkan oleh fungsi otak yang
abnormal pada lobus frontalis.
3) Neurokimia
Penelitian di bidang neurotransmisi telah memperjelas
hipotesis disregulasi pada skizofrenia, gangguan terus menerus
dalam satu atau lebih neurotransmitter atau neuromodulator
mekanisme pengaturan homeostatic menyebabkan
neurotransmisi tidak stabil atau tidak menentu. Teori ini
menyatakan bahwa area mesolimbik overaktif terhadap
dopamine, sedangkan apa area prefrontal mengalami hipoaktif
sehingga terjadi ketidakseimbangan antara system
neuritransmiter dopamine dan serotonin serta yang lain (Stuart,
2009 dalam Satrio, dkk, 2015). Pernyataan ini memberi arti
bahwa neurotransmiter mempunyai peranan yang penting
menyebabkan terjadinya skizofrenia.
Beberapa referensi menunjukkan bahwa neurotransmiter
yang berperan menyebabkan skizofrenia adalah dopamin dan
serotonin. Satu teori yang terkenal memperlihatkan dopamin
sebagai faktor penyebab, ini dibuktikan dengan obat-obatan
yang menyekat reseptor dopamin pascasinaptik mengurangi
gejala psikotik dan pada kenyataannya semakin efektif obat
tersebut dalam mengurangi gejala skizofrenia. Sedangkan
serotonin berperan sebagai modulasi dopamine, yang
membantu mengontrol kelebihan dopamin, beberapa peneliti
yakin bahwa kelebihan serotonin itu sendiri berperan dalam
perkembangan skizofrenia, ini dibuktikan dengan penggunaan
obat antipsikotik atipikal seperti klozapin (clozaril) yang
merupakan antagonis dopamin dan serotonin. Penelitian
menunjukkan bahwa klozapin dapat menghasilkan penurunan
gejala psikotik secara dramatis dan mengurangi tanda-tanda
negatif skizofrenia (O’Connor, 1998; Marder, 2000 dalam
Videbeck, 2008).
4) Imunovirologi
Sebuah penelitian untuk menemukan “virus Skizofrenia”
telah berlangsung (Torrey et al, 2007; Dalman et al, 2008 dalam
Satrio, dkk, 2015). Bukti campuran menunjukkan bahwa
paparan prenatal terhadap virus influenza, terutama selama
trimester pertama, mungkin menjadi salah satu faktor penyebab
skizofrenia pada beberapa orang tetapi tidak pada orang lain
(Brown et al, 2004). Teori ini didukung oleh temuan riset yang
memperlihatkan lebih banyak orang dengan skizofrenia lahir di
musim dingin atau awal musim semi dan di daerah perkotaan
(Van Os et al, 2004). Temuan ini menunjukkan musim
potensial dan tempat lahir dampak terhadap risiko untuk
skizofrenia. Infeksi virus lebih sering terjadi pada tempat-
tempat keramaian dan musim dingin dan awal musim semi dan
dapat terjadi in utero atau pada anak usia dini pada beberapa
orang yang rentan (Gallagher et al, 2007; Veling et al, 2008
dalam Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
b. Faktor Psikologis
Selain faktor biologi diatas, faktor psikologis juga ikut
berperan mengakibatkan terjadinya skizofrenia. Menurut
Townsend, (2009). awal terjadinya skizofrenia difokuskan pada
hubungan dalam keluarga yang mempengaruhi perkembangan
gangguan ini, teori awal menunjukkan kurangnya hubungan antara
orangtua dan anak, serta disfungsi system keluarga sebagai
penyebab skizofrenia. Dalam penelitian lain disebutkan beberapa
anak dengan skizofrenia menunjukkan kelainan halus meliputi
perhatian, koordinasi, kemampuan sosial, fungsi neuromotor dan
respon emosional jauh sebelum mereka menunjukkan gejala jelas
dari skizofrenia (Schiffman et al, 2004 dalam Stuart, 2009 dalam
Satrio, dkk, 2015).
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005 dalam Satrio, dkk, 2015)
faktor psikologis yang dapat mempengaruhi adalah tingkat
inteligensi, kemampuan verbal, moral, kepribadian, pengalaman
masa lalu, konsep diri dan motivasi. Selain itu faktor penyebab
terjadinya skizofrenia berdasarkan teori interpersonal berpendapat
bahwa skizofrenia muncul akibat hubungan disfungsional pada
masa kehidupan awal dan masa remaja, skizofrenia terjadi akibat
ibu yang cemas berlebihan, terlalu protektif atau tidak perhatian
secara emosional atau ayah yang jauh dan suka mengontrol
(Torrey, 1995 dalam Videbeck, 2008). Hal ini memberi arti bahwa
anak akan belajar pada orangtuanya yang mengalami skizofrenia
dan akan mempraktekkan apa yang dilihatnya setelah ia besar
dalam setiap ia mengalami masalah.
c. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya yang dapat menyebabkan terjadinya
skizofrenia adalah adanya double bind didalam keluarga dan
konflik dalam keluarga. Torrey (1995, dalam Videbeck, 2008) juga
menyebutkan bahwa salah satu faktor sosial yang dapat
menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah adanya disfungsi dalam
pengasuhan anak maupun dinamika keluarga. Konflik tersebut
apabila tidak diatasi dengan baik maka akan menyebabkan resiko
terjadinya skizofrenia
Berdasarkan Towsend (2005 dalam Satrio, dkk, 2015), faktor
sosial kultural meliputi disfungsi dalam keluarga, konflik keluarga.
komunikasi doeble bind serta ketidakmampuan seseorang untuk
memenuhi tugas perkembangan. Hal ini didukung oleh Seaward
(1997, dalam Videbeck, 2008) menyebutkan bahwa skizofrenia
disebabkan oleh faktor interpersonal yang meliputi komunikasi
yang tidak efektif, ketergantungan yang berlebihan atau menarik
diri dalam hubungan, dan kehilangan kontrol emosional.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa faktor sosial budaya seperti
pengalaman sosial dapat menjadi faktor penyebab terjadinya
skizofrenia.

2. Faktor Presipitasi
Pada kondisi normal, otak mempunyai peranan penting dalam
meregulasi sejumlah informasi. Informasi normal diproses melalui
aktivitas neuron. Stimulus visual dan auditory dideteksi dan disaring
oleh thalamus dan dikirim untuk diproses di lobus frontal. Sedangkan
pada klien skizofrenia terjadi mekanisme yang abnormal dalam
memproses informasi (Perry, Geyer & Braff, 1999 dalam Stuart &
Laraia, 2005). Gejala pencetus yang menyebabkan hal tersebut terjadi
adalah faktor kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu
(Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balik di
otak yang mengatur jumlah dan waktu dalam proses informasi. Stimuli
penglihatan dan pendengaran pada awalnya di saring oleh hipotalamus
dan dikirim untuk diproses oleh lobus frontal dan bila informasi yang
sampaikan terlalu banyak pada suatu waktu atau jika informasi
tersebut salah, lobus frontal mengirimkan pesan overload ke ganglia
basal dan di ingatkan lagi hipotalamus untuk memperlambat transmisi
ke lobus frontal. Penurunan fungsi dari lobus frontal menyebabkan
gangguan pada proses umpan balik dalam penyampaian informasi
yang menghasilkan proses informasi overload (Stuart & Laraia, 2005;
Stuart, 2009). Stessor presipiatsi yang lain adanya abnormal pada pintu
mekanisme pada klien skizofrenia, Pintu mekanisme adalah proses
elektrik yang melibatkan elektolit, hal ini memicu penghambatan saraf
dan rangsang aksi dan umpan balik yang terjadi pada system saraf.
Penurunan pintu mekanisme/gating proses ini ditunjukkan dengan
ketidakmampuan individu dalam memilih stimuli secara selektif (Hong
et al., 2007 dalam Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
3. Penilaian Terhadap Stressor
Penilaian terhadap stressor merupakan penilaian individu ketika
menghadapi stressor yang datang. Menurut Sinaga (2007), faktor
biologis, psikososial dan lingkungan saling benintegrasi satu sama lain
pada saat individu mengalami stres sedangkan individu sendiri
memiliki kerentanan (diatesis), yang jika diaktiflan oleh pengaruh stres
maka akan menimbulkan gejala skizofrenia. Model diatesis stress
diatas sama seperti Model Adaptasi Stuart dan Laraia (2005).
Berdasarkan Stuart dan Laraia. (2005). penilaian seseorang terhadap
stressor terdiri dan respon kogiitif, afektif, fisiologis, perilaku dan
sosial. Hal ini memberikan arti bahwa apabila individu mengalami
suatu stressor maka ia akan merespon stressor maka ia akan merespon
stressor tersebut dan akan tampak melalui tanda dan gejala yang
muncul.
4. Sumber Koping
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005 dalam Satrio, dkk, 2015),
sumber koping merupakan hal yang penting dalam membantu klien
dalam mengatasi stressor yang dihadapinya. Sumber koping tersebut
meliputi asset ekonomi, sosial support, nilai dan kemampuan individu
mengatasi masalah. Apabila individu mempunyai sumber koping yang
adekuat maka ia akan mampu beradapatasi dan mengatasi stressor
yang ada.
Keluarga merupakan salah satu sumber koping yang dibutuhkan
individu ketika mengalami stress. Hal tersebut sesuai dengan Videbeck
(2008) yang menyatakan bahwa keluarga memang merupakan salah
satu sumber pendukung yang utama dalam penyembuhan klien
skizofrenia. Psikosis atau Skizofrenia adalah penyakit menakutkan dan
sangat menjengkelkan yang memerlukan penyesuaian baik bagi klien
dan keluarga. Proses penyesuaian pasca psikotik terdiri dari empat
fase: (1) disonansi kognitif (psikosis aktif), (2) pencapaian wawasan,
(3) stabilitas dalam semua aspek kehidupan (ketetapan kognitif), dan
(4) bergerak terhadap prestasi kerja atau tujuan pendidikan
(ordinariness). Proses multifase penyesuaian dapat berlangsung 3
sampai 6 tahun (Moller, 2006, dalam Stuart, 2009):
a. Efikasi/Kemanjuran pengobatan untuk secara konsisten
mengurangi gejala dan menstabilkan disonansi kognitif setelah
episode pertama memakan waktu 6 sampai 12 bulan.
b. Awal pengenalan diri/insight sebagai proses mandiri melakukan
pemeriksaan realitas yang dapat diandalkan. Pencapaian
keterampilan ini memakan waktu 6 sampai 18 bulan dan tergantung
pada keberhasilan pengobatan dan dukungan yang berkelanjutan.
c. Setelah mencapai pengenalan diri/insight, proses pencapaian
kognitif meliputi keteguhan melanjutkan hubungan interpersonal
normal dan reengaging dalam kegiatan yang sesuai dengan usia
yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja. Fase ini berlangsung 1
sampai 3 tahun.
d. Ordinariness/kesiapan kembali seperti sebelum sakit ditandai
dengan kemampuan untuk secara konsisten dan dapat diandalkan
dan terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia lengkap dari
kehidupan sehari-hari mencerminkan tujuan prepsychosis. Fase ini
berlangsung minimal 2 tahun. sumber daya Keluarga, seperti
pemahaman orang tua terhadap penyakit, keuangan, ketersediaan
waktu dan energi, dan kemampuan untuk menyediakan dukungan
yang berkelanjutan, mempengaruhi jalannya penyesuaian
postpsychotic.
5. Mekanisnie Koping
Pada klien skizofrenia, klien berusaha untuk melindungi dirinya
dan pengalaman yang disebabkan oleh penyakitnya. Klien akan
melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan yang dialaminya,
melakukan proyeksi sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya dan
menarik diri yang berhubungan dengan masalah membangun
kepercayaan dan keasyikan terhadap pengalarnan internal (Stuart &
Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).

D. Pohon Masalah

Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain,


Dan Lingkungan

Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

Isolasi Sosial: Menarik Sosial


Gangguan Konsep Diri: Harga
Diri Rendah

Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (Keliat, 2010


dalam Satrio, dkk, 2015)

E. Daftar Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


No Diagnosa Data yang sudah ada Data yang perlu dikaji
1. Halusinasi
a. Pendengaran
 Melirik mata ke kanan/ ke kiri untuk mencari sumber suara
 Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang sedang
berbicara/ benda mati didekatnya
 Terlibat pembicaraan dengan benda mati ayau orang yang
tidak nampak
 Menggerakkan mulut seperti mengomel
b. Penglihatan
 Tiba-tiba tampak tergagap, ketakutan karena orang lain, benda
mati atau stimulus yang tak terlihat
 Tiba lari ke ruang lain
c. Pengecepan
 Meludahkan makanan atau minuman
 Menolak makanan atau minum obat
 Tiba-tiba meninggalkan meja makan
d. Penghirup
 Mengkerutkan hidung seperti menghirup udara yang tidak
enak
 Menghirup bau tubuh
 Menghirup bau udara ketika berjalan kearah orang lain
 Berespon terhadap bau dengan panic
e. Peraba
 Menampar diri sendiri seakan-akan sedang memadamkan api
 Melompat-lompat di lantai seperti menghindari sesuatu yang
menyakitkan
f. Sintetik
 Mengverbalisasi terhadap proses tubuh
 Menolak menyelesaikan tugas yang menggunakan bagian
tubuh yang diyakini tidak berfungsi
F. Diagnosa
1. Diagnosis Keperawatan: Halusinasi
2. Diagnosis Medis : Skizofrenia

G. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa SP Klien SP Keluarga


Keperawatan
Gangguan SP 1: SP 1:
Persepsi Sensori :  Membantu pasien mengenal  Diskusikan masalaha yang dirasakan
Halusinasi Halusinasi (isi, frekuensi, dalam merawat klien
waktu terjadinya, situasi  Jelaskan pengertian, tanda & gejala,
pencetus, perasaan saat dan proses terjadinya halusinasi
terjadi halusinasi)  Jelaskan cara merawat halusinasi
 Menjelaskan cara mengontrol  Latih cara merawat halusinasi: hardik
halusinasi: hardik,
obat,  Anjurkan membantu klien sesuai
bercakap – cakap, melakukan jadwal dan memberi pujian
kegiatan harian.
 Mengajarkan pasien
mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
halusinasi
 Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik
SP 2: SP 2:
 Evaluasi kegiatan  Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik beri pujian merawat/ melatih klien menghardik,
 Latih cara mengontrol beri pujian
halusinasi  Jwlaskan 6 benar cara memberikan
 Latih cara mengontrol obat
halusinasi dengan obat  Latih cara memberikan/ membimbing
(jelaskan 5 benar : jenis, guna minum obat
, dosis, frekuensi, cara,  Anjurkan membantu klien sesuai
kontinuitas minum obat) jadwaldan memberi pujian
 Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat
SP 3: SP 3:
 Evaluasi kegiatan harian  Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik & obat, beri merawat/ melatihh klien
pujian menghardikdan memberikan obat, beri
 Latih cara mengontrol pujian
halusinasi dg bercakap –  Jelaskan cara bercakap – cakap dan
cakap saat terjadi halusinasi melakukan kegiatan untuk mengontrol
 Masukan pada jadwal halusinasi
kegiatan untuk latihan  Latih dan sediakan waktu bercakap –
menghardik, minum obat, cakap dengan klien terutama pada saat
dan bercakap - cakap halusinaasi
 Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberikan pujian
SP 4 : SP 4 :
 Evaluasi kegiatan harian  Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik, minum obat & merawat/ melatih klien menghardik,
bercakap – cakap beri pujian memberian obat, dan bercakap –
 Latih cara mengontrol cakap, beri pujian
halusinasi dengan melakukan  Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
kegitan harian (mulai 2 tanda kambuh, rujukan
kegitan)  Anjurkan membantu klien sesuai
 Masukan pada jadwal jadwal dan memberikan pujian
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
bercakap – cakap dan
kegiatan harian

2. Rencana Tindakan Keperawatan Spesialis :


 Terapi individu : Terapi perilaku,CBT, ACT, REBT, RECBT,
 Terapi kelompok : Terapi Suportif
 Terapi keluarga : Triangle terapi, Psikoedukasi Keluarga
 Terapi komunitas ; Assertive community therapy

H.Rencana Tindakan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori :


Halusinasi Menurut SIKI (standar intervensi keperawatan
indonesia ) 2018

a. Observasi
- Monitor prilaku yang mengindikasi halusinasi
- Monitor dan sesuaikan tingkat aktifitas dan stimulasi lingkungan
- Monitor isi halusinasi ( mis. kekerasan / membahayakan diri)
b. Terapautik
- Pertahankan lingkungan yang aman
- Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengontrol
prilaku ( mis. limit setting,pembatasan wilayah,pengekangan
fisik,seklusi)
- Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi
- Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi
c. Edukasi
- Anjurkan memonitor sendiri situasi
terjadinya halusinasi
- Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi
dukungan dan umpan balik korektif terhadap halusinasi
- Anjurkan melakukan distraksi ( mis. mendengar musik, melakukan
aktivitas, dan teknik relaksasi )
- Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi

d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat anti psikotik dan anti ansietas
NRM : ..........................................................

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN JIWA Nama : ..........................................................


(Dilengkapi setelah dilakukan asesment oleh perawat)
Tanggal lahir: .........................................................
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)
No Perencanaan
Tgl Dx Keperawatan
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

GANGGUAN TUJUAN UMUM:


PERSEPSI Klien mampu
SENSORI: mengontrol halusinasi
HALUSINASI... yang dialami
(GSP):
HALUSINASI

TUJUAN KHUSUS:
Pertemuan 1. Setelah … X pertemuan klien Identifikasi fokus masalah klien, dengan:
Pengkajian menunjukkan tanda-tanda percaya  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
Klien mampu kepada perawat dan mengenali  Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
menunjukkan tanda- masalah yang dialami, dengan kriteria: perawat berinteraksi
tanda percaya kepada o Ekspresi wajah bersahabat.  Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
perawat dan o Menunjukkan rasa senang.  Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap
mengenali masalah o Ada kontak mata. kali berinteraksi
yang dialami o Mau berkenalan.  Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dialami klien
o Bersedia menceritakan masalah  Buat kontrak interaksi yang jelas
yang dialami.  Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan masalah
klien
Pertemuan I
Klien mampu 1. Setelah … X pertemuan klien Bantu klien mengidentifikasi halusinasi:
mengidentifikasi menjelaskan halusinasi yang dialami  Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
halusinasi dan dengan kriteria:  Observasi tingkah laku klien terkait dengan
mampu o Menceritakan isi halusiansi yang halusinasinya (* dengar /lihat /penghidu /raba /kecap),
mengendalikan dialami jika menemukan klien yang sedang halusinasi:
halusinasi yang o Menceritakan waktu halusiansi  Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu
dialami dengan yang dialami ( halusinasi dengar/ lihat/ penghidu /raba/ kecap )
latihan menghardik o Menceritakan frekwensi  Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang
halusiansi yang dialami dialaminya
o Menceritakan situasi halusiansi  Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami
yang dialami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak
o Menceritakan perasaan dan respon mengalaminya ( dengan nada bersahabat tanpa
dari halusiansi yang dialami menuduh atau menghakimi)
 Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal
yang sama.
 Katakan bahwa perawat akan membantu klien
 Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien :
 Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi,
siang, sore, malam atau sering dan kadang – kadang)
 Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
 Perasaan dan respon waktu halusinasi muncul

2. Setelah … X pertemuan klien 1. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan


mengendalikan halusianasi yang menghardik
dialami dengan latihan menghardik,  Diskusikan cara yang digunakan klien (membiarkan,
dengan kriteria: tidur, marah, menyibukkan ditri, dll)
o Menutup kedua telinga Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.
o Memejamkan mata Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan
o Melawan halusiansi yang dialami kerugian cara tersebut
dengan menghardik  Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan kegiatan
 Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol
timbulnya halusinasi : Katakan pada diri sendiri bahwa
ini tidak nyata ( “saya tidak mau dengar/ lihat/
penghidu/ raba /kecap pada saat halusinasi terjadi)
 Menghardik sambil tutup mata dan tutup telinga
 Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih
saat halusinasi muncul
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik

Pertemuan II
Klien mampu 1. Setelah … X pertemuan klien 2. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan
mengendalikan mengendalikan halusinasi yang dialami memanfaatkan obat
halusinasi yang dengan latihan memanfaatkan obat,  Evaluasi kegiatan latihan menghardik. Beri pujian
dialami dengan dengan kriteria:  Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6
memanfaatkan obat o Mengungkapkan prinsif 6 benar benar: pasien, obat, dosis, waktu, cara dan kontinuitas
obat minum obat)
o Menjelaskan prinsif: Benar  Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
pasien,obat,dosis, waktu, cara menghardik dan minum obat
o Mengungkapkan kontinuitas
minum obat dan pengobatan.

Pertemuan III
Klien mampu 1. Setelah … X pertemuan klien 3. Latih klien mengendalikan halusiansi dengan cara
mengendalikan mengendalikan halusinasi yang dialami bercakap-cakap
halusinasi yang dengan latihan cara fisik, dengan  Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat. Beri
dialami dengan kriteria: pujian
dengan cara o Mengungkapkan halusinasi yang  Latih cara mengontrol halusinasi dg bercakap-cakap saat
verbal/bercakap- muncul kepada orang lain (sesama terjadi halusinasi
cakap klien,perawatdan anggota  Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga)
keluarga) untuk menceritakan tentang halusinasinya.
o Bercakap-cakap dengan sesama  Meminta perawat/sesama klien/anggota keluarga
klien menyapa/mengajak bercakap-cakap saat halusinasi
o Bercakap-cakap dengan muncul
perawatdan anggota keluarga  Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
o Meminta perawat/sesama menghardik, minum obat dan bercakap-cakap
klien/anggota keluarga
menyapa/mengajak bercakap-
cakap

Pertemuan IV
Klien mampu 1. Setelah … X pertemuan klien 4. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara
mengendalikan mengendalikan halusinasi yang dialami kegiatan terjadwal
halusinasi yang dengan latihan cara spiritual, dengan  Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat &
dialami dengan cara kriteria: bercakap-cakap. Beri pujian
latihan kegiatan o Mengungkapkan kegiatan  Latih cara mengontrol halusinasi dg melakukan kegiatan
terjadwal aktivitas sehari-hari dari bangun harian (mulai 2 kegiatan)
tidur sampai tidur lagi  Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari hari
o Mengisi kegiatan yg bisa yang telah di susun.
dilakukan pd waktu halusinasi  Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
muncul menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan kegiatan
o Memilih kegiatan dan harian
mempraktekkan kegiatan untuk
mengendalikan halusinasi

Pertemuan V dst
Klien mampu 1. Setelah … X pertemuan klien 5. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara
mengendalikan mengendalikan halusinasi yang dialami menghardik & obat & becakap-cakap & kegiatan
halusinasi yang dengan latihan cara fisik, obat, verbal terjadwal.
dialami dan spiritual, dengan kriteria:  Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat &
o Mempraktekkan latihan becakap-cakap & kegiatan terjadwal. Beri pujian
menghardik  Nilai kemampuan yang sudah mandiri
o Mempraktekkan latihan obat  Nilai apakah halusinasi sudah terkontrol
o Mempraktekkan latihan bercakap-
cakap
o Mempraktekkan latihan kegiatan
terjadwal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

NRM : 056793

NAMA : Tn.S

TANGGAL LAHIR : 26-01-1986

Tanggal: 21-09-2021 Jam:10.00 wib Ruang rawat: Cendrawasi

Pendidikan: SMP Agama:Islam Suku : Sunda

Sumber Data : Pasien

Rujukan:  Tidak Ya dari Rs Puskesmas Dokter

Cara Datang pasien: Diantar oleh warga dan ditemani oleh Ny.R

Hubungan Dengan Klien: Ibu Kandung

I. ALASAN KE RS
Keluhan Utama:
Klien masuk RSJ pada tanggal 16-09-2021 klien sudah dirawat 5 hari di
ruang nuri, klien saat ini mendengar bisikan-bisikan yang mengejeknya
dirinya yang membuat dirinya kesal dan marah-marah sendiri. Menurut
klien halusinasi terjadi sebanyak 2x sehari biasanya sering muncul
waktunya pada saat malam hari dan ketika ia menyendiri, Klien juga
memgatakan mengancam warga dengan membawa senjata api, klien putus
obat ±5 bulan, keluarga berupaya menenangkan pasien tetapi tidak
berhasil sehingga keluarga dan dibantu oleh warga desa dibawa ke RSJ
karena meresahkan warga desa seta klien mencoba melempar batu, klien
juga mengejar-ngejar warga tanpa berbusana, klien bicara dan tertawa
sendiri, bicara klien melantur, mondar mandir, komat,kamit.
II. Riwayat Kesehatan
1. Pernah dirawat: Ya
Jelaskan: klien sudah pernah dirawat 3x terakhir tahun 2020 bulan
Agustus, dirawat ± 2 minggu di RSJ
2. Penyakit yang pernah dialami: Klien mengatakan pernah kejang saat
masih kecil
3. Riwayat Operasi : Tidak Ada
4. Riwayat Alergi: Tidak Ada
5. Riwayat penggunaan/Ketergantungan terhadap zat(waktu,jenis,
frekuensi, jumlah dan lama penggunaan)
Obat-obatan Rokok NAFZA Lainnya,

sebutkan,
Jelaskan: Klien mengatakan dalam sehari bisa menghabiskan 1
bungkus rokok, klien mengatakan merokok sejak usia sekitar 17
tahun klien mengatakan sering membeli rokok kretek yang dibeli
di warung

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya
2. Pengobatan Sebelumnya?

Berhasil Kurang Berhasil  Tidak Berhasil

3. Riwayat: Pelaku/Usia Korban/Usia


Saksi/Usia
Aniaya Fisik:  /22thn
Aniaya Seksual:
Penolakan :
Kekerasan dalam


Keluarga /22 thn
Tindakalan Kriminal
Jelaskan: klien mengatakan mengalami masalah gangguan kejiwaan
sejak usia 22 tahun sejak itu klien sudah mengalami perlakuan
kekerasan dari orang tua nya yang membuat klien sering menyalahkan
diri sendiri dan sering menyendiri kurang bergaul dan klien mulai

mendengar bisikan-bisikan suara tanpa wujud, klien mengatakan 5

bulan sudah tidak mengonsusmsi obat yang diberikan oleh puskesmas


setempat karena stok obat di puskesmas sering habis.
Masalah Keperawatan: RPK dan Ketidakpatuhan

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien mengatakan merasa bersalah atas perlakuannya terhadap istrinya
yang membuat nya bercerai klien tidak menerima menerima
kehilangan istrinya
Masalah Keperawatan: Berduka Komplek
IV. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jwa : tidak ada
Genogram

Keterangan Genogram:

: Laki-laki : Meninggal
dunia
: Perempuan
: tingga serumah

: Klien : Cerai

Klien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara, klien tinggal bersama


kedua orang tuanya beserta adiknya yang bungsu tinggal bersamanya, saat
ini klien sudah bercerai dengan istrinya. Menurut klien ibunya saat ini
tidak sayang dan kurang perhatian dengan dirinya. Klien mengatakan
selama ini jika ada masalah biasanya hanya dipendam dalam hati dan tidak
pernah cerita dengan keluarga atau orang lainnya. Klien merasa dibaikan
oleh keluarga selama ini, klien mengatakan keluarganya belum ada yang
besuk/ menengoknya selama di RSJ
Masalah Keperawatan: Koping Keluarga Tidak Efektif

V. PERSEPSI KESEHATAN
Klien mengatakan tidak tau tentang penyakitnya, klien tidak mengetahui
apa itu halusinasi dan bagaimana cara mengontrolnya, selama di rawat di
RSJ ini klien tidak tahu nama dan kegunaan obat yang dikonsumsinya
Masalah Keperawatan: Defisit Pengetahuan
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keluhan Fisik: Tidak Ada
TD: 130/80 mmHg
N: 86 x/m
RR: 20x/m
Suhu: 36,7 C
2. Penilaian skala nyeri
Keluhan Nyeri: Tidak Ada

Masalah Keperawatan: Tidak ada

3. Skrining status nutrisi ( berdasarkan malnutrision screening tool/MTS)


Berat badan: 65 Kg
Tinggi Badan: 166 cm
BMI: 23,58 (Normal)
Masalah Keperawatan: Tidak ada

4. Penilaian Fungsional ( berdasarkan status fungsional barthel ADL


Indeks)
Klien melakukan Aktifitas: secara mandiri

Masalah Keperawatan: Tidak ada


5. Resiko Jatuh/ cedera (berdasarkan edmososn scale)
Klien tidak ada resiko jatuh/cedera
Masalah Keperawatan: Tidak ada

5. Risiko jatuh/ cidera: Tidak Ada


Masalah Keperawatan: Tidak ada

VII. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
Klien mengatakan menyukai setiap bagian tubuhnya karena
klien mengatakan kita harus mensyukurri pemberian tuhan
kepada kita
Masalah Keperawatan: Tidak ada
b. Identitas diri:
Klien mengatakaan bahwa dirinya merupakan anak pertama
dari 4 bersaudara. Saat sebelum masuk RSJ klien membantu
ayahnya bekerja sebagai petani di rumah. klien merasa puas
dengan dirinya sebagai laki-laki yang bertanggung jawab untuk
memperoleh rejeki.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
c. Peran diri
Dalam keluarga, klien memiliki tugas dan peran sebagai anak
yang harus menuruti perinta kedua orang tua dan berbakti
kepadanya, namun klien tidak daaat mengemban tugas tersebut
dikarenakan menurut pikiran klien yang dibutuhkan saat ini
adalah kebebasan sehingga tidak mau untuk disuruh-ssuruh
oleh siapa pun termasuk oleh ibunya sendiri. Peran klien
sebagai anak tidak sesuai harapan
Masalah Keperawatan: ketiddakefektipan penampilan peran
d. Ideal diri
Klien mengharapkan kepada keluarganya agar klien lebih
diperhatikan dan didengarkan keinginannya oleh orang tua
klien serta anggota keluarga yang lainnya. Klien ingin dijenguk
selama klien dirawat di RS ini. Klien berhaaraap kepada
lingkungan sekitaar tempat tingga untuk tidak memandang
klien secara negaatif dan berharap unutk dapat diterima lagi
seperti sediakalanya. Klien berharap dapat segera sembuh dan
bisa pulang untuk kumpul bersama keluarga
Masalah Keperawatan: Ketidakmampuan Koping Keluarga
e. Harga diri:
Klien mengatakan selama ini merasa hubungan anatara klien
dengan orang tua dan adik kandungnya kurang dekat
dikarenakan mereka berdua tidak sepaham dan berbeda pola
pikirnya dengan klien. Klien mengatakan tidak percaaya diri
saaat berjumpa dengan wanita dikarenakan paras klien tidak
ganteng.
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah

2. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Keyakinan klien tentang orang yang sakit jiwa adalah merupakan
sebuah hukuman yang diberikan oleh tuhan YME kepada
seseorang yang tidak taat dalam menjalaankan ibadah. Menurut
pandangan normaa dan budaya yang klien amati salama ini orang
sakit jiwa dikucilkan dan tidak diteriam oleh masyarakat
dilingkungan tempat tinggal
Masalah Keperawatan: tidak ada
b. Kegiatan ibadah
Selama di RS ini klien menjalankan ssholat 5 waktu bersama
teman temanya.
Masalah Keperawatan: tidak ada
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti:
Menurut klien orang yang berarti dalam hidup klien saat ini adalah
ibunya karena ibunya yang selalu merawat dan mengambil obat
nya selama sakit
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat/sekolah:
Saat masih dirumah klien pernah ikut terlibaat kegiatan dengan
masyarakat namun tidak rutin seperti kegiataan gotong royong,
kerja bakti dll ,klien mengatakan dulunya jaarang bergaul dengan
orang lain. Klien ke luar rumah hanya untuk bekerja.
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain:
Klien mengatakan merasa tidak aman dengan yang lainnya, klien
tampak lebih suka menyendiri. Kontak mata klien kurang selama
diajak bicara. Klien tidak tahu tujuan hidup dirinya
Masalah Keperawatan: ISOS

VIII. STATUS MENTAL


1. Penampilan: Bersih
Jelaskan: klien tampak rapi, bersih dank lien mengatakan sudah mandi
Masalah Keperawatan: Tidak ada
2. Pembicaraan: sesuia
Jelaskan: cara berbicara klien sesuai dan tidak terlalu cepat saat
berbincang-bincang dengan perawat, pembicaraan klien tepat dan tidak
berpindah-pindah dari saatu kalimat ke kalimat lainnya da nada
kaitannya satu sama lain
Masalah Keperawatan: Tidak ada
3. Aktifitas motoric/perilaku: lesu/ tidak bersemangat
Klien tampak lesu dalam menjawab pertanyaan hanya seadanya saja
klien tampak tidak memiliki semangat
Masalah Keperawatan: Isos
4. Alam perasaan: Malu
Jelaskan: klien tampak malu ketika berbicara menatap mata perawat
dan klien tampak selalu menunduk
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah
5. Interaksi selama wawancara: kooperatif
Jelaskan: Klien tampak kooperatif selama proses wawancara, tidak ada
perasaan curiga dengan perawaat, klien juga tampak terbuka dengan
masalah yang pernah dihadapi, namun klien tampak murung dan
kurang inisiatif serta kurang aktif dalam bertanya kembali
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
6. Afek: Normal
Jelaskan: terdapat perubahan ekspresi wajah yang sesuai dengan
stimulus yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan
Masalah Keperawatan: tidak ada
7. Persepsi: Halusinasi
Jelaskan: klien mengatakan saat ini mendengar suara bisikan-bisikan
tanpa wujud yang mengejeknya suara itu membuatnya jengkel dan
kesal, sehingga klien sering marah-marah sendiri tanpa sebab disini,
klien mengatakan suara itu muncul pada malam hari dan ketikan klien
menyendiri, klien tampak berbicara sendiri, mengomel sendiri.
Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
8. Proses Pikir: sesuai
Jelaskan: selama proses wawancara dengan klien proses pikir masih
sesuai, pembicaraan tidak terbelit-belit, klien mampu menjawab
dengan baik, pembicaraan sesuai dengan tujuan, tidak meloncat-loncat
dari satu topic ke topic lainnya
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
9. Isi Pikir: Sesuai
Jelaskan: klien mengatakan bahwa dirinya adalah anak dari orang
tuanya, tidak ada pikiran bahwa dirinya lebih dibandingkan dengan
pasien lainnya, tidak adanya keyakinan seperti adanya gangguan organ
dalam tubuh, tidak ada keyakinan bahwa dirinya adalah seorang nabi
seperti orang besar lainnya
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
10. Tingkat Kesadaran: Composmentis
Jelaskan: Klien sadar secara penuh, klien mampu menyebutkan nama
hari ini dan dimana klien saat ini berada.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
11. Memori: gangguan daya ingat jangka pendek dan gangguan daya ingat
saat ini
Jelaskan: klien mengatakan mudah lupa dengan nama-naama pasien
lainnya meskipun baru 2 atau 3 hari yang lalu berkenalan, klien juga
mengatakan sulit untuk mengingat hal yang telah dilakukan dalam
seminggu belakangan ini, namun klien masih ingat dengan kenangan
pada masa kecilnya. Klien pun ingat sebagian nama guru yang pernah
mengajarnya saat masih kecil.
Masalah Keperawatan: gangguan memori jangka pendek
12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung: tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan: perhatian klien mudah beralih dari satu objek ke objek
lainnya ,klien suka meminta perawat untuk mengulang kembali
pertanyaan , klien mampu berhitung seperti menghitung jumlah pasien
yang ada dalam kamarnya saat ini. Klien tidak mampu menjumlahkan
perhitungan dan pengurangan angka
Masalah Keperawatan: kebingungan
13. Kemampuan Penilaian: gangguan ringan
Jelaskan: ketika diberikan kesempatan klien untuk mandi dulu sebelum
makan atau makan dulu sebelum mandi, klien mampu memilihnya
dengan maandi dlu sebelum makan
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
14. Daya Tilik: mengingkari penyakit yang diderita
Jelaskan: Klien menyadari bahwa gejala bisikan-bisikan dengan tidak
ada wujudnya merupakan gejala dari halusinasi. Klien mengatakan
membutuhkan pertolongan dari orang lain untuk membantu mengatasi
masalah yang sedang dihadapinya. Klien mengatakan kapan dirinya
bisa sembuh dan kembali pulang, klien ingin kembali bekerja seperti
sebelumnya
Masalah Keperawatan: tida ada

IX. SUMBER KOPING


Klien mengatakan tidak tau tentang kondisinya, klien tidak tau apa yang
harus dilakukan, klien mengatakan tidak mampu menyelasaikan masalah,
klien mengatakan bahwa tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya
seperti bekerja selama di RSJ, klien tidak tahu tentang sistem pendukung
masyarakat yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Klien menggunakan
asuransi kesehatan nasional BPJS Kelas III.
Masalah Keperawatan: Koping Individu Tidak Efektif

X. PERSIAPAN PULAANG/ DISCHARGE PLANING

No Komponen yang dibutuhkan Ya Tidak


1. Tempat tinggal 
2. Care Giver 
3. layanan kesehatan masyarakat (puskesmas/CMHN) 
4. Group Support 

Jelaskan: klien mengatakan tinggal bersama kedua orangtuanya, klien


mengatakan di rumah biasanya yang mengambil obat adalah ibunya,
layanan kesehatan masyarakat (puskesmas) untuk mengambil obat bila
nantinya obat klien habis sehingga tida perlu ke RSJ untuk mengaambil
obat, selain itu klien juga membutuhkan support group bagi klien yang
telah pulih dan sembuh dalam masalah atau gangguan jiwa untuk saling
menguatkan dan mengingatkan agar klien tetap minum obat meskipun
sudah pulang nantinya
Masalah Keperawatan: tidak ada

XI. ASPEK MEDIK:


Diagnosa Medis: Skozoprenia Paranoid
Therapi Medis:
- Risperidone 2x3 mg
- THP 2x2 mg
- CPZ 1x50 mg
- Depakote ER 250 mg (1x1) pagi
- Curcuma 2x1

Pemeriksaan Penunjang:

Darah Rutin Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 11,7 14-18 g/dl
Eritrosit 5.16 12-16 g
Leukosit 11.360 4,5-6,0 jt
Trombosit 200.000 5000-10000 jt
N. Segmen 51 50-70%
Limfosit 32 20-40%
Monosit 17 2-8 %
Masa Pemebekuan 36% 40-54%
Darah
GOT/AST 30 ≤ 37 u/l
GPT/ ALT 23 ≤42 u/l

A. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Klien mengatakan mendengar - Klien tampak berbicara sendiri,
bisikan-bisikan tanpa wujud sambil komat,kamit
- Klien mengatakana suara itu - Klien tampak menyendiri
mengejeknya yang membuat kesal - Klien tampak sulit tidur
dan jengkel - Klien tampak sering marah-marah
- Klien mengatakan suara itu sendiri tanpa sebab
muncul 2x pada pagi dan malam - Pandangan klien tampak melotot,
hari ketika mau tidur mata tampak merah
- Klien mengatakan pernah - Klien tampak lebih banyak
mengancam warga desa dengan menunduk
menggunakan pisau - Kontak mata (-)
- Klien mengatakan pernah - Klien tampak bingung
melempar batu kerumah warga - Klien tampak menggelengkan
- Klien mengatakan pernah di pukul kepalanya bila tidak bisa menjawab
oleh ayanya saat usis 22 tahun - Klien sering konflik dengan orang
- Klien merasa malu dan merasa tua
tidak mampu melakukan apapun - Klien suka memukul orang tuanya
- Klien merasa kurang percaya diri - Klien tampak sedih
bila bertemu dengan wanita - Klien tampak menarik diri
- Klien tidak tahu tentang manfaat - Klien tampak tidak berminat
obat yang dikonsumsinya selama berinteraksi dengan orang lain
ini - Klien jarang minum obat
- Klien mengatakan bingung dalam - Klien tidak menjalaankan anjuran
menjalankan perannya perawat dan doktek
- Klien mengatakan perannya - Klien jarang dibesuk oleh
sebagai anak tidak sesuai dengan keluarganya
yang diharapkan - biaya pengobatan menggunakan
- Klien mengatakan merasa bersedih BPJS Kelas III
dan bersalah sudah bercerai - partisipasi sosial kurang
dengan istrinya - Klien tampak kesulitan menyebutkan
- Klien merasa tidak aman dengan nama klien yang lainnya
yang lainnya - perhatian klien mudah beralih dari
- Klien juga mengatakan merasa satu objek ke objek lainnya
sendiri saat dirumah
- Klien mengatakan tidak minum
obat ± 5 bulan
- Klien mengatakan di rumah sering
lupa minum obat
- Klien mengatakan selama ini jikaa
ada masalah biasanya hanya
dipendam dalam haati dan tidaak
pernah cerita dengan keluarga atau
orang lain
- Klien merasa diabaikan oleh
keluarganya
- Klien mengatakan tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasar
(seperti bekerja) selam di RSJ
- klien suka meminta perawat untuk
mengulang kembali pertanyaan
- Klien mengatakan bingung dalam
menjawab pertanyaan yang
diberikan
- Klien mengatakan mudah lupa
dengan nama-nama pasien lainnya
meskipun baru 2 atau 3 kali
berkenalan
- Klien juga mengatakan sulit untuk
mengingat hal yang telah
dilakukan dalam seminggu
belakangan ini

B. ANALISIS DATA
NO DATA MASALAH
1. DS:
- Klien mengatakan mendengar bisikan-
bisikan tanpa wujud
- Klien mengatakana suara itu Gangguan persepsi
mengejeknya yang membuat kesal dan sensori: halusinasi
jengkel pendengaran
- Klien mengatakan suara itu muncul 2x
pada pagi dan malam hari ketika mau
tidur
DO:
- Klien tampak berbicara sendiri, sambil
komat,kamit
- Klien tampak menyendiri
- Klien tampak sulit tidur

2. DS:
- Klien mengatakan pernah mengancam
warga desa dengan menggunakan
pisau Resiki Perilaku
- Klien mengatakan pernah melempar Kekerasan (RPK)
batu kerumah warga
- Klien mengatakan pernah di pukul
oleh ayanya saat usis 22 tahun
DO:
- Klien tampak sering marah-marah
sendiri tanpa sebab
- Pandangan klien tampak melotot, mata
tampak merah
3. DS:
- Klien merasa malu dan merasa tidak
mampu melakukan apapun Harga Diri Rendah
- Klien merasa kurang percaya diri bila (HDR)
bertemu dengan wanita
DO:
- Klien tampak lebih banyak menunduk
- Kontak mata (-)
4. DS:
- Klien tidak tahu tentang manfaat obat Defisit Pengetahuan
yang dikonsumsinya selama ini
DO:
- Klien tampak bingung
- Klien tampak menggelengkan
kepalanya bila tidak bisa menjawab
5. DS:
- Klien mengatakan bingung dalam
menjalankan perannya Penampilan Peran Tidak
- Klien mengatakan perannya sebagai Efektif
anak tidak sesuai dengan yang
diharapkan
DO:
- Klien sering konflik dengan orang tua
- Klien suka memukul orang tuanya

6. DS:
- Klien mengatakan merasa bersedih dan Berduka Kompleks
bersalah sudah bercerai dengan istrinya
DO:
- Klien tampak sedih
7. DS:
- Klien merasa tidak aman dengan yang
lainnya
- Klien juga mengatakan merasa sendiri Isolasi Sosial
saat dirumah
DO:
- Klien tampak menarik diri
- Klien tampak tidak berminat
berinteraksi dengan orang lain
8. DS:
- Klien mengatakan tidak minum obat ±
5 bulan Ketidakpatuhan
- Klien mengatakan di rumah sering
lupa minum obat
DO:
- Klien jarang minum obat
- Klien tidak menjalaankan anjuran
perawat dan doktek
9. DS:
- Klien mengatakan selama ini jika ada
masalah biasanya hanya dipendam
dalam haati dan tidaak pernah cerita Ketidakmampuan Koping
dengan keluarga atau orang lain Keluarga
- Klien merasa diabaikan oleh
keluarganya
DO:
- Klien jarang dibesuk oleh keluarganya

10. DS:
- klien suka meminta perawat untuk
mengulang kembali pertanyaan
- Klien mengatakan bingung dalam Kebingungan
menjawab pertanyaan yang diberikan
DO:
- perhatian klien mudah beralih dari satu
objek ke objek lainnya
11. DS:
- Klien mengatakan tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasar (seperti Koping Individu Tidak
bekerja) selam di RSJ Efektif

DO:
- biaya pengobatan menggunakan
BPJS Kelas III
- partisipasi sosial kurang

12. DS:
- Klien mengatakan mudah lupa dengan
nama-nama pasien lainnya meskipun
baru 2 atau 3 kali berkenalan gangguan memori jangka
- Klien juga mengatakan sulit untuk pendek
mengingat hal yang telah dilakukan
dalam seminggu belakangan ini
DO:
- Klien tampak kesulitan menyebutkan
nama klien yang lainnya

C. POHON MASALAH
GANGGUAN MEMORI RPK
JANGKA PENDEK

HALUSINASI

ISOS

KETIDAKPATUHAN HDR

BERDUKA KOMPLEKS
PENAMPILAN PERAN
KEBINGUNGAN
TIDAK EFEKTIF

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

DEFISIT
PENGETAHUAN KETIDAKEFEKTIFAN KOPING KELUARGA
4. Daftar Diagnosa Keperawatan
a. GSP: Halusinasi Pendengaran
b. Resiko Perilaku Kekerasan
c. Harga Diri Rendah

Tgl No DX Tujuan Kriteria Evaluasi Intervesi


DX Keperawatan
20- I GSP: Halusinasi Tujuan Umum: Setelah dilakukam 1x pertemuan klien Identifikasi focus masalah klien,
09- Pendengaran klien mampu menunjukkan tanda-tanda percaya dengan:
2021 mengontrol halusinasi kepada perawat dan mengenali - Sapa klien dengan ramah
yang dialami masalah yang dialami, dengan kriteria baik verbal maupun
hasil: nonverbal
Tujuan Khusus: - Ekspresi wajah bersahabat - Perkenalkan nama, nama
pertemuan mengkaji - Menunjukkan rasa senang panggilan perawat dan
klien mampu - Ada kontak mata tujuan perawat berinteraksi
menunjukkan tanda- - Mau berkenalan - Tanyakan dan panggil nama
tanda percaya kepada - Bersedia menceritakan kesukaan klien
perawat dan mengenali masalah yang dialami - Tunjukkan sikap empati,
masalh yang dialami juju dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
- Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang dialami
klien
- Beri kontrak interaksi yang
jelas
- Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
- Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapkan
masalah klien
21- I Pertemuan I setelah 1x pertemuan klien bantu klien mengidentifikasi
09- Klien mampu menjelaskan halusinasi yang dialami halusinasi:
2021 mengidentifikan dengan kriteria: - Adakan kontak sering dan
halusinasi dan mampu - Menceritakan isi halusinaasi singkat secara bertahap
mengendalikan yang dialami - Observasi tingkah laku klien
halusinasi yang dialami - Menceritakan waktu halusinasi terkait dengan halusinasinya
dengan latihan yang dialami - Tanyakan apakah klien
menghardik - Menceritakan frekuensi mengalami sesuatu
halusinasi yang dialami - Jika klien menjawab ya,
- Menceritakan situasi halusinasi tanyakan tanyakan apa
yang dialami yang sedang dialaminya
- Menceritakan perasaaan dan - Dan katakana bahwa
respon dari halusinasi yang perawat percaya bahwa
dialami klien mengalami hal
tersebut

2. setelah 1 kali pertemuan klien latih klien mengendalikan


mengendalikan halusinasi yang halusinasi dengan menghardik:
dialami dengan latihan menghardik, - Diskusikan cara yang
dengan kriteria hasil digunakan klien
- Menutup kedua telinga (membiarkan, tidur, marah,
- Memejamkan mata menyibukkan ditri, dll)
- Melawan halusinasi yang Jika cara yang digunakan
dialami dengan menghardik adaptif beri pujian.
Jika cara yang digunakan
maladaptif diskusikan
kerugian cara tersebut
- Jelaskan cara mengontrol
halusinasi: hardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan
kegiatan
- Diskusikan cara baru untuk
memutus/ mengontrol
timbulnya halusinasi :
Katakan pada diri sendiri
bahwa ini tidak nyata
( “saya tidak mau dengar/
lihat/ penghidu/ raba /kecap
pada saat halusinasi terjadi)
- Menghardik sambil tutup
mata dan tutup telinga
- Anjurkan klien
menggunakan cara yang
sudah dilatih saat halusinasi
muncul
- Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik

22- I pertemuan II klien setelah 1 kali pertemuan klien latih klien mengendalikan
09- mampu mengendalikan mengendalikan halusinasi yang halusinasi dengan memanfaatkan
2021 halusinasi yang dialami dialami dengan latihan memanfaatkan obat:
dengan memanfaatkan obat, dengan kriteria hasil: - Evaluasi kegiatan latihan
obat - Mengungkapkan prinsip 6 menghardik. Beri pujian
benar obat - Latih cara mengontrol
- Menjelaaskan prinsip: benar halusinasi dengan obat
pasein, obat, dosis, waktu,cara (jelaskan 6 benar: pasien,
- Mengungkapkan kontiniuitas obat, dosis, waktu, cara dan
minum obat dan pengobatan kontinuitas minum obat)
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat

23- I pertemuan III Setelah 1x pertemuan klien latih klien mengendalikan


01- Klien mampu mengendalikan halusinasi yang halusinasi dengan cara bercakap-
2021 mengendalikan dialami dengan latihan bercakap- cakap
halusinasi yang dialami cakap: - Evaluasi kegiatan latihan
dengan cara - Mengungkapkan halusinasi menghardik & obat. Beri
verbal/bercakap-cakap yang muncul kepada orang lain pujian
- Bercakap-cakap dengan - Latih cara mengontrol
sesama klien halusinasi dg bercakap-cakap
- Bercakap-cakap dengan saat terjadi halusinasi
perawat dan anggota keluarga - Menemui orang lain
- Meminta perawat/sesama (perawat/teman/anggota
klien/anggota keluarga keluarga) untuk
menceritakan tentang
halusinasinya.
- Meminta perawat/sesama
klien/anggota keluarga
menyapa/mengajak
bercakap-cakap saat
halusinasi muncul
- Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap

24- I pertemuan IV Setelah 1x pertemuan klien latih klien mengendalikan


09- Klien mampu mengendalikan halusinasi yang halusinasi dengan cara kegiatan
2021 mengendalikan dialami dengan latihan cara spiritual: terjadwal
halusinasi yang dialami
- bercakap-cakap. Beri pujian
- Latih cara mengontrol
halusinasi dg melakukan
kegiatan harian (mulai 2
kegiatan)
- Membuat dan melaksanakan
jadwal kegiatan sehari hari
yang telah di susun.
- Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan
harian

20- II Resiko Perilaku Tujuan Umum: klien


09- Kekerasan mengontrol perilaku
2021 kekerasan yang dialami
Tujuan Khusus: Setelah dilakukan 1x pertemuan klien Identifikasi focus masalah klien,
pertemuan pengkajian menunjukkan tanda-tanda percaya dengan:
klien mampu kepada perawat dan mengenali - Sapa klien dengan ramah
menunjukkan tanda- masalah yang dialami, dengan kriteria baik verbal maupun
tanda percaya kepada hasil: nonverbal
perawat dan mengenali - Ekspresi wajah bersahabat - Perkenalkan nama, nama
20- II masalah yang dialami - Menunjukkan rasa senang panggilan perawat dan
09- - Ada kontak mata tujuan perawat berinteraksi
2021 - Mau berkenalan - Tanyakan dan panggil nama
- Bersedia menceritakan kesukaan klien
masalah yang dialami - Tunjukkan sikap empati,
juju dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
- Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang dialami
klien
- Beri kontrak interaksi yang
jelas
- Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
- Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapkan
masalah klien
21- Pertemuan I Setelah 1 kali pertemuan klien bantu klien mengidentifikasi
09- klien mampu menjelaskan perilaku kekerasan yang perilaku kekerasan
2021 mengidentifikasi dilakukan dengan kriteri hasil: - Motivasi klien untuk
perilaku kekerasan dan - Menceritakan penyebab menceritakan penyebab rasa
mampu mengendalikan perasaan jengkel/kesal baik kesal atau jengkelnya
perilaku kekerasan dari diri sendiri maupun - Dengarkan tanpa menyela
lingkungan atau memberikan penilaian
- Menceritakan tanda-tanda saat setiap ungkapan perassan
terjadi perilaku kekerasan, baik klien
tanda fisik, emosional dan - Motivasi klien menceritakan
sosial saat terjadi perilaku kondissi fisik saat perilaku
kekerasan kekerasan terjadi
- Menceritakan perilaku atau - Motivasi klien menceritakan
jenis ekspresi kemarahan yang emosinya (tanda-tanda
dilakukan emosional)
- Menceritakan akibat tindakan - Motivasi klien menceritakan
kekerasan yang dilakukan kondisi hubungan dengan
terhadap diri sendiri, orang lain orang lain
dan lingkungkan - Motivasi klien menceritakan
jenis-jenis tindakan
kekerasan yang selama ini
pernah dialkukannya
- Diskusikan dengan klien
akibat negative (kerugian)
cara yang dilakukan pada
diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
setalah 1x pertemuan klien latih klien mngendalikan perilaku
mengendalikan perilaku kekerasan kekerasan dengan cara fisik TND
yang dilakukan dengan cara latihan dan PB/PK:
fisik, dengan kreteria hasil: - Peragakan cara
- Mempraktekkan tarik nafas melaksanakan latihan fisik
dalam yang dipilih.
- Mempraktekkan pukul bantal - Tarik Nafas perlahan dan
atau pukul kasur dalam melalui hidung, perut
- Mempraktekkan olahraga mengembang dan dada
untuk menyalurkan energi bergerak minimal, tahan
beberapa detik (4-5
hitungan), mulailah
menghembuskan napas
perlahan melalui mulut,
sambil mengerucutkan bibir
seolah-olah akan bersiul
(Pursing Lips) 4-5 hitungan.
- Dengan tehnikyang sama,
Tarik Nafas dalam sambil
pejamkan mata, lakukan 1-3
siklus sampai klien rileks,
setelah rileks provokasi
klien dengan penyebab
perilaku kekerasan yang
dilakukan, tampak rasa
jengkel klien muncul, lalu
lampiaskan rasa jengkel dan
marah klien pada bantal
atau kasur
- Anjurkan klien
menggunakan cara yang
sudah dilatih saat
jengkel/marah

22- II pertemuan II setalah 1x pertemuan klien latih klien mengendalikan perilaku


09- Klien mampu mengendalikan perilaku kekerasan kekerasan dengan memanfaatkan
2021 mengendalikan perilaku yang dilakukan dengan latihan obat:
kekerasan yang memanfaatkan obat, dengan kreteria - Evaluasi kegiatan latihan
dilakukan dengan hasil: fisik. Beri pujian
memanfaatkan obat - Mengungkapkan prinsip 6 - Latih cara mengontrol RPK
benar obat dengan obat (jelaskan 6
- Menjelaaskan prinsip: benar benar: pasien, obat, dosis,
pasein, obat, dosis, waktu,cara waktu, cara dan kontinuitas
- Mengungkapkan kontiniuitas minum obat)
minum obat dan pengobatan - Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan fisik
dan minum obat

23- II pertemuan III setalah 1x pertemuan klien latih klien mengendalikan perilaku
09- Klien mampu mengendalikan perilaku kekerasan kekerasan dengan cara verbal:
2021 mengendalikan perilaku yang dilakukan dengan latihan, cara - Evaluasi kegiatan latihan
kekerasan yang verbal, dengan kreteria hasil: fisik & obat. Beri pujian
dilakukan dengan cara - Mengungkapkan perassan - Latih cara mengontrol RPK
verbal/ asertif kesal/jengkel pada orang lain secara verbal (3 cara, yaitu:
tanpa mengungkapkan, meminta,
- Mengungkapkan keinginan menolak dengan benar)
secar asertif disertai alasan - Masukkan pada jadwal
- Mengungkapkan penolakan kegiatan untuk latihan fisik,
secara asertif disertai alasan minum obat dan verbal
24- II Pertemuan ke IV setalah 1x pertemuan klien latih klien mengendalikan perilaku
09- Klien mampu mengendalikan perilaku kekerasan kekerasan dengan cara spiritual
2021 mengendalikan perilaku yang dilakukan dengan latihan, cara - Evaluasi kegiatan latihan
kekerasan dengan cara spritual, dengan kreteria hasil: fisik & obat & verbal. Beri
spiritual - Mengungkapakn kegiatan pujian
spiritual yang dapat - Latih cara mengontrol
mengurangi rasa marah/jengkel spiritual (2 kegiatan)
- Melakukan - Masukkan pada jadual
wudhu,dzikir,berdoa, meditasi kegiatan untuk latihan fisik,
- Menjalankan Ibadan sesuai minum obat, verbal dan
agama dan keyakinan spiritual
20- III Harga Diri Tujuan Umum:
09- Rendah klien mampu
2021 mengendalikan diri dari
dorongan bunuh diri
III TUJUAN KHUSUS: Setelah dilakukam 1x pertemuan klien Identifikasi focus masalah klien,
Pertemuaan pengkajian menunjukkan tanda-tanda percaya dengan:
klien mampu kepada perawat dan mengenali - Sapa klien dengan ramah
menunjukkan tanda- masalah yang dialami, dengan kriteria baik verbal maupun
tanda percaya kepada hasil: nonverbal
perawatn dan - Ekspresi wajah bersahabat - Perkenalkan nama, nama
mengenali masalah - Menunjukkan rasa senang panggilan perawat dan
yang dialami - Ada kontak mata tujuan perawat berinteraksi
- Mau berkenalan - Tanyakan dan panggil nama
- Bersedia menceritakan kesukaan klien
masalah yang dialami - Tunjukkan sikap empati,
juju dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
- Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang dialami
klien
- Beri kontrak interaksi yang
jelas
- Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
- Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapkan
masalah klien
21- III Pertemuan I setelah 1 kali pertemuan klien bantu klien mengidentifikasi HDR
09- klien mampu menjelaskan HDR yang dialami - Mendiskusikan pikiran/
2021 mengidentifikasi HDR dengan kriteria: evaluasi/penilaian diri yang
dan mampu - Menceritakan evaluasi/ negatif
mengendalikan HDR penilaian diri yang negative  Aspek negatif yang
yang dialami dengan - Membuat daftar evaluasi/ dimilik klien, keluarga,
latihan kegiatan positif penilaian diri yang negative lingkungan
- Memilih penilaian negative  Membuat daftar
yang paling mengganggu evaluasi/penilaian diri
- Mengganti penilaian negative yang negatif
diri dengan penilaian positif  Memilih
dimasa lalu evaluasi/penilaian diri
- Memilik kemampuan/kegiatan yang negatif yang paling
positif yang akan dilatih menganggu
- Mendiskusikan pikiran/
evaluasi/penilaian diri yang
positif untuk mengganti
penilaian negatif
 Aspek positif yang
dimilik klien, keluarga,
lingkungan
 Membuat daftar
evaluasi/penilaian diri
yang positif
 Membuat daftar
kegiatan/kemampuan
positif yang masih
dimiliki
- Memilih
kemampuan/kegiatan positif
yang akan dilatih
- Beri pujian yang realistis,
hindarkan memberi penilaian
negatif

setelah 1 kali pertemuan klien latih klien mengendalikan HDR


menjelaskan HDR yang dialami dengan latihan kegiatan pertama :
dengan kegiatan positif pertama, - Diskusikan
dengan kriteria: kemampuan/kegiatan positif
- Menyebutkan pengertian yang mendukung
kegiatan pertama evaluasi/penilaian diri yang
- Menjelaskan alat dan bahan positif
yang dibutuhkan - Meminta klien memilih satu
- Menyebutkan cara melakukan kegiatan positif yang
kegiatan positif mendukung
- Mempraktekkan kegiatan evaluasi/penilaian diri yang
positif yang dicontohkan positif
- Diskusikan pengertian
kegiatan posistif pertama
- Diskusikan alat dan bahan
yang dibutuhkan
- Diskusikan cara melakukan
kegiatan positif
- Memberi contoh cara
melakukan kegiatan positif
- Anjurkan klien
Mempraktekkan kegiatan
positif yang dicontohkan
- Beri pujian yang realistis,
hindarkan memberi penilaian
negatif
- Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
kegiatan positif pertama

22- III pertemuan II setelah 1 kali pertemuan klien


09- Mampu mengendalikan menjelaskan HDR yang dialami latih klien mengendalikan HDR
2021 HDR yang dialami dengan kegiatan positif kedua, dengan dengan latihan kegiatan kedua
dengan latihan kegiatan kriteria: - Evaluasi kegiatan pertama
positif kedua - Menyebutkan pengertian dan kedua yang telah dilatih
kegiatan pertama dan berikan pujian
- Menjelaskan alat dan bahan - Bantu pasien memilih
yang dibutuhkan kegiatan ketiga yang akan
- Menyebutkan cara melakukan dilatih
kegiatan positif - Diskusikan pengertian
- Mempraktekkan kegiatan kegiatan posistif yang akan
positif yang dicontohkan dilatih
- Diskusikan alat dan bahan
yang dibutuhkan
- Diskusikan cara melakukan
kegiatan positif
- Memberi contoh cara
melakukan kegiatan positif
- Anjurkan klien
mempraktekkan kegiatan
positif yang dicontohkan
- Beri pujian yang realistis,
untuk meningkatkan
evaluasi/penilaian diri yang
positif
- Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan: dua
kegiatan masing2 dua kali
per hari

23- III pertemuan III setelah 1 kali pertemuan klien latih klien mengendalikan HDR
09- Mampu mengendalikan menjelaskan HDR yang dialami dengan latihan kegiatan ketiga:
2021 HDR yang dialami dengan kegiatan positif ketiga, - Evaluasi kegiatan pertama
dengan latihan dengan kriteria: dan kedua yang telah dilatih
kegiataan positif ketiga - Menyebutkan pengertian dan berikan pujian
kegiatan pertama - Bantu pasien memilih
- Menjelaskan alat dan bahan kegiatan kedua yang akan
yang dibutuhkan dilatih
- Menyebutkan cara melakukan - Diskusikan pengertian
kegiatan positif kegiatan posistif yang akan
- Mempraktekkan kegiatan dilatih
positif yang dicontohkan - Diskusikan alat dan bahan
yang dibutuhkan
- Diskusikan cara melakukan
kegiatan positif
- Memberi contoh cara
melakukan kegiatan positif
- Anjurkan klien
mempraktekkan kegiatan
positif yang dicontohkan
- Beri pujian yang realistis,
untuk meningkatkan
evaluasi/penilaian diri yang
positif
- Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan: dua
kegiatan masing2 dua kali
per hari
24- III pertemuan IV setelah 1 kali pertemuan klien latih klien mengendalikan HDR
09- Mampu mengendalikan menjelaskan HDR yang dialami dengan latihan kegiatan keempat
2021 HDR yang dialami dengan kegiatan positif keempat, - Evaluasi kegiatan pertama,
dengan latihan dengan kriteria: kedua dan ketiga yang telah
kegiataan positif - Menyebutkan pengertian dilatih dan berikan pujian
keempat kegiatan pertama - Bantu pasien memilih
- Menjelaskan alat dan bahan kegiatan keempat yang akan
yang dibutuhkan dilatih
- Menyebutkan cara melakukan - Diskusikan pengertian
kegiatan positif kegiatan posistif yang akan
- Mempraktekkan kegiatan dilatih
positif yang dicontohkan - Diskusikan alat dan bahan
yang dibutuhkan
- Diskusikan cara melakukan
kegiatan positif
- Memberi contoh cara
melakukan kegiatan positif
- Anjurkan klien
mempraktekkan kegiatan
positif yang dicontohkan
- Beri pujian yang realistis,
untuk meningkatkan
evaluasi/penilaian diri yang
positif
- Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan: dua
kegiatan masing2 dua kali
per hari
6. Catatan perkembangan pasien terintegrasi

tgl. professional hasil assessment pasein instruksi PPA Termasuk pasien verifikasi data
Jam pemberian dan pemberi pelayanan
asuhan
21- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 mendengar
bisikan-bisikan
tanpa wujud
- Klien mengatakana
suara itu
mengejeknya yang
membuat kesal dan
jengkel
- Klien mengatakan
pernah mengancam
warga desa dengan
menggunakan
pisau
- Klien mengatakan
pernah melempar
batu kerumah
warga
- Klien merasa malu
dan merasa tidak
mampu melakukan
apapun
O:
- Klien tampak
berbicara sendiri
- Pandangan tajam,
suara keras
- Menarik diri,
duduk dipojok
ruangan
A:
1. GSP: halusinasi
pendengaran
2. RPK
3. HDR
- Kaji isi, frekuensi,
P: waktu, situasi
- Pertemuan 1: perasaan dan respon
GSP: halusinasi saat hakusinasi
pendengaran muncul
- Pertemuan 1 : - Latih menghardik
RPK - Kaji penyebab,
- Pertemuan 1: tanda, perilaku, atau
HDR jenis ekspresi
kemarahan akibat
tindak kekerasan
kepada diri sendiri,
orang lain,
lingkungan
- Latih teknik napas
dalam dan pukul
bantal/pukul kasur
- Identifikasi
kemampuan
melakukan kegiatan
dan aspek positif
klien
22- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 suara bisikan-
bisikan
membuatnya susah
tidur
- Klien mengatakan
sudah bisa
mengontrol emosi
dengan cara tarik
nafas dalam
- Klien mengatakan
masih malu dan
tidak percaya diri
O:
- Sudah ada kontak
mata
- Klien masih
menunduk ketika
diajak berbicara
- Klien tampak
kooperatif

A:
- GSP: halusinasi
pendengaran
- RPK
- HDR

P:
- Pertemuan 2: - Latih mengontrol
GSP: halusinasi halunasi dengan
pendengaran memanfaatkan obat
- Pertemuan 2 : - Latih mengontro
RPK perilaku kekerasan
- Pertemuan 2: dengan
HDR memanfaatkan obat
- Latih kegiatan
kedua (alat dan
cara)
23- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 sudah bisa
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
dan minum obat
- Klien mengatakan
pernah ingin
melukai seseorang
- Klien mengatakan
sudah lebih
percaya diri

O:
- Kontak mata +
- Klien tampak
menatap lawan
bicara
- Klien tampak
melakukan
kegiatan menyapu

A:
- GSP: halusinasi
pendengaran
- RPK
- HDR

P:
- Pertemuan 3: GSP: - Latih cara
halusinasi mengontrol
pendengaran halusinasi dengan
- Pertemuan 3 : bercakap-cakap saat
RPK terjadi halusinasi
- Pertemuan 3: - Latih cara
HDR mengontrol perilaku
kekerasan secara
verbal yaitu
(mengungkapkan,
meminta, menolak
dengan benar)
- Latih kegiatan
ketiga (alat dan
bahan)
24- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 sudah jarang
mendengar bisikan
bisikan
- Klien mengatakan
sudah tidak emosi
- Klien mengatakan
merasa lebih
percaya diri

O:
- Kontak mata +
- Klien tampak lebih
banyak bicara
- Klien tampak
tenang dan
kooperatif

A:
- GSP: halusinasi
pendengaran
- RPK
- HDR
- Latih cara mengontrol
P: halusinasi dengan
- Pertemuan 4: GSP: melakukan kegiatan
halusinasi harian
pendengaran - Latih cara mengontrol
- Pertemuan 4 : RPK perilaku kekerasan
- Pertemuan 4 HDR dengan beribadah dan
berdoa
- Latih Klien melakukan
kegiatan ke 4
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Pembahasan asuhan keperawatan pada makalah ini diadaptasi dari model
keperawatan stres adaptasi, yang dihubungkan dengan proses asuhan
keperawatan yaitu: pengkajian, diagnose keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan adalah
sebagai berikut:

I. Pengkajian
1. Pengertian
Menurut Towsend (2009 dalam Satrio, dkk, 2015), Halusinasi
merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera dimana
tidak terdapat stimulasi terhadap reseptor-reseptornya, halusinasi
merupakan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi
salah satu dari kelima panca indera. Hal mi menunjukkan bahwa
halusinasi dapat bermacam-macam yang meliputi halusinasi
pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Menurut Fontaine, (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) halusinasi
adalah terjadinya penglihatan, suara, sentuhan, bau maupun rasa
tanpa stimulus eksternal terhadap organ-organ indera.
Menurut Stuart (2009 dalam Satrio, dkk, 2015), halusinasi adalah
distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon neurobiologis yang
maladaptif, klien mengalami distorsi sensori yang nyata dan
meresponnya, namun dalam halusinasi stimulus internal dan
eksternal tidak dapat diidentifikasi.
Dari hasil pengkajian Tn.S didapatkan bahwa klien sering
mengatakan mendengar bisikan-bisikan tanpa wujud suara itu
mengejeknya yang membuat kesal dan jengkel ,Klien mengatakan
suara itu muncul 2x pada pagi dan malam hari ketika mau tidur.
2. Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) ada beberapa jenis
halusinasi yang terjadi diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Halusinasi Pendengaran
b. Halusinasi Pengelihatan
c. Halusinasi Penciuman
d. Halusinasi Pengecapan
e. Halusinasi Perabaan
f. Halusinasi Chenesthetik
g. Halusinasi Kinestetik
Dari hasil pengkajian klien sering mendengar bisikan-bisikan
tanpa wujud suara itu mengejeknya yang membuat kesal dan
jengkel ,Klien mengatakan suara itu muncul 2x pada pagi dan
malam hari ketika mau tidur. (halusinasi pendengaraan)

3. Fase Halusinasi
a. Comforting (Halusinasi menyenangkan, Cemas ringan)
b. Comdemning (Halusinasi menjijikan, Cemas sedang)
c. Controlling (Pengalaman sensori berkuasa, Cemas berat)
d. Conquering (Melebur dalam pengaruh halusinasi, Panic)

Dari hasil pengkajian pada Tn.S di dapatkan bahwa klien sering


mendengar bisikan-bisikan tanpa wujud suara itu mengejeknya
yang membuat kesal dan jengkel. Lalu klien mengikuti bisikan-
bisikan tersebut hingga klien menjadi marah-marah tanpa sebab
dan mengomel sendiri, klien susah tidur di malam harinya.
Kesimpulan yang didapatkan adalah jenis halusinasi klien Tn.S
pada fase Controlling (Pengalaman sensori berkuasa, Cemas berat)
4. Rentang Respon Neurologis
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive individual
yang berbeda rentang neurobiology (Stuart dan Laraia, 2005). Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptive. Jika klien yang
sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasikan dan
menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indera (pengelihatan, pendengaran,
penciuman, pengecapan, dan berabaan, yang disebut respon
adaptive. Klien halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca
indera walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Berikut
adalah rentang respon neurobiologis halusinasi:
Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaftif Respon
Maladaftif

6. Pikiran logis 6. Kadang proses pikir 6. Gangguan proses pikir


terganggu (waham)
7. Persepsi akurat
7. Ilusi 7. Halusinasi
8. Emosi konsisten
dengan pengalaman 8. Emosi 8. RPK
9. Perilaku sesuai 9. Perilaku tidak biasa 9. Perilaku tidak
terorganisir
10. Hubungan 10. Menarik diri
sosial harmonis 10. Isolasi sosial

(Stuart 2009 dalam Satrio, dkk, 2015)


Dari hasil pengkajian dan pengamatan Tn.S di dapatkan bahwa
klien sering mendengarkan bisikan-bisikan tanpa wujud suara itu
mengejeknya yang membuat kesal dan jengkel. Klien tampak suka
mudah tersinggung dengan temannya, dan klien juga tampak
mengomel sendiri, klien juga terlihat sering menyendiri.
Kesimpulan yang didapatkan rentang respon neurobiologist klien
adalah repon maladaptive dengan perilaku yang timbul dari
halusinasi dan resiko perilaku kekerasan.

5. Faktor terjadinya masalah


a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (2005; Stuart, 2009 dalam Satrio,
dkk, 2015), faktor predisposisi yang dapat menyebabkan
terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia meliputi faktor
biologi, psikologi dan juga sosialkultural. Dalam faktor biologi
sendiri penyebab paling sering adalah genetik, gangguan
neuroanatomi, neurokimia dan imunovirologi. Sedangkan
faktor psikologi menunjukkan kurangnya hubungan orang tua
dan anak serta disfungsi ssistem keluarga sebagai penyebab
skizoprenia.
Dari hasil pengkajian pada Tn.S tidak didapatkan adanya
faktor genetic skizoprenia karena tidak ada anggota keluar
lainnya yang menderita seperti klien saat ini. Sedangkan faktor
psikologis mungkin dapat menjadi faktor pencetus skizoprenia
yang diakibatkan karena kurangnya hubungan klien dengan
ayaahnya karena menurit klien ayahnya bekerja jauh sehingga
klien sering ditinggalkan merantau dan menyebabkan klien
hanya tinggal bersama ibunya.

b. Faktor prepitasi
Menurut Trimelia S (2011) pemicu atau stimulus yang sering
meenimbulkan episode baru satu penyakit yang biasanya
terdapat pada neurobiologis yang maladaptive berhubungan
dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku.
Dari hasil pengkajian pada Tn.S didapatkan bahwa faktor
lingkungan yang penuh dengan tekanan karena klien tidak
punya pekerjaan yang tetap dan hingga saat ini klien belum
menikah lagi setelah bercerai dengan istrinya. Dan juga
perilaku klien yang mudah putus asa

6. Mekanisme koping
Pada klien skizoprenia, klien berusaha untuk melindungi dirinya
dalam pengalamannya yang disebabkan oleh penyakitnya. Klien
akan melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan yang yang
dialaminya, melakukan proyeksi sebagai usaha untuk menjelaskan
persepsinya dan menarik diri yang berhubungan dengan masalah
membangun kepercayaan dan keasyikan terhadap pengalaman
internal (Stuart dan Laraia 2005, dikutip dalam Satrio,dkk,2015)
Dari hasil pengkajian pada Tn.S didapatkan bahwa klien setiap ada
masalah maka klien selalu memendamnnya dan tidak
menceritakannya kepada orang lain sehingga menyebabkan klien
kurang terbuka dan merasa tidak nyaman dengan orang lain.

7. Sumber Koping
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005 dalam Satrio, dkk, 2015),
sumber koping merupakan hal yang penting dalam membantu
klien dalam mengatasi stressor yang dihadapinya. Sumber koping
tersebut meliputi asset ekonomi, sosial support, nilai dan
kemampuan individu mengatasi masalah. Apabila individu
mempunyai sumber koping yang adekuat maka ia akan mampu
beradapatasi dan mengatasi stressor yang ada. Keluarga
merupakan salah satu sumber koping yang dibutuhkan individu
ketika mengalami stress. Hal tersebut sesuai dengan Videbeck
(2008) yang menyatakan bahwa keluarga memang merupakan
salah satu sumber pendukung yang utama dalam penyembuhan
klien skizofrenia.
Daari hasil pengakajian pada Tn.S didapatkaan baahwa keluarga
klien kurang mendukung dikarenakan selama di rawat di RSJ klien
tidak dibesuk oleh keluarganya dan meenurut klien merasa
diabaikan oleh keluarganya.

II. Diangnosa Keperawatan


Adapun masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan
gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran secara teori
antara lain:
a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
(Keliat,2006)
b. Resiko Perilaku Kekerasan (Keliat,2006)
c. Isolasi Sosial (Keliat,2006)
Dari hasil askep didapatkan beberapa masalah yang muncul pada
klien yaitu klien sering mendengarkan bisikan-bisikan tanpa wujud
suara itu mengejeknya yang membuat kesal dan jengkel, yang
membuat klien sering marah-marah tanpa sebab dan kadang klien
malu saat diajak mengobrol dengan pandangan menunduk.
Berdasarkan data yang ditemukan pada klien didapatkan diagnose
prioritas:
a. Gangguan persepsi/sensori: halusinasi pendengaran
b. Resiko Perilaku Kekerasan
c. Harga Diri Rendah

III. Rencana Keperawatan


Rencana keperawatan berdasarkan jurnal:
1. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Retno & Amalia
(2013) tentang pengaruh terapi Tought Stopping terhadap
kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofprenia
 Pengertian Tought Stopping. Menurut Tang & Derubies
( 1999 dikutip dalam Retno,dkk,2013) Tought Stopping
( penghentian pikiran) merupakan salah satu contoh teknik
psikoterapi kognitif behavior yang dapat digunakan untuk
membantu klien mengubah proses berpikir.
 Tujuan Tought Stopping. Menurut Stuart dan Laraia (2005
dikutip dalam Retno, dkk,2013) tought Stopping bertujuan
menolong pasien mengingatkan kesadaran tentang gejala
yang mereka alami dan bisa membedakan halusinasi
dengan dunia nyata dan mampu mengontrol atau
mengendalikan halusinasi yang dialaminya.
2. Menurut penelitan Ni Made,dkk, (2013), Terapi Okupasi
Aktivitas Waktu Luang Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi
Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia.
 Pengertian Terapi Okupasi
Menurut Djunaeidi & Yitnamurti (2008 dikutip dalam
Ni Made, dkk,2011), terapi okupasi merupakan suatu
cara atau bentuk psikoterapi suportif yang menstimulasi
pasien melalui aktivitas yang disenangi pasien. Sala
satu jenis terapi okupasi yang diindikasikan untuk
pasien halusinasi adalah aktivitas mengisi waktu luang.
 Tujuan terapi Okupasi
Menurut Djunaeidi & Yitnamurti (2008 dikutip dalam
Ni Made, dkk, 2011), aktifitas ini bertujuan untuk
memberikan motivasi dan memberikan kegembiraan,
hiburan serta mengalihkan perhatian pasien dari
halusinasi yang dialami sehingga pikiran tidak terfokus
dengan halusinasinya.
Sedangkan menurut Creek (2010 dikutip dalam Ni
Made, dkk, 2011) aktifitas mengisi waktu luang yang
diberikan adalah berupa aktivitas sehari-hari, yaitu
menyapu, membersihkan tempat tidur. Aktivitas waktu
luang dapat membantu pasien mencegah terjadinya
stimulus panca indera tanpa adanya rangsang dari luas
dan membantu pasien untuk berhubungan dengan orang
lain atau lingkungannya secara nyata.
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri dkk, (2011)
tentang penurunan halusinasi pada klien jiwa melalui Cognitive
Behavior Therapy
 Pengertian Cognitive Behavior Therapy
British Associati for behavioral and cognitive
psychittherapies (2006 dikutip dalam Sri,dkk, 2011)
menyatakan Cognitive Behavior Therapy adalah terapi
yang membantu individu merubah cara berfikir dan
perilakunya sehungga perubahan itu membuat individu
merasa lebih dan terapi ini berfokus pada here and now
serta kesulitan yang dihadapi.
 Tujuan Cognitive Behavior Therapy
Menurut Smith , 2003 dalam Sri, dkk, 2011 tindakan
CBT bertujuan meningkatkan pemahaman pengalaman
halusinasi, meningkatkan kemapuan koping dengan
gejala-gejala halusinasi yang bersifat residual,
menurunkan stres yang berhunungan dengan halusinasi
dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Dan dapat disimpulkan bahwa rencana tindakan


keperawatan pada klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi pendengaran antara teori, jurnal
penelitian dan askep pada klien ditemukan persamaan.
IV. IMPLEMENTASI
Diangnosa Keperawatan Implementasi
SP 1:
 Membantu pasien mengenal Halusinasi (isi,
frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus,
perasaan saat terjadi halusinasi)
 Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik,
obat, bercakap – cakap, melakukan kegiatan harian.
 Mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik halusinasi
 Memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik
SP 2:
Gangguan Persepsi Sensori :  mengevaluasi kegiatan menghardik beri pujian
Halusinasi  melatih cara mengontrol halusinasi
 melatih cara mengontrol halusinasi dengan obat
(jelaskan 5 benar : jenis, guna , dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas minum obat)
 memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat
SP 3:
 mengevaluasi kegiatan harian menghardik & obat,
beri pujian
 melatih cara mengontrol halusinasi dg bercakap –
cakap saat terjadi halusinasi
 memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat, dan bercakap - cakap
SP 4 :
 mengevaluasi kegiatan harian menghardik, minum
obat & bercakap – cakap beri pujian
 melatih cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegitan harian (mulai 2 kegitan)
 memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat, bercakap – cakap dan
kegiatan harian
V. EVALUASI
tgl. professional hasil assessment pasein instruksi PPA Termasuk pasien verifikasi data
Jam pemberian dan pemberi pelayanan
asuhan
21- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 mendengar
bisikan-bisikan
tanpa wujud
- Klien mengatakana
suara itu
mengejeknya yang
membuat kesal dan
jengkel
- Klien mengatakan
pernah mengancam
warga desa dengan
menggunakan
pisau
- Klien mengatakan
pernah melempar
batu kerumah
warga
- Klien merasa malu
dan merasa tidak
mampu melakukan
apapun
O:
- Klien tampak
berbicara sendiri
- Pandangan tajam,
suara keras
- Menarik diri,
duduk dipojok
ruangan
A:
4. GSP: halusinasi
pendengaran
5. RPK
6. HDR
- Kaji isi, frekuensi,
P: waktu, situasi
- Pertemuan 1: perasaan dan respon
GSP: halusinasi saat hakusinasi
pendengaran muncul
- Pertemuan 1 : - Latih menghardik
RPK - Kaji penyebab,
- Pertemuan 1: tanda, perilaku, atau
HDR jenis ekspresi
kemarahan akibat
tindak kekerasan
kepada diri sendiri,
orang lain,
lingkungan
- Latih teknik napas
dalam dan pukul
bantal/pukul kasur
- Identifikasi
kemampuan
melakukan kegiatan
dan aspek positif
klien
22- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 suara bisikan-
bisikan
membuatnya susah
tidur
- Klien mengatakan
sudah bisa
mengontrol emosi
dengan cara tarik
nafas dalam
- Klien mengatakan
masih malu dan
tidak percaya diri
O:
- Sudah ada kontak
mata
- Klien masih
menunduk ketika
diajak berbicara
- Klien tampak
kooperatif

A:
- GSP: halusinasi
pendengaran
- RPK
- HDR
P:
- Pertemuan 2: - Latih mengontrol
GSP: halusinasi halunasi dengan
pendengaran memanfaatkan obat
- Pertemuan 2 : - Latih mengontro
RPK perilaku kekerasan
- Pertemuan 2: dengan
HDR memanfaatkan obat
- Latih kegiatan
kedua (alat dan
cara)
23- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 sudah bisa
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
dan minum obat
- Klien mengatakan
pernah ingin
melukai seseorang
- Klien mengatakan
sudah lebih
percaya diri

O:
- Kontak mata +
- Klien tampak
menatap lawan
bicara
- Klien tampak
melakukan
kegiatan menyapu

A:
- GSP: halusinasi
pendengaran
- RPK
- HDR

P:
- Pertemuan 3: GSP: - Latih cara
halusinasi mengontrol
pendengaran halusinasi dengan
- Pertemuan 3 : bercakap-cakap saat
RPK terjadi halusinasi
- Pertemuan 3: - Latih cara
HDR mengontrol perilaku
kekerasan secara
verbal yaitu
(mengungkapkan,
meminta, menolak
dengan benar)
- Latih kegiatan
ketiga (alat dan
bahan)
24- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 sudah jarang
mendengar bisikan
bisikan
- Klien mengatakan
sudah tidak emosi
- Klien mengatakan
merasa lebih
percaya diri

O:
- Kontak mata +
- Klien tampak lebih
banyak bicara
- Klien tampak
tenang dan
kooperatif

A:
- GSP: halusinasi
pendengaran
- RPK
- HDR
- Latih cara mengontrol
P: halusinasi dengan
- Pertemuan 4: GSP: melakukan kegiatan
halusinasi harian
pendengaran - Latih cara mengontrol
- Pertemuan 4 : RPK perilaku kekerasan
- Pertemuan 4 HDR dengan beribadah dan
berdoa
- Latih Klien melakukan
kegiatan ke 4
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperwatan sampai dengan evaluasi pasien
dengan masalah keperawatan halusinasi pada tanggal 21-24 September 2021,
dapat disimpulkan:
1. Dari hasil pengkajian kepada klien, didapatkan hasil bahwa klien mengalami
halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran didapatkan melalui data
bahwa klien sering mendengar suara-suara bisikan tanpa wujud yang
mengejeknya sehingga membuat klien kesal dan jengkel.
2. Dari hasil analisa data klien didapatkan diagnosa keperawatan dengan
masalah utama halusinasi (pendengaran), kemudian masalah keperawatan
lainnya yaitu resiko perilaku kekerasan (RPK) dan defisit perawatan diri
(DPD).
3. Intervensi keperawatan diberikan dengan berdasarkan pada matriks pedoman
intervensi keperawatan SDKI, SIKI dan SLKI.
4. Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan dari catatan
perkembangan pasien terintegrasi (CPPT).
5. Dari hasil analisa pengkajian pada asuhan keperawatan dan teori terdapat
banyak kesamaan seperti tanda dan gejala sampai dengan diagnosa yang
muncul.

B. Saran
1. Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan keperawatan pada klien
perlu melakukan komunikasi terapeutik dengan baik agar terciptanya hubungan
saling percaya antara klien dan perawat.
2. Klien berperan secara aktif untuk mendapatkan dukungan dari perawat dan
keluarga, serta mampu melaksanakan tugas yang diberikan dari pihak Rumah
Sakit Jiwa agar dapat mengatasi masalah yang dialami klien.
3. Untuk Rumah Sakit Jiwa diharapkan bisa menambah fasilitas dan senantiasa
menciptakan lingkungan yang terpeutik guna mempercepat kesembuhan klian.
DAFTAR PUSTAKA

Copel, L.C. (2007). Kesehatan Jiwa dan Psikiatri: Pedoman Klinis Perawat.
Jakarta, EGC

Fontaine, K.L. (2009). Mental Health Nursing. 7th ed. New Jersey : Pearson
Education, Inc.

Keliat, B.A., & Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta
: EGC

NANDA. (2009). Nursing Diagnoses : Definitions & Classification 2009-2011.


Philadelphia: NANDA International

Sinaga, B.R. (2007). Skizofrenia & Diagnosis Banding. Balai Penerbit, Fakultas
Kedokteran – Universitas Indonesia, Jakarta

Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 9th ed.
Missouri : Mosby, Inc.

Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing, 8th ed. Missouri : Mosby, Inc.

Stuart, Gail Wiscarz, Sandra J Sundeen. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa
Edisi 5. Jakarta : EGC

Satrio, Damayanti, Ardinata (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Lembaga


Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2KM), IAIN Radin Intan
Lampung, Lampung

Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in


Evidence-Based Practice. 6th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company

Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.


Dafpus jurnal

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=terapi+okupasi+aktivitas+waktu+luang+terhadap+p
erubahan+gejala+halusinasi+pendengaran+pada+pasien+skizofrenia&oq=tera
pi+okupasi+aktivitas+waktu+luang+terhadap+perubahan+gejala+halusinasi+p
endengaran+pada+pasien+skizo#d=gs_qabs&u=%23p%3DXPimLhR9OlwJ

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengaruh+terapi+tought+stopping+terhadap+kema
mpuan+mengontrol+halusinasi+pada+pasien&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DrJ9QPbnTlsEJ

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=penurunan+halusinasi+pada+klien+jiwa+melalui+c
ognitive+behavior+therapy&oq=penurunan+halusinasi+pada+klien+jiwa+mel
alui+cognitive+behavior+thera#d=gs_qabs&u=%23p%3D2qQxLGM9kyoJ

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai