PENDAHULAUN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut World Health Organization )WHO, 2015) adal
ah keadaan sehat fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya ti
dak adanya penyakit atau kelemahan. Salah satu pemasalahan kesehatan y
ang signifikan di dunia adalah kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa merupakan
suatu kondisi perasaan sejahtera secara subyektif, suatu penilaian diri tenta
ng perasaan mencakup aspek konsep diri, kebugaran dan kemampuan peng
endalian diri.
Menurut UU No. 18 Tahun 2014 kesehatan jiwa merupakan kondis
i ketika seseorang individu dapat berkemabang secara fisik, mental, spiritu
al, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari keamampuan sendiri, d
apat menagatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu mem
berikan kontribusi untuk komunitasnya.
Orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan
dan perkembanagan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko men
galami gangguan jiwa disebut Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang sela
njutnya disingkat ODMK. Sedangkan orang yang mengalami gangguan da
lam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk seku
mpulan gejala dan/atau peruabahan perilaku yang bermakna, serta dapat m
enimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang se
bagai manusia disebut Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya di
sebut ODGJ.
Berdasarkan hasil survey World Health Organization )WHO, 201
5) menyatakan hampir 450 juta penduduk dunia menderita masalah gangg
uan jiwa. Satu dari empat anggota keluarga mengalami gangguan jiwa dan
seringkali tidak terdiagnosis secara tepat sehingga tidak memperoleh pera
watan dan pengobatan dengan tepat. Menurut WHO (2018), gangguan jiw
a berat dan kronis itu terjadi pada pasien skizofrenia. Jumlah pasien gangg
uan jiwa didunia lebih dari 23 juta orang diseluruh dunia tetapi tidak umu
m seperti banyak gangguan mental lainnya, lebih sering terjadi pada laki-la
ki berjumlah 12 juta orang dan perempuan 9 juta orang. Gangguan jiwa m
encapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berk
embang menjadi 25% di tahun 2030, gangguan jiwa juga berhubungan den
gan bunuh diri, lebih dari 90% dari 1 juta kasus bunuh diri setiap tahunnya
akibat gangguan jiwa.
Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukan, terdapat 7% penduduk In
donesia yang mengalami gangguan mental berat (skizofrenia) atau secara a
bsolute terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia. Bila dilihat menu
rut provinsi, prevalensi gangguan jiwa berat paling tinggi terjadi provinsi
Bali sekitar 11% dan pravelensi gangguan jiwa berat paling rendah adalah
Kepulauan Bali sekitar 3%. Sedangkan di Provinsi Lampung terdapat sekit
ar 6% penduduk menagalami gangguan jiwa berat (skizofrenia).
Skizofrenia didefinisikan sebagai suatu sindrome klinis atau proses
penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, p
ersepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu ( Videbeck,
2008, dikutip dalam Satrio,dkk, 2015). Gejala skizofrenia dibagi menjadi d
ua yaitu gejala negatif dan gejala positif. Gejala positif yaitu halusinasi, wa
ham, pikiran yang tidak terorganisir, dan perilaku yang aneh. Dari gejala te
rsebut, halusinasi merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, lebih
dari 90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep, 2013). Menurut
Stuart dan Laria (2005), Stuart (2009) dikutip dalam Satrio, dkk, (2015), m
enjelaskan bahwa 70% klien skizofrenia mengalami halusinasi dengar. Pre
sentase diatas menunjukan bahwa halusinasi dengar merupakan halusinasi
yang mayoritas di jumpai pada klien skizofrenia. Sedangkan menurut Tow
send (2009) dikutip dalam Satrio, dkk, (2015), halusinasi merupakan suatu
bentuk persepsi atau pengalaman indera dimana tidak terdapat stimulasi ter
hadap reseptor-reseptornya, halusinasi merupakan persepsi sensori yang sa
lah yang mungkin meliputi salah satu dari ke lima panca indera. Hal ini me
nunjukan bahwa halusinasi dapat bermacam-macam yang meliputi halusin
asi pendengaran , penglihatan, penciuman, perabaan dan pengcapan.
Sedangkan menurut Stuart (2009) dikutip dalam Satrio, dkk, (201
5), halusinasi adalah distensi persepsi palsu yang terjadi pada respon neuro
biologis yang maladaktif, klien mengalami distorsi sensori yang nyata dan
meresponnya, namun dalam halusinasi stimulus internal dan eksternal tida
k dapat di indentifikasi. Sedangkan hasil penelitian Ni made, dkk (2013) te
ntang terapi Okupasi Aktivitas Waktu Luang Terhadap Perubahan Gejala
Halusiansi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia menunjukan bahwa ada p
engaruh yang sangat signifikan dengan menurunkan gejala halusinasi pada
pasien skizofrenia setelah pemberian terapi okupasi aktivitas waktu luang.
Sedangkan menurut Creek (2010 dikutip dalam Ni Made, dkk, 2011)
aktifitas mengisi waktu luang yang diberikan adalah berupa aktivitas
sehari-hari, yaitu menyapu, membersihkan tempat tidur. Aktivitas waktu
luang dapat membantu pasien mencegah terjadinya stimulus panca indera
tanpa adanya rangsang dari luas dan membantu pasien untuk berhubungan
dengan orang lain atau lingkungannya secara nyata.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri dkk, (2011)
tentang penurunan halusinasi pada klien jiwa melalui Cognitive Behavior
Therapy menunjukkan adanya perbedaan peningkatan pelaksanaan cara
mengontrol halusinasi yang bermakna antara kelompok yang mendapat
dan tidak mendapat CBT (p<0,05). Halusinasi menurun secara bermakna
pada kelompok yang mendapat CBT (p<0,05). Sedangkan pada kelompok
yang tidak mendapat CBT halusinasi menurun secaara tidak bermakna
(p>0,05). CBT direkomendasikan dilakukan pada klien halusinasi sebagai
tindakan keperawatan spesialis. Menurut penelitian yang telah dilakukan
oleh Retno & Amalia (2013) tentang pengaruh terapi Tought Stopping
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofprenia
menunjukkan bahwa analisa data dengan menggunakan Wilcoxon Sign
Rank\ Test dengan p=0,000 dan taraf signifikansi level 0,05, sehingga H0
ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh terapi
thought stopping terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
skizofrenia di Poli Jiwa RS Kabupaten Gresik. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi thought stopping
mampu meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
skizofrenia. Perawat di Poli Jiwa sebaiknya membuat implementasi asuhan
keperawatan pasien halusinasi serta mempunyai alat ukur untuk menilai
keberhasilan dari kegiatan yang dilakukan sehingga dapat diketahui
kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi
Halusinasi merupakan kasus paling banyak terjadi pada pasien
gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori
persepsi yang dialami pasien gangguan jiwa. Pasien merasa sensasi berupa
suara, penglihatan, perabaan, pengecapan tanpa stimulus yang nyata.
(Keliat,2011). Halusinasi bila tidak dilakukan tindakan perawatan yang
baik dan efektif bisa menyebabkan masalah yang berat, untuk menurunkan
masalah tersebut salah satu tindakan yang dapat diberikan adalah asuhan
keperawatan dalam bentuk implementasi seperti strategi pelaksanaan (SP),
sehingga diharapkan pasien mampu mengontrol halusinasi. Diperlukan
bantuan orang lain dan keluarga agar terwujudnya kesembuhan bagi
pasien.
Penderita gangguan jiwa yang dirawat khususnya di Rumah Sakit J
iwa Daerah Provinsi Lampung Tahun (2018) berjumlah 806 orang, pasien
yang dirawat inap dengan data 631 orang untuk Skizofrenia Paranoid, skiz
ofrenia beberfrenik 69, gangguan mental organik 33, gangguan skizoafekti
f YTT 21, gangguan skizofrenia tipe depresif 14, gangguan skizoafektif tip
e campuran 14, skizofrenia YTT 9, gangguan psikotik dan polimorfik akut
tanpa gejala skizofrenia 7, gangguan skizoafektif tipe manik 6, dimensia 2
(rekam Medik, 2018).
Berdasarkan data di atas penulis tertarik untuk mengambil judul As
uhan Keperawatan JiwaTerhadap Tn. Dengan halusinasi di Ruang Nuri Ru
mah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2021.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada klien mengalami gangguan pers
epsi sensori halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan klien yang mengalami halusinasi pend
engaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang halusiansi pen
dengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami hal
usinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.
c. Menyusun rencana keperawatan pada klien yang mengalami halusi
nasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.
d. Menyusun Tahapan Implementasi keperawatan pada klien yang
mengalami halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Lampung.
e. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami halusinasi penden
garan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mampu menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan halus
inasi serta menambah pengobatan dan pengalaman dalam penerapan as
uhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
2. Bagi profesi
Sebagai bahan masukan bagi perawat ruangan dalam memberikan pan
duan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi se
hingga klien mendapatkan penanganan tepat dan optimal sesuai tanda
dan gejala yang timbul pada pasien.
3. Bagi rumah sakit jiwa Daerah Provinsi Lampung
Sebagai masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayana
n keperawatan khusunya pada pasien halusinasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Halusinasi
1. Pengertian Halusinasi
a. Perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun
eksternal yang disertai dengan respon yang
berkurang,berlebihan atau terdistrorsi. (SDKI,2016)
b. Menurut Fontaine, (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) halusinasi
adalah terjadinya penglihatan, suara, sentuhan, bau maupun rasa
tanpa stimulus eksternal terhadap organ-organ indera.
c. Sedangkan menurut Towsend (2009 dalam Satrio, dkk, 2015),
Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman
indera dimana tidak terdapat stimulasi terhadap reseptor-
reseptornya, halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah
yang mungkin meliputi salah satu dari kelima panca indera. Hal
mi menunjukkann bahwa halusinasi dapat bermacam-macam
yang meliputi halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan dan pengecapan.
d. Menurut Stuart (2009 dalam Satrio, dkk, 2015), halusinasi
adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon
neurobiologis yang maladaptif, klien mengalami distorsi sensori
yang nyata dan meresponnya, namun dalam halusinasi stimulus
internal dan eksternal tidak dapat diidentifikasi.
e. Sedangkan NANDA-I (2009-2011 dalam Satrio, dkk, 2015) juga
menyatakan bahwa halusinasi merupakan perubahan dalam
jumlah dan pola stimulus yang diterima disertai dengan
penurunan berlebih distorsi atau kerusakan respon beberapa
stimulus.
f. Videbeck (2008) juga menyebutkan bahwa halusinasi adalah
persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak
terjadi dalam realitas, halusinasi dapat melibatkan panca indera
dan sensasi tubuh.
g. Halusinasi yang paling sering terjadi adalah halusinasi dengar
(Videbeck, 2008).
h. Stuart (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) juga menyatakan bahwa
halusinasi dengar merupakan masalah utama yang paling sering
dijumpai.
i. Fontaine (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) juga menyatakan
bahwa halusinasi dengar merupakan gejala skizofrenia yang
paling sering dijumpai, mencakup 70% dari keseluruhan
halusinasi.
j. Sedangkan Stuart dan Laraia (2005; Stuart, 2009 dalam Satrio,
dkk, 2015) juga menjelaskan bahwa 70% klien skizofrenia
mengalami halusinasi dengar. Persentase diatas menunjukkan
bahwa halusinasi dengar merupakan halusinasi yang mayoritas
dijumpai pada klien skizofrenia.
2. Jenis Halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran
Halusinasi dengar merupakan gejala mayoritas yang sering
dijumpai pada klien skizofrenia. Papolos & Papolos (2002,
dalam Fontaine, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015) menyatakan
bahwa halusinasi dan delusi mencapai 90% pada individu
dengan skizofrenia dan halusinasi dengar merupakan masalah
utama yang paling sering dijumpai 70%. Diperkuat oleh Stuart
dan Laraia (2005 dalam Satrio, dkk, 2015) yang menyatakan
bahwa klien skizofrenia 70% mengalami halusinasi dengar.
Senada dengan pernyataan diatas Stuart (2009 dalam Satrio,
dkk, 2015) yang juga menyatakan bahwa halusinasi yang paling
sering diakitkan dengan skizofrenia, sekitar 70% klien
skizofrenia mengalami halusinasi dengar. Pernyataan diatas
menunjukkan bahwa persentase halusinasi dengar merupakan
persentase terbesar yang ditemukan pada klien skizofrenia
dibandingkan dengan halusinasi lainnya. Menurut Copel (2007),
halusinasi pendengaran paling sering terjadi pada skizofrenia,
ketika klien mendengar suara-suara, suara tersebut dianggap
terpisah dari pikiran klien sendiri. Isi suara-suara tersebut
mengancam dan menghina, sering kali suara tersebut
memerintah klien untuk melakukan tindakan yang akan melukai
klien atau orang lain.
Menurut Stuart (2009 dalam Satrio, dkk, 2015), pada klien
halusinasi dengar tanda dan gejala dapat dikarakteristik
mendengar bunyi atau suara, paling sering dalam bentuk suara,
rentang suara dari suara sederhana atau suara yang jelas, suara
tersebut membicarakan tentang pasien, samapi percakapan yang
komplet antara dua orang atau lebih seperti orang yang
berhalusinasi. Suara yang didengar dapat berupa perintah yang
memberitahu pasien untuk melakukan sesuatu, kadang-kadang
dapat membahayakan atau mencederai. Cancro dan Lehman
(2000, dalam Videbeck, 2008) menyebutkan bahwa paling
sering suara yang didengar adalah suara orang berbicara pada
klien atau membicarakan klien. Suara dapat satu ataupun banyak
dan dapat berupa suara yang dikenal maupun yang tidak dikenal.
Sedangkan Sauosa (2007) menyebutkan bahwa halusinasi yang
didengar dapat berbentuk suara perempuan (49,87%) dan laki-
laki (50,13%). Dan reaksi klien ketika mendengar suara tersebut,
48,32% adalah marah dan halusinasi yang didengar berasal dan
kedua telinga (91, 47%).
b. Halusinasi Penciuman
Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa klien
mencium aroma atau bau tertentu seperti urine atau feces atau
bau yang bersifat lebih umum atau bau busuk atau bau yang
tidak sedap (Cancro & Lehman, 2000 dalam Videbeck, 2008).
Pendapat yang sama juga dikemukan oleh Stuart (2009 dalam
Satrio, dkk, 2015) pada halusinasi penciuman, klien dapat
mencium bau busuk, jorok, dan bau tengik seperti darah, urin,
atau tinja, kadang-kadang bau bisa menyenangkan, halusinasi
penciuman biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang,
dan demensia.
c. Halusinasi Penglihatan
Sedangkan pada klien halusinasi penglihatan, isi halusinasi
berupa melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada sama
sekali, misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal atau
mungkin sesuatu yang bentuknya menakutkan (Cancro &
Lehman, 2000 dalam Videbeck, 2008). Isi halusinasi
penglihatan klien adalah klien melihat cahaya, bentuk geometris,
kartun atau campuran antara gambaram bayangan yang
kompleks, Dan bayangan tersebut dapat menyenangkan klien
atau juga sebaliknya mengerikan (Stuart & Laraia, 2005; Stuart,
2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
d. Halusinasi Pengecapan
Sementara itu pada halusinasi pengecapan, isi halusinasi
berupa klien mengecap rasa yang tetap ada dalam mulut, atau
perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa
tersebut dapat berupa rasa logam atau pahit atau mungkin seperti
rasa tertentu. Atau berupa rasa busuk, tak sedap dan anyir
seperti darah, urine atau feces (Stuart & Laraia., 2005; Stuart,
2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
e. Halusinasi Perabaan
Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi
seperti aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubub atau
binatang kecil yang merayap di kulit (Cancro & Lehman, 2000
dalam Videbeck, 2008). Klien juga dapat mengalami nyeri atau
tidak nyaman tanpa adanya stimulus yang nyata, seperti sensasi
listrik dan bumi, benda mati ataupun dan oranglain (Stuart &
Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
f. Halusinasi Chenesthetik
Halusinasi chenesthetik klein akan merasa fungsi tubuh
seperti darah berdenyut melalui vena dan arteri, mencerna
makanan, atau bentuk urin (Videbeck, 2008; Stuart, 2009 dalam
Satrio, dkk, 2015).
g. Halusinasi Kinestetik
Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensasi
gerakan tubuh, gerakan tubuh yang tidak lazim seperti meayang
di atas tanah. Sensasi gerakan sambil berdiri tak bergerak
(Videbeck, 2008; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
3. Fase Halusinasi
a. Comforting (Halusinasi menyenangkan, Cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intense seperti
cemas, kesepian, rasa bersalah, dan takut dan mencoba untuk
berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan. Seseorang mengenal bahwa pikiran
dan pengalaman sensori berada dalam kesadaran control jika
kecemasan tersebut bisa dikelola.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tampak tidak tepat
2) Menggerakan bibir tanpa membuat suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat seperti asyik
5) Diam dan tampak asyik
b. Comdemning (Halusinasi menjijikan, Cemas sedang)
Penngalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien yang
berhalusinasi mulai merasa kehilangan control dan mungkin
berusaha menjauhkan diri, serta merasa malu dengan adanya
pengalaman sensori tersebut dan menarik diri dari orang lain.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Ditandai dengan peningkatan kerja system saraf autonomic
yang menunjukan kecemasan misalnya terdapat
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
2) Rentang perhatian menjadi sempit
3) Asyik dengan penngalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi
dengan realitas.
c. Controlling (Pengalaman sensori berkuasa, Cemas berat)
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan
pengalaman halusinasinya. Isi halusinasi bisa menjadi
menarik/meimkat. Seseorang mungkin mengalami kesepian jika
pengalaman sensori berakhir.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Arahan yang diberikan halusinasi tidak hanya dijadikan
objek saja oleh klien tetapi mungkin akan diikitu/dituruti
2) Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit
4) Tampak tanda kecemasan berat seperti berkeringat, tremor,
tidak mampu mengikuti perintah.
d. Conquering (Melebur dalam pengaruh halusinasi, Panic)
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti
perintah dari halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam
waktu empat jam atau sehari bila tidak ada intervensi terapeutik.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Perilakku klien tampak seperti dihantui terror dan panic
2) Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain
3) Aktifitas fisik yang digambarkan klien menunjukan isi dari
halusinasi misalnya klien melakukan kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonia
4) Klien tidak dapat berespon pada arahan kompleks
5) Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang
4. Rentang Respon Neurobiologis
2. Faktor Presipitasi
Pada kondisi normal, otak mempunyai peranan penting dalam
meregulasi sejumlah informasi. Informasi normal diproses melalui
aktivitas neuron. Stimulus visual dan auditory dideteksi dan disaring
oleh thalamus dan dikirim untuk diproses di lobus frontal. Sedangkan
pada klien skizofrenia terjadi mekanisme yang abnormal dalam
memproses informasi (Perry, Geyer & Braff, 1999 dalam Stuart &
Laraia, 2005). Gejala pencetus yang menyebabkan hal tersebut terjadi
adalah faktor kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu
(Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balik di
otak yang mengatur jumlah dan waktu dalam proses informasi. Stimuli
penglihatan dan pendengaran pada awalnya di saring oleh hipotalamus
dan dikirim untuk diproses oleh lobus frontal dan bila informasi yang
sampaikan terlalu banyak pada suatu waktu atau jika informasi
tersebut salah, lobus frontal mengirimkan pesan overload ke ganglia
basal dan di ingatkan lagi hipotalamus untuk memperlambat transmisi
ke lobus frontal. Penurunan fungsi dari lobus frontal menyebabkan
gangguan pada proses umpan balik dalam penyampaian informasi
yang menghasilkan proses informasi overload (Stuart & Laraia, 2005;
Stuart, 2009). Stessor presipiatsi yang lain adanya abnormal pada pintu
mekanisme pada klien skizofrenia, Pintu mekanisme adalah proses
elektrik yang melibatkan elektolit, hal ini memicu penghambatan saraf
dan rangsang aksi dan umpan balik yang terjadi pada system saraf.
Penurunan pintu mekanisme/gating proses ini ditunjukkan dengan
ketidakmampuan individu dalam memilih stimuli secara selektif (Hong
et al., 2007 dalam Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
3. Penilaian Terhadap Stressor
Penilaian terhadap stressor merupakan penilaian individu ketika
menghadapi stressor yang datang. Menurut Sinaga (2007), faktor
biologis, psikososial dan lingkungan saling benintegrasi satu sama lain
pada saat individu mengalami stres sedangkan individu sendiri
memiliki kerentanan (diatesis), yang jika diaktiflan oleh pengaruh stres
maka akan menimbulkan gejala skizofrenia. Model diatesis stress
diatas sama seperti Model Adaptasi Stuart dan Laraia (2005).
Berdasarkan Stuart dan Laraia. (2005). penilaian seseorang terhadap
stressor terdiri dan respon kogiitif, afektif, fisiologis, perilaku dan
sosial. Hal ini memberikan arti bahwa apabila individu mengalami
suatu stressor maka ia akan merespon stressor maka ia akan merespon
stressor tersebut dan akan tampak melalui tanda dan gejala yang
muncul.
4. Sumber Koping
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005 dalam Satrio, dkk, 2015),
sumber koping merupakan hal yang penting dalam membantu klien
dalam mengatasi stressor yang dihadapinya. Sumber koping tersebut
meliputi asset ekonomi, sosial support, nilai dan kemampuan individu
mengatasi masalah. Apabila individu mempunyai sumber koping yang
adekuat maka ia akan mampu beradapatasi dan mengatasi stressor
yang ada.
Keluarga merupakan salah satu sumber koping yang dibutuhkan
individu ketika mengalami stress. Hal tersebut sesuai dengan Videbeck
(2008) yang menyatakan bahwa keluarga memang merupakan salah
satu sumber pendukung yang utama dalam penyembuhan klien
skizofrenia. Psikosis atau Skizofrenia adalah penyakit menakutkan dan
sangat menjengkelkan yang memerlukan penyesuaian baik bagi klien
dan keluarga. Proses penyesuaian pasca psikotik terdiri dari empat
fase: (1) disonansi kognitif (psikosis aktif), (2) pencapaian wawasan,
(3) stabilitas dalam semua aspek kehidupan (ketetapan kognitif), dan
(4) bergerak terhadap prestasi kerja atau tujuan pendidikan
(ordinariness). Proses multifase penyesuaian dapat berlangsung 3
sampai 6 tahun (Moller, 2006, dalam Stuart, 2009):
a. Efikasi/Kemanjuran pengobatan untuk secara konsisten
mengurangi gejala dan menstabilkan disonansi kognitif setelah
episode pertama memakan waktu 6 sampai 12 bulan.
b. Awal pengenalan diri/insight sebagai proses mandiri melakukan
pemeriksaan realitas yang dapat diandalkan. Pencapaian
keterampilan ini memakan waktu 6 sampai 18 bulan dan tergantung
pada keberhasilan pengobatan dan dukungan yang berkelanjutan.
c. Setelah mencapai pengenalan diri/insight, proses pencapaian
kognitif meliputi keteguhan melanjutkan hubungan interpersonal
normal dan reengaging dalam kegiatan yang sesuai dengan usia
yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja. Fase ini berlangsung 1
sampai 3 tahun.
d. Ordinariness/kesiapan kembali seperti sebelum sakit ditandai
dengan kemampuan untuk secara konsisten dan dapat diandalkan
dan terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia lengkap dari
kehidupan sehari-hari mencerminkan tujuan prepsychosis. Fase ini
berlangsung minimal 2 tahun. sumber daya Keluarga, seperti
pemahaman orang tua terhadap penyakit, keuangan, ketersediaan
waktu dan energi, dan kemampuan untuk menyediakan dukungan
yang berkelanjutan, mempengaruhi jalannya penyesuaian
postpsychotic.
5. Mekanisnie Koping
Pada klien skizofrenia, klien berusaha untuk melindungi dirinya
dan pengalaman yang disebabkan oleh penyakitnya. Klien akan
melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan yang dialaminya,
melakukan proyeksi sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya dan
menarik diri yang berhubungan dengan masalah membangun
kepercayaan dan keasyikan terhadap pengalarnan internal (Stuart &
Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
D. Pohon Masalah
a. Observasi
- Monitor prilaku yang mengindikasi halusinasi
- Monitor dan sesuaikan tingkat aktifitas dan stimulasi lingkungan
- Monitor isi halusinasi ( mis. kekerasan / membahayakan diri)
b. Terapautik
- Pertahankan lingkungan yang aman
- Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengontrol
prilaku ( mis. limit setting,pembatasan wilayah,pengekangan
fisik,seklusi)
- Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi
- Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi
c. Edukasi
- Anjurkan memonitor sendiri situasi
terjadinya halusinasi
- Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi
dukungan dan umpan balik korektif terhadap halusinasi
- Anjurkan melakukan distraksi ( mis. mendengar musik, melakukan
aktivitas, dan teknik relaksasi )
- Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat anti psikotik dan anti ansietas
NRM : ..........................................................
TUJUAN KHUSUS:
Pertemuan 1. Setelah … X pertemuan klien Identifikasi fokus masalah klien, dengan:
Pengkajian menunjukkan tanda-tanda percaya Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
Klien mampu kepada perawat dan mengenali Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
menunjukkan tanda- masalah yang dialami, dengan kriteria: perawat berinteraksi
tanda percaya kepada o Ekspresi wajah bersahabat. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
perawat dan o Menunjukkan rasa senang. Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap
mengenali masalah o Ada kontak mata. kali berinteraksi
yang dialami o Mau berkenalan. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dialami klien
o Bersedia menceritakan masalah Buat kontrak interaksi yang jelas
yang dialami. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan masalah
klien
Pertemuan I
Klien mampu 1. Setelah … X pertemuan klien Bantu klien mengidentifikasi halusinasi:
mengidentifikasi menjelaskan halusinasi yang dialami Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
halusinasi dan dengan kriteria: Observasi tingkah laku klien terkait dengan
mampu o Menceritakan isi halusiansi yang halusinasinya (* dengar /lihat /penghidu /raba /kecap),
mengendalikan dialami jika menemukan klien yang sedang halusinasi:
halusinasi yang o Menceritakan waktu halusiansi Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu
dialami dengan yang dialami ( halusinasi dengar/ lihat/ penghidu /raba/ kecap )
latihan menghardik o Menceritakan frekwensi Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang
halusiansi yang dialami dialaminya
o Menceritakan situasi halusiansi Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami
yang dialami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak
o Menceritakan perasaan dan respon mengalaminya ( dengan nada bersahabat tanpa
dari halusiansi yang dialami menuduh atau menghakimi)
Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal
yang sama.
Katakan bahwa perawat akan membantu klien
Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien :
Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi,
siang, sore, malam atau sering dan kadang – kadang)
Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
Perasaan dan respon waktu halusinasi muncul
Pertemuan II
Klien mampu 1. Setelah … X pertemuan klien 2. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan
mengendalikan mengendalikan halusinasi yang dialami memanfaatkan obat
halusinasi yang dengan latihan memanfaatkan obat, Evaluasi kegiatan latihan menghardik. Beri pujian
dialami dengan dengan kriteria: Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6
memanfaatkan obat o Mengungkapkan prinsif 6 benar benar: pasien, obat, dosis, waktu, cara dan kontinuitas
obat minum obat)
o Menjelaskan prinsif: Benar Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
pasien,obat,dosis, waktu, cara menghardik dan minum obat
o Mengungkapkan kontinuitas
minum obat dan pengobatan.
Pertemuan III
Klien mampu 1. Setelah … X pertemuan klien 3. Latih klien mengendalikan halusiansi dengan cara
mengendalikan mengendalikan halusinasi yang dialami bercakap-cakap
halusinasi yang dengan latihan cara fisik, dengan Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat. Beri
dialami dengan kriteria: pujian
dengan cara o Mengungkapkan halusinasi yang Latih cara mengontrol halusinasi dg bercakap-cakap saat
verbal/bercakap- muncul kepada orang lain (sesama terjadi halusinasi
cakap klien,perawatdan anggota Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga)
keluarga) untuk menceritakan tentang halusinasinya.
o Bercakap-cakap dengan sesama Meminta perawat/sesama klien/anggota keluarga
klien menyapa/mengajak bercakap-cakap saat halusinasi
o Bercakap-cakap dengan muncul
perawatdan anggota keluarga Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
o Meminta perawat/sesama menghardik, minum obat dan bercakap-cakap
klien/anggota keluarga
menyapa/mengajak bercakap-
cakap
Pertemuan IV
Klien mampu 1. Setelah … X pertemuan klien 4. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara
mengendalikan mengendalikan halusinasi yang dialami kegiatan terjadwal
halusinasi yang dengan latihan cara spiritual, dengan Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat &
dialami dengan cara kriteria: bercakap-cakap. Beri pujian
latihan kegiatan o Mengungkapkan kegiatan Latih cara mengontrol halusinasi dg melakukan kegiatan
terjadwal aktivitas sehari-hari dari bangun harian (mulai 2 kegiatan)
tidur sampai tidur lagi Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari hari
o Mengisi kegiatan yg bisa yang telah di susun.
dilakukan pd waktu halusinasi Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
muncul menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan kegiatan
o Memilih kegiatan dan harian
mempraktekkan kegiatan untuk
mengendalikan halusinasi
Pertemuan V dst
Klien mampu 1. Setelah … X pertemuan klien 5. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara
mengendalikan mengendalikan halusinasi yang dialami menghardik & obat & becakap-cakap & kegiatan
halusinasi yang dengan latihan cara fisik, obat, verbal terjadwal.
dialami dan spiritual, dengan kriteria: Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat &
o Mempraktekkan latihan becakap-cakap & kegiatan terjadwal. Beri pujian
menghardik Nilai kemampuan yang sudah mandiri
o Mempraktekkan latihan obat Nilai apakah halusinasi sudah terkontrol
o Mempraktekkan latihan bercakap-
cakap
o Mempraktekkan latihan kegiatan
terjadwal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
NRM : 056793
NAMA : Tn.S
Cara Datang pasien: Diantar oleh warga dan ditemani oleh Ny.R
I. ALASAN KE RS
Keluhan Utama:
Klien masuk RSJ pada tanggal 16-09-2021 klien sudah dirawat 5 hari di
ruang nuri, klien saat ini mendengar bisikan-bisikan yang mengejeknya
dirinya yang membuat dirinya kesal dan marah-marah sendiri. Menurut
klien halusinasi terjadi sebanyak 2x sehari biasanya sering muncul
waktunya pada saat malam hari dan ketika ia menyendiri, Klien juga
memgatakan mengancam warga dengan membawa senjata api, klien putus
obat ±5 bulan, keluarga berupaya menenangkan pasien tetapi tidak
berhasil sehingga keluarga dan dibantu oleh warga desa dibawa ke RSJ
karena meresahkan warga desa seta klien mencoba melempar batu, klien
juga mengejar-ngejar warga tanpa berbusana, klien bicara dan tertawa
sendiri, bicara klien melantur, mondar mandir, komat,kamit.
II. Riwayat Kesehatan
1. Pernah dirawat: Ya
Jelaskan: klien sudah pernah dirawat 3x terakhir tahun 2020 bulan
Agustus, dirawat ± 2 minggu di RSJ
2. Penyakit yang pernah dialami: Klien mengatakan pernah kejang saat
masih kecil
3. Riwayat Operasi : Tidak Ada
4. Riwayat Alergi: Tidak Ada
5. Riwayat penggunaan/Ketergantungan terhadap zat(waktu,jenis,
frekuensi, jumlah dan lama penggunaan)
Obat-obatan Rokok NAFZA Lainnya,
sebutkan,
Jelaskan: Klien mengatakan dalam sehari bisa menghabiskan 1
bungkus rokok, klien mengatakan merokok sejak usia sekitar 17
tahun klien mengatakan sering membeli rokok kretek yang dibeli
di warung
Keluarga /22 thn
Tindakalan Kriminal
Jelaskan: klien mengatakan mengalami masalah gangguan kejiwaan
sejak usia 22 tahun sejak itu klien sudah mengalami perlakuan
kekerasan dari orang tua nya yang membuat klien sering menyalahkan
diri sendiri dan sering menyendiri kurang bergaul dan klien mulai
Keterangan Genogram:
: Laki-laki : Meninggal
dunia
: Perempuan
: tingga serumah
: Klien : Cerai
V. PERSEPSI KESEHATAN
Klien mengatakan tidak tau tentang penyakitnya, klien tidak mengetahui
apa itu halusinasi dan bagaimana cara mengontrolnya, selama di rawat di
RSJ ini klien tidak tahu nama dan kegunaan obat yang dikonsumsinya
Masalah Keperawatan: Defisit Pengetahuan
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keluhan Fisik: Tidak Ada
TD: 130/80 mmHg
N: 86 x/m
RR: 20x/m
Suhu: 36,7 C
2. Penilaian skala nyeri
Keluhan Nyeri: Tidak Ada
VII. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
Klien mengatakan menyukai setiap bagian tubuhnya karena
klien mengatakan kita harus mensyukurri pemberian tuhan
kepada kita
Masalah Keperawatan: Tidak ada
b. Identitas diri:
Klien mengatakaan bahwa dirinya merupakan anak pertama
dari 4 bersaudara. Saat sebelum masuk RSJ klien membantu
ayahnya bekerja sebagai petani di rumah. klien merasa puas
dengan dirinya sebagai laki-laki yang bertanggung jawab untuk
memperoleh rejeki.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
c. Peran diri
Dalam keluarga, klien memiliki tugas dan peran sebagai anak
yang harus menuruti perinta kedua orang tua dan berbakti
kepadanya, namun klien tidak daaat mengemban tugas tersebut
dikarenakan menurut pikiran klien yang dibutuhkan saat ini
adalah kebebasan sehingga tidak mau untuk disuruh-ssuruh
oleh siapa pun termasuk oleh ibunya sendiri. Peran klien
sebagai anak tidak sesuai harapan
Masalah Keperawatan: ketiddakefektipan penampilan peran
d. Ideal diri
Klien mengharapkan kepada keluarganya agar klien lebih
diperhatikan dan didengarkan keinginannya oleh orang tua
klien serta anggota keluarga yang lainnya. Klien ingin dijenguk
selama klien dirawat di RS ini. Klien berhaaraap kepada
lingkungan sekitaar tempat tingga untuk tidak memandang
klien secara negaatif dan berharap unutk dapat diterima lagi
seperti sediakalanya. Klien berharap dapat segera sembuh dan
bisa pulang untuk kumpul bersama keluarga
Masalah Keperawatan: Ketidakmampuan Koping Keluarga
e. Harga diri:
Klien mengatakan selama ini merasa hubungan anatara klien
dengan orang tua dan adik kandungnya kurang dekat
dikarenakan mereka berdua tidak sepaham dan berbeda pola
pikirnya dengan klien. Klien mengatakan tidak percaaya diri
saaat berjumpa dengan wanita dikarenakan paras klien tidak
ganteng.
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah
2. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Keyakinan klien tentang orang yang sakit jiwa adalah merupakan
sebuah hukuman yang diberikan oleh tuhan YME kepada
seseorang yang tidak taat dalam menjalaankan ibadah. Menurut
pandangan normaa dan budaya yang klien amati salama ini orang
sakit jiwa dikucilkan dan tidak diteriam oleh masyarakat
dilingkungan tempat tinggal
Masalah Keperawatan: tidak ada
b. Kegiatan ibadah
Selama di RS ini klien menjalankan ssholat 5 waktu bersama
teman temanya.
Masalah Keperawatan: tidak ada
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti:
Menurut klien orang yang berarti dalam hidup klien saat ini adalah
ibunya karena ibunya yang selalu merawat dan mengambil obat
nya selama sakit
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat/sekolah:
Saat masih dirumah klien pernah ikut terlibaat kegiatan dengan
masyarakat namun tidak rutin seperti kegiataan gotong royong,
kerja bakti dll ,klien mengatakan dulunya jaarang bergaul dengan
orang lain. Klien ke luar rumah hanya untuk bekerja.
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain:
Klien mengatakan merasa tidak aman dengan yang lainnya, klien
tampak lebih suka menyendiri. Kontak mata klien kurang selama
diajak bicara. Klien tidak tahu tujuan hidup dirinya
Masalah Keperawatan: ISOS
Pemeriksaan Penunjang:
A. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Klien mengatakan mendengar - Klien tampak berbicara sendiri,
bisikan-bisikan tanpa wujud sambil komat,kamit
- Klien mengatakana suara itu - Klien tampak menyendiri
mengejeknya yang membuat kesal - Klien tampak sulit tidur
dan jengkel - Klien tampak sering marah-marah
- Klien mengatakan suara itu sendiri tanpa sebab
muncul 2x pada pagi dan malam - Pandangan klien tampak melotot,
hari ketika mau tidur mata tampak merah
- Klien mengatakan pernah - Klien tampak lebih banyak
mengancam warga desa dengan menunduk
menggunakan pisau - Kontak mata (-)
- Klien mengatakan pernah - Klien tampak bingung
melempar batu kerumah warga - Klien tampak menggelengkan
- Klien mengatakan pernah di pukul kepalanya bila tidak bisa menjawab
oleh ayanya saat usis 22 tahun - Klien sering konflik dengan orang
- Klien merasa malu dan merasa tua
tidak mampu melakukan apapun - Klien suka memukul orang tuanya
- Klien merasa kurang percaya diri - Klien tampak sedih
bila bertemu dengan wanita - Klien tampak menarik diri
- Klien tidak tahu tentang manfaat - Klien tampak tidak berminat
obat yang dikonsumsinya selama berinteraksi dengan orang lain
ini - Klien jarang minum obat
- Klien mengatakan bingung dalam - Klien tidak menjalaankan anjuran
menjalankan perannya perawat dan doktek
- Klien mengatakan perannya - Klien jarang dibesuk oleh
sebagai anak tidak sesuai dengan keluarganya
yang diharapkan - biaya pengobatan menggunakan
- Klien mengatakan merasa bersedih BPJS Kelas III
dan bersalah sudah bercerai - partisipasi sosial kurang
dengan istrinya - Klien tampak kesulitan menyebutkan
- Klien merasa tidak aman dengan nama klien yang lainnya
yang lainnya - perhatian klien mudah beralih dari
- Klien juga mengatakan merasa satu objek ke objek lainnya
sendiri saat dirumah
- Klien mengatakan tidak minum
obat ± 5 bulan
- Klien mengatakan di rumah sering
lupa minum obat
- Klien mengatakan selama ini jikaa
ada masalah biasanya hanya
dipendam dalam haati dan tidaak
pernah cerita dengan keluarga atau
orang lain
- Klien merasa diabaikan oleh
keluarganya
- Klien mengatakan tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasar
(seperti bekerja) selam di RSJ
- klien suka meminta perawat untuk
mengulang kembali pertanyaan
- Klien mengatakan bingung dalam
menjawab pertanyaan yang
diberikan
- Klien mengatakan mudah lupa
dengan nama-nama pasien lainnya
meskipun baru 2 atau 3 kali
berkenalan
- Klien juga mengatakan sulit untuk
mengingat hal yang telah
dilakukan dalam seminggu
belakangan ini
B. ANALISIS DATA
NO DATA MASALAH
1. DS:
- Klien mengatakan mendengar bisikan-
bisikan tanpa wujud
- Klien mengatakana suara itu Gangguan persepsi
mengejeknya yang membuat kesal dan sensori: halusinasi
jengkel pendengaran
- Klien mengatakan suara itu muncul 2x
pada pagi dan malam hari ketika mau
tidur
DO:
- Klien tampak berbicara sendiri, sambil
komat,kamit
- Klien tampak menyendiri
- Klien tampak sulit tidur
2. DS:
- Klien mengatakan pernah mengancam
warga desa dengan menggunakan
pisau Resiki Perilaku
- Klien mengatakan pernah melempar Kekerasan (RPK)
batu kerumah warga
- Klien mengatakan pernah di pukul
oleh ayanya saat usis 22 tahun
DO:
- Klien tampak sering marah-marah
sendiri tanpa sebab
- Pandangan klien tampak melotot, mata
tampak merah
3. DS:
- Klien merasa malu dan merasa tidak
mampu melakukan apapun Harga Diri Rendah
- Klien merasa kurang percaya diri bila (HDR)
bertemu dengan wanita
DO:
- Klien tampak lebih banyak menunduk
- Kontak mata (-)
4. DS:
- Klien tidak tahu tentang manfaat obat Defisit Pengetahuan
yang dikonsumsinya selama ini
DO:
- Klien tampak bingung
- Klien tampak menggelengkan
kepalanya bila tidak bisa menjawab
5. DS:
- Klien mengatakan bingung dalam
menjalankan perannya Penampilan Peran Tidak
- Klien mengatakan perannya sebagai Efektif
anak tidak sesuai dengan yang
diharapkan
DO:
- Klien sering konflik dengan orang tua
- Klien suka memukul orang tuanya
6. DS:
- Klien mengatakan merasa bersedih dan Berduka Kompleks
bersalah sudah bercerai dengan istrinya
DO:
- Klien tampak sedih
7. DS:
- Klien merasa tidak aman dengan yang
lainnya
- Klien juga mengatakan merasa sendiri Isolasi Sosial
saat dirumah
DO:
- Klien tampak menarik diri
- Klien tampak tidak berminat
berinteraksi dengan orang lain
8. DS:
- Klien mengatakan tidak minum obat ±
5 bulan Ketidakpatuhan
- Klien mengatakan di rumah sering
lupa minum obat
DO:
- Klien jarang minum obat
- Klien tidak menjalaankan anjuran
perawat dan doktek
9. DS:
- Klien mengatakan selama ini jika ada
masalah biasanya hanya dipendam
dalam haati dan tidaak pernah cerita Ketidakmampuan Koping
dengan keluarga atau orang lain Keluarga
- Klien merasa diabaikan oleh
keluarganya
DO:
- Klien jarang dibesuk oleh keluarganya
10. DS:
- klien suka meminta perawat untuk
mengulang kembali pertanyaan
- Klien mengatakan bingung dalam Kebingungan
menjawab pertanyaan yang diberikan
DO:
- perhatian klien mudah beralih dari satu
objek ke objek lainnya
11. DS:
- Klien mengatakan tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasar (seperti Koping Individu Tidak
bekerja) selam di RSJ Efektif
DO:
- biaya pengobatan menggunakan
BPJS Kelas III
- partisipasi sosial kurang
12. DS:
- Klien mengatakan mudah lupa dengan
nama-nama pasien lainnya meskipun
baru 2 atau 3 kali berkenalan gangguan memori jangka
- Klien juga mengatakan sulit untuk pendek
mengingat hal yang telah dilakukan
dalam seminggu belakangan ini
DO:
- Klien tampak kesulitan menyebutkan
nama klien yang lainnya
C. POHON MASALAH
GANGGUAN MEMORI RPK
JANGKA PENDEK
HALUSINASI
ISOS
KETIDAKPATUHAN HDR
BERDUKA KOMPLEKS
PENAMPILAN PERAN
KEBINGUNGAN
TIDAK EFEKTIF
DEFISIT
PENGETAHUAN KETIDAKEFEKTIFAN KOPING KELUARGA
4. Daftar Diagnosa Keperawatan
a. GSP: Halusinasi Pendengaran
b. Resiko Perilaku Kekerasan
c. Harga Diri Rendah
22- I pertemuan II klien setelah 1 kali pertemuan klien latih klien mengendalikan
09- mampu mengendalikan mengendalikan halusinasi yang halusinasi dengan memanfaatkan
2021 halusinasi yang dialami dialami dengan latihan memanfaatkan obat:
dengan memanfaatkan obat, dengan kriteria hasil: - Evaluasi kegiatan latihan
obat - Mengungkapkan prinsip 6 menghardik. Beri pujian
benar obat - Latih cara mengontrol
- Menjelaaskan prinsip: benar halusinasi dengan obat
pasein, obat, dosis, waktu,cara (jelaskan 6 benar: pasien,
- Mengungkapkan kontiniuitas obat, dosis, waktu, cara dan
minum obat dan pengobatan kontinuitas minum obat)
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat
23- II pertemuan III setalah 1x pertemuan klien latih klien mengendalikan perilaku
09- Klien mampu mengendalikan perilaku kekerasan kekerasan dengan cara verbal:
2021 mengendalikan perilaku yang dilakukan dengan latihan, cara - Evaluasi kegiatan latihan
kekerasan yang verbal, dengan kreteria hasil: fisik & obat. Beri pujian
dilakukan dengan cara - Mengungkapkan perassan - Latih cara mengontrol RPK
verbal/ asertif kesal/jengkel pada orang lain secara verbal (3 cara, yaitu:
tanpa mengungkapkan, meminta,
- Mengungkapkan keinginan menolak dengan benar)
secar asertif disertai alasan - Masukkan pada jadwal
- Mengungkapkan penolakan kegiatan untuk latihan fisik,
secara asertif disertai alasan minum obat dan verbal
24- II Pertemuan ke IV setalah 1x pertemuan klien latih klien mengendalikan perilaku
09- Klien mampu mengendalikan perilaku kekerasan kekerasan dengan cara spiritual
2021 mengendalikan perilaku yang dilakukan dengan latihan, cara - Evaluasi kegiatan latihan
kekerasan dengan cara spritual, dengan kreteria hasil: fisik & obat & verbal. Beri
spiritual - Mengungkapakn kegiatan pujian
spiritual yang dapat - Latih cara mengontrol
mengurangi rasa marah/jengkel spiritual (2 kegiatan)
- Melakukan - Masukkan pada jadual
wudhu,dzikir,berdoa, meditasi kegiatan untuk latihan fisik,
- Menjalankan Ibadan sesuai minum obat, verbal dan
agama dan keyakinan spiritual
20- III Harga Diri Tujuan Umum:
09- Rendah klien mampu
2021 mengendalikan diri dari
dorongan bunuh diri
III TUJUAN KHUSUS: Setelah dilakukam 1x pertemuan klien Identifikasi focus masalah klien,
Pertemuaan pengkajian menunjukkan tanda-tanda percaya dengan:
klien mampu kepada perawat dan mengenali - Sapa klien dengan ramah
menunjukkan tanda- masalah yang dialami, dengan kriteria baik verbal maupun
tanda percaya kepada hasil: nonverbal
perawatn dan - Ekspresi wajah bersahabat - Perkenalkan nama, nama
mengenali masalah - Menunjukkan rasa senang panggilan perawat dan
yang dialami - Ada kontak mata tujuan perawat berinteraksi
- Mau berkenalan - Tanyakan dan panggil nama
- Bersedia menceritakan kesukaan klien
masalah yang dialami - Tunjukkan sikap empati,
juju dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
- Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang dialami
klien
- Beri kontrak interaksi yang
jelas
- Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
- Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapkan
masalah klien
21- III Pertemuan I setelah 1 kali pertemuan klien bantu klien mengidentifikasi HDR
09- klien mampu menjelaskan HDR yang dialami - Mendiskusikan pikiran/
2021 mengidentifikasi HDR dengan kriteria: evaluasi/penilaian diri yang
dan mampu - Menceritakan evaluasi/ negatif
mengendalikan HDR penilaian diri yang negative Aspek negatif yang
yang dialami dengan - Membuat daftar evaluasi/ dimilik klien, keluarga,
latihan kegiatan positif penilaian diri yang negative lingkungan
- Memilih penilaian negative Membuat daftar
yang paling mengganggu evaluasi/penilaian diri
- Mengganti penilaian negative yang negatif
diri dengan penilaian positif Memilih
dimasa lalu evaluasi/penilaian diri
- Memilik kemampuan/kegiatan yang negatif yang paling
positif yang akan dilatih menganggu
- Mendiskusikan pikiran/
evaluasi/penilaian diri yang
positif untuk mengganti
penilaian negatif
Aspek positif yang
dimilik klien, keluarga,
lingkungan
Membuat daftar
evaluasi/penilaian diri
yang positif
Membuat daftar
kegiatan/kemampuan
positif yang masih
dimiliki
- Memilih
kemampuan/kegiatan positif
yang akan dilatih
- Beri pujian yang realistis,
hindarkan memberi penilaian
negatif
23- III pertemuan III setelah 1 kali pertemuan klien latih klien mengendalikan HDR
09- Mampu mengendalikan menjelaskan HDR yang dialami dengan latihan kegiatan ketiga:
2021 HDR yang dialami dengan kegiatan positif ketiga, - Evaluasi kegiatan pertama
dengan latihan dengan kriteria: dan kedua yang telah dilatih
kegiataan positif ketiga - Menyebutkan pengertian dan berikan pujian
kegiatan pertama - Bantu pasien memilih
- Menjelaskan alat dan bahan kegiatan kedua yang akan
yang dibutuhkan dilatih
- Menyebutkan cara melakukan - Diskusikan pengertian
kegiatan positif kegiatan posistif yang akan
- Mempraktekkan kegiatan dilatih
positif yang dicontohkan - Diskusikan alat dan bahan
yang dibutuhkan
- Diskusikan cara melakukan
kegiatan positif
- Memberi contoh cara
melakukan kegiatan positif
- Anjurkan klien
mempraktekkan kegiatan
positif yang dicontohkan
- Beri pujian yang realistis,
untuk meningkatkan
evaluasi/penilaian diri yang
positif
- Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan: dua
kegiatan masing2 dua kali
per hari
24- III pertemuan IV setelah 1 kali pertemuan klien latih klien mengendalikan HDR
09- Mampu mengendalikan menjelaskan HDR yang dialami dengan latihan kegiatan keempat
2021 HDR yang dialami dengan kegiatan positif keempat, - Evaluasi kegiatan pertama,
dengan latihan dengan kriteria: kedua dan ketiga yang telah
kegiataan positif - Menyebutkan pengertian dilatih dan berikan pujian
keempat kegiatan pertama - Bantu pasien memilih
- Menjelaskan alat dan bahan kegiatan keempat yang akan
yang dibutuhkan dilatih
- Menyebutkan cara melakukan - Diskusikan pengertian
kegiatan positif kegiatan posistif yang akan
- Mempraktekkan kegiatan dilatih
positif yang dicontohkan - Diskusikan alat dan bahan
yang dibutuhkan
- Diskusikan cara melakukan
kegiatan positif
- Memberi contoh cara
melakukan kegiatan positif
- Anjurkan klien
mempraktekkan kegiatan
positif yang dicontohkan
- Beri pujian yang realistis,
untuk meningkatkan
evaluasi/penilaian diri yang
positif
- Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan: dua
kegiatan masing2 dua kali
per hari
6. Catatan perkembangan pasien terintegrasi
tgl. professional hasil assessment pasein instruksi PPA Termasuk pasien verifikasi data
Jam pemberian dan pemberi pelayanan
asuhan
21- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 mendengar
bisikan-bisikan
tanpa wujud
- Klien mengatakana
suara itu
mengejeknya yang
membuat kesal dan
jengkel
- Klien mengatakan
pernah mengancam
warga desa dengan
menggunakan
pisau
- Klien mengatakan
pernah melempar
batu kerumah
warga
- Klien merasa malu
dan merasa tidak
mampu melakukan
apapun
O:
- Klien tampak
berbicara sendiri
- Pandangan tajam,
suara keras
- Menarik diri,
duduk dipojok
ruangan
A:
1. GSP: halusinasi
pendengaran
2. RPK
3. HDR
- Kaji isi, frekuensi,
P: waktu, situasi
- Pertemuan 1: perasaan dan respon
GSP: halusinasi saat hakusinasi
pendengaran muncul
- Pertemuan 1 : - Latih menghardik
RPK - Kaji penyebab,
- Pertemuan 1: tanda, perilaku, atau
HDR jenis ekspresi
kemarahan akibat
tindak kekerasan
kepada diri sendiri,
orang lain,
lingkungan
- Latih teknik napas
dalam dan pukul
bantal/pukul kasur
- Identifikasi
kemampuan
melakukan kegiatan
dan aspek positif
klien
22- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 suara bisikan-
bisikan
membuatnya susah
tidur
- Klien mengatakan
sudah bisa
mengontrol emosi
dengan cara tarik
nafas dalam
- Klien mengatakan
masih malu dan
tidak percaya diri
O:
- Sudah ada kontak
mata
- Klien masih
menunduk ketika
diajak berbicara
- Klien tampak
kooperatif
A:
- GSP: halusinasi
pendengaran
- RPK
- HDR
P:
- Pertemuan 2: - Latih mengontrol
GSP: halusinasi halunasi dengan
pendengaran memanfaatkan obat
- Pertemuan 2 : - Latih mengontro
RPK perilaku kekerasan
- Pertemuan 2: dengan
HDR memanfaatkan obat
- Latih kegiatan
kedua (alat dan
cara)
23- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 sudah bisa
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
dan minum obat
- Klien mengatakan
pernah ingin
melukai seseorang
- Klien mengatakan
sudah lebih
percaya diri
O:
- Kontak mata +
- Klien tampak
menatap lawan
bicara
- Klien tampak
melakukan
kegiatan menyapu
A:
- GSP: halusinasi
pendengaran
- RPK
- HDR
P:
- Pertemuan 3: GSP: - Latih cara
halusinasi mengontrol
pendengaran halusinasi dengan
- Pertemuan 3 : bercakap-cakap saat
RPK terjadi halusinasi
- Pertemuan 3: - Latih cara
HDR mengontrol perilaku
kekerasan secara
verbal yaitu
(mengungkapkan,
meminta, menolak
dengan benar)
- Latih kegiatan
ketiga (alat dan
bahan)
24- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 sudah jarang
mendengar bisikan
bisikan
- Klien mengatakan
sudah tidak emosi
- Klien mengatakan
merasa lebih
percaya diri
O:
- Kontak mata +
- Klien tampak lebih
banyak bicara
- Klien tampak
tenang dan
kooperatif
A:
- GSP: halusinasi
pendengaran
- RPK
- HDR
- Latih cara mengontrol
P: halusinasi dengan
- Pertemuan 4: GSP: melakukan kegiatan
halusinasi harian
pendengaran - Latih cara mengontrol
- Pertemuan 4 : RPK perilaku kekerasan
- Pertemuan 4 HDR dengan beribadah dan
berdoa
- Latih Klien melakukan
kegiatan ke 4
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Pembahasan asuhan keperawatan pada makalah ini diadaptasi dari model
keperawatan stres adaptasi, yang dihubungkan dengan proses asuhan
keperawatan yaitu: pengkajian, diagnose keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan adalah
sebagai berikut:
I. Pengkajian
1. Pengertian
Menurut Towsend (2009 dalam Satrio, dkk, 2015), Halusinasi
merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera dimana
tidak terdapat stimulasi terhadap reseptor-reseptornya, halusinasi
merupakan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi
salah satu dari kelima panca indera. Hal mi menunjukkan bahwa
halusinasi dapat bermacam-macam yang meliputi halusinasi
pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Menurut Fontaine, (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) halusinasi
adalah terjadinya penglihatan, suara, sentuhan, bau maupun rasa
tanpa stimulus eksternal terhadap organ-organ indera.
Menurut Stuart (2009 dalam Satrio, dkk, 2015), halusinasi adalah
distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon neurobiologis yang
maladaptif, klien mengalami distorsi sensori yang nyata dan
meresponnya, namun dalam halusinasi stimulus internal dan
eksternal tidak dapat diidentifikasi.
Dari hasil pengkajian Tn.S didapatkan bahwa klien sering
mengatakan mendengar bisikan-bisikan tanpa wujud suara itu
mengejeknya yang membuat kesal dan jengkel ,Klien mengatakan
suara itu muncul 2x pada pagi dan malam hari ketika mau tidur.
2. Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) ada beberapa jenis
halusinasi yang terjadi diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Halusinasi Pendengaran
b. Halusinasi Pengelihatan
c. Halusinasi Penciuman
d. Halusinasi Pengecapan
e. Halusinasi Perabaan
f. Halusinasi Chenesthetik
g. Halusinasi Kinestetik
Dari hasil pengkajian klien sering mendengar bisikan-bisikan
tanpa wujud suara itu mengejeknya yang membuat kesal dan
jengkel ,Klien mengatakan suara itu muncul 2x pada pagi dan
malam hari ketika mau tidur. (halusinasi pendengaraan)
3. Fase Halusinasi
a. Comforting (Halusinasi menyenangkan, Cemas ringan)
b. Comdemning (Halusinasi menjijikan, Cemas sedang)
c. Controlling (Pengalaman sensori berkuasa, Cemas berat)
d. Conquering (Melebur dalam pengaruh halusinasi, Panic)
b. Faktor prepitasi
Menurut Trimelia S (2011) pemicu atau stimulus yang sering
meenimbulkan episode baru satu penyakit yang biasanya
terdapat pada neurobiologis yang maladaptive berhubungan
dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku.
Dari hasil pengkajian pada Tn.S didapatkan bahwa faktor
lingkungan yang penuh dengan tekanan karena klien tidak
punya pekerjaan yang tetap dan hingga saat ini klien belum
menikah lagi setelah bercerai dengan istrinya. Dan juga
perilaku klien yang mudah putus asa
6. Mekanisme koping
Pada klien skizoprenia, klien berusaha untuk melindungi dirinya
dalam pengalamannya yang disebabkan oleh penyakitnya. Klien
akan melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan yang yang
dialaminya, melakukan proyeksi sebagai usaha untuk menjelaskan
persepsinya dan menarik diri yang berhubungan dengan masalah
membangun kepercayaan dan keasyikan terhadap pengalaman
internal (Stuart dan Laraia 2005, dikutip dalam Satrio,dkk,2015)
Dari hasil pengkajian pada Tn.S didapatkan bahwa klien setiap ada
masalah maka klien selalu memendamnnya dan tidak
menceritakannya kepada orang lain sehingga menyebabkan klien
kurang terbuka dan merasa tidak nyaman dengan orang lain.
7. Sumber Koping
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005 dalam Satrio, dkk, 2015),
sumber koping merupakan hal yang penting dalam membantu
klien dalam mengatasi stressor yang dihadapinya. Sumber koping
tersebut meliputi asset ekonomi, sosial support, nilai dan
kemampuan individu mengatasi masalah. Apabila individu
mempunyai sumber koping yang adekuat maka ia akan mampu
beradapatasi dan mengatasi stressor yang ada. Keluarga
merupakan salah satu sumber koping yang dibutuhkan individu
ketika mengalami stress. Hal tersebut sesuai dengan Videbeck
(2008) yang menyatakan bahwa keluarga memang merupakan
salah satu sumber pendukung yang utama dalam penyembuhan
klien skizofrenia.
Daari hasil pengakajian pada Tn.S didapatkaan baahwa keluarga
klien kurang mendukung dikarenakan selama di rawat di RSJ klien
tidak dibesuk oleh keluarganya dan meenurut klien merasa
diabaikan oleh keluarganya.
A:
- GSP: halusinasi
pendengaran
- RPK
- HDR
P:
- Pertemuan 2: - Latih mengontrol
GSP: halusinasi halunasi dengan
pendengaran memanfaatkan obat
- Pertemuan 2 : - Latih mengontro
RPK perilaku kekerasan
- Pertemuan 2: dengan
HDR memanfaatkan obat
- Latih kegiatan
kedua (alat dan
cara)
23- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 sudah bisa
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
dan minum obat
- Klien mengatakan
pernah ingin
melukai seseorang
- Klien mengatakan
sudah lebih
percaya diri
O:
- Kontak mata +
- Klien tampak
menatap lawan
bicara
- Klien tampak
melakukan
kegiatan menyapu
A:
- GSP: halusinasi
pendengaran
- RPK
- HDR
P:
- Pertemuan 3: GSP: - Latih cara
halusinasi mengontrol
pendengaran halusinasi dengan
- Pertemuan 3 : bercakap-cakap saat
RPK terjadi halusinasi
- Pertemuan 3: - Latih cara
HDR mengontrol perilaku
kekerasan secara
verbal yaitu
(mengungkapkan,
meminta, menolak
dengan benar)
- Latih kegiatan
ketiga (alat dan
bahan)
24- S:
09- perawat - Klien mengatakan
2021 sudah jarang
mendengar bisikan
bisikan
- Klien mengatakan
sudah tidak emosi
- Klien mengatakan
merasa lebih
percaya diri
O:
- Kontak mata +
- Klien tampak lebih
banyak bicara
- Klien tampak
tenang dan
kooperatif
A:
- GSP: halusinasi
pendengaran
- RPK
- HDR
- Latih cara mengontrol
P: halusinasi dengan
- Pertemuan 4: GSP: melakukan kegiatan
halusinasi harian
pendengaran - Latih cara mengontrol
- Pertemuan 4 : RPK perilaku kekerasan
- Pertemuan 4 HDR dengan beribadah dan
berdoa
- Latih Klien melakukan
kegiatan ke 4
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperwatan sampai dengan evaluasi pasien
dengan masalah keperawatan halusinasi pada tanggal 21-24 September 2021,
dapat disimpulkan:
1. Dari hasil pengkajian kepada klien, didapatkan hasil bahwa klien mengalami
halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran didapatkan melalui data
bahwa klien sering mendengar suara-suara bisikan tanpa wujud yang
mengejeknya sehingga membuat klien kesal dan jengkel.
2. Dari hasil analisa data klien didapatkan diagnosa keperawatan dengan
masalah utama halusinasi (pendengaran), kemudian masalah keperawatan
lainnya yaitu resiko perilaku kekerasan (RPK) dan defisit perawatan diri
(DPD).
3. Intervensi keperawatan diberikan dengan berdasarkan pada matriks pedoman
intervensi keperawatan SDKI, SIKI dan SLKI.
4. Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan dari catatan
perkembangan pasien terintegrasi (CPPT).
5. Dari hasil analisa pengkajian pada asuhan keperawatan dan teori terdapat
banyak kesamaan seperti tanda dan gejala sampai dengan diagnosa yang
muncul.
B. Saran
1. Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan keperawatan pada klien
perlu melakukan komunikasi terapeutik dengan baik agar terciptanya hubungan
saling percaya antara klien dan perawat.
2. Klien berperan secara aktif untuk mendapatkan dukungan dari perawat dan
keluarga, serta mampu melaksanakan tugas yang diberikan dari pihak Rumah
Sakit Jiwa agar dapat mengatasi masalah yang dialami klien.
3. Untuk Rumah Sakit Jiwa diharapkan bisa menambah fasilitas dan senantiasa
menciptakan lingkungan yang terpeutik guna mempercepat kesembuhan klian.
DAFTAR PUSTAKA
Copel, L.C. (2007). Kesehatan Jiwa dan Psikiatri: Pedoman Klinis Perawat.
Jakarta, EGC
Fontaine, K.L. (2009). Mental Health Nursing. 7th ed. New Jersey : Pearson
Education, Inc.
Keliat, B.A., & Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta
: EGC
Sinaga, B.R. (2007). Skizofrenia & Diagnosis Banding. Balai Penerbit, Fakultas
Kedokteran – Universitas Indonesia, Jakarta
Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 9th ed.
Missouri : Mosby, Inc.
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing, 8th ed. Missouri : Mosby, Inc.
Stuart, Gail Wiscarz, Sandra J Sundeen. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa
Edisi 5. Jakarta : EGC
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=terapi+okupasi+aktivitas+waktu+luang+terhadap+p
erubahan+gejala+halusinasi+pendengaran+pada+pasien+skizofrenia&oq=tera
pi+okupasi+aktivitas+waktu+luang+terhadap+perubahan+gejala+halusinasi+p
endengaran+pada+pasien+skizo#d=gs_qabs&u=%23p%3DXPimLhR9OlwJ
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengaruh+terapi+tought+stopping+terhadap+kema
mpuan+mengontrol+halusinasi+pada+pasien&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DrJ9QPbnTlsEJ
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=penurunan+halusinasi+pada+klien+jiwa+melalui+c
ognitive+behavior+therapy&oq=penurunan+halusinasi+pada+klien+jiwa+mel
alui+cognitive+behavior+thera#d=gs_qabs&u=%23p%3D2qQxLGM9kyoJ
LAMPIRAN