Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

THYPUS ABDOMINALIS HEMOROID

DOSEN PEMBIMBING:NS.NOVI AFRIANTI M.KEP


DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 15
-RENDY MAISANDI
-SYAFIRATUN NADIA
-SYAHRA PUTRI SABINA

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM ISKANDAR MUDA BANDA ACEH


T.A 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. Atas segala rahmat-Nya sehinggal makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Apendisitis” ini dapat tersusun hingga
selesai. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun kesempurnaan makalah ini Demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 15 September 2021


Kelompok 15
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................
B. Tujuan umum....................................................................................................
C. Tujuan Khusus..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................
A. KONSEP DASAR PENYAKIT........................................................................
1. Definisi..................................................................................................
2. Anatomi dan Fisiologi...........................................................................
3. Etiologi..................................................................................................
4. Manifestasi Klinis..................................................................................
5. Patofisilogi.............................................................................................
6. Penularan...............................................................................................
7. Pencegahan............................................................................................
8. Komplikasi............................................................................................
9. Pengobatan............................................................................................
10. Pemeriksaan Penunjang........................................................................
11. Petalaksanaan........................................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................
1. Pengkajian..............................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................
3. Intervensi Keperawatan.........................................................................
4. Implementasi..........................................................................................
5. Evaluasi..................................................................................................
BAB IV PENUTUP......................................................................................................
A. KESIMPULAN.................................................................................................
B. SARAN..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Typhus Abdominalis terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung


pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di daerah tropis.
Diare dan Typhoid abdominalis (demam thypoid. Entric fever) ialah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran, penyebab penyakit ini adalah
Salmonela Thyphosa (Ngatsiyah, 236: 2005).
abdominalis merupakan infeksi akut yang terjadi pada usus halus. Sinonim dari
typhus abdominalis adalah demam typhoid, typhoid dan para typhoid dan enteric fever.
Typhus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella
paratyphi B dan salmonella paratyphi C..

Penyakit typhus adalah penyakit yang mengancam hidup seseorang yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella Typhi. Di US sekitar 400 kasus terjadi setiap tahun, dan 75% terjadi
ketika sedang traveling keluar negeri. Penyakit typhus masih muncul di negara berkembang,
yang menjangkiti hampir 21.5 juta orang setiap tahun.

Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah
yang serius bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya
Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya
Typhus Abdominalis yang di temukan sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan
oleh salmonella tyhpi. Bila salmonella tyhpi berjalan bersama makanan atau terkontaminasi,
ia herserang dijaringan limfoid pada dinding usus. Aliran limfe membawa organ ini kedalam
hati dan empedu. Gejala demam tipoid atau Typhus abdominalis adalah suhu tubuh
meningkat hingga 40c dengan frekuensi nadi relative lambat. Sering ada nyeri tekan di perut.
Insiden infeksi Typhus abdominalis tertinggi terjadi pada usia 1- 41 tahun.
Kenyataannya sekarang penderita penyakit typhus di RS Rocmani masih tinggi khususnya
pada tahun 2008-2009 tercatat penderita typhus mencapai 70%, terdiri dari 50% penderita
laki-laki, 20% penderita perempuan dan pada tahun 2009, sampai april mencapai 414
penderita untuk kasus ini masuk dalam kategori 10 jenis penyakit terbesar Typhus
abdominalis adalah penyakit. Infeksi akut pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan
menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut, oleh karena itu penyakit ini
disebut juga penyakit demam enterik. Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi A. B dan C, selain demam enterik kuman ini dapat juga menyebabkan
gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak menyerang usus).

Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak tertutup. Kemungkinan
untuk orang muda/dewasa. Kuman ini terdapat didalam kotoran. Urine manusia, dan juga
pada makanan dan minuman yang tercemar kuman yang dibawa oleh lalat. Dalam
masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut
Tyfoid fever alau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka
usus bisa Jadi luka, dan menyebabkan perdarahan, serta bisa pula terjadi kebocoran usus.

Di Indonesia, diperkirakan insiden demam enterik adalah 300 810 kasus per 100.000
penduduk per tahun. Menurut hasil SKRT tahun 1986 bahwa 3% dari seluruh kematian
(50.000 kematian) disebabkan oleh demam enterik. Penyakit ini meskipun sudah dinyatakan
sembuh, namun penderita belum dikatakan sembuh total karena mereka masih dapat
menularkan penyakitnya kepada orang lain (bersifat carrier). Pada perempuan kemungkinan
untuk menjadi carrier 3 kali lebih besar dibandingkan pada laki-laki. Sumber penularan
utama ialah penderita demam enterik itu sendiri dan carrier, yang mana mereka dapat
mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella typhi dalam tinja dan tinja inilah yang
merupakan sumber pencemaran.

Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian
menembus dinding usus menuju saluran limfa.masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu
24-72 jam. Kemudian dapat terjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar
kembali ke pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis. Dalam
masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia
kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus abdominalis, karena berhubungan
dengan usus pada perut.

B. Tujuan
Penulisan dalam makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan
pengobatan penyakit Thypus tersebut. Serta dapat mengetahui apa-apa saja yang menjadi
dasar dari penyebab penyakit Thypus ini.

C. Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah kita bisa mengetahui penyebab timbulnya penyakit
Thypus tersebut, serta manfaatnya pun kita bisa mengetahui pencegahan apa saja yang bisa
kita lakukan agar terhindar dari penyakit Thypus.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

abdominalis (demam tifoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu gangguan
pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).

Menurut Suriadi, 2006, tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran. Sedangkan menurut Wikipedia, 2000.

Thypoid fever, also known as Thypoid is a common worldwide illness, transmitted by


the ingestion of food or Water contaminated with the feces of an infected person, which
contain the Bacterium Salmonella Typhi. Jadi, tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya. Mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu
dan terdapat gangguan kesadaran yang disebabkan oleh infeksi bakteri salmonella typhi

.Typhoid fever (Demam Tifoid) yang biasa juga disebut typhus atauTypes oleh orang
awam, merupakan penyakit yang disebabkan bakteri Salmonella Enterica, khususnya
turunannya yaitu Salmonella Typhi (S.Typhi yang menyerang bagian saluran pencernaan
(Anonim_a, 2009).

Typhus merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada Anak maupun
orang dewasa. Tetapi demam tifoid lebih sering menyerang anak. Walaupun gejala yang
dialami anak ebih ringan daripada orang dewasa. Menurut Darmowandowo, selama terjadi
infeksi bakteri S.Typhi bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan secara
berkelanjutan Dilepaskan ke aliran darah (Anonim_b. 2007).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,gangguan pencernaan tipus yang
lebih ringan mungkin sesekali mengalami buang-buang air. Jika diamati, lidah tampak
berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak
lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut. mungkin muncul gejala kuning, sebab
pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis.

tipus limpa juga membengkak. Kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman
tercemar. Bisa jadi sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus. Kuman
bersarang di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu
tukak tipus bisa jebol, dan usus jadi bolong.Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti.
Komplikasi tipus umumnya muncul pada minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu
turun dan disangka sakitnya sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut mulas
melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkan pertolongan gawat
darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya dibersihkan. Untuk
tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah minggu pertama demam tanda positif tipus
baru muncul di darah (Uji Widal).

kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang kerjanya menyiapkan
makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang tipus bisa dicegah dengan imunitas
tipus. Penyakit tipus di Indonesia masih banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak
salahnya ikul vaksinasi.

B. Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhi, Salmonella para typhii A. dan Salmonella
paratyphii B. Basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai 3
macam antigen yaitu antigen O, antigen H. dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat
zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasan aerob
dan Fakultatif anaerob pada suhu 15 6-8. 41°C (optimum 37°C) dan pH pertumbuhan

1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar. Tidak
bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigenYaitu:
a. Antigen O (somatic, terdiri dar izat komplek liopolisakarida)
b. Antigen H (flagella)
c. Antigen V1 dan protein membrane hialin.

2.Salmonella parathypi A

3.Salmonella parathypi B

4.Salmonella parathypi C

5.Feces dan Urin dari penderita thypus.

FAKTOR RESIKO

1.Kebiasaan jajan di tempat-tempat yang tidak memenuhi syarat kesehatan

2.Lingkungan yang kotor

3. Daya tahan tubuh yang rendah.

Penyakit Typhus dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar dengan
kuman Typhus. Bila anda sering menderita penyakit ini kemungkinan besar makanan atau
minuman yang Anda konsumsi tercemar bakterinya. Hindari jajanan di pinggir jalan terlebih
dahulu. Atau telur ayam yang dimasak setengah matang pada kulitnya tercemar tinja ayam
yang mengandung bakteri Typhus, Salmonella typhosa, kotoran, atau air kencing dari
penderita Typhus.

C. Manifestasi Klinis

Gejala klinik thyphus abdominalis pada pasien dewasa biasanya lebih berat dibandingkan
anak. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi melalui makanan,
sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi
ditemukan gejala prodromal.yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,
nafsu makan Berkurang dan tidak bersemangat.

Gejala klinis yang biasa ditemukan ialah:

1. Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris
remitens dan suhu tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama, suhu badan
berangsur-angsur naik setia hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi
pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan
demam. Pada minggu ketiga suhu badan berangsur turun dan normal kembali pada
akhir minggu keempat.
2. (angguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat bau nafas tidak sedap
(halitosis), bibir kering dan pecah-pecah (rhagaden). Lidah tertutup selaput putih
kotor (coated tongue), ujung dan tepi lidah kemerahan, jarang disertai tremor. Pada
abdomen ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa
membesar diserta nyeri pada perabaan. Defekasi biasanya konstipasi, mungkin normal
dan kadang-kadang diare.
3. Gangguan kesadaran. Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak dalam,
yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali
penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
4. Disamping gejala diatas, pada punggung atau anggota gerak dapat ditemukan roscola,
yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit terutama
ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia
dan epistaksis.

D. Patofisiologi

Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh kuman Salmonella Typhosa
masuk kedalam lambung, selanjutnya lolos dari sistem pertahanan lambung, kemudian masuk
ke usus halus, melalui folikel limpamasuk kesaluran limpatik dan sirkulasi darah sistemik,
sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia pertama-tama menyerang Sistem Retikulo Endotelcal
(RES) yaitu hati, lien dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam
tubuh antara lain sistem syaraf pusat, ginjal dan jaringan limpa.

Cairan empedu yang dihasilkan oleh hati masuk ke kandung empedu sehingga terjadi
Kolesistitis. Cairan empedu akan masuk ke Duodenum dan dengan virulensi kuman yang
tinggi akan menginfeksi intestin kembali khususnya bagian illeum dimana akan terbentuk
ulkus yang lonjong dan dalam. Masuknya kuman ke dalam intestin terjadi pada minggu
pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada
malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari.
Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam intermiten (suhu yang tinggi, naik
turun dan turunnya dapat mencapai normal). Disamping peningkatan suhu tubuh juga akan
terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan. motilitas suhu, namun ini tidak selalu terjadi dapat
pula terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke
sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan tanda tanda
infeksi pada RES seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali dan hepatomegali. Pada
minggu selanjutnya dimana infeksi Focal Intestinal terjadi dengan tanda-tanda suhu tubuh
masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan berlangsung terus
menerus (demam kontinue), lidah kotor, tepi lidah hiperemis. penurunan peristaltik,
gangguan digesti dan absorbsi sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak
nyaman. pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus, perforasi dan peritonitis dengan tanda
distensi abdomen berat, peristaltik menurun bahkan hilang, melena. syock dan penurunan
kesadaran.

E. Penularan
1. Kuman tipes masuk/menular melalui mulut dengan makanan atau minuman
Yang tercemar.
2. Pencemaran kuman tipes dapat terjadi:
a. Dengan perantaraan lalat.
b. Melalui aliran sungai.

F. Pencegahan
1. Usaha terhadap lingkungan hidup
a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat
b. Pembuangan kotoran manusia yang higienis.
c. Pemberantasan lalat.
d. Pengentasan terhadap rumah-rumah makan dan penjual makanan e.
Tingkatkan kebersihan diri dan lingkungan
e. Pilih makanan yang telah diolah dan disajikan dengan baik
(memenuhi Syarat kesehatan).
f. Jamban keluarga harus cukup jauh dari sumur (harus sesuai standar
Pembuatan jamban yang baik).
2. Usaha terhadap individu
a. Imunisasi
b. Menemukan dan mengawasi carrier typhoid
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

G. Komplikasi
1. Kompilikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik

2 .Komplikasi ekstra intestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis dan
tromboflebitis.
b. Komplikasi darah
Anemia hemolitik, trombositopenia, disseminated coaguilation (DIC) dan
sindrom uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru Pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung empedu Hepatitis dan kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal
Glomerulonefritis, pielonefretis dan perinefretis.
f. Komplikasi tulang Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis
g. Komplikasi neuropsikiatrik Delirium, meningismus, menengitis, polineuritis
perifer, sindrom Guillain Barre, psikosis dan sindrom katalonia.

H. Pengobatan

Pengobatan pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat – tinggi kalori
dan protein, obat-obatan berupa antibiotika, serta pengobatan terhadap komplikasi yang
mungkin timbul. Obat untuk penyakit Types adalah antibiotika golongan Chloramphenikol,
Thiamphenikol, Ciprofloxacin dll yg diberikan selama 7- 10 hari. Lamanya pemberian
antibiotika ini harus cukup sesuai resep yg dokter berikan.
Jangan dihentikan bila gejala demam atau lainnya sudah reda selama 3-4 hari minum
obat. Obat harus diminum sampaihabis ( 7 10 hari ). Bila tidak, maka bakteri Tipes yg ada di
dalam tubuh pasien belum mati semua dan kelak akan kambuh kembali

Penyakit ini tidak terlalu parah, namun sangat dapat menganggu aktifitas kita. Yang sangat
dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa minggu bahkan bulan. Bagi orang yang
sangat aktif, hal ini sangat menderita. Anda terasa tidak bisa apa-apa (setidaknya ini yang
saya rasakan ketika menderita penyakit ini).

Yang perlu diperhatikan pasca terkena Tipes adalah pola makan yang benar. Misalnya harus
lunak, ya terapkan makan lunak sampai batas yang telah ditentukan dokter, kemudian
makanan yang berminyak, pedas, asam, spicy hindari. Kurangi kegiatan yang terlalu
menguras tenaga. Kemudian untuk menjaga stamina bisa diberikan Kapsul Tapak (sesuai
ketentuan dokter) Liman 3 x 2 Kaps/hr, Kaps Daun sendok 3 x 2 Kaps.hr, dan Patikan Kebo 3
x 1 Kaps/hr. (untuk membantu mempercepat penyembuhan luka diusus akibat Typus).

1. Pemeriksaan Penunjang
Untuk membuat diagnosa pasti perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
1.Pemeriksaan darah tepi
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi
gangguan absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran
sel darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara
3000-4000/mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran
lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari darah tepi.
Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis
umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan endotoksin. Laju endap darah
meningkat.
2. Pemeriksaan urine
Didaparkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan lekosit
dalam urine.

3.Pemeriksaan tinja

Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya Perdarahan usus dan perforasi.

4. Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella dan biakan darah tinja,
urine, cairan empedu atau sumsum tulang

5.Pemeriksaan serologis

Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Adapun antibodi yang
dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H. Apabila titer
antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan titer
antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu
kemudian menunjukkan diagnosa positif dari infeksi Salmonella typhi.

6.Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau
komplikasi akibat demam tifoid.

J. Penatalaksanaan

a) Penatalaksanaan Medis

Obat pilihan pertama adalah Kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin dan kotrimoksasol. Obat


pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah meropenem,
azithromisin dan fluorokuinolon.

b) Penatalaksanaan Keperawatan

Tirah baring, dilaksanakan untuk mencegah terjadinya komplikasi.Diet harus mengandung

a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

b.Tidak mengandung banyak serat.

c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

d. lunak diberikan selama istirahat.

Tujuan dari perawatan dan pengobatan adalah untuk menghentikan infasi kuman,
mencegah terjadinya komplikasi dan memperpendek perjalanan penyakit. Pengobatan yang
dilakukan dengan isolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, feses, urine. Untuk
mencegah penularan. Selama 3 hari pasien harus di tempat tidur hingga panas turun,
kemudian lakukan mobilisasi bertahap diantaranya, duduk, berdiri, dan berjalan,
BAB III

ASKEP TYPHUS ABDOMINALIS

A.pengkajian

1. Biodata
1.1.1. Usia (sering terjadi pada anak-anak tetapi bisa juga pada semua usia )Tifoid pada pria
dan wanita)
1.1.2. Jenis kelamin (tidak ada pebedaan yang nyata antara insidensi demam Tifoid pada
pria dan wanita)
1.1.3. Pendidikan (kebersihan makanan atau minuman )

2. Keluhan utama
2.1. Minggu pertama: demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia.Mual, muntah,
obstipasi/diare peraaan tidak enak di perut, batuk dan epitaksis.
2.2. Minggu kedua: pasien terus berada dalam keadaan demam, yang turun Secara
berangsur-angsur pada minggu ketiga.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


3.1. Gejala yang timbul pada penyakit types/ tifoid: Panas (suhu380C pada Hari pertama ).
Pasien mengigil.
3.2. Pada hari ketiga panas meningkat, pucat nyeri pada abdomen, tekanan darah menurun,
pemeriksaan laboratorium positif.

4. Riwayat Penyakit Dulu

Pasien sebelumnya pernah mengalami febris, DB, diare.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam salah satu anggota keluarga tersebut ada yang menderita types, diare, DB, pada waktu
bersamaan atau sebelum pasien mengalami penyakit tersebut (Arief Mansjoer, M Sjaifoellah
Noer, Nursalam).6. Pola Fungsi Kesehatan
6.1. Pola Manajemen Kesehatan Tindakan pertama kali dilakukan yaitu mengukur suhu
tubuh, kompres,Mengkonsumsi banyak cairan. 6.2. Pola Nutrisi Kesehatan Memperbanyak
volume pemasukan cairan, memberikan makanan yang halus seperti bubur halus. Pemberian
vitamin dan mineral juga mendukung untuk memperbaiki keadaan umum pada pasien. 6.3.
Pola Istirahat Tidur

✓ Pasien harus tirah baring mulai hari pertama sampai minimal hari Ketujuh.

✓ Mobilisasi dilakukan secara bertahap karena keadaan pasien berubah-ubah(mual, muntah,


konstipasi, diare, nyeri kepala, lemah) dan untuk menghindari dekubitus. ✓ Pasien tidak
dapat tidur dengan nyenyak karena ada rasa tidak enak Pada perut, pusing, mual.

6.4. Pola aktivitas

Pasien tidak dapat melaksanakan aktivitas seperti biasa karena tirah baring (bedrest) selama
fase pertama. Mobilisasi dilakukan secara bertahap karena keadaan pasien lemah.

6.5. Pola Eliminasi

✓ Pasien thypes ini biasanya mengalami dua macam penyakit yaitu Konstipasi dan diare.

✓ Retensi urine juga bisa terjadi pada pasien thypes.

✓ Intake dan output cairan dan nutrisi dalam tubuh harus seimbang.

6.6. Pola Hubungan Peran bersosialisasi dengan keadaan sekitar sehubungan dengan
penyakitnya. Keluarga juga ikut aktif dalam upaya penyembuhan pasien.

B.Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Klien merasa lemah, panas, perut tidak enak, anorexia.
b. Kepala dan leher : Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata
normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir
kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal,
leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c. Sistem respirasi Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam
dengan gambaran seperti bronchitis.
d. Sistem kardiovaskuler : Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif.
Hemoglobin rendah.
e. Sistem integumen: Kulit kering, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat
Banyak, akral hangat..
f. Sistem gastrointestinal Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering. Lidah
kotor (khas), mual, muntah, anoreksia. Di daerah abdomen ditemukan nyeri
tekan. Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi
lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut
kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
g. Sistem eliminasi: Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi.
Produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N½ -1
cc/kg BB/jam.
h. Sistem muskuloskolesal: Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan
adanya kelainan.
i. Sistem endokrin: Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran
Kelenjar toroid dan tonsil.
j. Sistem persyarafan: Kesadaran klien penuh.

C. Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan

1.Hipertermi b.d proses infeksi usus halus.

1.1.Tujuan: Suhu tubuh klien kembali secara normal.


1.2.Kriteria hasil :
✓ Mengidentifikasi faktor-faktor resiko hipertermit
✓ Suhu tubuh relatif normal
✓ Menurunkan faktor-faktor resiko hipertermi..
1.3. Intervensi dan rasional:
1.3.1. Pantau suhu klien
Rasional: Suhu 380 C sampai 41,10 C menunjukkan proses peningkatan
infeksius akut
1.3.2. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai
dengan indikasi.
Rasional: Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah,Mempertahankan
suhu mendekati normal
1.3.3. Berikan kompres mandi hangat
Rasional: Dapat membantu mengurangi demam
1.3.4. Kolaborasi pemberian antipiretik Rasional: Untuk mengurangi demam
dengan aksi sentralnya Hipotalamus

2. rasa nyaman (nyeri) b.d proses infeksi salmonella typhi.

2.1.Tujuan klien menyatakan peredaan setelah suatu tindakan peredaan yang


memuaskan.

2.2.Kriteria hasil:
✓Menyebutkan faktor-faktor yang meningkatkan nyeri
✓ Menyebutkan intervensi yang efektif
✓ Menyatakan bahwa orang lain memastikan bahwa nyeri memang ada

2.3. Intervensi dan rasional:


2.3.1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan intensitas (skala 0-10),Lamanya, dan lokasi
Memberikan informasi sebagai dasar dan Pengawasan keefektifan intervensi
Rasional
2.3.2. Dorong menggunakan teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif
Rasional: Meningkatkan kemampuan Manajemen nyeri Koping Dalam
2.3.3. Lakukan kompres dingin/es sesuai keperluan Rasional: Menurunkan edema,
menurunkan sensasi nyeri 2.3.4. Berikan obat sesui indikasi: analgesik Rasional
Diberikan untuk menurunkan nyeri.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d malarbsorpsi nutrisi.

3.1.Tujuan Intake makanan terpenuhi dan adanya keseimbangan output (pengeluaran).

3.2.Kriteria hasil:

✔Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

✓ Pasien mampu menghabiskan porsi makanan yang telah disediakan.

✓ Adanya keseimbangan intake dan output.

3.3. Intervensi:
3.3.1. Dorong tirah baring Rasional:MenurunkanKebutuhan MetabolicUntuk
Meningkatkan penurunan kalori dan simpanan energi 3.3.2. Anjurkan istirahat sebelum
makan

Rasional: Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi makan

3.3.2. Berikan kebersihan oral

Rasional : Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan

3.3.3. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan Menyenangkan


Rasional: Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan Konduktif untuk
makan
3.3.4. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

Rasional: Nutrisi yang adekuat akan membantu proses

3.3.5. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi

Rasional:Program Ini Mengistirahatkan Gastrointestinal, sementara memberikan nutrisi


penting.

BAB IV

PENUTUP

A.kesimpulan

Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).

Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram negatif, bergerak
dengan getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang kurngnya 3 macam antigen yaitu antigen
O (somatic terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi.

B.saran
Melalui makalah ini saya selaku penyusun makalah ini berharap agar pembaca senantiasa
memperdulikan akan kesehatannya sendiri, lingkungan dan sekitarnya agar terhindar dari
penyakit menular khususnya penyakit Typhus dengan melakukan pencegahan sejak dini
sehinnga penyakit ini tidak menjadi suatu Kejadian Luar Biasa (KLB).

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Sutedjo. 2008. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta:


Amara Books

Vietha. 2009.http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/25/asuhan keperawatan-anak-


dengan-typhus-abdominalis/. Diperoleh tanggal 15-10-2010.

Yoga. 2009. http://yogabimantoro.blogspot.com/2009/09/typhus abdominalis.html. Diperoleh


tanggal 15-10-2010.

Anda mungkin juga menyukai