Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
NIM : 15.4210.1689
SEMARANG
2019
i
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
SEMARANG
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN
NIM : 15.4210.1689
Semarang , …………………………
ii
PRAKATA
Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya semata penulis mampu menyelesaikan
penyusunanlaporan penelitian dengan judul “Pembuatan Tepung Kulit Pisang
Dengan Metode Drying”. Penyusunan laporan penelitian ini dapat terlaksana
dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
Semarang, 2019
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
PRAKATA........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
BAB I.PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.3. Tujuan........................................................................................ 2
2.4. Pengeringan............................................................................... 7
1. Pengeringan Alami.................................................... 7
iv
2. Pengeringan Buatan .................................................. 8
3.1. Metodologi................................................................................ 10
a. Dekstruksi ................................................................... 17
b. Distilasi........................................................................ 17
c. Titrasi........................................................................... 18
v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 21
BAB V KESIMPULAN.................................................................................... 27
5.1. Kesimpulan................................................................................ 27
5.2. Saran.......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 28
LAMPIRAN...................................................................................................... 29
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3. Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang per 100 gram Bahan................... 6
Tabel 3.2. Rancangan Percobaan Dua Level dengan Tiga Variabel ................ 11
Tabel 4.3. Hasil Uji Sifat Kimia dan Mikrobiologi Tepung Kulit Pisang ....... 25
Tabel 4.4. Hasil Uji Sifat Fisik Tepung Kulit Pisang ...................................... 25
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana cara menetapkan variabel paling berpengaruh berdasarkan
experimental designmetode factorial design dua level ?
2. Bagaimana cara mendapatkan nilai optimum dari variabel paling
berpengaruh?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh.
2. Untuk mengetahui kondisi optimum dari variabel yang paling
berpengaruh tersebut.
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi tentang potensi limbah kulit pisang sebagai
sumber tepung untuk pembuatan makanan.
2. Meningkatkan daya saing dalam masyarakat terhadap tepung terigu.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Umumnya, dalam pembuatan roti digunakan tepung terigu protein
tinggi untuk mendapatkan volume yang besar, tetapi ada kemungkinan roti
menjadi alot. Oleh karena itu, dalam pembuatan roti perlu penambahan
bahan-bahan lain yang berfungsi untuk mengempukkan roti seperti gula,
margarin atau mentega, dan kuning telur dengan komposisi tertentu.
Pencampuran tepung terigu protein tinggi dengan tepung terigu protein
sedang juga dapat dilakukan, tujuannya agar kadar protein terigu turun
sehingga roti yang dihasilkan sesuai dengan keinginan, seperti tekstur
lebih lembut (Mudjajanto & Yuliati, 2004).
Tepung terigu merupakan bahan dasar dalam pembuatan roti dan
mie. Keistimewaan terigu adalah adanya gluten yang merupakan protein
yg menggumpal, elastis serta mengembang bila dicampur dengan air.
Gluten digunakan sebagai bahan tambahan untuk mempertinggi
kandungan protein dalam roti. Biasanya mutu terigu yang dikehendaki
adalah terigu yang memiliki kadar air 14%, kadar protein 8 - 12%, kadar
abu 0,25 – 0,60% dan gluten basah 24 – 36% (Astawan, 2004).
4
(Sumber: Fitasari, 2009)
5
dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan (Susanti, 2006). Kandungan
unsur gizi kulit pisang dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang per 100 gram bahan
6
2.3 Pemanfaatan Kulit Pisang
Bagian dari pisang yang selama ini masih jarang dimanfaatkan
adalah kulit pisang. Melalui cara pengolahan yang cukup sederhana, kulit
pisang dari jenis pisang raja dan pisang ambon dapat diolah menjadi bahan
baku minuman anggur (wine) (Anonim, 2008). Menurut Lina Susanti
(2006), kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan nata. Hal ini
dapat dibuktikan dengan penelitiannya tentang perbedaan penggunaan
jenis kulit pisang terhadap kualitas nata. Selain itu, kulit pisang juga dapat
dimanfaatkan dalam pembuatan jelly, cuka, dan sebagainya.
Berdasarkan penelitian Leyla Noviagustin (2008), ternyata kulit
pisang juga dapat dijadikan tepung. Hal ini dibuktikan dengan
penelitiannya tentang pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai substituen
tepung terigu dalam pembuatan mie. Hasil analisisnya terbukti bahwa pati
limbah kulit pisang dapat digunakan sebagai bahan substitusi tepung terigu
dalam pembuatan mie dengan konsentrasi sebesar 20%.
2.4 Pengeringan
Pengeringan (drying) merupakan proses perpindahan panas dan uap
air secara simultan yang memerlukan energipanas untuk menguapkan
kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan
oleh media pengering yang biasanya berupa panas (Thaib, dkk 1999).
7
Pengeringan ini dilakukan dengan cara menggantung bahan di tempat
udara kering berhembus. Bahan yang biasa dikeringkan dengan metode ini
adalah kacang-kacangan.Kelebihan pengeringan alami adalah tidak
memerlukan keahlian dan peralatan khusus, serta biayanya lebih murah.
Sedangkan kelemahan pengeringan alami adalah membutuhkan lahan yang
luas, sangat tergantung pada cuaca, dan sanitasi hygiene sulit dikendalikan.
2. Pengeringan Buatan
Pengeringan buatan terdiri dari :
- Menggunakan alat dehidrator
Pengeringan makanan memerlukan waktu yang lama. Dengan
menggunakan alat dehidrator, makanan akan kering dalam jangka
waktu 6-10 jam. Waktu pengeringan tergantung jenis bahan yang
digunakan
- Menggunakan Oven
Dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air, oven dapat
digunakan sebagai dehidrator. Waktu yang diperlukan sekitar 5-12
jam. Agar bahan menjadi kering, temperature oven harus di atas
140oF. Kelebihan pengeringan buatan adalah suhu dan kecepatan
proses pengeringan dapat diatur seuai keinginan, tidak terpengaruh
cuaca, sanitisi dan higiene dapat dikendalikan. Sedangkan kelemahan
pengeringan buatan adalah memerlukan keterampilan dan peralatan
khusus, serta biaya lebih tinggi dibanding pengeringan alami.
8
mengakibatkan kapang dan organisme pembusuk lainnya dapat
tumbuh pada makanan yang kering sebagian.
3. Kelembapan
Terkait kecepatan pengeringan, Jika suhu lebih tinggi dan kelembaban
lebih rendah maka kecepatan pengeringan akan lebih cepat.Udara
lembab akan menurunkan kecepatan penguapan sehingga pengering
akan berjalan lama.
4. Keseragaman pengeringan
Makanan harus disebar secara merata pada rak-rak pengering, panas
tidak sama di semua bagiandari pengering.
5. Tekanan udara
Semakin kecil tekanan udara maka semakin besar kemampuan udara
untuk mengangkut air selama pengeringan,dengan semakin kecilnya
tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air
dapat lebih banyak tertampung dan disingkirkan dari bahan pangan.
6. Luas
Air menguap melalui permukaan bahan,air yang ada di bagian tengah
akan merembes ke bagian permukaandan kemudian menguap,
mempercepat pengeringan yaitu dengan bahan pangan yang akan
dikeringkan dipotong-potong atau diirisi dulu, pemotongan atau
pengirisan akan memperluas permukaan bahan sehingga air mudah
keluar,potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis akan
mengurangi jarak gerakan panas ke pusat bahan pangan.
7. Waktu
Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan maka akan semakin
cepat proses pengeringan selesai. Dalam pengeringan diterapkan
konsep HTST (High Temperature Short Time), short time dapat
menekan biaya pengeringan. (Voigh,Rudolf.2008)
Pengembangan kulit pisang menjadi produk makanan berkalori tinggi
(hight calori food) diharapkan dapat menjadi komoditi alternatif
dalam rangka penganekaragaman pangan. Selain itu produk dari kulit
9
pisang juga dapat digunakan sebagai pangan darurat (emergency food)
pada keadaan darurat, misalnya pada saat terjadi bencana alam.
BAB III
METODOLOGI
Rancangan Percobaan
3.1 Metodologi
Experimental design adalah sekumpulan data yang dirancang untuk
memperoleh data-data kongkret untuk membuktikan suatu hipotesa. Pada
experimental design setiap variabel yang diuji ditentukan pada beberapa
harga, lazimnya dipakai dua harga untuk setiap variabel bebas, kemudian
beberapa variabel bebas tadi dikombinasikan pada kemungkinan yang ada.
Dari hasil kombinasi tadi akan diperoleh data yang diperlukan untuk
penarikan kesimpulan, dimana akan digunakan metode statistik. Dengan
pertimbangan tersebut, penggunaan metode experimental design sangat
memungkinkan untuk mendapatkan hasil-hasil dan kesimpulan yang lebih
teliti.
Experimental design ada beberapa cara, salah satunya adalah yang
disebut dengan metode factorial design dengan dua level, yaitu level
rendah dan level tinggi. Cara seperti inilah yang dipakai pada penelitian
ini. Hasil pengamatan dari experimental design awal digunakan untuk
membuat rancangan baru untuk menentukan variabel yang paling
berpengaruh. Penentuan suatu variabel utama dilakukan secara bertahap
dengan factorial design dimana pada setiap rancangan beberapa variabel
tertentu yaitu yang berpengaruh kecil pada hasil produk dihilangkan
hingga didapat suatu variabel akhir yang paling berpengaruh, karena pada
10
setiap rancangan baru disusun harga-harga variabel baru untuk
meningkatkan hasil, maka akhir percobaan akan didapat hasil atau kondisi
optimum untuk semua variabel tanpa menghilangkan efek interaksinya.
11
d
(%)
tA
t A T tA tT AT
T
1 - - - + + + - Y1
2 + - - - - + + Y2
3 - + - - + - + Y3
4 + + - + - - - Y4
5 - - + + - - + Y5
6 + - + - + - - Y6
7 - + + - - + - Y7
8 + + + + + + + Y8
Keterangan:
Analisa Varians
1. Perhitungan effek utama
Rata-rata (I0) = ⅛ (Y1 + Y2 + Y3 + Y4 + Y5 + Y6 + Y7 + Y8)
4. Interpolasi data
12
I > 0 berarti perubahan harga T dari level rendah ke level tinggi menaikkan
hasil seharga 1, untuk I < 0 sebaliknya.
6. Metode Optimasi
Setelah didapat variabel yang berpengaruh dilanjutkan dengan penentuan
kondisi optimum. Variabel tetap yang dipakai adalah variabel yang
kurang berpengaruh sedangkan variabel yang paling berpengaruh dibuat
bervariasi. Kondisi yang paling optimum adalah yang mempunyai yield
yang paling besar dan kualitas yang paling baik.
13
3.4 Kerangka Percobaan
Penirisan Na-metabisulfit
14
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Tepung Kulit Pisang
Nampan
Rak Oven
15
3.6 Cara Kerja
Cara kerja pembuatan tepung kulit pisang sebagai berikut:
1. Persiapan bahan baku
Kulit pisang yang diperoleh dari tempat penjualan gorengan disortir kulit
pisang yang telah masak dan tidak lembek, karena kulit pisang tersebut
mengandung karbohidrat yang cukup tinggi. Selain itu, kulit yang
berwarna kuning cerah dan tidak cacat akan mempengaruhi kualitas
tepung yang dihasilkan.
2. Pencucian
Kulit pisang yang telah disortir dibersihkan dari kotoran yang melekat dan
dicuci dengan air mengalir. Setelah itu ditiriskan dari air cucian.
3. Pengecilan ukuran
Proses pengecilan ukuran dilakukan dengan cara mengiris kulit pisang
menggunakan cutter dengan ukuran seragam. Pemotongan ini bertujuan
untuk memberikan luas area yang lebih besar guna mengurangi getah
didalam kulitnya
4. Blanching
Proses ini dilakukan dengan cara merendam kulit pisang kedalam larutan
Na-metabisulfat 3% dalam air dengan suhu sekitar 90 0C selama 15 menit.
Penambahan Na-metabisulfat bertujuan agar mencegah proses pencoklatan
pada bahan sebelum diolah, menghilangkan bau dan rasa getir dan
mempertahankan warna agar tetap menarik. Kemudian ditiriskan agar
terpisah dengan larutan blanching.
5. Pengeringan
Dilakukan pada oven dengan suhu dan waktu yang telah ditentukan,
bertujuan untuk mengurangi kadar air agar mudah menepungkan kulit
16
pisang dan meminimalisir tumbuhnya mikroba dalam tepung pada akhir
proses. Digunakan alat oven agar pemanasan merata dan setting waktu
yang tepat
a. Dekstruksi
1. Sampel sebanyak 1,5 gram diambil dan dimasukkan ke dalam labu
kjehdahl.
2. Memasukkan K2SO4 sebanyak 10 gram, CuSO4 0,2 gram dan 25 ml
H2SO4 pekat ke dalam labu kjehdahl.
3. Memanaskan labu kjehdahl dengan kompor listrik dalam almari asam,
pemanasan dilakukan sampai mendidih dan kabut dalam labu hilang
ditandai dengan perubahan warna cairan dari coklat menjadi biru
jernih.
4. Mendinginkan labu kjehdahl dalam udara terbuka.
b. Distilasi
1. Membuat 100 ml larutan NaOH 45% dan 100 ml larutan HCl 0,1N.
2. Menambahkan dua butir logam Zn, 175 ml aquades, dan 3 tetes
indikator PP ke dalam labu kjehdahl.
3. Menambahkan larutan NaOH 45% sedikit demi sedikit sampai cairan
bersifat basa, yang ditandai dengan perubahan warna cairan menjadi
ungu kebiruan.
17
4. Menyiapkan Erlenmeyer berisi larutan asam penangkap, yaitu 75 ml
larutan HCl 0,1N yang telah ditambahkan3 tetes metal orange.
5. Menghubungkan labu kjehdahl dengan rangkaian alat distilasi. Labu
kjehdahl dihubungkan dengan pendingin lurus dan ujung pendingin
disambung dengan adapter yang tercelup ke dalam larutan asam
penangkap.
6. Distilasi dihentikan setelah terdengar bunyi hentakan dari dalam labu.
c. Titrasi
1. Membuat 100 ml larutan NaOH 0,1N.
2. Menitrasi larutan asam penangkap dengan larutan NaOH 0,1N sampai
terjadi perubahan warna (dari orange menjadi kuning).
3. Mencatat volume larutan NaOH 0,1N yang diperlukan untuk menitrasi.
(Sumber : SNI 01-2891-1992)
18
j. Proses distilasi dihentikan setelah pelarut menguap semua dan terpisah
dari ekstrak (minyak).
k. Minyak dituang dalam cawan porselin dan dikeringkan dalam oven
pada suhu sekitar 120oC untuk menghilangkan sisa pelarut dan air.
l. Minyak didinginkan di desikator.
m. Minyak yang diperoleh selanjutnya ditimbang sampai berat tetap dan
didinginkan dalam desikator, labu lemak beserta lemak ditimbang.
berat lema k
Kadar lemak (%) = x 100 %
berat sampel
(Sumber : SNI 01-2891-1992)
19
A = Berat cawan porselin + sampel setelah dipanaskan
B = Berat cawan porselin kosong
C = Berat sampel
20
- Mengulangi langkah h-l dengan titran berupa larutan glukosa murni,
kemudian dicatat volume larutan hasil hidrolisis yang diperlukan (V1)
(Sumber : SNI 01-2891-1992)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
21
92,86
IA
78,57
It
64,29
IT
50,00
%P
ItA
35,71
ItT
21,43
ItAT
7,14
IAT
22
Z Efek
Berdasarkan grafik % P vs Z dan % P vs I variabel dominan adalah I tT
(variabel antara waktu dan suhu pemanasan). Hal ini dapat dilihat dari grafik % P
vs I dimana merupakan titik terjauh dari diagonal garis. Namun kembali pada
teori Pengeringan (drying) merupakan proses perpindahan panas dan uap air
secara simultan yang memerlukan energipanas untuk menguapkan kandungan air
yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering
yang biasanya berupa panas (Thaib, dkk 1999).sehingga variabel yang lebih
dominan adalah suhu.
Persamaan yield yang didapat adalah sebagai berikut:
Y = I0 + It + IA + IT + ItA + ItT + IAT + ItAT
Y = 6.0725+0,96+2.225+0,47+0,06+0,035-0,338+0,025
Y = 9,7675
Dari gambar didapatkan variabel yang berpengaruh adalah suhu
pemanasan, sehingga dapat dibuat rentang suhu pemanasan untuk melakukan
percobaan terhadap nilai yield dengan memvariasikan variable suhu
pemanasan,untuk mendapatkan hasil yield maka variabel waktu pemanasan dan
massa kulit pisang dibuat bernilai positif (+).
23
Grafik Perbandingan Massa VS % Yeild
8.5
8
f(x) = − 0 x² + 0.01 x + 0.86
R² = 0.99
7.5
6.5
5.5
5
400 600 800 1000 1200 1400 1600
G ra fik P e rb a n d in g a n M a ssa v s % K a d a r
A ir
20 y = 2 E-0 8 x 3 - 7 E-0 5 x 2 + 0 .0 8 5 2 x - 1 9 .9 6 7
R ² = 0 .9 8 5 2
18
16
14
12
10
8
6
400 600 800 1 0 00 1 2 00 1 4 00 1 6 00
24
Gambar 4.2.Grafik Optimasi massa bahan baku vs % kadar air
Tabel 4.3. Hasil uji sifat kimia dan mikrobiologi Tepung Kulit Pisang
Nilai
Parameter
Hasil percobaan Jurnal* SNI**
Kadar Air 8,98 % 14,08 12
Kadar Lemak 9,01 11,05 -
Protein 5,99 5,14 -
Karbohidrat 52,68 57,62 -
Abu 5,1 - -
Bakteri 4600 22.200 106
Jamur 2500 2500 104
(Sumber: Syahruddin, dkk. 2015 * SNI 01-3841-1995 **)
Dari tabel 4.3 Tepung hasil percobaan dianalisa dengan parameter seperti
tabel didapatkan hasil yang tidak berbeda jauh dengan jurnal Syahruddin dan
Standart SNI. Sehingga tepung hasil percobaan memenuhi syarat SNI dan dapat
dijadikan tepung produksi.
25
Tabel 4.4. Hasil uji sifat Fisik Tepung Kulit Pisang
Nilai
Parameter
Standar Penerimaan Hasil percobaan
Warna Kuning, sampai agak kecoklatan Agak kecoklatan
Aroma Normal, bau khas pisang Normal pisang
Bentuk Serbuk Halus , tidak menggumpal Serbuk Halus
(Sumber*:Syahruddin, dkk. 2015)
Dari tabel 4.4 Tepung hasil percobaan dianalisa dengan parameter seperti
tabel didapatkan hasil yang tidak berbeda jauh dengan Jurnal milik Syahruddin,
dkk. 2015, sehingga tepung hasil percobaan memenuhi syarat sehingga dapat
digunakan sebagai alternatif tepung produksi.
26
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih optimum disarankan untuk
dilakukan penelitian lanjutan tepung kulit pisang yang diaplikasikan
kedalam produk.
2. Jenis – jenis kulit pisang bisa dijadikan sebagai variabel berubah dalam
penelitian .
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2017. SNI 01-3751-2006 Tepung terigu sebagai bahan makanan. Jakarta.
http://sispk.bsn.go.id/SNI/DetailSNI/7126 (diakses pada 12 Desember 2017)
Murdiati, A dan Amaliah. 2013. Panduan Penyiapan Pangan Sehat untuk Semua.
Edisi kedua. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Mudjajanto E.S dan L.N Yulianti. 2004. Membuat Aneka Roti, Penebar Swadaya.
Jakarta
Astawan M. 2004. Sehat bersana aneka sehat pangan alami. Tiga serangkai. Solo
Johari, dan Rahmawati. 2006. Kimia SMA untuk Kelas XII. Jakarta: Esis
28
LAMPIRAN
1. Perhitungan % Yeild
1.1 Variabel 1
21,18
% yield = x l00%
500
= 4,24 %
1.2 Variabel 2
25,65
% yield = x 100 %
500
= 5,13 %
1.3 Variabel 3
65,10
% yield = x l00%
1000
= 6,51 %
1.4 Variabel 4
74,71
% yield = x 100 %
100 0
= 7,47 %
1.5 Variabel 5
23.9
% yield = x 100%
500
= 4,78 %
1.6 Variabel 6
29
28,45
% yield = x 100 %
500
= 3,86 %
1.7 Variabel 7
68,43
% yield = xl00%
1000
= 6,84 %
1.8 Variabel 8
79,29
% yield = x 100 %
1000
= 7,92 %
= ⅛ (4,24+5.13+6.51+7.47+4.78+5.69+6.84+7.92)
= 6.07
30
= ¼ (-4,24+5.13-6.51+7.47-4.78+5.69-6.84+7.92)
= 0.96
= ¼ (-4,24-5.13+6.51+7.47-4.78-5.69+6.84+7.92)
= 2.23
IT = ¼ (-Y1-Y2-Y3-Y4+Y5+Y6+Y7+Y8)
= ¼ (-4,24-5.13-6.51-7.47+4.78+5.69+6.84+7.92)
= 0.47
= ¼ (4,24-5.13-6.51+7.47+4.78-5.69-6.84+7.92)
= 0.06
= ¼ (4,24-5.13+6.51-7.47-4.78+5.69-6.84+7.92)
= 0.035
= ¼ (4,24+5.13-6.51-7.47-4.78-5.69+6.84+7.92)
= -0.08
31
4.4 Effek (ItAT)
ItAT = ¼ (-Y1+Y2+Y3-Y4+Y5-Y6-Y7+Y8)
= ¼ (-4,24+5.13+6.51-7.47+4.78-5.69-6.84+7.92)
= 0.025
= 6.07+2.23+0.47+0.06+0.035-0.08+0.025
= 9.77
5. Kurva % P vs Effek
No Effek 1 2 3 4 5 6 7
Banyaknya Effek
-0,88 -0,40 -0,34 -0,04 0,07 0,24 0,66
(I)
Identitas Effek
i−0,5 IT ItT IAT ItAT ItA It IA
%P = n x 100
100 % 7,14 21,43 35,71 50 64,29 78,57 92,86
32
6. Grafik %P vs Z dan %P vs I
92,86
IA
78,57
It
64,29
50,00 IT
%P
ItA
35,71
ItT
21,43
ItAT
7,14
IAT
Z 33 Efek
7. Dokumentasi
34
35