Anda di halaman 1dari 59

PROPOSAL SKRIPSI

KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DENGAN


PENDEKATAN KOHORT STUDY DI PUSKESMAS BANJAR I

Oleh :

NI NENGAH YUNARIASIH
NIM. 20089153009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2021
PROPOSAL SKRIPSI

KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DENGAN


PENDEKATAN KOHORT STUDY DI PUSKESMAS BANJAR I

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Kebidanan

Oleh :

NI NENGAH YUNARIASIH
NIM. 20089153009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan pada seminar


Proposal Skripsi

“KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DENGAN


PENDEKATAN KOHORT STUDY DI PUSKESMAS BANJAR I“

Pada tanggal :
Nama Mahasiswa : NI NENGAH YUNARIASIH
NIM : 20089153009

Program Studi Ilmu Kebidanan (S-1)


Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng

Pembimbing 1 Pembimbing II

Putu Dian Prima Kusuma Dewi, S.ST., M.Kes Indrie Lutfiana,S.ST.,MH.


NIDN. 0824118901 NIDN

iii
LEMBAR PENGESAHAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Proposal Skripsi dengan judul :
Keteraturan Kunjungan Antenatal Care Dengan Pendekatan Kohort Study Di
Puskesmas Banjar I
Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjana Kebidanan Pada
Program Studi S1 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng. Proposal
ini telah diujikan pada siding proposal pada tanggal ………….. 2021 dan
dinyatakan memenuhi syarat/sah sebagai skripsi pada program studi S 1 Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng.
Singaraja, …………. 2021

Penguji I Penguji II

Lina Anggaraeni, DJ, S.ST.,M.Kes Putu Dian Prima Kusuma Dewi, S.ST., M.Kes
NIDN. 0807128903 NIDN. 0824118901

Penguji III

Indrie Lutfiana, S.ST.,M.H.


NIDN. 0819068803

Mengetahui, Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Kebidanan Ketua STIKes Buleleng
STIKes Buleleng

(Luh Ayu Purnami,S.ST ,. M.Tr.Keb) (Dr, Ns. I Made Sundayana,S.Kep., M.Si)


NIDN 0806099003 NIDN 0801096902

iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Keteraturan Kunjungan

Antenatal Care Dengan Pendekatan Kohort Study Di Puskesmas Banjar I”. Ini

sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan

plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas Pernyataan ini saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya

saya ini.

Singaraja, ………………. 2021

Yang menyatakan

Ni Nengah Yunariasih

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Stikes Buleleng, saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : NI Nengah Yunariasih

NIM : 20089153009

Program Studi : SI Kebidanan

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng Hak Bebas Royalti Nonekslusif

Nonexclusive Royalty-FreeRight) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Keteraturan Kunjungan Antenatal Care Dengan Pendekatan Kohort Study Di

Puskesmas Banjar I.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Nonekslusif ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng berhak menyimpan,

mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis dan pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat kebaikan-Nya saya selaku penulis dapat menyelesaikan Proposal untuk
Skripsi saya yang berjudul “Keteraturan Kunjungan Antenatal Care Dengan
Pendekatan Kohort Study Di Puskesmas Banjar I “.
Saya juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang turut serta membantu dalam penyempurnaan proposal saya ini, sehingga
dapat bermanfaat bagi kita semua.
1) Dr.Ns.I Made Sundayana,MSi,sebagai Ketua STIKES Buleleng atas
segala fasilitas yang diberikan peneliti dalam menempuh perkuliahan.
2) Luh Ayu Purnami,S.S.T,M.Tr.Keb,selaku Ketua Program Studi Sarjana
Kebidanan.
3) Putu Dian Prima Kusuma Dewi,S.S.T,M.Kes,sebagai pembimbing utama
yang telah memberikan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan proposal
tepat waktu.
4) Indrie Lutfiana,S.ST.,MH sebagai pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya.
5) Dr. Ni Ketut Wenny Christiyanti selaku Kepala Puskesmas Banjar I yang
sudah memberikan tempat dan waktu untuk saya melakukan penelitian.
6) Suami dan anak-anak atas dukungannya selama ini
7) Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan S1 Kebidanan atas segala
dukungan,saran dan masukannya, serta seluruh pihak yang membantu
dalam penelitian Proposal Skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu.
8) Pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan dan telah mendoakan demi suksesnya penyusunan
proposal ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna.Oleh karena itu,penulis membuka diri untuk segala kritik,
saran dan masukan yang dapat menyempurnakan proposal skripsi ini.

vii
Demikian yang dapat kami sampaikan, mohon masukan yang konstruktif,
demi menjadikannya lebih baik.Terimakasih.

Singaraja , …………… 2021

Ni Nengah Yunariasih

viii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM...........................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME......................................................v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS


AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...........................................vi

KATA PENGANTAR....................................................................................vii

DAFTAR ISI...................................................................................................ix

BAB 1...............................................................................................................1

PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian.................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................7

BAB 2...............................................................................................................9

KAJIAN PUSTAKA........................................................................................9

2.1 Kajian Teori.......................................................................................9

2.1.1 Pengetahuan.....................................................................................9

2.1.2 Kehamilan beresiko tinggi..............................................................16

2.1.3 Langkah – langkah pencegahan dan penanganan faktor resiko


kehamilan................................................................................................33

2.1.8 Keteraturan....................................................................................40

2.2 Landasan Teori................................................................................45

ix
2.3 Kerangka Konseptual.......................................................................47

x
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan resiko tinggi adalah salah satu kehamilan yang didalamnya

kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan

kehamilan yang kebetulan atau unik. (Bobak, 2002). Oleh karena itu

diperlukannya asuhan antenatal yang berfungsi mendeteksi tanda atau gejala

resiko pada kehamilan serta memberikan penanganan dini untuk mencegah

keterlambatan. Perilaku perawatan kehamilan (Antenatal care) adalah penting

untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan ibu sendiri. Tetapi, masih

banyaknya ibu menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan

kodrat, serta masih banyaknya ibu yang kurang menyadari pentingnya

pemeriksaan kehamilan secara teratur, Padahal dengan tidak memeriksakan

kehamilan bisa menyebabkan tidak terdeteksinya faktor – faktor resiko tinggi

yang mungkin dialami oleh ibu hamil dan keterlambatan dalam pemberian

penanganan. Dengan demikian resiko ini baru diketahui pada saat persalinan

yang dapat meningkatkan kegawatdaruratan dalam persalinan sehingga

berakibat fatal yaitu kematian.

Saat ini dalam setiap menit dan setiap harinya, seorang ibu meninggal

disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan

dan nifas dimana angka kematian ibu tahun 2019 di Bali adalah 67,7/100.000

KH (DepKes RI, 2019) lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2018

sebesar 52,2/100.000 KH (DepKes RI, 2019). Penyebab langsung kematian

1
tersebut dikenal dengan Trias Klasik yaitu Perdarahan (28%), eklampsia

(24%) dan infeksi (11%). Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain

adalah ibu hamil menderita penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada

sebelum kehamilan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis,

anemia, malaria, oleh karena itu pemeriksaan antenatal sangat penting untuk

mendeteksi tanda dan gejala dari resiko kehamilan sehingga dapat mencegah

suatu keterlambatan yang dapat menyebabkan peningkatan angka kematian

ibu (DepKes RI, 2010).

Berdasarkan hasil catatan register di RSUD Kabupaten Buleleng

didapatkan data ibu hamil dengan resiko tinggi kehamilan dari bulan oktober

sampai dengan November pada tahun 2021, tersebut sebanyak 96 orang dan

masing-masing dari jumlah ibu hamil resiko tinggi tersebut antara lain

terdapat (8%) menderita anemia, (12%) menderita preeklampsi, (11%)

mengalami perdarahan, (2%) menderita penyakit deabitus melitus, (2%)

menderita penyakit jantung, (7%) mengalami abortus imminems dan

inkomplete, (11%)mengalami ketuban pecah dini, (5%) hamil ectopik, (5,5%)

riwayat obstetrik (riwayat keguguran dan riwayat melahirkan prematur), (6%)

mengalami kelainan letak janin, mengalami gestational, (7%) eklamsi, (8,5%)

ibu hamil usia >35 tahun , dan (6%) ibu hamil usia <20 tahun. Namun

demikian yang berkunjung untuk antenatal care masih dibawah target

kunjungan antenatal care yaitu 91.96 % dimana target kunjungan antenatal

yaitu 95 %.

Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil ibu hamil yang pertama kali

mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja

2
pada kurun waktu tertentu dimana untuk target cakupan K1 adalah 100%,

sedangkan cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh

pelayanan antenatal sesuai dengan standart, paling sedikit empat kali dengan

distribusi waktu satu kali trimester ke-1, satu kali trimester ke-2 dan 2 kali

pada trimester ke-3 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu, dengan

indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap

(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang

menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping

menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program

KIA (DepKes RI, 2010).

Di Bali tepatnya di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar 1 terdapat ibu

hamil yang dalam masa kehamilannya tidak memeriksakan kehamilan secara

teratur tetapi baru datang ke pelayanan kesehatan pada saat persalinan.

Banyaknya yang belum sadar akanpentingnya kunjungan pelayanan

kesehatan pada masa kehamilan yang dapat membawa akibat fatal yaitu

kematian (Pusdiknakes, 2003). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

rendahnya tingkat pengetahuan dan kurangnya informasi tentang kehamilan

beresiko dan manfaat kunjungan antenatal. Namun demikian masih

banyaknya ibu hamil baik yang beresiko rendah bahkan yang beresiko tinggi

malah jarang melakukan kunjungan ANC.

Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 21

November s.d 26 November 2020 di Puskesmas Banjar 1 Kabupaten

Buleleng, diperoleh fakta bahwa 8 dari 11 ibu hamil resti di desa tersebut

tidak patuh dalam jadwal kunjungan ANC. bahkan dijumpai 1 Primigravida

3
muda trimester III yang baru 2 kali melakukan kunjungan ANC ke fasilitas

pelayanan kesehatan. Primigravida tersebut tidak mematuhi jadwal

kunjungan ANC seperti yang telah disampaikan oleh tenaga kesehatan,

dimana jadwal itu telah disesuaikan dengan usia kehamilan dan masalah dari

masing-masing ibu hamil. Mereka melakukan kunjungan ANC tidak sesuai

atau terlambat dari jadwal yang seharusnya. Dan ketika diwawancarai, 75%

di antara ibu hamil tersebut tidak dapat menyebutkan dengan tepat apa saja

yang termasuk kehamilan beresiko tinggi dan bahayanya pada ibu dan janin.

Dan juga dilihat dari cakupan kunjungan anenatal yang masih dibawah

target yaitu pada bulan desember 2020 yaitu untuk cakupan K1 98,69% dan

untuk cakupan K4 93,28% dimana untuk target cakupan K1 adalah 100%

dan cakupan K4 100%. terdapat 56 orang ibu hamil resiko tinggi dari 677

ibu hamil. (PWS KIA Puskesmas Banjar 1) Jumlah ibu hamil resiko sangat

tinggi yang disebabkan karena perdarahan, KPD, infeksi, abortus dan partus

lama dirujuk ke RSUD Kabupaten Buleleng sebanyak 9 orang.

Hal ini sebenarnya dapat dicegah jika resiko pada kehamilan

terdeteksi secara dini. Pada kenyataannya, ibu hamil yang beresiko tinggi

ataupun resiko rendah masih kurang teratur melakukan kunjungan antenatal

care, sehingga informasi yang dimiliki tentang kehamilan beresiko dan

pentingnya kunjungan antenatal masih kurang. Jadwal pemeriksaan

kunjungan untuk ibu hamil resiko tinggi dilakukan lebih rutin dan teratur

sesuai dengan faktor resiko yang ada pada ibu hamil serta pemeriksaan –

pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan. Yaitu jika ibu hamil sudah

terdiagnosa termasuk dalam kelompok resiko tinggi yang harus segera

4
ditangani maka kunjungan antenatal dilakukan lebih rutin yaitu setiap 1

minggu dimana dalam setiap kunjungan ini berfungsi untuk mengontrol dan

memberikan pengobatan yang berkelanjutan sesuai faktor resiko ibu sampai

kehamilannya dikatakan aman baru kunjungan bisa dilakukan sesuai dengan

umur kehamilan dengan kunjungan ideal (DepKes RI, 2008).

Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan kehamilan dapat menyebabkan tidak

dapat diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi

kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi.

Deteksi saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan

pengendalian dan penanganan resiko pada kehamilan. Jika ibu hamil

beresiko tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak diketahui

apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan resiko

yang sangat tinggi dengan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan

kehidupan ibu dan janinnya. Jika ibu hamil yang beresiko tinggi tidak

mengetahui tentang kehamilan beresiko khususnya tentang keadaan yang

sekarang dia alami dan akan terjadi kemungkinan yang tidak diinginkan.

Serta jika ibu tidak mengetahui manfaat kunjungan antenatal bagi

kehamilannya dapat menyebabkan ibu akan mengambil suatu keputusan

yang salah dalam kehamilannya yaitu yang seharusnya ibu bersalin di

rumah sakit malah ibu datang bersalin di bidan praktek swasta yang tidak

bisa menangani persalinan bagi ibu hamil resti. Keterlambatan inilah yang

menyebabkan pengendalian dan penanganan tidak tepat didapatkan oleh ibu

dan dapat menyebabkan adanya kegawat daruratan dalam persalinan dan

5
keterlambatan inilah yang terkadang dapat meningkatan morbiditas dan

mortalitas ibu ( Saifuddin, 2006).

Apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang

resiko tinggi kehamilan yang mungkin didapatkanya dari pemberian KIE

tentang resiko kehamilan oleh petugas kesehatan ataupun informasi yang

mereka dapatkan baik dari majalah ataupun media elektronik lainnya seperti

radio, tv ataupun internet maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk

menentukan sikap, berperilaku untuk mencegah, menghindari atau

mengatasi masalah resiko kehamilan tersebut. Dan ibu memiliki kesadaran

untuk melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya,

sehingga apabila terjadi resiko pada masa kehamilan tersebut dapat

ditangani secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga

dimaksudkan untuk dapat membantu menurunkan angka kematian ibu yang

cukup tinggi di Indonesia.

Berdasarkan kondisi kondisi tersebut diatas maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “ Keteraturan Kunjungan Antenatal

Care Dengan Pendekatan Kohort Ibu. Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar 1

Buleleng” .

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


1.2.1 Berdasarkan penelitian diatas peneliti membuat rumusan masalah

“bagaimana gambaran keteraturan kunjungan antenatal care dengan

pendekatan kohort ibu di puskesmas banjar I tahun 2020?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

6
Mengidentifkasi gambaran keteraturan kunjungan antenatal care

dengan pendekatan kohort ibu di Puskesmas Banjar I tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengidentifikasi presentase kategori resiko ibu hamil di

Puskesmas Banjar I Tahun 2020.

1.3.2.2. Mengidentifikasi karakteristik gestasional(umur ibu, umur

kehamilan, jarak kehamilan dan paritas) Ibu Hamil dengan

resiko di Puskesmas Banjar Tahun 2020.

1.3.2.3. Mengidentifikasi karakteristik klinis (TB, BB, Tensi dan

LILA) Ibu Hamil Pada Kunjungan pertama di Puskesmas

Banjar I Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis yaitu sebagai

berikut:

1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan untuk penelitian berikutnya yang berhubungan

dengan resiko tinggi kehamilan dan antenatal care.

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa untuk menambah

pengetahuan dan wawasan tentang pelayanan antenatal care dan resiko

tinggi kehamilan.

3. Bagi pelayanan kesehatan

7
Diharapkan dapat sebagai masukan bagi tenaga kesehatan untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada pelayanan antenatal

care.

4. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat menjadi informasi yang sangat bermanfaat bagi

masyarakat khususnya ibu hamil sehingga dapat menambah pengetahuan,

mengenal tentang faktor resiko kehamilan dan untuk melakukan

pemeriksaan antenatal care.

8
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengetahuan

2.1.1.1Definisi Pengetahuan

Sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.

Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi

dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial

budaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003), menurut sumber lain

pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab

pertanyaan “what” misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan

sebagainya. (Notoatmojo, 2007). Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan

ini terjadi pada setiap orang yang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek (Nursalam, 2008). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan

ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu (Notoatmodjo, 2007). Menurut Taufik (2007), pengetahuan

merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain

sebagainya).

2.1.1.2 Cara memperoleh pengetahuan

Notoatmodjo (2007) mengungkapkan cara memperoleh pengetahuan

adalah sebagai berikut:

1) Cara traditional atau non ilmiah

9
(1).Cara coba salah (trial and error)

Cara coba-coba dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut

tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila

kemungkinan yang kedua ini juga gagal. Maka dicoba kembali

dengan kemunginan ketiga, jika gagal, dicoba kembali

kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut

dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode

trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau metode coba-

salah/coba-coba.

(2).Cara kekuasaan atau otoritas

Pada cara ini prinsipnya adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih

dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan

penalaran sendiri, karena orang yang menerima pendapat tersebut

menganggap bahwa apa yang dikemukakan benar.

(3).Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahua. Oleh karena

itu, pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan

(4).Melalui jalan pikiran

10
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan peranannya dlam memperoleh kebenaran

pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik

melalui induksi maupun deduksi.

2) Cara Modern atau cara ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodelogi penelitian

(research methodology).

2.1.1.2. Macam-macam Pengetahuan

Macam-macam pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) adalah

sebagai berikut:

1) Pengetahuan Umum.

Pengetahuan umum adalah segala sesuatu yang diketahui oleh

seseorang secara umum tanpa mengetahui seluk-beluk yang sedalam-

dalamnya dan seluas-luasnya.

2) Pengetahuan Khusus

Pengetahuan khusus adalah segala sesuatu yang diketahui

seseorang secara khusus mengenai sesuatu hal dengan sedalam-

dalamnya dan seluas-luasnya.

2.1.1.3. Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) ada 6 tingkatan pengetahuan antara lain:

11
1) Mengenal (recognition) dan mengingat kembali (recall) diartkan

sebagai kemampuan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah

diketahui, sehingga bisa memilih 1 dan 2 atau lebih jawaban.

2) Pemahaman (comprehension) diartikan sebagai kemampuan untuk

memahami suatu materi atau objek yang diketahui.

3) Penerapan (application) diartikan sebagai kemampuan untuk

menerapkan secara benar mengenai suatu hal yang diketahui dalam

situasi yang sebenarnya.

4) Analisis (analysis) diartikan sebagai kemampuan menjabarkan

materi/objek kedalam suatu struktur dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5) Sintesis (synthesis) diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru dengan kata lain sintesis adalah kemampuan menyusun

formulasi.

6) Evaluasi (evaluation) diartiak sebagai kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek/materi.

2.1.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang dibagi menjadi:

1) Faktor internal

(1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat

12
memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima

informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan

yang dimilikinya.

(2) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada

kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan

berusaha melupakan, namun jika pengelaman terhadap obyek

tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan

yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya,

dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam

kehidupannya.

(3) Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi

perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan

pada fisik secara garis besar ada 4 kategori perubahan pertama,

perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya

ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat

pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf

berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

(4) Minat

Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba

13
dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan

yang lebih mendalam.

2) Faktor eksternal

(1) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh

pengetahuan yang baru.

(2) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara

langsung maupun secara tidak langsung.

(3) Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap

kita.

2.1.1.5. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan perindividu

dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:

1) Tingkat pengetahuan perindividu:

jumla h benar
Tingkat Pengeta h uan Perindividu= x 100
jumla h soal

Menurut Riwidikdo (2008) untuk menganalisa tingkat

pengetahuan dapat digunakan lima kategori yaitu sangat baik, baik,

14
cukup, kurang dan sangat kurang. Ketentuan tersebut

menggunakan aturan normative yang menggunakan rata-rata

(mean) dan simpangan baku (standar deviasi).

Ketentuan parameter yang digunakan yaitu:

(1) Sangat baik, bila x > Mean + 1,5SD

(2) Baik, bila Mean + 0,5SD < X < Mean + 1,5SD

(3) Cukup, bila Mean – 0,5SD < X < Mean + 0,5SD

(4) Kurang, bila Mean – 1,5SD < X< Mean -0,5SD

(5) Kurang sekali, bila X < Mean -1,5SD

Dalam penelitian ini pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dalam

pikiran ibu hamil atau diketahui melalui panca indranya mengenai kehamilan

resiko tinggi yaitu definisi dari kehamilan beresiko, jenis kehamilan beresiko,

dampak dari kehamilan beresiko, serta pencegahan dan penanganan kehamilan

beresiko.

15
2.1.2 Kehamilan beresiko tinggi

2.1.2.1. Kehamilan

1). Pengertian

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis.

Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami

menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang

organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinan akan mengalami

kehamilan. Apabila kehamilan ini direncanakan, akan memberi rasa

kebahagiaan dan penuh harapan. (Mandriwati, 2008).

Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan

mengandung kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat

dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat

menjadi berisiko tinggi (Bobak, 2002).

2). Kehamilan berdasarkan umur kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama

hamil normal adalah 120 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari

hari pertama haid terakhir (HPHT). Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan

yaitu (Sulistyawati, 2009) :

1. Triwulan I : mulai dari konsepsi sampai 3 bulan

2. Triwulan II : bulan ke-4 sampai 6 bulan

3. Triwulan III : bulan ke-7 sampai 9 bulan.

16
2.1.2.2. Kehamilan beresiko

1). Pengertian

Resiko adalah suatu ukuran statistik epidpemiologi dari

kemungkinan terjadinya suatu keadaan gawat-darurat-obstetri yang tidak

diinginkan pada masa mendatang yaitu prakiraan/prediksi akan terjadinya

komplikasi dalam persalinan dengan dampak kematian/kesakitan pada

ibu atau bayi (Sarwono, 2008).

Kehamilan resiko tinggi adalah salah satu kehamilan yang

didalamnya kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat

gangguan kehamilan yang kebetulan atau unik. (Bobak, 2002).

Kehamilan risiko tinggi adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi

optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba,

2010).

Beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang ibu

selama kehamilan, persalinan, dan nifas akan memberikan ancaman pada

kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya. Keadaan dan

kondisi tersebut bisa digolongkan sebagai faktor medis dan non-medis.

1) Faktor non-medis antara lain adalah : kemiskinan, ketidaktahuan,

adat, tradisi, dan kepercayaan. Status gizi buruk, sosio ekonomi

yang rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk

memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan sarana

kesehatan yang serba kekurangan.

17
2) Faktor medis antara lain adalah : penyakit-penyakit ibu dan janin,

kelainan obstetrik, gangguan plasenta, gangguan tali pusat,

komplikasi persalinan, penyakit neonatus, dan kelainan genetik.

2) Tujuan pendekatan resiko pada ibu hamil :

(1).Meningkatkan mutu pelayanan dimulai pengenalan dini faktor

resiko pada semua ibu hamil

(2).Memberikan perhatian lebih khusus dan lebih intensif kepada ibu

resiko tinggi yang mempunyai kemungkinan lebih besar terjadi

komplikasi persalinan dengan resiko lebih besar pula untuk terjadi

kematian, kesakitan, kecacatan, ketidakpuasan, ketidaknyamanan

(5K) pada ibu atau bayi baru lahir.

(3).Mengembangkan perilaku pencegahan proaktif antisipatif dengan

dasar Paradigma sehat melalui:

Kesiapan persalinan aman – ‘Safe Birth Preparedness’

Kesiagaan Komplikasi Persalinan-‘Complication Readiness’

Pemberdayaan ibu hamil, suami dan keluarga agar ada kesiapan

mental, biaya dan transportasi.

(4).Melakukan peningkatan rujukan terencana melalui upaya

pengendalian/ pencegahan proaktif terhadap terjadinya rujukan

estafet dan rujukan terlambat.

2.1.2.3 Penggolongan Kehamilan Resiko Tinggi

18
Menurut Poedji Rochyati, dibawah ini penentuan skor dari jenis resiko

untuk bisa menentukan ibu hamil termasuk kelompok resiko rendah, tinggi

ataupun resiko sangat tinggi yaitu:

1) Primi muda = 4

2) Primi Tua = 4

3) Primi Tua Sekunder = 4

4) Anak Kecil < 2 tahun = 4

5) Grande Multi = 4

6) Umur Ibu > 35 tahun = 4

7) Tinggi Badan < 145cm = 4

8) Pernah gagal kehamilan = 4

9) Persalinan yang dilakukan dengan tindakan = 4

10) Bekas seksio sesaria = 8

11) Penyakit ibu = 4

12) Pre eklamsi ringan = 4

13) Gemeli = 4

14) Hidramnion = 4

15) IUFD = 4

16) Hamil Serotinus = 4

17) Letak sungsang = 8

18) Letak Lintang = 8

19) Perdarahan ante partum = 8

20) Preeklamsi berat/ eklamsi = 8

19
2.1.2.4 Kelompok Resiko Kehamilan

Faktor resiko kehamilan dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan

jumlah skor menurut Puji Rochyati (2003) yaitu

1) Kelompok beresiko rendah

Dikatakan resiko rendah jika ibu hamil tidak memiliki penyakit

penyerta yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Jumlah

skor untuk ibu hamil resiko rendah yaitu 2

2) Kelompok resiko tinggi

Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu

maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik

bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak

darurat. Menurut puji rochyati dikatakan kelompok resiko tinggi jika

ibu hamil memiliki skor 6-10.

3) Kelompok Resiko sangat tinggi

Kehamilan dengan faktor risiko:

(1) Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan

darurat bagi jiwa ibu dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk

tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam

upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.

(2) Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko

kegawatannya meningkat, yang membutuhkan pertolongan

persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati,

2003).

20
Menurut puji rochyati dikatakan kelompok resiko tinggi jika ibu

hamil memiliki skor lebih atau sama dengan 12

2.1.2.5 Faktor resiko pada kehamilan

Pada kehamilan resti kemungkinan bisa terjadi kegawat daruratan. Adapun

faktor resiko yang dikelompokkan berdasarkan kegawat daruratan obstetri

dibawah ini adalah :

1) Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO)

Ada potensi gawat obstetri artinya bahwa kehamilan perlu

diwaspadai

(1).Primi Muda

Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun, rahim dan panggul

belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan

keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental

ibu belum cukup dewasa. Bahaya yang mungkin muncul antara lain

yaitu bayi lahir belum cukup umur, perdarahan bisa terjadi sebelum

bayi lahirdan juga perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji

Rochjati, 2003).

Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan yaitu mungkin bisa

melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang gizi.

Resiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya belum siap

secara psikis maupun. Secara psikis, umumnya remaja belum siap

menjadi ibu. Bisa saja kehamilan terjadi karena "kecelakaan".

Akibatnya selain tidak ada persiapan kehamilannya pun tidak dipelihara

21
dengan baik, kondisi psikis yang tidak sehat ini dapat membuat

kontraksi psikis yang tidak sehat ini dapat membuat kontraksi selama

proses persalinan tidak berjalan dengan lancar sehingga kemungkinan

operasi sesar jadi lebih besar. Risiko fisiknya pun tak kalah besar

karena beberapa organ reproduksi remaja putri seperti rahim belum

cukup matang untuk menanggung beban kehamilan. Bagian panggul

juga belum cukup berkembang sehingga bisa mengakibatkan

kelainan letak janin. Kurangnya persiapan untuk hamil juga dikaitkan

dengan defisiensi asam folat d a l a m t u b u h . Akibat Kurangnya asam

folat janin dapat menderita spina bifida (kelainan tulang belakang) atau

janin tidak memiliki batok kepala (Anencephali).

(2) Primi Tua

Resiko kehamilan yang akan dihadapi pada pmirimigravida tua

hampir mirip dengan prmigravida muda, hanya saja karena faktor

kematangan fisik yang dimiliki maka ada beberapa resiko yang akan

berkurang pada primigravida tua. Misalnya menurunnya resiko cacat

janin yang disebabkan kekurangan asam folat, resiko kelainan letak

janin juga berkurang karena rahim ibu diusia ini sudah matang, panggul

juga sudah berkembang baik. Bahaya yang mengancam primigravida

justru berkaitan dengan fungsi organ reproduksi diatas 35 tahun yang

sudah menurun sehingga bisa mengakibatkan perdarahan pada proses

persalinan dan preeklamsi. Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih,

22
lebih rentan terhadap tekanan darahtinggi, diabetes atau obesitas dan

terhadap keadaan medis lainnya (Linda, 2008).

(3) Anak terkecil < 2 tahun

Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari

2 tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat.

Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak masih butuh

asuhan dan perhatian orang tuanya. Adapun bahaya yang dapat terjadi

yaitu perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah,bayi

prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu bayi dengan

berat badan rendah / BBLR < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).

(4) Grande multi

Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu

sering melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan

kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi, kekendoran pada dinding

perut, tampak ibu dengan perut menggantung, kekendoran dinding

rahim. Dan bahaya yang dapat terjadi yaitu kelainan letak, persalinan

letak lintang,robekan rahim pada kelainan letak lintang, persalinan lama

dan perdarahan pasca persalinan (Poedji Rochjati, 2003).

Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau

lebih hidup atau mati. (Rustam M., 2003)

Pada grandemultipara bisa menyebabkan Solusio plasentadan plasenta

previa. (F. Garry C, add all, 2001)

(5) Tinggi badan 145 cm atau kurang

23
Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini. Ibu hamil

pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan

besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua

kemungkinan yang terjadi:

a Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala

tidak besar.

b Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar

c Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi

mati dalam waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang.

d Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup

bulan, dan berat badan lahir rendah < 2500 gram.

Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan tidak lancar, bayi sukar

lahir, dalam bahaya. Kebutuhan pertolongan medik : persalinan operasi

sesar. (Poedji Rochjati, 2003).

(6) Riwayat obstetric jelek (ROJ)

Ibu hamil dikatakan memiliki riwayat bstetri jelek bila pada

kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami keguguran,

lahir belum cukup bulan, lahir mati atau lahir hidup lalu mati umur ≤ 7

hari, pada kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah

mengalami keguguran ≥ 2 kali dan pada kehamilan kedua atau lebih,

kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan. Bahaya yang dapat terjadi

pada ibu hamil yang memiliki riwayat obstetri jelek yaitu Kegagalan

24
kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran

buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang.

Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya:

Diabetes mellitus, radang saluran kencing, dll. (Poedji Rochjati, 2003).

(7) Persalinan yang lalu dengan tindakan

Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau

per-vaginam. Bahaya yang dapat terjadi jika persalinan dengan tindakan

cunam yaitu radang, bila tangan penolong tidak steril, perforasi, bila jari si

penolong menembus rahim dan perdarahan (Poedji Rochjati, 2003).

(8) Bekas operasi sesar

Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh

karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya

pada robekan rahim : kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan

infeksi. (Poedji Rochjati, 2003).

2.1.6.2 Ada Gawat Obstetri / AGO

Tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas

1) Penyakit pada ibu hamil

(1) Anemia (kurang darah)

Keluhan yang biasa dirasakn oleh ibu hamil dengan anemia adalah:

lemah badan, lesu, lekas lelah, mata berkunang-kunang dan Jantung

berdebar. Dari inspeksi didapatkan keadaan ibu hamil dengan pucat pada

muka, pucat pada kelopak mata, lidah dan telapak tangan. Dari hasil

Laboratorium Kadar Hb < 11 gr%

25
Adapun pengaruh anemia pada kehamilan yaitu menurunkan daya tahan

ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit, menghambat pertumbuhan janin,

sehingga janin lahir dengan berat badan lahir rendah dan persalinan

premature dan Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb <

6 gr%) kematian janin mati, persalinan prematur, pada kehamilan < 37

minggu, persalinan lama dan perdarahan pasca persalinan. (Poedji

Rochjati, 2003).

(2). Malaria

Keluhan yang dirasakan ibu hamil adalah panas tinggi, menggigil,

keluar keringat, sakit kepala dan muntah-muntah. Bila penyakit malaria ini

disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan mengganggu ibu

hamil dan kehamilannya. Bahaya yang dapat terjadi adalah abortus, IUFD

dan persalinan premature. (Poedji Rochjati, 2003).

(3). Tuberculosa paru

Keluhan yang dirasakan adalah batuk lama tak sembuh-sembuh,

tidak suka makan, badan lemah dan semakin kurus dan batuk darah.

Penyakit ini tidak secara langsung berpengaruh pada janin. Janin baru

tertular setelah dilahirkan. Jika TBC berat dapat menurunkan fisik ibu,

tenaga, dan ASI ikut berkurang. Adapun bahayan yang dapat terjadi yaitu

keguguran, bayi lahir belum cukup umur dan janin mati dalam kandungan.

(Poedji Rochjati, 2003).

(4). Payah jantung

26
Keluhan yang dirasakan adalah sesak napas, jantung berdebar, dada

terasa berat, kadang-kadang nyeri, nadi cepat dan kaki bengkak. Adapun

bahaya yang dapat terjadi yaitu payah jantung bertambah berat dan kelahiran

prematur sedangkan dalam persalinan bahaya yang dapat terjadi BBLR dan

bayi dapat lahir mati. (Poedji Rochjati, 2003).

Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin

dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil

konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus.

(Sarwono, 2008)

(5)  Diabetes mellitus

Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila ibu pernah

mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar, pernah mengalami

kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu terakhir,

ditemukan glukosa dalam air seni (Glikosuria) Bahaya yang dapat terjadi

yaitu persalinan prematur, hydramnion, kelainan bawaan, makrosomia,

kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36, kematian

bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). (Poedji Rochjati,

2003).

Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan dan

persalinan yaitu pre-eklamsia, kelainan letak janin, insufisiensi plasenta,

inersia uteri dan atonia uteri, distosia bahu karena anak besar, lebih sering

pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio sesarea, lebih mudah

terjadi infeksi

27
Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan

menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka

episiotomi.  (Hanifa Wiknjosastro, 2008)

(6) HIV / AIDS

Adapun bahaya yang dapat terjadi jika ibu hamil terdiagnosa mengidap

HIV yaitu terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah

terkena infeksi, kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada

kehamilan adalah pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat lahir rendah,

serta peningkatan risiko prematur dan bayi dapat tertular dalam kandungan atau

tertular melalui ASI. (Poedji Rochjati, 2003).

(7)  Toksoplasmosis

Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau kurang

masak, yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi. Bahaya yang dapat

terjadi yaitu infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus, infeksi pada

kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital, hidrosefalus. (Poedji

Rochjati, 2003).

2).   Pre-Eklamsia ringan

Tanda-tanda dari preekalmsi ringan yaitu edema pada tungkai, muka,

karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh ,tekanan darah tinggi

dan dalam urin terdapat Proteinuria. Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau

kaki pada kehamilan 6 bulan ke atas mungkin masih normal karena tungkai

banyak di gantung atau kekurangan Vitamin B1. tetapi bengkak pada muka,

28
tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada Pre-

Eklamsia ringan.

Bahaya bagi janin dan ibu yaitu menyebabkan gangguan pertumbuhan

janin dan janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

3). Hamil kembar

Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau lebih

dalam rahim. Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan

menyebabkan keluhan-keluhan yaitu sesak napas, edema kedua bibir

kemaluan dan tungkai, varises, hemorrhoid. Bahaya yang dapat terjadi yaitu

keracunan kehamilan, hidramnion, anemia, persalinan prematur, kelainan

letak, persalinan sukar, dan perdarahan saat persalinan. (Poedji Rochjati,

2003).

Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan

dan persalinan membawa risiko bagi janin dan ibu. Pengaruh terhadap ibu:

(1) Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia

dan defisiensi zat-zat lainnya.

(2) Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar

(3) Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering

(4) Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta

terdapat edema dan varises pada tungkai dan vulva

(5) Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta

sesudah anak pertama lahir.

29
Pengaruh terhadap Janin:

(1) Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada

kehamilan kembar : 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75% pada

quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi

kemungkinan terjadinya bayi prematur akan tinggi.

(2) Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka

kematian bayi kedua tinggi.

(3) Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka

kematian janin. (Hanifa Wiknjosastro, 2008)

4).  Hidramnion / Hamil kembar air

Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan

biasanya nampak pada trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat

cepat.

Keluhan-keluhan yang dirasakan yaitu sesak napas, perut membesar,

nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2 liter, edema labia mayor,

dan tungkai Bahaya yang dapat terjadi: keracunan kehamilan, cacat bawaan

pada bayi, kelainan letak, persalinan prematur, perdarahan pasca persalinan.

(Poedji Rochjati, 2003).

Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh

lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter. Walau etiologi

belum jelas, namun ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hidramnion,

antara lain penyakit jantung, nefritis, edema umum (anasarka), anomaly

30
congenital (pada anak), seperti enensepali, spina bifida, atresia atau striktur

esophagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus. (Rustam M., 2002)

5).  Janin mati dalam rahim

Keluhan-keluhan yang dirasakan yaitu tidak terasa gerakan janin,

perut terasa mengecil dan payudara mengecil. Pada kehamilan normal

gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan. Bila gerakan

janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam,

kehidupan janin mungkin terancam.

Dari keluhan ibu dapat dilakukan pemeriksaan DJJ tidak terdengar

dan hasil tes kehamilan negative. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan

janin mati dalam rahim, yaitu gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan

dari jaringan-jaringan mati yang masuk ke dalam darah ibu. (Poedji Rochjati,

2003).

6).  Hamil serotinus / Hamil lebih bulan

Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi

dari jaringan uri dan pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin

yaitu janin mengecil, kulit janin mengkerut, lahir dengan berat badan rendah

dan janin dalam rahim dapat mati mendadak. (Poedji Rochjati, 2003).

7).  Letak sungsang

Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin

dalam rahim dengan kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah. Bahaya

yang dapat terjadi yaitu bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat

dan bayi dapat mati. (Poedji Rochjati, 2003).

31
8). Letak lintang

Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua

(hamil 8-9 bulan): kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu.

Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu

tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu.

Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat

dilahirkan dengan alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil

dan sudah beberapa waktu mati masih ada kemungkinan dapat lahir secara

biasa.

Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan

yang tidak di tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan

akibatnya: Bahaya bagi ibu yaitu perdarahan yang mengakibatkan anemia

berat, infeksi dan ibu syok dan dapat mati. Bahaya bagi janin yaitu janin mati.

(Poedji Rochjati, 2003).

2.1.6.3 Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO

Ada ancaman nyawa ibu dan bayi:

1).  Perdarahan antepartum

Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum

kelahiran bayi. Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu

hamil setelah 28 minggu, disebut perdarahan antepartum.

Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena

merupakan tanda bahaya yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau

janinnya, perdarahan dapat keluar sedikit-sedikit tapi terus-menerus,

32
lama-lama ibu menderita anemia bera,t sekaligus banyak yang

menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah menurun.

Bahaya yang dapat terjadi yaitu bayi terpaksa dilahirkan sebelum

cukup bulan, kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok, ibu

dapat meninggal dan janinnya yaitu mati dalam kandungan.(Poedji

Rochjati, 2003).

2).  Pre-Eklamsia berat / Eklamsia

Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan

tidak dirawat, ditangani dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak

ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang, menjadi eklamsia.

Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut ibu

diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit.

Bahaya yang dapat terjadi yaitu bahaya bagi ibu, dapat tidak

sadar (koma) sampai meninggal (Poedji Rochjati, 2003).

2.1.3 Langkah – langkah pencegahan dan penanganan faktor resiko


kehamilan
Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan

oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua

ibu hamil perlu melakukan skrining antenatal melalui pemeriksaan

antenatal yang rutin ( Alamander, 2009).

2.1.3.1 Pengertian antenatal care

Pelayanan antenatal adalah pelayanan tehadap individu yang

bersifat preventif untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang

baik bagi ibu maupun janin agar dapat melalui persalinan dengan

33
sehat dan aman (Purwaningsih, 2010). Diperlukan kesiapan fisik dan

mental ibu sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang

optimal, karena dengan keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat

berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandung.

Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan

mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan

kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut

pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang di berikan oleh

tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum,

bidan, pembantu bidan dan perawat bidan. Untuk itu selama masa

kehamilannya ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan

atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk

mendapatkan pelayanan asuhan antenatal. Bidan melakukan

pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi

KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan

keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya.

Asuhan Antenatal merupakan dasar pengkajian dan tinjauan

bagi asuhan dan penatalaksanaan ibu dan janin di masa yang akan

datang berdasarkan kebutuhan individual mereke (Debbie Holmes,

2008).

Salah satu bentuk pelayanan kesehatan untuk ibu hamil

dalam pengertian keseluruhan adalah apa yang disebut dengan K4.

Kunjungan antenatal empat kali (K4) adalah kontak ibu hamil

34
dengan tenaga profesional (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan

antenatal sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat minimal satu

kali kontak pada trimester pertama (K1), minimal satu kali kontak

pada trimester kedua (K2), minimal dua kali kontak pada trimester

ketiga (K3 dan K4).

Pemeriksaan kehamilan dapat dilaksanakan dengan

kunjungan ibu hamil. Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu

hamil dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan

antenatal sesuai dengan standar. Istilah kunjungan, tidak

mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang dikunjungi petugas

kesehatan dirumahnya atau posyandu (PWS-KIA).

2.1.3.2 Tujuan antenatal care

Tujuannya adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan

mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas,

sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.

Tujuan Pelayanan Antenatal (Manuaba, 2010) adalah sebagai

berikut:

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang janin.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial ibu.

35
3) Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit/

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat

penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang

aman dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan

mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran janin agar dapat tumbuh kembang secara normal.

7) Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati dan kematian

neonatal.

Dengan pemeriksaan kehamilan dapat mengenali dan

menangani faktor resiko yang mungkin dijumpai dalam kehamilan,

persalinan dan nifas, mengobati penyakit-penyakit yang mungkin

diderita sedini mungkin, menurunkan angka morbiditas dan

mortalitas anak, memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup

sehari-hari, keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan

laktasi, dan juga mengembalikan kesehatan ibu saat akhir kala nifas.

2.1.3.3 Manfaat antenatal care

1) Dapat mengikuti dan mengetahui keadaan kesehatan ibu dan

janin sehingga jika ada kelainan bisa segera di perbaiki.

2) Mendapat tablet penambah darah dan zat besi, suntikan TT

atau obat-obataan ibu hamil yang diperlukan.

36
3) Agar bisa memperoleh nasehat-nasehat tentang kesehatan

dan keluarga berencana meliputi:

- perawatan diri selama hamil.

- kebutuhan makan

- penjelasan tentang kehamilan

- persiapan persalinan

- tandabahaya pada kehamilan dan persalinan

- penyuluhan KB

2.1.3.4 Jadwal pemeriksaan antenatal

Menurut Abdul Bari Saifudin, kunjungan ulang antenatal

yaitu setiap kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan

pertama (K1). Kunjungan ulang antenatal berguna untuk pemantauan

dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak, pendeteksian

komplikasi ibu dan janin serta mempersiapkan kelahiran dan

kegawatan.

WHO menganjurkan agar setiap ibu hamil mendapat paling

sedikit empat kali kunjungan selama periode antenatal (Kunjungan

minnimal) yaitu:

1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum usia

kehamilan 14 minggu) dilakukan untuk penapisan dan

pengobatan anemia dan pengenalan komplikasi akibat kehamilan

dan pengobatannya

37
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (usia kehamilan

antara 14 minggu sampai 28 minggu) dilakukan untuk

pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan penanganan,

penapisan preeklamsi, gemelli, infeksi alat reproduksi dan

saluran kemih

3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (usia kehamilan

antara 28 minggu sampai 36 minggu dan sesudah kehamilan 36

minggu) dilakukan untuk mengenali adanya kelainan letak dan

presentasi serta memantapkan rencana persalinan yaitu terhadap

pasien dengan gangguan imbang fetopelvik, riwayat seksio sesar

klasik perlu direncanakan tindakan seksio sesar secara elektif

pada kehamilan sekitar 39 minggu dan pada grande multipara

dengan kelainan letak memiliki resiko tinggi terjadinya ruptura

uteri (Sarwono, 2006).

Menurut Sarwono (2008), jadwal pemeriksaan antenatal yang ideal

dapat dibagi menurut umur kehamilan

1) Periksa ulang setiap satu kali sebulan dari umur kehamilan 0-28

minggu.

2) Periksa ulang setiap dua kali sebulan dari umur kehamilan 29-36

minggu.

3) Periksa ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan 36

minggu.

38
Untuk jadwal pemeriksaan kunjungan untuk ibu hamil resiko tinggi

dilakukan lebih rutin dan teratur sesuai dengan sifat faktor resiko yang ada pada

ibu hamil serta pemeriksaan – pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan.

Yaitu jika ibu hamil sudah terdiagnosa termasuk dalam kelompok resiko tinggi

yang harus segera ditangani maka kunjungan antenatal dilakukan lebih rutin yaitu

setiap 1 minggu dimana dalam setiap kunjungan ini berfungsi untuk mengontrol

dan memberikan pengobatan yang berkelanjutan sesuai faktor resiko ibu sampai

kehamilannya dikatakan aman baru kunjungan bisa dilakukan sesuai dengan umur

kehamilan dengan kunjungan ideal.(DepKes RI, 2008). Walaupun demikian,

disarankan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sesuai jadwal

yang disarankan oleh petugas kesehatan.

Panduan National Institute for clinical Excelence (NICE 2003)

merekomendasikan agar kunjungan pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan

sebelum usia 12 minggu. Pengkajian riwayat medis dan obstetri yang

komprehensif serta sejumlah informasi sangat penting dalam membantu mengkaji

dan menetapkan faktor resiko bagi wanita, demikian pula dengan pemeriksaan

fisik menyeluruh dan pengkajian rutin. Pemeriksaan pertama ini akan menentukan

model asuhan yang akan diberikan kepada ibu.

Pada tahap ini, ibu juga perlu memberikan informasi yang relevan dan

sesuai untuk membantunya memodifikasi gaya hidup serta mempertimbangkan

metode skrining antenatal yang akan ia pilih. Selain itu, bidan juga perlu

memastikan apakah janin dapat tumbuh (viable) dan menetapkan perkiraan

tanggal persalinan (Debbie Holmes, 2008).

39
2.1.8 Keteraturan
2.1.8.1 Pengertian

Keteraturan adalah suatu perilaku manusia yang patuh terhadap


aturan, perintah, prosedur dan disiplin atau kesediaan individu untuk
mematuhi peraturan dan norma-norma yang berlaku seperti yang telah di
anjurkan oleh pemimpin masyarakat di tempat individu berada (Sarwono,
2008).
Keteraturan berasal dari kata teratur yang berarti patuh, suka
menurut perintah. Keteraturan adalah keteraturan pasien melaksanakan
cara pengobatan dan perilaku yang disarankan dokter atau oleh orang lain
(Santoso, 2005)
Pengertian keteraturan menurut Sacket adalah tingkat perilaku
penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan,  misalnya
dalam bidang pengobatan, seseorang dikatakan tidak patuh apabila orang
tersebut melalaikan kewajibannya untuk berobat sedemikian rupa sehingga
dapat mengakibatkan terhalangnya kesembuhan yang dapat menyebabkan
kegawatdaruratan.
Yang dimaksud keteraturan dalam penelitian ini adalah keteraturan
ibu hamil resiko tinggi dalam melakukan kunjungan ulang antental.
Menurut krech (1992), keteraturan jika dilihat dari segi intensitasnya dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Compliance (Keteraturan sementara) yaitu keteraturan yang terjadi

karena adanya keterpaksaan, dimana orang mengatakan setuju namun

dalam hatinya tetap menolak.

2) Confomity yaitu keteraturan yang terjadi karena individu benar-benar

setuju dengan pendapat dan anjuran seseorang sedangkan menurut

kelman (1995) compliance terjadi karena seseorang ingin menghindari

hukuman atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika ia

mematuhi peraturan yang telah ditetapkan.

40
2.1.8.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi keteraturan

Husna (2000) berpendapat bahwa ketidak patuhan dapat

disebabkan oleh faktor pengetahuan dan dukungan keluarga.

Keteraturan ibu hamil dalam melakukan kunjungan antenatal care

dapat diterangkan dengan menggunakan model perubahan perubahan

perilaku yang diperkenalkan oleh lawrence green dalam notoatmodjo

(2007), teori ini membahas kesehatan faktor – faktor yang mempengaruhi

keteraturan yaitu :

1). Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan keteraturan, sepanjang

bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.

2). Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien

yang dapat mempengaruhi keteraturan antenatal care adalah jarak dan

waktu, biasanya ibu cenderung malas melakukan antenatal care pada

tempat yang jauh.

3). Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

41
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-

teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk

membantu keteraturan terhadap program pengobatan seperti

pengurangan berat badan, berhenti merokok dan menurunkan konsumsi

alkohol. Lingkungan berpengaruh besar pada antenatal care, lingkungan

yang harmonis dan positif akan membawa dampak yang positif pula

pada ibu dan bayinya, kebalikannya lingkungan negatif akan membawa

dampak buruk pada proses antenatal care.

4). Perubahan model terapi

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan klien

terlihat aktif dalam pembuatan program pengobatan (terapi).

Keteraturan ibu hamil melakukan antenatal care dipengaruhi oleh

kesehatan saat hamil. Keluhan yang diderita ibu akan membuat ibu

semakin aktif dalam kunjungan antenatal care.

5). Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien

Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien adalah

suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah

memperoleh infomasi tentang diagnosis. Suatu penjelasan penyebab

penyakit dan bagaimana pengobatan dapat meningkatkan keteraturan,

semakin baik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, semakin

teratur pula ibu melakukan kunjungan antenatal care .

6). Usia

42
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya

daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal

ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin

dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan teratur

melakukan antenatal care (Notoatmodjo, 2007).

7). Dukungan Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau

lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah, hidup dalam

satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, mempertahankan satu

kebudayaan (Effendy, 2006). Ibu yang sedang hamil sangat

membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya, yaitu keluarga,

dukungan dapat ditujukan melalui sikap yaitu dengan:

(1) Memberikan perhatian, misalnya mempertahankan makanan

meliputi porsi, jenis, frekuensi dalam sehari-hari serta kecukupan

gizi.

(2) Mengingatkan, misalnya kapan penderita harus minum obat, kapan

istirahat serta kapan saatnya kontrol.

(3) Menyiapkan obat yang harus diminum oleh pasien.

(4) Memberikan motivasi pada ibu hamil untuk datang melakukan

antenatal care. Motivasi ibu dalam pelaksanaan antenatal care akan

43
semakin teratur jika mendapat dukungan besar dari keluarga. karena

keluarga merupakan orang yang terdekat yang dapat memberikan

motivasi pada proses antenatal care.

8). Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman

dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Menurut fungsinya pengetahuan

merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran,

dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur

pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui

oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa,

sehingga tercapai suatu konsistensi. Semakin tinggi tingkat

pengetahuan, semakin baik pula ibu melaksanakan antenatal care

(Azwar, 2007).

Menurut Setiawan (2010) untuk menganalisa keteraturan dapat

digunakan lima kategori yaitu sangat baik, baik, kurang, tidak dan sangat

tidak. Ketentuan tersebut menggunakan aturan normative yang menggunakan

rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi).

Untuk mengetahui skor keteraturan digunakan rumus :

Jumlah skor responden


×100
Jumlah skor ideal

44
Ketentuan parameter yang digunakan yaitu:

1) Sangat patuh , bila x > Mean + 1,5SD

2) Patuh, Mean + 0,5SD < X < Mean + 1,5SD

3) Kurang patuh, bila Mean – 0,5SD < X < Mean + 0,5SD

4) Tidak patuh , bila Mean – 1,5SD < X< Mean -0,5SD

5) Sangat tidak patuh, bila X < Mean -1,5SD

Dalam penelitian ini keteraturan yang dimaksud oleh peneliti adalah

ketaatan atau ketepatan sikap ibu dalam melakukan kunjungan ulang antenatal

sesuai anjuran dari petugas kesehatan yang dilihat dari jadwal kunjungan

antenatal ibu dengan jadwal yang dianjurkan oleh petugas kesehatan dalam

buku KIA.

2.2 Landasan Teori

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis.

Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah

mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang

pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinan akan

mengalami kehamilan. Apabila kehamilan ini direncanakan, akan memberi

rasa kebahagiaan dan penuh harapan. (Mandriwati, 2008). Kehamilan

merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar

dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu

maupun janin. Kehamilan dibedakan menjadi 3 berdasarkan Resiko

kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya

normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Baik kehamilan

45
beresiko rendah atau ibu hamil normal bahkan ibu hamil beresiko tinggi

harus melakukan kunjungan antenatal secara rutin dan teratur yang

berguna untuk mendeteksi gejala ataupun resiko yang mungkin terjadi

sehingga petugas bisa mendeteksi ataupun merencanakan penanganan

sesuai resiko yang dialami oleh ibu hamil.

Jika ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang resiko

tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk

menentukan sikap, berperilaku untuk mencegah, menghindari atau

mengatasi masalah resiko kehamilan tersebut. Dan ibu memiliki kesadaran

untuk melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya,

yang bertujuan jika terjadi resiko pada masa kehamilan tersebut dapat

ditangani secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga

dimaksudkan untuk dapat membantu menurunkan angka kematian ibu

yang cukup tinggi di Indonesia.

46
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


3.1.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuantitatif menggunakan metode
deskriptif Penelitian deskriftif ini digunakan untuk mengkaji keteraturan Ibu
hamil dalam melaksanakan pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Cara
3.1.2. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian dilakukan Puskesmas Banjar 1 yang memiliki cakupan 11 desa,
karena keterbatasan peneliti dan waktu serta berdasarkan hasil studi pendahuluan
dan pengalaman peneliti wilayah kerja ini dimana masih banya ibu hamil yang
tidak teratur melaksanakan antenatal care
3.1.3. Kerangka Konsep.

KEHAMILAN

TW I TW II TW III

Pengetahuan ibu
hamil resti tentang:
Definisi kehamilan
beresiko
Jenis kehamilan
Ibu Hamil Resiko rendah Ibu Hamil Resti beresiko
Skor puji rochyati : 2 Kategori Akibat kehamilan
Skor puji rochyati : 6-10 beresiko
Penangan dan
pencegahan resiko
kehamilan
Antenatal care
Skor Pengetahuan :
Sangat baik
Keteraturan : Ketaatan Baik
SKOR KETERATURAN : melakukan
1. kunjungan ulang sesuai anjuran
Sangat patuh Cukup baik
tenaga kesehatan 47
2. Patuh Kurang baik
3. Kurang patuh
4. Tidak patuh Kurang sekali
5. Sangat tidak patuh
Keterangan:
= diteliti
= tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu


Hamil tentang kehamilan resiko tinggi dengan Keteraturan dalam
melakukan kunjungan antenatal.

Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian ini adalah:
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil resiko tinggi
tentang kehamilan resiko tinggi dengan keteraturan dalam melakukan
kunjungan antenatal.

3.2. Subyek Penelitian


3.2.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah Kerja
Puskesmas Banjar I. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
tercatat pada register kohort ibu tahun 2021 di Puskesmas Banjar I.
3.2.2. Teknik Sampling
Penelitian ini memanfaatkan data sekunder yang tercatat pada register
kohort ibu. Kelemahan dari data sekunder adalah adanya kemungkinan
ketidaklengkapan data yang tercatat sehingga diantisipasi dengan menggunakan
total sampling.
3.3 Teknik pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data akan diuraikan mengenai variabel
penelitian, definisi operasional, jenis data yang dikumpulkan dan alat
pengumpulan data.

48
3.3.3. Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunderr dimana data tersebut
merupakan data yang langsung didapat dari register kohort Ibu di Puskesmas
Banjar I Tahun 2020.
3.3.4. Cara Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan menggunakan lembar observasi
dengan memanfaatkan platform google yaitu google Form.
3.3.5. Alat Pengumpulan Data
Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data register ibu hamil yang melakukan kunjungan Antenatal.
3.4. Cara Pengolahan Data
3.4.1. Teknik Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat
untuk memperoleh data yang bersifat deskriptif.
3.5. Etika Penelitian
Masalah etik yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah:
3.5.1. Lembar Persetujuan (Informed consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada pemegang program KIA, peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan termasuk
dampak yang mungkin akan terjadi.
3.5.2. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti karena hanya
kelompok data tertentu saja yang disajikan sebagai hasil riset.
3.5.3. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data tetapi cukup
dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut.

49

Anda mungkin juga menyukai