Anda di halaman 1dari 14

Nama : Yohanes Fredy Kartiko

Npm : G1C020008

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG


DISEMPURNAKAN

A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam bahasa indonesia terdiri atas yang berikut. Nama masing-
masing disertakan sebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama


A a a J j je S s es
B b be K k ka T t te
C c ce L l el U u u
D d de M m em V v fe
E e e N n en W w we
F f ef O o o X x eks
G g ge P p pe Y y ye
H h h Q q ki Z z zet
I i i R r er

B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indo- nesia terdiri atas huruf a, e, i, o,
dan u.
Contoh Pemakaian dalam
Huruf Kata
Vokal
Di Di Di
Awal Tengah Akhir
a api pad lus
c enak i a
* ema peta sor
s itu k e
i oleh ken tip
o ulan a e
u g simp murn
an i
kota radio
bu mi ibu

*Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata
menimbulkan keraguan.
A. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa
Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p. q, r, s, t, v, w, x, y, dan
z.

Huruf Contoh Pemakaian dalam


Konsona Kata
n Di Di Di
Awal Tengah Akhir
b baha seb adab
sa ut –
c caka kac aba
pd a d
d ua ad a ma
fakir ka a f
f guna fir bali
g hari tiga g
jalan sah tua
h kami am h
– manj mikr
j
lekas a pa aj
k
m ksa sesa
aka rakyat k
1
n * alas bapa
m
ama ka k*
n pasa m i kesa
p ng an l dia
q* Qura ak m
*r n apa dau
s raih Fur n
t sampai qan siap
v tali ba ra –
w varia asli puta
x* wanit mat r
* a a lema
y xeno lava s
z n haw rapa
yakin a t
zeni – –
payu –
ng –
lazim –
juz

* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.


** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

B. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata
Diftong
Di Awal Di Tengah Di Akhir

ai ai n syai tan pand ai


au aula saudara harim au
oi – boikot amboi

C. Gabungan Huruf Konsonan


Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan
sy.
Gabungan Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf
Konsonan Di Awal Di Tengah Di Akhir

kh kh usus a kh ir tari kh
ng ngilu ba ngun sena ng
ny nyata ha nyut –
sy syarat isyarat ara sy
D. Pemenggalan Kata

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.


a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua
huruf vokal itu.

a. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, ter- masuk gabungan-huruf konsonan, di antara
dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.

b. Jika di tengah kata ada dua huruf kosonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan- huruf konsonan tidak pernah diceraikan.

c. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konso- nan atau lebih, pemenggalan dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, terma- suk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta
partikel yang biasanya ditulis serangkai
dengan kata dasarnya, da pat dipenggal pada per- gantian baris.

Catatan :
a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat- dapatnya tidak dipenggal.
b. Akhiran -i tidak dipenggal. (Lihat juga ke- terangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 1.)
c. Pada kata yang berimb uhan sisipan, pemeng- galan kata dilakukan sebagat berikut.
3. Jika suatu kata terdiri at as lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan
unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur
gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.

Keterangan :
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan kecuali jika ada pertim- bangan khusus.
II PENULISAN HURUF
A. Huruf Besar atau Huruf Kapital
1. Huruf besar atau huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama kata awal
kalimat.
2. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
3. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan
yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan,
termasuk kata gantinya.
4. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormataan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
5. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang.
6. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang.
7. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
dan bahasa.
8. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
9. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam
geografi.
10. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
11. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel,
seperti: di, ke, dari, untuk, dan yang, yang tidak terletak pada posisi awal.
12. Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan.
13. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
B. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk:
1. menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
3. Menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Catatan:
Dalam tulis tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi
satu garis di bawahnya.

III PENULISAN KATA

A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar dirulis satu satuan.
B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran,
maka kata-kata itu ditulis serangkai.
4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai.

Catatan:

(1) Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar,
di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
(2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai kecuali jika diikuti oleh
kata yang bukan kata dasar.
C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-
bagiannya umumnya ditulis terpisah
2. Gabngan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca,
dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang
bersangkutan.
3. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan
nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
G. Kata si dan sang
Kata di dang sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
H. Partikel
1. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar, ditulis serangkai:
adapun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,
meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-
bagian kalimat yang mendampinginya.
I. Angka dan Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi.
2. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b) satuan
waktu, dan (c) nilai uang.
3. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen atau kamar
pada alamat.
4. Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya.
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a. Bilangan utuh
b. Bilangan pecahan
6. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya: Paku Buwono X
7. Penulisan kata bilangan yang mendapatkan akhiran -an mengikuti cara yang
berikut.
Misalnya: tahun 50-an
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis degan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti
dalam pemerincian dan pemaparan.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan, yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
10. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi
atas dua golongan besar:

Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa indonesia,
seperti: team, shuttle, cock, pexploitation de I’homme par I’homme. Unsur-unsur ini
dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara
asing.

Kedua, unsur asing yag pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya
sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan ialah sebagai berikut:

aa (Belanda) menjadi a

ae, jika tidak bervariasi dengan e, tetap ae

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e

ai tetap ai

au tetap au

c, di muka a, u, o, dan konsonan, menjadi k

c, di muka c, i, oe, dan y, menjadi s

cc, di muka o, u, dan ko0nsonan, menjadi k

cc, di muka e dan i, menjadi ks

cch dan ch, di muka a, o, dan konsonan, menjadi k

ch, yang lafalnya s atau sy, menjadi s

V. Pemakaian Tanda Baca

A. Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam
deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
pustaka.
6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukkan jumlah.
6.
7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustra- si, tabel, dan sebagainya.
8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
atau (2) nama dan alamat penerima surat.
C. Tanda koma
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian
atau pembilangan.

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau me-
lainkan .
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat didahului induk kalimatnya.
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan
anak kalimat dari induk kalimat jika anak kali- mat itu mengiringi induk kalimatnya.
3.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ung- kapan penghubung antark
alimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi.

5. Tanda koma dipakai unluk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.

6. Tanda koma dipakai unluk memisahkan petikan langsung dari bagian la in


dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan ala- mat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik


susunannya dalam daftar pus- taka.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.


10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk mem- bedakannya dari singka tan nama diri,
keluarga, atau marga.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau diantara rupiah dan
sen yang dinyata- kan dengan angka.
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pema- kaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)
13. Tanda koma dapat di pakai—untuk menghindari salah baca—di belakang
keterangan yang terda- pat pada awal kalimat.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan pe- tikan langsung dari
bagian lain yang mengiringi- nya dalam kalimat jika petikan langsung itu
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
D. Tanda Titik Koma(;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisah- kan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai penggan- ti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
E. Tanda Titik Dua (:)
1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
diikuti rangkaian atau pemerian.
1b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pe
lengkap yang mengakhi- ri pernyataan.
2 Tanda titik dua dipakai scsudah kata atau ung- kapan yang memerlukan
pemerian.

3. Tanda titik dua dapa t dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau no- mor dan halaman, (ii) di
antara bab dan ayat
dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama
kota dan acuan dalam karangan.
F. Tanda Hubung (-)
1. Tanda Hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan depannya pada pergantian baris.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang die- ja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal.
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian
kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an,
dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama
jabatan rangkap.
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan un- sur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing.
B. Tanda Pisah (—)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kal- imat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan apo- sisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
C. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terpu- tus-putus.

2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Catatan :
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik;
tiga
buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
D.Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung me- nyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat di buktikan kebenarannya.
E. Tanda Seru (!)
1. Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau per- nyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesun gguhan, ketidakper- cayaan, atau
pun rasa emosi yang kuat.
F. Tanda Kurung ((...))
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau pen- jelasan yang bukan ba gian
integral pokok pembicaraan.

3. Tanda kurung mengapit huruf-atau kata yang kehadirannya di dalam t eks dapat
dihilangkan.
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
J. Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesa- lahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
G. Tanda Petik (“...”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang be- rasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan
tertulis lain.
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
3. Tanda petik mengapit is tilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

5. Tanda baca penutup kalim at atau bagian kalimat ditempatkan di.belakang tanda
petik yang meng- apit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada
ujung kalimat atau bagian kalimat.
Catatan :
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup
pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. Tanda baca
ditulis di luar
tanda petik karena yang di dalam petik bukan makna harfiah. Ditulis melekat pada
kata juga boleh.
M. Tanda Petik Tungga1 (‘...’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang ter- susun di dalam petikan lain.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemah- an, atau penjelasan kata
ungkapan asing. (Lihat
pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)
H. Tanda Garis Miring
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun tak- wim.
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap .
I. Tanda Penyingkat atau Apostrof (’)
Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan peng- hilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.

Anda mungkin juga menyukai