TULISAN :
”Kalau ada calon pengantin yang masih di bawah usia, biasa pihak KUA
memberikan pemahan kepada calon pengantin dan orang tua. Menikah karena
sudah hamil lebih dulu juga sebenarnya ada ketentuannya, tapi biasanya
orangtua dari pihak perempuan segera dinikahkan,” terangnya.
Mereka yang menikah di bawah umur beragam. Ada yang baru lulus SMP/MTs
atau pondokan bahkan masih dibangku SMA, dan terpaksa keluar.
Shalehudin berpesan kepada para orang tua agar selalu menjaga anak-anaknya,
khususnya yang menginjak remaja. Harapannya, kasus pernikahan di bawah
umur dapat ditekan.
Berdasarkan data dari Kemenag, bulan Agustus 2019 tercatat terdapat 27 laki-
laki yang menikah di bawah usia 19 tahun. Sedangkan perempuan ada 55 anak
yang menikah di bawah usia 16 tahun.
”Ya lumayan cukup tinggi, padahal syarat harus melampirkan dispensasi dari PA.
Sebelum ke KUA biasanya sudah diarahkan pihak pengadilan. Kalau keluarga
mendesak, ya tetap dilayani,” jelasnya.
Wakil Ketua TP PKK Kudus Mawar Hartopo prihatin dengan banyaknya kasus
pernikahan dini di Kudus. Budaya, masalah ekonomi, dan kurangnya
pengetahuan dianggapnya menjadi pemicu adanya pernikahan dini. ”Semua
harus bersinergi mengantisipasi ini. Baik pemerintah dan orangtua. Harapannya
kasus semacam ini bisa ditekan,” tuturnya.