Anda di halaman 1dari 3

Judul : Kemenag

Temukan 82 Anak Nikah Dini,


Ternyata Ini Penyebabnya
Alamat : https://radarkudus.jawapos.com/read/2019/09/25/157548/kemenag-temukan-82-
anak-nikah-dini-ternyata-ini-penyebabnya

25 SEPTEMBER 2019, 13: 17: 50 WIB | EDITOR : ALI MUSTOFA

TULISAN :

OTA, Radar Kudus – Kasus pernikahan dini masih menjadi polemik di


masyarakat. Satu sisi pemerintah melarang pernikahan dini. Namun di sisi lain
orang tua mendukung dan Pengadilan Agama (PA) masih menerbitkan surat
dispensasi sebagai salah satu syarat terlaksananya pernikahan itu. Di Kudus
sendiri, kasus pernikahan ini masih ditemukan. Pada Agustus lalu, ada 82 anak
melakukan pernikahan. Penyebabnya rata-rata hamil duluan.

Kasi Bimas Islam di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Shalehudin


mengatakan, sudah ada aturan untuk laki-laki minimal usia 19 tahun dan
perempuan minimal 16 tahun.

”Kalau ada calon pengantin yang masih di bawah usia, biasa pihak KUA
memberikan pemahan kepada calon pengantin dan orang tua. Menikah karena
sudah hamil lebih dulu juga sebenarnya ada ketentuannya, tapi biasanya
orangtua dari pihak perempuan segera dinikahkan,” terangnya.

Shalehudin mengungkapkan, mereka yang menikah di bawah umur selain


karena hamil duluan, juga karena para orang tua sudah risih melihat anaknya
semakin intens berhubungan dengan pacarnya. Akhirnya orang tua merestui
mereka untuk segera menikah.

Mereka yang menikah di bawah umur beragam. Ada yang baru lulus SMP/MTs
atau pondokan bahkan masih dibangku SMA, dan terpaksa keluar.

Shalehudin berpesan kepada para orang tua agar selalu menjaga anak-anaknya,
khususnya yang menginjak remaja. Harapannya, kasus pernikahan di bawah
umur dapat ditekan.

Berdasarkan data dari Kemenag, bulan Agustus 2019 tercatat terdapat 27 laki-
laki yang menikah di bawah usia 19 tahun. Sedangkan perempuan ada 55 anak
yang menikah di bawah usia 16 tahun.

Dia mencatat, di Kecamatan Kaliwungu terbanyak dalam menyumbangkan


pernikahan dibawah usia yang ditetapkan. Yakni laki-laki terdapat 11 orang dan
perempuan 25 orang.

”Ya lumayan cukup tinggi, padahal syarat harus melampirkan dispensasi dari PA.
Sebelum ke KUA biasanya sudah diarahkan pihak pengadilan. Kalau keluarga
mendesak, ya tetap dilayani,” jelasnya.

Dampak pernikahan muda beragam. Shalehudin menyebut rentan terjadi


perceraian. Dari segi mental dan psikologis juga belum siap. Hal itu
dikhawatirkan pondasi pernikahan belum kuat.

Ketua Jaringan Perlindungan Perempuan dan Anak Noor Hani’ah mengatakan,


kasus pernikahan di bawah umur memang perlu mendapat perhatian berbagai
pihak. Baik pemerintah hingga orangtua agar betul-betul mengawal kasus ini.
”Sosialisasi dampak dan pengetahuan pranikah memang perlu disampaikan
kepada anak-anak muda dan orangtua sebagai salah satu antisipasi,” katanya.

Wakil Ketua TP PKK Kudus Mawar Hartopo prihatin dengan banyaknya kasus
pernikahan dini di Kudus. Budaya, masalah ekonomi, dan kurangnya
pengetahuan dianggapnya menjadi pemicu adanya pernikahan dini. ”Semua
harus bersinergi mengantisipasi ini. Baik pemerintah dan orangtua. Harapannya
kasus semacam ini bisa ditekan,” tuturnya.

Anda mungkin juga menyukai