Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

UREA DARAH
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia
Dengan dosen pengampu Dr. Judiono, MPS

Disusun Oleh Kelompok 3:

2B-D3 Gizi

Alfira Dita Faradila P17331122003


Dinanty Putri Agustin P17331122017
Putri Syalshabilla Rindu P17331122051
Rizka Triana Febrianti P17331122061
Sella Mutia P17331122065
Sifa Adawiah P17331122066

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN GIZI
TA 2020/2021
UREA DARAH

A. Tanggal Praktikum : 26 Agustus 2021


B. Tujuan :
Penentuan kadar urea darah dengan menggunakan metode interferensi diagnotik
roche

C. Prinsip
Sampel darah mengalir kedalam zona reaksi, setelah pemisahan elektrosit dari
plasma. Urea dalam sample dihidrolisa menjadi ammonium karbonat dan
melepaskan ammonia dalam suasana basa. Kemudian reaksi ini akan mengalami
perubahan warna parsial indicator buffer yang menjadi warna hijau/biru, intensitas
yang sebanding dengan konsentrasi urea sample.

D. Tinjuan Teori
Urea adalah produk hasil metabolisme akhir nitrogen utama dari proses
katabolisme protein dan asam amino, diproduksi oleh hati dan didistribusikan ke
seluruh cairan intraseluler dan ekstraseluler tubuh. Urea clearance adalah indikator
yang tidak sesuai untuk mengevaluasi laju filtrasi glomerulus karena laju produksi
bergantung pada beberapa faktor non ginjal, termasuk diet dan enzim siklus urea.
Peningkatan nitrogen urea darah (BUN) sering dihubungkan dengan gagal ginjal,
penyumbatan kemih oleh batu ginjal, gagal jantung kongestif, dehidrasi, demam,
syok, dan perdarahan saluran pencernaan. Kadar BUN yang tinggi terkadang dapat
terjadi selama kehamilan lanjut atau akibat makan makanan kaya protein. Jika
kadar BUN lebih dari 100 mg/dL, dapat diperkirakan bahwa terjadi gangguan
ginjal parah, sedangkan penurunan BUN diamati kelebihan cairan tubuh, trauma,
pembedahan, konsumsi opioid, malnutrisi, dan penggunaan steroid anabolik. Urea
ditentukan untuk evaluasi fungsi ginjal. Tes ini sering dilakukan bersama-sama
dengan penentuan kreatin untuk deferensiasi antara azotaemia dan postrenal
bersadarkan urea/kreatin. Indikasi lain untuk penentuan urea stadium akhir gagal
ginjal dan penentuan pada pasien dianalysis sebagai konsentrasi urea
representative untuk pencegahan protein dan menyediakan informasi mengenai
status metabolic. Hamper seluruh ureum dibentuk dihati, dari metabolisme protein
. urea berdifusi bebas masuk kedalam cairan intra sel dan ekstra sel. Zat ini
diperketat dalam urin untuk dieksresikan. Pada keseimbangan nitrogen yang stabil,
sekitar 25 g urea dieksresikan setiap hari. Kadar dalam darah mencerminkan
keseimbangan antara produksi dan eksresi urea. Ureum berasal dari penguraian
protein,terutama yang berasal dari makanan. Pada orang sehat yang makanannya
banyak mengandung protein, ureum biasanya berada diatas rentang normal. Kadar
rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena mencerminkan rendahnya
protein dalam makanan atau ekspansi volume plasma. Namun bila kadarnya sangat
rendah bisa mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea bertambah dengan
bertambanya usia, walaupun tanpa penyakit ginjal

E. Alat dan Bahan


Alat :
1. Reflotron
2. Pipet kapilet
3. Lancet
4. Softclick
Bahan :
1. Sampel darah
2. Tes strip urea
3. Kapas alkohol 70%
F. Prosedur
1. Bersihkan jari yang akan dilukai dengan kapas alkohol 70%.
2. Lukai jari dengan klik lembut lancet.
3. Usap darah pertama keluar dengan kapas.
4. Ambil sampel darah dengan pipet replotron sampai volume spesimen untuk
aplikasi 30 ul (menghindari terjadinya gelembung).
5. Teteskan sampel darah ke strif tes pada zona aplikasi merah (xx)-berhati-hati
untuk tidak menyentuh zona aplikasi dengan ujung pipet.
6. Masukan tes strif pada alat baca reflotron.

Keterangan :
Nilai rujukan :
● Usia ::< 65 tahun : <50 mg/dl atau < 8.3 mmol/L
● 65 tahun : < 71 mg/dl atau <11.9 mmol/L
Catatan : nilai normal dapat bervariasi di setiap laboratorium

G. Hasil
Usia kurang dari 65 tahun normalnya nila kadar BUN kurang dari 50 mg/dl atau
kurang dari 8.3 mmol/L. Untuk usia 65 tahun normalnya nilai kadar BUN kurang dari 71
mg/dl atau <11.9 mmol/L. Kadar BUN yang tinggi terkadang dapat terjadi selama
kehamilan lanjut atau akibat makan makanan kaya protein. Jika kadar BUN lebih dari
100 mg/dL, dapat diperkirakan bahwa terjadi gangguan ginjal parah, sedangkan
penurunan BUN diamati kelebihan cairan tubuh, trauma, pembedahan, konsumsi opioid,
malnutrisi, dan penggunaan steroid anabolik. Urea ditentukan untuk evaluasi fungsi
ginjal.

H. Pembahasan
Urea adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang di produksi
oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler ke dalam darah untuk kemudian
di filtrasi oleh glomerulus. Jumlah ureum dalam darah ditentukan oleh diet protein dan
kemampuan ginjal mengekskresikan urea. Jika ginjal mengalami kerusakan, urea akan
terakumulasi dalam darah. Peningkatan urea plasma menunjukkan kegagalan ginjal
dalam melakukan fungsi filtrasinya. Kondisi gagal ginjal yang ditandai dengan kadar
ureum plasma sangat tinggi dikenal dengan istilah uremia. Keseimbangan nitrogen dalam
keadaan mantap akan diekskresikan ureum kira-kira 25 mg per hari.
Kadar ureum dalam serum mencerminkan keseimbangan antara produksi dan
ekskresi. Metode penerapannya adalah dengan mengukur nitrogen atau sering disebut
Blood Urea Nitrogen (BUN). Nilai BUN akan meningkat apabila seseorang
mengkonsumsi protein dalam jumlah banyak, namun pangan yang baru disantap tidak
berpengaruh terhadap nilai ureum pada saat manapun. Hal ini yang menyebabkan adanya
hubungan asupan protein dengan kadar ureum. Uremia pra-renal berarti peningkatan
BUN akibat mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi darah oleh glomerulus. Mekanisme
mekanisme ini mencakup penurunan mencolok aliran darah ke ginjal seperti pada syok,
dehidrasi, atau peningkatan katabolisme protein seperti perdarahan masih ke dalam
saluran cerna disertai pencernaan hemoglobin dan penyerapannya sebagai protein dalam
makanan. Uremia pasca-renal terjadi apabila terdapat obstruksi saluran kemih bagian
bawah di ureter, kandung kemih atau uretra yang mencegah ekskresi urine. Urea yang
tertahan dapat berdifusi kembali ke dalam aliran darah.
Penurunan perbandingan ureum/kreatinin juga dapat terjadi yakni pada kondisi
penurunan produksi ureum seperti asupan protein rendah, nekrosis tubuler, dan penyakit
hati berat. Pada kehamilan juga terjadi penurunan kadar ureum karena adanya
peningkatan sintesis protein
Urea bersifat racun sehingga dapat membahayakan tubuh apabila menumpuk di
dalam tubuh. Meningkatnya urea dalam darah dapat menandakan adanya masalah pada
ginjal. Pemeriksaan ureum sangat membantu menegakkan diagnosis gagal ginjal
akut.Pengukuran ureum serum dapat dipergunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal,
status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai progresivitas penyakit ginjal, dan
menilai hasil hemodialisa. Ureum dapat diukur dari bahan pemeriksaan plasma, serum,
ataupun urin. Jika bahan plasma harus menghindari penggunaan antikoagulan natrium
citrate dan natrium fluoride, hal ini disebabkan karena citrate dan fluoride menghambat
urease.
Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar ureum adalah yang
pertama hasil palsu dapat terjadi pada spesimen yang mengalami hemolisis. kedua
nilai-nilai agak terpengaruh oleh hemodilusi. yang ketiga, Berbeda dengan tingkat
kreatinin, asupan protein (diet rendah protein) dapat mempengaruhi kadar urea nitrogen
sehingga menurunkan nilai BUN. serta yang terakhir kadar kreatinin dan kadar urea
nitrogen harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi fungsi ginjal. Apabila terjadi
peningkatan atau penurunan yang signifikan, hasil dapat dibandingkan dengan rasio BUN
: Kreatinin sebelum mengevaluasi fungsi ginjal.

I. Kesimpulan
Jumlah ureum dalam darah ditentukan oleh diet protein & kemampuan ginjal
mengekskresikan urea. Kondisi gagal ginjal yang ditandai memakai kadar ureum plasma
sangat tinggi dikenal memakai istilah uremia. Nilai BUN akan meningkat apabila
seseorang mengkonsumsi protein dalam jumlah banyak, namun pangan yang baru
disantap tidak berpengaruh terhadap nilai ureum pada saat manapun. Hal ini yang
menyebabkan adanya hubungan asupan protein memakai kadar ureum. Pengukuran
ureum serum mampu dipakai untuk mengevaluasi fungsi ginjal, status hidrasi, menilai
keseimbangan nitrogen, menilai progresivitas penyakit ginjal, & menilai hasil
hemodialisa.

J. Daftar Pustaka
Lopez-Giacoman S, Madero M. 2015. Biomarkers in chronic kidney disease, from kidney
function to kidney damage. World J Nephrol. 4(1):57-73
Fatma, RZ. 2019. Urea Dalam
Darah.http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/692/5/Chapter%20II.pdf (diakses, 30
agustus 2021)

Anda mungkin juga menyukai