PENGUJIAN AUDIT
KERTAS KERJA
Fungsi kertas kerja :
• menyediakan penunjang utama bagi laporan audit
• membantu auditor dalam melaksanakan dan mensupervisi audit
• menjadi bukti bahwa audit telah di laksanakan sesuai dengan standar auditing
4. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi lansgung dari pihak
ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsure tertentu yang berdampak terhadap
asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan bukti yang sangat tinggi reliabilitasnya karena
berisi informasi yang berasal dari pihak ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat
banyak menghabiskan waktu dan biaya.
Ada tiga jenis konfirmasi, yaitu:
a. Konfirmasi positif
b. Blank confirmation
c. Konfirmasi negative
5. Bukti Dokumenter
Bukti documenter merupakan bukti yang paling penting dalam audit. Menurutr sumber dan tingkat
kepercayaannya bukti, bukti documenter dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Bukti documenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor secara langsung
b. Bukti documenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien
c. Bukti documenter yang dibuat dan disimpan oleh klien.
Reliabilitas bukti documenter tergantung sumber dokumen, cara memperoleh bukti, dan sifat
dokumen itu sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan atau
kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan dokumen
Bukti documenter banyak digunakan secara luas dalam auditing. Bukti documenter dapat
memberikan bukti yang dapat dipercaya (reliabel) untuk semua asersi.
8. Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia, sehingga ia
mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan lisan. Masalah yang ditanyakan antara lain
meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang
tidak lazim, kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tak tertagih.
Jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan merupaka bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dalam
kertas kerja audit. Bukti ini dpat menghasilkan bukti yang berkaitan dengan semua asersi.
Pemilihan prosedur audit yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu tujuan audit tertentu terjadi
dalam tahap perencanaan audit. Efektivitas prosedur dalam memenuhi tujuan audit spesifik dan biaya
pelaksanaan prosedur tersebt harus dipertimbangkan dalam pemilihan prosedur yang akan digunakan.
Prosedur analitis
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan antara data. Prosedur ini meliputi
perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analitis vertikal atau laporan persentase,
perbandingan jumlah yang sebenarnya. Dengan data historis atau anggaran, serta penggunaan model
matematis dan statistik, seperti analisis regresi. Analisis regresi ini dapat melibatkan penggunaan data
nonkeuangan maupun data keuangan. Prosedur analitis sering kali meliputi juga pengukuran kegiatan
bisnis yang mendasari operasi serta membandingkan ukuran2 kunci ekonomi yang menggerakan
bisnis dengan hasil keuangan terkait. Prosedur analitis umumnya digunakan dalam pendekatan top-
down untuk mengembangkan harapan atas akun laporan keuangan dan untuk menilai kelayakan
laporan keuangan dalam konteks tersebut.
Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan sumber daya
berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi sering klai digunakan dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bottom-up maupun top-down.
Konfirmasi
konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan auditor untuk memperoleh
informasi secara langsung dari sumber independen diluar organisasi klien. Dalam kasus yang lazim,
klien membuat permintaan kepada pihak luar secara tertulis, namun auditor yang mengendalikan
pengiriman permintaan keterangan tersebut. Permintaan tersebut juga meliputi instruksi berupa
permintaan kepada penerima untuk mengirimkan tanggapannya secara langsung kepada auditor.
Konfirmasi menyediakan bukti bottom-up penting dan digunakan dalam auditing karena bukti tersebut
biasanya objektif dan berasal dari sumber independen
6.2 PENGENDALIAN INTERN AUDIT
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya
perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi tentang bagaimana
menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi
yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.
1. Pengendalian internal
a pengendalian manajemen terdiri dari pengendalian intern dan ekstern
b. lebih menekankan pd tujuan perusahaan dan menghubungkan pengendallian manajemen untuk
mencapai tujuan
c. meliputi produksi, transportasi dan riset perusahaan.
2. Pengendalian manajemen
Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan kekurangan serta
meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian intern dapat di monitor dengan
baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen. Usaha
pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan
atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi.
Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan pokok
dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan usaha. Pada
perusahaan besar, auditor internal adalah pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan
sistem pengendalian intern. Auditor independen juga sering melakukan penilaian atas
pengendalian intern sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan.
Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat menggunakan
informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal. Hukum, peristiwa dan kondisi yang
berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal.
Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pengujian substantif
menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan.
Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan:
1. Sifat pengujian
2. Waktu pengujian
3. Luas pengujian substantif
Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Substantif
1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka.
2. Pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan tugas mereka.
3. Menginspeksi dokumen dan catatan.
4. Melakukan penghitungan kembali
5. Konfirmasi
6. Analisis
7. Tracing atau pengusutan
8. Vouching atau penelusuran
Sifat Atau Jenis Pengujian Substantif
Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah maka auditor harus
menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe
pengujian substantif yang dapat digunakan yaitu:
Prosedur Analitis, prosedur analitis meliputi jumlah yang tercatat dengan harapan yang
dikembangkan auditor juga meliputi perhitungan rasio oleh auditor.
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mempengaruhi penentuan waktu pelaksanaan
pengujian substantif. Jika risiko deteksi rendah maka pengujian substantif lebih baik
dilaksanakan pada atau dekat dengan tanggal neraca.
Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, semakin banyak bukti yang
harus dikumpulkan, auditor dapat mengubah jumlah bukti yang harus dihimpun dengan
cara mengubah luas pengujian subtantif yang dilakukan.
Keputusan auditor tentang rancangan pengujian substantif didokumentasikan dalam
kertas kerja dalam bentuk program audit
Menurut PSA 22 (SA 329) prosedur analitis didefinisikan sebagai “evaluasi atas
informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data
keuangan dan nonkeuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan
ekspektasi auditor.” Definisi ini menekankan pada ekspektasi yang dikembangkan oleh
auditor. Prosedur analitis dapat dilakukan dalam tiga kesempatan selama penugasan audit
berlangsung yakni saat perencanaan, pengujian dan penyelesaian audit.
Jika prosedur analitis tidak mengungkapkan fluktuasi yang tidak biasa, maka
implikasinya adalah adanya kemungkinan salah saji material telah diminimalisasikan.
Dengan kata lain, pos tersebut tidak memerlukan pengujian rinci, prosedur audit tertentu
dapat dihilangkan, sampel dapat dikurangi, atau pelaksanaan prosedur audit pada pos
tersebut dapat dilaksanakan sesudah tanggal neraca. Prosedur analitis lebih sering
digunakan pada audit keuangan karena data keuangan yang menjadi analisis dalam audit
keuangan memiliki hubungan dan kecenderungan antar berbagai data dari berbagai akun-
akun pencatatan. Walaupun demikian, prosedur analitis juga dapat digunakan pada audit-
audit lain terutama bila data yang digunakan adalah data-data kuantitatif. Kecenderungan
(trend) tingkat kematian bayi, misalnya, dapat digunakan dalam prosedur analitis
pemeriksaan kinerja efektivitas Program Imunisasi Nasional.
a) Membandingkan angka-angka pada tahun berjalan dengan angka-angka pada tahun
lalu, baik data keuangan maupun data kuantitatif nonkeuangan.
Prosedur analitis merupakan prosedur yang paling murah. Perhatian harus diberikan pada
bagaimana prosedur analitis dapat membantu pencapaian risiko deteksi yang dapat
diterima sebelum memilih pengujian terinci. Pada saat hasil prosedur analitis sesuai
dengan yang diharapkan dan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, maka tidak
perlu dilakukan pengujian terinci.
Dalam audit atas laporan keuangan, Prosedur analitis menjadi bukti audit yang sangat
penting karena dilakukan pada 3 (tiga) tahapan audit yaitu pada waktu perencanaan,
pengujian substantif dan pada waktu penyelesaian audit.
Menurut Arens dan Loebbecke, tujuan dari prosedur analitis dalam audit atas laporan
keuangan adalah:
Auditor harus mendapatkan pengetahuan mengenai sifat industri dan usaha auditan
sebagai bagian dari perencanaan audit. Dengan melaksanakan prosedur analitis di mana
informasi laporan keuangan yang belum diaudit dibandingkan dengan informasi laporan
keuangan tahun lalu yang telah diaudit, perubahan yang terjadi dapat teridentifikasi.
Perubahan-perubahan ini dapat mewakili kecenderungan-kecenderungan yang penting
atau kejadian-kejadian tertentu dimana semuanya akan mempengaruhi perencanaan audit.
Sebagai contoh penambahan saldo dari aktiva tetap mungkin mengindikasikan perolehan
signifikan yang harus diperiksa.
b) Memperkirakan kemampuan auditan untuk melanjutkan usahanya (going concern)
Prosedur analitis berguna sebagai indikasi jikalau auditan sedang mengalami masalah
keuangan. Beberapa prosedur analitis akan sangat membantu auditor dalam
memperkirakan kemungkinan kegagalan keuangan. Sebagai contoh jika terjadi kombinasi
antara perbandingan di atas normal dari hutang jangka panjang dengan kekayaan bersih
dan perbandingan di bawah rata-rata dari penghasilan dengan total aktiva, maka risiko
kegagalan keuangan yang tinggi mungkin terindikasi. Hal ini bukan hanya mempengaruhi
perencanaan audit, tetapi mempengaruhi modifikasi laporan audit jika prosedur analitis
ini dilakukan pada tahap penyelesaian.
Perbedaan yang signifikan antara data keuangan yang belum diaudit dengan data lain
yang digunakan sebagai pembanding, sering disebut fluktuasi yang tidak biasa (unusual
fluctuations). Fluktuasi yang tidak biasa terjadi ketika perbedaan signifikan yang
seharusnya tidak muncul tetapi ada dalam laporan keuangan, atau perbedaan yang
seharusnya muncul tetapi tidak ada. Pada dua kasus ini, satu alasan yang mungkin untuk
fluktuasi yang tidak biasa ini adalah kesalahan pencatatan akuntansi. Karena itu apabila
fluktuasi yang tidak biasa ini terjadi dalam jumlah besar, auditor harus menemukan
alasan sehingga mendapatkan keyakinan bahwa penyebabnya adalah kejadian ekonomi
yang valid dan bukan karena adanya salah saji.
Ketika prosedur analitis tidak mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, maka
kemungkinan adanya salah saji yang material telah berkurang. Dalam kasus ini, prosedur
analitis adalah bagian dari bukti substantif yang mendukung penyajian secara layak atas
akun-akun yang berkaitan, dan memungkinkan untuk melaksanakan pengujian terinci
yang lebih sedikit atas akun-akun tersebut. Dengan kata lain beberapa prosedur audit
tertentu dapat dihapuskan, jumlah sampel dapat dikurangi, atau waktu pelaksanaan
prosedur audit ini dapat dipindahkan lebih jauh dari tanggal neraca.
Lebih lanjut Konrath menjelaskan bahwa jenis-jenis penerapan prosedur analitis antara
lain adalah:
Laporan keuangan dengan ukuran yang biasa menyajikan semua unsur laporan keuangan
dalam bentuk persentase terhadap sebuah dasar yang biasa (common base). Sebagai
contoh dalam laporan keuangan semua aktiva dapat disajikan dalam persentase terhadap
total aktiva. Contoh analisis vertical adalah setelah menyusun beberapa paket laporan
keuangan dengan ukuran
yang biasa, auditor mencoba menyusun perkiraan auditor dengan menganalisa hubungan-
hubungan antar data dalam periode audit. Contoh yang lain dari analisis vertikal adalah
auditor dapat memeriksa laporan kinerja dan menyelidiki varian yang signifikan dari
anggaran.
Analisis Rasio (Ratio Analysis)
a) Membandingkan data auditan dengan data industri di mana auditan beroperasi;
b) Membandingkan data auditan dengan data periode laporan yang sama;
d) Membandingkan data auditan dengan hasil yang diharapkan auditor; dan
e) Membandingkan data auditan dengan hasil yang diharapkan, dengan menggunakan
data nonkeuangan.